ENFP. Semoga Istiqomah bersama Qur'an. Be the BEST VERSION of You! Catatan harian dari masa muda, untukku yang kelak kan menua🌻✨
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Nak, Allah SWT mengenalkan diriNya pada ayat pertama surat paling awal di Quran sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Maka dalam rangkaian takdir hidup yang telah Allah tetapkan untuk kita jalani ini, terselip kasih dan sayang Allah di setiap langkahnya. Dari episode sakitnya, bahagianya, bingungnya, sedihnya, harapnya, dan ragam rasa lainnya sejatinya terselip kasih dan sayang Allah disana. Namun sering kali kita terlalu lemah akal dan hatinya untuk mengetahui itu.
Bukankah seorang Ibu akan melarang anaknya yang belum paham bahaya memainkan pisau, untuk menjadikan pisau itu mainan baginya? Larangan yang diberikan ialah ekspresi kasih dan sayang. Bukankah seorang ayah akan marah melihat anak perempuannya dengan lancang disentuh laki-laki yang bukan mahram anak itu? Marahnya adalah ekspresi kasih dan sayang. Bukankah indra pendengaran dan penglihatan kita dibatasi oleh Allah SWT jangkauannya, agar bisa lebih menikmati hidup ini? Maka keterbatasan itu adalah ekspresi kasih dan sayangNya.
Nak, ketika kita dalam kondisi dikasihi dan disayangi maka tidak melulu bentuknya ialah sesuatu yang membuat kita senantiasa tertawa puas. Ada masa di mana kita menangis kencang, atau terhenyak diam, atau juga terkembang senyum bahagia. Maka yang membedakan kita sebagai orang-orang yang mengimani Allah sebagai Rabb dengan pihak lain yang tidak beriman ialah, bahwa berbagai rasa boleh datang tapi yakini bahwa Allah selalu sayang.
Sehingga ada langkah optimis yang bisa kita renda kembali. Ada kalimat istigfar sebagai alat evaluasi diri. Ada amalan shalih yang bisa kita harapkan menjadi penghapus kesalahan yang telah atau akan kita lakukan. Ada keyakinan bahwa Dzat Yang Maha Besar dan Maha Pengasih senantiasa menemani dan menyayangi. Dan langkah hidupmu ke depan dalam menghadapi dunia ini akan tenang, sebab Allah sudah menjaminnya dalam dekap kasih sayang.
Maka energi dan konsentrasi pikiran bisa kita arahkan kepada urusan yang lebih esensial, lebih kekal, lebih tidak ada jaminannya, ia adalah kehidupan kita di akhirat kelak.
Khawatir kita, semoga tercurah pada kekhawatiran akan kondisi meninggal kelak. Apakah Husnul khatimah atau suul khatimah. Harapan kita, semoga tercurah pada harapan kelak di kubur akan ada kawan rupawan yang menemani dan tempat yang kita diami jadi bagian dari taman-taman Surga. Ketakutan kita, semoga tercurah pada adzabNya yang diperuntukkan kepada orang-orang yang merugi. Syukur kita, semoga terlimpah ketika selamat dan cepat melewati Shirath. Bahagia kita, semoga membuncah ketika sampai di telaga Kautsar berjumpa dengan Baginda Nabi SAW. Dan tangis haru kita, semoga dipersembahkan ketika kelak bisa melihat Wajah Allah yang ridha kepada kita.
Apapun pencapaian dunia yang diperoleh, jangan sampai membuat kita lebih bahagia dari urusan-urusan penting nan genting yang kelak akan dihadapi ya Nak. Pun juga sesuatu yang membuat sedih atau kecewa di dunia, jangan sampai tercurah semua hingga kita lupa akan ancaman sedih dan kecewa yang lebih berbahaya di akhirat sana. Ibu menuliskan ini agar kita sama-sama mengingat dan meyakini, hiruk pikuk yang terjadi di dunia tak akan membuat kasih sayang Allah memudar untuk kita asalkan kita senantiasa mengikat dan menguatkan hubungan denganNya.
Tutur Ibu, 28 Januari 2025
7 notes
·
View notes
Text
"Makasih ya sudah menemani setahun yang luar biasa di tempat ini. Sudah mengupayakan banyak kegiatan baik selama disini. Sudah sabar dengan keadaan dan senantiasa bangkit lagi dengan semangat."
Ibu tersenyum lebar menatap manik mata Papa.
"Makasih ya sudah berikan pelukan hangat dan bilang kamu cinta aku setiap hari. Sudah mengukir memori baik sama-sama. Kita tumbuh setiap hari, belajar setiap hari, regulasi emosi dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Jaga rumah bersama agar rapi dan bersih."
Senyum lebar itu sedikit gemetar, dan tatapan Ibu sedikit memudar karena ada cairan yang mendesak keluar.
"Makasih ya sudah menyambut aku setiap pulang. Sudah semangat siapin keperluan ketika berangkat. Sudah ngakak-ngakak bersama setiap hari. Sudah cerita kisah-kisah hidup yang buat kita suka menangis bareng dan ketawa bareng lagi. Sudah menjadi King Julian setiap hari."
Tawa Ibu lepas mengingat ragam tingkah konyol yang hari-hari kemarin terjadi. Tokoh di film Madagascar yang Papa tetapkan sangat mirip tingkah Ibu. Tapi Papa tidak tergubris dengan tawa Ibu dan tetap menatap hangat tepat ke manik mata.
"Makasih ya sudah mau kuat-kuatin diri. Tetap senyum dan optimis dengan banyak dinamika hidup yang menantang. Makasih ya sudah mau genggaman tangan terus dan saling tepuk pundak kalau ada yang mulai oleng. Sudah mau saling dukung dengan ragam kondisi yang beberapa kali tak menentu."
Desakan tangis itu kembali menyeruak. Dan tunduk Ibu bersimpuh memeluk lutut Papa yang masih duduk diatas sajadah subuh ini. Lembut tangan Papa mengusap kepala Ibu.
