Text
kalau dulu aku takut tambah usia karena harus nambah dewasa, tua, dan sebagainya...
sekarang aku sadar bahwa pertambahan umur harus disambut, dirayakan setiap incinya, dilangitkan doa-doa.
0 notes
Text
Jalan Kaki Pagi-pagi
Delapan hari ini, nggak ada angin nggak ada hujan aku semangat jalan kaki. Bangun pagi-pagi terus nggak tidur lagi. Aku pergi ke lapangan dekat rumah, mungkin 500 meter jaraknya. Lalu aku jalan putar-putar. Nggak banyak, paling hanya tiga sampai lima putaran.
Hanya aja, dalam delapan hari ini pula aku ada masanya angot-angotan. Konsisten hanya untuk seminggu saja susah juga ya...
Ya, kembali lagi ke 7 Habits, yang menguatkan kita pada sesuatu adalah tujuan yang ingin dicapai.
Padahal, aku ingin jalan kaki juga nggak ada angin nggak ada hujan...
Tadinya. Namun, setelah merasakan badan nggak pegal-pegal setiap bangun tidur, kurasa aku sudah menemukan tujuannya. Sesederhana biar nggak capek-capek. Sebabnya, aku jadi nggak ingin tidur lagi selepas subuh. Bisa mengerjakan yang lain-lain. Dan percaya atau tidak... lebih berpikir positif dan nggak memusingkan banyak hal.
Maka, selepas UAS yang membuatku harus mengerjakan soal pukul 07.15, aku sempatkan ke taman kampus untuk jalan putar-putar. Atau sambil menunggu adik bimbingan belajar, mampir lapangan dekat sana sampai waktunya dia pulang.
Aku senang jalan kaki pagi-pagi. Semoga saja selalu begitu. Semoga saja selalu ada motivasinya.
0 notes
Text
Lift
April adalah kali kedua aku ikut ujian sensoris. Di pertemuan pertama, aku ditemani Ichi. Sekarang, aku sendirian. Lokasinya di fakultas sebelah, hanya aja depan-depanan dengan fakultasku. Jadi, aku tinggal jalan kaki sebentar setelah memarkir motor.
Yang menarik dari hari itu adalah bertemu teman SD dan SMA, di depan lift fakultas ini. Ceritanya begini.
Kami bertemu dari arah berlawanan. Ketika aku berhenti, dia tiba-tiba membalik badan dan melotot-melotot melihatku.
Aku jelas saja bingung, membuatku membatin: Ya Allah, mbak e kenopo to?
dan aku tidak berani melihat wajahnya.
Aku kemudian masuk ke depan lift begitupun mbak-nya. Aku menekan tombol lantai 2 sementara mbak-nya lantai 4. Kami hanya berdua di lift. Ia di sampingku masih terus melihatku yang membuat aku semakin nunduk.
Saat sampai di lantai 2, aku memberanikan diri tersenyum ke arah mbak-nya untuk kemudian nge-freeze sebentar lalu refleks, " LOH, NISA?"
Nisa lebih heboh lagi: "HEH? NAJMA? BENER KAMU KAN?"
Rupanya dari tadi dia ragu-ragu benarkah itu aku, apalagi aku nunduk-nunduk nggak kelihatan wajahnya.
Nisa yang harusnya lanjut ke lantai 4 keluar dari lift sepersekian detik untuk bertanya alasanku ke sini. Setelahnya kami berpisah.
Yah, di kota yang sama, kampusnya sama, berjarak tidak jauh, tapi bahkan untuk ketemu saja perlu kesempatan-kesempatan tak terduga. Tapi aku senang!
0 notes
Text
Seharusnya tanggal itu tidak ada di kalender.
Kayaknya, cokelat hangat (yang sebenarnya kupesan panas) akan jadi satu-satunya minuman di masa sedih. Ketika aku nggak tahu harus merespons apa, bahkan nggak memahami apa yang aku rasakan. jangankan mendeskripsikan, mengenalinya saja butuh waktu.
