Sometimes gives his review on movies, literatures, songs or videos subjectively. Sometimes shares piece of his melancholic life. Sometimes only throws unexpected words to express his turmoil or other over-expressed feeling.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
“Old Normal” Experience
Saya masih ingat betul, masa-masa terakhir saya tidak mengkhawatirkan apa yang kita ketahui kini sebagai virus corona. Masa-masa saya merasa bebas keluar rumah tanpa perlu mempedulikan protokol kesehatan, berkerumun dan tak perlu bermasker.
9 - 15 Maret 2020
Mengawali pekan tersebut, saya pergi pagi sekali ke kantor, tetapi mampir dulu ke McD yang terdekat dari kantor. Kala itu sedang ada promo event, pelanggan yang mengantri sudah mulai dicek suhu tubuhnya dan diminta menggunakan hand sanitiser. Setelahnya, sampai kantor, mulailah saya benar-benar kepo tentang perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia. Ditambah lagi, sudah ada teman main yang disibukkan karena kantornya sedang meneliti virus corona.
2 hari kemudian, tweet yang menyerukan kewaspadaan akan virus corona semakin banyak. Di Mata Najwa, bertebaran argumen mengapa kita di Indonesia harus mulai lockdown, dengan membandingkan perkembangan kasus di negara yang saat itu kondisinya sedang parah-parahnya (Italia). Perbincangan di kantor pun tak jauh-jauh tentang virus ini dan segala dampaknya. Beberapa pertandingan liga di Eropa harus ditunda, entah sampai kapan karena negaranya sedang lockdown. “Wah kasian tuh Liverpool kalo Liga Inggris dibubarin gegara corona,” canda saya pada malam hari sambil masih bergerombol di luar rumah tanpa waswas.
Esoknya, saya bangun pagi langsung buka Twitter. Banyak tweet membahas Liga Champions, Liverpool kalah di kandang oleh Atletico Madrid. Itulah pertandingan bola berpenonton terakhir yang saya ingat. Esoknya masih ada berita pertandingan, MU di Liga Eropa, tetapi sudah dilaksanakan tanpa penonton. Paginya saya cepat-cepat berangkat ke kantor, niatkan cari sarapan di jalan, dan berakhir di McD BIP. Masih banyak orang beramai-ramai, sebagian sudah pakai masker. Malamnya, saya ke bioskop (untuk terakhir kalinya hingga kini). Di bioskop sudah bertebaran hand sanitiser, sebelum film ada iklan tentang kebersihan studio bioskop. Karena memang hobi nonton, saya jadi tidak terlalu khawatir kalau berdiam lama di studio bioskop. Esoknya lagi, ketika Salat Jumat, suasana masjid masih seperti biasa, solat berimpitan, setelahnya merasa aman untuk bersalam-salaman. Paginya pun saya masih santai-santai saja berkerumun sambil jajan di pinggir jalan.
Ketika akhir pekan, saya pergi ke mall dan beberapa kafe, mulai membiasakan diri pakai masker semenjak keluar rumah. Tempat-tempat macam itu masih ramai meski saat masuk sudah ada pemeriksaan suhu tubuh dan pembersih tangan. Saya pulang malam, karena terjebak hujan dan betah menulis blog di kafe. Sambil menulis blog, saya mengikuti perkembangan pandemi ini, makin banyak event yang dibatalkan, kantor saya pun bersiap untuk memulai WFH.
16 - 22 Maret 2020
Pada pekan itu, saya lewat ITB, sudah sepi sekitarnya dari para pedagang makanan. Kampus tutup, mereka pun ikut pulang. Saya mulai bermasker kemana-mana, termasuk di 2 hari terakhir masuk kantor seperti biasa. Rabu, Kamis, Jumat, sebenarnya saya tetap keluar rumah sambil benar-benar mempersiapkan supaya betah di rumah minimal selama sebulan. Suasana di luar, beberapa kafe sudah menerapkan social distancing, tetapi bioskop masih dibuka walau sepi. Teringat di hari Jumat, saya sudah tidak ikut salat Jumat di masjid lagi. Ketika saya hendak mengambil barang tertinggal di kantor, prosedurnya sudah ketat, tetapi masyarakat sekitar di luar masih sedikit yang aware dengan virus ini.
