Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Perawanku Pecah Di Dokter
Cerita Sex ini berjudul ” Perawanku Pecah Di Dokter“cerita hot,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita mesum terbaru,cerita ngesek,cerita ngesex,cerita sec,cerita terbaru,ceritasek,cerpen hot,crita sek,kisah hot. Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta, Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang bidang. Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja. Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah. Baca Juga: Ngintip Sepupu Yang Horny “Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga. Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu. “Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”. Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya. “Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring. Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya”. Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal. “Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu. Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu. Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut. “Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih… baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku. “Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati. “Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup. “Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rini tenang aja…”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi merinding rasanya. “Ooomm…”, suaraku lirih. “Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil tersenyum. Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas. “Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih. “Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya. Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari. “Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali. Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi makin geli… apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian. Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku. “Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan. “Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”. Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan. Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya clitorisku. “Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya. “Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya. “Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas. Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku. Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan kemaluannya itu. Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku. “Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah. Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku. Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar. Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !” Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku. “Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja. Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku. Tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu. “Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja. Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…” Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai. Melihat keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan. “Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”. Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa. “Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum. “Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu. Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks. cerita hot,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita mesum terbaru,cerita ngesek,cerita ngesex,cerita sec,cerita terbaru,ceritasek,cerpen hot,crita sek,kisah hot Read the full article
37 notes
·
View notes
Text
Body Mulusnya Selingkuhanku
Cerita Sex ini berjudul ” Body Mulusnya Selingkuhanku “cerita ibu selingkuh,cersek ibu,cersek selingkuh,ibu ibu selingkuh,ibu selingkuh,mama anak selingkuh,mama ku selingkuh,mama selingkuh,mama selingkuh sama anak,mamah selingkuh,perselingkuhan ibuku,selingkuh dengan ibu. Cerita seks dewasa ini dengan pelan agar bisa merasakan sensasi yang sangat teransang dan bergairah. Saya ingin menceritakan pengalaman seks saya 8 tahun yang lalu, sekarang saya sudah berumur 22 tahun. Seharian ini aku tidak karuan bekerja, suntuk benar rasanya hari ini, seharian dimarahi melulu sama boss karena kerjaanku salah terus, “Teeet” bel pulang sudah berbunyi, kesempatan ini tidak kusia-siakan, “langsung ngacir”. Sore itu cuaca masih mendung karena sebelumnya hujan mengguyur dengan sangat deras. Aku berjalan keluar halaman kantor, kulihat jalanan sebagian tergenang air. Aku berdiri di trotoar jalan menunggu angkutan umum. Hari ini memang aku tidak naik motor karena motorku sedang ada di bengkel. Entah kenapa hari ini aku sial terus dari rumah pas mau kerja motorku mendadak ngadat tidak mau distater. Sial, mana hari ini aku pagi-pagi sekali harus sudah menyerahkan laporan bulanan kepada boss. Sial benar-benar sial. Saat aku asik melamunkan kesialanku hari ini, tanpa sadar tiba-tiba sebuah Baleno warna silver metalik melintas di depanku dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba. “Craaassshh!” air genangan menyemprot ke seluruh tubuhku, mukaku, baju, celanaku semuanya basah kuyup. Shiit, sekali lagi shiit, lengkap sudah kesialanku hari ini. Aku memaki-maki tidak karuan. Tiba-tiba Baleno itu berhenti beberapa puluh meter dari tempat aku berdiri dan langsung mundur menuju ke arahku. “Cari penyakit,” gerutuku. Aku sudah bersiap-siap mau mendampratnya jika orangnya keluar, paling tidak kumaki-maki dulu. Urusan maaf-memaafkan belakangan. Aku sudah bersiap-siap ketika pintu Baleno itu terbuka, aku terkejut ketika sebuah kaki indah terbungkus sepatu kets menapak di aspal yang basah. Sesaat kemudian munculah mahluk yang menurutku sangat cantik. Tingginya kira-kira 165 cm, kulitnya putih, kalau ditaksir-taksir umurnya sekitar 35-an, tetapi penampilannya modis sehingga tidak terkesan dewasa, tapi yang paling menarik perhatianku adalah bentuk bodinya yang sangat proporsional, “Gitar Spanyol Cing”. Terbalut kaos ketat lengan cekak warna abu-abu dan legging warna hitam selutut menambah tonjolan-tonjolan tubuhnya semakin nampak nyata, sampai-sampai aku meneguk air liurku, “Glek.. glek,”. “M.. ma’af Mas” katanya menyadarkan aku dari kekagumanku. “Oh oh tidak pa.. pa..” sahutku (kok jadi aku yang gugup bathinku “). “Maafkan saya Mas, saya tidak segaja.. lagi ngelamun jadi tidak sadar kalo ada orang,” ujarnya menjelaskan.“Mas mau pulang..? tambahnya lagi. “Ii.. iya” jawabku. “Oke.. sebagai pernyataan maaf saya, gimana kalo mas saya antar pulang. Ayo mari masukMas!” pintanya tanpa menunggu persetujuanku. Wah kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan nih. “Bagaimana ya” kataku. “Please ” katanya. Tanpa ba bi bu lagi aku langsung masuk ke Balenonya yang langsung meluncur. “Ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan, saya.. Conny,” katanya memecah kekakuan. “Saya Irwan, Mbak,” timpalku. Ternyata Mbak Conny enak diajak ngomong tentang apa saja, orangnya supel. Dan sampai aku juga tahu bahwa ia adalah istri kedua dari salah seorang pengusaha sukses yang meninggal karena kecelakaan mobil setengah tahun lalu. Menurut dia suaminya dibunuh karena persaingan dengan seteru bisnisnya. “Maaf Mbak, kalau saya mengingatkan,” kataku. “Tidak.. papa Wan,” sahutnya. “Wan kamu tidak papa kan ke rumah Mbak dulu. Mandi dulu ya, nanti setelah itu baru kita ke rumah kamu gimana?” “Terserah Mbak deh,” kataku mengiyakan. Kami tiba di rumahnya di salah satu kawasan pemukiman elit yang terkenal. Wah ternyata rumahnya cukup besar dan asri. “Masuk Wan!” “Makasih Mbak.” .”Wan kamu mandi dulu ya,” katanya sambil menunjukkan kamar mandi. “Nanti Mbak siapkan pakaian untukmu, kan baju sama celana kamu basah, biar di cuci di sini saja, Mbak juga mau mandi dulu.” Kulepas semua pakaian sehingga sekarang aku sudah telanjang dan aku siap untuk mandi. Iseng aku mengingat Mbak Conny yang aduhai tanpa sadar “si Jonny” tiba-tiba mengeras. Aku membayangkan jika Mbak Conny mengatakan, “Wan, maukah menyenangkan Mbak?” Kurasakan “si Jonny” semakin keras seiring imajinasiku tentang Mbak Conny wajah cantiknya, kulit putihnya yang halus mulus tanpa cacat, dua gunung kembarnya yang ukuran 34 dan pantatnya yang besar. Kukocok-kocok batang kemaluanku, sementara khayalanku dengan Mbak Conny semakin menjadi-jadi, dan tiba-tiba “Cklok…” pintu dibuka, aku terkejut tanpa bisa berbuat apa-apa. Tadi aku lupa mengunci pintu kamar mandi, ternyata Mbak Conny sudah berdiri di hadapanku. “Maaf Wan, aku lupa ngasih handuk ke kamu.” “Oh iya Mbak,” kataku. Mbak Conny tidak langsung pergi ia tertegun melihatku telanjang bulat dan sekilas kulihat ia melirik batang kemaluanku yang dari tadi sudah tegang. “Mbak mau mandi berdua denganku?” tanyaku asal. Mbak Conny tidak menolak dan juga tidak mengiyakan, naluri kelelakianku mulai jalan, kutarik lembut tangannya ke dalam dan kukunci pintu kamar mandi, tanpa menunggu reaksinya lebih lanjut kusentuh wajahnya dengan lembut, “Mbak cantik sekali,” aku mulai melancarkan rayuan, “Masa sih Wan, Mbak kan sudah 30 lebih, kamu bisa saja.” Kucium pipinya dengan lembut lalu bergeser ke bibirnya yang seksi. “Wan!” keluhnya lirih, “Mbak saya sangat mengagumi Mbak,” bisikku lembut di telinganya, sambil kuletakkan tanganku melingkari lehernya. Kembali kukecup lembut bibirnya, kali ini dia membalas dengan hangat, beberapa saat adegan cium itu berlangsung, tanganku mulai “bergerilya”, kuusap punggungnya, terus turun ke bawah, ke bagian pantatnya, kurasakan bongkahannya masih sangat padat, kuremas-remas dengan lembut. Kali ini ia yang melingkarkan tangannya ke pinggangku, semakin erat, kurasakan gunung kembarnya menggencet dadaku kenyal dan lembut kurasakan. Kami semakin bernafsu, batang kemaluan yang sudah dari tadi tegang tambah kurasakan berdenyut-denyut. Kurasakan aku semakin terangsang, segera saja kubuka baju mandi Mbak Conny. Terlihatlah pemandangan yang sangat indah, aku terdiam sejenak mengagumi keindahan tersebut, kulihat payudaranya yang besar dan masih kencang. Kutelusuri semua bagian tubuhnya tanpa ada bagian yang terlewatkan, sampai pada “area kenikmatan” Mbak Conny. Aku semakin terangsang karena pussy Mbak Conny mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Kali ini langsung kuserbu payudaranya, kuraba-raba sambil terus kissing sambil sesekali terdengar rintihannya, “Ohhh… Wan mhmmm…” kujilati kupingnya terus menjalar ke leher, dada, dan sampai ke payudaranya, kujilat, kumainkan putingnya dengan lidahku, aku semakin bernafsu. “Waaan, ohhh…” “Hmmm, Mbak… Mbak cantik sekali.” Kali ini tangannya mulai kurasakan lebih aktif, dirabanya punggungku turus turun ke pantatku kemudian ke depan mencoba meraih batang kemaluanku dipegangnya dengan lembut, dikocoknya pelan-pelan sambil berkata, “Wan, punyamu lumayan besar juga. Mbak mau merasakannya Wan… ohhh,” kembali erangannya terdengar karena aku masih sibuk memainkan pentil payudaranya dengan ujung lidahku. Mulai bosan dengan payudara, kuangkat badannya, kududukkan ke pinggir bak air. Kembali aku menjilati perutnya, kukukek-kucek liang pusatnya masih dengan ujung lidahku, terdengar kembali erangannya lebih keras, “Ooouhhh… hmmm… ahhh…” mungkin Mbak Conny sudah terangsang hebat. Keadaan ini tidak kubiarkan langsung kuarahkan lidah ku ke arah belahan pussy tanpa bulu yang indah sekali, tercium olehku bau khas kewanitaannya. Aku semakin bernafsu kujilati pussy Mbak Conny yang sudah mulai basah dengan lendir kumainkan ujung lidahku menelusuri setiap millimeter dari “benda enak gila” itu. Tubuh Mbak Conny semakin terguncang hebat menikmati permainan lidahku, nafasnya memburu, sudah tidak beraturan lagi sambil terus mengerang, “Oouuussshhh aaahhh,” merintih tidak karuan keenakan. Ujung lidahku masih menempel pada benda enak milik Mbak Conny kali ini bagian terakhir yang akan kugarap. Benda sebesar biji kacang yang terletak di atas lubang pussy-nya. Hoooaah, hmmm hhhh ooouuhhh, Wan terus sayang terus… terus… Ouuhh uuhhh terus…” Kali ini Mbak Conny pasti hampir mencapai puncak gunung kenikmatannya, dan aku terus saja memainkan lidahku dengan ganas di liang pussy-nya yang semakin banjir oleh cairan kewanitaannya yang nikmat di lidahku. Sampai suatu saat ia menjabak rambutku, dan menekan kepalaku ke selangkangannya seakan-akan jangan sampai lepas. “Ooouuhn mmm ohhh.. ohhh, Wan terus Wan… Mbak mau keluarrhh…” sampai suatu sentakan hebat akibat kontraksi otot-otot badannya yang menegang. “Waaan Mbak keluaaar hhh…” Beberapa saat badannya masih tersengal-sengal, sambil berkata padaku, “Wan makasih, kamu hebat, Mbak sudah lama tidak merasakannya sejak suami Mbak meninggal.” “Sama-sama Mbak, saya juga sangat menikmatinya, saya suka sama Mbak,” ujarku. “Kali ini giliran kamu ya, Wan. Sekarang kamu duduk di pinggir sini,” katanya. Di kecupnya bibirku, dilumatnya, lidahnya sengaja dimasukkannya menjalari seluruh rongga mulutku sambil sesekali menghisap lidahku, kali ini aku sedikit tidak menguasai keadaan, tangan Mbak Conny masih terus memegang batang kemaluanku sambil terus mengocoknya, “Ooohhh…” kali ini aku yang dibuatnya mengeluarkan suara keenakan. Ah, lidahnya sudah hampir di puting susuku, dimainkannya lidahnya yang membuat sensasi tersendiri. “Aahhh… enak gila,” sambil terus mengocok batang kemaluanku. Mbak Conny terus menjilati bagian tubuhku sampai akhirnya dia menjilati kepala kemaluan. Dia terus memainkan lidahnya menjilati, kepalanya, batangnya, biji kemaluan tidak luput dari sasaran lidahnya. “Ahhh, Mbak… enak Mbak ahhh…” Mendengar rintihanku dia memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya, “Ooh… terus Mbak…” pintaku. Turun-naik kepalanya mengisap batang kemaluanku sampai keadaan dimana aku merasakan kejang dan batang kemalaunku berdenyut-denyut sangat hebat, “Ooohhh… ohhh… aku hampir keluar Mbak…” Semakin ganas kepalanya turun-naik, semakin mempercepat kocokan dan sedotannya dan… “Crooot… crooot… croot…” batang kemaluanku memuntahkan sperma ke dalam mulut Mbak Conny dan dengan bernafsu ditelannya sperma tersebut dan sisanya dijilatnya sampai bersih. “Makasih Mbak,” kataku. “Sama-sama Wan,” katanya dengan lembut. “Oke sekarang kita mandi dulu biar segar dan kita ulangi lagi nanti ya di kamar.” Aku masih mengenakan handuk yang dililitkan ketika Mbak Conny datang membawa segelas susu coklat hangat dan memberikannya kepadaku. “Minum dulu sayang, biar tambah segar.” Kuseruput coklat hangat, “Aaahhh…” kurasakan kehangatan menjalari tubuhku dan kurasakan kesegaran kembali. Kami berciuman kembali, Mbak Conny tampak sangat menikmati ciumanku ini, matanya terpejam, nafasnya mendesah, dan bibirnya dengan lembut mengecup sambil sesekali menghisap bibir dan lidahku, jari jemari lentik guruku itu mulai bergerak turun menyusup ke balik handukku menuju buah pantatku. Batang kemaluanku yang hanya ditutupi handuk kecil itu segera berdiri tegang. Bagian bawah kepala kemaluanku itupun langsung tergencet oleh perut Mbak Conny yang langsung menyalurkan getaran-getaran kenikmatan ke seluruh urat syarafku. Jari-jemarinya mulai meraba kedua buah pantatku. Mula-mula rabaannya melingkar perlahan, makin cepat, makin cepat, sampai akhirnya dengan suara mendesah, diremas-remasnya dengan penuh nafsu. Aku mencium dan menjilati telinga Mbak Conny, sehingga membuat tubuh janda cantik itu menggelinjang-gelinjang, “Ohhh Wan… gelii… sss…” Kuturunkan bibirku dari kuping menelusuri leher, terus turun ke dada, jari jemarinya pun terasa semakin keras meremas-remas pantatku. Seraya mengecupi areal dadanya, jemariku membuka satu persatu kancing seragam kebanggaannya itu hingga terlihat belahan payudaranya yang besar menyembul dari balik baju mandinya. Bentuknya menghadap ke atas dengan puting yang langsung mengarah ke mukaku. Amboi seksinya, tanpa membuang waktu kulahap payudara itu dengan gemas. Kusedot-sedot dan kujilati putingnya yang sudah menegang itu. Tiba-tiba tangan kanan Mbak Conny berputar ke arah depan. Dengan sekali sentak maka terjatuhlah penutup satu-satunya tubuhku itu. Kulirik kaca lemarinya, di sana terlihat badan tegapku yang bugil tengah menunduk menghisap payudara wanita berbadan montok yang masih dibalut pakaian mandinya. Dari kaca riasnya kulihat Mbak Conny mengalihkan tangan kanannya ke arah selangkanganku dan… “Slepp!” dalam sekejap batang kemaluanku sudah berada dalam genggamannya. Dengan lembut dan penuh perasaan ia mulai mengocok batang kemaluanku ke atas.. ke bawah.. ke atas.. ke bawah. Uff… tak bisa kuceritakan nikmat yang kurasakan di selangkanganku itu. Apalagi ketika sesekali ia menghentikan kocokannya dan mengarahkan jempolnya ke urat yang terletak di bawah kepala batang kemaluanku. “Aaahhh… Mbaak… aaahh…” aku hanya bisa mengerang keenakan seraya terus mengecup dan menjilati payudaranya. Tiba-tiba Mbak Conny mendorong tubuhku hingga terduduk di atas ranjang busanya dan ia sendiri kemudian berlutut dihadapan selangkanganku. Ia menengadahkan kepalanya dan menatap mataku dengan pandangan penuh nafsu. Bersamaan dengan itu, ia menciumi kepala batang kemaluanku, kemudian menjilati lubang penisku yang sudah dipenuhi dengan cairan lengket berwarna bening. Tiba-tiba ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan apa yang kurasakan berikutnya adalah kenikmatan yang tak terlukiskan. Mbak Conny memasukkan dan mengeluarkan penisku di dalam mulutnya dengan gerakan yang cepat sambil menggoyang-goyangkan lidahnya sehingga menggesek urat bawah kepala penisku itu. “Aaahhh… ouuhhh… Mbak! aakh… ouhhh…” aku hanya bisa terduduk sambil mengerang nikmat dan Mbak Conny tampak begitu menikmati kemaluanku yang berada di dalam mulutnya, sampai-sampai ia memejamkan matanya. Tangan kiriku kembali meremas-remas payudara Mbak Conny sedangkan tangan kananku menyentuh bagian bawah buah pantatnya. “Mmmh.. mmmhh…emmhhh…” rintihnya sambil terus mengulum batang kemaluanku ketika kuraba-raba lubang kemaluannya. Mbak Conny semakin memperkuat sedotannya sehingga memaksaku untuk semakin mengerang tak keruan, seakan tak mau kalah, kumasukkan tanganku ke selangkangannya dari arah perut, dan dengan mudah jemariku mencapai vagina yang sudah sangat basah itu. Dalam 3 detik jariku menyentuh sebuah daging sebesar kacang yang sudah menonjol keluar di bagian atas vagina Mbak Conny, jari tengah dan telunjukku segera mengocok “kacangnya” dengan cepat. “Mmmhh.. mmmhhh… aaahhh…” Mbak Conny melepaskan penisku dari mulutnya untuk berteriak histeris menikmati kocokanku di klitorisnya. Sekitar 5 menit kami saling mengocok, meremas, dan menghisap diikuti dengan gelinjangan dan jeritan-jeritan histeris, ketika tiba-tiba Mbak Conny menengadahkan mukanya ke arahku dan merintih, “Wan.. please sekarang…” Tanpa menunggu kata-kata selanjutnya kuangkat tubuh janda cantik itu dari posisi berlututnya. Kusuruh dia meletakkan kedua tangannya di atas meja menghadap cermin rias sehingga Mbak Conny kini berada dalam posisi menungging. Tampak buah dadanya bergelayut seakan menantang untuk diperah. Kurenggangkan kedua kaki mulusnya, kugosok-gosokkan penisku di belahan pantatnya sebelum kuturunkan menelusuri tulang ekornya, anus dan kutempelkan di pintu belakang vaginanya. Perlahan-lahan kusodokkan penisku ke dalam vagina kecil yang sudah sangat banjir itu, “Aaahhh…” Mbak Conny menggigit bibirnya menikmati senti demi senti penisku yang tengah memasuki vaginanya, semakin dalam kumasukkan batang kemaluanku dan semakin dalam… “Ooohhh Wan… ooohhh…” dan… “Aaaakhh…” jeritnya ketika dengan keras kusodokkan penisku sedalam-dalamnya di vagina janda cantik itu. Tampak janda cantik itu masih menggigit bibirnya menikmati besarnya batang kemaluanku yang terbenam penuh di dalam vaginanya. Dengan segera kupompakan kemaluanku dengan cepat dari arah belakang. Kutempelkan perut dan dadaku di punggung perempuan itu dan kedua tanganku dengan keras meremas-remas dan memelintir kedua puting buah dada Mbak Conny yang sudah sangat keras itu. “Ohhh… ohh… ouuhhh…” Tiba-tiba Mbak Conny mengangkat kepala dan badannya ke arahku dengan menengok ke arah kiri dan menjulurkan lidahnya. Dengan cepat kusambut lidah yang menggairahkan itu dengan lidahku dan kami pun berciuman dengan posisi. Mbak Conny yang tetap membelakangiku. Karena ia menegakkan badannya, Mbak Conny menaikkan kaki kirinya ke atas meja riasnya untuk memudahkan aku terus menyodokkan batang kemaluanku. Sambil terus melumat bibirnya dan menyodok, tanganku kembali meremas-remas kedua payudaranya. Tangan kiri Mbak Conny menjambak rambut di belakang kepalaku untuk mempererat tautan bibir kami. Ketiaknya menyebarkan wangi khas yang membuatku semakin bernafsu lagi. Tiba-tiba Mbak Conny merintih-rintih sambil terus mengulum lidahku. Tampak alisnya mengerut, wajahnya mengekspresikan seakan-akan kenikmatan yang amat sangat menjalari seluruh tubuhnya, ia dengan cepat membimbing tangan kananku yang masih asyik meremas payudaranya untuk kembali memainkan kacangnya. Goyangan pinggulnya menjadi semakin cepat tak terkendali, dinding vagina mulai terasa berdenyut-denyut, tiba-tiba… “Aaahhh aaahhh oouuhhh… Wan… Mbak keluaaarrr… aaahhh…”Malam itu beberapa kali aku dan Mbak Conny mengulangi “gulat gaya bebas” itu sampai akhirnya kami sama-sama tertidur kecapaian. Aku segera terbangun ketika menyadari ada seberkas sinar yang menerpa wajahku. Aku segera menyadari bahwa aku berada di rumah Mbak Conny. Dan ia sudah bangun dan tidak berada di kamar ini lagi, kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10.00 dan lagi-lagi… oh shiit, aku terlambat masuk kantor. Sial, lagi-lagi sial. cerita ibu selingkuh,cersek ibu,cersek selingkuh,ibu ibu selingkuh,ibu selingkuh,mama anak selingkuh,mama ku selingkuh,mama selingkuh,mama selingkuh sama anak,mamah selingkuh,perselingkuhan ibuku,selingkuh dengan ibu Read the full article
78 notes
·
View notes
Text
Cerita Sex Ustazah
Menyetubuhi bakal mak mertua
at June 05, 2022
Setelah berehat dari menorah getah, Minah membasuh kain di bilik air rumahnya. Terdengar bunyi injin kereta dan ketukan pintu serta salam di hadapan. Bergegas Minah berlari anak untuk membuka pintu yang di sangkanya suaminya, Pak Abu telah balik dari Bandar.
Terkejut dia, berdiri Zul dihadapan pintu iaitu tunang anak tunggalnya dan bakal menantunya. Zul terus bersalaman sambil mencium tangan bakal mak mertuanya. Bakal mertuanya menjadi malu kerana dia hanya berkemban kain batik sahaja tanpa pakaian lain ketika itu dan hanya menutupi dari pangkal dadanya hinggga paras lutut. Kerana sedang membasuh, kain batiknya telah basah dan tentu saja telah malekap di tubuhnya yang montok.
Menelan air liur Zul melihatkan bakal mertuanya dalam keadaan begitu. Mujur saja Zul yang berkaca mata hitam dapat melindungi anak matanya yang sedang terbeliak. Setelah dijemput, Zul masuk ke dalam rumah sementara bakal mertuanya mengemas ruang tamunya yang agak berselerakan. Matanya terus melirik tajam bakal mertuanya yang membongkok dan menonggeng-nonggeng mengemas majalah di atas sofa.
Tubuhnya yang montok dan berisi dengan tinggi sederhana, menarik minat Zul ditambah dalam keadaan berkemban kain batik. Kulitnya yang putih melepak menambahkan lagi kemanisan wajah bakal mertuanya walaupun usianya sudah hampir 45 tahun. Dadanya nampak berisi, punggungnya lebar dan besar malah jelas kelihatan sedikit menonggek membuatkan Zul mulai terangsang. Paling tidak disangka, bulu ketiak mertuanya yang lebat tidak bercukur jelas kelihatan di celah ketiaknya yang putih.
Seketika kemudian, bunyi air melimpah di bilik air. Bakal mertuanya menjemput Zul duduk dahulu dan dia mohon menyiapkan kerjanya tadi. Mata Zul terus tajam menatap lenggokan punggung bakal mertuanya dalam kain batik basah yang melekap di punggung. Zul semakin terangsang dan adiknya mulai mengeras.
Kerana sudah biasa berkunjung ke rumah tunangnya dan majlis perkahwinannya dengan Tijah tunangnya hanya tinggal 2 bulan saja, dia tidak kekok menyesuaikan diri. Malah selalu juga dia ke dapur membancuh air sendiri. Di dapur, dia menyediakan 2 gelas jus oren sambil sempat matanya mencuri pandang kearah bilik air dimana bakal mertuanya sedang mencangkung sambil membilas pakaian. Keputihan betis dan kepadatan punggung bakal mertuanya membuatkan Zul semakin taksub dan mulai berfikiran kotor. Bagaimanalah agaknya bakal mertuanya dalam keadaan sedang keghairahan???…
Diruang tamu, kebetulan saja di poketnya ada 2 biji pil perangsang seks yang digunakan untuk GRO yang dilanggan. Sebenarnya diluar, Zul adalah seorang playboy. Tetapi di mata keluarga tunangnya, dia dianggap anak emas kerana berperwatakan baik dan sememangnya dia berjawatan tinggi, engeenier di sebuah syarikat besar. Malah Tijah hanyalah operator kilang sahaja. Ini membuatkan setiap tindakan Zul dijaga dan diberikan perhatian memandangkan juga Tijah adalah anak tunggal mereka. Zul telah mencampurkan pil itu ke dalam minuman yang akan diberikan kepada bakal mertuanya nanti. Tujuannya hanya untuk melihat reaksi bakal mertuanya nanti.
Sedang selesai Minah membilas, Zul memanggilnya untuk bertanyakan dimanakah remote TV. Sebenarnya ini adalah rancangannya untuk melihat bakal mertuanya yang sedang berkemban. Remote itu sebenarnya telah disorokkan olehnya di bawah sofa. Bakal mertuanya datang untuk mendapatkan remore Tv yang diperasan berada di atas meja tadi sewaktunya mengemas. Bakal mertuanya terus cuba mencari sementara Zul terus menjamu matanya hingga dia semakin bernafsu dengan bakal mertuanya. Ingin saja rasanya untuk dia memeluk bakal mertuanya, tetapi itu bukanlah rancangannya. Rancangannya adalah untuk melihat bagaimana bakal mertuanya nanti semasa dalam keadaan keghairahan.
Akhirnya jumpa juga remote itu. Setelah membuka TV, lantas Zul memjemput bakal mertuanya untuk minum air yang telah disediakan. Pada mulanya dia menolak, tetapi kerana ingin menjaga hati dan tidak menghampakan Zul, bakal mertuanya meneguk juga air itu hingga separuh sambil mula bersembang.
Semasa duduk, tangannya cuba menutupi tubuhnya, tetapi hanya mampu menutupi bahagian kelengkangnya saja dengan tangannya dari ditatap bakal menantunya. Rambutnya yang kelihatan basah menambah kemanisan wajahnya walau telah sedikit dimamah usia. Kerana dia berasa haus ketika itu, hingga tidak sedar, habis air itu diminumnya.
Bakal mertuanya ingin berlalu dari situ, namun Zul terus mengajaknya bersembang. Zul menceritakan, sebenarnya kedatangannya adalah untuk mengajak tunangnya Tijah keluar ke Bandar tetapi rupanya Tijah telah ke tempat kerja kerana menggantikan kawannya. Zul juga telah berjumpa Pak Abu, bakal bapa mertuanya di Bandar tadi. Pak Abu bekerja sebagai jaga di sekolah di kampung itu. Bekerja syif malam, jadi hari minggu ini digunakan untuk keluar bandar. Jika hari bekerja, masanya banyak dihabiskan berehat dirumah untuk berjaga malam pula. Pak Abu berpesan agar Zul memberitahu bakal mak mertuanya, yang dia akan pulang lewat petang ini kerana membaiki kereta di bengkel.
Hampir 15 minit bersembang, kepala bakal mertuanya mulai berpusing, pandangannya agak berpinar, tekaknya terasa haus. Terasa darahnya mengalir dengan lancar keseluruh tubuhnya. Dia cuba bertenang, sambil mengangkat jug untuk mengisi lagi gelasnya. Sedang mengisi air di gelas Zul, tangannya menjadi lemah. Jug yang dipegang telah terlepas dan tertumpah di seluar Zul. Dengan spontan Minah mencapai tisu untuk mengelap. Kebetulan pula, air itu tertumpah betul-betul di celah kangkang peha Zul.
Minah yang sedang pening, terus mengelap bahagian itu dengan tisu. Batang Zul yang sedang separuh keras jelas kelihatan dari luar seluar track putihnya. Sememangnya dia tidak suka memakai seluar dalam. Sambil mengelap, tangan minah terasa benjolan keras di kelengkang bakal menantunya. Zul hanya membiarkan saja.
Kerana malu terpegang batang Zul yang mulai keras, minah cuba bangun untuk ke bilik. Semasa berjalan, dia terhoyong hayang hingga hampir rebah. Zul dengan pantas mendakap bakal mertuanya dari jatuh lalu memapahnya ke biliknya dan terus rebah meniarap di atas katil. Ikatan kembannya hampir terlerai.
Zul terus sahaja duduk di sebelah bakal mertuanya dan cuba mengurut kepalanya yang terasa pening. Mulanya ianya dihalang, tetapi kerana kepalanya pusing, bakal mertuanya membiarkan sahaja. Urutan lembut Zul membuatkan bakal mertuanya semakin lega. Sakit kepalanya mulai hilang. Terasa tubuhnya seakan panas dan sentuhan Zul membuatkan bakal mertuannya semakin kesedapan. Rasa pening dan lemah semakin hilang, tetapi kini terasa nafsu berahinya mulai terasa meninggi.
Urutan jemari lembut Zul semakin turun ke tengkuk bakal mertuanya. Di usap hingga ke bahunya. Bakal mertuanya yang sudah sekian lamanya tidak merasai sentuhan dan belaian dari suaminya, merasai dirinya sangat dihargai oleh bakal menantunya. Fikirannya mulai kosong dan hanya rasa sedikit geli dalam berahi saja dirasai. Sedikit demi sedikit nafsunya semakin rasa keghairahannya naik. Dia lupa akan dirinya yang sedang berkemban sedang di usap oleh Zul, bakal menantunya.
Tanpa bantahan, Urutan semakin menurun ke tangan dan belakang tubuh bakal mertuanya. Rasa nikmat semakin memberahikannya hingga dia benar-benar melayani keghairahannya yang semakin memuncak. Bakal mertuanya sendiri tidak tahu mengapa dia berasa amat ghairah ketika itu. Tiba-tiba HP Zul berbunyi. Panggilan dari Pak Abu lalu Zul menjawab.
“ Ye pakcik.. saya di rumah lagi ni.. sekejap lagi nak balik dah.. dah siap ke kereta tu??” tanya Zul
“siap apanya.. barang nak tukar habis stok.. kena tunggu oder dulu ni.. jawabnya memang petang la baru siap ni… makcik kau mana??” jawab Pak Abu
“makcik.. ada.. tunggu ye saya panggilkan..” Zul membiarkan seketika panggilan sebelum menyerahkan kepada bakal mertuanya supaya tiada syak.
“ye abang.. kat mana ni?? Katanya baiki kereta sampai petang?? Betul ke??” tanya Minah kepada suaminya..
“haah..kena tunggu lah ni.. awk buat apa ni Minah?? Mengah-mengah je suara?” tanya Pak Abu
“baru lepas mandi.. saya angkat kain tadi… berlari ni, tu yang mengah ni..” jawab Minah menipu suaminya.. Zul tidak menyangka bakal mertuanya akan menipu suaminya. Lalu Zul terus mengurut bahagian belakang tubuh bakal mertuanya.
“ya ke .. jangan awak angkat kain awak sudah la.. terbeliak pula mata si Zul nanti… ni dah pakai baju ke belum” Gurau Pak Abu.
“ ishh.. abang ni.. tak kan saya tak pakai baju pula.. malu orang tengok lah.. kalau saya nak angkat kain.. nak tunjuk kat sapa??” balas Minah lagi.. sementara Zul terus mengusap sambil mendengar perbualan mereka.
“mana lah tahu.. kot-kot si Zul tu geram kat awak.. dia peluk awak.. rogol awak… “ kata Pak Abu lagi
“ish abang ni.. kesitu pula… takkan la Zul tu nak geram kat saya sampai nak rogol saya… saya dah tua .. takda sapa nak geram..” jawab Minah seakan marah dengan kata suaminya.
“orang lelaki mana kira.. semua perempuan nak belasah..” pesan Pak Abu lagi
“saya ni dah tua abang oii.. dah dekat 46 tahun pun.. dah tak sempit.. dah tak tegang.. takkan lah Zul minat lubang orang tua… abang sendiri pun dah tak minat kat lubang saya kan..” jelas Minah
“ha ye lah.. kalau awak tahu tak apa lah.. abang balik lewat ni.. assalamualaikum…” Pak Abu terus meletakkan panggilan.
Minah tidak tahu mengapa, rasa nafsu berahinya semakin naik. Puting teteknya terasa gatal ingin digaru. Bibir kemaluannya seakan berdenyut-denyut mengemut. Biji kelentitnya semakin keras ingin disentuh. Keghairahannya semakin memuncak. Sudah lama dia tidak merasakan keghairahan seperti ini.
Kelembutan tangan Zul mengurut balakang tubuhnya membuatkan dia semakin keasyikan. Walaupun dia tahu Zul bakal menantunya, tetapi dia tidak berupaya menghalang tindakan Zul yang terus mengurut tubuhnya. Zul terus memancing keghairahan bakal mertuanya dengan memuji-muji kecantikannya. Sesungguhnya Minah yang sudah lama tidak mendengar pujian itu, terus hanyut dilanda keghairahan. Ubat itu betul-betul sedang memberikan kesan.
“Kulit makcik halus, pandai makcik jaga.. Makcik pun masih cantik.. beruntung kan pakcik dapat makcik.. tentu bahagia pakcik selalu dapat peluk-peluk makcik..”
”tak lah.. makcik dah tua dah.. umur pun dah dekat 46 tahun dah.. mana ada cantik.. dah tua.. pakcik kau nak peluk makcik.. emmm dalam mimpi je lah..”
“ kenapa pula.. tadi bukan main risau lagi pakcik pada makcik.. apa yang dikatakan.. sampai nama Zul pun dikatakan..”
“ pakcik kau tu dah tak minat dah kat makcik.. macam ni lah kalau dah tua.. orang pun dah tak suka.. ada katanya makcik nak angkat kain nak tunjuk kat orang.. tanya pakai baju ke tak.. dia dok risau kalau-kalau Zul geram tengok makcik ni.. kononnya nanti Zul geram sampai nak rogol makcik.. “
“ haha… apa kata makcik..” Zul terus memancin Bakal mertuanya
“ takkan lah Zul nak geram tengok makcik.. makcik ni dah tua dah.. takkan lah Zul minat lubang orang tua.. pakcik pun dah tak berapa minat lagi dah.. ini kan Zul.. “
“ pakcik dah tak buat lagi ke??.. “
“ emm.. nak buat macam mana… malam dah tentu lah dia tidur kat tempat kerja.. kalau hari cuti ni pun sibuk keluar.. 1 malam dalam seminggu dapat tidur sama pun, masing-masing mengadap tempat lain..”
“ ye ke.. kenapa jadi macam tu.. makcik tak goda dia..”
“ dah puas goda.. katanya cukup lah dah umur-umur macam ni.. tak sesuai lagi nak buat.. takkan makcik nak mintak pula.. nanti katanya makcik ni tak sedar diri.. tak puas-puas.. “
Zul semakin ghairah dengan pengakuan bakal mertuanya. Dia tahu bakal mertuanya sudah betul-betul dilanda kegairahan hingga sanggup menceritakan segala hubungan kelaminnya. Kini urutannya semakin turun ke kaki bakal mertuanya. Perlahan-lahan naik ke betisnya yang putih tanpa cacat celanya. Hingga ke peha yang gebu itu. bakal mertuanya yang dilanda berahi hanya pasrah tanpa membantah. Zul terus mengusap lembut hingga bakal mertuanya semakin terasa kegelian tetapi rasa ghairahnya menghalang untuknya mengatakan jangan.
“makcik masih cantik.. kulit makcik putih.. tubuh makcik juga masih pejal.. “
“ emmm.. Zul… makcik dah tua.. takkan Zul minah kat makcik..”
Zul terus cuba membalikkan bakal mertuanya terlentang. Tangannya terus mengusap rambut bakal mertuanya sambil sesekali mengusap pipinya. Kerana ikatan kainnya sudah terlerai, maka dada bakal mertuanya separuh terdedah .Apabila bakal mertuanya cuba berkata mengingatkan Zul, cepat jari Zul membuat isyarat senyap pada bibir mertuanya hingga terhenti niatnya berbuat demikian.
“syuuuuutttt.. makcik masih cantik.. Zul mintak maaf.. sebenarnya sudah lama Zul minat dan geram tengok makcik.. selama ini Zul curi-curi pandang makcik.. makcik cantik.. putih.. tubuh makcik sangat seksi.. selalu Zul membayangkan makcik saat melancap..”
Minah seakan tidak percaya kata-kata bakal menantunya itu. Tetapi dia hanyut dalam pujian-pujian Zul padanya. Hingga bibir Zul dengan perlahan turun mencium dahi serta pipinya dan terus menciumi bibirnya. Minah yang tersedar tetapi melayan berahinya cuba menghalang dengan membuang muka dari terus dicumbui Zul. Tetapi sudah terlewat kerana kini dia telah dikuasai oleh Zul sepenuhnya. Penolakannya hanya membuatkan Zul semakin bersemangat dan semakin terangsang. Zul terus memcumbi bakal mertuanya walau cuba ditolaknya. Akhirnya kerana keghairahan nafsu bakal mertuanya sudah memuncak kerana kesan pil itu, dia hanya pasrah dengan tindakan Zul keatas dirinya.