"Makasih ya sudah mau meramaikan rumah ini dengan lantunan ayat-ayat Quran. Sudah mau bangun shalat meski malam menarik untuk tidur. Sudah mau berupaya taat kepada suami dimanapun berada. Makasih ya sudah menanggung sakitnya kehamilan. Sudah menghidangkan makanan yang selalu sedap untuk disantap.
Pelukan Ibu mengerat mengingat hari-hari kedepan tidak akan lagi terasa sama.
"Makasih ya sudah mau ada disamping aku terus. Baik badai maupun hamparan bunga yang akan kita hadapi kelak, dekat ataupun berjarak Allah takdirkan nanti, semoga pautan hati kita terus terjaga sama-sama ya. Saling jaga dengan do'a. Saling sayang dengan menggunakan kata kerja. Seperti hari-hari kemarin yang sudah kita renda."
Pecah tangis Ibu disambut peluk Papa yang selalu hangat. Kamu pun di dalam perut ikut bergerak ya? Satu bulan kedepan, mari kita hiasi hari hari kebersamaan ini dengan optimal bersama Papa ya Nak. Pun jika sudah datang masa untuk kembali berjarak, tetap yakin dan tanamkan pada dirimu bahwa Papa selalu jadi laki-laki terbaik di keluarga kita.
Tutur Ibu, Selasa 16 Mei. 16.51 HKSAR
4 notes
·
View notes
Text
#TuturIbu.2
Orang-orang bilang ketika sudah memasuki trimester 2 kondisi akan membaik, kebanyakan tidak ada lagi drama bedrest atau mual-mual sepanjang hari.
Alhamdulillah dengan izinNya ibu pun mengalami hal itu. Tubuh kembali ringan dibawa membenahi rumah. Atau meracik masakan untuk hari ini dan simpanan hari-hari berikutnya. Bahkan sudah mulai kembali berjalan menuju pulau sebelah untuk bertemu ibu-ibu buruh migran belajar Quran bersama.
Rasanya menyenangkan sekali ya Nak, bisa kembali beraktifitas tanpa terhalang oleh rasa nyeri dan sakit. Tanpa terhalang desakan isi perut yang menuntut harus segera dikeluarkan. Berjalan dengan pandangan yang jelas tanpa mengabur atau sempoyongan. Kamu merasakan energi bahagia Ibu di berbagai aktifitas yang dikerjakan di kedalaman perut sana kan?
Tapi beberapa hari ini kita kembali dipertemukan dengan rasa sakit. Entah karena pasokan energi yang tidak semaksimal dulu sehingga setelah melalui aktifitas normal satu dua hari, maka resikonya adalah satu dua hari kedepan akan terbaring dengan mual, kram, pusing yang menyertai.
Hari itu Papamu bertanya suatu hal yang membuat Ibu terkejut,
"Maaf ya kamu jadi sakit-sakit begini. Kalau boleh tau, sejujurnya kamu ada menyesali atau menyayangkan kondisi ini terjadi gak? Karena kondisi ini, kamu gabisa lagi aktif mengajar. Jadi harus terbaring dan ketemu banyak rasa sakit. Bolak balik ke RS disuntik. Gabisa makan enak sesuka hati kayak di Indo. Susah buat tidur. Maafin ya, dan aku gabisa oper rasa sakit kamu ke aku."
Ibu memang memiliki rasa toleransi yang sangat rendah dengan rasa sakit. Bahkan sudah beberapa kali jarum suntik ditusukkan, respon ibu tetap sama. Memalingkan wajah dan mencengkram tangan Papa kuat-kuat sambil mengaduh-aduh. Atau tidak ragu menangis seperti anak kecil jika sakitnya sudah mulai datang.
Tapi Ibu tidak pernah menyesali atau menyayangkan kondisi ini terjadi. Ibu bahagia kamu merangkak tumbuh di dalam sana. Ibu bahagia setiap datang jadwal pemeriksaan, agar bisa mendengar degup jantungmu yang kencang dan semangat. Kita suka mengobrol selama ini meski ocehan ibu hanya bertemu dengan diam. Tapi ibu yakin disana kamu mendengarkan.
"Aku gak pernah nyesel gitu kok. Aku bahagia dikasih rezeki ini. Kamu udah all out banget ngurusin aku. Maaf ya, jadi kayak ngurusin bayi besar. Aku malah kasian sama adik bayi di dalam sana. Kalau muntah-muntah, dia keberisikan banget kali ya. Atau dia gelap dan sempit di rahim. Aku disini bisa leluasa bergerak. Dia juga gabisa milih mau makan apa, kalau ada makanan-makanan gak sehat yang iseng aku makan, dia jadi terpapar tanpa bisa memilih."
Nak, ketika nanti kamu membaca surat ini, atas semua rasa sakit yang Ibu dapati 9 bulan mengandungmu. Atau juga pengorbanan Papa yang tidak bisa dikalkulasikan, sungguh tak perlu kamu merasa bersalah atau jadi memiliki hutang ya Nak. Ini adalah tanggung jawab kami sebagai orangtua agar kelak Allah ridha kepada kita sekeluarga. Kamu tumbuh menjadi sosok yang mencintai Allah, Rasul, Quran, umat, alam dan keluarga sudah lebih dari cukup membuat kami bahagia.
Saat ini, bersabar dulu ya Nak tinggal di kedalaman rahim sana. Kami bekali kamu dengan ayat-ayat Quran yang setiap hari dibaca, semoga bisa menjadi penerang dan penenang disana. Sehat-sehat ya Nak, selamat bertumbuh dengan bahagia.
1 note
·
View note
Text
#TuturIbu.1
Hari-hari ini, dengan izinNya akan menuturkan larik-larik nasihat yang terpatri untuk Muhammad kecil. Janin yang merangkak memasuki usia 4 bulan, ia sedang menunggu tiupan ruh Rabbnya dalam rahimku. Semoga Allah tetapkan empat takdir kebaikan dalam nasibnya ketika ruh itu ditiupkan.
