najajeiy
najajeiy
afew.things.aboutlife
611 posts
Don't stay still, keep waiting and if you find it some tiring, you better writing
Don't wanna be here? Send us removal request.
najajeiy · 6 years ago
Text
Andai Engkau Tahu
Pernah tahu bagaimana rasanya dicintai?
Ketika seseorang mau menerimamu dalam keadaan yang agaknya belum ideal. Tapi dia bersedia bersiap bersamamu untuk menyongsong hari esok yang separuh jelas, separuh samar.
Pernah tahu bagaimana rasanya ditunggu?
Ketika seseorang selalu di sana bertahan melawan bosan dan ketidakpastian, juga pikiran-pikiran untuk meninggalkan dan berlalu. Sedangkan orang yang ditunggu merasa malu karena hal-hal yang separuh sepele, separuh serius.
Pernah tahu rasanya menemukan?
Suatu proses yang berbelok liku tapi sebenarnya sederhana, karena jalan dan pilihan-pilihan yang telah berlalu dan terlalui semuanya bermuara pada menemukanmu.
Before I even found you, you were already there, are still there, being the most beautiful girl (inside and outside) whom I hardly have a second thought to marry.
Kau tahu? Semua proses yang sudah dan sedang berjalan memberi pengaruh positif pada diriku: soal merapikan ibadah, membetulkan niat, meluruskan yakin pada Sang Pemberi Rezeki, serta mengupayakan dan merencanakan yang terbaik untuk kita berdua ke depannya.
Karena cinta sudah jauh lebih dari cukup untuk seorang pemuda berubah menjadi lebih visioner, lebih hati-hati, dan lebih optimis serta peduli untuk membekali diri menjadi kepala keluarga yang pantas didengarkan, peduli pada kesehatan agar bisa menjaga dan membersamaimu di dunia ini lebih lama, peduli pada finansial karena ingin menjadi “pakaian” yang menutupi kekurangan dan memperindah luaran agar kita tidak perlu malu, dan mendukung visi dan cita-cita seseorang yang telah rela menahan “ingin”-nya untuk mendukung pria yang ia yakini mampu menjadi imamnya.
Bagaimana aku harus bersyukur atas semua ini? @syofarahals
311 notes · View notes
najajeiy · 6 years ago
Text
The Happily Ever After Marriage
Sebuah catatan dari teman saya, Melinda Nurimannisa, di blog pribadinya.
*
Semenjak kecil dulu, seringkali kita menonton kisah-kisah Cinderella, Snow White, Sleeping Beauty, dan berbagai macam kisah Disney lainnya. Hampir semua kisah kanak-kanak ini memberikan gambaran alur cerita yang senada: seorang gadis cantik nan baik hati, memiliki masalah berupa ancaman dari sesosok musuh yang jahat (ibu tiri ataupun penyihir yang iri), yang kemudian berusaha mencelakakan tokoh utama ini dengan berbagai cara. Di akhir cerita, tiba tiba datang seorang pangeran tampan yang kemudian menyelamatkan gadis cantik nan baik hati ini dari kutukan penyihir ataupun belenggu kekejaman ibu tiri. Penderitaan kemudian berakhir, pangeran tampan dan gadis cantik menikah, lalu ditutup dengan sebuah kalimat: “Happily Ever After”. Kisah-kisah ini memberikan gambaran kepada kita bahwasanya “menikah” bisa menjadi solusi bagi sebuah kebahagiaan abadi yang dicari. Pertanyaannya, benarkah seperti itu?