Melihatkan bakal mertuanya semakin hanyut dalam ciumannya yang bertubi-tubi, tangan Zul mulai turun mengusap ke dada bakal mertuanya. Dengan lembut dimainkan puting yang nampak semakin membesar dan mengeras itu. Sesekali diramas geram. Tetapi kerana dada bakal mertuanya yang besar, hampir tudak muat untuk tangannya meramas. Walaupun sudah nampak kendur, kerana keputihan kulitnya membuatkan Zul semakin bernafsu. Jelas sekali warna coklat gelap di sekeliling puting itu menandakan puting itu pernah menyususukan bayi iaitu anak tunggalnya Tijah tunangnya.
Bakal mertuanya yang dalam keghairahan semakin tidak dapat mengawal dirinya. Rontaannya semakin lemah. Kerana sudah sekian lama dadanya tidak diusap, membuatkannya semakin bernafsu. Bibir Zul mulai turun ke leher bakal mertuanya. Sesekali menciumi ke telinganya membuatkan bakal mertuanya semakin kegelian. Kini giliran puting dadanya pula untuk dihisap. Dengan penuh rasa kasih sayang, Zul menyedut-nyedut puting susu yang telah lama terbiar itu. Sementara tangannya mulai turun ke bahagian sulit bakal mertuanya dan mengusap lembut. Bakal mertuanya semakin lupa segalanya. Rasa kenikmatan saat bibir Zul menyedut putingnya dan tangannya mengusap bahagian kemaluannya dengan memainkan kelentitnya sementara tangan kirinya mengusap ketiaknya yang berbulu lebat itu.
Rontaannya hanyalah rontaan kenikmatan, bukan rontaan penolakan. Tangannya sendiri mula memegang kepala Zul yang asyik mengisap putingnya. Sesekali digigit manja membuatkannya menjerit kecil sambil menyebut nama bakal menantunya, Zul.
Setelah puas menghisap puting bakal mertuanya yang besar itu, kini giliran ketiaknya pula. Zul tidak berasa sedikitpun geli menjilat ketiak bakal mertuanya yang berbulu itu. Walaupun baunya agak hangit, namun itu semakin menambahkan keghairahannnya. bakal mertuanya hanya mengerang kegelian diperlakukan sebegitu.
Sebelum cumbuannya turun ke perut bakal mertuanya, sempat dia mencumbui lagi bibir bakal mertuanya. Kali ini disambut dengan hebat oleh bakal mertuanya walaupun bakal mertuanya tidak pandai untuk bermain lidah. Kerana kegelian kemaluannya diusap walau diluar kainnya sementara dadanya terus di diramas manja, bakal mertuanya tanpa segan mulai mengerang kenikmatan.
Zul bangun melepaskan kain batik bakal mertuanya. Kini tubuh gebu bakal mertuanya bebas terdedah. Tangan bakal mertuanya hanya menutupi dadannya. Kemaluannya yang putih kelihatan sudah sangat basah dan ditumbuhi bulu jembut. Zul melepaskan pakaianya satu persatu dihadapan bakal mertuanya yang kini pasrah menunggu tindakan seterusnya.
Batang Zul yang keras diperhatikan oleh bakal mertuanya. Saiz batangnya yang besar dan panjang sangat mengerikan dikelilingi urat-urat yang timbul. Zul terus mendekati bakal mertuanya dan membuka pehanya. Jelas cipap wanita berusia 46 tahun ini masih bersih terawat walau ditutupi bulu kemaluannya. Bibir Zul turun untuk mencumbui cipap bakal mertuanya dan menjilat air kenikmatan itu. Bakal mertuanya yang terkejut dengan pelakuan Zul cuba menghalang.
“ Zul… jangan cium kat situ.. kan kotor.. makcik tak pernah.. ahhhgg..”
Dia terus sahaja menjilati cipap bakal mertuanya kerana tahu cipap bakal mertuanya tidak pernah dijilat oleh Pak Abu suaminya. Erangan bakal mertuanya semakin kuat. Tangannya menjambak rambut Zul. Kenikmatan yang tidak pernah dirasai selama ini. Keghairahan terus mengusai dirinya hingga tidak tertahan menahan berahinya, akhirnya bakal mertuanya melepaskan air kenikmatan yang selama ini ditahan. “ahhhhh… ohhh Zulll… “. Klimaknya terus memancut mengenai muka Zul dan terus dijilat hingga licin. Bakal mertuanya menjadi malu kerana memancutkan airnya hingga ke muka Zul.
Setelah reda, Zul berlutut di kepala bakal mertuanya. Batang kemaluannya yang tegak berdiri diusap sendiri. Sementara tangan kanannya terus mengusap cipap bakal mertuanya. Kini tangan mertuanya dipimpin untuk memegang batangnya. Tanpa rela, bakal mertuanya memegang. Dia taksub dengan saiz batang bakal menantunya yang sangat besar dan panjang. Batang suaminya hanya separuh dari itu. Perlahan-lahan Zul memimpin tangan bakal mertuanya untuk melancapkan batangnya. Kerana kegelian cipapnya diusap terus oleh Zul, dia mula melancapkan batang Zul walau seperti terpaksa. “ Zul.. ahh… kenapa buat makcik macam ni..”
Zul yang kesedapan batangnya dilancapkan terus memimpin batangnya ke bibir bakal mertuanya. Walaupun bakal mertuanya cuba menutup rapat mulutnya, dia tidak berdaya melawan. Berahinya terus menguasainya.
“makcik… hisaplah batang Zul.. Zul tahu makcik nak.. “
“Zul.. makcik tak pernah buat.. hisap batang .. jangan.. tak mahu Zul.. “
“ cuba dulu ye,.. sekejap je… “
Minah yang tewas dengan pujukan Zul mula membuka mulutnya. Sedikit demi sedikit batang Zul masuk ke dalam mulutnya. Terasa loya dan muntah mulanya kerana pertama kali menghisap batang. Tetapi kerana berahinya, dan taksub dengan batang besar itu, dia dapat menyesuaikan diri. Hanya separuh saja batang itu masuk kerana saiznya yang besar. Minah semakin kesedapan. Rasa loya hilang tetapi kenikmatan pula dirasai. Semakin asyik dia menghisap sambil rambutnya diusap.
“ahh… makcik… sedap… pandai makcik hisap.. tak percaya Zul makcik tak pernah hisap.. macam nak terpancut Zul rasa.. ahhh”.
Kerana kesedapan, Zul menarik batangnya. Kini masanya untuk memasukkan batangnya ke dalam cipap bakal mertuanya. Dia mengambil posisi dengan mengangkangkan peha bakal mertuanya. Batangnya digesek-gesekkan di bibir cipap dan kelentit bakal mertuanya yang cukup basah. Hingga bakal mertuanya tidak tertahan diperlakukan begitu, dia seolah mengharapkan Zul cepat memasukkan batangnya ke cipapnya. Tetapi dia tidak mampu kerana takut dianggap perempuan murahan. Dia hanya menahan saja rasa geli dan kenikmatan diperlakukan begitu.
“ahhh.. Zulll” kerana terlalu tidak tahan, akhirnya terlepas juga kata di bibirnya untuk bakal menantunya memasukkan batangnya ke dalam cipapnya. Sengaja Zul ingin bakal mertuanya meminta darinya.
“makcik… boleh Zul masukkan batang Zul dalam cipap makcik??..”
“ahh… Zul… geli… ahhhh.. masukkan lah.. ohhhh”
Mendengarkan kerelaan dari bakal mertuanya, Zul semakin bersemangat dan sengaja dia membuat bakal mertuanya terseksa begitu.
“makcik rela??… “
“makcik rela… ahh Zul… jangan seksa makcik… sayang.. masukkan lah batang Zul.. makcik tak tahan.. tubuh makcik hanya untuk Zul sekarang… ahhh.. cepat Zul… pauskan lah makcik… tak tahan… “
Puas hati Zul kali ini, mendengar kerelaan bakal mertuanya. Perlahan dia memasukkan kepala batangnya ke cipap bakal mertuanya. Terasa panas sedikit. Kerana sudah banyak air disitu, kepala batangnya masuk hingga separuh. Menjerit Minah menerima batang besar Zul bakal menantunya itu. Setelah sekian lamanya cipapnya tidak menerima kehadiran batang. Terasa sedikit sakit ketika batang itu masuk semakin dalam hingga padat didinding cipapnya.
Zul terus menekan hingga masuk sepenuhnya batang yang bersaiz besar dan panjang 10 inci itu. Dia sendiri terasa sakit kerana cipap bakal mertuanya terasa masih sempit walaupun sudah pernah melahirkan anak. Dia membiarkan seketika sebelum terus mula memasuk dan menarik keluar batangnya perlahan-lahan.
“ahhhh… Zul…. sedapnya…. batang Zul besar.. ahhh… pelan-pelan .. sakit… ahhh… “
Minah terus meracau kenikmatan bila Zul memulakan gerakan. Terasa cipapnya sangat padat dengan kehadiran batang besar milik bakal menantunya. Setelah dapat menyesuaikan diri, Zul terus memacu batangnya penuh semangat. Diikuti erangan bakal mertuanya sambil tangannya terus mencengkam belakang Zul.
“Ahhh.. Zul… sedapnya… dah lama makcik tak rasa… batang…. ahhh… puaskanlah makcik… ohhh.. sedapnya.. sayang… “
“ ahh.. sedapnya… cipap makcik sedap sangat… sempit.. mana besar batang Zul dengan pakcik??.. ahhh.. “
“batang Zul besar… sedap.. ahhh… terus sayang… “
Zul terus memacu batangnya. Bibirnya mencari lidah bakal mertuanya. Dia mengarahkan bakal mertuanya untuk menghisap lidahnya silih berganti. Bakal mertuanya yang dalam kenikmatan hanya mengikutinya. Tangan bakal mertuanya diletakkan di atas. Jelas terlihat pemandangan bakal mertuanya yang sungguh seksi dengan dadanya yang besar tetapi agak melayut bergoncang. Ketiak berbulu lebatnya sangat cantik menambahkan keghairahan Zul. Sesekali cumbuan Zul ke ketiak berbulu bakal mertuanya itu membuatka bakal mertuanya kegelian. Seumur hidupnya Bakal mertuanya, tidak pernah ketiaknya dijilat. Rasa kegelian menjadi semakin nikmat. Peha bakal mertuanya mengepit kuat pehanya kerana ingin sampai kemuncak klimaknya.
“ahh.. Zul… makcik nak… ahhhhhhh…… sedapnya sayang…. “
Zul membiarkan seketika bakal mertuanya merasai klimak yang sudah lama tidak diperolehinya. Terasa air nikmatnya mengalir keluar dari cipapnya apabila Zul mencabut batangnya. Wajah mertuanya yang putih menjadi kemerahan kenikmatan. Setelah mendapat tenaga semula, Zul berbaring sementara memimpin bakal mertuanya untuk menaiki tubuhnya pula. bakal mertuanya yang tidak pernah melakukan posisi itu hanya pasrah mengikuti arahan Zul.
Setelah mengambil kedudukan, perlahan-lahan punggungnya diturunkan hingga cipapnya dipenuhi batang besar Zul. Kali ini bakal mertuanya yang akan memacu permainan. Pada mulanya agak kekok, tetapi lama kelamaan dapat tempo permainan dari perlahan hingga semakin laju. Erangan kenikmatan mengiringi setiap kali dia memacu masuk batang itu.
Tangan Zul meramas dada bakal mertuanya yang kelihatan melayut mengikut rentak permainan. Sesekali dihisap puting hitam itu membuatkan bakal mertuanya semakin kesedapan. Zul mengarahkan tangan bakal mertuanya diangkat keatas hingga menampakkan bulu ketiaknya yang merimbun. Pemandangan yang sangat erotik dengan dadanya yang bergoncang apabila punggungnya memacu.
Hingga telalu nikmat, akhirnya bakal mertuanya tidak dapat menahan lagi rasa keghairahannya. Gerakannya semakin laju. Klimaknya datang lagi. Dia menekan sedalam-dalam punggunnya agar batang Zul masuk terus ke dalam cipapnya. Erangan kenikmatan dilepaskan.
“ahhh… ohhhh… isssss…. “
Terasa cairan lekit keluat dari lubang cipapnya. Seketika dia membiarkan cipapnya berdenyut dan mengemut batang Zul yang masih keras. Dia terus rebah di dada Zul.
Zul membaringkannya semula untuk meneruskan tindakannya. Dia mengambil posisi seperti tadi. Ditekan batangnya masuk semula. Kali ini amat mudah kerana terlalu banyak cairan pelincir. Gerakannya semakin laju mengikut tempo permainan. Bakal mertuanya hanya mengerang dalam kenikmatan. Puting dadanya menjadi sasaran bibirnya. Sesekali dijilat juga ketiak berbulu bakal mertuanya. Bunyi kocakan air cipapnya memecahkan keheningan bilik itu. Tubuh mereka berdua dibasahi peluh kenikmatan.
Hingga sekian lama begitu, Zul terasa air maninya telah berkumpul di pangkal batangnya. Dia semakin melajukan gerakannya. Erangan bakal mertuanya semakin kuat sambil tangannya kuat memeluk belakang tubuh Zul. Dia juga ingin mencapai klimaknya buat sekian kalinya.
“ ahh… makcik sedapnya cipap makcik… ahhhh… Zul nak pancut.. nak pancut ni.. ahhh.”
“ ahh… Zul.. sedapnya,,,.. pancut kat dalam Zul … kat dalam… ahhh… ohh .. makcik pun nak … ahhh”
Dengan sekali hentakan padu, Zul menekan sedalam-dalamnya batang besarnya di dalam lubang cipap bakal mertuanya yang cukup basah itu. Dan berdas-das pancutan deras terasa hangat di dalam cipap bakal mertuanya. Juga diikuti dengan erangan bakal mertuanya yang juga klimak.
Zul membiarkan seketika batangnya terendam di dalam cipap bakal mertuanya. Setelah reda dia mencabut batangnya yang basah. Mengalirlah keluar air kenikmatan dari cipap bakal mertuanya. Bakal mertuanya memejamkan matanya menerima sisa-sisa kenikmatan. Zul terus terbaring di sebelah bakal mertuanya dengan wajah puas hati kerana dapat menyetubuhi bakal mertuanya sendiri yang telah lama dahagakan persetubuhan.
Bakal mertuanya yang sangat keletihan terlena tanpa seurat benangpun di sebelah bakal menentunya yang gagah perkasa. Bilik tidur mertuanya telah menjadi saksi persetubuhan mereka yang pada mulanya dipaksa tetapi akhirnya menjadi kerelaan.
1K notes
·
View notes
Text
Bersama ibu tiri & kawan baiknya
part 1
Perkenalkan aku hafis berumur 23 tahun masih menuntut di universiti awam di Penang.Aku mempunyai seorang ayah yg berumur 54 tahun bekerja sebagai contractor di syarikat oil & gas.Ibu aku telah meninggalkan kami masa aku berusia 20 tahun akibat sakit kanser dan ayahku telah berkahwin lain masa aku berumur 22 tahun dengan seorang wanita yg berusia 40 tahun.Ibu tiriku bernama Suhaida,aku memanggilnya sebagai mama ida.Mama ida ni seorg yg berbadan chubby tetapi tidak gemuk & memiliki buah dada yg besar berukuran 38B..
Aku seorg yg suka akan seks.Aku lebih berminat pada wanita yg lebih berusia dari aku.Aku pernah impikan yg aku dapat bersama mama ida suatu hari nanti untuk melakukan hubungan seks bersama.Mama ida bekerja sebagai kerani di sebuah syarikat kewangan.
Suatu hari ayah aku di minta ke luar negara atas urusan syarikat selama dua minggu.Setelah pemergian ayah aku ke luar negara aku yg tinggal di kolej jarang pulang ke rumah.Suatu hari aku pulang ke rumah.Sampai saja di rumah aku melihat kereta mama ida ada di tempat parking bermakna mama ida ada di rumah.Setelah hampir di bilik mama ida aku terdengar suara wanita yg seakan mengerang seperti ini "Hurrrmmmm....aaarrrggghhhhh..ahhhhh.....hurmmmmmmm.....arggghhhhhhh.....aaahhhhhhh"..Aku pun berhenti di hadapan bilik mama ida lalu memasang telinga untuk kepastian bunyi itu dtgnya dari bilik mama ida.Aku cuba mengintip melalui lubang kunci & betapa terkejutnya aku melihat mama ida tengah berbogel sambil meramas² teteknya serta mengusap buritnya sendiri.Aku mengintip agak lama & setelah mama ida puas dia bangun utk keluar dari biliknya aku dengan cepat berjalan ke bilik aku.
Setelah beberapa lama aku keluar lalu ke dapur & nampak mama ida di dapur.Aku berkata "Hai mama ida"..dia membalas "hai...hafis...bila hafis balik??kenapa tidak beritahu mama ida terlebih dulu?"..Aku menjawab "Baru tadi..saja ja taknak susahkan mama ida"..Setelah itu kami pun buat hal masing².Pada minggu tersebut aku kerap pulang ke rumah kerana aku jarang ada kelas pada minggu tersebut.Aku dapati mama ida selalu bermain sendirian setelah aku intip akibat kedengaran suara seorg wanita merintih kesedapan.Pada suatu malam setelah makan malam bersama aku duduk di sofa utk menonton tv tidak lama kemudian mama ida datang dengan memakai baju tidur yg seksi serta nipis boleh nampak bentuk badan mama ida.Mama ida ketika itu mengenakan pakaian dalam berwarna merah.Aku terkejut dengan penampilan mama ida pada malam itu.Mama ida duduk di sofa & menghampiri diriku sedikit demi sedikit."Hafis mama ida nak tanya sesuatu boleh?"kata mama ida.Aku cakap "Boleh tanya la apa yg mama ida nak tanya".."Dah berapa kali hafis mengintip mama ida sedang beronani sendirian jawab dengan jujur"kata mama ida.Aku tergamam lalu berkata "Ada la 2 3 kali tu pun sebab hafis terdengar suara desahan dari bilik mama ida"..Mama ida terdiam lalu berkata "Sebenarnya mama ida inginkan belaian seorg lelaki tetapi ayah hafis kerja di luar so terpaksa la mama ida main sendirian lagipun mama ida tak mahu berlaku curang pada ayah hafis"..Aku terdiam lalu berkata "Xpa lah mama ida hafis faham".
Setelah itu mama ida semakin dekat dengan aku lalu memegang muka aku lalu cuba mencium mulut aku.Aku terkejut dengan tindakan mama ida cuba menolak tetapi mama ida tetap dapat mencium mulut ku.Aku pun jadi kaku lalu mama ida mencium mulut aku dengan bermain lidah.Aku pun mula membalas ciuman mama ida lalu kami pun bercium² mulut sambil bermain lidah masing²."Hafis tolong puaskan mama ida yg tengah bernafsu ni"kata mama ida.Aku pun menjawab "Boleh tu boleh tapi hafis takut ayah dapat tahu je".Mama ida membalas "Jangan risau ni rahsia kita berdua ja..Mama ida akan pastikan tidak ada siapa pun tahu ttg hal ini.Boleh tak hafis puaskan mama ida??..Aku seperti di pukau hanya mengangguk tanda setuju.Tanpa membuang masa mama ida memegang kote aku dari luar lalu mengurut² kote aku dengan perlahan² yg membuatkan aku terangsang lalu aku meramas² tetek mama ida yg besar tu.Setelah itu aku berubah ke burit mama ida.Aku usap burit mama ida dari luar membuatkan dia mendesah."Argghhhh...hhuurrmmm...argghhh..hhuuurrrmmmm...ahhhhhhh"....bunyi yg keluar dari mulut mama ida.Tak lama selepas itu mama ida bangun lalu membuka pakaiannya 1 per 1 hingga dia berbogel dia hadapan aku yg masih duduk di sofa.Mama ida hampiri aku lalu berkata "Hafis puaskan mama ida ye...Hafis buat la apa pun yg hafis suka mama ida ikutkan ja"..Aku pun tarik mama ida duduk di sofa lalu aku meramas² tetek dia yg besar tu sementara tangan aku sebelah lagi mengusap² burit mama ida.Mama ida mula mendesah dengan agak keras "Aaaererrgggghhhhhhhh....hhhhuuurrrrmmmmmm.....aaaaahhhhhhhhh.....aaaaaahhhhhhh sedapnya sayang"..Tidak berapa la kemudian mama ida bangun dari sofa dan melutut di hadapan aku dengan perlahan mama ida membuka seluar aku hingga nampak kote aku yg tengah keras itu."Sayang buka la baju syg baru adil kira sama² tanpa pakaian"kata mama ida..Aku pun buka baju aku lalu mama ida urut² kote aku dengan tangannya sambil cuba memasukkan kote aku di dalam mulutnya..Bila bibir mama ida bersentuh dgn kepala kote aku terasa membuatkan aku lagi terangsang lalu meminta mama ida mengulum kote aku.Tanpa berkata apa² mama ida terua mengulum kote aku dengan perlahan² semakin lama semakin agak rakus kuluman dari mama ida.Mama ida hisap kote aku seakan² sedang memakan coklat lolipop.."Hurrrrmmmmmm....aaahhhhhh....hhuuurrrrmmmmmm...aaarrrgggghhhhhhhh....aaaaahhhhhhhhhh sedapnya mama ida hisap.."kataku..Mama ida tidak memperdulikan apa² lagi terus menghisap kote aku dengan penuh bernafsu..Seteah hampir 10 minit aku rasa nak terpancut lalu berkata"Mama ida sedapnya mama isap..pandai mama ida isap..Hafis nak keluar dh nie mama ida"..Setelah dengar apa yg aku katakan mama ida melajukan lagi hisapannya dan aku pun terpancut di dalam mulut mama ida disebabkan dia sengaja membiarkan kote aku di dalam mulutnya ketika aku terpancut. "crrrooortttttt.....crrrrroootttttt....crrrroooooottttttttttttttttt.."Bunyi dari aku pancut air mani aku di dalam mulut mama ida.."Woowwww....air sayang banyak sedap plak tu..Kote syg pun besar & panjang dari suami mama ida.Sedap kote syg nie..Mama ida suka sangat²" kata mama ida..
Setelah beberapa ketika aku meminta mama ida duduk di sofa lalu aku mencium² mulutnya & mama ida membalasnya.Aku mula meramas tetek mama ida sambil² itu aku hisap juga teteknya yg besar tu..Setelah beberapa ketika aku mula nakal dengan mengigit puting tetek mama ida membuatkan mama ida menjerit"Aauuwww sakit syg...aaahhhhh....arrrrggghhhh....hhhuuuurmmmm.....isap lagi tetek mama ida syg...isap puas²"kata mama ida.Aku pun menghisap tetek mama ida sepuas²nya "Hurrrmmmm...sllluuurrrppp....hhhuuurrrrmmmm....sslllluuurrrrrpppp sedap tetek mama ida besar pulak tu puas hafis dapat hisap" kataku..Setelah puas dengan tetek mama ida aku mula menjilat badan mama ida dari bahagian dada turun ke perut menjilat pusat mama ida lalu turun ke celah kangkang mama ida..Aku menjilat celah paha turunn betis lalu aku hisap jari kaki mama ida."Hurrmmmm....huuurrrmmmmmm.....ahhhhhhh....aaaaahhhhhh pandainya syg jilat habis seluruh badan mama ida syg jilat tapi jangan lupa mahkota mama ida syg belum terokai lagi"katanya..Aku dengan perlahan² menjilat celahan kangkang mama ida lalu menuju ke buritnya..aku mula menjilat di luar permukaan burit mama ida & aku menguak sedikit burit mama ida dgn tangan aku lalu aku menjilat buritnya dengan menggunakan hujung lidah,bermula dengan perlahan semakin lama jilatan aku semakin keras membuatkan mama ida mendesah & menarik² rambut aku.Tidak memperdulikan keadaan mama ida aku terus jilat dengan lebih keras hingga mama ida mendesah kesedapan.."Slluuurrrrpppppppppp.....Sllluuuurrrppppppp....sslllluuuuuurrrrpppppppp" bunyi dari jilatan aku dekat burit mama ida.. Setelah hampir 15 minit aku menjilat burit mama ida dengan rakusnya tiba² "Aarrrrggghhhhhhh......hhhuuuuurrrrrmmmmmm....hhuuurrrrmmmmmm.....aaaaahhhhhhhhhhhhh......huuurrrrmmmmmm....aaarrrgggghhhhhhhhhh.....aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh sedapnya syg lagi syg..i coming!!!.Mama ida nak keluar ni syg" desahan dari mama ida lalu mama ida mengepit kepalaku di celah kangkangnya."Crrrooooootttttt.....ccccrrrrooootttttttt" mama ida pancut di muka aku sedikit air mama ida masuk kedlm mulut aku walaupun agak sedikit masin tetapi sedap.."Hmmmm....sedapnya syg jilat...lama pula tu syg jilat..mama ida xpernah kena jilat selama ini dari suami mama ida..syg 1st buatkan mama ida klimax dengan hnya menjilat.."Kata mama ida..
Setelah biar mama ida berehat seketika aku pun bangun lalu membuka kangkangan kaki mama ida & seakan faham apa yg ingin aku lakukan mama ida membuka lagi kangkangan kakinya selebar mungkin sambil jari tangannya bermain² di pangkal buritnya sendiri..Aku dengan perlahan meletakkan kote aku di depan lubamg burit mama ida setelah itu aku tekan masuk perlahan² setelah masuk aku biarkan seketika lalu aku sorong tarik kote aku di dalam burit mama ida..."Hurrrmmm....aaarrrhhhhh ketat juga burit mama ida nie pandai mama ida jaga burit" kataku padanya.."Arrrgggggghhhhhh.....hhuuurrrrmmmmm....sedapnya....aaarrrrggggghhhhhh......aaaahhhhhhhh....hhhuuuurrrrmmmmmmmm.....sakit tapi sedap....aaaahhhhhhhhhhhhhhhh" mama ida mendesah ketika aku henjut buritnya.Semakin lama semakin sedap aku henjut burit mama ida "Pleasee syg fuck me harder n harder...make me squirt..Henjut lagi syg henjut sekuat²nya..buat mama ida klimax lagi syg.."kata mama ida...setelah 20 minit burit mama aku henjut aku nak terpancut & mama ida juga nak keluar.."Mama ida hafis nak terpancut dh nie nak lepas mana air mani hafis ni??"..Tanyaku lalu mama ida menjawab "Syg henjut lagi mama pun nak keluar dh nie kita keluar sama² ya..pancut dalam burit mama ida syg jangan bazirkan air mani syg yg bnyk n sedap tu"..Tak lama kemudian kami klimax sama²..Aku naik duduk di atas sofa bersebelahan mama ida yg telah terkulai layu di kerjakan oleh aku..
Setelah lama berehat kami berdua membersihkan diri & setelah itu mama ida mengajak aku ke dalam bilik pula..Di dalam bilik aku berkata pada mama ida "Mama ida hafis sebenar gila nak jilat burit lama²..Hafis nak jilat lagi burit mama ida selama yg boleh selagi mama ida boleh bertahan"..Mama ida menjawab "Hafis jilatlah sepuas²nya n jilatlah lama mana yg hafis mahukan mama ida akan cuba bertahan ye syg"..Tanpa membuang masa aku punula menjilat lagi sekali burit mama ida.."Sllluurrrrrppppppp......sssllluuuuurrrrpppppppppp.....ssslllluuuuuuurrrppppppppp....ssslllluuuurrrrrppppppppp....aaahhhhhhh....hurmmmmmm.....aaaahhhhhhhhhhhhhhh sedapnya burit mama ida nie"kata aku..Mama ida mendesah "Aaarrrrrggggggghhhhhhhhhhh........hhhuuuurrrrmmmmmmmmmm........aaarreregggggghhhhhhhhh.......aaaahhhhhhhhhhhhhh......aaahhhhhhhhhhh sedapnya syg..pandai syg jilat...mana² wanita yg kena jilatan dri syg pasti akan berasa puas....aaaaahhhhhhhhhhhhhhhh"..Setelah hampir 20 minit aku kerjakan burit mama ida hnya dengan menggunakan lidah mama ida dh nak terpancut lalu dia mengepit kepalaku di celah kangkangnya.."Crrrrrooooooootttqtttttt.....ccccrrrrooooooottttttttttt....crrrrrroooootttttttttttttt" mama ida klimax buat kali ketiga kali ini air mama ida lagi byk dari sebelum ini habis lencun cadar tilam akibat air dari burit mama ida..Terpancar rasa kepuasan dari muka mama ida..
Setelah berehat agak lama mama ida bgun lalu berkata "Syg baring ja ok...mama ida nak syg relax ja kali nie...mama nak syg rehat setelah syg telah bermati²an kerjakan mama ida sebelum nie..Syg kangkang ja ok" Aku pun menurut perintah lalu mama ida urut kote aku lalu mengulum² kote aku dengan rakus.."Slllluuuuuurrrrpppppp......ssslllluuuurrrrppppppp.....sssllllluuuuurrrrpppppp" bunyi dari kuluman mam ida. "Kote syg ni besar n panjang puas mama ida rasa lepas dikerjakan syg tapi sekarang ni giliran mama ida pula kerjakan syg ye"kata mama ida..Setelah puas mama ida mengulum kote aku mama ida bangun lalu naik keatas badan aku dengan membuka kangkangan kakinya melepasi badan aku..Lalu mama ida bgun n pegang kote aku ditujukan pada lubang buritnya & dengan perlahan² mama ida turunkan punggungnyaenyebabkan kote aku berada dalam lubamg burit mama ida..Mama ida mula melakukan aksi naik turunnya dengan agak laju.."Arrrrggghhhhhh...huuurrrrrrmmmmmm......aaarrrrrrgggghhhhhhhhhh....hhhuuuuuurrrrrrmmmmmmmm....aaaahhhhhhhhhhh sedapnya"kami sama² mendesah secara serentak..Hentakan punggung mama ida semakin lama semakin ganas..Aku tidak hanya menunggu saja aku pun meramas² tetek mama ida sekali sekala aku menghisap teteknya..Bergoyang² tetak mama ida mengikut hentakan punggung mama ida..Setelah hampir.20 minit bertarung kami pun klimax sama² sekali lagi..Akibat keletihan kami tertidur dlm pelukan sambil berbogel..
Setelah kejadian itu kami selalu melakukannya bila berpeluang.Tiba masa ayah aku kembali dari luar negara tetapi aku amat inginkan mama ida lalu aku menghantar pesanan ke mama ida "Mama ida hafis nak mama ida malam nie..hafis rindu belaian mama ida...datang bilik hafis malam nie setelah suami mama ida tidur"..mama ida membalas "Okey syg see u tonight..mama ida pun inginkan belaian syg...puaskan mama ye syg."..Malam.itu setelah ayah aku tidur mama ida datang ke bilik aku untul kami melalukan hubungan seks..
388 notes
·
View notes
Text
Ibu tiriku & kawan baiknya
Part 2
Setelah beberapa lama lepas kejadian itu aku mula sibuk di kolej.Suatu hari aku mendapat panggilan dari mama ida yg mengatakan yg ayah aku kena pergi ke sebuah pelantar minyak di miri sarawak selama 2 minggu..mama ida mahu aku pulang ke rumah utk melakukan hubungan terlarang kami.mama ida mahu aku ke kolej dari rumah ja sementara ayah aku berada di miri selama 2 minggu..Hari pertama selepas pemergian ayah aku kami melakukan hubungan seks di ruang tamu.Kali ini aku meminta mama ida melakukan aksi rogol terhadap aku.Tanpa di duga mama ida berjaya membuat aksi itu dengan jayanya..Suatu malam ketika kami menoton tv aku berkata pada mama ida "Mama ida ni tetek besar gila..puas hafis dapat..hafis nak mama ida kalau ayah bekerja di luar mama selalu bogel bila berada dengan hafis,hafis nak mama bykkan pakaian dalam mama ida berwarna merah & hitam..Hafis nak mama ida pakai G-string @ bikini sekali sekala tapi tetap warna merah n hitam je boleh tak??kalau mama ida boleh penuhi apa yg hafis minta ni hafis janji hafis akan ikuti segala kehendak mama ida"..mama ida menjawab "baiklah mama akan penuhi apa yg syg minta tapi syg kena janji kena puaskan mama ida bila mama ida perlukan..Syg kena penuhi segala perintah mama ida bila² masa..Mulai saat ni syg jgn panggil mama ida lagi jika ayah tiada di rumah..Panggil je syg & Mama akan panggil hafis abg.." Aku pun menjawab " Baik syg"..
Selang sehari selapas itu aku baru balik dari kolej setibanya di rumah aku melihat mama ida aku di ruang tamu dengan berbogel & ruang tamu di penuhi dengan pakaian dalam berwarna hitam serta merah termasuk la G-steing @ bikini.."Abg syg dh penuhi pemintaan abg tengok ni syg beli semua ni ikut warna kesukaan abg..so abg kena penuhi segala peemintaan syg nanti ya"kata mama ida padaku..Aku mengangguk tanda setuju lalu aku bogelkan diri aku sendiri lalu aku menghampiri mama ida.."Syg jom kita main,syg lakonkan watak sebgai pensyarah yg kesanggapan lalu cuba memujuk seorg pelajar yg pointer rendah utk syg cuba goda agar dapat memuaskan nafsu syg sebgai pensyarah yg sanggap dengan berjanji akan menaikkan pointer pelajar teesebut sekiranya pelajar itu dpt memuaskan nafsu syg sebgai seorg pensyarah yg telah 2 tahun kematian suami.."Kataku pada mama ida..Mama ida angguk faham..
Mama ida mula melakonkan watak sebgai puan hajar seorg wanita berbadan chubby & mempunyai tetek bersaiz 36C.."Edy boleh kamu datang jumpa saya selepas tamat kelas nanti di bilik saya"kata mama ida.yg melakonkan watak pensyarah ( Puan Hajar )..Aku pun membalas "Baik puan hajar"..Setelah tamat kuliah pada hari itu aku ( watak edy )bergegas ke pejabat puan hajar..Setibanya di situ kawasan pejabat itu agak sunyi..Aku pun mengetuk pintu bilik puan hajar..Setelah masuk puan hajar mula menerangkan tujuan dia memanggil aku.."Edy kamu seorg saja di dalam.kelas sya mempnyai pointer yg rendah..bagaimana kamu akan lulus exam nanti"kata puan hajar..Aku membalas "Maafkan sya puan hajar sya dh usaha sedaya upaya sya dh"..Puan hajar.membalas " Sya boleh tolong naikkan pointer awk edy walaupun exam awk nti awk dpt pointer yg rendah lagi tapi ini rahsia kita berdua..Kalau sya tolong awak sya harap awk dpat bantu sya kembali la"..Aku terdiam lalu berkata"Betoi ke puan boleh lakukan seperti itu??kalau betul puan boleh lakukan apa yg.puan cakapkan sya sanggup buat apa sja yg puam mahu sya lakukan"..Puan hajar berkata " Oklah ni rahsia kita berdua ja ok,sya akan tolong awak utk lulus tapi awk kena tolong.sya balik la.."Aku pun berkata " Tolong apa puan cakap je sya akan lukakannya".Puan hajar tersenyum sambil datang menghampiri aku lalu berkata "Sya nak awak layan sya,sya nak awak puaskan sya yg kegeesangan setelah 2 tahun menjanda..tolong.puaskan nafsu sya"..Aku terkejut lalu kelu tidak berkata apa².Setelah lama berfikir aku pun bersetuju dengan kemahuan puan hajar..Lalu aku membogelkan diri aku di hadapan puan hajar..setelah aku berbogel puan hajar melutut lalu mengurut² kote aku seketika lepas itu puan hajar mengulum kote aku.."Sllluuurrrrrrpppppppppppp.....ssssdllllllluuuuuuurrrrrrppppppp'.."wow besar n panjang kofe awk edy sya suka"kata puan hajar...Setelah dia puas hisap kote aku dia pula membogelkan dirinya lalu memeluk aku dan meminta aku hisap tetek dia...aku pun ikuti segala arahan puan hajar..Selepas iti dia duduk di atas meja lalu membula kangkangan kakinya & meminta aku menjilat buritnya."Edy syg jilat burit sya ...puaskan sya dengam jilatan awk"kata puan hajar..Aku pun "Ssssllllluuuuuuurrrrrrpppppppp.....ssssllllluuuuurrrrrppppppppppp.......ssssllllllluuuurrrrrpppppppp...ahhhhhhhh sedapnya burit puan"kata aku.. Setelah 10 minit aku jilat burit puan hajar."Arrrrrrggghhhhhhhhhh......hhhhuuuuurrrrrrmmmmmmmmmm seddddappppppnyaaaaaa.......aaarrrrgghhhhhhhhhhh jilat lagi edy jilat lagi syg...Sya nak keluar dh nie...Kata puan hajar..."Crrrroooooooootttttttt......ccccrrrrooooooottttttttt³" puan hajar klimax dengan banyak sekali air buritnya...setelah itu puan hajar meminta aku masukkan kote aku ke dlm buritnya..puan hajar menonggek utk style doggie..Aku pun jolok kote aku ke dalam burit puan hajar..Aku henjut kaw² buatkan puan hajar mendesah "Aaarerrfgggghhhhhhhhhhhhhh......aaaaaaahhhhhhhhh.......aaaahhhhhhhhhh..,hhhuuurrrrrmmmmmmm sedapnya edy...aaarrrgghhhhhhjj" kata puan hajar..setelah 15 minit burit puan hajar aku henjut aku rasa nak terpancut tanpa memberitahu puan hajar aku pancut di dalam buritnya.."Ccrrrrooooottttttt....cccrrrrooooootttttttt²" bunyi aku pamcut di dalam burit puan hajar..Puan hajar terkejut lalu memarahi aku" kenapa esy pancut dalam"..Aku balas" Saja.seronok baruu puas...puan jgn risau ok..kalau puan mahukan belaian bila² masa puan boleh cari sya..Kalau puan nak bawak sya balik ke rumah puan terus pun boleh..boleh la sya jadi hamba seks puan nanti.."Lepas kejadian tu puan hajar selalu mengajak aku lakukan hubungan seks...Setelah melakonkan aksi itu aku dan mama ida buat hal masing²..