Putra dari Muhammad, seorang laki-laki yang jika mata kita saling berpandang telah kutemukan samudra cinta yang luas di dalamnya. Cucu dari Muhammad, laki-laki yang tak sampai usianya melihat putranya tumbuh dewasa, tapi warisan kebaikan beliau tergema dari orang-orang sekelilingnya.
Umat dari Baginda Muhammad SAW. Nabi akhir zaman yang jejak dakwahnya telah meninggalkan bekas di setiap sudut kota Mekkah. Hingga kaumnya mengusir Baginda menuju Madinah, maka dakwah pun menggema hingga sudut Bumi yang ternaung oleh siang dan malam.
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad.
Nak, semoga kelak langkah hidupmu bisa mengikuti jejak seorang ulama pendahulu yang memiliki nama serupa. Muhammad bin Muhammad bin Muhammad tapi masyhur dipanggil Imam Al Jazary. Di bulan Ramadhan ruh beliau naik ke langit, dan di bulan Ramadhan pula ruhmu ditiupkan ke Bumi, insya Allah.
Saat ini sudah memasuki hari ke 10 Ramadhan. Kita berada di tempat yang adzan tidak lantang dikumandangkan. Semerbak khamr dan khinzir tercium ketika berjalan di tempat-tempat umum. Hijab menjadi suatu entitas mencolok di kerumunan manusia banyak. Semarak Ramadhan di tempat ini, jauh berbeda dengan semarak Ramadhan di tempat orangtuamu dilahirkan.
Tapi Nak, bukan semaraknya nuansa yang menjadikan kita tetap semangat menyambut dan menghidupkan hari-hari di dalam Ramadhan. Melainkan janji Allah, yang apabila Ramadhan datang maka Rabb kita akan mengawali dengan rahmat, mengisi pertengahannya dengan maghfirah, dan mengakhirinya dengan pembebasan dari api neraka. Di bulan ini juga Allah kirimkan malam Lailatul Qadr, sebagai hadiah dan penghiburan bagi usia umat Nabi Muhammad yang tidak begitu panjang.
Janji-janji itu yang membuat kita semangat berbenah diri. Semangat menginisiasi kebaikan dan mengawal pelaksanaannya. Semangat membagikan nikmat-nikmat yang Allah titipkan lewat kita. Semangat membaca Quran pagi siang sore malam. Semoga dengan semangat itu, Ramadhan selalu menjadi batu loncatan untuk kita meningkatkan kapasitas keimanan di 11 bulan berikutnya. Kelak ketika Ramadhan berikutnya Allah hadiahkan kembali, pola itu dengan senang hati kita ulang lagi.
Dan dengan larik-larik ini pula Ibu menuturkan pesan dan kisah padamu, karena tak tahu sampai batas usia mana tangan kita bisa terus ringan bergenggaman dan mata kita saling tertaut pandang. Semoga akan ada masa di mana kamu membaca larik-larik ini dengan khidmat. Mengenang kebersamaan kita yang terasa hangat. Dan melangitkan doa agar Allah kelak berikan kita syafaat.
5 notes
·
View notes
Text
🧕🏻👨🏻💻
“Kamu kenapa nggak suka update apapun di IG, FB atau Status WA?”
“Mau tenang jalanin hidup.”
“Terus ngapain buat Sosmednya?”
“Buat bantuin campaign orang-orang kalo disuruh like atau share.”
“Lah kocak banget! 🤣 Tapi sejak aku bareng kamu jadi bener2 berkurang gitu. Walaupun masih sih, padahal banyak hal seru yang bisa jadi bahan upload.”
“Wkwk, itu dia perspektif orang-orang banyak. Ini terlalu seru untuk tidak di upload. Ini terlalu sesuatu untuk tidak dituangkan ke caption. Ini terlalu bagus untuk tidak ditunjukkan di status. Padahal tinggal jalanin, lihat baik-baik, resapin hikmahnya. Udah.”
“Gabisaa 🤣 Banyak hal penting bisa bias loh kalau nggak kita jaga dalam bentuk media. Tulisan, gambar, itu tuh penting buat jaga memori. Apalagi makhluk cepat lupa kayak aku. Dan kan ada esensi dakwah disana.”
“Nah. Silahkan tuangkan dalam bentuk media, tapi tidak usah di sosialisasikan. Kecuali jurnal ilmiah, itu emang perlu dipublikasikan. Jurnal itu di publikasikan setelah melalui tahapan penelitian panjang, kolaborasi dengan berbagai pihak, ada standarisasinya dan insya Allah bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Wkwkwk siapa si kita sampe kegiatan sehari2 yang dilalui, bisa jadi bahan dakwah ke orang-orang.”
“Tapi aku kangen upload2, terus jadi bahan obrolan sama temen temen lama.”
“Ya kamu kalau mau upload, upload aja. Tapi jangan pasang muka aku, soalnya kalau tiap aku nongol di status kamu, ga lama aku langsung ga enak badan atau sakit.”
“Bener banget, Maap ya! 🤣”
Asli masih menjadi hal yang membingungkan, tiap update ada foto suami pasti habis itu dia ga enak badan 😭😂
5 notes
·
View notes
Text
Kendali Kosongkan Pikiran
Pulas memejamkan mata di atas bantal, meski badan sudah merebah ternyata tak semudah itu. Ada suara-suara yang ricuh di kepala, lintasan ingatan pada hari-hari sebelumnya, angan-angan yang masih terpelihara dengan liar berkelana.
Gerak kanan gerak kiri, betulkan posisi pun masih belum juga bisa menjadi solusi.
“Yang, kamu susah tidur ya?” Suami di samping setengah menahan matanya bergumam. Bisa dipastikan gerakku mengganggunya.
“Iya, berisik sekali kepalaku.”
“Kosongin pikirannya, angkat tangan ke atas, jangan banyak bergerak, habis itu jaga supaya istigfar doang yang bersuara.”
“Eeh gimana cara kosongin pikiran?”