Kebetulan, saya mengikuti beberapa grup diskusi ibu-ibu. Banyak dari mereka mengatakan: “the real marriage is not like a fairytale which always say ‘happily ever after’”. Dan kebanyakan dari mereka ternyata kaget, setelah menemui realitas pernikahan yang tidak sesuai dengan bayangan. Jika menurut pandangan saya sendiri—yang alhamdulillah sudah menikah,walaupun masih seumur jagung—jika saya ditanya apakah kisah-kisah Disney itu benar adanya, saya akan menjawab bahwa Alhamdulillah, tingkat kebahagiaan saya meningkat berlipat-lipat setelah menikah. Hehehehe. Namun, memang benar jika dikatakan bahwa menikah itu tidak selamanya “maniiis” saja isinya. Dan untuk merasakan indahya dan manisnya penikahan, ternyata diperlukan sebuah “seni” dan “perjuangan” dalam mengolah pemikiran dan sudut pandang. Ibaratnya sebuah masakan, bisakah dibayangkan jika masakan itu terlalu banyak gula? Pasti akan menjadi terlampau manis dan mungkin malah membuat yang memakan menjadi eneg dibuatnya. Untuk membuat masakan yang enak, haruslah dipadu-padankan dengan garam, cabai, asam, bawang, dan berbagai macam bahan-bahan lainnya yang akan membuat masakan menjadi nikmat. Begitu pula dengan pernikahan. Justru kadangkala—berdasarkan pengalaman pribadi penulis sebelum-sebelumnya—pertengkaran-pertengkaran yang terselesaikan dengan baik justru bisa menambah hati semakin dekat, dan cinta semakin kuat.
Alhamdulillah, hari ini saya berkesempatan untuk menimba ilmu dari sepasang suami-istri yang menurut saya luar biasa. Setelah 32 tahun pernikahan, dengan dikarunai 5 orang anak dan 2 orang cucu, saya masih merasakan binar cinta yang begitu tulus dari sang istri ketika menatap kepada sang suami, pun sebaliknya. Dua sosok yang menurut saya sangat patut dijadikan teladan bagaimana menyemai cinta di dalam rumah tangga. Membuat “happily ever after” yang dikisahkan cerita-cerita Disney bukan hanya kisah fiksi belaka, namun menjelma menjadi realita. Meski tentu saja, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk mencapainya. Dalam sebuah diskusi online yang dibuat oleh FC 4 Pendidikan Parenting Forum Indonesia Muda (sebuah komunitas kepemudaan yang diprakarsai oleh sepasang suami istri luar biasa ini, Bunda Tatty dan Pak Elmir), kami mereguk lebih dalam makna cinta dalam pernikahan.
Bunda Tatty mengatakan bahwa, hakikat cinta adalah pengorbanan. Hal ini senada dengan apa yang dipesankan ibu saya sebelum saya berumah tangga. Bahwa sesungguhnya hakikat cinta adalah memberi. Hakikat menikah bagi seorang perempuan adalah mengabdikan dirinya kepada Allah, melalui pengabdian kepada suami. Kebahagiaannya terletak ketika kita bisa memberikan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan sesuai dengan peranannya. Perihal “buah” berupa suami/istri yang semakin sayang, itu hanyalah bonus. Tolok ukur dan bahan evaluasinya bukanlah bagaimana pelaksanaan peranan “dia”, namun bagaimana pelaksanaan peranan “saya”. Karena bagaimanapun, satu-satunya entitas yang kita memiliki kekuasaan penuh untuk mengubahnya hanyalah diri kita sendiri. Jika mengubah diri sendiri saja sedemikian sulit, bagaimana kita bisa mengharapkan orang lain/pasangan kita berubah? Ketika ada suatu yang tidak kita sukai dari pasangan, mungkin sudut pandangnya bisa dibalik. Daripada berpikir, “Bagaimana ia bisa berubah?” lebih baik berpikir, “Bagaimana saya bisa mengubah diri saya sendiri, untuk melakukan sesuatu, demi membantunya menjadi lebih baik?”