Paling-paling cuma sadar, tentang mana yang salahku, karena pada akhirnya, kita nggak bisa menyalahkan siapa-siapa kan?
0 notes
Text
Kuliner Dekat SD
Aku senang sekali, sekarang ada makanan-makanan enak di dekat sekolah dasarku dulu. Dari dulu memang banyak warung makan sih, karena dekat kampus. Namun, dua ini kayaknya baru-baru deh.
Pertama, Soto Pak Nanang. Aku baru tahu tahun lalu karena diajak teman sehabis lari-lari pagi. Enak. Porsinya pas sekali. Ditambah sate usus dua.
Kedua, Papakibo. Pertama kali dengar namanya aku langsung ingat Kibo, tokoh pohon hidup di kartun Doraemon. Hanya saja yang ini toko es krim. Aku tahu dari temanku yang sebenarnya juga belum pernah ke sana. Waktu itu kami sedang cari-cari es krim yang lokasinya cukup dekat. Ketemulah itu. Tapi aku sempat bolak-balik soalnya kiosnya kelewatan terus. Untung cuma dua kali.
Sampai di sana, aku suka lihat dekorasinya. Ada kaca pengilon, kursi warna-warni, dan hiasan lukisan di atas kain. Aku memilih es krim rasa coklat yang variannya dinamai "Mas Bagas".
Menurutku rasanya enak. Topping milonya penuh, tapi secara keseluruhan rasanya nggak kemanisan. Kalau soal tekstur, kurasa cukup beda sama es krim lain karena cukup lengket. Mungkin karena jenisnya swirl ice cream. Aku kurang tahu tentang ini, baru pertama kali soalnya. Tapi enak! (penegasan untuk kedua kalinya).
Mungkin butuh waktu 20-30 menit untuk menghabiskan karena aku dan temanku kebanyakan ngobrol. Ya, maklum, kenapa kami cari toko es krim, ya, untuk...refreshing.
Nggak lama, karena aku harus ke TPA, kami pulang. Tapi berhenti sebentar di parkiran depan toko karena smabil melihat orang-orang di rumah seberang lagi menaikkan tandon air super gede ke atap rumah.
Yah, pada intinya, aku senang menemukan kuliner-kuliner enak di dekat SD. Sekali waktu bisa balik-balik lagi, mengajak kenalanku yang lain, sebagaimana teman-temanku mengajak ke sini.
0 notes
Text
Di penutupan KKN, kami pamitan dengan anak-anak TPA. Semua menuliskan kesan-pesan di sticky note. Ada beberapa yang belum bisa baca. Daffa salah satunya. Dia baru empat tahun.
Lala lalu mendekat, mau membantu menuliskan.
"Kamu ada kesan pesan nggak untuk mba mas KKN?"
"Eem..." Daffa berpikir. Ia dikelilingi anak-anak lain yang sudah selesai dan mau melihat saja.
"Sate bakar," katanya lagi
"Hah?" Lala nge-lag.
"Mau sate bakar dua," ulangnya lagi. Dia memajukan tangannya, menunjukkan angka dua pakai jari.
"Hah?" Lala masih nggak mengerti.
"Sama es jeruk," tambah Daffa.
Anak-anak yang merubung ikut bingung. Hening.
"OH! YA ALLAH DAFFA," Lala langsung ketawa-ketawa. "Pesan ini bukan pesan makanan," jelasnya.
Daffa diam, mungkin dia jadi bingung.
"Pesan itu maksudnya, contohnya apa ya, hm...," Lala tampak berpikir, "semangat Mbak Lala, sehat terus ya mbak. Nah, ya, gitu..."
Catatan KKN tahun lalu.
0 notes
Text
Film Bulan September
Selama 2024, aku menonton tiga film di bioskop. Pertama, film Agak Laen yang kuceritakan Februari lalu. Aku beri 8/10.
Film kedua adalah Seni Memahami Kekasih. Aku menonton beramai-ramai di awal September. Dari segi visual dan jokes-nya segar sekali!