“Kamu tinggal umumin di kepalamu. Kosongkan pikiran. Semua pikiran yang masih ada hilang.” Aku tertawa. Tapi dia serius mengatakannya, jadi kucoba ambil kendali pikiranku sendiri mengikuti instruksinya.
“Kosongkan Pikiran!” Seruku dalam hati. Tetiba seperti ada sensasi aneh yang membuat hilang pikiran-pikiran ricuh tadi. Ada seruak tenang menyergap. Segera kuisi dengan istighfar. Rasanya menyenangkan sekali. Ternyata pikiran kita bisa dalam kendali.
Tak berapa lama, aku sudah terjebak lagi dengan pikiran ricuh. Sontak tersadar, segera kuberikan ultimatum kosongkan pikiran!
Sensasi menghilangnya muncul lagi dan saat itu fokusnya lebih kutingkatkan agar tidak tetiba tenggelam dalam ricuhnya pikiran. Tak berapa lama, aku sudah pulas bermimpi makan-makan di Indonesia.
3 notes
·
View notes
Text
Di manapun berada, terasing ataupun berkumpul. Bagaimanapun kondisi, sakit ataupun bugar. Paling penting ialah jaga diri agar selalu ingat Allah. Jaga diri agar selalu taat pada Allah. Karena Allah tak akan meninggalkan dan mengecewakan hambaNya yang berupaya untuk taat. Jaga itu baik baik ya, Anak baik.
4 notes
·
View notes
Text
Mush'ab yang Baik (1/2)
Mush'ab bin Umair namanya. Putra kesayangan dari Khunas binti Malik. Wanita yang disegani, ditakuti dan berkepribadian kuat.
Potret pemuda penuh pesona, berlimpah harta, indah paras rupa, pakaian yang menyenangkan mata, dan harum semerbak aromanya.Dilengkapi dengan kecerdasan pikir dan kesantunan sikap membuat Mush'ab jadi buah bibir dimana-mana.
Hingga pada suatu senja, Mush'ab merasa yakin bahwa Islam ialah jalan hidup yang akan ditempuh. Di hadapan Baginda Nabi SAW dengan mantap Mush'ab bersyahadat. Jadi bicara senja yang teringat bukan lagu galau atau kopi pahitnya, melainkan waktu dimana Mushab bin Umair teguh memilih jalan hidupnya.
Keislaman Mush'ab diganjar dengan kemarahan, makian, intimidasi hingga kurungan dari ibunya. Hingga ia berhasil menyelinap dan pergi hijrah ke Habasyah kedua kalinya. Tidak hanya diputus ikatan oleh keluarga, tiada lagi keberlimpahan harta yang dipunya. Jika dulu pakaian branded yang dikenakan, kini jubah usang penuh tambalan.
Tapi Mush'ab bahagia. Iman yang kuat tak membuatnya ragu mengorbankan apa yang ia miliki dulu. Terpilihlah Mush'ab pada misi yang amat penting. Menjadi duta Islam pertama ke Madinah. Ikut ke Madinah untuk tinggal dan mengajar Islam pada orang-orang yang telah berbaiat di Aqabah pertama.
Hanya 12 orang. Akan menghadapi tantangan dari suku Aus dan Khazraj disana yang kerap berseteru. Menghadapi ancaman nyawa namun juangnya tiada ragu. Ia terus membina, hingga petinggi-petinggi kaum terbuka hatinya memeluk Islam. Berbondong-bondong masyarakat Madinah menemui Mush'ab dengan ungkapan yang diabadikan sejarah.
"Jika Usaid bin Hudhar, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Muadz telah masuk Islam. Apalagi yang kita tunggu. Ayo kita pergi ke Mush'ab dan beriman padanya. Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!"
Kecerdasan akal berpadu dengan kebesaran jiwa, lalu dipoles dengan kelembutan tutur kata membuat duta muda ini sukses dengan hasil yang gemilang tiada tara. Mush'ab yang Baik. Ialah julukan yang tersemat untuknya.
9 notes
·
View notes
Text
"Kamu udah packing belum? Siapin betul-betul yang mau dibawa. Kan nggak tau lagi pulang ke Indonesianya kapan."
Tetiba kulangsung diam. Dalam hati bergumam, titip keluarga Ya Allah, sehatkan kami semua. Jikalau takdir nafas terakhir datang, semoga dalam kondisi kami semua berkumpul dengan penuh keridhaan.
Urusan wisuda sudah selesai, besoknya langsung keberangkatan. Dan kemarin juga suami sudah pulang untuk silaturahmi dan pamitan kepada keluarga serta para guru disini.
Nasihat yang dititip adalah, belajar yang banyak dulu di negeri orang. Jelajahi tempat-tempat yang jauh. Raup pengalaman dengan orang-orang asing di luar sana. Jika sudah matang, sudah mapan, sudah kuat misi yang mau dibawa.
Pulang. Saatnya terjun langsung membangun Indonesia.
6 notes
·
View notes
Text
"Dengan ilmu, antum jangan Qana'ah! Jangan merasa cukup! Harus rakus dengan ilmu. Kalau dengan harta, baru Qana'ah. Jangan dibalik! Gunakan seluruh potensi dan waktu antum untuk belajar. Bersungguh-sungguh.
Kejar itu ilmu, kalau biarkan waktu luang banyak tanpa kita gunakan untuk ilmu, maka berlaku besar digunakan untuk maksiat. Kata siapa mengejar ilmu hanya ketika duduk di bangku formal sekolah atau kuliah?
Jangan antum habiskan seluruh waktu untuk bekerja. Banyak urusan yang harus kita kuasai. Bekerja untuk memenuhi kecukupan. Jika sudah cukup, tidak usah repot ditambah-tambah. Sayangnya manusia sulit menentukan kadar cukup.
Memang bilangan usia terus bergerak, tapi diri kita harus tetap ingat bahwa ada ilmu yang harus dikuasai, hafalan Quran yang harus diulang, fisik yang harus dikuatkan, dakwah yang harus disebarkan. Jangan habiskan seluruh energi dan waktu antum untuk mencari uang.