Pernikahan, yang dibangun oleh kesadaran (dan perjuangan) perbaikan diri kedua insan secara terbuka inilah yang akan menjadi pondasi kuat dalam membangun sebuah rumah tangga yang bahagia di dunia (dan insyaAllah di akhirat. Amiin). Hal inilah poin penting pertama yang saya pelajari dari kisah rumah tangga Bunda Tatty dan Pak Elmir. Bunda menceritakan bahwa, di 10 tahun, terutama 5 tahun pertama, keduanya saling melakukan evaluasi terbuka melalui surat, mengenai apa yang masing-masing sukai/tidak sukai dari yang lainnya, untuk menyamakan persepsi dan membuat keduanya semakin saling memahami. Niatnya adalah untuk memperkaya sudut pandang pribadi, agar bisa menilai dengan lebih baik apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dari diri sendiri. Namun, meskipun saling melakukan evaluasi, sekali lagi, jangan bermimpi bisa mengubah pasangan. Jika evaluasi sudah disampaikan, namun ternyata perubahan sepertinya sulit sekali dilakukan oleh pasangan kita, padahal kita pun sudah membantu semaksimal mungkin, yang bisa dilakukan hanya penyesuaian, pemaafan, dan pengikhlasan yang tiada akhir. Bersyukur dan bersabar, menjadi dua kunci utama untuk meraih kebahagiaan. Tentang ini, saya menjadi teringat pesan seorang teman yang sudah menikah, ketika saya ingin menikah. Ketika saya meminta kepada beliau tips pernikahan, beliau hanya memberi saya satu kalimat, “Pokoknya Mel, Lowest your Expectation, Highest your Performance.”. Jangan berkekspetasi atau berharap lebih kepada pasangan, namun berfokuslah kepapada bagaimana memberikan performa pribadi yang terbaik dalam peranan. Saya jadi teringat perkataan seorang teman, “Reality will not hurt you, but expectation does.” Hal ini ternyata senada dengan apa yang disampaikan oleh Bunda Tatty dan Pak Elmir. Bahwa salah satu kunci utama mereka dalam membangun pernikahan yang berbahagia dan “happily ever after” adalah meminimalisir tuntutan kepada yang lain. Karena suami yang jarang atau bahkan tidak pernah menuntut sesuatu, maka bunda Tatty pun merasa sungkan memberikan tuntutan tertentu. Namun, tidak menuntut bukan berarti setiap pribadi tidak berupaya untuk menjadikan pribadi istri/suami yang lebih baik. Kembali kepada poin pertama, bahwa kesadaran evaluasi dan perbaikan performa pribadi yang terus menerus serta berkelanjutan adalah poin yang sangat penting.
Poin kedua yang saya pelajari adalah tentang komunikasi yang baik nan sehat. Perkataan harus selalu diupayakan lemah lembut dan tidak menyakiti. Bahkan, dalam keadaan marah sekalipun. Kata-kata yang tajam haruslah dihindari. Karena bagaimanapun, bukankah ketika kita menyakiti hati pasangan, lalu ia terluka, menangis, ataupun marah, kita juga akan merasakan sakit dan pedihnya? Karena bukankah, kepedihan yang paling pedih adalah, ketika melihat orang yang kita sayangi/cintai menderita? Maka, panggilan sayang dan penuh kasih menjadi sangat penting. Otak kita secara tidak sadar akan membentuk perilaku yang sejalan dengan informasi yang masuk ke dalamnya. Bunda Tatty menceritakan bahwa beliau pernah menyaksikan sepasang suami-istri yang cek-cok dan tidak ada rasa saling menghormati di antara keduanya, karena mereka terbiasa saling memanggil “lo-gue”. Pak Elmir juga menambahkan, “Dalam berkomunikasi harus dengan tutur kata yang lembut, dan emosi ditekan. Baelajar memahami pasangan, berusaha memahami terlebih dahulu baru meminta dipahami. Lebih banyak mendengar daripada berbicara, dan pegang erat komitmen terhadap keluarga.” Selain berusaha berkata lemah-lembut, “manajemen mengalah” juga perlu diperhatikan. Ketika salah seorang marah, maka yang lain harus mengalah dulu, dalam artian tidak membalas amarah dengan amarah pula. Saya jadi ingat, sebuah pesan dari ibu saya. Ibu saya mengatakan begini, “salah satu kunci dari rumah tangga sesunguhnya sederhana: Jika suami kamu marah, jangan ikut marah. Diamlah. Diamlah dulu hingga amarahnya reda. Walaupun kamu tidak salah, walaupun kamu yang benar, atau walaupun semua tuduhannya tidak ada yang tepat. Baru, setelah suasana membaik dan kau lihat bahwa kondisi emosi suamimu sudah lebih baik, maka barulah kamu boleh memberikan penjelasan, tentu saja dengan cara yang lemah lembut.” Dari kisah Bunda Tatty dan Pak Elmir, saya juga memperlajari hal yang senada. Penting untuk mengusahakan betul salah satunya bisa berkepala dingin dan mengontrol situasi ketika terjadi perbedaan pendapat. Mengalah, bukan berarti kalah. Mengalah, untuk sesuatu yang lebih besar, justru membuat kita menang, karena kita menjadi memiliki ketangguhan pribadi untuk mengelola amarah. Salah seorang kawan saya memberikan komentar yang menurut saya sangat menarik di akhir diskusi tersebut, “Jika menikah diniatkan untuk menyenangkan Allah dan ciptaan-ciptaanNya, insyaAllah hati akan dilapangkan selapang-lapangnya..” Ah ya, bukankah hakikat dari segala hal yang kita lakukan adalah dalam rangka ibadah kepadaNya? Dan bukankah, justru dengan menjadi orang yang mengalah dalam perdebatan meskipun benar, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda?