Lebih dari itu, bagiku yang paling penting adalah soal ceritanya. Aku membaca SMK versi buku di tahun 2024. Aku suka juga karena kumpulan cerita pendek itu kurasa persis diary. Singkat dan hangat.
Ketika diangkat jadi film, pengembangan ceritanya cukup banyak. Ada beberapa bagian yang juga mudah tertebak. Meski begitu, yang ini mendukung buat aku sebagai penonton ikut larut dalam suasananya. Ada di satu titik di tengah-tengah sedih ketawa, terus sedih lagi... kok bisa ...
Aku lupa berapa lama durasi film SMK. Namun, aku yakin sekali bahwa penyajiannya bikin film ini terasa tiba-tiba sudah tamat. Habis, seru sih buat diikuti. Nggak membuatku berpikir: KAPAN INI BERAKHIR?
Sejujurnya, waktu menonton ini, aku dalam situasi yang, haduh... dan dalam percakapn-percakapan tokohnya, sedikit banyak menajwab pertanyaan-pertanyaanku waktu itu.
Adakah yang paling utama?
Ada. Soal mengusahakan sesuatu dengan tidak timpang sebelah. Harus seimbang dan penuh kesungguhan. Doanya juga harus banyak. Kurasa hati yang tulus juga jadi kuncinya.
Film ini kuberi 8.5/10!
0 notes
Text
Ramen Pertama di Tahun Ini
Di dekat sekre yang telah kami tempati hampir 3 tahun ini, ada sebuah tempat kopi-kopian. Namun, aku baru datang ke sana tahun 2024. Baru dua kali di akhir tahun. Es cokelatnya enak. Murah lagi. Nggak terlalu ramai sehingga lebih leleuasa memilih di indoor atau indoor.
Kesanku selama di sana adalah kamu ke mana aja sih?
Untuk kemudian (yang lantas kusesali) aku nggak balik-balik lagi. Terlebih, kafe itu sudah berganti per minggu lalu.
Jadi warung ramen.
0 notes
Text
Lagi-lagi tentang cerita anak-anak TPA.
Kemarin sore, seperti biasa, kelas dibuka bersama-sama. Lalu, melafalkan hafalan surah sedikit, sebelum anak-anak dipersilakan masuk ke ruangan masing-masing.
"Surah-nya dihapal ya!" begitu tutupku.
"Bu, kalau belajarnya dari sekarang, nanti kalau udah gede lupa!"
0 notes
Text
Buatku, cokelat dan buku adalah dua barang yang sentimentil. Aku tahu mungkin sangat sederhana, tetapi kuberikan itu sebagai tanda kesyukuran bisa bertemu. Dan tanda kasih, berterima kasih. Ruang seistimewa buku untukku telah terisi oleh pribadi orang-orang yang baik. Maka aku berbahagia melihat senyuman manis kayak cokelat menghiasi wajah semua yang dengan senang hati menerimanya. Apalagi jika bukunya dibaca.
0 notes
Text
Hari ini, percakapan Ara dan Ika lucu. Keduanya kakak adik.
Ika sebelum sholat Magrib sibuk menghitung uang di depan masjid. Ia menunjukkan tiga lembar uang 5000 dan selembar uang 2000.
"Ini berapa Mbak Najma?" tanyanya memastikan.
Tiba-tiba, Ara si Kakak datang. Dia yang lalu menjawab pertanyaan itu.
"Tujuh belas ribu," jawabnya sambil menambahi, "weee, iku dhuwite entuk seko ngendi?"
Ika nggak jawab apa-apa. Ia masih asyik dengan uangnya yang berlembar-lembar itu. Sama seperti tadi, yang menjawab adalah orang di sampingnya.
"Dia tadi jajan, dikasih uang Bapaknya Mbak Ika, 20 ribu," kata Farah.
1 note
·
View note
Text
Tiga minggu usia dua puluh dua. Aku bertemu seorang Ibu yang kalimatnya begitu bisa dimaknai.
"Jalani dengan senang karena pasti sudah diatur sama yang di atas juga. Kita hanya wajib usaha dan menerima."
Bekalku untuk tahun yang baru.
1 note
·
View note