Akhirnya di hari Sabtu saya pertama kalinya 24 jam diam di rumah setelah sekian lama. Di hari Minggu saya ke mall yang ada supermarketnya sendirian, bekal masker cadangan dan hand sanitiser. Saya melirik ke sebuah kafe, geram melihat orang yang duduk tanpa jaga jarak. Saya pulang relatif lebih awal dari biasanya, sekitar jam 7 lebih.
3 notes
·
View notes
Text
Unexpected Journey 2
Rute: Keliling setengah Bandung
Waktu: Desember 2012
Sebenarnya saya tidak berencana untuk menceritakan pengalaman ini sebelumnya. Sampai tadi malam, saya mendadak teringat kembali akan hari itu.
Ketika itu, saya sudah bebas dari segala tugas kuliah, urusan di organisasi (calon pengurus inti) dan kepanitiaan pun sedang santai-santainya. Maka, saya berencana untuk pergi sendirian agak jauh dari kosan saya di Cisitu, tanpa membawa apa-apa. Berangkatlah saya ke salah satu mall di kota Bandung, beranjak iseng menonton salah satu film. Ketika hendak pulang, saya menaiki angkot, dan ternyata di jalan turun hujan lebat. Hujan semakin deras, tentu merugikan saya yang bepergian tanpa jaket atau payung, dan belum benar-benar ingin pulang. Alhasil saya turun angkot di perempatan Merdeka, lalu lari basah kuyup ke Gramedia Merdeka. Satu jam lebih saya berkeliling sambil mengeringkan diri di toko buku tersebut.
Hujan agak reda, saya malah naik angkot lagi ke kampus, berjalan ke sekre unit melewati rute teduh. Sudah lupa apa saja yang saya lakukan di sana selain main game PC di komputer sekre. Hujan tak berhenti hingga malam hari, menahan saya di sekre unit sendirian. Barulah sekitar jam 9 kurang, saya nekat keluar gedung dan menemukan sebuah payung usang. Saya pun jalan pulang menggunakan payung tersebut. Apakah esoknya saya mengembalikan payung tersebut ke tempat asal, atau membuangnya? Saya pun sudah lupa.
Itulah salah satu pengalaman yang membuat saya semasa kuliah rajin membawa jaket dan payung, walau hari sedang cerah. Termasuk ketika kerja praktik di Jakarta, saya selalu membawa payung (bukan jaket, karena kepanasan). Anehnya, sejak saya pindah kantor ke daerah Sukajadi, saya malah jarang membawa payung dan lebih suka mengenakan jaket. Entah mengapa.
2 notes
·
View notes
Text
Unexpected Journey 1
Rute: Bandung - Jakarta - Bandung
Waktu: Awal tahun 2014
Waktu itu sedang libur semester menuju semester akhir, dengan berbagai macam tanggungan. Ada LPJ unit, proposal TA, laporan KP pun belum selesai. Dalam rangka menyelesaikan urusan per-KP-an, saya pun harus pergi ke Jakarta lagi demi mengurus urusan administrasi (nilai, tanda tangan, dll). Segala persiapan tampak lancar, travel sudah di-booking sejak hari Senin (pergi hari Kamis), laporannya juga sudah selesai di hari sebelumnya.