Poin ketiga, dan poin yang paling penting, adalah doa dan senantiasa mencari keberkahan kepada Allah SWT. Bunda Tatty mengatakan bahwa, “Tidak ada titik aman dalam berumah tangga.” Maka penjagaan doa menjadi hal yang sangat penting. Bunda Tatty dalam kesempatan yang lain di akun Facebooknya mengatakan, “Menurut para tetua yang telah menuntaskan perjalanan pernikahannya dengan sukses, keselamatan pernikahan hanya bisa terjadi karena kasih sayang dan berkah Allah.” Cara meraih berkah Allah ini, konon harus diperjuangkan dengan 7 kunci utama: (1) saling peduli (2) selalu bersyukur, saling rela berkorban, dan berbagi (3) saling mendukung/memajukan (4) saling percaya (5) saling menghormati (6) saling mengingatkan ibadah (7) selalu menjaga rahasia rumah tangga. Ketika beberapa hari menjelang menikah, saya juga meminta sedikit wejangan kepada salah seorang sahabat saya yang sudah lebih dulu menikah. Ia mengatakan bahwa, “Yang terpenting doa, Mel. Doa sebelum menikah, saat prosesi pernikahan, hingga sepanjang jalan pernikahan. Minta dan berdoa kepada Allah, agar dijaga dari setan yang terkutuk dan senantiasa dibimbing perjalanan penikahannya menuju taqwa. Karena setan tidak akan pernah puas hingga seorang suami dan istri saling berpisah.” Saya pun secara pribadi merasakannya. Ketika keberkahan dan penjagaan dari setan tidak diselipkan dalam doa-doa setelah shalat, biasanya ada saja “sesuatu” yang terjadi.. Maka, jangan lupa selipkan doa, agar Allah senantiasa memudahkan langkah dalam rumah tangga menuju taqwa.
Pernikahan, memang bukan seperti kisah-kisah di fairytale yang biasa kita tonton saat kecil, yang kemudian serta merta “happily ever after” setelah janji suci diikrarkan. Bunda Tatty mengumpamakan bahwa pernikahan ibaratnya “sekolah” yang tak kenal kata “wisuda”. Pembelajaran, pengembangan, dan perbaikan diri berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses belajar, seperti saat kita sekolah ataupun belajar naik sepeda, pastilah ada yang namanya ujian, ada yang namanya luka, ada rasa sakit, ada air mata, amarah, atau ada juga perasaan kecewa. Namun kombinasi dari semua itulah yang menjadikan manusia semakin matang, dewasa, dan bijaksana. Semua terpaan dan tempaan itulah yang kemudian membersihkan segala “kotoran hati” yang ada di dalam diri manusia. Sehingga ketika kita menghadapNya, sudah dalam keadaan bersih tanpa noda.