Tanamkan kepada keluarga antum sikap Qana'ah pada harta dunia. Dan tanamkan pada mereka kerinduan yang membuncah terhadap Surga. Agar mereka tau, visi hidup untuk meraih kesenangan itu bukan di Bumi ini tempatnya.
Iya, bekerja itu bagian dari jihad. Tapi harus tentukan batas cukup untuk menjalani kebutuhan hidup. Emang antum kira menuntut ilmu, menjaga Quran, berdakwah, berperang menegakkan agama Allah bukan juga bagian dari jihad?"
Cambuk Nasihat dari Ustadz Laili, semoga Allah selalu menjaga beliau
22 notes
·
View notes
Text
Sudah terpikir untuk angkat kaki belum dari tempat persembunyianmu? Apakah kamu masih nyaman bergelung memeluk kaki, enggan menyalakan lampu dan membiarkan gelap merengkuhmu siang dan malam? Manusia-manusia baik memanggilmu untuk menikmati cahaya, tidakkah kamu gubris mereka?
Anak baik, sampai kapan mau seperti ini terus? Tidakkah kamu rindu dengan masa dimana antusias membuncah dalam diri, dan ia sukses menjadi mesin penggerak?
Tidakkah ingin kembali menikmati waktu dimana kamu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bertemu ragam manusia dengan berbagai ekspresi mereka? Mencipta senyum dari pertemuan yang kita datangi. Sudikah kamu memilih menghancurkan dirimu perlahan demi perlahan di dalam guamu sendiri?
Anak baik, dimana Allah? Dimana Allah dalam hatimu? Dimana Allah dalam bathinmu? Dimana Allah? Apakah NamaNya masih bertahta hingga membuat kau ketakutan jika mulai berani-berani merambah yang salah?
Apakah NamaNya masih bertahta sehingga semilir bahagia memenuhi hatimu tersebab ingat bahwa RahmatNya mengalahkan murkaNya? Apakah NamaNya masih bertahta, sehingga membuat kita leluasa mengerdilkan masalah tersebab ada Allah Yang Maha Besar senantiasa mendekap kita?
Anak baik, pekat sekali aroma kebusukan disini. Dalam relung nurani yang mulai terdominasi noktah hitam dosa, kurasakan keberadaanku semakin terhimpit. Tak terpikirkan kah untukmu mulai bersih-bersih? Mulai mengenyahkan sampah-sampah yang kau timbun lewat ibu jarimu, lalu dari matamu, juga dari telingamu, dan sampai mengalir di saraf ingatanmu. Apakah memang tak boleh lagi aku yang mengisi relung ini?
Anak baik, nafasku sudah mulai patah-patah. Tapi yakinku padamu senantiasa terbuncah. Kalaulah kamu berpikir keadaan telah membuat jiwamu goyah, sehingga membuatmu memilih menjalani hidup bak orang yang kalah. Yakinlah bahwa selalu ada aku yang setia menemanimu untuk kembali mengejar Jannah.
Kamu belum kalah anak baik. Aliran nafas masih penuhi rongga dadamu. Maka ampunanNya masih akan terus terkucur untukmu. Maka kesempatan untuk memperbaiki hidup masih terbuka selalu.
Anak Baik, senang rasanya kita bisa kembali bicara. Meski banyak hal yang menjadi penghalang diantara kita, aku akan selalu temukan cara untuk bisa bersuara dan meyakinkanmu bahwa semuanya masih akan baik-baik saja.
Hari ini, ketika jutaan manusia bershalawat mengingat momen Maulid Nabi Muhammad SAW, dan kisah Salman Al Farisi yang kita simak di waktu menjelang siang. Membuat kita kembali berpikir panjang, bahwa perjumpaan dengan Baginda Nabi SAW adalah sebuah perjumpaan yang harus dibayar dengan harga mahal. Kita ingin berjumpa dengan beliau, di Telaga Kautsar dan FirdausNya kan, Anak Baik?
Bicara sendiri buat diri sendiri, di usia seperti ini melalui kanal biru ini masih jadi andalan ternyata. Lama uninstall tumblr, aku sangat rindu dengan vibes positif yang orang-orang tularkan di beranda! 😭
36 notes
·
View notes
Text
Ikhtiar Menemukan Pendamping Hidup (2)
"Ya Allah, aku memang belum baik. Masih banyak kekurangannya dan malu untuk meminta pasangan yang shalih dan mencintai Quran. Tapi orang tuaku, mereka adalah orang yang baik dan mencintai Quran. Ya Rabb. Kalau memang aku belum pantas mendapatkan suami seperti itu, izinkan orangtuaku mendapatkan menantu seperti itu ya."
Itu doa seorang teman yang dia ceritakan kepadaku. Berhubung dia anak perempuan satu-satunya di keluarga, jadi dari narasi doa seperti itu sudah tersirat maksudnya ke Allah ialah menantu untuk orangtua yang tidak lain akan menjadi suaminya. 😂
Tidak berhenti disitu saja, tapi dia dan ibunya serius untuk merayu Allah agar dihadirkan laki laki shalih dan cinta Quran yang kelak akan menjadi suami dan menantu di rumah tersebut. Karena hajat yang diminta besar, maka wasilah menuju kesana juga tidak main-main. Mereka berdua, tilawah 8 Juz sekali duduk. (Buatku itu sungguh tidak main-main 😂)
Dengan izin Allah, datanglah laki laki shalih, hafizh Quran, pejabat kampus, yang ketika dia menyebarkan undangan, orang-orang terkejut. Haah kamu nikah sama si itu? Masya Allah!!
Padahal tidak pernah berinteraksi sebelumnya dengan calon suami meski satu kampus. Pada usia yang sekeliling sepupunya sudah menyumbang cucu untuk nenek. Masa penantian mencari suami sebelumnya ia putuskan untuk hijrah ke luar pulau selepas sarjana, mengajar di sebuah pesantren selama setahun lalu hijrah lagi ke kota Bandung, melanjutkan studi S2 di ITB. Disana pun melanjutkan kembali hafalan Quran di lingkungan yang mendukung.