Perginya pun lancar, keluar rumah jam 6 pagi, transit di kampus dulu jam 6.30 untuk titip laptop di sekre unit. Perjalanan ke Jakarta pun sangat lancar, 2.5 jam kira-kira dari Bandung ke Jakarta. Urusan di kantor KP pun lancar, tidak sampai setengah jam. Mengisi waktu sambil menunggu travel untuk pulang, saya pun merangkum kebiasaan saya di luar kosan selama KP di Jakarta untuk 3 bulan kurang. Saya pergi ke Blok M menggunakan metro mini, lalu makan di 3 tempat berbeda (1 makan siang, 2 ngemil). Setelah makan, saya langsung menuju lokasi travel untuk menunggu giliran keberangkatan. Akhirnya, saya menuju Bandung lagi dari jam 1 siang dan tiba di Bandung dalam 3 jam lebih perjalanan.
Sebelum jam 5 sore saya sudah di kampus lagi, menyusun slide seminar KP untuk esok paginya. Setelah makan malam (menu nasi-ayam goreng sebrang parkiran Sipil) lalu latihan presentasi, saya meninggalkan kampus jam 7 malam. Di perjalanan pulang ke rumah saya merasa sangat lega, entah mengapa, lalu tidur cepat.
Perjalanan ini menjadi sebuah perjalanan yang tak terduga mengesankan bagi saya, meski masa-masa KP saya di Jakarta dulu sebenarnya tak ingin saya kenang. Mungkin karena saat itu saya akhirnya merasakan perjalanan Bandung - Jakarta - Bandung yang super cepat (pakai travel di bawah 3 jam). Mungkin juga karena sebenarnya saya saat itu merindukan kehidupan di ibukota meski segala susah.
3 notes
·
View notes
Text
Hi Again
Hi again Tumblr!
Terakhir kali nulis di sini kayanya cuma nulis kutipan film tahun lalu. Karena tahun lalu lebih banyak menulis di blog yang sepertinya akan konvergen menjadi blog review film-film Indonesia (sila cek https://newadityaap.wordpress.com/). Berhubung sekarang lagi tidak bisa sembarangan keluar rumah, otomatis saya tidak lagi mencari hiburan dengan menonton film. Blog saya pun paling hanya diisi dua minggu sekali.
Tiba-tiba saya ingin mampir lagi kemari, berbagi sedikit cerita. Untuk sekarang saya akan memuat kembali beberapa cerita tentang Unexpected Journey, tentang beragam perjalanan yang pernah saya lalui, dan secara tak terduga sangat berkesan hingga kini. Nantikan ya!
1 note
·
View note
Quote
Duit kalo dikit, cukup. Kalo banyak, gak cukup
Bapak, Orang Kaya Baru (a 2019 movie)
2 notes
·
View notes
Quote
Alhamdulillah
Reaksi singkat ketika tahu akses Tumblr dibuka kembali, dan feed Tumblr-ku sudah kembali dipenuhi tulisan-tulisan segar.
1 note
·
View note
Quote
Seseram-seramnya iblis di luar sana, hati kotor manusia itu lebih mengerikan
Sabrina (a 2018 movie)
0 notes
Conversation
Olip: "Aku buat puisi paling indah dari semua yang kauberikan ke dia"
Doni: "Puisi? Gua buat lagu untuk dia!"
Olip: "Dia, bidadari pagiku"
Doni: "Dia dewi malam gua"
- Jomblo (a 2006 movie)
1 note
·
View note
Quote
Ternyata kalau berharap banyak harus siap kecewa banyak.
Cek Toko Sebelah (a 2016 movie)
0 notes
Text
hanya karena
kamu tidak boleh berhenti berkarya hanya karena orang yang kamu harapkan akan ada di sana–menjadi penikmat pertama karyamu–tak ada di sana lagi.
kamu tidak boleh berhenti berkarya hanya karena kamu tidak sedang menjalani mimpimu bersama seseorang yang kamu harapkan akan menemanimu.
kamu tidak boleh berhenti berkarya hanya karena kamu meninggalkan atau melepaskan seseorang yang selalu menjadi semangatmu.
kamu tidak boleh berhenti berkarya hanya karena pecah perasaanmu, remuk hatimu.
kadang kita harus melepaskan seseorang, tetapi kita tidak pernah boleh melepaskan mimpi-mimpi kita. kadang kita harus kehilangan seseorang, tetapi kita tidak pernah boleh kehilangan semangat berkarya kita.