Maka, bagi para lajang yang belum menikah dan menemukan separuh dirinya, berjuanglah. Berusahalah. Namun, bukan berusaha “mengejar” atau “mendekati seseorang”. Bukan berusaha dengan cara “mengenal lebih dekat” seseorang melalui pacaran. Lakukanlah pendekatan dengan cara yang benar, hanya jika memang benar-benar siap ingin menikah. Berusahalah dalam memperbaiki diri, memantaskan diri menjadi istri/suami terbaik pagi pasangan kita nantinya. Jadikan siapapun pasangan kita di masa depan adalah orang yang akan merasa sangat beruntung mendapatkan diri kita, bukan malah menyesal berkepanjangan. Mulailah menggeser paradigma bahwa pernikahan adalah sebuah “ladang amal” untuk memberi, mengabdikan diri kepada Tuhan, dan memanen banyak pahala kebaikan. Bukan hanya sarana mencari dan mengharapkan kesenangan dari pasangan. Begitu pula bagi yang sudah menikah. Saya pun sebagai penulis yang merangkum ilmu ini masih sedemikian banyak kekurangan. Mari kita bersama-sama mengevaluasi diri, memperbaiki diri, dan menjadikan diri lebih baik dari kemarin, untuk memberikan amalan dan performa terbaik dalam berumah tangga, dalam rangka mewujudkan “happily ever after” menjadi nyata. (*)
@nurimannisa
630 notes · View notes
najajeiy · 6 years ago
Text
tentang curhat
mungkin ada baiknya sebelum curhat sesuatu ke sahabat, teman, orang tua, saudara, atau orang kepercayaan, lebih baik curhat dulu sama Allah. terutama buat kita yang orangnya gampang curhat atau gampang terbuka atau gampang dipancing curhat sama orang.
sadar gak sih kadang kita suka ngerasa mikir ulang tiap kali selesai curhat sama orang lain, “gapapa gak ya tadi cerita gitu?”, “harusnya gausah diceritain yang bagian itu”, “duh, aturan tadi gausah cerita sama dia..”, dan segala macam semi-penyesalan lainnya. kalau dipikir-pikir kenapa bisa gitu ya? kenapa suka timbul bumbu-bumbu sesal setiap habis cerita ke manusia? bukankah seharusnya hati kita ini menjadi lega? etapi kenapa malah kayak ada yang ganjel, iya gak?
barangkali….karena kita lupa sama keberadaan Allah Yang Maha Mendengar. kita lupa kalau seharusnya Allah yang jadi muara pertama untuk menumpahkan segala resah dan gelisah kita. harusnya kita lebih dulu ceritanya sama Allah sebelum cerita ke manusia. harusnya kita lebih dulu percaya sama Allah sebelum mempercayakan kepada manusia. malah lebih baiknya, kalau cukup Allah saja yang menjadi pendengar setia kita. meskipun kita juga gak bisa memungkiri kalau kita ini memang membutuhkan kehadiran orang lain untuk menjadi pendengar dan teman bicara kita.
kita perlu memastikan bahwa kita harus sudah selesai curhat sama Allah sebelum curhat sama manusia. supaya kita punya semacam “guideline” sebelum curhat sama manusia. sehingga paham bagian mana yang perlu diceritakan dan mana yang tidak. sehingga dalam kondisi tersebut kita jadi lebih tenang, lebih terarah, tidak emosional, dan tidak tergesa-gesa dalam bercerita. sehingga kita tetap punya pakem dalam menjaga lisan kita. sebab kita tahu bahwa sebagian besar urusan kita sudah diserahkan kepada Allah. dan kehadiran manusia hanyalah menjadi pelengkap untuk sebagian yang lain.
bicara dengan Allah, selalu melegakan.
©colorious | 18 Mei 2017
423 notes · View notes
najajeiy · 6 years ago
Text
I want you to know something but I'm afraid to tell you how I feel. I don't know how to tell it. So I'll let the first three words of this explain it.
2 notes · View notes
najajeiy · 6 years ago
Text
Wanita yang baik itu, tatkala ada seorang lelaki meminta hatinya, ia akan berkata, "Hati ini milik ayahku. Mintalah padanya." Dan lelaki yang brengsek itu, tatkala ia jatuh hati pada seorang wanita, dicurinya hati wanita itu diam-diam. Tanpa izin ayahnya, tanpa malu-malu, dan tanpa rasa bersalah.
— Taufik Aulia
1K notes · View notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Jangan kapok berbuat baik ya, walaupun di masa lalumu ada teman yang menyalahartikan kebaikanmu. Salahnya bukan terletak pada baikmu, tapi pada dirinya.
sip gak sip?
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Aku akan membunuhmu dalam diam, atau jika sampai aku katakan tandanya sudah sangat keterlaluan.