Pada usia tersebut, galaunya pasti ada, tapi alih-alih mencoba peruntungan dengan mendekat ke laki-laki yang dianggap berpotensi, atau mengeluh di sana sini, ia lebih memilih mengadukan semua kepada Illahi dengan terus mengasah kualitas diri.
Teringat lagi kisah tiga laki-laki yang terperangkap di dalam gua. Juga ayat di Quran yang membolehkan kita untuk mencari wasilah. Dan sebaik-baiknya wasilah ialah amal shalih.
Jadi, mungkin bisa dicoba sebagai ikhtiar. Mengingat kembali suatu amalan yang sudah pernah kita kerjakan dan kita ingat dalam pengerjaannya, tak ada tersirat nafsu riya disana. Lalu memohon kepada Allah. Ya Rabb, seandainya Engkau ridha aku pernah melakukan hal ini atau hal itu tolong kirimkan pasangan yang shalih untukku, juga menantu terbaik untuk orangtua, dan ipar yang baik untuk kakak adikku.
Namun karena kualitas diri kita jauh dibandingkan tiga laki-laki yang terperangkap dalam gua, doa itu jangan dituntut untuk segera pengabulannya. Terus diucapkan, hingga sampai di titik dimana kita terperanjat syukur karena terpesona dengan indahnya skenario hidup yang Allah ciptakan. Dan tak henti memantaskan diri, untuk senantiasa bertahan menyusuri jalan hidup yang baik meski tak menjadi yang paling unggul disana. Menjadi yang biasa saja tak apa, asal istiqomah senantiasa bertahta.
28 notes
·
View notes
Text
Ikhtiar Perempuan Menemukan Pendamping Hidup (1)
Aku pernah menemani seseorang yang berkali-kali proses taaruf. Berkali-kali Allah belum kehendaki juga proses itu terjadi. Sampai suatu hari dia minta untuk bertemu di masjid. Berdua saja. Ia ingin ada ruang untuk menangis sesenggukan.
Di tempat dimana tak ada orang yang ia kenali harus melihatnya memakai topeng tangguh. Di tempat dimana ia merasa tenang, tapi tetap butuh seorang teman. Menangis bukan karena menggugat takdir Rabb Semesta Alam. Tapi menangis kelelahan menanggung harapan dari orang-orang sekitar. Lelah sekali ia. Kami berpelukan.
Ingatkan tentang, bahwa sejatinya jika belum Allah kehendaki bukan karena Allah tak mau beri, tapi Allah selamatkan kita dari rencana takdir yang kita pikir indah dijalani. Allah ingin kita maksimal dan meraih Surga lewat peluang yang saat ini Allah bentangkan.
Baik itu jalan studi, berbakti, berkhidmat untuk umat, merawat luka diri sendiri, ataupun peluang lainnya yang aroma Surga tercium disana.
Aku juga pernah menemani sepasang anak manusia yang berproses taaruf. Sudah sampai tahap pengenalan orangtua. Sudah sampai pembahasan mahar dan lainnya. Tetiba kandas prosesnya. Terguncanglah mereka berdua.
Butuh waktu untuk kembali menata. Butuh orang-orang baru untuk kembali menemani dan senantiasa memberikan penguatan, bahwa proses pernikahan tetap akan selalu layak untuk diperjuangkan. Dan mereka mau.
Memulai kembali dengan lebih hati-hati prosesnya. Dengan sikap yang lebih dewasa. Dengan harapan yang lebih ditata. Dengan niat yang lebih dikuatkan untuk selalu Lillahi Ta'ala. Dengan keyakinan bahwa Allah pasti siapkan jalan keluar bagi orang-orang yang mau berusaha.
Lantas sejauh mana sebetulnya perempuan boleh berikhtiar untuk menemukan pendamping hidupnya? Sampai batas mana kita mengangkat tangan kelelahan dan ingin memilih berhenti saja memikirkannya?
105 notes
·
View notes
Text

Cukupi Kebutuhan Serat dan Air. SERIUS!
Seminggu sejak kedatangan di Hong Kong aku sakit wasir. Pertama kalinya dalam hidup. Kakak udah reminder kalau lagi hamil siap-siap dapet bonus wasir, jadi aku sudah berdoa banyak-banyak semoga ketika sedang mengandung tidak terkena wasir. Belum hamil tapi ternyata sudah dapet bonusnya..
Dari gejalanya, dokter berikan diagnosa tingkat 3-4. Perlu penanganan operasi. Makin menangislah mendengarnya.
Akumulasi dari duduk lama selama perjalanan, hobi menahan BAB karena maunya sampai ketemu toilet yang nyaman sejak lama. Kebiasaan baca buku ketika di toilet dari zaman SMP, pagi siang sore selama pekan pertama di sini makannya daging dan sambal, minum air nunggu haus banget, cuek sama konsumsi sayur dan buah. Jadilah terkena sembelit. Dari sembelit muncullah wasir itu. Dan yang namanya wasir itu, SAKIT BANGET 😭😱
Pantesan ya kakak sama adik kalau udah kambuh, tiduran aja sambil jalan patah-patah, susah shalat, susah jalan, susah senyum, susah bangett pokoknya. Kerjaanku di hari-hari awal nangis terus. Antara nangis kesakitan dan nangis merasa bersalah. Karena rencana kedatanganku di awal supaya bisa support suami yang sedang deadline pengumpulan disertasi H-4 malah buat dia tambah kerepotan. Meskipun berkali-kali dia bilang tidak merasa begitu.
Saat itu, benar-benar takut kalau akan menjalani kehidupan dengan kondisi seperti ini terus. Benar-benar takut dengan bayangan operasi dan kematian. Benar-benar takut bagaimana harus membuang hajat besar.