Pada keesokan harinya lepas pulang dari kolej aku balik ke rumah..sampai di rumah aku mendapati ada 2 biji kereta yg satunya milik mama ida n satu lagi aku tidak pastu siapa punya..Masuk ja kedlam rumah terdapat seorang wanita yg berbadan chubby seperti mama ida tapi teteknya kecil sedikit dqri mama ida..Mama ida perkenalkan wanita itu kepada aku " Hafis ini makcik wati kawan mama ida.."Aku pun berkenalan la dengan makcik watie tu..Aku pun meminta diri utk ke bilik..selang beberapa minit mama ida datangnke bilik aku lalu memceritakan siapa makcik watie tu..makcik watie ni berumur 43 tahun bersuami & punyai 2 org anak.."Sebenarnya syg nak abg layan n puaskan kawan syg tu watie sebagaimana abg puaskan syg selama nie..syg sanggup kongsi ang dengan watie kerana watie ni kawan baik syg & suami dia dh xpenuhi kehendak seks watie dh sekarang nie...syg kesian dkt dia n syg rela kongsi abg dengan watie"kata mama ida padaku..Aku agak terkejut lalu berkata "Abg ok je tapi dengan syarat air mani abg hnya boleh buang dlm mulut or dlm burir je..so kalau watie xboleh pancut dlm dia kena telan la air mani abg"kata aku.."Abg jangan risau macam mna abg perlakukan syg mcm tu juga abg boleh buat dekat watie nie...Kami sanggup berdua serentak melayani abg"kata mama ida.."Oklah abg setuju but now syg panggil watie dtg bilik abg...abg nak try watie dulu ye sayang..."kata ku pada mama ida..Mama ida pun panggil watie supaya datang ke bilik aku..Setelah watie masuk ke bilik aku aku terus memeluknya daei belakang..aku cium lehernya...watie cuba membalas tetapi tidak berjaya lalu aku tolak watie ke atas katil lalu aku naik atas katil aku koyak terus pakaian watie hingga watie bogel di depan aku...Aku cium leher watie lalu aku cium tetek dia....Aku mula meramas tetek watie smbil tangan satu lagi main di depan burit watie...Watie mendesah "Aaaarrrrggggghhhhhhhhh......hurrrrrmmmmmm.....aaaahhhhhhh"...Setelah itu aku meminta watie utk kangkangkan kakinya agar aku dpt jilat burit dia.."Sllluuuuurrrrrrrrrpppppppppppp..,.ssssllllllluuuuuuuurrrpppppp³" aku menjilat burit watie..setelah 10 minit watie klimax kali pertama..Watie bangun lalu bogelkan aku & dengan rakusnya dia mengullum kote aku.."wwwoooowwwwwww besarnya kote panjang plak tu..kalah suami watie nanti kalau masuk tentu susah"".....kata watie..selepas puas watie hisap watie meminta aku henjut burit dia..."Slow² tau syg kote syg tu besar dari suami watie tentu susah masuk nti"kata watie...Aku pun masukkan kote aku kedalam burit watie pada mulanya agak susah sebab ketat lama kelamaan aku berjaya masukkan kote aku dlm burit watie..."Aaaarrrggghhhhhhh sakkkitttttrr.....hhhhuuurrrrrmmmmmmaaahhhhhhhhhh sakit.....aaahhhhhhhhhh" ..jerit watie...Aku henjut kaw² burit watie menyebabkan watue terkulai layu dikerjakan aku..Aku pancut dlm burit watie atas permintaannya sendiri.."Ida anak tiri kau nie memang hebat la..aku puas dilayani oleh anak tiri kau nie"kata watie kepada mama ida..."Tahu xpa & sekarang ang jugak akan dilayani seperti mana dia layani aku selama nie..Tapi kau kena pastikan pakaian dalam kau mesti berwarna merah n hitam saja bila bersama dengan anak tiri aku nie."kata mama ida...
Mama ida mengajak aku & watie utk makan malam..Aku sungguh gembira melihat kedua² mereka berbogel..Setelah selesai makan malam aku pun meminta diri utk berehat di dalam bilik.Setelah hampir 1 jam aku berehat aku bangun mencari mama ida di biliknya tetapi tiada lalu aku ke ruang tamu & mama ida berada di situ..Aku menghampiri mama ida lalu aku membisikkan sesuatu pada mama ida "Syg abg mahukan belaian dari syg n watie serentak...Abg mahu kita bertiga main bersama²"..Mama ida tersenyum lalu berkata padaku "Abg tggu di dalam bilik syg ye..nanti syg dtg dgn watie syg nak bgtau watie dulu ttg nie coz takut watie tak mahu"...setelah mendengar kata² mama ida aku pun pergi menuju ke bilik mama ida lalu aku berbaring dengan hanya berbogel..Setelah hampir 5 minit mama ida dtg bersama² watie dengan berbogel..mereka berdua menghampiri aku lalu mama ida berkata "Abg mahukan kami bersama² ye..okey janji abg puaskan kami berdua ye"..Aku hnya mengangguk tanda faham..Mama ida & watie naik keatas katil lalu aku pun mulakan aksi dengan mencium mama ida sambil watie menunggu gilirannya..Aku mencium kedua²nya secara bergilir²..Aku ramas tetek mereka serentak..Tidak lama kemudian aku meminta mama ida naik keatas aku utk aku menjilat buritnya & watie pula akan mengulum kote aku.."Arrrggghhhhh.....aaahhhhh.....huurrrmmmm sllllluuuuurrrrppppp...ssslllluuurrrrpppp"bunyi jilatan burit mama ida & hisapan kote aku dari watie..Setelah selesai burit mama ida aku jilat aku meminta mereka bertukar tempat agar mama ida akan hisap kote aku manakala aku akan jilat burit watie..Kami bermain secara berganti²...Setelah puaskan burit mereka berdua aku jilat aku pun berkata "Syg abg mahu syg baring & abg akan jolok burit syg tetapi pada masa yg sama abg nk syg menjilat burit watie"..Seakan faham mama ida pun baring lalu membuka kedua² kakinya utk membenarkan aku menjolok buritnya & watie pun memberikan buritnya pada muka mama ida utk mama ida menjilat buritnya..Aku pun masukkan kote aku kedalam lubang burit mama ida perlahan² dan semakin lama semakin kasar permainan aku membuatkan mama ida mendesah "Aaarrrrggggggghhhhhhh.....aaaaahhhhhhh......hhhuuuuurrrrrmmmmm.....aaaarrrrgggghhhhhhh....ahhhhhhhhhhhh sedapnya abg"..Pada masa yg sama watie juga turut mendesah akibat buritnya di jilat oleh mama ida..Setelah puas mama ida aku kerjakan,aku berehat seketika utk mendapatkan kbali tenaga aku.Setelah beberapa minti lepas itu aku meminta mereka berganti posisi di mana aku akan kerjakan burit watie & watie akan menjilat burit mama ida..Setelah semua di dalam posisi masing² aku mula menjolok lubang burit watie yg agak ketat sedikit kerana saiz kote suaminya lebih kecil berbanding aku..dengan permulaan yg perlahan lama kemudian aku semakin ganas menyebabkan watie menjerit kesakitan & kesedapan.."Aaarrrggghhhhh....aaahhhhhh.....sakit hafis tapi sedap..kote hafis besar membuatkan burit watie terasa sempit..aaaaahhhhhhh....aaaahhhhhh...hhuuurrrmmmmm"renggekkan dari watie...Mama ida pun mendesah kesedapan kerana buritnya di jilat oleh watie..Aku kerjakan watie seganas yg mungkin..Aku pancut semua air mani aku kedalam burit mereka berdua..Setelah selesai kami bertiga terbaring akibat kepenatan...Mama ida berkata "Abg syg puas dengan layan abg dekat syg"..Watie pun bersuara "Watie pun puas dengan layanan hafis dekat watie".Aku tersenyum gembira mendengar kata² dari mereka berdua...Setelah berehat kami meneruskan aksi terlarang kami bertiga sehingga puas & kepenatan...
Setelah lama kami bersama² setiap kali berkesempatan dh berjalan hampir 5 bulan kami bermain bertiga dengan watie & hnya main berdua bila watie tidak boleh utk bersama kami lalu mama ida memberitahu "Abg tahu tak yg syg mengandung & watie juga mengandung hasil benih yg abg taburkan kepada kami"..Aku terkejut pada mulanya tetapi aku gembira kerana aku adalah seorg lelaki yg subur...
189 notes
·
View notes
Text
Ngentot Bu Kost Nikmat
Cerita Sex ini berjudul ”Ngentot Bu Kost Nikmat” cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerita tante kesepian,cerita terbaru,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,kisah hot. Pagi itu kulihat Bu Yeyen sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih sekal, wajahnya segar dan cukup cantik. Rambut dan beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang wanita setengah baya yang sedang kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai wanita yang jauh di atas umurku. Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihatku dari luar sana. Bu Yeyen mengenakan kaos singlet dengan BH putih dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat bahunya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Pak Yuda suaminya yang karyawan swasta. Memang Bu yeyen kegiatannya lebih banyak di rumah kerana tidak aktif sebagai pegawai,justru kerena itu ia lebih banyak waktu untuk mengurus dirinya. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 3 orang mahasiswa sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Bu Yeyen telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku , aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan BU Yeyen yang melakukannya… Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Bu Yeyen sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Bu Yeyen sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang, “Bagaimana D? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit. “D mau dibikinkan susu panas?” tanyanya. “Terima kasih Bu, D sudah sarapan tadi,” balasku.”Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu. “D kakimu mulus sekali ya.” “Ah.. Bu bisa aja, kan kulit Pak Yuda lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit. ” D, Ibu jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. “Jangan Bu, nanti Bapak marah..”Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Bu Yeyen sebagai Wanita sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat kemaluanku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Bu Yeyen tidak mengenakan celana dalam sehingga bulu memeknya terlihat,tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang hitam dan mengunung itu. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku. Bu Yeyen membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya . Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa. Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku. “D kau cakep sekali..” dia memujaku. “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perjaka..?” aku mengangguk lemah.Memang aku masih perjaka, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Bu Yeyen induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperjakaan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak. “Bagaimana D? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanya. “Bu… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, payudaranya yg putih dan mulai kendur nampak bergelantungan minta disentuh,sedangkan memeknya yg menggunduk nampak merekah diantara kedua pahanya sangat mulus. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat kontolku telah mengkilat lembab penuh air mani, bonggolnya mengeras sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan dimasuki. Bu Yeyen membungkuk dan mulai memasukan kemaluanku dimulutnya….nyyeerrr…darahklu berdesir merasakan hangatnya mulut Bu Yeyen yg mengulum batangku. ” OOouuhhkk,…Buuuu….” rintihku sambil mencengkram rambutnya tanpa sadar. Ia semakin agresif menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku semakin menggeliat geliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah kepala kontolku, kupegang kepalanya makin erat seolah ingin Bu Yeyen memasukna kontolku ke seluruh tenggorokannya. Bu Yeyen seolah olah mengerti,sambil tak henti henti menyedot dan menjilat kontolku,dikuluumnya kontolku dalam dalam hingga terasa dinding tenggorokannya menyentuh kepala kontolku,dan aku semakin merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas kepala kontolku yang makin membengkak. Karena kenikmatan itu, tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Bu Yeyen melakukan sedotan kecil di liang kontolku, kadang disedot kencang, kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Buuu… aduh.. Buuu… D mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan kuluman di kontolku. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang gemuk itu kemulutku. ” Gantian ya D.. aku ingin kau jilat kemaluanku.” Kutangkap pantatnya, terasa empuk dan hangat dalam pelukanku. Bu Yeyen sudah terlentang dengan membuka kedua pahanya selebar lebarnya,sehingga lubang memeknya yg coklat kemerah merahan nampak terbuka dihadapanku, dan posisiku segera membungkuk siap untuk menjilat kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya. Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke sisi memeknya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali D…” dia berdesis. Kemudian kujilat klitorisnya dan kusedot-sedot dengan lidah sedangkan lubang kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Bu Yeyen membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah mengangkang di atas tubuhnya, memeknya berlendir yg merah melongo persis di depan depan kontolku. ” Bu, D masukin dikit ya Bu, D pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluanku, kutempelkan pada bibir kemaluannya, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanku kumasukan dalam lubangnya, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluanku, ujung kemaluanku masih menancap dalam lubang vaginanya. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam kepala kontolku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya. Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu di bibir dalam klitoris dan bibir dalam memeknya yg lembut dan hangat, sangat besar terasa menggeser kepala dan batang kontolku yg tergenggam erat oleh memeknya. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam, kenikmatan terasa makin dalam, separuh batang kemaluanku sudah melesak dalam kemaluannya. Kutekan seluruh pantatku sehingga terasa seluruh bonggolku menacap sepenuhnya di dalam memek bu Yeyen…terasa kenikmatan yg belum pernah kualami menyerang seluruh syaraf batang kontolku….aku hanya merintih sambil merebahkan seluruh tubuhku diatas tubuh Bu Yeyen yg segera menciumi mulutku sambil mendekap tubuhku erat sekali…. ” OOooouhhh,,,,Bu,….eeennnak sekaliii……” rintihku lemas,sementara Bu Yeyen menyambut pantatku sehingga terasa kontolku semakin dalam dan sesuatu ditubuhku seolah olah akan meledak…. Aku diam sejenak menikmati nikmatnya lubang hangat dan lembut yg menggenggam erat kontolku,lalu..,kukocokkan kemaluanku naik-turun, ternyata terasa amat nikmat sehingga aku hanya mampu mendesis desis. Jepitan kemaluannya cukup ketat dan menggenggam erat batang kontolku. Kulepas kembali…kumasukan lagi..kulepas…,kumasukan lagi..begitu berulang ulang… “Oh.. D kau hebat, Tusukanmu nimat sekali.” Kudengar Bu Yeyen mendesis-desis, payudaranya kuremas-remas dan membuatnya semakin merintih-rintih ketika dalam tusukanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga memek Bu Yeyen sudah kemabali sepenuhnya ditanami batang kontolku,sungguh kurasakan kenikmatan yang meledak-ledak. Dari posisi telungkup semakin kurubuhkan badanku di atas badannya, susunya semakin menempel didadaku sehingga terasa amat lembut, perutku melekat pada perutnya. Kudekap Bu Yeyenerat-erat. Tangan kiri Bu Yeyen mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda hangat kenyal dan besar menggenggam erat dan mengocok ngocok kontolku dari bawah. Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan yg tadinya kecil terasa semakin keras,aku berusaha mempertahankan diriku ,namun… dalam lenguhan yg panjang aku mengejang..dan akhirnya meledaklah kontolku mengeluarkan cairan mani yg banyak membasahi memek Bu Yeyen. ” AAAooouuuhhhkkk….Buuuuuu………” aku mengejang sejadi jadinya merasakan nikmat yg tak terhingga yg menguasai kontolku. Kutekan kontolku memenuhi memeknya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vaginanya terasa keluar cairan hangat, membasahi batang kontolku,lalu beberapa kali terasa kedutan kedutan kecil mulut dan dinding memeknya meremas remas batang kontolku. “OoohhhD…..Ibu juga keluaaarrrr ssssaaayaaangghhhh….…” Bu Yeyen juga juga mengejang,pantatnya ditekan keatas seolah ingin memasukan seluruh batang kontolku di memeknya, matanya nampak merem melek sementara mulutnya setengah terbuka. Urat urat lehernya terlihat mengeras menerima ejakulasinya,sementara punggungnya melengkung lengkung seperti udang sambil memelukku erat erat,ia telah orgasme pada saat yang bersamaan denganku. Rupanya dia terangsang dengan orgasmeku,sehingga ketika tadi aku mengejang dan menyepak nyepak sepeerti sekarat, Bu Yeyen juga merasakan hal yg sama sehingga mengeluarkan air lendir dari memeknya. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluanku masih menyesaki vaginanya. Kurasakan kontolku masih berkedut kedut dan makin lama makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Bu YYeyen cuma tersenyum mamandangku…. ” Gimana D ? ” Enak ??? ” Aku tersenyum malu,dan ketika dirasa kontolku mengecil,aku segera turun dari tubuhnya. Pagi itu keperjakaanku hilang oleh memek tua Bu Yeyen yg empuk,tapi aku tidak menyesal. cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerita tante kesepian,cerita terbaru,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,kisah hot Read the full article
124 notes
·
View notes
Text
May Part 1 , 2 , 3
Aku dengan member aku yang satu fakulti selalu ulangkaji pelajaran di ruang legar fakulti pada malam hari, kalau tempat ni penuh dengan student lain, kami akan beralih ke bilik toturial yang biasanya tidak digunakan pada malam hari. Biasanya kami mengulangkaji pelajaran hingga pukul 2 atau 3 pagi barulah pulang kerumah atau hostel masing-masing.
Terdapat juga pasangan student yang tenngah bercinta study di sini, bukanya apa saja nak privacy kata orang, tak kira cina, melayu atau india, banyak yang bercouple di sini. Kebiasaanya aku bersama kawan – kawanku iaitu uda dan zul akan study di meja yang hujung sekali kerana disini tempatnya agak berhampiran dengan kawasan semak di pinggir kawasan fakulti, kebanyakkan student tidak suka dengan tempat ini, kata mereka banyak nyamuk.
Berdekatan dengan tempat yang selalu kami study ni ada bilik persatuan pelajar fakulti ini dan biasanya senior tahun akhir selalu lepak dibilik ni sambil mengulangkaji atau menjalankan kegiatan persatuan. Atara senior tersebut, kami selalu memerhatikan satu pasangan couple bangsa cina selalu berdua-duaan dalam bilik tersebut hingga jauh malam, yang lelaki tu biasalah dengan cermin mata tebal dan rambut pendek tegak ala komondo tapi hensem jugaklah, tapi yang pompuan tu yang buat kami tak tahan tengok, dah lah jenis kulit putih, bodynya pulak, aduhai… teteknya besar dan tegang menatang, pinggangnya ramping dan bontotnya bulat, padat, besar dan sedikit tonggek macam ziana zain, tubuhnya tinggi, sama tinggi dengan balak dia, selalunya dia pakai skirt pendek atau seluar pendek dengan tshirt saja, nampak pehanya yang putih tu yang buat kita orang tak tahaan..
Suatu malam tu, kami tengah study, tengok dia datang dengan balak dia, terus masuk dalam bilik persatuan, malam ni dia pakai seluar pendek putih dengan tshirt dan blazer kat atas, masa dia jalan tu kami tiga orang asyik tengok tundun dia yang nampak menonjol dari dalam seluar, uda dah tak tahan sambil membetulkan kedudukan adiknya, mungkin adiknya dah bangun agaknya. Aku pun rasa semacam saja, akhirnya kami ambil keputusan untuk lakukan sesuatu agar dapat merasa cipap tembam amoi ni..
Kami ambil keputusan untuk mengenali amoi ni dengan lebih dekat lagi, lalu kami bertiga dengan membawa soalan yang totur berikan siang tadi, kami bergerak ke bilik persatuan, tujuannya untuk bertanya tentang soalan tersebut, kononnya kami tak tahu nak jawaplah..kamipun ketok pintu bilik persatuan, dan amoi tadi yang buka pintu.. Ya, ada apa…. Dia bertanya.. aku mengucapkan selamat malam dan memohon maaf kerana menggangu dia..kami sebenarnya nak bertanya tentang soalan ni…tak tahu macam mana nak jawap… mungkin kakak senior boleh tolong… uda dan zul tersenyum ..mungkin kerana lucu dengar aku panggil amoi tu kakak senior, amoi tu jawap… apa pulak kakak senior…. Sambil tersenyum amboi manis sekali….. nama saya May dan ini teman saya Steven, dia memperkenalkan balak dia… soalan ni senang saja, mari saya tunjukkan… sambil berjalan masuk dan duduk di salah satu kerusi yang ada disitu, kami pun masuk, uda duduk dikerusi yang bersetentang dengan amoi tu aku dan zul berdiri saja, sambil melihat amoi tu membaca soalan dan mula memegang pen dan kemudian mengeluarkan kertas…dia kemudian menjelaskan kepada kami berkaitan dengan soalan tu, aku asyik memerhatikan pangkal buah dadanya yang kelihatan sewaktu dia tunduk menulis.. sungguh putih dan gebu sekali.. konek ku mengeras.. mungkin uda dan zul juga sama dengan aku… kemudian selesai menerangkan soalan tadi, kami mengucapkan terimakasih … sebelum pergi dia bertanyakan nama kami… nama saya usop dan yang ni Uda dan ini Zul… kami terus berlalu…
Kami sudah bersepakat untuk melakukan sesuatu. Esoknya aku ke klinik pelajar berjumpa doktor dengan memberitahu aku mempunyai masalah untuk tidur kemudian doktor memeriksaku dan memberikan dua jenis ubat tidur, mungkin untuk membolehkan aku tidur malam, sementara zul dan uda, aku arahkan untuk mendapatkan pil khayal dan roche untuk rancangan malam tu.
Malam tu kami dah telah bersedia, ubat tidur tu aku hancurkan dan campurkan dengan pil khayal dan roche yang zul bawa, kami campurkan air sedikit dan dengan menggunakan jarum suntikan, kami suntikkan ubat tersebut ke dalam air kotak yang telah kami sediakan. Satu untuk amoi tu, dan satu lagi untuk balak dia, dengan lubang bekas suntikan yang kecil tak mungkin amoi tu menyangka yang minumannya telah dimasukkan ubat.
Sambil minuman kepunyaan kami, kami menuju ke bilik persatuan, pintu tak bertutup malam ni, kami terus masuk dan kelihatan amoi tengah study dekat balak dia, aku cakap… sorry may, steven, kami ada satu solan lagi nak tanya, may senyum …. No problem apa yang saya boleh tolong, saya tolong lah… kan kita disini masih belajar… dia menghampiri kami … dan uda menghulurkan air kotak yang dah diletakkan ubat tadi pada may… may, ini untuk may.. kami beli telebih tadi… dan satu diberikan kepada balak may, may cakap …. Oh thank you.. kami baru rancang nak pergi minum tadi…nampaknya tak payahlah kita keluar steven… steven hanya senyum dan mengucapkan thanks..terus masukkan straw dan menghisap air nya… uhh..hilang dahaga rasanya … kemudian sekali lagi megucapkan ….. thanks ahh geng…
Amoi tu tak minum pulak lagi, dia asyik baca soalan yang kami berikan… amoi tu mula ambil pen… cepat-cepat aku cakap…. aaa May boleh tangguh sekejap tak… saya rasa nak ke tandas lah… sambil aku memegang perut pura-pura sakit, zul cakap … apalah usop, lecehlah kau ni.. dah pergi lah cepat uda pulak menghalau aku dengan loghat terengganunya… May cakap …okeylah saya tunggu .. cepat sikit tau.. senyum pulak tu.. sambil berlalu keluar aku tengok may ambil air kotaknya dan mula masukkan straw sementara steven tengah menghisap air kotaknya… aku keluar.. kemudian uda berkata …. May kami tunggu kat luar ajelah ye…. Okey .. may jawap sambil senyum dan menghisap air kotaknya….
Aku berada di ruang legar fakulti sambil melihat uda dan zul lepak dekat tempat parking motosikal hadapan bilik persatuan. Zul menunjukkan isyarat tangan dengan ibu jari keatas menandakan semuanya berjalan seperti yang dirancangkan. Hampir setengah jam aku menhampiri uda dan zul, … agak-agak menjadi ke ubat tu.. zul jawap mintaklah bagi jadi… kami pun bergerak ke bilik persatuan dengan perlahan, dada mula berdegup kencang, dengan perlahan kami membuka pintu bilik persatuan, mula yang kami nampak steven dah tertidur dengan keadaanya masih lagi duduk cuma kepalanya dengan beralaskan lengan diatas meja, tapi may tak kelihatan, pintu dilebarkan kami masuk kedalam bilik rupanya may berada dikerusi (sofa) rotan yang terdapat dalam bilik tu dah tidur jugak.
Aku memandang zul dan uda dengan tersenyum, kami menghampiri steven, memanggil namanya tapi dia tak sedar pun… sah menjadi ubat ni. Kami alihlan steven letakkan atas lantai dan kami ikat kaki dan tangannya serta mulutnya kami plaster dengan loytape, matanya kami ikat dengan sapu tangan.
Kemudian kami menuju kepada may, amoi ni tidur dengan menyandar di kerusi rotan, aku memanggil namanya tapi amoi ni senyap saja, melihatkan amoi ni terus senyap, kami alihkan nya ke atas meja panjang yang terdapat disitu, kami telentangkanya, aku mula memegang teteknya, tetek yang selama ini aku idamkan sudah berada ditapak tanganku, aku ramas puas-puas, teteknya pejal sekali, besar tak muat tangan aku nak pegang semuanya, aku cium bibirnya terasa hangat tapi tak ada respon pun, zul tengah meraba cipapnya, uda menarik baju may keatas dan aku menolong melucutnya, aku lihat may pakai bra warna putih, nampak branya seakan tak dapat menampung tetknya yang besar tu, aku tak sabar terus melucutkan branya, kini tersembullah dua gunung yang indah menatang, niplenya warna coklat cerah, aku meramas yang sebelah kanan dan uda disebelah kiri, kami meramasnya dengan sepuas-puasnya,
Zul sudah melucutkan seluar pendek may, sambil meramas tetek may aku melihat keindahan body amoi sorang ni, zul menarik panties may yang berwarna cream kebawah dan nampak lah cipap may yang tembam dengan bulu yang nipis di trim rapi, konek ku dah tegang dah.. zul mengusap-usap cipap may dan kemudian tunduk mencium disitu, emmmm baunya meransangkan, aku dah tak tahan melihat zul mengusap cipap may, aku cakap dengan zul….. zul.. aku pulak zul… dah tak tahan ni… zul sengih dan bergerak meninggalkan kawasan tu, aku mengambil alih, uda tengah menyonyot tetek kiri may dan zul mula meramas tetek kanann may, aku mengangkat kaki may ke atas dan cipapnya terbuka luas menampakkan lurahnya yang sempit, aku tunduk dan terus menjilat cipap may sepuasnya dan aku rasakan cipapnya dah penuh dengan air liur aku, lalu aku buka butang seluar dan keluarkan konek aku yang dah lama tegangtu… aku ambil body lotion yang terdapat disitu, entah siapa punya, aku sapukan di kepala kenek aku, kemudian aku letakkan kepala konek aku betul – betul di lubang cipap may, perlahan aku tekankan, perlahan juga konek aku masuk kedalam cipap may, terasa ada juga kemutan walaupun may tengah tidur, aku benamkan lagi konek aku, aku terasa tubuh may tersentak bila aku membenamkan keseluruhan konek aku ke dalam cipapnya sampai habis semua, aku mendiamkan diri, begitu juga dengan zul dan uda menegakkan diri dan saling berpandangan kemudian beralih kemuka may, takut kalau dia tersedar, tapi tak sedar pun, nampak may terus tak sedarkan diri, aku pun teruslah sorong tarik kembali, terasa hangatnya lubang cipap may dan tak lama kemudian aku merasakan yang air aku dah nak keluar, aku lajukan lagi dan akhirnya aku lepaskan maniku dalam vargina may, aku tarik keluar konek aku yang mula lemas dan mengecil tu, terlihat ada kesan mani yang meleleh keluar dari lubang cipap may bercampur darah, rupanya may ni masih virgin lagi.
Kemudian uda mengambil alih dengan memasukkan konek nya pula, konek uda lebih besar dari aku punya tapi rasanya panjangnya sama saja, tapi uda punya berurat timbul disekeliling koneknya, aku membantu uda dengan memegang kaki may, tak lama uda selesai kini giliran zul pula, konek zul sama besar dengan aku tapi lebih panjang hampir 7.5 inci. Lama sekali zul melakukanya tapi tak keluar juga, aku menyarankan zul supaya memasukkan dalam lubang anus may, zul menarik konek nya keluar dan aku menarik kaki may keatas hingga lututnya bersentuhan dengan teteknya, dengan itu lubang anusnya terangkat ke atas, zul menyapukan body lotion pada lubang anus may dan memasukkan jarinya, kemudian mengeluarkan jarinya dan menghalakan kepala konek yang dah di sapu lotion tu terus menekan dan masuk dalam anus may dengan perlahan-lahan. Akhirnya masuk semuanya dan zul mula sorong tarik, akhirnya tak lama zul keluarkan maninya dalam anus may.
Aku bertanya uda kalau dia nak lagi, uda cakap dia dah letih, jadi kami pun memakai pakaian masing-masing dan mengalihkan may keatas kerusi panjang rotan, kemudian kami buka ikatan steven dan kemi bogelkan steven, kami letakkan steven yang bogel dengan posisi meniarap menindih tubuh may, air mani yang meleleh dari cipap may dan anusnya kami sapukan pada konek dan muka steven, konek steven yang tak sunat tu nampak macam pisang emas saja tapi bulunya lebat. Bekas air kotak yang berisi ubat tadi kami ambil dan gantikan dengan sisa air kotak kami yang bersih, kalau apa-apa jadi tentu puncanya bukan dari air kotak tu.
Setelah semua siap kami tutup lampu dan lock pintu dari dalam dan terus keluar, sambil masing-masing tersenyum puas, kami terus kemaskan barang dan balik kerumah masing-masing. Selang dua hari berikutnya aku terserempak dengan may di kampus, dia memanggilku dan berjalan kearahku, aku mula gabra, berdegup kencang jantung aku, takut kalau may tahu apa yang kami buat, aku berlagak selamba saja, …. Morning may.. aku menyapanya dulu, morning….. ehh usop, I nak tanya satu soalan.. dalam hati aku…. Mampus aku kali ni….. aku berlagak tenang saja… soalan apa may, kalau saya boleh jawap saya jawaplah…. bukan macam may sombong minta tolong terangkan mengenai soalan toturial pun tak nak… aku mula mengenakan dia dulu, sebab aku rasa aku tahu soalanya yang nak disoalnya….. may berkerut dahi dan …. Apa maksud usop..may tak fahamlah…. Alaah malam tu kan kita orang pergi jumpa may kat bilik persatuan minta tolong, lepastu usop ketandas, tapi bila kita orang pergi semula kesitu, panggil may, ketuk pintu, may tak buka pun, tapi lampu masih dipasang, so usop ingat may mesti tak nak tolong kami, kami pun blah lah, may diam kemudian aku lihat may tutup mukanya dan duduk dikerusi berhampiran, may menangis… aku menghampiri may dan bertanya lah kononya …… apa pasai ni may… usop minta maaf lah… usop bukan nak menyinggung perasaan may… may tak nak tolong pun tak apa…tapi jangan menangis……
May mula angkat mukanya, tangisnya mula reda dan may ceritakan pada aku yang steven telah meragut keperawanya tanpa may sedar, may yakin yang steven telah memberinya ubat tidur dan menidurinya, may juga jelaskan yang dia dah berjumpa doctor menegenai kesannya, tapi doktor tak boleh pastikan lagi yang may pregnant atau tak, aku bersaimpati dengan may dan aku memberi semangat pada may……. May, saya bersimpati dengan may, kalau lah may pregnant akibat dari perkara ni, saya sanggup menjadi ayah kepada bayi tu……. Dalam hati aku selamatlah aku , may ingat steven yang buat…. May memandang aku dengan hairan, mungkin dia tak sangka yang aku sanggup berkorban begitu, may terus memeluk aku dan tangisnya kuat kembali.. semakin ramai student yang menjeling kearah kami. Macam drama swasta pulak. Sejak hari tu aku bertambah rapat dengan may dan akhirnya dia jadi makwe aku.
Sekian cerita aku kali ni. Lepas ni aku nak sambung bagaimana aku dagangkan tubuh may untuk dapatkan wang….. nantilah ceritaku seterusnya.Hubungan aku dengan May bertambah erat dan mesra, maklumlah aku belum pernah ada awek keturunan cina. Sayanglah konon, sayang nak mengena… Hubungan kami biasa saja walaupun aku tahu May dah tak dara lagi, tapi mengenangkan tekanan perasaan yang dialaminya selepas peristiwa dia ditiduri, aku memnjadi bertambah kesian kat amoi sorang ni, nak pantat kena pelan-pelan pujuk, nanti melepas. Setiap kali jumpa may atau dating dengan May, aku terpaksa menahan nafsu, batang aku sentiasa tegang tapi terpaksa berlagak cool, balik rumah aku tibai Yaya atau Angah, (kisah keluarga angkat) tapi bayangkan wajah May… sekali fikir lucu gak.
Peluang yang aku tunggu akhirnya tiba, tapi bukanlah dirancang tetapi secara tak kusangka. Peristiwa ini bermula apabila Persatuan Pelajar Fakulti aku selesai menganjurkan Operasi Khidmat Masyarakat yang diadakan di Setiu Terengganu, aku salah sorang AJK lah, tumpanglah seronok sebab majlis kami tu berjaya, jadi aku bersama beberapa orang teman buat keputusan nak celebrate kejayaan kami di pusat hiburan, jadi sampai masa yang dijanjikan kami pun pergilah ke tempat yang dijanjikan. Bukanlah jauh sangat dekat PJ Old Town saja, malam tu yang ada 8 orang semua, 6 darinya berpasangan iaitu aku dan May, Uda ngan Zana, Chew dengan Lili, manakala Kathy dan Lina ni solo aje, kathy ni memang lah tak ada pakwe sebab body dia fuhhh semangat habis, gemuk sangat, tetek dia tu punya lah besar, nampak macam buah kelapa dan bontot dia kalau buat kari, kena taruk kelapa 10 biji, itupun belum tentu lemaknya.
Kami sampai di pusat hiburan tu lebih kurang pukul 10.30 malam lah. Terus masuk dan order minuman, Uda dengan Chew order air mabuk aku order coke aje, tunjuk baik lah konon, Lina pun coke jugak, awek aku sama Lili dan Kathy order air apa tah, warnanya putih je, kita orang lepak-lepak aje sambil berbual dan minum-minum, lepas tu mula menari dah letih menari kita orang rehat sambil minum-minum. Uda dan Chew dah mula terasa high dah sebab aku tengok muka dia orang dah merah semacam aje, dia orang cabar aku minum air mabuk warna kuning tu, aku bukanya tak biasa minum tapi malas nak tunjuk hebat, dah dicabarkan apa nak buat aku pun minumlah, tapi tak lah banyak sesedap rasa je..
Sekalitu sampai time lagu slow diputarkan, aku ajar May nari, dia cakapp akey, kami pun narilah, tangan dia kat leher aku, tangan aku kat pinggang dia, batang aku dah tegang dah sebab teringat waktu aku fuck dia hari tu. aku rapatkan May ketubuh aku, terasa tetek dia lembut kat dada aku, May merapatkan kepalanya kebahu aku, aku turunkan tangan aku kebontotnya, pejal sekali bontot ni, tambah pula malam tu may pakai seluar panjang yang kainnya lembut. May bisik diteliga aku…. jangan abil kesempatan ya….. aku jawap…. Mana ada ……. Sambil merapatkan bibirku ketelinga may dan kemudian mencium telinganya, May terasa geli agaknya dan merenggangkan tubuhnya dari tubuh ku dan ….apa ni usop….kan I cakap jangan ambil kesempatan…. Tapi nadanya masih lembut, aku menjawap dengan bersahaja, ……itu bukan ambil kesembatan…itu nak tunjukkan kasih sayang…… aku memandang tepat pada matanya…… May senyum sikit dan meneruskan kata-katanya…. Pandailah awak Usop, ingat I tak tahu…. Kemudian May merapatkan semula kepalanya ke bahu aku, aku bisikkan lagi ….. apa yang U tahu….. May jawap….. ada lahhh, tapi rahsia tak boleh beritahu…… aku semakin stim, lalu menjawap…. Ohhh…berahsia ya, baik bagitahu, kalau tak I ambil kesempatan lagi…… May mengangkat kepalanya dan menjawap….cubalah kalau berani…… serentak dengan itu aku menurunkan kedua tangan aku ke bontot dan meramas lembut bontotnya, May buat-buat terkejut dengan membulatkan matanya dan cuba merenggangkan tubuhnya, aku cepat-cepat mencium bibir May, tapi tak kena sebab May dah berpaling mengelak serangan aku, cuma kena dekat pipinya saja,serentak dengan itu May cubit aku dekat leher, aku mengaduh dan kemudian melepaskan pelukan, May tersenyum dan kemudian mengejek aku…. padan muka…… sambil membuat mimik muka yang lucu dan terus cepat-cepat seperti berlari menuju ke meja kami, aku mengekori May dan sampai di meja aku terus duduk sebelah May dan …. Nanti lah, I mesti balas apa yang you buat….. sambil mengangkat tangan saakan ingin mencekik leher may, May menjerit kecil dan menyembamkan mukanya ke bahu kathy yang duduk disebelahnya… kami terus minum-minum sampai pukul 12 tengah malam, dan kemudian keluar dari pusat hiburan tersebut.
Di luar aku bertanya, ….kau orang nak kemana selepas ni? Uda jawap……. Entah lah, tak ada rancanganlah, Chew mencadangkan….apa kata kita lepak rumah gua, parents gua pun tak ada so bolehlah kita sambung party kita…. Uda set saje, Zana cakap dia tak kisah, aku pun nak join gak tapi May kata…. I join sekejab saja bolehlah, I kena balik awal esok I uncle I nak datang jemput I ke rumah dia….. so kita orang bergerak ke rumah Chew, aku dan uda bermotosikal dengan awek kami, Kathy, Lili dan Lina naik kereta Iswara Chew.
Dipertengahan jalan aku singah dekat petrol pam untuk isi minyak sementara Uda meneruskan perjalanan. Selepas isi minyak kami meneruskan perjalanan menuju ke rumah Chew yang terletak di damansara, rumahnya besar siap ada kolam mandi lagi, aku dah beberapa kali kesana.
Setelah hampir sampai dekat rumah Chew, tiba-tiba hujan turun tak lah lebat tapi basah jugalah. Sampai di rumah Chew, Uda dah sampai, Chew tolong bukakan pintu pagar dengan berpayung, baju aku dan seluar basah jugaklah, May yang membonceng tak lah basah teruk cuma dibahagian lutut dan bahu sahaja.
Kami masuk dalam rumah, Chew sarankan agar kami lepak dekat tingkat atas saja, kami pun ke tingkat atas, di situ ada second hall, taklah besar sangat tapi semua ada aircond lagi. Lili keluarkan air mabuk dari peti ais, kathy sibuk nak tengok VCD, Chew sarankan agar aku tukar pakaian sebab pakaian aku basah, dia berikan tuala,track dan t-shirt untuk aku, untuk May dia cakap tak ada pakaian perempuan, seluar pendek rap dengan t-shirt adalah. Chew suruh kami masuk bilik sebelah hujung sebab bilik tu ada bilik air so kalau nak mandi bolehlah,
Kamipun masuklah bilik, aku yang tak tahan dengan pakaian basah tambahan aircond lagi terus buka baju dan seluar, May yang tengok aku buka pakaian, menjerit……. Hei..!, tak malu…… sambil menutup mukanya dengan tangan dan bepaling mengadap dinding. Aku terus masuk bilik air dan mandi, selesai mandi dengan pakai tuala aku keluar, May duduk di birai katil dengan bertuala saja, ……peeewwiit, seksilah makcik……. Aku mengusik May, May bangun manjelir lidah dengan mimik muka yang lucu, terus berlalu ke bilik air. Batang aku dah mula naik sikit tengok body May yang hanya pakai tuala tu, teteknya tanpa bra nampak menatang, bontotnya yang pejal tu nampak beralon lembut mengikut lenggok May berjalan.