Annisa (@insanysa)
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Photo
Jumuah mubarak!
Tumblr media
“The wisest man is he who can account for his actions.” - Umar bin Khaththab Radhiallahuanhu.
In this sparkling-miserable-temporary world with full of slander and temptation, it can be so hard to be/find a true man. But, some exist, yet ‘invisible’.
There are still men know how to be a gentlemen, know what real beauty is. They do not see beauty only by physical appearance, status, or occupation. They stay honorable no matter what, they aren’t afraid to learn and grow, even when things are hard. Men are like steel, when they lose their temper, they lose their worth. So, gentlemen know how to balance being tough and tender. They must at times be hard as nails, willing to face up to the truth about himself, but he must also be tender. They are strong because they are gentle. Many people especially men live their life following the commons and just a few who’d rather stand on their own principles and bold decisions. But, a great man isn’t afraid to do what is right, just as Allah has confirmed to us. He is always faithful. 
A real men are never afraid to help child/weak people. He does’t stand so tall as when he stoops to help them, indeed a good man can feel the pain of others. And a real man never stop trying to show his parent and his wife how much they mean to him, even after he’s got his wife, a good husband knows that he is not an expert. MashAllah tabarakallah. Kalau diperhatikan, di dunia ini teryata ada banyak laki-laki yg baik, rajin sekali ke masjid & tekun beribadah. Laki-laki yg giat bersekolah, memilih untuk belajar dan berkarya saat durjana lain mengisi waktu kosong dgn sia-sia. A real man doesn’t stop seeking knowledge until his heart stops beating. Mungkin ada laki-laki yg berbuat baik kpd kita (perempuan), menjadi sahabat dan mendengarkan keluh kesah kita. Laki-laki yg bekerja keras & menjemput nafkah halal. Laki-laki yg taat kepada kedua orang tua, menyayangi istri & anak-anaknya, family guy.
I dedicate this for every akhi who says less and does more, especially for a man who makes me falling in love, a man who struggled so hard for his family till his last breath. kangen, Pa. you are my lel[akhi]
jumuah mubarak!
pic: subhitaha
2 notes · View notes
najajeiy · 8 years ago
Conversation
MENUA
"lu, mau nikah umur berapa?"
"dulu gw nargetin 25, sekarang umur gw udah masuk 25 tapi tanda2 belum muncul"
"HAHA. Manusia berencana, Allah juga punya rencana. Maka sebaik2 rencana adalah rencana Allah"
"ya iya sih, ini kan sesuatu yang gabisa gw kontrol ya kan"
"gpp lah, lw di kasih waktu buat berkarya sendiri, ngafalin quran lah, bahagiain ortu, ngegapai mimpi, jalanin passion, jalan2 keliling indo, jalan2 keluar negri"
"iya mungkin juga nih yak, bekel gw belum cukup buat nikah. Gw mau belajar lebih bisa masak, makan makanan sehat, bercocok tanam, ngafalin lagu anak, belajar games buat anak"
"pr banget yang 3 terakhir, wkwk. Udah selo aja"
___
Wahai jiwa 25, jangan gundah ketika jodoh belum tiba, ada rencana Allah dibalik semuanya. Siapin aja dulu yang perlu disiapin, jalanin aja dulu yang perlu dijalanin, maksimalin aja dulu yang perlu di maksimalin.
Percayalah.
Anw, selamat menua, semoga bahagiaa!
Jkt, 00: 05
1 note · View note
najajeiy · 8 years ago
Quote
Terkadang kita menolak mencari tahu, padahal sudah berasumsi, untuk membuktikan asumsi kita, kita takut. Takut ketika mendapat tau bahwa asumsi kita benar adanya. Takut untuk menerima kenyataannya. Takut bagaimana nanti menghadapinya. Takut malah sedih jadinya.
@najajeiy
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Ternyata meninggalkan kebiasaan tak sesimple itu. Aku fikir hanya 1-3 hari akan terasa beda, selanjutnya pasti terbiasa. Tapi sudah memasuki hari ke4, rasanya masih menyiksa.
Dongibap. Kipidap.
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Text
BISNIS RACO.