Tapi seiring berjalan, dengan ikhtiar sehat yang dilakukan. Suami borong sayur dan buah, diharuskan minum sehari 2 liter. Senam bagi penderita wasir. Dan nangis-nangis minta sembuh ke Allah, gejalanya mereda. Kalau nelfon Umi sudah bisa tertawa. Shalat sudah bisa berdiri. Dan ending paling epic adalah, setelah melewati hampir sepekan akhirnya hajat besar bisa tertunaikan 😭 Bagi pejuang sembelit, bisa BAB lancar adalah nikmat yang sangat besar :"
Dan sekarang alhamdulillah sudah sembuh meski tidak jadi operasi (semoga gak akan kambuh lagi😭).
Sembuh dengan kondisi lebih peduli akan asupan sayur, buah, dan air harian. Dengan kondisi lebih semangat olahraga setiap pagi. Lebih menjaga asupan makanan pedas/instan. Lebih mensyukuri BAB lancar. Lebih menikmati peran untuk menjaga kestabilan kondisi rumah. Lebih menikmati kesehatan yang Allah berikan. Terimakasih ya Allah sudah mengajarkan istri rumah tangga ini peduli terhadap pola hidup sehat lewat pengalaman yang super nyata dampaknya :")
Semoga ini menjadi pelajaran berharga untuk menjaga amanah keluarga dalam menerapkan pola hidup sehat khususnya lewat makanan dan berolahraga 🔥
12 notes
·
View notes
Text
"Aku gak kepikiran mau nikah lah, aku gasuka diatur kan. Apalagi sama laki-laki, haduu ngga deh. Aku berani kok lawan laki-laki."
"Hah, segala makan atau minum pake diambilin? Enggak deh, emangnya kalau nikah perempuan yang selalu disuruh-suruh ya?"
"Aku kalaupun nikah mau kerja sendiri lah. Biar bisa pegang uang dan bebas mau ngapa-ngapain. Pokoknya harus jadi perempuan yang independen!"
"Geli banget harus bilang sayang-sayang, panggil nama aja beres."
Kalau ingat ocehan dulu masa sekolah ketika kondisi sudah seperti ini selalu sukses membuat tepok jidat dan geleng-geleng kepala. Haduuh bocah banget banyak lagaknya🤣😂.
Ternyata menurut dengan aturan yang suami tetapkan itu seru. Karena ada maksud di baliknya agar kita terjaga. Agar kita terlindungi. Dan agar kita meningkat kapasitas diri.
Ternyata menyiapkan makan, minum, persiapan shalat, pakaian dan segala hal yang dibutuhkannya itu bukan karena dia menyuruh-nyuruh, tapi memang karena senang melakukannya dan berharap agar Allah ridha karenanya. Seru banget kan, ambilin nasi doang tapi bisa ngarep pahala🤣
"Kamu gausah kerja, gausah mikirin cari uang. Do'ain yang banyak aja agar rezeki kamu lancar Allah kasih lewat aku ya." Ternyata kalimat seperti itu lebih membuatku bebas dan tetap bisa terpenuhi kebutuhan, alhamdulillah. Cukuplah kemarin-kemarin aja cicipin jadi perempuan independen ☺
Ternyata kalau sudah menikah, dipanggil namanya secara langsung bisa menyulut ngambek berkepanjangan. Sudah ada bukti murid tahsin yang beliau meski sudah berpuluh tahun menikah tetap menjadikan Ayang sebagai panggilan, bismillah mari kita teladani beliau 🐼
Untuk hari-hari kedepan semoga semakin lapang hatimu, luas sudut pandangmu, dalam pemikiranmu, dan kepada Allah saja kita menuju. Haul pertama pernikahan ini, sejak ijab qabul, masa LDM, masa bersama, semoga semakin mengokohkan rasa cintanya dua anak manusia, kepada Allah Sang Pencipta💕
15 notes
·
View notes
Text
Pada perjalanan sebelumnya, Allah mengenalkanku dengan Gita. Perempuan asal Bali beragama Hindu yang ceria, cantik dan lucu. Perjalanan menjadi menyenangkan dan obrolan kami bermacam-macam meskipun baru kenal. Ia pertama kali ke Hongkong, pun sama denganku ketika Oktober lalu.
Pada perjalanan ini, aku berharap agar Allah pertemukan dengan orang baik lagi yang membuat perjalanan jadi menyenangkan, syukur-syukur bisa menemani sepanjang jalan dan mendapatkan hikmah yang besar. Keluarga sudah menegaskan, jangan asal kenalan sama orang asing. Jangan ramah-ramah dan jangan mau dititipin barang. Aku cukup skeptis, tapi memang Allah tak pernah berhenti untuk mengirimkan orang-orang baik menemani perjalanan si ekstrovert ini :")
Yasir namanya. Pria Mesir yang perawakannya seperti Abi. Berparas tegas, rambutnya botak, badannya besar. Usianya pun bisa ditaksir sudah mencapai 50. Kami sudah bertemu sejak mengantri bagasi di Soetta. Disaat orang-orang masih duduk, kami sudah berdiri mengantri. Lebih baik ambil antrian awal meskipun harus 30 menit berdiri menunggu pelayanan bagasi dibuka. Paspornya terbuka dan kulihat Mesir sebagai kewarganegaraannya.
Pun ketika di ruang boarding. Kami bertemu lagi. Ia menyapa Assalamu'alaikum dan bertanya tentang maskapai. Aku mengangguk dan menjawab singkat. Harus hati-hati dengan orang asing! Batinku saat itu. Baju Adidas yang ia kenakan membuatku berpikir, orang Mesir ini timnya Mursi atau Assisi? 😂
Kami berdiri bersisian kembali. Ia menunggu di Zona 2 sedang aku di Zona 3. Pengalaman berdiri di antrian paling belakang ketika mau memasuki pesawat di Oktober lalu membuatku enggan untuk mengulang. Ambil prinsip yang sama, lebih baik berdiri lama duluan tapi berada di antrian paling depan. Tak ada yang berdiri selain kami berdua. Aku sempat malu awalnya. Tapi tak apa-apa. Dia bertanya satu dua hal, aku kembali menjawab singkat.