Aku pakai track sambil duduk di katil mengelapp rambut aku yang basah. May dah sudah mandi, keluar dari bilik air pakai tuala aje, aku buat-buat tak kisah saja, May ambil seluar pendek dan t-shirt kat atas katil, bawa pergi dekat meja solek, tengok t-shirt nya jatuh dan may menunduk mengambil t-shirtnya, aku yang berada dibelakang May dapat melihat sekilas pantatnya apabila dia tunduk, batang aku semakin tegak lagi, aku bangun menhampiri may kat meja solek, buat-buat cari sikat rambut, May masih berdiri tengah sapu bedak, sambil berdiri belakang May aku menyikat rambut, aku tanya May…. May..!, tadi kat pusat hiburan U cakap tahu sesuatu, apa tu….. May jeling sambil tersenyum…..kan namanya rahsia, mana boleh bagitahu…… Aku cari akal lagi…. Aahh.! Baru ingat…tadi cubit I ya, sekarang tibalah masanya untuk pembalasan dari si hero….. mendengar aku cakap begitu, may terus menjauhkan diri…..jangan mengadalah Usop, nanti May ketuk dengan botol bedak ni,… Aku jawap….. tak kira hutang darah dibalas darah, hutang cubit dibalas cubit..ha..ha..ha….sambil berjalan mendekati May, May semakin berundur dengan ketawa galak….. jangan lah Usop, ampun lah….sambil berundur, aku semakin maju dengan mengayakan gaya samseng dengan tangan siap untuk mencubit. Akhirnya May dah tak boleh undur lagi sebab dah sampai dekat penjuru bilik, aku terus memelok May….haaa..dapat, mana mau lari….. sekarang masa untuk mencubit…ha..ha..ha… May masih cuba untuk melepaskan pelukan aku, tapi aku rasa bukan cuba betul-betul pun, cuba cuba tolak badan aku dengan perlahan saja sambil ketawa manja, …… kat mana yang sedap kalau cubit ni, emmmmm……sambil mata aku melihat tetek May, May segera menutup teteknya yang berada dibawah tuala dengan kedua belah tangan takut aku betul-betul cubit kat situ.… janganlah usop….larangan manja pula. ….ohh, kat situ tak boleh, tak apa kat lain kan ada….. sambil menggerakkan sikit tangan aku dipinggangnya, …..jangan lah usop, I gelilah…sorrylah Usop…. Okey I boleh maafkan, tapi dengan satu syarat, aku memendang tepat ke mata may, …..apa syaratnya…… sambil buat-buat berfikir,….emmmm syaratnya I nak kiss U…. May cakap…..okey, haaa ….sambil menyuakan pipinya, ….tak nak situ…….may besarkan mata …….habis kat mana…… dengan senyum yang paling manis aku cakap …..kat bibir U……May buat-buat terkejut kot,sambil buat mimik muka berkerut, kedut-kedut sampai mata yang sepet tu macam tertutup, aku tak tunggu lama terus merapatkan bibir aku kat bibir May, may berbunyi…..emmmmpph, emmmpph, bukan tanda stim tapi tanda protes sambil cuba menolak tubuh aku, tapi aku semakin merapatkan tubuh May ke tubuh aku, sebelah tangan kat belakang tubuh May dan sebelah tangan aku pegang kepala May tak kasi bergerak.
Aku cium bibir May lembut, sambil lidah aku cuba untuk menyusup ke dalam mulutnya, tapi May tak buka mulut, aku mainkan lidah aku di bibirnya dan kemudian dapat masuk menyentuh giginya yang masih ditutup rapat, aku bermain lidahku dekat bibir bahagian dalam, lepas bawah atas, sesekali aku menyedut bibir bawahnya, akhirnya May menyerah, membukakan mulutnya, apalagi lidah aku meluru masuk bertautan dengan lidah nya dan bermain di segenap ruang mulutnya, nampaknya May dah mula membalas ciuman aku, lidahnya juga dah mula tak duduk diam, aku rasakan nafas may juga semakin laju, matanya terpejam rapat, tanganya dah memeluk aku dan menggosok belakang aku yang tidak berbaju, tangan aku juga mengosok di bahagian belakang May menjalar kebawah sampai di bahagian bontotnya, aku mengusap-usap dan meramas-ramas lembut di situ, kemudian tangan aku memasuki bawah tualanya yang singkat tu dan kini aku mengusap bontot May dan aku dapat merasakan batapa halusnya kulit may, betapa lembutnya bontot May, Batang aku dah tegang sangat dan terasa bersentuhan dibahagian perut May.
Aku melepaskan ciuman, dan aku lihat May masih lagi memejam mata, bibir aku terus mencium pipinya, dan kemudian bergerak ke telinganya, aku mencium dan menjilat telinganya May semakin mengelinjang dan tanganya semakin kuat memeluk aku, tangan aku masih lagi mengusap bontot may sesekali meramas dan sesekali bergerak hingga ke bahagian paha sementara mulut aku masih lagi ditelinga, kemudian turun keleher May, aku mencium, menjilat dan sesekali menggigit kecil disitu,May dah mula mendesah macam radio yang tak betul siaran, ssssttt…..sssttttt…..dalam hati aku dah comfirm aku dapat May malam ni, kemudian mulut aku keatas kembali mencari bibirnya, bertemu saja bibir aku dan dia, May terus kiss aku dengan kuatnya, ganas lak tu…. dalam hati…hai, dah stim habis budak ni……. Merasakan May yang begitu agresif tu, tangan aku sebelah kanan mula merayap keatas menghampiri teteknya, sampai disitu aku terus mengusap lembut teteknya dari luar tualanya, tapi tak best, rasa tuala, aku pun menerik simpul tuala may kat tengah antara dua teteknya dan menarik kebawah, aku kembali mengusap teteknya dan meramas lembut, teras enak sekali, aku mengentel niple May, may mula mendesah ….mmmmpphh….mmmmpphh…. tangan aku yang sebelah kiri merayap perlahan ke bahagian depan tubuh may, sampai di pahanya dan kemudian sampai ke bahagian bulunya, tarasa bulu cipapnya pendek dan lebat, tangan aku menuju ke alur cipapnya dan jari tengah aku bergerak kebawah menuruni lurah cipapnya dengan lembut, rasanya cipap May dah basah, aku mencari kelentitnya, tak susah sebab tak sunat, aku mengentil kelentitnya dengan jari aku, May melepaskan ciuman, dan mendongak keatas ………sssssttttt …….uuuuhhh….uuuhhh… May dah stim setengah mati.
Aku tarik May dan baringkanya di katil, kemudian aku lock pintu, terus aku buka pakaian aku, batang aku yang menegang tu terangguk-angguk bila aku berjalan menuju ke arah May yang terlentang atas tilam dengan matanya masih terpejam,perlahan-lahan aku naik menghampiri May dan mengucup bibirnya, May membalas kucupan aku dan tangannya terus merangkul leher aku, tangan aku sebelah menehan tubuh aku dan sebelah lagi mengusap tetek May, aku gentel putting tetek dia, May semakin teransang, aku lepaskan bibirnya dan bibir aku merayap di lehernnya dan kemudian kebawah lagi, kepangkal buah dada yang membusung tu, aku jilat teteknya, niplenya yang berwarna pink tu dah mengeras dan terjojol naik, aku jilat niplenya dengan hujung lidah aku, terangkat-angkat tubuh May menahan keenakkan, sambil aku terus menjilat, menyonyot dan sesekali menggigit lembut niplenya tangan aku merayap keselangkang dia, cipapnya yang basah tu aku usap-usap lembut dari atas kebawah meneruni alur cipapnya berulang-ulang, kemudian aku berhentikan jari tengah aku dekat bijinya, terus aku gentilkan bijinya, May mendesah kuat ……sssstttt……sssstttt….. bibirku perlahan-lahan meninggalkan tetek dia dan bergerak turun terus kebawah sampai di lubang pusat, aku masukkan lidah aku dalam lubang pusat May yang agak dalam tu, tak best kat situ bibir aku terus turun beserta dengan tubuh aku, kini aku seperti sujud di celah kangkang may, aku bukakan paha May luas-luas, cipap may indah sekali, dengan bulunya yang tebal bewarna hitam, bibir cipapnya bewarna merah kehitaman, biji kelentitnya terjojol keluar kerana tak sunat, aku rapatkan bibirku ke cipap May dan keluarkan lidah aku sepanjang mungkin lalu lidah aku menyentuh bibir cipap May dan aku terus menjilat bahagian antara cipap dan pangkal paha May, terus ke bawah antara lubang cipap dan anusnya, May mendesah panjang, kemudian aku jilat disepanjang lurah cipap May, terangkat bontot May bila lidah aku sampai di kelentitnya, aku hentikan lidah aku disitu dan nyonyot biji May, sampai aku rasa May dah nak klimax, aku tahu bila aku rasakan tubuh May dah mengejang dan pahanya dengan kuat menyepit kepala aku sementara jarinya mencengkap kuat rambut aku, lalu aku hentikan jilatan aku.
May seakan tak puas, yalah member dah nak sampai, tangannya menekan kepala aku ke cipapnya, aku tak peduli terus aku hentikan, aku tarik tubuh May ke pinggir katil, aku angkat paha May keatas, aku lapikkan satu bantal bawah bontot may, sekarang kedudukanya lebih tinggi, aku rapatkan paha May dan aku tolak keatas sehingga lututnya hampir menyentuh buah dadanya, sekarang kelihatan cipap may tersepit comel diantara pahanya dan lubang anus May jelas nampak terkemut-kemut. aku melutut dilantai dengan tangan aku menahan paha May agar tidak kebawah, aku tundukkan kepala aku dan aku masukkan lidah aku dalam lubang cipap May, May kembali mendesah, tapi tak lama lidah aku di lubang cipapnya kerana bukan tujuan aku disana, aku turunkan lidah aku memnjilat kawasan antara lubang cipapnya dengan anusnya, kemudian terus ke lubang anusnya, terasa pahit-pahi sedikit dan masin-masin sedikit mungkin sisa sabun mandi fikir aku, aku terus menjilat lubang anus may, May mendesah kuat sekali, uuugghhttt….uuhhhh….aaahhh. dan kepalanya menggeleng kekiri dan kanan, tanganya mencengkam kuat cadar tilam, aku bermain lidah di anus May sepuas-puasnya. Dah lama aku geram dengan bontot ni.
Dah puas aku menjilat, aku bangun dan aku nak kiss bibir May, tapi menyedari bibir aku semakin hampir dengan bibir dia, May memalingkan mukanya…. Emmmm..tak nak…. Mungkin May rasa kotor dengan bibir aku setelah aku kerjakan anusnya, tak kisahlah, aku ambil posisi di celah kangkang May, aku halakan kepala konek aku dekat cipap May, dan aku gosok-gosok kepala konek aku dekat lurah cipap dia, dan kemudian aku letakkan betul-betul dekat lubang cipap May, dah ready nak masuk, …..May, boleh ke ?…. aku minta dulu, mana tahu nanti tak pasal dia salahkan aku, may hanya mengangguk kepala …..aem…aem… apalagi lampu hijau dah dapat, perlahan-lahan aku tekan batang aku kedalam, masuk kepalanya, May dah mendesah sakan dah…..sssstttt………ssstttt…..aku tekan lagi, masuk setengah, aku tarik semula, tekan lagi dan masuk habis, aku diamkan sekejab, rasa cipap May mengemut-ngemut batang aku, kemudian bontot May mula bergerak keci dan bergoyang, aku menarik batang aku sehingga tinggal kepalanya sahaja dan kemudian aku tekan semula hingga masuk habis, semakin lama semakin laju tarik tekan yang aku lakukan. Rasa nikmat giler, May senyap aje, cuma nafasnya yang bertambah laju.
Aku terus sorong dan tarik, tiba-tiba May menolak tubuh aku dengan kuat hingga batang aku terkeluar dari lubang cipapnya, aku terkejut dan batang aku yang basah dengan air cipap May berkilat-kilat dan terangguk-angguk, May terus duduk dengan kakinya dibengkokkan hinggakan pahanya bertemu teteknya dan tangan dia memeluk lutut dan kepala disembabkan pada lututnya, May menangis tersedu-sedu, aku jadi terkejut dengan situasi ini, tak tahu nak buat apa, aku hampiri May yang masih tersedu dan memeluk tubuhnya, tubuhnya bergoncang kuat akibat sendunya, aku usap-usap rambut May, akibat terkejut dengan keadaan May, nafsu aku hilang dan batang aku masih lagi tegang.
Ada lah dalam dua atau tiga minit, tangisan May dah mula reda, dan May paling melihat aku, dapat aku lihat matanya yang merah dan air matanya mengalir dipipi gebunya, May mengiring kearah aku dan memeluk aku, menyembamkan mukanya didada aku, …..I’m so sorry May abaut this….sambil tangan aku terus mengusap rambut may, dalam sendu dan dengan suara yang tertahan-tahan may menjawap…. Not your fault, I teringatkan peristiwa I di setubuhi, tadi I bayangkan mungkin Steven lakukan begini, dan aku biarkan May melepaskan kesedihanya. Kesian juga aku, rupanya tekanan perasaan May akibat perbuatan aku dan kawan-kawan aku masih kuat.
Selepas May kembali tenang, kami mengenakan pakaian yang diberikan oleh Chew, dan May meminta aku menghantar dia pulang kerana dah hampir jam 1.30 pagi, keluar dari bilik aku lihat hanya Lili, kathy dan lina sahaja yang tengah layan VCD cerita Batman, aku tanya yang lain kemana, Kathy jawap Chew talifon kat bawah, Uda ngan Zana kat atas buai kat laman. Aku bagitahu yang aku kena hantar May balik, May keluar dengan matanya masih merah dan hidung berair kerana nangis tadi, aku lihat dia cuba tersenyum pada membernya tapi senyum yang tak jadi, Kathy bertanya……apa yang kau buat Usop sampai macamtu…. Aku angkat bahu dan kenyitkan mata pada Kathy, nasib baik dia orang faham tak tanya lebih-lebih.
Aku kebawah dan bagitahu Uda yang tengah lepak atas buai dengan Zana yang aku nak hantar May balik, kejab lagi datang lagi aku suruh Uda tunggu.
Ada lagi sambungan…. Jangan lupa ikuti cerita May-3, peristiwa yang paling best yang aku pernah alami. Kalau pembaca nak hubungi aku silalah contack [email protected]
Selepas menghantar May aku kembali ke rumah Chew, sampai disana aku lihat Uda berada atas motor dan enjin motor dah dihidupkan, Zana turun dari atas ikut tangga yang terdapat dibahagian luar rumah, aku terus masuk laman rumah dan parking motor, Uda cakap dia nak hantar Zana Balik, dah dekat pukul 2 pagi, Aku tanya samaada nak datang balik lepas tu, Uda cakap nak datang so aku suruh dia bawak kunci sekali, nanti tak payah susahkan aku buka gate.
Lepas Uda blah aku naik perlahan ikut tangga luar rumah, kemudian sampai di balkoni, tujuan aku nak kejutkan budak-budak kat dalam tu biar diaorang terperanjat.
Aku berjalan terhendap-hendap, sampai dipintu aku lihat melalui cermin cuma ada Kathy dan Lina saja, kathy tengah mencangkung depan VCD player, tukar filem agaknya, Lina duduk atas karpet menyandar dekat sofa, untung lampu balkoni tak pasang, jadi aku boleh intai dia orang. Aku lihat lampu bilik sebelah terpasang, mungkin Chew ada dalam, aku berjalan menuju ke hujung balkoni untuk melihat siapa dalam bilik melalui tingkap yang menghala ke balkoni. Tapi tingkap tu dipasang langsir, oleh kerana lampu terpasang di dalam dan di balkoni gelap jadi senanglah aku mencari bahagian langsir yang terselak ke, atau yang berlubang untuk aku intai, cari punya cari akhirnya dapat dekat hujung tingkap dimana langsir nya terbuka sedikit dibahagian sambungan antara langsir. Aku lihat Lili tengah blow job batang Chew, batang Chew tu tak lah besar sangat tapi oleh kerana mulut Lili yang kecil tu nampak susah nak blow job, batang aku pun dah mula naik kembali, tambah pula tadi aku tak sempat klimak dengan may, aku betulkan kedudukan batang aku dalam tracksuit.
Aku tinggalkan tingkap tu dan berjalan pula menuju kepintu hall, terkejut aku rupanya makcik dua orang ni layan VCD blue, aku nampak lelaki kulit hitam tengah bersetubuh dengan perempuan ingeris ikut belakang, Kathy tidur mengiring dengan sebelah tangan dia menungkat kepala manakala Liza dengan posisi tadi,
Aku terus buka pintu dan masuk…..aaahhh…kau orang tengok filem apa ?, … aku sergah diaorang, aku tengok dia orang panik, si Lina mencari remote nak off kan VCD dan Kathy menjerit kecil bergegas duduk sambil mengurut dada… apa Usop, bikin olang terkejut….. kathy marah aku dengan pelat cinanya, Lina dah dapat remote dan off kan VCD. Aku senyum tengok dia orang, aku masuk dengan selamba duduk atas sofa, sambil menjeling Lina, mukanya merah tahan malu…….apa tengok-tengok….ada hutang ka……kathy selamba je macam tak ada apa-apa. Aku cakap dekat Lina, ….eh Lina, kau nak tengok real punya aksi lucah tak….kalau kau nak tengok, kau keluar intai dekat tingkap sebelah tu, pelakonya Lili dengan Chew…..Lina nampaknya berminat sangat,….betul ke….jom Kathy….si Kathy pun tak kurang gatalnya, jom saja dia, pergilah dua minah tu mengintai, aku on kan balik VCD, layan blue sorang-sorang. Teransang juga aku tengok filem tu, batang aku naik balik, terjojol dalam seluar, nampak meninggi di bahagian tersebut,……psstt..pssttt…. Usop…..si Lina panggil aku, aku hampiri Lina kat pintu dengan batang aku nampak berdiri menolak seluar, sambil jalan aku betulkan batang aku, biarlah Lina nampak aku tak kisah lagipun dia orang pun tak senonoh jugak, …..apa hal…..si Lina jawap dia orang tak nampak, aku pun keluarlah nak pergi menunjukkan tempat untuk mengintai tu, baru je keluar aku tengok kathy dah melambai-lambai dengan menunjukkan tempat tu, dah jumpa lah tu, cepat-cepat Lina pergi bersemangat je, aku pun terlanjur keluar ikut sekali le, Lina tengah membongkok mengintai, sementara kathy juga membongkok tapi di tingkap yang satu lagi, aku hampiri Lina, bisik dekat telinga dia, …..nampak ke ?… lina angguk aje, ….tengok…Lina angkat kepalanya, aku pulak tengok, nampak Lili tengah duduk atas Chew yang tengah tidur, Lily enjutkan badanya naik turun, nampak teteknya yang kecil tu bergerak-gerak, aku rasa Lina mencucuk bahu aku dengan jarinya minta nak tengok, aku angkat kepala dan bagi Lina tengok pulak,
Aku berjalan ke kathy, ….amoi tengok….. sambil angkat kepalanya……haiya …lu kacaulah…. Aku tengok masih lagi posisi macam tadi, aku bagi Kathy tengok, Kayhy membongkok kembali, aku tengok bontot kathy yang besar tu, nampak padat, pejal sangat, aku teringin sangat-sangat nak tengok macam mana body dia kalau dia bogel, aku teringin nak rasa cipap perempuan yang gemuk ni, aku bisik kat telinga dia….Kathy,…U dah stim ka…..Kathy paling tengok aku….Lu gila ka…. Aku senyum aje sambil tangan aku memegang bontot Kathy, jari tengah aku betul-betul dekat lurah bontot dia, terasa dia terkejut dan bontotnya kemut jari aku, secepat kilat Kathy menegakkan tubuhnya dan cuba mencubit aku dekat perut, tapi aku sempat elak, dengan suara yang seperti berbisik takut pasangan didalam bilik dengar, …..oik,…jangan kacau lah…kemudian terus membongkok mengintai, dalam hati aku…. si Kathy ni tak marah betul-betul pun….aku jadi semakin berani, aku bisik kat telinga dia lagi,…Kathy, cepatlah I dah stim ni…. Kathy paling lagi ..gila lu ,nanti bagitau May….terus mengintai, ….sportinglah Kathhy, I tau U pun nak….sambil tangan aku letakkan dibelakang Kathy, ….Usop jangan kacau, tengah syok tengok ni, kejab lagilah….. sambil Kathy tepis tangan aku, ….aikk, dia kata kejab lagi,…ada can ni, aku cakap lagi …I tunggu U kat dalam,….aku tengok Kathy paling kemudian jelir lidah, melihat dia begitu sekali lagi aku pegang bontotnya dan ramas dengan agak kuat, terasa juga bontot dia kemut jari aku, Kathy cuba tampar aku pula dan dengan cepat aku mengelak terus menuju kearah Lina, ….Lina, amacam best, Lina menjawap dengan menunjukkan tangan dengan ibu jari keatas tanda best lah tu.
Aku masuk dalam rumah layan vcd blue sorang-sorang, sambil tu terfikir juga tentang budak dua orang yang tengah mengintai Chew buat projek tu, aku teringin sangat nak rasa Kathy punya, sebab aku tak pernah rasa yang gemuk, si Lina tu pun best jugak, Tubuh Lina lain sikit, kulitnya hitam, kening lebat dah tu bersambung lak, hidung mancung macam hindustan, mata bulat besar, leher jinjang, tubuh dia dari pinggang keatas nampak pendek saja, tetek taklah besar sangat letaknya pun keatas sikit, bontot bulat agak besar kalau dipadankan dengan tubuhnya, kakinya panjang, sekali pandang macam orang India, tapi memang keturunan India pun sebab nama bapaknya pun ada gulam, nama dia aku tak boleh sebut nanti dia marah lak.
Lama jugak aku layan VCD, batang tegang habis, aku lepak atas sofa dan aku luruskan kaki, biarkan batang aku selesa, nampal berbonggol dekat track yang aku pakai, Tak lama lepas tu Lina masuk, aku tanya dia ….show dah habis ke…. Dengan buat-buat selamba Lina jawap ….dah rugi kau tak tengok…..Lina jalan terus ke bilik, …..eh tak kan dah nak tidur…. Aku tanya Lina, ……tak, nak ke toilet…Lina jawap …..sambil senyum-senyum aku usik Lina …banyak sangat ke air keluar sampai tak sempat-sempat nak cuci… Lina capai bantal kecil dekat sofa dan baling pada aku, ….mana ada, entah apa-apa Usop…. Sambil terus masuk bilik.
Kathy masuk, dengan sengih – sengih, ….ni sorang lagi, mentanglah show free, intai sampai sakit pinggang… aku usik Kathy lak, …mestilah, bukan senang nak dapat…. Jawap Kathy sambil duduk sebelah aku atas sofa panjang tu, …..kathy, kau rasa Chew ngan Lili marah tak kalau dia tahu kau orang intai dia projek?, nanti I bagitahu Chew kau orang intai dia projek…. Aku usik Kathy, …..ehh..janganlah Usop, sure dia marah kami punya, dah tu malulah kami,…Kathy buat muka kesian, lucu jak si Kathy ni,
Kami berdua diam sekejab, aku jeling gak Kathy ni, aku tahu dia curi pandang batang aku yang nampak menegang dalam track aku, sure dia pun stim tengok Chew projek, sure air cipap dia banyak keluar, kemudian aku tukar disk ke 2nd disk, filem blue jepun, kisah budak-budak sekolah, makin layan aku dengan cerita ni, batang aku semakin tegang, track aku makin terangkat, aku tambah air mabuk dalam gelas aku, dan aku tuang dalam satu gelas kosong dan aku hulurkan pada kathy, dia teguk semacam saja, kami terus layan VCD.
…haa Kathy, tadi cakap lepas ngintai nak layan I,…. Saja je aku tanya, mana tahu nanti jawapanya menguntungkan aku, ….. I tipu saja, tak kasi U ganggu I,… ohh,ini kes tipulah ni… aku jawap buat biasa tapi dalam hati ..melepaslah… . Kemudian Kathy tanya mengenai May, sebab dia tahu May nangis tadi, so aku pun ceritalah dekat Kathy, memang dia orang tahu kes May dengan Steven, lepas tu kita orang sembang-sembang sambil mata melayan VCD. Sampai bab seks, aku tanya kathy dia pernah ke buat macam tu, dia kata pernah juga beberapa kali, masa tingkatan empat, masa tu katanya bodynya taklah besar sangat, adalah balak yang sukakan dia, tapi sekarang ni dia sendiri mengaku yang body dia gemuk habis, tak ada orang yang nak. Sambil dengar Kathy cerita aku usap pelan-pelan batang aku, sambil mata tengok filem. Aku jeling juga sesekali pada Kathy, tak nampak tanda-tanda dia stim pun, nampak biasa saja, dalam hati aku….tak ada nafsu ke dia ni….
Nafsu aku dah sampai tahap maksima dah, aku terpaksa cuba juga, apa nak jadi-jadilah, lalu aku cakap dengan kathy, ….err..err…kathy, I dah tak tahan ni, U boleh tolong I tak ?…. aku mengenjak dekat dengan Kathy, …..tolong apa ?…. dengan muka berkerut Kathy tanya balik, …tolong layan I lah…. Sambill tangan aku letak atas paha kathy, aku rapatkan lagi tubuh aku dekat dia,aku tahu kalau dia nak bangunpun bukanya senang dengan tubuhnya yang besartu, Kathy jawap….. hiiss, tak nak lah Usop…. Sambil tepis tangan aku, aku cuba lagi, …..ala Katy relaxlah, kejab aje….. tangan kiri aku letakkan kembali dekat bahu dia, dan aku gosok-gosok sikit, dan tangan kanan aku aku letakkan kembali dekat paha dia, Kathy larang aku tapi tak sungguh-sungguh, …..janganlah Usop…. Kathy terus pegang tangan aku sebelah kanan dengan tangan kanan dia, tangan kiri dia sibuk menepis tangan kiri aku yang dekat lehernya, aku nak cium leher dia tak sampai, lalu aku bangun dan duduk sebelah kaki dengan gunakan lutut atas sofa, so aku jadi lebih tinggi, aku cuba cium dia lagi dekat telinga dan leher, tangan dia sibuk menepis muka aku pula, tapi bukanya tepis betul-betul, tepis sikit-sikit saja, maunya kalau dia tolak aku betul-betul, aku rasa dengan tenaga dia mau telentang jatuh kerusi aku,
Aku usahakan tangan kanan aku agar terlepas, akhirnya terlepas, bibir aku sibuk menyerang leher dan telinganya, terasa masin juga bila lidah aku tersentuh leher dia, mungkin peluh kot biasalah orang gemuk, banyak peluh. Tangan kanan aku terus pegang teteknya, makoii, teteknya besar gila, lembut habis terasa macam belon, aku sempat ramas-ramas sekejab sebelum tangan kathy menangkap kembali tangan aku, … janganlah Usop, ….I tak sukalah…tolonglah jangan….
Aku relax sekejab, betulkan kedudukan aku, tangan kanan Kathy aku tarik aku letakkan disebelah kiri badan aku dan aku kepitkan dengan tubuh aku dekat sofa, tangan kiri aku melingkar dibahu kanan, melalui belakang leher sampai menyentuh bahu kirinya dan memegang pergelangan tangan kiri kathy yang dilipat ke atas dengan tangan kiri ini. Tapi susah juga nak pegang sebab lenganya besar, lalu aku pegang gelang besinya. Kathy cuba melepaskan diri, alah buat-buat tak nak, tangan kanan aku yang bebas terus meramas teteknya, lepas kiri, tetek kanan pula aku kerjakan, tangan kanan dia dibelakang aku mencengkam cengkap belakang aku, tak tahu lah sedap ke apa, mulut aku kembali menyerang leher dan telinganya, kepala kathy dah tersandar relax dekat sofa sambil mata terpejab merasakan ramasan aku dekat teteknya, tapi mulutnya masih malarang…. Uuhhhh jangan….taaakkk nnnaaakkk….ahhhhh …jjaaangaaan…… dah stim pun larang lagi, aku lepaskan tangan kiri dia, terus tangan kirinya pegang tangan kanan aku yang tengah meramas tu, tapi pegang aje, tak usaha nak alihkan tangan aku, aku pusingkan muka Kathy yang bulat tu kearahku, lalu aku rapatkan bibir aku dekat bibirnya, aku mula mainkan lidah aku, kathy dah balas ciuman aku, dalam hati aku….yahoooo, aku berjaya…. Tangan kanan aku marayap masuk dalam t-shirtnya, ccepat-cepat ke atas dan mencapai tetenya, terasa licin dan halus sekali kulit teteknya, bra yang dia pakai nipis aje dan rasanya kecil sangat kalau nak bandingkan dengan tetek dia tu, lalu tangan aku usap tetek dia atas bra, lepas tu perlahan-lahan mesuk bawah bra ikut bahagian bawah, susah juga tapi akhirnya ddpat masuk tangan aku, aku cari niple dia, fuhhh besar nya niple dia, besar guli dah tu keras pulak, aku gentil-gentil kuat jugalah, kathy dah mula bunyi emmmpphhh…emmmppphhh…dan kemudian lepaskan ciuman kau, mungkin tak cukup nafas kot. Kekmudian aku bisikkan ditelinga dia, ….masuk bilik jom…. Kathy angguk saja, so aku keluarkan tangan aku dari baju dia dan offkan VCD, terus jalan mengikut Kathy dari belakang menuju bilik yang aku projek dengan May tadi,
Aku lihat bontot kathy dari belakang, bulat, besar sangat dah tu bergetar-getar bila dia melangkah, Kathy ni walaupun gemuk tapi ada potongan juga, potongan orang gemuklah, rambutnya kerinting besar lepas bahu sikit, kulitnya putih habis, mukanya bulat, pipinya tembam, matanya sepet, hidungnya rendah je nampak sama tinggi dengan pipi dia, mulut kecil, lehernya pendek dah tu berkatam-katam macam tebu, tetek dia besar buah kelapa, pinggang dia kecil sikit tapi nampak berlapis-lapis dari luar t-shirtnya, paha dia bulat besar adalah besar badan aku, dan betis dia bunting padi berisi nampak gebu adalah besar paha aku, kau orang bayanglah nampak sangat lah aku ni kecil bila duduk sebelah dia. Tapi nafsu aku mengila nak rasa perempuan gemuk, apa boleh buat………
Sampai dalam bilik, aku terus peluk Kathy dari belakang, tangan kanan aku hanya dapat memegang pergelangan tangan kiri aku, batang aku yang tegang terletak dekat lurah bontot Kathy, terasa lembut sekali bontot dia, isi banyak. Aku cium lehernya dari belakang, bau peluh budak ni, tubuhnya pun terasa berpeluh sikit, so aku bagitahu Kathy aku nak mandi dulu dan aku ajak dia mandi sama, dia angguk aje, suruh aku masuk dulu dalm bilik air. Aku tanggalkan semua pakaian aku depan Kathy yang tengah buka skirt kembang dia, batang aku yang tegang jelas kelihatan, aku tengok kathy asyik memandang batang aku saja, aku kebelakang Kathy tolong buka hook bra dia dan kemudian dia sendiri tarik turun panties dia yang saiz XXL tu, tak tahan aku lihat bontot dia yang besar, mekar berkembang, kulitnya putih licin sekali, aku peluk lagi ikut belakang dan batang aku tarasa enak di bontotnya, tangan aku meramas tetenya, kemudian jari aku mengentel dua niple dia yang besar guli tu, …….sssttttt…..Usop….kata nak mandi….. Kathy mengeluh, aku pusingkan Kathy kearah aku, ….makaiii, tetek dia besar sungguh, betul besar buah kelapa tapi melandur sedikit jatuh, niple dia hitam besar guli dan bulatan keliling niple dia bear syiling 50 sen, aku pandang kebawah nampak perutnya yang mengelambir, berlapis-lapis, cipapnya tak nampak, hanya nampak bulu dekat tundun dia sikit-sikit sebab dilindungi perutnya, lagipun aku berdiri dekat dengan dia. Aku pegang tangan dia, ajak pergi bilik mandi.
Mandi air panas pagi-pagi ni best jugak tambah pula mandi dengan awek. Aku ambil sabun terus sabun tubuh aku dan Kathy masih lagi siram badan dia, aku hampiri Kathy dan tolong sabun badan dia, mula kat belakang, lepas tu aku sabun kat tetek dia, fuhh…lembut sekali, pas tu kat perut dia yang berlipat tu, pas tu yang lain dia sendiri sabun, selasai mandi Kathy baru lap prambut dia, aku dah tarik tangan dia untukcepat keluar, dudukkan dia atas katil dengan kaki terjjuntai, aku halakan batang aku yang separuh menegang kat muka dia, Kathy senyum sambil pandang muka aku, …..nak apa… dia tanya, aku pegang tangan dia dan letakkan dekat batang aku, dan aku halakan batang aku dekat mulut dia, batang aku dah kena bibir dia, tapi Kathy masih pandang aje batang aku, lepas tu perlahan dia keluarkan lidah dan menjilat kepala konek aku, dan masukkan dalam mulut dia, mulalah dia menghisap, nyonyot dan pusing-pusingkan kepala dia, terangkat aku dibuatnya, tangan aku pegang kepala dia, aku tak boleh lama macam ni, terasa air mani aku nak terpancut saja, tambah pula dah lama stim. Aku duduk sebelah dia dan mula mengucup bibir dia, tangan aku meramas tetek dia, kemudian bibir aku menjilat leher dia, dah tak rasa masin dah, bau sabun mandi lagi, kemudian perlahan aku ubahkan posisi aku, sekarang aku melutut atas lantai diantara dua kakinya, muka aku betul-betul dekat tetek dia, aku jilat perlahan-lahan tetek yang besar tu sambil sebelah tangan meramas lembut tetek yang sebelah lagi, kemudian aku nermain lidah aku dengan niple dia, sesekali aku gigit perlahan, Kathy dah macam kena histeria …..ssssttt…ssstttt…..sssttt…. agak lama lidah aku disitu, aku bergerak semakin kebawah sampai diperutnya yang bergelambir, berlipat-lipat, lubang psat dia langsung tak nampak.
Aku baringkan Kathy dan aku angkat pahanya keatas, kedudukan dia sekarang melentang dengan kaki terkangkang, terkejut aku tengok cipap dia, hampir sebesar piring kopi, lama aku pandang cipap dia, tak pernah aku jumpa cipap sebegini, tembam macam kuih pau, bulunya cuma ada dekat tundun sahaja, bahagian bibir cipap licin, tak ada bulu, mungkin kerana selalu tersepit dengan paha Kathy yang besar. Biji kelentitnya sebesar ibu jari nampak terjojol sikit je sebab bibirnya tinggi. Aku rapatkan muka aku dekat cipap dia, baunya kuat sekali, hancing pulak tapi aku tak peduli tu, ini kali pertama aku jumpa cipap yang begini besar, aku tak boleh lepaskan peluang, lalu aku mula menjilat bibir cipapnya, kemudian aku jilat sepanjang lurah cipapnya dari bawah keatas dan dari atas kebawah, sekejab saja aku rasa air cipapnya dah banyak keluar, sampai meleleh ke lubang bontot, Kathy makin mendesah, tangan dia menerawang tak tentu, sesekali dia nak pegang kepala aku tapi tak sampai, biasalah gemuk.
Aku jilat dekat biji dia, makin kuat Kathy mendesah, aku sedut biji dia, aku gigit perlahan, teranggat punggung dia yang besar tu, satu jari aku masukkan dalam lubang cipap dia, terasa suam didalam dan licin sekali, aku cuba masukkan dua jari , senang je barulah terasa ada kemutan cipap dia, aku mainkan jari aku dalam lubang sambil jilat kelentitnya, tiba-tiba kathy kepit kepala aku, dan tangan dia tekan kepala aku, sampai pulak tangan dia, rupanya dia bangun sedikit dan tangan sebelah kanan menahan tubuhnya dengan menggunakan sikunya dan tangan kiri menekan kepala aku, kathy mendesah kuat sekali….uuhhhhh….aahhhh.. hampir lemas aku, mau tak hidung aku terbenam dekat tundun dia yang tembamtu, Kathy dah sampai buat kali pertama, dan terlentang terus cuba atur balik nafas dia,
Aku bangun dan mengambil sekotak tisu yang terletak atas meja solek, lalu aku lap air cipap Kathy yang banyak keluar. Aku suruh Kathy anjak ketengah katil, aku kangkangkan dia semula, aku pegang batang aku dan halakan dekat cipap dia, dengan sekali tekan sahaja, masuk habis batang aku, Kathy tertahan nafas dan kelihatan menggigit bibir, aku mula masuk keluarkan batang aku, batang aku terasa biasa saja, cipap Kathy tak kuat kemut atau batang aku terlalu kecil bagi saiz lubang cipap dia tak tahulah, baru sekejab aku sorong tarik Kathy dah kejang seluruh tubuh, terasa sikit kuat kemutan cipapnya. Aku teruskan goyangan, air cipap banyak sekali keluar hingga terdengar bunyi ..cplok…cplok…cplok…bila batang aku keluar masuk.
Aku tarik batang aku keluar, nampak berkilat kepala konek aku kena air cipap Kathy, aku lap batang aku dan aku lap cipap kathy dengan tisu. Aku suruh Kathy menonggeng, kathy terus menonggeng, tak tahan aku lihat bontotnya yang bulat besar tu ada depan aku, aku halakan batang aku dan mula masuk dalam lubang cipap dia, kecewa aku kerana batang aku tak dapat masuk habis kerana tertahan dengan daging bontotnya yang besar tu, aku henjut juga, nampak daging bontot Kathy bergerak – gerak, beralun-alun tiap kali tubuh aku dihentakkan ke bontotnya.