822 notes
·
View notes
Text
Goodbye Tumblr?
Katanya mulai hari ini Tumblr tidak lagi dapat diakses di Indonesia dari beberapa provider. Siang tadi, menggunakan internet kantor saya pun tidak dapat mengaksesnya. Reaksi saya hanya dua, bingung dan marah.
Saya bingung saat kini sedang ingin kembali rajin menulis dan mengabadikan quote di Tumblr. Bingung ke manakah saya harus berpindah media untuk giat menulis? Twitter? Tidak, batasan karakter per tweet membuat menulis tidak efektif. Lagipula Twitter adalah tempat saya untuk tidak serius. Facebook? Tidak juga, karena saya sudah pasif berinteraksi di sana dan hampir mematikan akun saya di media sosial tersebut. Instagram? Tentu tidak, karena saya agak anti dengan media yang satu itu dan masih bertekad untuk tidak membuat akun Instagram. Jika sedang ingin menulis pun, selama ini Tumblr lah tujuan yang pertama kali muncul di pikiran saya.
Marah karena sebenarnya isu ini sudah ada sejak dua tahun lalu. Karena isu pornografi yang padahal saya yakin jumlah konten pornografi di media ini akan lebih sedikit dibanding di Twitter, Blogspot, dan Facebook. Saya pun ingat akan suatu artikel yang mengatakan menkominfo kurang piknik jika memblokir Tumblr dengan alasan pornografi. Carilah gambar atau tulisan tentang alat kelamin atau tindakan asusila, dalam bahasa manapun di tiap-tiap media sosial, lalu amati sendiri di manakah konten tak layak tersebut banyak muncul. Tidak peduli dengan alasan Tumblr mengabaikan permintaan tutup konten negatif, saya pun tetap tak setuju pemblokiran ini. Karena 360 akun negatif, lenyap pula akses-akses terhadap ribuan akun positif nan inspiratif.
Padahal banyak sekali tulisan-tulisan inspiratif dan membimbing yang saya temui di Tumblr. Tumblr sampai hari ini pun adalah hiburan saya dalam kondisi apapun, baik itu sedang senang, gundah, ataupun hampa. Bahkan sudah terbilang banyak buku-buku indie yang tercetak bermula dari tulisan-tulisan Tumblr para pengarangnya. Sangat disayangkan jika tidak ada lagi Tumblr maka tidak ada lagi inspirasi harian bagi saya.
Ditulis dari aplikasi Tumblr di Android,
6 Maret 2018
2 notes
·
View notes
Text
Ritual Nonton Saat Pulang #7: 3 Idiots
Sebuah kebiasaan bagi saya, saat sedang pulang ke Bandung adalah untuk menonton film yang ada di HDD. Pada kesempatan pulang kali ini, salah satu film yang saya tonton adalah 3 Idiots. Dan kemarin memang kesempatan saya untuk pertama kalinya menonton film ini secara penuh, tidak setengah-setengah. Dan bagi yang bingung mengapa ada angka #7 di judul tulisan ini, angka itu menandakan sejak bekerja di Jakarta, saya sudah 7 kali pulang ke Bandung.

Setelah menontonnya secara penuh, barulah saya mengerti betul mengapa film ini sukses di berbagai negara dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa teknik kebanyakan. Setidaknya ada dua kritik utama yang disampaikan di film ini yang sangat pro mahasiwa teknik. Pertama, tentang cara mengajar yang text book dan tidak memberikan ruang kreativitas bagi mahasiswa. Poin ini menyumbangkan salah satu dialog favorit saya dari film ini, yaitu saat Rancho, protagonis utama menjelaskan “buku” dengan bahasa rumit setelah menjelaskan “mesin” dengan bahasa yang sederhana namun sang profesor menolaknya.