Seraya menyenderkan tubuh pada tiang besar, aku memulai tilawah. Ingat pesan Umi dan Suami, banyak-banyak zikir di perjalanan. Pesan Umi, jangan sampai karena sudah berpengalaman kesana sendirian membuat rasa tawakkal menjadi berkurang. Tetap harus jaga interaksi dzikir kita yang kuat selama perjalanan. Setengah perjalanan tilawah, aku merasa ada yang memperhatikan. Kutengok ke arah beliau. Ia menatapku dan mengacungkan dua jempolnya, aku reflek tersenyum mengangguk sopan. Melanjutkan kembali bacaan Quran.
Selesai tilawah, meski sudah setengah jam berselang tak ada tanda-tanda pintu akan dibuka, padahal pesawat sudah siap. Di belakang kami sudah mulai mengantri orang-orang asing. Sedangkan orang-orang Indonesia duduk santai menunggu panggilan. Aku kembali membaca Quran dan ketika berhenti sejenak, dia mengajak berbicara dan mendoakan. Aku takzim menyimak dan membalas doanya. Seru bicara bahasa Arab meski aku patah-patah memahami kata-katanya. Kemudian ketika pengumuman sudah mulai bisa memasuki pesawat, aku mengucapkan fii amanillah kepadanya.
Ia membalas, fii amanillah too for you. Kemudian Ia membacakan ayat Quran, menjelaskannya dengan bahasa Arab, mengingatkan untuk berdoa selama menjadi musafir, dan meminta agar dirinya didoakan, diampuni dan disayangi Allah selalu. Terakhir dia mengajak berdoa juga supaya Palestina merdeka. Apakah aku sedang bercakap-cakap dengan kader Ikhwanul Muslimin original? 😂
Kursiku paling akhir. Sesampainya di Changi kecil harapan bisa bertemu dengan beliau. Ketika mau berjalan di eskalator, seseorang di belakang mengucapkan salam. Aku terkejut dan sontak gembira menyapanya. Ia menanyakan nama, ketika kujawab Lu'lu wajahnya gembira dan membaca Ayat Quran berkaitan dengan namaku.
Lalu ia bercerita tentang anak-anaknya yang bernama Sumayyah dan Ammar. Sampai di aula besar, ia berpamitan karena mau shalat. Aku reflek menjawab, ingin shalat juga apakah boleh ikut dengannya. Ia mempersilahkan dan sepanjang jalan kami kembali saling bercerita. Susah-susah aku berusaha memakai bahasa Arab ternyata dia sudah 4 tahun di Indonesia dan paham bahasa Indonesia 😂
Kami sampai di area shalat, ia mengarahkanku menuju kamar mandi khusus agar bisa wudhu dan kami berpamitan disana. Ketika memasuki area shalat, aku melihatnya shalat sambil duduk di kursi untuk orang tua.
Sebelum berpisah dia menegaskan untuk menyebut namanya untuk didoakan dalam shalat. Sampai-sampai dia berkata, Wallah?! Aku kaget dan mengucapkan Insya Allah. Ia tertawa dan mengatakan it's like Don't Forget. Don't Forgetnya orang Mesir emang beda 😂
Saat itu aku betul-betul bersyukur, Allah begitu baik untuk mengenalkanku dengan beliau. Semoga Allah menjaga engkau, Kakek Yasir. Memberikan keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat nanti.
Hebat si kalau ada yang baca sampai akhir tulisan ini wkwkwk. Waktu menunjukkan 23.15 saat ini di Hongkong ketika aku menuliskannya. Tersebab sulit tidur karena nyeri haid, jadi kalau menulis membuat lupa nyerinya haha
6 notes
·
View notes
Text
Sejak kemarin aku menghilangkan kunci rumah. Sedang sebelumnya aku menghilangkan cincin nikah dan juga kartu transaksi pembayaran di Hongkong. Bukan karena dicopet, tapi lebih kepada "lupa taro". Giliran plastik sampah atau sabun cuci, aku tahu dimana letak letaknya..
Dia responnya selalu sama, disuruh untuk tetap tenang, banyak banyak istighfar, ikhlas terima takdir, yakin kalau masih rezeki akan kembali, sampai akhirnya dia bilang kita harus baca penelitian tentang orang-orang yang suka kehilangan barang penting kayak aku untuk dapat solusi ilmiahnya 🤣
Setelah pencarian, alhamdulillah cincin nikah ditemukan. Terjatuh di depan kasir rumah makan Padang. Kartu transaksi pembayaran juga alhamdulillah ditemukan, seorang yang baik mengembalikan ke kasir ketika kita sedang belanja di swalayan. Dan aku masih berharap keajaiban kunci itu di temukan meskipun seisi rumah sudah digeledah untuk mendapatkannya.
Khawatirnya ialah apabila kuncinya jatuh dijalan, jika diurus ke agennya mungkin bisa dikenakan denda. Jika tidak diurus khawatir juga ditemukan oleh orang yang tidak beritikad baik dan bisa masuk rumah. Karena tidak seperti di Indo yang tinggal jalan ke depan untuk duplikat kunci.
Doa yang dilantunkan adalah sebagaimana doa Nabi Ayyub as. Ya Allah, aku kehilangan kunci. Dan Engkau 'Alimul Khabiir. Ya Allah, aku kehilangan kunci. Dan Engkau Maha Mengetahui tempat tersembunyi. Ya Allah, aku kehilangan kunci. Hanya Engkau yang bisa menemukannya. Ya Allah, aku kehilangan kunci. Tolong ya Allah..
Dengan izinNya ternyata hari ini ketemu. Berbaring tenang di bagian kantong tas yang resletingnya serupa dengan warna tasnya sehingga tidak ngeh jika masih ada kantong disana. Karena ingatan terkuat memang kusimpan di tas itu. Alhamdulillah makasih banyak ya Allah. Auto sujud syukur.
Kemarinan besar harapan ada orang baik yang menemukan jika terjatuh di jalan. Alih-alih berharap pada orang baik, rupanya Allah ingin mengajarkan bahwa berharap memang hanya pada Allah Sang Maha Baik saja 😭💕
12 notes
·
View notes