Posisi doggy style tak lama sebab aku tak best, aku suruh Kathy kembali melentang, aku letakkan bantal sebiji bawah bontot dia, aku kangkang paha dia, cipap dia nampak lagi besar, tembam giler, aku masukkan tangan aku ikut bawah paha dia sampai bahagian lengan aku berada dibawah lutut dia, aku tolakkan kedepan ssekali dengan badan aku makin merapat dan bontot dia ikut terangkat keatas sedikit, aku masukkan batang aku dalam lubang cipapnya, yess, macam ni barulah best, boleh masuk habis batang aku, aku mula sorong tarik, tapi kemutan cipapnya tetap terasa perlahan, lama aku mendayung sampai Kathy dah dua kali klimak dalam posisi begini, aku pun dah tak kuat goyang dah, peluh dah keluar banyak, air cipap pun dah banyak keluar, tapi air mani tak nak keluar, macam mana nak keluar, kemut tak power. Tiba-tiba kathy bersuara…. Usop,…U lambat lagi ke nak keluar, I dah tak larat dah….. aku sempat lagi senyum dan jawap…lambat lagi….. lalu aku keluarkan batang aku bagi Kathy relax kejab, aku ambil tisu dan lap lagi batang aku, lap cipap dia, air cipap dia punyalah banyak meleleh sampai atas cadar, aku nampak bontot dia terkemut-kemut bila aku lap kat situ, tetiba aje aku teringin nak anus dia, mungkin kemut kuat kot. Aku bagitahu Kathy, dia tak nak, aku pujuk lah aku cakap tak sakit lah, macam-macamlah akhirnya dia setuju tapi dia minta aku lakukan slow-slow, aku suruh dia menonggeng, aku mula usap bontot dia lepas tu aku rapatkan muka aku dekat lubang bontot dia dan aku jilat anus dia, rasa semacam aje tapi tak kisah lah, nak jilat pun susah sebab daging bontot dia banyak, anus dia ke dalam sikit puas aku tarik isi bontot dia, Kathy rasa tak tahan bila aku jilat anus dia, bayangkanlah dari posisi dia macam merangkak sampai macam sujud, tangan dia meramas cadar dan kepalanya rapat di tilam, mulutnya merintih tak tentu hala, tak lama aku jilat sebab tak tahan dengan rasanya.
Aku pegang batang aku dan aku letakkan dekat lubang anus dia dan mula tekan perlahan-lahan, tak masuk juga, cuba lagi…tak berjaya, aku halakan kembali batang aku dekat cipap dia, bless masuk, aku mula henjut tubuh aku dan aku masukkan satu jari aku dalam lubang anus dia, aku pusing-pusingkan, kemudian aku masukkan satu lagi, sampai aku rasa berlendir lubang anus dia, aku keluarkan batang aku dari lubang cipap dia dan letakkan dekat lubang anus, mula menekan, yess…berjaya, masuk kepalanya, aku tekan dengan kuat dan masuk semuanya kemudian keluar semula sedikit dengan sendirinya akibat dari tolakan daging atai isi bontot Kathy yang tembam. Kathy menjerit keras bila aku tekan tadi, aku tak peduli, aku terus henjut dengn ganasnya, cadar dah habis tersingkat kerana ditarik oleh Kathy, aku rasa bontotnya kemut batang aku dengan kuat, aku semakin sedap, enak, terasa nikmat sekali, aku henjut selaju yang terdaya, selaju yang mungkin, Kathy sekejab mengangkat kepalanya macam merangkak dan sekejab rapatkan kepalanya dekat tilam, aku semakin laju, terasa nikmat sekali, lubang bontot Kathy terasa licin sekali, aku merasakan seluruh tenaga aku bergerak berkumpul di batang aku, dan dengan cepat menyerbu serentak ke kepala konek aku, terasa kepala konek aku mengembang dengan saiz yang paling besar, dan dengan hentakkan yang paling kuat, aku benamkan batang aku dalam-dalam, bontot kathy terasa mengurut batang aku dari pangkal ke kepala dengan kuat sekali dan serentak dengan itu terpancutlah air mani aku dalam lubang bontot Kathy. Dua, tiga kali aku hentakkan lagi batang aku dengan kuat dan setiap hentakkan akn diikuti dengan erangan kathy.. ahhhhhhh…..aaaahhhhh….aaahhhhhh.
Aku keluarkan batang aku, terasa tubuh aku kehabisan tenaga, aku baring di sebelah Kathy yang terus meniarap. Aku cukup puas dengan bontot Kathy tapi tidak dengan cipapnya. Kemudian aku bangun dan bersihkan konek aku dan tubuh aku sekali, aku pakai balik pakaian aku, Kathy terus tidur keletihan, aku keluar ke hall, aku off kan aircond dekat hall dan buka pintu luas-luas, kemudian aku keluarkan rokok gudang garam surya dan mula menyalakanya, aku lepak depan pintu, diluar hujan turun dengan renyai-renyai.
Tiba-tiba aku dengar bunyi pintu dibuka dan seseorang berjalan ke arah aku, aku berpaling, cehhh…kau rupanya, bila kau balik ?, dan apasal….ohhhh celakak kau… Uda rupanya, aku tak sedar dia balik maklumlah tengah pulun amoi sehat. Rupanya dia baru lepas projek dengan Lina. Uda sengih saja, ….eh Uda, best tak Lina ?, macammana kau boleh dapat dia ?…bertalu – talu soalan dari aku, Uda bagitahu waktu dia balik tadi, sampai dekat pintu ni dia nampak Lina tengah intai aku projek ikut pintu bilik kau yang ttutup tak rapat, aku masuk dan join dengan dia intai kau, …Lina kat depan aku kat belakang dia, jadi sambil intai aku raba dia, pas tu sambung dalam bilik dia…..Uda cerita macam mana dia dapat Lina, dia cakap Lina punya cipap warna merah dan panasss, sambil dia tibai rokok gudang garam aku dia tanya…. Amacam mak cik tu, best?….. aku pun bagitahu dia ….Fuuuhhh !, paling best in the world, cipap dia hampir sama besar dengan piring kopi dan tembam macam kuih pau,…. Kami berdua ketawa terkekeh – kekeh.
Amacam nak sambung lagi atau tak ?, tolong bagi pendapat, masih ada lagi adengan seks esok harinya, dengan Lina dan dengan Lili. Kalau ada yang nak beri pendapat silalah hubungi saya di [email protected]
2K notes
·
View notes
Text
KHAIRANI
Walau pun nafsu berahi Khairani terhadap Jenal semakin meluap-luap, namun demikian dia tidak berupaya memenuhi kehendak nafsunya dan orang kesayangannya. Dia sudah tidak bermaya selepas melepaskan kehendak Jenal buat kali pertama.
Setelah selesai persetubuhan pertama, keinginannya untuk bersetubuh kali kedua, ketiga, keempat masih meluap-luap tetapi dia sudah tidak bertenaga. Ia berasa hairan kerana sudah kurang tenaga untuk melayan kehendak Jenal yang sentiasa berkobar terhadap dirinya. Walaubagaimana pun dia tidak pernah menolak kehendak Jenal, malah layanan yang diberi terhadap kekasihnya tidak sehangat seperti yang dia beri kepada Mat Jodi.
“Kenapa ni Nani, awak tidak macam dulu? Dulu awak macam harimau lapar,” tanya Jenal setelah mereka selesai melakukan persetubuhan kali kedua.
“Entahlah bang. Nani hairan kenapa jadi macam ni. Nani masih sayangkan abang, cuma Nani rasa macam tidak ada tenaga nak layan abang.”
“Agaknya Nani masih belum percaya abang akan kawin dengan Nani,” kata Jenal.
“Nani jangan risau, bila Jodi ceraikan Nani, kita kawinlah,” sambungnya lagi sambil mengusap buah dada Khairani yang masih kental.
“Bukan gitu bang. Nani percaya cakap abang tu. Cuma Nani tidak upaya nak main dengan abang lebih sekali. Nani masih nak main dengan abang, tapi tenaga Nani tak ada bang. Nani lesu bang lepas abang balun Nani tadi. Tak macam dulu,” jelas Khairani. “Abang nak lagi ke?”
“Kalau Nani mahu?”
“Nani mahu bang. Nani mahu. Cuma kalau Nani tak macam harimau, abang jangan marah ya.”
“Tak apa. Nani longlai pun tetap kerjakan Nani. Cuma abang minta Nani tidak tolak kehendak abang.”
“Perempuan mana yang nak tolak kote abang yang sedap ni,” jawab Khairani sambil mengurut zakar Jenal yang sudah keras sejak tadi.
“Kesian kote abang ni dah lama keras tapi masih belum dapat apam Nani,” sambung Khairani.
“Tak apa kote. Lapas ni kau kerjakan apam perempuan ni sepuas-puas sampai dia lepak,” kata Jenal sambil meniarap atas badan kekasihnya.
“Ikut cakap tuan kau tu kote. Kerjakan apam ni sesuka hati kau,” balas Khairani sambil menghalakan zakar Jenal ke mulut lubang kemaluannya.
“Kalau badan ini dah longlai, kau jangan berhenti sampai kau pancut. Masuk sayang…” tambahnya lagi.
“Betul ke?” Tanya Jenal sambil menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani
“Betul tu kote,” sampuk Khairani.
“Boleh ke sayang?” Tanya Jenal pula sambil mula menghayun zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani yang mula mengemut.
“Tak boleh pun, Nani tetap layan abang. Nani nak bukti Nani percayakan abang.”
Ketika Jenal mengahadiri Persidangan Pengetua-pengetua seluruh Malaysia di Pulau Langkawi, Khairani mengambil kesempatan untuk pergi ke rumah seorang bomoh yang pernah dia dengar ceritanya dari rakan-rakan di sekolah. Khairani pergi tanpa pengetahuan sesiapa walaupun teman karibnya.
Pak Itam adalah bomoh yang dimaksudkan itu. Pak Itam tinggal di kampung orang-orang asli, kira-kira sepuluh kilometer dari tempat tinggalnya. Kampung tersebut agak terpencil. Lima kilometer dari jalan besar. Khairani berharap orang-orang kampungnya tidak akan tahu rahsia dia berjumpa dengan bomoh itu.
Khairani pergi ke rumah Pak Itam setelah tamat waktu persekolahan. Katika Khairani sampai ke rumah Pak Itam, bomoh itu sedang berehat di anjung rumah. Pak Itam bersendirian. Tidak ada pesakit pada masa itu.
Khairani berasa lega kerana tiada siapa yang tahu dia mengunjungi Pak Itam. Khairani yang kali pertama mengenali Pak Itam agak tergamam melihat Pak Itam yang masih segak. Wajahnya tampan. Pakaiannya kemas walau pun hanya berkain pelikat dan baju kemeja batik. Khairani agak gugup juga apabila melihat ketampanan Pak Itam. Dadanya berdebar apabila Pak Itam menjemputnya masuk. Dalam rumah itu hanya mereka berdua sahaja yang ada.
Ruang tamu rumah Pak Itam yang juga merupakan tempat dia merawat, hanya dilengkapi dengan tikar mengkuang, sebuah tilam dan sebuah pemidang untuk melindungi pesakit yang dirawat kalau ada pesakit lain yang menunggu. Hari itu, olehkerana tiada pesakit lain Khairani berasa agak selesa.
"Tutup pintulah Pak Itam. Saya tak mahu ada orang lain tahu," kata Khairani.
Pak Itam membawa kasut Khairani ke dalam sebelum dia menutup pintu. Dia berasa senang hati dengan permintaan Khairani. Dia juga tidak mahu diganggu ketika merawat pesakit, lebih-lebih lagi pesakit perempuan macam Khairani.
"Apa masalah cikgu?" Tanya Pak Itam setelah dia bertanya sedikit sebanyak latar belakang Khairani.
Khairani tunduk kerana malu hendak menceritkan masalahnya itu.
“Saya malulah Pak Itam.”
“Kenapa mesti malu. Kalau cikgu malu macam mana nak merawat cikgu. Lagi pun Cuma kita berdua sahaja. Bukan ada orang lain.”
“Janji ya Pak Itam jangan beritahu orang lain.”
“Isy! Buat apa saya beritahu orang lain. Saya ada etika kerja saya. Rahsia pesakit tidak boleh diberitahu orang lain. Kalau saya tak ikut etika in, ilmu saya tak akan menjadi.” jelas Pak Itam. “Cakap dengan saya berterus terang. Jangan selindung-selindung kalau cikgu nak berubat dengan saya.”
“Gini Pak Itam. Sejak akhir-akhir ini saya dah tidak bertenaga bila bersama ‘suami’ saya.”
“Maksud cikgu.”
“Dulu saya boleh bertahan kalau ‘suami’ berkendak saya walau berapa banyak kali pun…”
“Berapa kali suami cikgu berkendakkan cikgu dalam satu malam?” Pak Itam memotong.
“Lima enam kali,” Khairani berbohong.
Sebenarya lebih dari itu Jenal berkehendakkan tubuhnya. Paling kurang sepuluh kali. Itu pun hari sekolah. Kalau hari cuti lebih dari itu sampai dia tidak larat!
“Tiap-tiap malam?”
“Ya Pak Itam. Tiap-tiap malam. Tujuh hari seminggu.”
“Hm! Ganas juga laki cikgu ni. Boleh tahan cikgu ni. Boleh layan suami macam tu.”
“Itulah yang membimbangkan saya Pak Itam. Sekarang saya dah larat. Baru sekali saya kena, badan saya terus lesu,” Khairani semakin berani berterus terang walau pun Pak Itam baru kali ini dia kenal.
“Lepas awak lesu, kalau dia nak lagi cikgu layan?”
Kairani menganggukkan kepalanya.
“Hm! Kalu gitu nanti saya tengok apa masalah cikgu. Besar kemungkinan in mainan orang yang cemburukan cikgu. Ada cikgu tahu orang yang cemburu atau orang yang ada rasa tak puas hati pada cikgu?”
“Entahlah Pak Itam itu saya tak tahu. Saya pun kalu boleh tak mahu tahu. Saya hanya mahu sakit saya ini dipulihkan.”
“Tengok tapak tangan cikgu.”
“Yang mana? Kiri ke kanan?”
“Dua-dua.”
Khairani menghulurkan kedua tapak tangannya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dengan tangan kiri. Dia mengusap kedua tapak tangan Khairani yang lembut dengan tangan kanannya. Kemudian dia membaca sesuatu. Setelah itu Pak Itam menghembus tapak tangan Khairani. Pak Itam membelek tapak tangan sambil mengelus tapak tangan Khairani.
“Betul jangkaan saya. Cikgu dah terkena buatan orang. Bukan calang-calang orang yang buat ni cikgu. Dari cara dia masukkan barang dalam badan cikgu, saya nampak dia gunakan makhluk ghaib. Dia buat ni masa cikgu tengah main dengan suami cikgu. Biasanya yang buat kerja ini bomoh orang asli,” jelas Pak Itam.
“Boleh dirawat ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi cara rawatan tu berat sikit.”
“Berat macam mana tu Pak Itam?”
Pak Itam diam seketika. Dia tidak yakin Khairani akan sedia menerima rawatan yang akan dia reka sendiri. Bukan kehendak rawatannya. Dia mereka rawatan kerana dia tidak tahan melihat kejelitaan Khairani. Kesediaan Khairani menjawab segala soalannya juga semakin memberangsangkannya untuk menikmati tubuh segar cikgu yang cantik ini.
“Saya rasa cikgu tak akan setuju,” Pak Itam cuba berdiplomasi.
“Berat macam mana pun Pak Itam saya kena setuju. Saya takut suami saya Pak Itam. Kalau saya berterusan begini, nanti dia cari perempuan lain. Cakaplah Pak Itam. Apa cara yang berat tu.”
Pak Itam tersenyum. Dia mula yakin hasratnya mungkin akan tercapai. Khairani macam terdesak. Orang yang terdesak akan membuat apa sahaja yang disuruh.
“Begini cikgu. Kalau ikut rawatan saya, cikgu kena jadi bini saya tiga malam berturut-turut.”
Khairani bagai tersentak apabila mendengar penjelasan Pak Itam. Dia tidak menjangka inilah maksud rawatan yang berat.
“Boleh cikgu?” Pak Itam dalam debaran apabila Khairani masih membisu.
“Tak apalah Pak Itam. Demi rumah tangga saya, saya setujulah dengan cara rawatan Pak Itam.”
Mendengar jawapan Khairani, hati Pak Itam melonjak begitu tinggi. Dia tidak menduga malam ini dia akan mendapat menikmati daging kental dari seorang perempuan yang paling jelita yang pernah dia rawat.
“Kalau gitu cikgu masuk bilik hujung tu. Lepas tu cikgu lucut semua baju cikgu.”
“Yang dalam pun?”
“Ya! Semua sekali. Jangan ada seurat benang pun yang tinggal.”
Khairani segera bergerak ke arah bilik yang ditunjukkan oleh Pak Itam. Apabila Khairani ditelan bilik itu, Pak Itam segera mengunci pintu dan tingkap rumahnya. Dia menjeling jam di dinding. Baru pukul lima petang.
“Hm! awal lagi. Puaslah aku kerjakan badan cikgu yang solid ini,” bisik hati Pak Itam.
Setelah semua pintu dan tingkap ditutup dan dikunci, Pak Itam terus melangkah ke bilik yang dimasuki oleh Kharani dengan membawa jug berisi air masak dan sebiji gelas. Apabila daun pintu dikuak terpandanglah Pak Itam akan tubuh Khairani yang indah itu terdedah seratus peratus. Tidak ada seurat benang pun yang menutup tubuh Khairani yang berkulit putih melepak kecuali seutas rantai yang tergantung di lehernya.
Pak Itam terpegun melihat tubuh Khairani yang sudah terdedah. Sungguh cantik. Sungguh menawan. Sungguh mengghairahkan. Tubuh paling indah yang pernah dilihatnya. Batang balak Pak Itam mula bangkit apabila memandang tubuh Khairani yang sangat cantik itu.
Buah dada Khairani kenyal menegang. Puting buah dadanya merah kemerahan macam belum pernah diusik. Kemaluannya putih bersih dengan dihias bulu roma yang halus dan jarang-jarang. Alur kemaluan masih bertaup rapat macam alur kemaluan anak dara sunti. Balaknya terpacak di sebalik kainnya. Namun demikian Pak Itam tidak perlu terburu-buru. Khairani sudah tidak membantah. Malah tidak banyak soal seperti perempuan-perempuan yang lain.
Pak Itam terus memandang tubuh Khairani yang bertelanjang bulat tanpa mengelipkan matanya. Dia terpegun.
“Patutlah suaminya kerjakannya lima enam kali satu malam, tujuh hari seminggu pulak tu,” bisik hati Pak Itam.
Khairani berasa malu bila tubuhnya yang berbogel itu dilihat oleh Pak Itam. Khairani menutup buah dadanya dengan tangan kiri dan kemaluannya dengan tangan kanan.
“Jangan malu. Kalau nak rawatan Pak Itam tak boleh malu. Bukan awak sorang yang kena telanjang depan saya,” pujuk Pak Itam.
Pak Itam menyalakan lampu dalam bilik itu. Cahaya lampu yang terang itu menyebabkan tubuh Khairani semakin jelas dilihat. Pak Itam duduk di hadapan Khairani yang kelihatan tenang. Pak Itam mencurah air masak ke dalam gelas. Kemudian mulutnya kumat kamit membaca sesuatu. Air itu dihembus. Pak Itam menyuruh Khairani meminum air penawar untuk membuang sihir dan memulihkan tenaga serta nafsu berahi wanita tersebut.
“Bila cikgu minum air ni, tenaga cikgu akan bertambah sedikit. Bukan sahaja tenaga, kemahuan cikgu juga akan tinggi macam gunung,” jelas Pak Itam untuk meyakinkan Khairani.
“Lepas ni cikgu kena terima air penambat. Air ini untuk mengelak serangan seterus,” sambungnya sambil menghulurkan segelas air penawar.
"Air penambat tu air apa?"
"Susah saya nak cakap. Cikgu minum air penawar ni dulu, nanti saya terangkan," kata Pak Itam.
Khairani menyambut gelas itu dan meneguk air dalam gelas tersebut hingga tiada setitik pun yang tinggal. Pak Itam tersenyum puas apabila Khairani meneguk habis air yang diberinya. Dia merenung tubuh Khairani yang terdedah itu tanpa mengelipkan matanya. Puas hatinya kerana berpeluang menikmati tubuh indah wanita cantik ini tanpa bersusah payah.
Khairani sedar tubuhnya sedang diperhati dengan penuh berahi oleh bomoh yang baru dikenali. Tetapi dia sudah tidak ambil peduli. Yang penting penyakitnya dapat dipulihkan.
Selepas lima minit meminum air penawar tersebut kepala Khairani menjadi ringan. Dada Khairani mula berdebar. Kemaluannya mula mengemut dan perasaan ghairah yang tidak dapat dibendung melanda secara tiba-tiba.
Rasa malu berbogel di hadapan Pak Itam mula hilang malah dia mula berasa selesa dapat berbogel di hadapan orang tua yang baru dikenalinya itu. Dia berharap agar orang tua itu dapat melepaskan rasa ghairah yang semakin meningkat.
“Sekarang cikgu boleh baring. Telentang ya cikgu,” kata Pak Itam setelah melihat perubahan pada keadaan Khairani.
Mata Pak Itam mula menjamu tubuh indah yang berbaring telentang di hadapannya bagai orang yang sudah menyerah. Matanya liar melihat buah dada dan kemaluan Khairani yang tidak dilindungi. Semuanya jelas kelihatan. Batang zakar Pak Itam semakin keras terpacak dalam kain sarung yang dipakainya.
“Boleh saya tahu tempat-tempat yang suami cikgu suka usik?” Tanya Pak Itam pula setelah Khairani berasa selesa berbaring dengan bertelanjang di hadapannya.
“Kenapa Pak Itam nak tahu? Itu rahsialah Pak Itam. Malu saya nak cakap.”
“Jangan malu cikgu. Saya perlu tahu kerana di situlah tempat orang itu meletakkan barangnya. Saya nak buang. Lepas itu saya nak masukkan pendinding pada tempat itu. Lepas ini orang lain tak boleh pekenakan cikgu lagi,” jelas Pak Itam.
“Semua sekali Pak Itam?”
“Yang paling dia suka dan cikgu pun suka.”
“Apam saya.”
“Itu mestilah. Semua lelaki suka usik tempat itu. Lagi?”
“Lubang belakang.”
“Itu pun awak beri?”
“Saya sayangkan dia Pak Itam. Jadi apa dia nak saya beri.”
“Untung laki cikgu ni dapat isteri macam cikgu.Cikgu suka?”
“Mula-mula tak. Sakit. Tapi lama-lama sedap pulak. Sekarang saya dah gian.”
“Tempat lain?”
“Tetek saya cikgu. Dan yang tempat yang mesti dia usik ketiak saya.”
“Dua-dua ketiak cikgu?” Tanya Pak Itam lagi.
Khairani mengangguk.
“Cikgu suka?”
“Mula-mula tu memang tak suka. Geli. Tapi lama-lama sedap pulak.”
“Sukalah tu,” kata Pak Itam.
“Cikgu nasib baik, hari ini tak da orang. Kalau tidak kena tunggu sampai malam,” kata Pak Itam dalam berdebar apabila Khairani sedia menjawab segala soalannya dengan tenang.
Tubuh Khairani yang putih melepak itu sangat mengghairahkan. Wajah Khairani yang cantik lagi menawan menyebabkan Pak Itam sudah tidak dapat menahan gelora berahinya. Khairanilah perempuan paling cantik yang bertemu Pak Itam untuk mendapat rawatan. Tidak sabar rasanya Pak Itam hendak melapah mahkota Khairani yang cantik tanpa bulu itu.
“Pak Itam sentuh badan cikgu ya?” Pak Itam meminta izin.
“Sentuhlah Pak Itam. Buatlah apa yang patut asal ‘suami’ saya tak cari perempuan lain,” Khairani memberi lampu hijau kepada Pak Itam.
Berkocak nafsu berahi Pak Itam apabila mendapat izin dari Khairani. Ini petanda air penawarnya sudah berkesan. Mudahlah urusannya selepas ini. Apabila air penawarnya sudah berkesan, Khairani bagai lembu dicucuk hidung.
Dada Khairani masih berdebar. Kemaluannya masih mengemut dan tiba-tiba rasa berahi kepada lelaki mula meningkat. Dia patuh pada arahan Pak Itam. Pada masa itu juga rasa ghairahnya sudah tidak dapat ditahan. Mahu sahaja dia peluk Pak Itam. Namun demikian Khairani cuba bertahan.
Pak Itam sudah dapat membaca gelodak nafsu pesakitnya. Dia pasti tubuh indah Khairani akan dapat dinikmati sebentar lagi tanpa tentangan. Pak Itam melutut di sebelah kiri Khairani berhampiran dengan dadanya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dan dibawa ke atas. Tangan Khairani seperti tentera mengaku kalah dalam perang. Kedua-dua ketiak Khairani yang putih gebu terdedah. Ketiak Khairani yang putih gebu tanpa bulu ini akan menjadi sasaran pertama Pak Itam.
Dia mula membacakan sesuatu yang tidak Khairani tidak faham. Pak Itam menghembus berulang kali pada ketiak Khairani. Selepas itu Khairani berasa agak khayal dan antara lena dan terjaga. Rasa ghairah Khairani sudah sukar hendak ditahan. Rasa malu dengan Pak Itam sudah tidak ada lagi dalam dirinya.
“Bersih ketiak cikgu ni. Siapa yang cabutkan bulunya?”
“Suami sayalah.”
“Untung cikgu dapat laki macam tu.”
Tidak lama kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam berada di kedua-dua ketiaknya. Khairani mula berasa kedua-dua ibu jari Pak Itam bermain di ketiaknya yang putih gebu. Mujur Jenal baru mencabut bulu yang tumbuh di ketiaknya.
Inilah lelaki kedua yang suka mengusik ketiaknya. Kali pertama ketiaknya diusik dia baru berusia dua belas tahun ketika bersama cikgu Jenal. Khairani rasa geli dan rasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusik jari-jari Pak Itam. Lama juga jari-jari Pak Itam bermain di ketiak Khairani sehingga Khairani menjengketkan kakinya kerana mula berasa geli yang amat sangat.
“Gelilah Pak Itam,” Khairani mula ketawa manja. Nafsu berahi semakin meningkat.
“Tahan cikgu. Saya tengah buang barang yang dimasukkan pada ketiak cikgu ni,” jelas Pak Itam yang mula berasa seronok mengusap ketiak Khairanai yang bersih itu.
Memang Pak Itam pantang melihat ketiak perempuan cantik yang putih bersih. Nafsunya pasti mendidih. Pak Itam mengusap ketiak Khairani sepuas-puasnya. Semakin lama Pak Itam mengusap ketiaknya, semakin geli Khairani rasa. Dia mula menggeliat. Kakinya terjengkit-jengkit menahan kegelian yang amat sangat.
“Geli Pak Itam… geli Pak Itam … geli… saya tak tahan ni,” Khairani menggeliat sambil ketawa manja.
Rasa geli kali ini merupakan rasa geli yang luar biasa. Jenal pun selalu buat macam itu, tetapi tidaklah segeli ini. Oleh kerana terlalu geli Khairani rasa nak terkencing.
“Saya tak tahan Pak Itam… saya nak terkencing… tak tahan Pak Itam.. tak tahannnnn….” Jerit Khairani sehingga terpancut air kencingnya kerana terlalu geli.
“Maaf Pak Itam saya terkencing.”
“Tak apa. Itu tanda benda tu dah keluar. Dia keluar ikut bawah,” jawab Pak Itam sambil meneruskan kerja mengusap ketiak Khairani.
“Geli lagi?” Tanyanya lagi.
“Tak Pak Itam.” Jawab Khairani.
“Apa rasa?”
“Sedap.”
“Tanda benda tu dah keluar. Tapi sementara sahaja.”
“Macam mana nak hilang terus Pak Itam?”
“Kena buat tiga hari tiga malam,” balas Pak Itam.
“Satu hari sahaja tak boleh ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi besok dia datang balik,” jelas Pak Itam. “Kenapa? Cikgu tak suka ke?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Itu tadi. Sekarang geli lagi?”
“Tak Pak Itam. Lama lagi ke?”
"Sikit lagi cikgu... " balas Pak Itam yang gemar pada ketiak perempuan-perempuan yang cantik.
"Saya nak masukkan seri pada ketiak cikgu," sambungnya untuk memberi alasan supaya Khairani tidak sedar akan kegemarannya itu
“Sekarang tetek cikgu pulak.”
Tidak lama lepas itu Khairani berasa kedua-dua buah dadanya diusap-usap. Kemudian diuli. Kemudaian diramas. Khairani terasa buah dadanya amat tegang. Putingnya terasa semakin menonjol. Nafsu syahwat semakin membara. Celah kemaluannya terasa hangat dan mula berair.
Khairani dapat merasakan Pak Itam mengangkat kepalanya ke atas bantal. Dia membetulkan kedudukan tubuh Khairani sambil mengusap kemaluan Khairani yang sudah berair. Kemudian Pak itam mula menjilat bahagian dada Khairani dahulu seterusnya mengulum puting teteknya dengan rakus. Ketika itu Khairani terasa amat berat untuk membuka mata.
"Gelilah Pak Itam.. " Kata Khairani sambil menggeliat. Tangannya mula memaut bahu Pak Itam.
Pak Itam terus menghisap puting tetek Khairani. Puting tetek Khairani semakin keras. Pak Itam hisap lagi.... dan lagi... dan lagi... dan lagi sehingga akhirnya terkeluar susu dari puting tetek Khairani. Dia mula mengelepar. Sudah lama tidak menyusukan anak, tiba-tiba susunya terpancut setelah dihisap berulang kali oleh Pak Itam.
“Dah lama saya tak susukan anak. Macam mana susu saya boleh keluar?” Tanya Khairani setelah Pak Itam berhenti menjilat.
“Mainan sihir. Kalau tak keluar susu ini, nafsu cikgu boleh mati,” kata Pak Itam.
“Sekarang sebelah lagi,” sambung Pak Itam sambil meramas tetek kanan Khairani yang sudah pun menegang.
“Kalau geli, tahan. Macam tadi. Biar sampai terpancut susu cikgu.”
Khairani mengangguk lesu. Dia menyerahkan teteknya untuk dihisap oleh Pak Itam. Seperti orang baru kahwin, Pak Itam mengerjakan tetek Khairani semahu-mahunya dengan alasan untuk membuang sihir.
Khairani merelakannya asalkan penyakitnya yang disihir itu dapat dipulihkan. Nafsu berahinya semakin memuncak apabila puting tetek kanannya diuli bibir Pak Itam dengan berbagai cara. Dia terlalu ingin menikmati zakar lelaki menusuk lubang kemaluannya. Dia memaut tengkok Pak Itam bagai Pak Itam itu suaminya. Dia lupa Pak Itam itu baru dikenali hari ini.
“Pak Itam.. saya tak tak tahan…” Khairani merengek manja.
Pak Itam terus menguli putting tetek Khairani semahu-mahunya hingga akhirnya terkeluar susu dari puting itu. Sebaik-baik susu itu keluar barulah Khairani berasa lega. Namun demikian badai nafsu berahinya masih belum reda. Keinginannya untuk menikmati zakar lelaki semakin meluap-luap.
“Apa cikgu rasa sekarang?”
“Lega sikit Pak Itam.”
“Tak ada rasa lain?” Tanya Pak Itam sambil tersenyum.
“Rasa apa Pak Itam?”
“Apa-apa rasalah.”
“Entahlah Pak Itam,” Khairani berasa malu hendak menyatakan rasa dia mahukan batang zakar Pak Itam.
“Tak apalah. Sekarang saya nak buang sihir kat lubang ni. Boleh ya cikgu?” Kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Buatlah apa yang patut Pak Itam. Yang penting penyakit saya sembuh.”
“Pintu inilah tempat saya nak masukkan air penambat tu, cikgu,” kata Pak Itam sambil menguit pintu kemaluan Khairani.
Apabila Khairani mendengar kata-kata itu, dia membuka matanya sedikit untuk memandang wajah Pak Itam. Pada masa itu kepala Pak Itam sudah pun di celah kelengkangnya tidak berapa jauh dari kemaluannya. Dia tidak dapat berfikir macam mana air penambat itu hendak dimasukkan kerana pada masa itu Khairani berasa sangat ghairah apabila pintu kemaluannya mula disentuh lidah Pak Itam yang basah. Kesan air penawar yang diminumnya tadi sudah menguasai nafsu syahwatnya. Kemaluannya sudah mula banjir.
“Masukkanlah Pak Itam,” balas Khairani sambil menggerakkan tangannya dan terus mencapai kepala Pak Itam yang sedang berada di celah kelengkangnya.
Dia menekan-nekan kepala Pak Itam dengan agak kuat supaya jilatan lidahnya masuk lebih dalam lagi. Khairani mengerang sambil membuka matanya yang lama terpejam. Khairani cuba bangkit. Dia memandang Pak Itam yang sedang asyik menjilat kemaluannya. Menyedari yang Khairani sedang memandangnya Pak Itam mengangkat kepalanya dari celah kelangkang pesakitnya.
“Cikgu dah sedia untuk menerima air penambat?” Tanya Pak Itam sambil jarinya mengulit-ulit dan menggosok kemaluan Khairani yang basah becak. Sebelah lagi tangannya digunakan untuk menolak semula kepala Khairani ke bantal.
Khairani menganggukkan kepalanya. Khairani seperti orang yang sudah kena pukau terus baring semula dan membesarkan kangkangannya tanpa disuruh. Khairani memejamkan mata semula.
Pak Itam mengangkat kedua-dua kaki Khairani dan diletakkan ke atas bahunya. Apabila dia menegakkan bahunya punggung Khairani juga terangkat sekali. Pak Itam mula menghalakan zakarnya ke bibir cipap Khairani. Pak Itam meletakkan kepala zakarnya pada bibir kemaluan Khairani sehingga bibir terkuak. Sebaik sahaj bibir kemaluan Khairani terkuak, Pak Itam terus menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani yang sudah becak.
“Pak Itam, mana air menambatnya?” Tanya Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam sudah berada dalam lubang kemaluan.
“Saya sedang masukkanlah ni,” jawab Pak Itam sambil menolak dan menarik zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani dengan rakus.
Barulah Khairani tahu maksud pintu lain yang dikatakan oleh Pak Itam itu. Namun dia sudah bersedia untuk menerimanya. Kehendak syahwatnya tertunai sudah. Tambahan pula nafsunya sedang menggila untuk menerima zakar lelaki. Khairani merasa geli serta nikmat yang amat sangat.
“Cikgu, ni rawatan pertama..” kata Pak Itam kepada Khairani sambil melajukan ayunan zakarnya di dalam kemaluan Khairani.
“Goyang ponggong cikgu,” sambungnya lagi
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus menggoyangkan ponggongnya ke kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah sambil mengerang halus.
Pak Itam rasa seronok apabila Khairani menggoyangkan ponggongnya. Suara Khairani yang mengerang halus menyebabkan nafsunya memuncak dengan cepat. Dia melajukan ayunannya.
Khairani dapat merasakan Pak Itam sudah hampir sampai ke penghujung. Seperti yang dijangkakan Pak Itam terus memancutkan air penambat dalam lubang kemaluan Khairani. Pada masa itu Khairani belum lagi sampai ke puncak nikmat. Khairani tidak ambil kisah kerana tujuannya berjumpa Pak Itam bukan untuk memenuhi tuntutan nafsunya.
Khairani bangun sambil sebelah tangan menutup buah dadanya yang tegang dan sebelah lagi mencapai pakaiannya yang berterabur untuk menutup bahagian kemaluannya yang terdedah. Setelah mencapai kain kebarungnya, Khairani tutup bahagian pinggang ke bawah. Kemudian Khairani mencapai tudungnya untuk menutupi buah dada.
“Ada rasa lesu lagi?” Tanya Pak Itam.
Khairani merenung Pak Itam. Dia tersenyum.
“Kalau boleh nak lagi.”
“Saya boleh beri kalau cikgu mahu. Tapi kena ikut aturan dulu,” jelas Pak Itam sambil tersenyum.
Kemudian Pak Itam menerangkan kaedah rawatan kedua sambil mencuri pandang ke arah dada Khairani yang dilitupi tudung tetapi berbalam-balam kelihatan buah dadanya di bawah tudung tersebut.
“Sekarang Cikgu sila meniarap.”
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus meniarap di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam menarik kain baju kebarung Khairani lalu dilempar ke sisi. Tubuh Khairani terdedah lagi. Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak.
“Ni saya nak bagitahu ada sihir yang dah terkena pada lubang dubor Cikgu. Punggung Cikgu dah terkena penutup nafsu dan perlu dibuang. Kalau tak buang nanti cikgu langsung tak ada nafsu nak layan laki cikgu. Sekarang cikgu hanya tak bertenaga,” jelas Pak Itam.
“Boleh buang ke Pak Itam?”
“Boleh. Kena buat macam tadi lah. Cikgu sanggup?”
“Alang-alang menyeluk pekasam…. Pak Itam buatlah apa yang patut. Saya ikut sahaja. Janji saya pulih,” balas Khairani.
“Lagi pun lubang ini pun dah kena tebuk. Tentu tak sakit kalau saya masukkan balak saya ya cikgu?” Kata Pak Itam.
"Sekarang Cikgu tonggeng sikit," sambung Pak Itam
Khairani pun terus menonggeng di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam bangkit dan melutut di belakang ponggong Khairani yang sedang menonggeng itu. Dia membetulkan kedudukan ponggong Khairani.
Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak. Khairani berasa khayal semula. Punggung Khairani terkemut-kemut menahan kesedapan lumuran minyak Pak Itam. Kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam menarik bahagian pinggangnya ke atas sehingga menghampiri batang balaknya. Khairani memandang kearah Pak itam yang melutut di belakang punggungnya.
Pak Itam menolak kedua-dua kaki Khairani agar berjauhan dan mula melumurkan minyak ke celah-celah bahagian rekahan punggungnya yang terbuka. Tanpa dapat dikawal satu erangan kesedapan terkeluar dari mulut Khairani.
Pak Itam menambahkan lagi minyak ditangannya dan mula bermain di bibir dubur Khairani yang masih terkemut-kemut. Khairani meramas bantal kesedapan. Sambil itu jari Pak Itam cuba menyucuk lubang dubur Khairani.
"Jangan kemut cikgu biarkan sahaja," terdengar suara Pak Itam yang terlekat di rongga.
Khairani cuba merilekskan otot duburnya dan dengan ini jari Pak Itam yang licin berminyak dengan mudah masuk ke dalam lubang dubor Khairani sehingga ke pangkal.
Setelah berjaya memasukkan jarinya Pak Itam mula menggerakkan jarinya keluar masuk lubang duburku seperti yang pernah dilakukan oleh Jenal semasa mula-mula dia hendak masukkan zakarnya dari lubang itu. Khairani cuba membuka matanya yang kuyu kerana kesedapan. Khairani berasa satu macam keseronokan pula apabila jari Pak Itam menyocok lubang dubornya.
Setelah perjalanan jari Pak Itam lancar keluar masuk duburku dia mula berdiri di belakangku sambil jarinya masih terbenam kemas dalam duburku. Dia memandang Pak Itam yang sekarang memegang pedangnya yang panjang dan bengkok ke atas itu.