Instruments that record analyze summarize organize debate and explain information which are illustrative non-illustrative hardbound paperback jacketed non-jacketed with forward introduction, table of contents, index that are intended for the enlightenment, understanding enrichment enhancement and education of the human brain through sensory root of vision.
Dialog tersebut merupakan dialog awal film yang langsung menyindir sistem perkuliahan yang masih mengandalkan uji hafalan untuk menentukan keberhasilan mahasiswanya. Padahal, kemampuan memahami isi buku dan mempraktikannya jauh lebih penting dari sekedar hafal definisi.
Kritik kedua adalah tekanan sosial yang diberikan kepada mahasiswa teknik. Film ini pun menyindir para orang tua yang memaksakan keinginan supaya anak-anaknya mendapatkan ijazah dari jurusan teknik di universitas terkenal tanpa mengenal minat sang anak yang sebenarnya. Pada film pun digambarkan Farhan, sebagai mahasiswa teknik yang sudah diinginkan oleh ayahnya untuk menjadi insinyur dari sejak lahir tetapi dirinya malah ingin menjadi fotografer hewan di alam bebas. Adalah sindiran yang nyata bagi setiap orang tua, bahwa profesi insinyur bukanlah satu-satunya profesi yang menjanjikan masa depan cemerlang. Selain itu, percuma bagi seorang anak bila ia mampu menjalani kuliah teknik dan lulus lalu bekerja di bidang yang sama, tetapi sebenarnya ia tidak menikmatinya. Tekanan sosial yang dikritisi pada film ini bukan hanya berupa tuntutan orang tua, tetapi juga tekanan universitas untuk selalu memenuhi apa kata dosen agar mendapat nilai bagus. Tekanan tersebut ditunjukkan oleh adegan bunuh diri seorang mahasiswa yang sebenarnya kreatif tetapi harus menunda kelulusannya karena tugasnya tidak sesuai dengan keinginan dosen. Pada film ini, keputusan bunuh diri yang dibuat mahasiswa tersebut diistilahkan sebagai pembunuhan oleh sistem pendidikan universitas.
Rancho, protagonis utama pun memberikan nilai-nilai kehidupan perkuliahan yang penting dalam film berdurasi 171 menit ini. Dirinya tetap bisa bergaul dan membentuk geng bersama kedua temannya, Farhan dan Raju. Sebagai seorang yang jenius dan kreatif, ia pun tidak ragu untuk memberi saran kepada Milimeter untuk membeli seragam dan masuk kepas manapun yang diinginkan jika benar-benar ingin belajar. Ada juga saat dirinya menyarankan Pia untuk tidak menikah dengan lelaki yang materialistis.
Banyak quote menarik yang dapat dijadikan sumber inspirasi dari film ini. Saya pun tidak heran saat beberapa tahun yang lalu menonton beberapa adegan di film ini sebagai salah satu materi kuliah.
1 note
·
View note
Text
Pintu Terlarang: Benang Merah yang Tak Terduga

Seorang anak berusia 9 tahun, anak pembawa sial, selalu dianiaya oleh kedua orang tuanya secara fisik dan mental, meninggalkan luka-luka pedih di sekujur tubuhnya. Ranti, jurnalis majalah Em, berpacaran dengan seorang duda ditinggal mati dan anak satu, bersahabat dengan penyanyi terkenal, hidupnya mulai berubah sejak terobsesi mengangkat cerita tentang “dia” di majalahnya. Gambir, seorang pematung dengan kehidupan sempurna, istrinya hanya mencintainya, kedua sahabatnya sudah bagaikan saudaranya sendiri, bergelimang harta karena patungnya selalu laris di pameran. Kisah ketiga manusia yang semula tidak saling berhubungan namun masih berada dalam universe yang sama.