Kemarenan gw jadi jastip racun kecoa, jastip gratis sih, bantuin beliin doank. Nah ada temen gw baru makein setengah bungkus, dia testimoni ke gw. Kira2 begini dialog lewat dunia maya: "eh bu kecoa gw udah ilang bu, tenkyu2" "hahaha hamdulillah turut bahagia gw pak" Lalu tercetus, "lw endorse donk pak racun kecoanya" "Wkwk gimana kalo kita bisnis racun kecoa, target pasar kita udah jelas neh penghuni apartemen ini" Gw yang saat itu lagi bareng ama 2 temen yang lain, langsung gw bilang kalo si ajun (bukan nama sebenar) ngajakin bisnisin racun kecoa. Temen 1: gua ikutan donk, gua jadi marketing nya yak. Temen 2: gua CFO nya. Elu ama ajun ownernya, jadi ngurusin bagian operation. Dealing ama supplier dll. Well, akhirnya gw bilang ama ajun. "Ide bagus Jun, trus nih mereka berdua juga mau ikutan jadi partner jualan raco" Ajun menjawab: "Anjay mau jual racun kecoa doang sampe mengerahkan 4 anak s2 itb wkwk, Ntar masuk berita "mahasiswa s2 itb jualan racun kecoa". Ngerusak nama besar kampus luhhh😣wkwk" Hahaha, iya jugaak yaa~ Well, gw tertampar. Trus emang nama kampus gw sebesar itu ya? Hiburan mayan ~
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
“If you expect nothing from somebody you are never disappointed.” — Sylvia Plath, The Bell Jar Apa yang kamu rasakan ketika bertemu seseorang untuk kali pertama? Sebagian besar dari kita akan langsung membuat ekspektasi. Melihat wajahnya berjanggut tipis, tetiba menyimpulkan; wah dia orang shalih. Melihat yang pakai jeans kucel, kita menyimpulkan; ah, ini mah orang kere madesu. Kalau kita terbiasa melihat sesuatu secara sekilas dan menyimpulkan dengan ekspektasi tinggi, seringkali ujungnya adalah kecewa. Begini kawan, yang namanya kepribadian itu berlapis. Ada yang kau lihat kali pertama menyenangkanmu, ujungnya ternyata dia tukang hutang. Ada yang kau lihat wajahnya tirus, dan ternyata ujungnya ia adalah manusia paling penyayang. Jika kamu tak berekspektasi tinggi pada siapapun yang kamu temui, kamu takkan pernah kecewa.
@edgarhamas (via edgarhamas)
134 notes · View notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Dalam mimpiku, aku berada di pegunungan, saat itu malam dan aku duduk disamping kolam renang, entah dari mana asalnya ada kolam renang, ah mungkin itu sejenis puncak, dan aku berada di sebuah villa atau resort. Lalu aku melihat banyak kunang2. Saat kunang2 habis berterbangan, gelap langsung menjadi terang, malam berganti siang. Aku lupa merekam jejak kunang2 di ponsel ku, aku hanya merekamnya di kepalaku.
Mimpi.
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Pada akhirnya aku bisa mengerti, bahwa bis yang aku tunggu pantas saja tak pernah tiba.
It heading to the other direction.
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Quote
Seorang gadis mengalami lapar yang teramat menjelang azan subuh berkumandang, apakah dia akan makan indomie goreng yang tersusun cantik di rak dapurnya? Atau pasrah menunggu pagi?
Dilema subuh.
0 notes
najajeiy · 8 years ago
Text
JANGAN GEER
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu, siapa tahu dia memang baik pada semua perempuan
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu. Siapa tahu, memang dia orangnya seperti itu.
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu. Siapa tahu, dia memang sedang ingin bermain-main denganmu
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu, siapa tahu , dia bukan pria idamanmu, tapi dia hanya sedang dikendalikan hawa nafsu, sehingga melakukan apapun agar kau mau.
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu, sabarlah dan perhatikan semuanya. jangan sampai, kebaikannya, menghancurkan keimanan yang telah kau jaga selama ini.
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu. Insan-insan yang terjaga, tidak akan asal-asalan, tapi ia akan memperhatikan, siapa siapa yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Kalau ada seseorang yang baik padamu, jangan geer dulu.
823 notes · View notes