"Sekarang saya nak masukkan air penambat dalam lubang ni ya cikgu," kata Pak Itam.
"Jangan risau ni nak buang sihir dan elak disihir lagi," katanya lagi sambil melumur minyak ke padangnya yang agak besar bagi seorang yang kurus dan agak rendah.
Selesai berkata-kata Pak Itam menarik jarinya keluar dan terus menusuk pedangnya ke lubang dubur Khairani.
"Arrgggggghhh…" Khairani menjerit kengiluan sambil mengangkat kepala dan dadaku ke atas. Inilah batang kedua yang menusuk lubang duburnya setelah diceroboh oleh batang Jenal beberapa minggu yang lalu.
"Jangan kemut teran sikit," arah Pak Itam yang sedang merenggangkan daging punggung Khairani.
Setelah Khairani meneran sedikit hampir separuh pedang Pak Itam terbenam ke dalam duburnya. Setelah berjaya memasukkan setengah zakarnya Pak itam menariknya keluar semula dan memasukkan kembali sehingga semua zakarnya masuk kedalam rongga duburku. Dia berhenti disitu. Kemudian dia masukkan kembali zakarnya ke dalam lubang dubur Khairani.
“Mujur laki cikgu dah tebuk lubang ni dulu. Kalau tidak susah juga,” kata Pak Itam. “Selalu ke dia buat macam ni?”
“Selalu juga Pak Itam. Kadang-kadang sampai dua kali semalam,” jawab Khairani.
“Ganas juga laki cikgu ni. Lepas ini saya yakin dia akan lebih ganas.”
“Kenapa pulak Pak Itam?”
“Air penambat ini akan menjadi dubur cikgu semakin mengghairahkan.”
“Ya ke Pak Itam?”
“Cikgu tengoklah nanti.”
Sambil berbual sesekali Pak Itam menarik senjatanya keluar dan menujah dengan ganas. Setiap kali menerima tujahan Pak Itam setiap kali itulah Khairani mengerang kesedapan.
Mereka berhenti berbual dan Pak Itam mula melakukan pergerakan tujahan dengan laju. Sebelah tangan memegang pinggang dan sebelah lagi menarik rambut Khairani ke belakang seperti peserta rodeo. Khairani menurut gerakan Pak Itam sambil menggayak-ayakkan punggungnya ke atas dan ke bawah kerana berasa sedap.
Tiba-tiba Khairani rasakan sesuatu yang panas mengalir dalam rongga duburnya. Banyak sekali Khairani rasakan cecair tersebut.
Khairani yang masih belum sampai ke puncak nikmat, memainkan kelentitnya dengan jarinya sendiri untuk sampai ke puncak, sambil Pak Itam merapatkan badannya memeluk aku dari belakang. Dia sudah memancutkan air pekat hangatnya sedangkan Khairani belum mencapai kepuasan seperti mana yang diberikan oleh Jenal.
Khairani tak kisah kerana tujuannya bukan nak dapatkan kepuasan dari Pak Itam. Khairani terus mengemut-ngemut zakar Pak Itam dan bekerja keras untuk mencapai klimaks.
"Arghhhhhhhrgh" Khairani klimaks setelah menggentel kelentitnya sendiri sambil tertiarap di atas tikar mengkuang.
Pak Itam segera mencabut zakarnya dan melumurkan cairan yang melekat dizakarnya ke atas punggungnya.
"Jangan basuh ni sampailah waktu maghrib,” katanya sambil melondehkan kain pelikatnya.
Khairani masih lagi tertiarap dengan keadaan bertelanjang bulat. Dia merasakan bibir duburnya sudah longgar dan berusaha mengemut untuk meneutralkannya semula. Setelah itu aku bangun dan mencapai pakaiannya yang bersepah satu persatu.
“Jangan pakai baju dulu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Lepas ni cikgu kena mandi air bunga untuk pulihkan tenaga cikgu sepenuhnya,” kata Pak Itam. “Cikgu tunggu dalam bilik ni. Saya nak ambil tujuh jenis bunga kat luar tu.”
Sebaik-baik sahaja Pak Itam bangkit, Khairani mula berasa seram sejuk. Bulu romnya mula meremang.
“Pak Itam! Nanti dulu.”
“Kenapa cikgu?”
“Saya rasa seram cikgu. Saya takut.”
Pak Itam pandang keliling sambil membaca sesuatu.
“Benda tu masih ada di sini. Dia nak masuk balik dalam badan cikgu.”
“Tolong Pak Itam. Jangan biarkan benda tu masuk lagi.”
“Jangan takut cikgu,” kata Pak Itam sambil merenjis baki air dalam jug sekeliling tempat duduk Khairani.
“Cikgu jangan bergerak dari sini. Benda tu tak akan masuk dalam kawasan renjisan ini,” jelas Pak Itam.
“Bacalah apa-apa ayat yang cikgu hafal,” sambungnya lagi sambil bergerak meninggalkan Khairani bersendirian.
Tidak berapa lama kemudian Pak Itam memanggil Khairani supaya keluar dari bilik itu. Khairani bangkit tanpa memakai baju lalu bergerak ke arah suara Pak itam yang sedang menunggunya di dapur. Pak Itam tersenyum apabila melihat Khairani yang bertelanjang bulat itu menghampirinya.
“Dah masuk waktu maghrib. Cikgu kena mandi air bunga sekarang,” kata Pak Itam sambil menarik tangan Khairani dan dibawa ke dalam bilik air yang tidak berapa jauh dari dapur.
“Cikgu siram badan cikgu. Saya akan gosok badan cikgu,” jelas Pak Itam.
Khairani menceduk air bunga itu lalu menyiram ke badannya.
“Jangan siram lagi,” kata Pak Itam sambil menggosok kedua-dua bahu Khairani yang dibasahi air bunga itu. “Angkat tangan cikgu. Saya nak gosok ketiak cikgu pulak.”
Khairani patuh pada arahan Pak Itam. Kedua-dua tangannya diangkat ke atas untuk mendedahkan kedua-dua ketiaknya. Pak Itam terus mengusap kedua-dua ketiak Khairani serentak dengan kedua-dua ibu jarinya. Khairani berasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusap. Tidak seperti ketika mula-mula ketiaknya diusap tadi.
“Ada rasa geli?”
“Tak ada Pak Itam. Saya rasa sedap pulak.”
“Dah hilanglah benda tu. Lepas ni teruklah ketiak cikgu dikerjakan suami cikgu.”
“Tak pa saya dah sedia Pak Itam.”
“Ganas juga cikgu ni ya?”
“Suami saya lagi ganas.”
“Sama-sama ganaslah tu. Sekarang jirus lagi.”
Khairani ikut arahan Pak Itam. Selepas Khairani jirus kali kedua, tangan Pak Itam melekap pada kedua buah dadanya yang masih tegang. Kedua-dua tangan Pak Itam mula menguli dan meramas buah dada Khairani dengan lembut. Khairani mula berasa sedap yang luar biasa. Matanya bagai tidak larat dibuka akibat rasa sedap akibat buah dadanya diuli dan diramas oleh Pak Itam.
“Sedap ke?”
“Sedap sangat Pak Itam. Tak pernah saya rasa sesedap in.”
Kemudian Pak Itam memaut pinggang Khairani dan terus dihisap puting buah dada kirinya. Khairani terkejut, tetapi dia tidak membantah. Dia berasa sedap yang amat sangat apabila puting buah dadanya dihisap sehingga dia dapat berasa susunya keluar lagi.
“Masih ada saki bakinya lagi cikgu,” kata Pak Itam setelah habis susu Khairani ditelannya. “Pak Itam nak tengok tetek kanan cikgu pulak.”
“Tengoklah Pak Itam. Saya tak larang. Yang penting sihir tu hilang.”
Pak Itam meneruskan kerja membuang saki baki sihir yang masih ada pada buah dada kanan Khairani. Puting tetek Khairani dihisap lagi. Kadangkala disedut-sedut sehingga Khairani naik berahinya. Ia khayal dibuai rasa berahi itu.
Setelah beberapa minit menghisap akhirnya susu Khairani keluar lagi. Pak Itam menelannya sehingga habis. Khairani berasa lega setelah habis susunya ditelan Pak Itam.
“Jirus lagi,” kata Pak Itam menamatkan khayalan Khairani.
Khairani jirus lagi badannya dengan air bunga yang telah dijampi oleh Pak Itam. Selesai menjirus, Khairani lihat tangan Pak Itam beralih ke perut dan celah kelengkangnya. Tangan Pak Itam mula mengusap kemaluan Khairani yang bersih tanpa bulu. Kemudian jari Pak Itam mula menjolok lubang kemaluan Khairani yang sudah lama berlendir.
“Ahhhhhh…… saya tak tahan Pak Itam…” Khairani bersuara penuh berahi setelah lubang kemaluannya dijolok berulang kali oleh jari telunjuk Pak Itam. Matanya dipejamkan untuk menghayati rasa sedap apabila kemaluannya diusik jari Pak Itam.
“Saya nak anu Pak Itam… saya tak tahan…..” Khairani merengek lagi.
“Kat sini boleh?”
“Tak kisahlah Pak Itam. Saya tak tahan ni.”
Pak Itam membaringkan Khairani dan mengangkangkan kedua belah kakinya. Khairani merenung wajahku dengan penuh nafsu. Dengan perlahan-lahan Pak Itam letakkan kepala zakarnya menyentuh kelentit Khairani dan digoyangkan zakarnya perlahan-lahan ke atas dan ke bawah. Khairani kembali memejamkan matanya dan sesekali ternganga kesedapan.
Setelah Pak Itam rasakan agak basah kembali lubuk pantatnya itu, segera dia tolakkan sedikit zakarnya ke dalam pantat Khairani, lebih kurang setengah inci dan berhenti. Perut Khairani terangkat dan tangannya memaut punggung Pak Itam untuk memberi isyarat meminta bomoh itu menolak lebih dalam. Bagaimanapun Pak Itam tidak menghiraukan isyarat Khairani sebaliknya perlahan lahan dia keluarkan sedikit zakarnya
.
Gerakan Pak Itam yang pertama ini amat perlahan. Dia mahu merasakan sensasi sentuhan kulit zakarnya dengan kulit pantat cikgu yang cantik jelita itu. Dia juga mahukanKhairani merasai nikmat yang sama. Pak Itam juga mahu Khairani merasa betapa zakarku meneroka ruang pantatnya dengan gagah dan penuh kejantanan, dan paling penting, dia mahu bertahan lama.
Sedikit demi sedikit, Pak Itam sorongkan kepala zakarnya kembali ke dasar lubuk pantat Khairani. Kali ini dia masukkan lebih kurang satu inci. Masih ada beberapa inci untuk disarungkan. Khairani mengeluh dan memandang Pak Itam sambil merayu..
"Pak Itam.., tolong.. masukkan lagi.. tolong Pak Itam.. Kote Pak Itam sedap, besar.. cepat sikit Pak Itam.. saya nak dalam lagi," tangan Khairani semakin kuat memaut pinggang Pak Itam.
Pak Itam senyum dan memandang tepat mata Khairani yang sangat kuyu itu. Wajahnya semakin cantik dan jelita. Pak Itam menarik dan menyorong kembali zakarnya laju sedikit, setelah beberapa kali sorongan, Pak Itam meneroka seinci lagi, menjadikan sudah dua inci batangnya terbenam dalam lubuknya. Khairani mula merasa perbezaan permainan Pak Itam kali ini.
"Pak Itam.. Sedap.. Lagi Pak Itam.. Laju lagi Pak Itam…… Argghh aa."
"Saya suka apam cikgu.. Cikgu nak balak saya lagi?"
"Nak Pak Itam.. Saya nak sangat Pak Itam. Tolong.. Pak Itam.. Jangan seksa saya. Masuk dalam lagilah Pak Itam.."
"Emm.. Sekejap ya cikgu.. saya sangat suka kat cikgu.. Malam ni Cuma milik kita berdua cikgu. Kita boleh main sepanjang malam kalau cikgu mahu."
"Oh.. Pak Itam. Saya nak Pak Itam. Saya nak."
Pak Itam menyorong-tarik zakarnya dengan kelajuan yang bertambah sedikit tapi masih tetap pada ke dalaman dua inci. Khairani mengerang semakin kuat, menyuarakan kenikmatan yang tak terhingga. Pak Itam meningkatkan kelajuan sorong tarik zakarnya. Pantat Khairani semakin becak dan licin.
“Masuk dalam lagi Pak Itam. Saya nak semua Pak Itam…. Tolong Pak Itam masuk semua Pak Itam…” Khairani merayu-rayu lagi.
Pak Itam menujah semakin dalam, kini tiga inci bahagian batangnya yang sangat keras, besar dan bersemangat mengisi ruang pantat Khairani. Pak Itam terus menujah tanpa henti selama hampir sepuluh minit sehinggalah terbukti tepat dugaannya, Khairani tidak dapat bertahan.
Dadanya berombak dan tangannya kuat mencengkam lengan Pak Itam. Matanya terpejam rapat. Mulutnya ternganga, hanya perkataan "Aarghh" yang kedengaran dan diikuti keluhan nafas yang kencang. Seluruh tubuhnya kejang membeku.
Pak Itam menghentikan stroke sementara waktu. Setelah cengkaman jari Khairani reda, dia teruskan permainannya, perlahan sedikit tetapi dengan daya tujahan yang lebih keras dan dalam. Khairani tak mampu menahan nikmat ghairah.. Dia hanya mampu menerima sahaja tujahan demi tujahan zakar Pak Itam yang penuh rakus dan berkuasa.
Pak Itam sendiri sudah tidak mampu menahan permainan ini. Dia tidak mahu menunggu dan Pak Itam cuma mahu zakarnya melanyak pantat Khairani yang sangat basah dan becak itu.
Beberapa minit selepas Pak Itam mengawal tujahan zakar, nafsunya sudah tidak terkawal lagi. Pak Itam melipat kaki Khairani ke arah kepalanya dan menyuruh cikgu yang cantik jelita itu menahan kangkang begitu. Pak Itam sungguh bertuah kerana dapat menikmati tubuh Khairani yang agak lentur dan dia boleh melipat badannya dengan sempurna sekali.
Pak Itam sudah tidak dapat bersabar lagi. Dengan satu tekanan yang amat perlahan tetapi amat padu dan berkuasa, zakar Pak Itam membolos dan menujah pantat Khairani sedalam-dalamnya. Mata Khairani tiba-tiba menjadi putih. Mulutnya ternganga luas, tangannya semakin kuat menarik kakinya supaya semakin rapat kepada badan. Dan Pak Itam pula kini bagaikan di awangan, syurga yang teramat indah, penuh cinta dan nikmat.
Pak Itam mula menghenjut, mengayak dan melanyak pantat Khairani dengan penuh kekuatan dan kelajuan. Tenaga dari seluruh tubuhnya dipusatkan pada pinggangnya, dan segala deria rasa Pak Itam cuma terkumpul pada titik utama tubuhnya iaitu pada zakar dia.
Pak Itam cuma dapat merasakan kenikmatan pada zakarnya dan menghayati setiap saat, sentuhan dan irama di dalam bilik air itu. Pak Itam dapat mendengar Khairani meraung-raung, mengerang dan menjerit-jerit tetapi Pak Itam sendiri tidak mampu memahami maknanya. Pak Itam sendiri tidak dapat mengawal keluhan dan raungan nikmat yang mulutnya keluarkan. Pak Itam sudah tidak peduli apa pun lagi.
Setelah dua puluh minit berhempas pulas, Pak Itam tidak dapat menahan zakarnya lagi. Pak Itam tahu Khairani sudah klimaks dan merayu meminta dia menghentikan henjutannya. Pak Itam tidak menghiraukannya, setiap kali kakinya kendur, setiap kali itulah dia akan menguatkan lagi tujahannya.
Dan kali ini, giliran Pak Itam pula merasakan puncaknya. Pak Itam menghenjut-henjut dan mengayak-ayak ganas zakarnya. Akhirnya dengan satu tujahan yang paling berkuasa dan muktamad, zakar Pak Itam memuntahkan deras segala air mani yang pekat dan panas yang telah lama terpendam. Pak Itam segera menekan zakarnya sekuat-kuatnya kedasar lubuk pantat Khairani yang panas dan dalam itu.
Minda Pak Itam terlontar ke hujung dunia dan gelap dunia pada pandangan matanya . Dia ayak-ayak lagi zakarnya, cuba mengeluarkan semua titisan air maninya. Pak Itam mencengkam bontot Khairani dengan keras. Pak Itam cium ketiak Khairani dengan rakus dan kadangkala dia jilat ketiak cikgu yang mengghairahkan itu.
Pak Itam henyak lagi pantat Khairani dengan zakarnya yang sekejap-kejap menegang dan mengendur. Hampir lima minit lamanya. Pak Itam kepuasan, langsung terbongkang di atas tubuh Khairani. Khairani mengendurkan dan meluruskan kakinya, matanya kuyu.
"Terima kasih Pak Itam. Hebat juga Pak Itam ni…." Khairani bersuara lemah sambil tersnyum.
“Masih ada tenaga?”
“Sampai pagi pun saya masih gagah!” Balas Khairani.
“Dah sembuhlah tu.”
Kemudian mereka meneruskan acara mandi bunga dan lain-lain rawatan. Kira-kira jam 9.00 malam rawatan hari pertama selesai. Hampir empat jam Khairani menerima rawatan dalam keadaan berbogel di hadapan Pak Itam.
Walau bagaimana pun Pak Itam masih belum puas untuk menatap dan menikmati tubuh Khairani. Ketika Khairani hendak pulang, tiba-tiba dia rasa seram sejuk. Dia mula rasa takut untuk balik ke rumahnya. Akhirnya Pak Itam setuju untuk menemankan Khairani pulang dengan syarat Khairani akan menghantarnya pulang pada hari esok.
Jarak rumah Khairani dengan rumah Pak Itam tidaklah begitu jauh. Tetapi oleh kerana laluan yang dilalui agak lengang, Khairani tidak berani memandu bersendirian pada waktu malam.
Mereka sampai ke rumah Khairani kira-kira jam 9.10 malam. Ketika mereka sampai hujan mula turun dengan lebatnya. Khairani mempelawa Pak Itam masuk ke rumahnya. Setelan pintu dikunci Khairani masuk ke biliknya.
“Suami cikgu ke mana?”
“Mesyuarat kat Langkawi.”
“Lama?”
“Tiga hari.”
“Bila dia pergi?”
“Subuh tadi.”
“Baguslah tu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Boleh kita selesaikan rawatan itu kat rumah cikgu sahajalah.”
“Boleh ke?”
“Apa pulak tidak boleh. Tak payah cikgu pergi rumah saya. Setuju?”
“Suka hati Pak Itamlah.”
“Suami cikgu tak ada. Senang saya rawat cikgu.”
Bila Khairani masuk ke dalam biliknya, Pak Itam ikut sama dan menutup pintu. Khairani tidak membantah. Selepas menerima rawatan di rumah Pak Itam, Khairani sudah hilang rasa segan dan malu pada bomoh ini. Tambahan pula tiada lagi rahsia tubuh Khairani yang tidak diketahui oleh Pak Itam. Malah bahagian tubuh Khairani yang paling sulit dan berharga telah pun dinekmati oleh Pak Itam.
Bagi Khairani tiada apa lagi yang perlu dipertahankan. Terlanjur Pak Itam sudah menikmati tubuhnya, biarlah dia teruskan. Lagi pun masih ada dua hari lagi dia perlu menjadi ’bini’ Pak Itam seperti yang termaktub dalam pakej rawatan bomoh itu.
Dalam bilik itu, Pak Itam terus tarik Khairani supaya rapat padanya. Pak Itam memeluk dan mencium muka cikgu yang jelita itu. Khairani tidak membantah malah memberi tindak balas yang merangsangkan. Dia menyerahkan bibirnya untuk dicium Pak Itam.
Ciuman itu lama dan mengghairahkan. Sambil mulut mereka bercium rapat, tangan Pak Itam membuka pakaian Khairani. Satu persatu pakaian Khairani dilucutkannya sambil meraba tubuh perempuan yang dirawatnya. Khairani tidak membantah malah memberi kerjasama yang sewajarnya.
Bila sudah bertelanjang, Pak Itam mengangkat tubuh Khaitrani dan diletaknya atas katil. Selepas menerima rawatan tadi, Khairani hanya patuh pada tindak tanduk Pak Itam walaupun orang tua itu bukan suaminya.
Setelah itu, Pak Itam terus membuka pakaiannya sendiri. Kini mereka sama-sama bertelanjang bulat. Khairani berasa selesa berbogel bersama bomoh ini. Pak Itam membuka ketiak Khairani dan terus mencium dan menjilatnya.
Khairani tertawa kecil di atas katil apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya buat beberapa ketika. Selepas menerima rawatan tadi Khairani berasa sedap apabila lidah Pak Itam bermain pada ketiaknya. Syahwatnya mula terbakar!
Khairani mula mengeluh bila dirasanya mulut Pak Itam berpindah dari ketiaknya, bergerak ke bawah dan berhenti pada salah satu putingnya buah dadanya. Khairani terasa cukup terangsang bila lidah Pak Itam memainkan hujung kedua dua putingnya. Tangan Khairani menarik kepala Pak Itam supaya lebih rapat pada teteknya. Kemudian tangannya menarik tangan Pak Itam dan dibawa kepada buah dadanya yang satu lagi yang tidak dihisap Pak Itam.
Bomoh ini macam faham kehendak Kharani. Dia terus meramas buah dada Khairani yang tidak dihisap. Khairani berasa bertambah lazat apabila kedua-dua puting teteknya dimainkan oleh bibir dan tangan Pak Itam bergilir-gilir. Dihisap dan diramas. Kemudian mulut Pak Itam merayap ke bawah. Khairani membuka sedikit kakinya bila dia terasa mulut Pak Itam kini ada dipusatnya.
Ini memberikan Pak Itam sedikit ruang untuk merayap di celah-celah peha. Khairani berasa lidah Pak Itam berada di atas bibir kemaluannya. Bila tersentuh oleh lidah Pak Itam pada lurahnya, Khairani menggeliat dan punggungnya terangkat ke atas. Ini membuatkan lidah Pak Itam terus masuk dalam kemaluan Khairani. Tangan Khairani terus memegang kepala Pak Itam dan menarik agar lebih rapat dengan kemaluannya. Lidah Pak Itam terus memainkan peranannya dan ini membuat Khairani berasa cukup ghairah.
Bila Pak Itam melihat Khairani sudah tak tentu hala bernafsu, dia bangun memegang batang zakarnya. Kemudian Pak Itam merapatkan kepala zakarnya pada kemaluan Khairani. Dengan gerakan perlahan tapi tegap, Pak Itam memasukkan zakarnnya dalam kemaluan Khairani buat kali ketiga. Maka berulanglah kesekian kalinya sejarah perhubungan Khairani dan Pak Itam.
Sejak Pak Itam berjaya menggoda Khairani pertama kali petang tadi, cikgu jelita ini sudah tidak segan silu lagi untuk menyerahkan tubuhnya pada bomoh yang banyak pengalaman menjinakkan hati perempuan.
Tidak ada siapa yang ambil peduli apa yang dibuat oleh Khairani dan Pak Itam pada malam ini. Tambahan pula hujan diluar rumah semakin lebat. Tubuh Khairani terus dikerjakan Pak Itam. Sambil menggeliat, badan Khairani terangkat ke atas, menyebabkan zakar Pak Itam dapat masuk ke dalam lubang kemaluan lebih jauh lagi. Namun demikian balak Pak Itam yang tidak sepanjang zakar Jenal tidak mampu menyentuh daging misteri dalam rahim Khairani. Khairani terus dikerjakan oleh Pak Itam.
Untuk menguatkan hentakannya, Pak Itam memegang punggung Khairani, dinaikkan sambil zakarnya terus menjunam dalam kemaluan cikgu yang cantik jelita ini. Khairani rasa cukup sedap bila terasa ada air panas dalam kemaluannya, bila Pak Itam memancutkan air maninya. Khairani juga turut sama-sama sampai dan badannya menggeletak.
Akhirnya, Pak Itam tertiarap atas badan Khairani dengan penuh semangat. Pak Itam menarik Khairani dan mereka terus bercium. Sambil itu tangan Pak Itam merayap dan meraba tetek Khairani. Ada ketikanya, mulut Pak Itam menghisap tetek.
“Boleh sekali lagi?” Tanya Pak Itam sambil mengusap ketiak Khairani.
“Sepuluh kali pun boleh!” Balas Khairani.
“Dah pulihlah tu.”
“Terima kasih Pak Itam kerana merawat saya.”
“Sekali lagi ya cikgu?”
“Sepuluh kalilah Pak Itam. Saya nak uji keberkesanan rawatan Pak Itam,” Khairani berkata dengan begitu semangat sekali.
“Ganasnya cikgu ni…”
“Boleh ya Pak Itam?” Tanya Khairani yang masih lagi bertenaga.
“Cikgu tadah sahajalah apam cikgu ni,” kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Jilat ketiak saya Pak Itam.”
“Kenapa?”
“Sedaplah Pak Itam. Pandai Pak Itam merawatnya.”
Pak Itam meniarap di sebelah Khairani. Dia merapatkan mulutnya pada ketiak Khairani yang siap sedia terdedah. Kemudian Khairani berasa sedap sekali lagi apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya. Ah! Sedapnya tidak terkata.
Ketika Pak Itam menjilat ketiaknya, Khairani terasa yang zakar Pak Itam kembali tegang dan mencucuk badannya. Khairani tersenyum bila melihat Pak Itam meniarap atas badannya dan menolak zakarnya dalam kemaluannya sekali lagi. Dipeluknya Pak Itam rapat-rapat sambil Pak Itam dengan perlahan menjunamkan kemaluannya dalam kemaluan Khairani dengan hentakan demi hentakan. Malam berhujan lebat itu milik mereka!
Mereka mengulangi lagi perbuatan terkutuk itu sehingga menjelang dinihari untuk menguji keberkesanan rawatan Pak Itam. Mereka terlelap setelah membuat lima ujian tetapi Khairani masih lagi bertenaga. Namun demikian mereka tidak berupaya menghalang rasa mengantuk yang amat sangat kerana rawatan Pak Itam tidak termasuk menahan rasa mengantuk.
Khairani terjaga apabila matahari sudah meninggi. Dia bingkas bangun. Pak Itam terjaga apabila Khairani bangkit dengan pantas.
“Kenapa cikgu?”
“Hari dah siang Pak Itam. Saya dah lewat nak ke sekolah ni,” kata Khairani sambil menggerakkan ponggongnya untuk turun dari katil.
Dengan segera Pak Itam menarik tangan Khairani untuk menghalang dia turun dari katil. Tindakan Pak Itam ini menyebabkan tubuh Khairani rebah kembali di atas katil. Pak Itam semakin berani.
“Ambik MC lah cikgu.”
“Tapi saya tak sakit.”
“Itu boleh diatur,” kata Pak Itam. Dia mula meniarap di atas badan Khairani.
Cikgu jelita ini tidak pula membantah.
“Saya boleh buatkan cikgu sakit sekejap. Kalau jumpa doktor saya gerenti cikgu boleh dapat MC,” sambung Pak Itam sambil menatap wajah Khairani yang semakin jelita dalam keadaan belum basuh muka dan tidak bersolek.
Ghairah Pak Itam pada Khairani bangkit kembali apabila menatap wajah Khairani yang jelita semula jadi.
“Betul ke Pak Itam?”
“Apa? Cikgu tak percaya ke?”
“Kalau dah jadi, baru saya percaya.”
“Okey, saya akan buatkan cikgu sakit sementara. Tapi sebelum itu kita main dulu,” jelas Pak Itam mula mencium pipi Khairani yang berkulit halus.
“Jilat ketiak saya dulu Pak Itam.”
“Cikgu suka?”
“Tersangatlah sukanya Pak Itam,” jawab Khairani sambil mendedahkan kedua-dua ketiaknya menjadikan dia semakin mengghairah Pak Itam. “Pak Itam suka ke jilat ketiak saya?”
“Tersangatlah sukanya. Ketiak cikgu bersih. Tak ada bulu. Bau pun sedap,” jawab Pak Itam pula sambil mula menghidu dan menjilat ketiak kiri Khairani.
Khairani mula melayukan matanya untuk menghayati kesedapan sentuhan lidah Pak Itam pada ketiaknya. Sambil menjilat sekali sekala Pak Itam menggigit manja ketiak Khairani yang putih gebu itu. Khairani mengerang manja apabila menerima gigitan manja Pak Itam.
Setelah puas mencium dan menjilat ketiak Khairani, Pak Itam beralih pada sasaran lain pada tubuh cikgu jelita ini. Pak Itam mula mencium dan menjilat puah dada Khairani sambil menguli dan meramas dengan lembut.
Khairani terpesona dengan tindakan Pak Itam yang lembut dan mesra itu. Dia lupa seketika pada Jenal. Dia lupa seketika pada Mat Jodi. Dia juga lupa janjinya pada Jenal untuk tidak menyerahkan apamnya pada lelaki lain. Walau pun hajatnya bertemu Pak Itam untuk dapat rawatan, kini berubah pula kepada memuaskan kehendak syahwat dan berahinya. Khairani semakin tenggelam dengan permainan Pak Itam.
Khairani tersentak apabila dia berasa bibir dan lidah Pak Itam mula menyentuh kemaluannya. Dia mula menggeliat manja apabila menerima sentuhan bibir dan lidah Pak Itam di kemaluannya. Tangan Khairani mula mengusap kepala Pak Itam meminta supaya bomoh itu bertindak lebih ganas pada kemaluannya.
“Ooooooo… Pak Itam…. Sedap Pak Itam…. Sedap lidah Pak Itam….” Khairani mengerang manja.
Pak Itam semakin rakus menjilat kemaluan Khairani apabila mendengar cikgu jelita mengerang manja. Tindakan ini menyebabkan Khairani berasa semakin sedap.
“Adu Pak Itam… aduu… aduuu… aduuuu …. Pak Itammmmmm……” Khairani menjerit apabila rasa sedap itu sampai ke puncaknya.
Khairani mengepit kepala Pak Itam dengan kedua-dua pehanya sambil kedua-dua tangan memaut kepala katil. Kemudian dia berasa ada air keluar menderu-deru dari dalam lubang kemaluannya disertai dengan rasa lazat yang tidak terhingga.
“Sudahlah Pak Itam… sudahlah…. Geli.. gelilah Pak Itam. Saya tak tahannnnn…” Jerit Khairani setelah beberapa kali air nekmat menderu-deru keluar dari kemaluannya akibat jilatan Pak Itam yang tidak henti-henti.
Pak Itam masih tidak menghiraukan jeritan Khairani. Dia bagai mahu menikmati air nikmat Khairani sepuas-puasnya. Dia juga mahu tahu keadaan Khairani setelah mencapai puncak rasa nikmat.
Apabila melihat Pak Itam masih lagi rakus menjilat kemaluannya dan dia pula sudah tidak dapat menahan rasa geli bercampur nilu, Khairani terpaksa menarik kepala Pak Itam.
“Dahsayatlah Pak Itam ni…” rungut Khairani apabil berjaya melepaskan kemaluannya dari jilatan Pak Itam.
“Kenapa cikgu?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Sedap pun geli.”
“Sedap sangatlah Pak Itam. Dah habis rasa sedap datang rasa geli pulak.”
“Oh! Gitu.” Kata Pak Itam sambil terseyum.
“Cepatlah Pak Itam. Masukkan kote Pak Itam. Saya tak tahan ni…”
“Dah geli pun masih nak kote Pak Itam.”
“Geli lidah dengan geli kote lainlah Pak Itam. Dah kena lidah pasti nak kena kote juga.”
“Pelik ya orang perempuan ni,” kata Pak Itam sambil menghalakan zakarnya pada alur kemaluan Khairani yang masih bertaup rapat.
“Apam cikgu macam apam anak dara,” puji Pak Itam sambil menguak bibir kemaluan Khairani dengan kepalanya.
“Kenapa Pak Itam?” Tanya Khairani apabila dia mula merasa kepala zakar Pak Itam mula menyelinap dalam alur kemaluannya.
“Bibir apam cikgu masih bertaup rapat. Macam belum pernah diusik,” jelas Pak Itam.
“Masih kuat kemut,” sambung Pak Itam apabila seluruh zakarnya terbenam dalam kemaluan Khairani.
“Kerasnya kote Pak Itam. Macam besi,” bisik Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam mula bergerak-gerak dalam lubang kemaluannya.
“Sakit ke?”
“Tak. Sedap macam kote laki saya.”
“Masih ingat laki cikgu lagi?”
“Susah saya nak lupakan kote laki saya bila rasa kote Pak Itam ni.”
“Tak takut dia marah?” Tanya Pak Itam mula mencium pipi gebu Khairani.
“Macam mana dia nak marah. Dia bukan tahu,” jawab Khairani sambil memaut bahu Pak Itam. “Kita main puas-puas ya Pak Itam.”
“Tapi cikgu kena ambil MC dulu.”
“Kita main puas-puas dulu ya Pak Itam. Lepas tu kita pergi klinik ambil MC?” Khairani sudah mula dapat menyesuaikan diri dengan Pak Itam lelaki yang baru dikenali itu.
“Suka hati cikgulah.”
Pak Itam mula menggerakkan zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani dengan laju berulang kali. Semakin laju gerakan zakar Pak Itam semakin sedap Khairani rasa. Semakin sedap dia rasa makin kuat dia merengek dan mengerang. Sepanjang hari itu mereka tidak henti-henti membuat kerja terkutuk itu. Mereka berehat hanya untuk mengambil cuti sekait selama dua hari.
2K notes
·
View notes
Text
Leman 6/7
Minggu yang mendatang sangat sibuk bagiku. Beberapa hari aku balik lewat untuk menyiapkan kertas kerja dan memastikan semua persiapan berjalan dengan lancar untuk Kem Cemerlang SPM itu. Terima kasih kepada sponsor, kami telah diberikan dewan hotel 4 bintang di Cameron Highland untuk mengadakan kem cemerlang ini bersama dengan cukup bilik untuk semua pelajar yang berjumlah di dalam 60 orang itu.
Bagi para guru, kami diberikan sebuah bilik untuk dikongsi dua orang. Aku dan Ustazah Hani sepatutnya berkongsi bilik. Tetapi oleh kerana rumah ibu mertua ustazah Hani kebetulan sangat berdekatan dengan hotel, Ustazah Hani mengambil keputusan untuk berulang alik sahaja.
Hari pertama dan kedua Kem Cemerlang itu berlalu seperti biasa, oleh kerana aku perlu menguruskan penceramah jemputan, aku sedikit sibuk sehingga mereka pulang. Dan aku hanya dapat melihat Leman dari jauh. Entah mengapa, kalau dikira pangkat, umurku yang 24 tahun ini merupakan kakak kepada Leman yang berada di Tingkatan 5.
Tetapi...
Aku menarik nafas dalam.
Setelah memastikan dewan yang digunakan itu kemas dan sedia untuk digunakan esok, untuk hari terakhir, aku melangkah keluar dari dewan. Mataku mencari Leman kerana pelajar pelajar sendiri yang membantu untuk mengemas tadi. Mungkin Leman telah pulang ke bilik? Atau lepak bersama rakannya?
Aku menggigit bibir bawah, terasa bersalah kerana mempunyai perasaan begini terhadap Leman. Ya, pantatku berdenyut perlahan meminta lagi apa yang dilakukan dengan Leman minggu lepas, namun bukan hanya pantatku yang berdenyut, aku juga mencintai pelajarku itu. Aku menggeleng kepalaku cuba mengeluarkan Leman dari kepalaku sebelum aku menuju ke bilikku. 3
Sejam kemudian, aku keluar dari bilik air hotel itu lalu aku mengelap tubuhku kering. Baru sahaja aku mencapai Tshirtku, Iphone6 ku bervibrate. Perlahan aku mengambilnya dan melihat nama si penghantar mesej.
Leman
Ustazah dah tidur?
Aku menggigit bibir bawahku perlahan membalas.
Belum, kenapa Leman?
Tak lama, Leman membalas kembali.
Urm... Nak minta ustazah tolong...? Harini kan sepatutnya hari kaunseling... Saya dah buat apa yang ustazah minta... Tak tengok cerita lucah... Tak onani...
Aku membaca mesejnya itu lalu aku letakkan Iphone6ku kembali. Wajahku bertukar merah.
"Dayana... Dayana... Macam mana ni...?" Aku menarik nafas dalam bercakap sendiri. Walaupun kepalaku cuba berfikir apa yang patut aku lakukan, namun dalam hatiku aku tahu apa yang aku mahukan. Iphone6 ku itu aku capai kembali.
403. Datang dalam lagi satu jam. Mesej ustazah bila kamu dah sampai level 4.
Aku tidak menunggu jawapan Leman lalu aku letakkan Iphone6 ku itu ke atas katil. Perlahan aku menarik luggage kecilku dan aku gali pakaikan yang paling bawah. Yang telah aku sediakan jika perkara ini akan terjadi. Di dalam hatiku aku berasa malu, kerana mengharapkan perkara ini akan berlaku.
Dayana... Apa dah jadi dengan aku ni?
*******************
Aku memeriksa diriku sekali di hadapan cermin. Tudung labuhku seperti biasa, menutup hampir ke paras pinggang. Di bawah, aku memakai jubah hitam kosong biasa berbatukan manik manik kecil biru daripada dada hingga ke pinggang, kebanyakannya terlindung oleh tudung labuhku, manakala di tangan jubah itu juga terdapat manik manik biru yang membentuk corak ombak kecil.
Aku menggigit bibir bawah, entah mengapa. Aku memakai make up nipis seperti yang aku biasa pakai ke kelas, bersama lipstik merah jambu lembut yang kena dengan kulit wajahku yang cerah itu.
Tiba tiba, Iphone ku bervibrate.
Ustazah, saya dekat depan lif.
Aku perlahan melangkah ke pintu dan membuka pintu sedikit.
Dah, masuk je. Jangan ketuk.
Aku tidak mahu kalau jiran jiran bilikku mendengar ada orang datang ke bilikku. Aku menarik nafas dalam. Tak lama, aku mendengar langkah dari luar, pintu ditolak lalu Leman masuk ke dalam. Wajahku bertukar merah dan aku dapat menghidu bau wangi sabun dari Leman. Mesti dia pun baru lepas mandi, fikirku.
Aku perlahan menutup pintu bilik hotel itu rapat.
"A... Assalamualaikum ustazah..." tegur Leman memberi salam.
"Walaikumsalam Leman... Urm... Masuklah..." kataku, mempelawanya masuk ke ruang bilik tidur yang mempunyai katil queen size itu. Leman perlahan mengambil duduk di bucu katil sebelum aku menyertainya di sebelah.