Keterkaitan kehidupan ketiganya mulai menampakkan benang merah sejak si anak mulai mendengarkan suara-suara untuk segera mengakhiri penderitaannya. Ranti pun mulai menyadari kejanggalan dalam diri Dion, pacarnya yang telah menemaninya menyusun cerita tentang “dia”. Citra Gambir akan Talyda, istrinya pun mulai berubah sejak ia menemukan sebuah pintu yang bagi Talyda terlarang untuk dibuka. Gambir pun mulai merasakan bahwa dirinya telah dikhianati orang-orang yang ia cintai.
Si anak membuat keputusan besar, berharap penderitaannya berakhir. Ranti yang ceritanya segera selesai dan akan dimuat lebih cepat dari jadwal pun akhirnya mengungkap kejanggalan Dion. Gambir, merasa berhasil membalaskan dendam kepada semua pengkhianatnya, akhirnya menjawab rahasia di balik pintu terlarang. Pintu terlarang yang kemudian menjadi benang merah di antara tiga cerita yang semula tidak saling berhubungan. Pintu terlarang yang menjadi muara akan sebuah petualangan imajinasi yang menegangkan dari seseorang yang tak pernah terduga.
Novel dewasa ini adalah a must read bagi siapapun yang menyukai cerita ber-plot twist. Awalnya kau boleh mengira bahwa ketiga cerita yang disajikan di novel ini hanyalah cerita omnibus biasa tentang bagaimana setiap pemeran utama menemukan takdirnya. Namun, setelah selesai membacanya hingga akhir, kau harus kagum dengan kemampuan Sekar membangun imajinasi dalam imajinasi bagi tokoh sentral dari novelnya. Novel keluaran tahun 2004 ini dapat dikatakan luar biasa. Sekar sangat berhasil membangun imajinasi bertingkat, beserta detil yang akurat di setiap tingkatnya. Jika langsung paham akan cerita dalam novel ini, tentang seorang yang gila, kau pun harus merasa ngeri terhadap penulisnya. Karena bagi saya, novel ini adalah buah pemikiran yang juga “gila”.
Ini adalah novel yang akhirnya saya baca untuk menjawab rasa penasaran saya sejak tahun lalu. Sejak pertama kali secara random menonton film berjudul sama, karya dari Joko Anwar. Mungkin beberapa hari lagi review dari filmnya juga akan muncul di miniblog ini.
0 notes
Link
Wacana untuk membuat media khusus review karya fiksi akhirnya terlaksana juga. Review berikutnya semoga bisa banyak ditulis di Medium, selain Tumblr ini. Dan inilah postingan pertama saya di sana.
0 notes
Text
What’s on 2017? (2)
Resignation
Q: Wah Dit, jadi beneran udah pindah kerja ya waktu 2017? Kenapa? A: Iya, alesannya coba simpulkan sendiri ya di bagian ini.
Sebenarnya saat awal tahun saya sudah mendapatkan beberapa ajakan teman untuk ikut pindah ke tempat kerja mereka masing-masing, tetapi saya saat itu masih merasa nyaman dengan kantor saya pada saat itu. Pun jika hendak mengakhiri masa kerja di sana, saya lebih memilih meninggalkannya untuk sekolah lagi di luar negeri. Namun, beberapa minggu kemudian rasa ingin segera pindah kerja kian membesar, klasik karena management issue dan beban kerja sedang minimum. Niat untuk mempersiapkan diri kembali, dengan meng-update CV dan belajar lagi pun muncul saat bulan April ketika ada titian karir di ITB. Namun kenyataan berkata lain, karena mager, saya baru memulai mencari pekerjaan baru dan mempersiapkan diri untuk wawancara saat akhir April, saat para kolega lain makin banyak yang meninggalkan kantor lebih dulu, meningkatkan angka turnover rate kantor lebih dari tahun sebelumnya.
Banyak hal yang semakin hari makin saya benci selama bekarja yang kemudian makin membulatkan tekad saya untuk pindah. Pada minggu awal bulan Ramadhan, saya pun menetapkan hati untuk memberikan CV saya pada seorang teman, yang kemudian diteruskan ke recruiter tempat ia bekerja di Jakarta Selatan. Saya pun mengerjakan tes awal yang diberikan dengan serius dan mempersiapkan untuk wawancara di minggu berikutnya, yang kemudian saya ketahui mekanismenya jauh lebih baik dibandingkan kantor saya saat itu. Dua kali saya mengambil cuti kantor untuk wawancara di Jakarta, salah satunya sambil flu dan masuk angin, hasilnya sangat menyenangkan karena saya mendapatkan offering dari kantor baru dua hari sebelum libur lebaran (berkah Ramadhan tahun lalu, Alhamdulillah). Seusai libur lebaran, saya pun mempersiapkan diri untuk medical checkup lalu resmi memberikan resignation letter sekeluarnya hasil tes medis. Pada akhir Agustus, keluarlah saya dari kantor yang sudah menjadi tempat bekerja selama 2 tahun lebih, dan untuk tahun lalu saya adalah pegawai ke-26 yang meninggalkan kantor. Bye Pasirkaliki 231, bye MAC-05, bye my additional role as technical interviewer (sometimes).
Keputusan saya tersebut tentunya meninggalkan hikmah salah satunya untuk meninggalkan zona nyaman dan mengangkat kaki ke zona nyaman yang baru. Di kantor tersebut, yang terlalu banyak keluhan pegawainya lalu terkemas dalam berbagai toxic gossip circle, meninggalkannya saat ada kesempatan lain adalah pilihan terbaik. Teringat tweet seseorang yang kira-kira berkata "Kalo lo gak betah, cari kerjaan lain. Kalo gak bisa ya diem aja jangan ngeluh." Memang, bukankah lebih baik menyalakan obor lalu mencari rute keluar dibandingkan berulang-ulang mengutuk kegelapan lalu diam?
New Office
Bulan September dimulai dengan aktivitas mencari kosan di daerah Jakarta Selatan, mencari yang cukup mudah ditempuh dari kantor saya yang baru di daerah Ampera. Kantor baru berarti bab baru dari buku kehidupan. 90 hari pertama saya di kantor baru diisi dengan full of struggle. Efforts to back to square one, adapt with new workspace, and adapt with new workflow (this is what I felt the hardest). Namun semua yang terjadi di tahun 2017 ada hikmahnya, termasuk pindah kantor ini. Di kantor baru saya banyak mendapatkan apa yang tidak saya dapatkan di kantor sebelumnya. Jika melihat review perusahaan di situs-situ seperti Qerja, Jobplanet, ataupun Glassdoor, nada review kantor yang sekarang jauh lebih baik dibandingkan kantor sebelumnya. Walaupun saya langsung mendapatkan pekerjaan yang tidak terduga sebelumnya sejak awal masuk, tetap saja kualitas hidup dan suasana kerja di sini lebih baik.
Hikmah, new chapter, dan bersyukur, itulah konklusi saya menutup tahun 2017.
0 notes
Text
What’s on 2017? (1)
Mungkin di tahun 2017 ini banyak cerita yang gak sempat kesebut di postingan ini, dan mungkin isi postingan ini agak berantakan, tapi ya gak apa-apa sih, supaya lebih genuine. Sebelum bercerita lebih jauh, secara umum di 2017 ini banyak kejadian yang tak terduga tetapi tetap saya jalani dan syukurnya ada hikmah dari setiap keputusan yang saya buat.
Learn New Things
Kebiasaan buruk saya buat asal unduh e-book gratisan di situs-situs seperti Packt tapi tak pernah disentuh mulai berubah menuju arah positif. Kalau di tahun sebelumnya saya menyempatkan baca minimal satu buku fiksi tiap bulannya, kini saya juga mengikut sertakan membaca e-book teknis di antara hobi tersebut. Senangnya beberapa e-book yang sudah diunduh berhasil dibaca sampai tamat. Salah satu e-book yang sukses saya baca adalah Software Architecture for Developers (yang ini bukan dari Packt sih). Walaupun kontennya singkat, tapi cocok buat dijadikan bacaan awal.