"Jadi... Macam mana kem cemerlang ni? Leman rasa okay tak?" soalku. Leman mengangguk.
"Okay... Semua penceramah best best... Faham..."jawab Leman. Aku mengangguk.
"Baguslah... Urm... Betul ke kamu tak onani atau... Tengok video lucah minggu ni?" Soalku kepada Leman. Leman mengangguk.
"Betul ustazah... Apa yang ustazah buat minggu lepas, buat saya rasa nak lagi... Urm... Dan saya sanggup tinggalkan benda benda tu demi ustazah..." jawabnya.
Wajahku bertukar merah mendengar ayatnya itu. Aku menggigit bibir bawah. Melihat bonjol seluarnya yang sudah mengeras itu. Aku senyum nakal sedikit sebelum aku perlahan turun melutut ke celah kakinya. Biasanya Leman yang akan mengeluarkan batangnya, namun hari ini aku ingin melakukan untukknya.
Perlahan tanganku mencapai tali pinggangnya, aku buka. Kemudian aku buka kancing seluarnya itu lalu aku tarik zipnya ke bawah. Leman melihat sahaja perlakuan ustazahnya itu. Selepas itu, perlahan aku menarik seluarnya ke bawah hingga ke buku lali, meninggalkan bonjol Leman tadi hanya bertutupkan boxer kecilnya.
Aku menggigit bibir bawah sebelum tanganku menarik turun boxernya itu juga, mendedahkan batang Leman yang keras padat itu untuk tatapan mataku.
"Urm... Keras sejak bila ni Leman...?" soalku. Wajah Leman bertukar merah sedikit.
"Er... Sejak... Sejak on the way tadi, ustazah..." jawab Leman. Aku menggigit bibir bawah perlahan sebelum aku mencapai batangnya, lalu aku urut ke atas dan ke bawah perlahan, merasakan batang panas beruratnya di dalam tanganku.
"Ummphh... Ustazah...." Erang Leman. Kemudian perlahan aku turunkan wajahku, sebelum bibirku yang lembut ini mengucup kepala batang Leman. Aku kucup kepala batangnya, kemudian aku turunkan bibirku ke tepi, mengucup urat urat Leman yang timbul, sambil aku terus mengurut batangnya ke atas dan ke bawah.
Kemudian, perlahan, aku masukkan batangnya ke dalam mulutku, aku hisap perlahan. Lidahku mula menjilat jilat batang keras Leman di dalam mulutku itu, sedang mata bulatku melihat ke atas ke wajah Leman yang seolah masih tidak percaya, yang ustazahnya yang bertudung labuh melutut di bawah dengan batangnya di dalam mulutku.
Aku mula menggerakkan kepalaku ke atas dan ke bawah, memasukkan dan mengeluarkan batang Leman dari mulutku berulang kali, memberinya nikmat kesedapan dari mulutku dan lidahku. Sambil aku terus mengurut dasar batangnya yang berurat keras timbul itu.
"Ahhh... Ustazah Dayana..." Leman mengerang kesedapan. Aku mahukan dia lebih sedap daripada ini. Perlahan aku tarik batangnya keluar. Aku jilat sedikit dari dasar batangnya terus ke kepalanya. Sambil aku urut batangnya ke atas dan ke bawah. Aku suka melihat Leman bernafsu begitu. Mengapa? Jujur aku tidak tahu.
Aku senyum nakal sebelum aku memasukkan tanganku ke bawah tudung labuhku itu. Hari ini, sengaja aku pilih jubah yang zipnya dari atas dada sehingga tengah dadaku. Aku tarik turun lalu aku keluarkan kedua dua buah dadaku, masih terlindung di bawah tudung labuhku. Aku menggigit bibir bawah sebelum aku menundukkan tubuhku, lalu aku masukkan batang keras Leman itu ke bawah tudung labuhku itu.
"Ummphh... Ustazah..." erang Leman. Tahu apa yang akan mendatang. Aku perlahan kepitkan batangnya ke celah buah dadaku. Aku ramas buah dadaku perlahan di bawah tudung, sebelum aku mula menggerakkan batangku ke atas dan ke bawah, sambil aku senyum nakal kepada pelajarku Leman itu.
"Um... Leman suka macam ni...? Leman suka bila ustazah kepit batang keras Leman macam ni...?" soalku manja. Leman mengangguk.
"Ahhh... suka sangat ustazah... Ummphhh... Sedapnya ustazah..." Erangnya kesedapan. Aku menggigit bibir bawah sambil aku melajukan dayungan ke atas dan ke bawah. Buah dadaku aku kepit semahunya dan sekali sekala sengaja aku gomol gomolkan buah dada gebu montokku itu ke batangnya, memberi erang lebih daripada Leman.
Leman menggenggam cadar katil erat, menahan sedap, dan aku dapat rasakan batangnya berdenyut panas di celah buah dadaku yang bulat itu. Nafasnya dan nafasku semakin laju. Aku melajukan lagi dayugan buah dadaku itu ke atas dan ke bawah, sambil jemariku meramas ramas buah dadaku itu.
"Ummphh... Ustazah..." Leman mengerang penuh berahi.
"Ummm.... Ustazah... S.... Saya nak... Saya nak gesel dekat punggung ustazah pulak... Urm... Boleh?" Soalnya perlahan. Mataku membulat sedikit sebelum wajahku bertukar merah mendengarnya. Aku senyum nakal sedikit sebelum mengangguk.
"Boleh, Leman... Awak nak buat macam mana?" soalku manja sambil aku meneruskan menggeselkan buah dadaku ke batang keras Leman itu.
"Urm... Ustazah berdiri..." Katanya. Aku mengangguk sebelum aku mendayung sedikit lagi. Lalu aku menarik batang Leman keluar dari tudung labuhku itu sebelum menolak diriku berdiri. Terasa jubahku yang longgar kerana zip yang aku buka tadi seolah ingin terlucut, lalu aku zip semula. Leman perlahan bangun sebelum tangannya memegang pinggangku. Mata kami bertemu. Aku senyum malu.
Perlahan, Leman memusingkan tubuhku yang kini menghadap meja kecil hotel itu. Aku sengaja menonggek sedikit, mengeluarkan punggungku untuk pelajarku itu. Leman kemudian tidak menunggu lama, sebelum meletakkan batang kerasnya ke celah daging punggungku yang berlapik jubahku itu. Namun aku dapat rasakan kerasnya dan padatnya batangnya itu di celah daging punggungku.
"Ahhh... ustazah..." Leman mengerang perlahan. Dia mula mendayung, menggeselkan batangnya ke atas dan ke bawah, membenamkan batangnya ke celah daging punggungku itu. Dan perlahan, tangan Leman mula naik dari pinggang, ke buah dadaku di luar jubahku itu. Diramas perlahan buah dadaku yang montok bulat itu, sambil menggeselkan batangnya ke buah dadaku.
"Ummmphh... Leman..." Aku mengerang perlahan. Terasa sedap diramas dan digesel begitu. Aku melihat refleksi ku di cermin, dan aku dapat melihat bentuk tangan Leman yang meramas ramas buah dadaku di bawah tudung labuhku itu. Membuatkan aku semakin bernafsu.
Aku dapat rasakan batang keras Leman digesel semakin kuat dan laju di celah punggungku itu, dan aku mula dapat merasakan nafas Leman di leherku, walaupun leherku masih bertutupkan tudung labuhku. Eranganku dan Leman juga semakin kuat dan laju, dan kami tahu kami berdua mahukan lebih.
Mata kami bertemu di cermin. Dan perlahan, tangan Leman turun dari buah dadaku ke pehaku, perlahan, Leman menarik jubahku ke atas. Seinci demi seinci, jubahku terangkat, mendedahkan kakiku. Dan aku dapat melihat mata Leman membulat sedikit melihat aku tidak memakai apa apa untuk menutup kakiku kali ini.
Tangan Leman masih perlahan menarik jubahku ke atas, sehinggalah jubahku diangkat melepasi punggungku yang bulat dan bogel itu untuknya, sementara bahagian depanku masih menutup celah pehaku. Dan aku tahu dia mahu menyimpannya untuk kemudian. Aku menggigit bibir bawahku nakal. Malu.
"Ummm... Ustazah..." Leman mengerang perlahan sambil mula menggeselkan batangnya kali ini di celah daging punggungku tanpa berlapik. Digeselnya ke hadapan dan belakang, dan aku dapat rasakan betapa keras dan hangatnya batang beruratnya itu di celah daging punggungku. Aku mula memegang meja kecil di hadapanku sebagai sokongan, kerana nafsu yang semakin membuak ini mula membuatkan lututku terasa lemah.
"Ummmphh... Leman.... Leman suka punggung ustazah...?" soalku manja. Leman mengangguk. Tangannya turun meramas punggungku sementara tangan yang satu lagi memegang pinggangku bersama jubahku yang ditarik tadi.
"Ahhhh... Leman...." Aku mengerang kesedapan merasakan tangan Leman yang meramas dan menguli daging punggungku itu, sambil dia mendayung di celah daging punggungku itu dengan penuh nafsu. Aku tahu jika dia mahu, pasti dia boleh hanya menggunakan daging punggungku itu sebagai pelampias nafsunya harini. Tetapi aku dapat rasakan dia pasti mahukan lebih dari punggungku.
Aku pun tidak perasan entah berapa lama Leman menggunakan daging punggungku, sambil tangannya tidak henti henti meramas buah dadaku di bawah tudung labuhku itu. Dan aku tahu dia dapat rasakan putingku yang mengeras di balik helai jubah itu. Kemudian perlahan Leman menarik tangannya dan batangnya sebelum dipusingkan kembali tubuhku.
Mata kami bertemu. Tangannya di pinggangku. Bila difikirkan kembali, aku tidak perasan sebelum ini yang Leman sedikit tinggi daripadaku. Aku menggigit bibir bawah, dan belum sempat aku berfikir apa, bibir Leman bertemu bibirku.
Bibir kami saling ditekan. Aku sedar yang kami berdua tiada pengalaman di dalam berkucupan. Namun berbekalkan apa yang dilihat di televisyen dan cerita cerita lucah, perlahan lahan bibir kami saling bertautan, dan tidak lama, lidah kami mula saling bertemu.
Jubah aku yang ditarik ke atas tadi dilepaskan kembali ke bawah, dan tangan Leman mula meramas ramas tubuhku, dari buah dadaku, punggungku, pehaku. Dan aku biarkan sahaja biarpun aku dapat rasakan batang Leman mencucuk cucuk perutku itu.
Tak lama kemudian, Leman menarik wajahnya.
"Urm... Ustazah... Leman... Leman nak pancut dengan ustazah boleh?" soalnya perlahan. Aku mengangguk.
"B... Boleh Leman... Leman nak ustazah buat macam mana?" soalku.
"Urm... Macam haritu ustazah...? Ustazah duduk atas saya...?" soalnya. Aku perlahan mengangguk perlahan. Leman senyum nakal sebelum dia mengundur lalu mula baring di atas katil. Aku perlahan mengikut Leman. Jubahku ditarik ke atas sedikit, lalu aku mula duduk di atas peha Leman. Aku tutup batang Leman dengan jubahku itu dan aku dapat rasakan batang keras panasnya berdenyut di atas pantatku.
"Urm... Tapi tak boleh masuk tau..." kataku. Dan aku tahu kataku itu kebanyakannya untuk mengingatkan diriku sendiri. Leman mengangguk faham.
Nafasku semakin berat walaupun aku belum bergerak. Perlahan, aku menolak diriku ke atas sedikit, cukup untuk aku letakkan batang keras panas Leman itu di celah bibir pantat daraku itu. Tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhh... Leman...." Aku mengerang manja. Tangan Leman perlahan meramas punggungku sambil aku tahu Leman melihat wajahku yang penuh berahi ini. Wajah ustazahnya yang selalu mengajar subjek Pendidikan Islam, kini duduk di atasnya dengan batang kerasnya.
Nafasku semakin tidak keruan, perlahan, aku menggerakkan tubuhku ke hadapan dan ke belakang. Menggeselkan bibir pantatku yang basah, dara dan tembam itu dengan batang keras, panas dan berurat milik Leman itu.
Nafas Leman juga semakin berat. Aku perlahan melajukan dayungan, ke hadapan, belakang...
"Ahhh.... Ummphh... Leman..." Erangku kesedapan. Walau masih memakai tudung labuhku, dan jubahku masih menutup tubuhku, aku dapat rasakan batang Leman yang kini tidak berlapik itu membuatkan nafsuku semakin tidak keruan. Dan tubuhku melentik di atas batang Leman itu.
"Ahhh... Ustazah..." Leman mendengus sambil tangannya mula meramas punggungku di luar jubahku. Aku tahu dia tidak dapat melihat apa yang terjadi di bawah jubahku ini namun aku tahu dia dapat rasakan yang pantatku sudah begitu basah sekali kerananya.
Aku melajukan lagi gerakku ke hadapan dan belakang. Pantatku berdenyut semakin kuat. Aku dapat rasakan putingku mengeras di bawah jubahku. Dan aku dapat rasakan yang pantatku berrdenyut mahukan lebih dari sekadar digesel diluar bibir. Aku sedaya upaya menolak bisikan syaitan untuk memasukkan sahaja batang Leman itu ke dalamku.
"Ummphhh... Leman... Ahhh... Sedapnya batang kamu ni.... Ahhh.... Macam mana lah rasanya... kalau masuk dalam pantat ustazah...." Soalku tidak sengaja. Aku terlalu lemas di dalam nafsu dan terlalu sibuk menahan diriku daripada menyumbat batang Leman itu ke dalamku sehingga aku tidak perasan apa yang aku cakapkan.
"Ummphh... Kalau ustazah nak tahu... Ahhh... Kenalah cuba..." pancing Leman. Membuatkan darahku berderau mendengarnya. Aku sedikit lagi mahu tewas kepada bisikan nafsu itu. Namun aku menggeleng.
"T... Tak boleh Leman... Ahhh...." Aku mengerang kesedapan, menggeleng sambil aku terus menggeselkan batang Leman itu ke hadapan dan belakang. Memandikan batang Leman dengan air pantatku itu.
Leman mendengus semakin kuat. Aku dapat rasakan batangnya seolah semakin keras.
"S.... Saya minta maaf ustazah..." kata Leman tiba tiba. Ayatnya yang tiba tiba itu membuatkan aku hairan dan berhenti bergerak. Baru sahaja aku ingin bertanya mengapa, tiba tiba tubuhku ditarik turun lalu dibaringkan.
"L... Leman!" Aku mengerang perlahan. Aku tahu tubuhku mahukan ini.
"L...Leman jangan!" Kataku. Namun Leman perlahan menolak pehaku ke atas, mengangkangkan aku sambil menanggalkan jubah aku. Aku kini dalam keadaan berbogel yang tinggal hanya tudung labuh ku saja.
Tubuhnya ditundukkan sambil kepala batangnya mula mengucup bibir pantatku.
"Ummph... Maafkan saya ustazah... S.... Saya masuk ni...." Katanya perlahan. Mata kami bertentang. Wajahku merah. Aku tahu akupun mahukan ini. Dengan perlahan... aku mengangguk, mengizinkan.
Kepala batangnya menggesel bibir pantatku perlahan, sebelum kepala batangnya ditolak masuk ke dalam pantatku perlahan, membawa tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhhh.... Lemannn!" Aku mengerang. Aku dapat rasakan kepala batang Leman membuka bibir pantatku itu, sambil Leman terus menolak perlahan lagi, memasukkan kepala batangnya ke dalam pantat ustazahnya ini. Nafasku mula tersekat mengikut gerak Leman, dan aku dapat rasakan kepala batang Leman kini bertemu penghalangku yang terakhir, lapisan daraku.
Leman melihat ke dalam mataku. Meminta izin. Aku menggigit bibir bawahku perlahan. Nafasku semakin berat, dan aku tahu diriku telah hilang di dalam nafsu serakah yang satu ini.
Perlahan... Aku mengangguk.
Pinggangku Leman pegang erat, sebelum dia menarik nafas, lalu dengan sekali tolak, kepala batang Leman memecahkan nipis daraku itu, membuatkan tubuhku melentik sedikit pedih. Dan batang Leman terus masuk memenuhi pantatku yang ketat dara itu.
"Ahhhhh Lemannn! Ahhhh~~" Aku mengerang sedikit sakit dan sedap. Mataku dan Leman bertemu. Nafas kami juga saling bertemu dengan penuh nafsu. Pantatku mengemut ngemut batang Leman ketat, terasa penuh di dalam pantatku. Nafasku berombak sambil Leman mula mengucup perlahan dahiku. Membuatkan wajahku merah sedikit.
Aku menggigit bibir bawah, dan perlahan Leman mula menarik batangnya, sebelum menolaknya kembali. Mula mendayung ke belakang dan kehadapan perlahan. Matanya sentiasa bertemu mataku. Tanganku mula menggenggam cadar katil itu menahan sedap. Dengan tudung labuhku yang masih menutup kepalaku.
"Ahh... Ustazah... Ketatnya pantat ustazah..." erang Leman. Aku menggigit bibir bawah.
"B... Batang awak tu yang... Umphh... Besar..." Usikku kembali. Leman senyum nakal sambil dia mula menarik dan menolak batangnya semakin laju. Mula selesa dengan ketatnya pantatku itu.
Leman melajukan dayungannya ke hadapan dan ke belakang. Membawa nikmat kepadaku. Tubuhku melentik kesedapan. Dengan setiap tolakan ke dalam pantatku pasti dia akan memenuhkan setiap ruang di dalam pantatku, dan mengucup hujung pantatku. Terasa seolah olah pantatku sememangnya sempurna untuk Leman.
"Ahhhh Lemannnn... Sedapnyaa batang Lemann... Ahhh... Ummphhh..." Aku mengerang kesedapan. Dan perlahan pantatku berdenyut semakin kuat. Aku meramas buah dadaku sendiri dan Leman melajukan dayungannya.
"Ummphh! Ahhh... Ustazaahh... Ahhh Ummphh!" Leman mengerang kesedapan. Mata kami bertemu lagi. Dengan itu Leman mengucup bibirku sebelum menghentak batangnya sedikit, membuatkan tubuhku terangkat kesedapan. Pantatku mengemut kuat sebelum aku terpancut kuat ke batang keras Leman yang masih terbenam di dalam pantatku itu.
"Lemannnn!!! Ustazahhh pancut!! Ummphh!! Ahhhh!!" Aku mengerang kesedapan sebelum aku mula memeluk leher Leman erat. Leman tidak berhenti mendayung, menghentakkan batangnya ke dalam pantatku kuat membuatkan pantatku berdenyut kesedapan.
"Ahhhh ustazaahh!" Leman mendengus sambil tangannya meramas buah dadaku di atas tudung labuhku itu.
"Ustazaahhh.... Saya nak pancut!" Erang Leman. "Ahhh... Pancut kat dalam Leman! Ahhh!!" Aku mengerang kesedapan. Kepuasan.
"Ahhh ustazaahh!! Ustazaahhhh!! Nak pancut!! Ummphh!!" erang Leman. Batangnya berdenyut kuat sebelum memancut mancutkan air mani pekatnya ke dalam rahimku.
"Ahhhh... Ustazah... Ummphhh... Ahhh..." Leman mengerang perlahan. Setelah habis dilepaskan ke dalam rahimku, Leman menarik batangnya keluar lalu mengelap kepala batangnya ke bibir pantatku. Aku senyum nakal sedikit sebelum aku menjilat perlahan kepala batangnya.
Leman senyum puas. Begitu juga aku.
Perlahan, Leman turun dari katil.
"Urm... Ustazah... Saya balik bilik dulu ya? Nanti dorang banyak tanya... Roommates saya tu..." katanya. Aku mengangguk faham. Pantatku berdenyut puas dan masih sedikit pedih dari dara dirodok tadi. Aku menarik nafas dalam.
Aku melihat Leman memakai kembali pakaiannya.
"Umm... Leman... Jangan melancap atau tengok cerita lucah lagi tau.. Leman milik saya sorang je tau." pesanku.
Leman senyum nakal.
"Baik ustazah... Esok masa balik ke Johor saya nak ikut ustazah ya...?" soalnya nakal. Aku mengangguk. Leman senyum sebelum keluar dari bilik hotelku itu.
Aku melihat refleksiku di cermin.
Dayana... Ustazah Dayana... Seorang ustazah yang bertudung labuh, berjubah longgar... Tetapi pantatnya berbekaskan batang pelajarnya sendiri... Berdenyut kepuasan...
209 notes
·
View notes
Text
Leman 1/7
Aku menarik nafas dalam. Aku mulakan langkah memasuki kawasan sekolah yang masih lengang itu. Aku terlalu awal. Mungkin kerana agak teruja dan gementar untuk hari pertamaku mengajar di salah sebuah sekolah menengah di Johor, sejak secara rasmi bergelar guru. Atau di dalam kes ini, ustazah.
Bangunan sekolah yang agak lama itu kelihatan kemas, walaupun sesekali terlihat kotoran kulat kulat dan tapak kasut di sini sana. Dan kalau dilihat betul betul terdapat banyak "seni halus" yang ditinggal di sini sana oleh pelajar.
Aku mula mencari jalan ke pejabat sekolah, dan aku bertemu dengan kerani di situ, Puan Normah. Kami bersembang sedikit dan saling kenal mengenal sambil Puan Normah menyediakan kopi untuk dirinya dan diriku. Oleh kerana masih awal, aku duduk sekali.
"Ustazah kena jaga jaga sikit dekat sini..." Kata Puan Normah. Menghulurkan aku secawan kopi yang berasap halus.
"Kenapa Puan...?"
"Sekolah ni terkenal dekat kawasan sekitar ni sebagai sekolah budak jahat... Jadi budak budak sini nakal nakal... Harapnya dorang tak ganggu ustazah la..hehehe." Kata Puan Normah. Aku mengangguk faham.
Memang biasa terdapat banyak sekolah yang dilabel 'sekolah jahat' hanya kerana seorang dua. Aku tidak mengatakannya namun aku rasa ianya cuma dibesar besarkan. Mungkin tidak semua begitu.
"Kalau ada apa apa... Ustazah bagitau je saya..." Katanya. Aku mengangguk. Dengan itu seorang wanita yang kelihatan berumur, bertudung labuh masuk ke dalam pejabat, punch kedatangan lalu menegur kami.
"Assalamuakaikum Puan Normah..." Tegur wanita tadi Puan Normah menjawab salam sebelum mengenalkan aku.
"Ohhh~ Jadi awaklah Ustazah Dayana... Saya Ustazah Hani umur saya baru 27... Ketua panitia... Lepas perhimpunan nanti, ikut akak ye? Akak akan brief kamu, dan akak akan bagi jadual dan kelas kamu nanti." Aku mengangguk faham. "Okey akak..."
Ustazah Hani mengangguk sebelum meninggalkan kami berdua. Dan kami menyambung bersembang, kali ini mengenai kuih raya yang akan dijualnya nanti. Aku lihat cikgu perempuan disekolah ini semuanya muda².
***********
Aku menarik nafas sekali lagi. Tahu yang kelasku berada di tepi tangga di mana aku berdiri sekarang. Bunyi meriah bising dari dalam kelas dapat didengari. Terasa sedikit berdebar. Aku membaca ayat ayat yang diajar ayahku ketika gemuruh, sebelum aku memulakan langkah. Aku mengukir senyum sambil menapak ke dalam kelas.
Kelas yang tadinya riuh mula senyap, semua pelajar seperti tertanya tanya siapa yang masuk itu sebelum masing masing kembali ke tempat duduk masing masing, dan terdengar seretan kerusi di sini sana.
"Selamat pagi... Ustazah!" Seorang pelajar perempuan mengetuai ucapan selamat, diikuti seluruh kelas.
"Selamat pagi semua..." Aku senyum. Walaupun hatiku masih gementar, aku meneruskan kelas itu sebaik mungkin. Aku sebenarnya sangat risau kerana guru baru tidak sepatutnya mendapat Tingkatan 5 untuk kelas mereka. Tetapi oleh kerana guru Pendidikan Islam kurang, aku dipilih untuk menjaga Tingkatan 5, mujurlah kelas 5 Anugerah ini merupakan kelas yang paling depan.
Kelas hari itu berjalan dengan lancar, sesi perkenalan mengambil satu waktu daripada dua waktu kelas Pendidkan Islam hari itu. Semuanya kerana mereka kebanyakannya banyak celoteh, dan si lelaki pula kuat mengusik. Walaupun aku perasan ada seorang pelajar lelaki yang tidak banyak bercakap, tetapi aku perasan dia selalu melihatku.
Mungkin dia sekadar malu atau memang jenis yang senyap.
************
Beberapa minggu kemudian, aku dipanggil ke bilik disiplin dan kaunseling. Cikgu Syawal, ketua kepada Biro Kaunseling itu mahu bertemuku. Aku yang boleh kata sudah biasa dengan persekitaran sekolah itu datang ke bilik Cikgu Syawal di dalam bilik itu. Biliknya amat kemas sekali, dan aku disambut bau lembut Lavender yang datangnya dari pewangi udara di tepi almari.
"Ustazah Dayana... Terima kasih sebab sudi datang... Meh duduk..." Ajak Cikgu Syawal. Aku senyum menerima pelawaannya itu lalu aku mengambil duduk.
"Macam mana sekolah ni...? Harapnya Ustazah tiada masalah?" Soal Cikgu Syawal yang bagiku agak segak itu. Namun sebagai seorang Ustazah, aku harus mengetepikan semua anggapan begitu. Tidak terlalu melayan.
Aku menggeleng kepala. "Syukur semuanya baik baik sahaja Cikgu..." Jawabku.
"Baguslah... Sebenarnya ada hajat saya panggil Ustazah ke sini hari ini..." Kata Cikgu Syawal.
"Kenapa Cikgu?" Soalku, mendengar nadanya serius.
"Ustazah yang kamu ganti tu, yang kelas 5 Anugerah itu... Sebenarnya salah seorang guru kaunseling dan disiplin kami juga..." Jawab Cikgu Syawal, dan aku seperti tahu ke mana arah perbualan ini akan pergi.
"Okay..." Kataku perlahan, tanda yang aku mendengar.
"Jadi... Kami berharap supaya Ustazah dapat isi tempat kosong tu buat... Boleh?" Dah agak...
Aku membuat wajah risau. "Tapi Cikgu... Saya tak ada background psychology atau... Counselling... Yang saya ada cumalah yang basic basic je..." Kataku. Hanya satu subjek tentang itu diajar di fakulti dahulu. Yang lainnya fokus tentang Aqidah, Tajwid, Tauhid dan pelbagai lagi.
"Saya tahu... Tapi Ustazah jangan risau... Lagipun masalah pelajar sekolah ni yang biasa biasa je... Putus cinta... Keluarga sikit... Kalau kamu terjumpa kes yang berat atau kamu rasa tak boleh handle kes tu, inform dekat saya, saya akan bagi pada cikgu lain..." Jawab Cikgu Syawal.
Aku menarik nafas dalam sebelum melihat wajah Cikgu Syawal yang sedikit berusia itu. Berharap. Aku sedar aku adalah tenaga pengajar yang baru, maka aku diberikan tugas yang orang lain tak mahu. Jika aku tolak, pasti mereka akan kata aku mengada ngada atau lembik.
Takpelah Dayana.. Anggaplah ini pengalaman. Aku berfikir. Perlahan aku mengangguk.
"Baiklah, Cikgu..."
*****************
Seminggu selepas parlantikanku menjadi guru kaunseling dan disiplin di situ, tiada yang datang berjumpa denganku. Baru aku tahu yang di sekolah itu, walaupun dianggap sekolah nakal, tidak ramai yang rela hati datang kaunselling. Yang ada pun cuma beberapa orang, itupun sudah biasa menceritakan masalah mereka kepada Cikgu lain. Maka kerja kami kebanyakannya adalah mengadakan sesi motivasi, kem bina diri dan sebagainya.
Hari itu merupakan hari aku bertugas bersama Cikgu Suraya. Cikgu Matematik yang baru mendapatkan Diploma tambahan di dalam kaunseling baru baru ini. Rajin betul, dah jadi cikgu pun mahu menambah pelajaran. Aku menjadi sedikit cemburu dengannya, dan ingin juga sambung belajar nanti. Tetapi sekarang ini biarlah aku belajar menjadi Ustazah yang baik dahulu. 13
Aku sedang menanda buku latihan pelajar kelas 5 Anugerahku apabila mendengar suara Cikgu Suraya di pintu.
"Ustazah... Ada student nak jumpa..." Katanya. Hatiku berbunga dan berdebar sedikit. Akhirnya ada seseorang yang memerlukan bantuan. Aku mengangguk. "Kejap...!"
Aku cepat menutup buku yang aku tanda tadi lalu mengambil pad alas yang aku dah siap siap lekatkan beberapa helai kertas dan aku capai sebatang pen hitam sebelum melangkah keluar. Cikgu Suraya senyum kepadaku.
"Doakan saya!" Bisikku kepadanya.
Aku sedikit terkejut melihat siapa yang menunggu di ruang menungguku. Leman. Pelajar senyap yang tidak banyak bercakap di dalam kelasku. Mungkin akhirnya dia mahu berkongsi denganku masalahnya? Penyebab dia tidak banyak bercakap?
"Oh, Leman... Dah sedia... Jom?" Ajakku. Leman mengangkat kepalanya sebelum perlahan menolak dirinya bangun, mengikutiku masuk ke bilik privasi yang khas digunakan untuk sesi kaunseling. Kerusi yang diatur dalam bentuk L. Aku mengambil duduk di sebelah kiri dan perlahan Leman duduk di kerusi yang satu lagi.
Dan aku perasan yang dia cuba untuk tidak memandangku.
"Ni... First time awak datang sini ke...?" soalku. Maafkan aku jika aku sedikit janggal, seperti yang aku kata, aku tidak mempunyai latar belakang dalam bidang ini.
Leman mengangguk perlahan. Aku tunduk sedikit.
"Kenapa Leman...? Apa yang buat awak datang ke sini...?" Soalku lembut.
Leman menarik nafas dalam. Dan aku tahu dari wajahnya yang dia sedang berfikir fikir jika dia perlu memberitahuku atau tidak tentang perkara itu.
"Jangan risau... Apa apa yang awak katakan, saya tidak akan keluarkan daripada empat dinding ini..." Kataku cuba menjadi seprofesional mungkin.
Leman kemudian mengangkat matanya melihat wajahku. Pipiku terasa sedikit hangat menerima pandangan itu.
"Urm... Ustazah... Saya ada masalah sebenarnya... Dan... Saya tak pernah bagitahu sesiapapun tentang hal ini... Dan... Tak tahu kenapa... Saya rasa saya boleh percayakan Ustazah..." Kata Leman lembut. Namun cukup untuk telingaku yang di bawah tudung labuh ini menangkapnya.
"Okay... Ceritakan pada saya..." kataku. Menunduk sedikit, tanda aku mendengar.
Leman sekali lagi menarik nafas dalam.
"Urm... Saya sangat ketagih dengan... Urm... Cerita lucah... Dan... Melancap..." Kata Leman perlahan. Dan perkataan yang belakang itu diperlahankan dari yang lainnya. Membuatkan mataku terangkat sedikit mendengarnya.
"C...Cerita lucah dan... melancap...? Maksud awak... Onani...?" Soalku. Pernah mendengar perkataan itu, dan tahu ianya apa. Cuma selama ini tidak pernah dipandang olehku perkataan lucah itu.
Leman mengangguk.
Aku menarik nafasku dalam. Wajahku bertukar merah sedikit. Tidak menyangka ini kes pertamaku. Dalam kepalaku sibuk ligat mencari apa yang harus aku katakan.
"Macam mana awak boleh... urm... Start benda ni...?" Soalku. Teringat yang aku harus mengetahui puncanya dahulu.
Leman kembali memandang ke bawah.
"Saya... Saya terjumpa cerita lucah dalam laptop... Kakak saya..." jawab Leman. Mataku sedikit membulat, mendengarnya.
"Kakak awak...? Kakak awak dekat mana sekarang?" Soalku ingin tahu.
"Urm... Kakak saya sekarang study dekat KL..." Aku mengangguk mendengarnya. Sejujurnya, aku tidak pernah menonton cerita lucah. Maka aku tidak tahu apa sebenarnya yang Leman lihat di dalam video itu. Maka aku cuba untuk tidak terlalu spesifik dngan apa yang dilihat.
"Okay... Boleh awak bagitau Ustazah... Berapa kerap awak tengok video lucah dan... Berapa kerap awak... Me... Onani...?" Soalku. Cuba untuk mengelak menyebut melancap. Kerana perkataan itu bagiku terlalu lucah untuk dikatakan oleh Ustazah sepertiku.
Leman kembali tunduk, dan aku perasan sekali sekala matanya mengintaiku.
"Urm... Cerita lucah... Pagi... Sebelum pergi sekolah... Atau... Malam... Sebelum tidur... Kalau melan... Er... Onani pulak... Hari hari... Sekali sehari paling kurang... Kalau lagi... Kalau lagi selalu turn on... Lagi selalu..." Jawabnya perlahan. Aku mengangguk faham.
"Apa jadi kalau kamu tak... Tak onani...?" Soalku.
"Saya... Saya tak tahu... Saya cuma jadi tak tahan... Dan kadang kadang... Saya terpaksa onani untuk... Kurangkan horny saya... Sebab kalau makin saya horny... Makin saya tak boleh fokus..." Jawabnya.
"Macam sekarang..." katanya.
Mataku membulat mendengarnya.
"Ustazah... Saya... Saya nak melancap depan Ustazah boleh?" soalnya.
Aku tersentak sedikit mendengar soalan itu. Dan aku pasti aku tidak pernah belajar dahulu apa yang harus aku lakukan di dalam posisi ini. Leman bukannya mahu buat apa apa ke atasku, dia Cuma mahu... Er... Melegakan dirinya?
"Boleh Ustazah...? Urm... Kalau tak batang saya... Sakit..." Jawabnya. Dan aku tidak tahu jika ianya betul atau bohong tambahan untuk meminta simpatiku. Wajahku yang putih gebu itu bertukar merah. Rasa bersalah, takut dan malu melanda diriku.
Tetapi jauh di dalam hatiku syaitan telah berbisik kepadaku. Urm... Aku pun nak tahu jugak macam mana onani tu...
"Er... Saya... Urm... B... Baiklah..." Jawabku. Aku memegang pad tadi sedikit ketat, menjadi gemuruh dan gementar.
Perlahan Leman membuka tali pinggangnya, lalu seluar hijau pekatnya itu ditarik turun. Aku cuba untuk melihat namun mataku tetap kembali ke Leman. Bahagian kemaluan Leman tertutup dengan uniform kemeja putihnya yang labuh itu. Tangan Leman perlahan menarik seluar dalamnya ke betis, sebelum ditarik uniformnya ke atas, mendedahkan bahan onaninya selama ini.
Nafasku terhenti sedikit dan mataku sedikit membulat. Jujur, ini kali pertama aku melihat batang zakar. Betul, aku tidak pernah menonton filem lucah. Walhal filem filem di TV atau yang aku tengok di laptop pun akan aku skipkan. Yang aku pernah tengok pun yang grafik seperti di dalam buku teks sekolah sains dahulu.
Tak pernah aku sangka yang ianya boleh keras begitu. Mencanak ke atas. Dan aku tidak pernah tahu yang batang zakar boleh berurat seolah olah berotot begitu. Wajahku bertukar merah. Perlahan jari Leman menggenggam batangnya yang keras itu, lalu diurutnya ke atas dan ke bawah, membawa nafasnya semakin berat.
Mata Leman perlahan naik dari lantai ke arahku. Aku mengalih pandangan, malu. Dan pandanganku pergi kea rah cermin tinggi yang baru aku perasan ada di sebelahku. Melihat diriku yang memakai tudung labuh sarung kosong yang tidak perlu aku balut balut. Dan mengenakan ia dengan jubah biru pekat bersama manik kecil yang membentuk corak di lengan jubah. Dapat dilihat juga handsock ku yang lebih sedikit daripada pergelangan tanganku itu.
Aku tahu biasanya cermin ini digunakan untuk meningkatkan keyakinan pelajar. Ada steps steps yang perlu aku belajar untuk aku gunakan teknik cermin ini.
Namun masalah hari ini aku tidak pasti apa yang harus aku lakukan.
Dari cermin itu aku dapat lihat Leman sedang menatapku. Dan bukan hanya diriku, malah lebih spesifik. Dia sedang melihat dadaku. Aku cuba melihat dadaku di cermin, aku pasti buah dadaku tidak tertonjol seperti guru guru yang lain kerana tudung labuh ini. Namun adakah aku silap?
"Erm... Leman tengok apa tu...?" Soalku. Leman tersentap sedikit, namun dia terus mengurut batangnya.
"M... Maafkan Leman, ustazah... Leman... Leman tengok buah dada Ustazah..." jawab Leman jujur.
Aku memusing kembali pandangan menghadapnya sedikit terkejut.
"N... Nampak ke...?" Soalku. Leman menggeleng, memberiku rasa lega.
"Tak nampak, tapi... Ummphh.. Kadang kadang bila Ustazah gerak... Tudung labuh ustazah tu gerak sekali... Ahh... Tertarik... Ummph... Dia jadi ketat... Waktu tu... Nampaklah sikit..." Jawab Leman.
Mungkin inilah sebab lelaki disuruh menundukkan pandangan, kerana sebaik mana pun perempuan itu menutup aurat, ada masa yang tidak dapat dikawal. Dan mata lelaki sememangnya laju menangkap benda benda begini. Aku menggigit bibir bawah perlahan.
Aku perasan pandang Leman turun pula ke pehaku. Kali ini aku perasan. Kain jubah yang aku pakai itu agak licin, maka ketika aku duduk, ia mengikut graviti, memeluk isi pehaku, mendedahkan bentuknya. Dan oleh kerana warnanya itu, ia melantunkan cahaya, memberi kesan bulat dan lekuk kepada pehaku itu. Perlahan aku menarik jubahku, melonggarkan ia.
"Ummph... Maaf Ustazah... Ahh... Biasa kalau saya onani... Saya... Saya kena tengok cerita lucah... Umphh..." Jawab Leman.
"Jadi... Sebab cerita lucah tak ada... Awak tengok saya ya...?" Soalku cuba menjadi sedikit garang. Leman mengangguk.
"Kalau tak...?" Soalku.
"Kalau tak... Lagi lambat saya... Pancut..." Jawabnya. Maksudnya, kalau dia tengok cerita lucah, dia akan pancut cepat? Dan benda ini akan habis cepat? Dan aku boleh berikan kes ini kepada guru lain? Mungkin Cikgu Syawal?
Aku yang mendengarnya itu perlahan mencapai telefon bimbitku di atas meja. Aku membuka kuncinya lalu ku hulurkan kepada Leman.