Selain mengkonkritkan rencana untuk rajin baca e-book, saya juga diberikan kesempatan dari kantor untuk mengikuti training iOS Development saat awal tahun. Training-nya cukup berguna walaupun singkat (karena durasinya terbatas) dan hanya sempat mempelajari dasarnya saja. Namun beberapa bulan setelahnya saya tetap belajar mandiri di sela-sela jam kerja dan dapat merasakan pengalaman ngoding aplikasi iOS walau hanya sekitar 2 bulan di kantor. Saat masuk kantor baru pun, diberi kesempatan yang sama sambil menjalani role yang berbeda di kantor sebelumnya.
Q: Tunggu dulu, jadi lu tahun ini pindah kerja, Dit? A: Untuk mengetahui jawabannya dan mengapa, silakan baca sampai akhir lalu baca part berikutnya :)
Selain itu, dari Mei hingga Agustus lalu saya juga berkesempatan untuk mengikuti program Android Developer Scholarship. Jadi pada bulan tersebut saya mendapatkan akses belajar materi-materi Android dari Udacity dan harus mengerjakan serangkaian tugas yang akan di-review pematerinya. Materi yang diberikan tidak terlalu banyak mengingat program ini adalah program fast track, jadi beberapa materi memang dipadatkan. Setelah menyelesaikan semua materi dan tugas, saya pun berkesempatan untuk mengikuti tes sertifikasi Android Developer secara gratis. Tahapannya terdiri dari pendaftaran, pengumpulan tugas, dan wawancara online. Tiga hari setelah wawancara barulah saya mendapatkan e-mail berisi certified badge penanda bahwa saya adalah Associate Android Developer setidaknya hingga 3 tahun ke depan. Lumayan, mendapat pencapaian lagi yang bisa dicantumkan di Linkedin. Nah, what I thought is from this point I had to be more proper mobile developer.
Best Ramadhan in Last 4 Years
Bagi saya sendiri, bulan Ramadhan terakhir yang saya rasakan adalah yang terbaik dalam 4 tahun terakhir. Di bulan Ramadhan terakhir, saya merasa lebih sering mengaji saat ada waktu luang, berbeda dengan bulan-bulan biasa di mana baru ingat untuk membaca Al-Quran saat sedang butuh obat hati saja. Frekuensi salat Tarawih pun paling banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jadi ingat saat malam pertama Ramadhan, sepulang dari kantor dan masih ragu dengan hasil sidang Isbat, entah mengapa saya ingin mampir ke Masjid Salman tanpa ragu dan merasakan suasana Tarawih pertama di sana.
Secara interaksi, saya merasa lebih produktif di dunia nyata dan mengurangi interaksi di media sosial, makanya tulisan saya di Tumblr saat Ramadhan lalu lebih sedikit. Saat merasakan puasa sambil bekerja pun, entah mengapa di tahun ini lebih menyenangkan walaupun jarak kantor-rumah lebih jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun pada beberapa hari di awal dan akhir Ramadhan kesehatan terganggu, dikarenakan kemasukan angin jahat saat jam berbuka, saya tetap bangga telah bertemu dengan bulan Ramadhan yang lalu. Singkatnya, pada Ramadhan terakhir saya merasa paling dekat dengan-Nya.
(Bersambung ke part 2)
0 notes
Video
youtube
Kurang lebih 3 bulan yang lalu pertama kali nonton full video klip dari lagu ini. Cerita di videonya lebih menyedihkan dari lirik lagunya. Cobalah tonton dan mengerti cerita di dalamnya, supaya paham contoh masalah yang menimbulkan masalah lainnya. Juga hubungan yang harus segera diakhiri jika salah satunya sudah egois.
0 notes