"Nah... tengoklah... Habiskan cepat... Supaya... Kita boleh bincang... Solusi..." Jawabku gementar.
Wajah Leman bertukar merah sebelum dia mengambil Iphone 6ku itu lalu menype sesuatu di dalam Google search. Tak lama, kedengaran suara suara berahi daripada Iphoneku itu. Dan aku perasan urutannya semakin laju ke batangnya.
Nafasnya juga seperti semakin laju.
Tanpa sedar wajahku bertukar merah dan perhatianku semakin lama semakin aku biarkan jatuh ke batangnya yang padat keras itu. Tangannya mengenggam dan mengurut batangnya itu erat, dari dasar batang ke kepalanya. Baru aku perasan yang kepala batangnya sudah basah dengan air. Air apa itu?
"Ummphh... Ustazah Dayana..." Leman mengerang memanggil namaku. Menarik aku dari pukauan batangnya itu. Aku perasan yang dia sudah berhenti melihat Iphoneku itu.
"Maaf Ustazah... Ahh... Saya tak boleh tengok... cerita lucah kalau... Ustazah ada... ahhh... Maafkan saya Ustazah..." erang Leman perlahan. Iphone6 ku diletak ke atas meja. Kepalaku menyuruh aku lari kerana sebahagian dari diriku mengjangkakan yang aku akan diterkam.
Namun hanya mata Leman yang menerkam tubuhku. Matanya meliar ke wajahku, ke dadaku, ke lenganku... Ke pehaku... Wajahku merah dipandang sebegitu bernafsu sekali.
Aku berasa sangat malu. Cepatlah habis! Fikirku.
Dengan itu, Leman mengerang kuat.
"Ahhh Ustazahh!! Ustazahh!" Leman mengerangkan namaku lagi dan kali ini urutannya semakin laju. Dan dengan itu, tiba tiba kepala batangnya memancut mancutkan air mani pekatnya merata rata.
"Leman!!" Aku menjadi terkejut dan aku cepat cepat menarik kakiku, mujurlah batang Leman ketika itu dihalakan ke atas, maka kebanyakan air maninya jatuh dan meleleh ke batangnya atau tubuhnya sahaja. Dan aku berasa terkejut melihat buat pertama kali apa itu "air pancut". Dan melihat pertama kali bagaimana lelaki orgasm.
Tangan Leman masih mengurut batangnya, dan aku dapat melihat air maninya meleleh dari kepala batangnya, seperti gunung berapi yang baru lepas meletus. Aku menggigit bibir bawah apabila bau aneh seperti bau clorox mula memenuhi bilik kecil kaunseling itu.
Nafas Leman kembali perlahan sebelum dia bersandar. Wajahnya sedikit terkejut dengan apa yang baru sahaja terjadi.
"S... Saya minta maaf ustazah... Saya tak tahu macam mana boleh jadi macam ni..." Katanya. Aku perlahan kembali membetulkan dudukku setelah pasti yang tiada air maninya di carpet yang berdekatan denganku.
"Takpelah... Awak... Awak dah lega kan...?" Soalku. Leman mengangguk.
"Terima kasih, ustazah..." katanya. Aku cuba mengukir senyuman sebelum aku mengambil kotak tisu di sebelahku lalu aku letakkan ke atas meja.
"Sebab awak yang buat 'sepah'... Awak kena kemaskan... Lepas awak habis cuci apa yang awak kotorkan, kita bincang macam mana nak atasi masalah ni... Boleh?" Soalku. Leman senyum buat pertama kali.
"Boleh ustazah"
***************
Malam itu, aku sedang melakukan research sedikit untuk mengajar esok. Tajuk yang akan aku ajari itu bukanlah asing bagiku namun ada beberapa benda yang aku hendak pastikan sebelum aku menurunkan ilmu kepada anak anak muridku esok.
"Ala... Slow pulak wifi..." Aku bersyukur kerana bilik sewa yang aku pilih itu disertakan dengan wifi. Namun ada masa wifinya perlahan seperti sekarang. Mujurlah tidak selalu.
Chrome di skrin laptop masih loading sebelum mengeluarkan gambar dinosaur pixel itu.
No internet.
"Hmm... Pakai phone je la..." Nasiblah aku bukan jenis yang selalu layan media sosial, jadi aku masih menggunakan prepaid dan internet yang aku langganpun masih banyak. Aku mencapai Iphone6 ku lalu laju mencari Google Chrome.
Icon merah biru hijau itu aku sentuh perlahan, sebelum keluar sesuatu yang aku lupa.
Laman web lucah yang Leman tonton siang tadi!
Oleh kerana video itu sedang di'pause', maka gambarnya kabur. Namun aku dapat lihat bentuk tubuh lelaki dan perempuan di belakang kabur pause itu.
Aku ingin tahu apa yang membuatkan Leman sebegitu sekali. Dan apa yang membuatkan kebanyakan remaja zaman sekarang begitu obses dengan seks.
Aku yang pada asalnya berniat hanya "ingin tahu", menekan butang play.
215 notes
·
View notes
Text
Leman 2/7
Seminggu telah berlalu sejak pertemuanku dengan Leman, pelajar kelasku yang menemuiku di Bilik Kaunseling tempoh hari. Niatku untuk memberikan kes itu kepada guru lain terbatal, kerana bagiku Leman sendiri datang kepadaku, bermakna, dia percayakan aku. Lagipun, masalah dia ini, jika aku beritahu kepada cikgu lain, pasti dia akan terasa malu.
Seminggu juga aku telah menghabiskan masa terluangku di rumah dengan menonton filem lucah dari laman web yang ditinggalkan Leman di dalam telefon bimbitku tempoh hari. Ingin tahu apa yang membuatkan remaja itu begitu... bernafsu sekali... Namun aku kurang faham.
Cuma banyak benda, 'terms' yang aku tidak faham. Dan aku pernah mendengar bahawa cerita lucah ini tidak sama dengan seks sebenar, adakah itu bermakna tak semua yang berlaku di dalam filem lucah ini akan berlaku selepas aku kahwin nanti?
Walaupun aku harus mengaku... Tubuhku terasa hangat menonton aksi yang berlaku di dalam Iphone6 ku itu.
"Okay... Semua... Jangan lupa siapkan kerja rumah yang saya bagi tu ye? Jumpa kamu lusa... Assalamualaikum..." Aku memberi salam sambil mengambil begku lalu aku melangkah keluar, mendengar jawab salam yang agak bersepah dari kelas itu.
Sedang aku berjalan tiba tiba Leman mengekoriku.
"Er... Ustazah..." Aku memusingkan tubuh, sedikit terkejut.
"Ye, Leman?"
"Erm... Harini appointment saya still jadi kan?" Soalnya. Tak mungkin aku lupa appointment yang satu ini. Mengingatkan apa yang terjadi minggu lepas, wajahku bertukar merah sedikit.
"Er... Ha'ah... Jadi... Saya nak dengar updates dari kamu... Datang macam minggu lepas ya?" Soalku. Leman mengangguk laju.
Aku memberi salam sebelum melangkah ke bilik guru, ingin mengambil buku yang telah ditanda untuk diberikan kembali kepada kelas yang seterusnya.
**********
Aku duduk seorang diri di dalam pejabat itu, kerana Cikgu Suraya telahpun berada di dalam bilik kaunseling selepas seorang pelajar perempuan datang dengan mata yang merah. Sedang aku membaca artikel mengenai teknik mengajar di Iphone6 ku, tiba tiba pintu pejabat diketuk. Aku perlahan menolak diriku bangun, membawa pad yang dah dikepil kertas kosong dan nota minggu lepas itu bersama.
Leman menunggu di pintu, dan aku perasan sesuatu yang positif darinya. Satu senyuman.
"Assalamualaikum Leman... Jom?" Soalku. Leman mengangguk sambil menanggalkan kasut. Aku membawa Leman kali ini ke bilik kaunseling 2, bersebelahan dengan bilik yang aku bawa Leman hari itu. Bilik ini besar sedikit daripada hari itu, namun susunan kerusinya masih sama dalam bentuk L. Aku dan Leman mengambil tempat duduk seperti minggu lepas.
"Okay... Jadi, ceritakan pada saya... Ada progress?" Soalku sedikit teruja. Leman senyum bersalah sebelum menggelang.
"Maaf Ustazah... T... Tak ada..." Katanya perlahan.
"Maksudnya... Awak still onani setiap hari... Tonton video lucah tiap hari...?" Soalku. Leman mengangguk. Aku menarik nafas dalam.
"Saya cuba... Tapi ada satu video tu saya asyik teringat... Dan saya tak tahan... Saya tengok balik... Sambil onani..." jawabnya.
Spontan aku bertanya.
"Video yang mana...?" Riak wajah Leman seperti terkejut sedikit. Sebelum membuka mulut.
"Urm... Yang... Cikgu dia goda dia tu... Gesel geselkan bontot dia dkat student tu..." jawabnya. Dan aku tahu kalau aku mahu dia pasti akan teruskan. Cuma aku tidak perlukannya, kerana aku telah menontonnya juga. Ianya video yang Leman tinggalkan pause di Iphoneku minggu lepas.
Wajahku bertukar merah sedikit.
"Yang... Yang lepastu... Cikgu tu hisap... batang budak lelaki tu kan...?" Soalku. Wajah Leman sedikit terkejut mendengar apa yang aku katakan.
"U... Ustazah tau?"
"Erm... Ingat tak kamu ada guna phone saya haritu? Kamu tinggalkan pause macam tu je... Saya... Saya tengokla sikit..." Kataku menipu. Kerana aku tengok habis setiap saat video itu.
"Urm... Ustazah paling suka part mana...?" Soalnya. Wajahku bertukar merah. Tidak tahu bagaimana hendak menjawab soalan yang itu.
"Er... Saya tak ada suka part mana mana pun, Leman... Saya nak tengok sebab... Curious je..." Jawabku. Leman mengangguk, walaupun aku tahu nampak serinya di dalam wajah. Mungkin dia gembira yang ada perempuan yang pernah menonton filem lucah yang ditontonnya?
"Tapi awak tahu kan... Semua tu berlakon je... Fantasi je...?" soalku. Leman mengangguk. "Saya tahu... Tapi tulah... Nak buat macam mana, fantasi lagi best dari realiti..." Katanya.
Dan aku harus mengakui betul katanya. Kalauu nak diikutkan siapa sahaja yang mahu hidup di dunia yang penuh pancaroba dan dugaan ini.
"Ustazah... Urm... Saya rasa saya kena melancap sekarang..." kata Leman tiba tiba. Mataku jatuh ke bawah, bonjolnya mengeras di dalam seluar hijaunya itu. "Dah... Sakit ni..." katanya perlahan.
Aku mengangguk perlahan dengan wajahku yang semakin merah. Sudah menganggak yang perkara ini akan berlaku.
Kali ini Leman membuka seluarnya makin laju, dengan mudah dia menghunuskan batangnya ke atas, lalu diurut urutnya laju. Aku dapat melihat air mazinya mula mengalir ke luar.
"Urm... Kalau perempuan yang urut batang kamu tu... Dia rasa apa...?" Soalku tiba tiba. Persoalan yang aku ada di belakang kepala sejak melihat filem lucah hari itu terkeluar tanpa sengaja.
Leman juga terkejut mendengar soalanku. Dia memberhentikan urutan. Perlahan dia menarik tangannya. Membiarkan batangnya mencanak sendiri. Aku menggigit bibir bawahku.
"Kalau ustazah nak tahu... Urm... Apa kata ustazah cuba...?" soalnya sedikit ragu ragu.
Mataku membulat mendengar pelawaannya. Walaupun aku tidak pernah belajar tentang ini, tetapi aku tahu ini adalah salah. Aku tidak sepatutnya ada 'physical contact' dengan 'client' ku. Dan itu belum lagi mengira halal haram bukan muhrim.
Dan sekali lagi, seolah olah ada suara syaitan membisik di hatiku. Kalau berlapik...?
Mataku dengan sendirinya melihat keliling mencari apa apa untuk dijadikan bahan lapik. Separuh dari diriku berasa lega tidak menjumpai apa apa. Sebelum tanganku tersentuh tudung labuhku itu. Wajahku merah. Betul ke aku nak buat ni?
Perasaan ingin tahuku membuak buak. Dan perasaan ingin tahuku inilah yang membantu aku mendapatkan 4 flat waktu di university hari itu. Kerana segala yang aku tidak faham pasti aku akan mencari jawapannya. Cuma aku tidak sangka 'nafsu' ku yang itu akan membawa aku ke titik ini hari ini.
Perlahan tanganku masuk ke bawah tudung yang labuh itu, lalu aku turun, melutut di celah kaki Leman. Aku dapat lihat wajah Leman sangat tidak percaya dengan apa yang sedang dia saksikan.
"Ustazah..." erangnya. Walaupun aku belum menyentuhnya.
Aku membawa tanganku yang berlapikkan tudung labuh itu lalu aku genggamkan ke batang Leman. Mataku sedikit membulat, terkejut. Batangnya keras, terasa padat, dan... panas. Walaupun berlapikkan tudung labuhku itu, aku dapat merasakan setiap urat yang timbul di kelilingnya.
"Ahhh... Ustazah..." Erang Leman. Tangannya mencapai kepalaku tetapi aku sempat menepis. Aku menjelingnya sedikit. Mungkin aku akan lakukan ini untuknya, namun sampai situ sahaja. Leman senyum malu.
"M... Maaf ustazah..." katanya.
Pandangku kemudian turun kembali ke batangnya yang keras itu. Nafsuku mengajakku supaya menjilat batangnya itu seperti di dalam filem lucah tempoh hari, tetapi bukan itu yang aku mahukan... Sekarang... Aku menggigit bibir bawahku sambil aku mula mengurut batangnya ke atas dan ke bawah, seperti yang dilakukan Leman tadi.
Berlapikkan tudung labuhku itu, aku terus mengurutnya. Dan terasa nafasku semakin berat.
"Ahhh... Ustazah... Ummphh..." Leman melihat wajahku yang hanya beberapa inci dari batangnya yang berdenyut itu. Tanganku yang masih berlapikkan tudung labuh purple itu mengurut batang Leman semakin laju dan semakin ketat.
"Ahhh... Ustazah... jangan kuat sangat..." Katanya. Aku cepat cepat melonggarkan sedikit genggamanku sebelum aku terus mengurut batangnya ke atas dan ke bawah. Aku dapat rasakan batangnya yang panas dan keras itu berdenyut kuat di dalam tanganku.
"Urm... Awak pernah ada... orang buatkan untuk awak..?" Soalku sambil aku menukar tangan masih berlapikkan tudung, terasa lenguh sedikit, aku terus mengurutnya ke atas dan ke bawah, dapat aku rasakan kulit batangnya bergerak mengikut gerak tanganku itu.
Leman menggeleng.
"Ahhh... Tak ada ustazah... Ummphh... Ustazah first... Ahh... Sedapnya ustazah..." Puji Leman membuatkan hatiku sedikit berbunga. Aku teringat salah seorang pelakon lucah memusing musingkan tangannya sambil mengurut, lalu aku meniru pergerakan tersebut. Mujurlah tudung labuhku ini mencapai paras pinggang, senang bagiku menggerakkan tanganku berlapikkannya.
"Ustazah! Ummphh... Ahhh... Sedapnya... Kalau macam ni... Ahh... Saya rasa nak pancut dah..." Erang Leman kesedapan. Tangannya menggenggam kerusi erat, tahu yang kalau dia melepaskan tangannya pasti dia akan cuba menyentuh aku lagi.
Aku menggigit bibir bawah, sedar yang aku tak fikir habis, kalau dia pancut, nak pancut ke mana??
"Ahhh ustazahh! Ustazahh!!" Leman mengerang kuat dan aku dapat rasakan batangnya berdenyut kuat di dalam tanganku, dengan itu, Leman melepaskan air maninya mengenai wajahku.
"Leman!! Ummph!" Aku menutup mulutku sambil aku membawa tudung labuhku lalu aku tutup kepala batang Leman, membiarkan air maninya memancut mancut ke tanganku yang juga berlapik itu sambil aku terus mengurut batangnya itu.
Tertutup, aku tidak dapat melihat apa yang terjadi tetapi aku dapat rasakan setiap das mengenai tapak tanganku, dan mula meleleh ke tanganku yang sedang mengurut itu. Walaupun berlapik, air mani Leman mula meresap ke dalam tudung.
Aku dan Leman menarik nafas dalam. Aku biarkan sehingga air pancut Leman habis keluar, sebelum aku menarik tanganku yang berlapik tudung itu. Aku melihat tudung labuhku yang kini kotor dengan air mani Leman, putih, pekat dan melekit membasahi tudung labuhku itu.
"Ahh... Sedapnya ustazah..." Erang Leman. Aku membuka bibirku dan aku perasan ada yang terkena wajahku tadi. Aku spontan menjilat air maninya yang dibibirku sebelum aku perasan apa yang aku buat, terus aku tarik sedikit bahagian tudungku yang bersih lalu aku lap bibirku, lidahku dan sedikit di hidungku.
"Ummph... Tapi sekarang ni macam mana...? Takkan ustazah nak keluar macam tu...?" Leman menarik tisu yang tersedia di atas meja lalu mengelap batangnya. Tudungku ini tidak akan bersih hanya dari tisu. Aku menggigit bibir bawah.
"Pakai seluar... Lepastu... Urm... Tolong ustazah boleh?" soalku. Dia mengangguk laju.
**************
Tudung labuhku yang kini tercemar dengan air mani Leman ku simpan di dalam plastik. Kepalaku kini berganti dengan tudung bawal bidang sederhana, yang cukup cukup menutup buah dadaku. Sedang aku mengemas, Cikgu Suraya keluar dari bilik kaunseling 1 bersama pelajar perempuan tadi.
Lamanya, fikirku.
Setelah pelajar perempuan itu pergi, aku mengambil kunciku lalu begku diambil bersama beg plastik tadi. Cikgu Suraya yang baru masuk sedikit terkejut.
"Eh, ustazah bukan pakai tudung lain ke tadi?" Soalnya.
Wajahku merah, mengingatkan sebab jadi begini.
"Ha'ah... Tapi tertumpah kopi teruk tadi... Kebetulan Cikgu Nani ada jual tudung, saya beli je la... Pakai terus..." Bohongku. Di dalam hatiku terasa malu. Sudahlah aku baru sahaja mengurut batang pelajarku, kini berbohong pula...
"Ohh... Takpelah macam tu... Hati hati drive balik..." Pesan Cikgu Suraya.
"Terima kasih cikgu, Cikgu balik naik apa?" Soalku.
"Suami saya ambil kejap lagi..." Jawabnya. Aku mengangguk sebelum memberi salam dan menuju ke kereta.
***************
Mesin basuh yang sedang berisi air itu diisi dengan pakaian pakaian yang terpakai selama 3 hari ini. Aku baru sahaja hendak menutup pintu mesin apabila teringat yang aku ada tudung labuh di dalam plastik siang tadi. Aku berjalan ke bilikku lalu tudung labuhku itu diambil bersama plastik.
Bila difikirkan semula... Aku tak pasti jika soalanku terjawab. Apa yang aku rasa bila aku urut batang Leman tadi? Seronok...? Puas...? Bernafsu...? Dan aku tahu jawapanku ialah ya untuk semuanya.
Seronok ketika aku dapat rasakan batangnya yang keras dan panas itu di dalam mulutku. Seronok mendengar erangan Leman yang berpuncakan tanganku itu. 1
Puas ketika Leman memancut mancutkan air maninya untuk diriku.
Dan... bernafsu... kerana aku tahu ia tidak sepatutnya berakhir sampai hanya di situ... Suara syaitan kembali berbisik... Mungkin suatu hari nanti?
Aku melihat keliling kalau tiba tiba housemateku datang. Tiada, aku menarik keluar tudung labuhku itu lalu aku perlahan membukanya. Air mani Leman telah kering. Dan bahagian yang kotor tadi terasa keras sedikit. Aku menggigit bibir bawah teringat rasa air maninya walaupun aku cuma terasa sedikit.
Aku kemudian cepat cepat menyumbat tudung labuhku itu ke dalam mesin basuh itu lalu aku tutup pintu mesin tersebut. Biarkan ia berputar sendiri sekejap lagi. Bahaya... Apa yang aku fikirkan ini?
Tetapi aku tahu di dalam hatiku, apa yang akan terjadi minggu hadapan...
146 notes
·
View notes
Text
Leman 3/7
"Urm... Ustazah, saya tahu saya tak patut tanya ni, tapi... Leman tu... Kenapa ya?" Soal Cikgu Suraya ketika kami sedang makan tengahari bersama. Kepalaku terangkat dari mee goreng yang aku makan. Tahu yang aku tidak boleh memberitahunya.
"Saya bukan taknak share, cikgu... Tapi... Bukak aib dia nanti..." dan juga aib aku. Aku menambah di dalam kepala. Yelah, aku pasti tiada di dalam buku teks mana mana kaedah kaunseling yang mengatakan seorang kaunselor sepatutnya mengurut batang pelajarnya! Lebih lebih lagi seorang ustazah! Fikirku.
Cikgu Suraya mengangguk. "Okayla macamtu... Ustazah okay je kan handle kes dia?" Soal Cikgu Suraya lagi. "Setakat ni, okay lagi... Syukur..." Kataku. Cikgu Suraya mengangguk.
"Baguslah kalau begitu..." katanya sambil senyum
"Kenapa senyum?" tanyaku kepada Cikgu Suraya
"Takde apalah" jawabnya
************
Appointment Leman dan hari aku bertugas di Bilik Kaunseling adalah lagi tiga hari. Guideline kaunseling pun mengatakan yang harus ada jarak antara sesi kaunseling. Namun selepas kelas Pendidikan Islamku, sekali lagi Leman datang menemuiku.
"Ustazah... Saya nak cakap sikit boleh?" Soalnya. Aku mengangguk. "Cakaplah..."
"Saya nak jumpa ustazah lepas sekolah boleh?" Aku mengangguk. "Tapi pasal apa ya...?" Soalku, separuh diriku berharap tentang ketagihannya itu, separuh lagi berharap betul kerana pelajaran.
"Urm... Tentang tu..." Katanya. Aku tahu betul tentang apa. "Okay... Tapi harini Ustazah ada dekat bilik guru panitia Pendidikan Islam... Awak datang sana ya...?"
Leman mengangguk sebelum berfikir sesuatu. Bilik guru panitia Islam terletak bersebelahan dengan surau sekolah. Dan seperti bilik guru utama, ianya mempunyai beberapa meja di dalam satu bilik yang agak besar, dan semestinya, kami berkongsi. Ketua panitia pun mejanya ada bersama kami.
"Maksudnya... Tak boleh lah kita nak..." Leman membiarkan ayatnya tergantung. Adakah itu niat asalnya? Mahukan aku 'menolong'nya lagi?
"Urm... Haah... Jadi hari ini bolehla kita focus..." Aku senyum sebelum berjalan meninggalkan Leman yang sedikit kecewa itu.
***********
Aku dan Ustazah Huda sedang berbincang mengenai tajuk yang akan dimasukkan di dalam peperiksaan pertengahan tahun nanti. Tahun ini giliran Ustazah Huda untuk menyediakannya. Dan dia perlu tahu progress setiap kelas, telah sampai bab yang mana, supaya tiada tajuk yang dimasukkan nanti belum dipelajari pelajar pelajar.
Tiba tiba telefon bimbitnya berdering.
"Kejap ye, ustazah..." Aku mengangguk. Ustazah Huda berkata di telefon. Oleh kerana aku cuma mendengar separuh perbualan, aku tidak membuat konklusi. Tidak lama, Ustazah Huda meletakkan panggilan.
"Alamak... Suami saya tak dapat ambil anak saya dari sekolah hari ini... Boleh kita sambung nanti? Saya ni kalau dah balik ni memang tak datang dah..." Katanya dengan wajah kesal.
"Eh, ustazah... Takpe takpe... Pergilah ambil anak ustazah tu... Kalau nak bincang kat whatsapp pun boleh..." Kataku.
Masih dengan rasa bersalah, Ustazah Huda mula mengemas barangnya, lalu beg galas diangkat.
"Saya pergi dulu ya..? Asslamualaikum..." Diberi salam. Aku menjawab salam sambil sedikit melambai, sebelum kembali melangkah ke mejaku.
Bilik guru panitia Pendidikan Islam itu terasa sedikit senyap, aku angkat kepala dari meja dan melihat keliling. Jam menunjukkan pukul 2 petang...
Ustazah Huda sudah pulang dan tidak akan datang lagi untuk hari ini.
Ustaz Azmi MC.
Ustazah Syazwani mengajar nasyid di dewan sehingga Asar.
*****************
Sedang aku sibuk menyemak kerja rumah pelajarku, terdengar ketuk di pintu. Aku menolak diriku bangun lalu membuka pintu, Leman. Aku terlalu sibuk menyiapkan kerjaku yang aku hampir lupa Leman hendak datang.
"Masuklah..." Kataku. Leman perlahan membuka kasut putihnya itu sebelum menapak masuk ke dalam bilik guru panitia Pendidikan Islam itu. Aku menutup pintu dan entah mengapa, aku menguncinya.
Aku membawa Leman ke mejaku, aku duduk di kerusiku dan Leman duduk di kerusi Ustazah Hawa, meja sebelahku yang ditarik sedikit.
"Jadi... Awak nak cakap apa...?" Soalku sambil menyiapkan sedikit lagi sesi menanda.
"Urm... Kan haritu Ustazah... tolong saya...?" soalnya. Wajahku bertukar merah mengangguk. "Ummm... Kenapa?"
"Saya.... Saya tak boleh lupa, ustazah... Boleh ustazah... Tolong saya lagi...?" Soalnya sedikit takut. Mungkin kerana di mana kami berada sekarang. Dan mungkin takut kalau aku marah, kerana dia mula meminta.
"Leman... Hurm... Saya rasa saya tak boleh... Kalau... Kalau awak nak buat sendiri, buatlah... Tapi saya tak boleh tolong... Awak ingatkan apa jadi kat tudung labuh saya haritu..." Kataku.
"Ingat,ustazah... Sebab tu harini..." Leman membawa keluar satu beg kertas yang dibawanya tadi. Aku tidak perasan. Satu bungkusan plastic lutsinar dibawa keluar.
"Saya bawa ni untuk ustazah... Sebagai ganti..." katanya. Aku perlahan mengambil bungkusan plastic itu lalu aku lihat isinya. Tudung? Dan dari gayanya nampak seperti tudung yang biasa aku pakai.
"Er... Leman... Saya tak suruh pun awak ganti..." Kataku mula serba salah.
"Eh tak, saya ikhlas..." jawabnya. Aku menggigit bibir bawah. Terasa serba salah... Mungkin aku patut melakukannya walaupun di sini. Untuk membalas budinya, dan membuang rasa bersalah ini.
"Urm... Kalau macam tu, saya... Saya tolong..." katanya. Perlahan aku membawa tanganku ke bawah tudung labuhku itu.
"Eh ustazah... Jangan guna tudung ustazah... Saya... Saya rasa bersalah buat ustazah susah... kotor semua..." katanya.
"Urm... Habistu... saya tak boleh sentuh awak..." kataku.
Leman perlahan membawa keluar satu lagi plastic sedikit panjang, lalu diberikan kepadaku.
"Ni... sarung tangan muslimah...?" Soalku. Aku jarang memakai sarung tangan ini, kerana biasanya sarung tangan ini dipakai oleh muslimah yang kerjanya mempunyai potensi bersentuhan tangan dengan lelaki lain, ataupun mereka yang berpurdah dan mahu melengkapkan imej mereka.
Leman mengangguk.
"Sebab harganya murah... Boleh buang je... Tak payah ustazah nak basuh..." Aku menggigit bibir bawah. Perlahan aku membuka plastik itu, dan pada waktu yang sama, Leman mula membuka seluarnya. Nafasku menjadi semakin berat.
Sarung tangan yang sedikit nipis itu aku sarungkan, membalut tanganku. Siap kedua duanya, aku melihat ke arah mata Leman yang sudah bersedia. Batangnya sudah mencanak ke atas keras. Aku menggigit bibir bawah sebelum perlahan tanganku yang berbalut sarung tangan muslimah hitam itu menggenggam batang Leman.
"Ummph... Ustazah..." Leman mengerang lembut. Aku mengurut batangnya semakin laju, dan aku pusing pusingkan tanganku seperti hari itu. Aku dapat rasakan batangnya tebal dan hangat di dalam tanganku itu. Dan tak lama, air mazinya mula meleleh keluar.
"Ummm... Leman... Awak... Awak terbayang ustazah buat apa bila awak teringat ustazah tu...?" Soalku sambil terus mengurut.
"Ummphh... Saya... Saya terbayang ustazah melancap... Depan saya... Ahh..." erangnya penuh nafsu. Aku menggigit bibir bawah. Terus mengurut.
"Tapi... ustazah tak pernah melan... urm... onani..." kataku. Entah mengapa perkataan onani itu masih terlalu lucah untukku, walaupun aku sendiri yang sedang melakukan ia kepada pelajarku.
Batangnya berdenyut semakin kuat di dalam tanganku. Lutut kami semakin hampir bertemu. Leman menyandarkan tubuhnya ke kerusi dan aku tunduk sedikit.
"Ummphh... Ustazah cubalah... Ahh..." cadang Leman. Aku tidak menjawab, cuma melajukan sedikit urutan batangnya itu.
Aku teringat apa yang terjadi minggu lepas.
"Leman... Nak... Nak pancut bagitau ustazah ye...?" Leman mengangguk laju. Aku terus mengurut dan mengurut batang Leman yang keras dan berdenyut itu. Kelihatan air mazinya mula meleleh dari lubang di kepalanya. Aku sengaja menggunakan ibu jariku, bermain dengan air mazinya sedikit sambil aku terus mengurut dari dasar ke kepala.
"Ahhh... Ustazah... Ummphh... Sedapnya tangan ustazah... Ummphhh..." Leman mengerang kesedapan. Aku menggigit bibir bawah, terasa sedikit malu walaupun bangga juga.
"Ummphh... Kalau ustazah tak pakai... sarung tangan... umphh... mesti lagi sedap..." pancing Leman. Aku senyum sedikit.
"Mana boleh, Leman... Ummphh..." Kataku. Leman cuma senyum sedikit kecewa. Kerana dia tahu aku mahu mengurut batangnya inipun sudah terlalu baik.
"Ummmph... Ustazah... Ahhh... Saya rasa saya dah nak pancut... Ummphh..." Leman mengerang kesedapan. Kali ini aku sudah siap sedia. Aku mengambil tanganku yang satu lagi lalu aku memayung kepala batang itu dengan tapak tanganku. Aku melajukan urutan sambil aku menggigit bibir bawah. Menantikan.
"Ahhh... Ustazahh... Ustazah!!!" Leman mengerang kesedapan dan aku dapat rasakan batangnya berdenyut kuat di dalam tanganku, sebelum kepala batangnya mula memancut mancutkan air maninya ke tapak tanganku yang berbalut sarung tangan itu.
"Ahh... Leman... Banyaknya..." kataku. Aku terus mengurut dan mengurut, mengeluarkan setiap titis air maninya dan aku biarkan air maninya meleleh ke tanganku. Setelah air maninya berhenti menembak, dan hanya meleleh, aku tarik tanganku yang memayungi tadi sambil terus mengurut. Aku lihat tapak tanganku yang kini dipenuhi air mani pekat melekit Leman itu.
"Ummphh... Ustazah... Ahhh..." Erang Leman kesedapan sambil aku terus mengurut batangnya itu. Setelah pasti yang air mani pekatnya itu berhenti, aku mula mengelap air maninya yang meleleh itu dengan jariku yang mana bersih, membersihkan batangnya itu.
Leman menggigit bibir bawah, melihat ustazahnya mengelap ngelap air maninya yang meleleh itu. Aku gigit bibir bawahku perlahan sambil aku menarik tubuhku ke belakang. Tanganku yang kini penuh dengan air mani Leman itu aku lihat, entah mengapa jariku bermain main sedikit, seronok melihat air mani yang pekat itu.
Leman mula menarik seluarnya kembali, juga menarik diriku daripada air mani tadi.
"Urm... Terima kasih, ustazah..." katanya sebelum bangun.
Aku mengangguk perlahan. Berfikir bagaimana aku hendak membuang sarung tangan ini. Sedang Leman berjalan keluar, Leman berpaling memandangku sebentar.
"Boleh saya dapat number ustazah?"
**********************
11pm. Ketika itu aku sedang bersiap siap untuk tidur. Aku memakai tshirt nipis lengan panjang, tanpa bra. Dan juga seluar panjang track cotton bersama panties nipis. Aku baru sahaja menutup lampu apabila Iphone6ku vibrate. Tanda mesej masuk.
Aku baring sambil mengambil Iphone6 tadi. Kunci dibuka dan aku berasa sedikit aneh, number yang menghantar whatsapp kepadaku tidak aku kenali. Sehinggalah aku membuka isi whatsapp.
Satu link.
Untuk ustazah
Tahulah aku siapa. Leman. Aku perlahan membuka link tersebut, dan link itu membawa aku ke lawan web lucah Leman tempoh hari, Cuma video kali ini berbeza. Hanya ada seorang wanita. Pada mulanya video itu hanya menunjukkan wanita tersebut menunjuk nunjukkan tubuhnya kepada kamera dengan wajah nakal, sebelum wanita itu duduk, dan tangannya perlahan meraba pantatnya.
Mataku membulat melihat. Jadi... Ini ke bagaimana perempuan onani? Fikirku.
Tubuh si wanita lucah itu melentik lentik kesedapan. Nasiblah aku memakai earphone sebelum memainkan video tadi, terdengar erangan penuh nafsu sambil jemarinya bermain main dengan bibir pantatnya, dan dari posisi jarinya, biji kelentitnya juga.
Nafasku terasa semakin berat, dan tanpa sedar, tanganku perlahan menanggalkan seluar dan tanganku bergerak ke celah pehaku yang berdenyut itu.
Mataku terus melihat si wanita tadi. Matanya penuh berahi memandang ke kamera, dengan tangannya yang satu lagi meramas buah dadanya sendiri. Aku menggigit bibir bawah. Tanganku perlahan mengusap pantatku di luar seluar dalamku itu.
"Ahh..." Aku mengerang lembut. Terasa sedap. Tanganku mula mengusap pantatku ke bawah dan ke atas, seperti yang pelakon lucah itu mainkan. Nafasku semakin berat. Tanpa sedar aku mula menekan nekankan pantatku ke tanganku itu. Mahukan lagi.
Aku kemudian meletakkan Iphone6 aku itu ke tepi, sebelum tanganku mula masuk ke dalam seluar dalamku. Aku perlahan mengurut bibir pantatku yang dah basah itu. Ke atas dan ke bawah, sambil tanganku yang satu lagi meramas buah dadaku perlahan. Tubuhku melentik kesedapan dengan telingaku masih mendengar erangan wanita tadi.
"Ummmphh... Ummphhh..." Aku mengerang lagi, cuba untuk tidak terlalu kuat kerana housemates ku ada. Takut jika mereka terdengar perbuatan lucahku itu. Kemudian jemariku mula bermain biji kelentitku, menggentelkan dia laju, membuatkan nafasku semakin erat dan berat.
"Ahh~ Ahh~~ Ahh~" Aku mengerang perlahan. Tanganku yang satu lagi perlahan masuk ke dalam bajuku, lalu aku ramas buah dadaku itu geram. Tubuhku melentik lentik di atas katilku itu, kesedapan.
Aku tidak tahu berapa lama aku mengurut pantatku yang basah itu, dan aku tidak perasan entah bila video berdurasi 6 minit 23 saat itu habis. Namun aku masih mengurut semakin laju, nafasku semakin kuat, dan tubuhku semakin berombak.
Aku... Dah nak pancut ke???
Dan tubuhku menjawab persoalanku itu.
Aku mengenggam buah dadaku ketat sambil tanganku melajukan urutan. Dan tiba tiba tubuh terasa kejang sedikit dengan pantatku yang terasa seolah olah meletup di dalam nikmat, aku dapat rasakan pantatku memancut mancut air pantat jernih di dalam pantatku, dan pantatku berdenyut kuat, merasakan air pantatku mula meleleh keluar laju. 3
"Ahhhh!! Ummmphhh!!!" Aku mengerang kesedapan. Tubuhku melentik tinggi kesedapan sambil aku menutup pantatku dengan tanganku itu, membiarkan ia terus pancut dan pancut.
Nafasku yang berombak berat tadi mula tenang bersama dengan kemutan pantatku yang semakin perlahan. Aku menggigit bibir bawah sebelum aku menarik tanganku dari dalam seluar. Aku lihat air pancutku di jemariku. Jernih dan melekit walau tidak sepekat air mani Leman. Aku menggigit bibir bawah.
Tiba tiba Iphone6ku vibrate sekali lagi. Leman.
Ustazah dah tengok...?
Menggunakan tangan yang satu lagi, aku menaip.
Dah.
Jawabku pendek. Kerana aku tahu aku tak sepatutnya mengadakan hubungan di luar kelas. Lebih lebih lagi kerana ianya bukan kerana pendidikan atau untuk menolong Leman.
Ustazah dah try...?
Aku menggigit bawah, tidak pasti apa yang harus aku jawab. Tetapi jemariku perlahan copy jawapanku tadi, lalu aku hantar kepada Leman.
Dah.
Smiley Leman yang dihantar selepas itu aku abaikan, sebelum membawa diri tidur kepuasan. Sekarang faham, mengapa Leman begitu ketagih...
112 notes
·
View notes
Text
Leman 4/7
Ujian penggal telah berlalu. Dan selama 3 minggu, setiap kali temu janjiku dengan Leman di bilik kaunseling pasti aku akan 'menolongnya' melepaskan air maninya itu. Dan dengan setiap kali itu aku berasa semakin mahukan lebih. Sejak aku sendiri belajar apa itu onani, aku menahan diri sebaik mungkin dari menyentuh diriku sendiri ketika Leman ada. Menahan diri sampailah aku tiba di rumah.
Hari ini aku terlalu sibuk dengan mesyuarat dan kertas kerja, semua ini kerana Kem SPM Cemerlang yang akan diadakan di dalam sebulan dua nanti. Kami perlu mencari penaja, tempat dan sebagainya. Dan mesyuarat itu meleret sampai ke petang.
Aku mengeluh perlahan, sedikit penat ketika aku sampai ke kereta Honda ku itu. Beg yang berisi kertas kerja dan kertas contoh peperiksaan lama aku letakkan ke belakang, sebelum aku masuk ke ruang memandu.
Aku lihat di tingkap, terdapat titis air halus mula jatuh. Hujan ke? Fikirku.
Aku cepat menutup pintu kereta lalu menghidupkan enjin kereta. Satu persatu kereta cikgu cikgu yang menyertai mesyuarat tadi mula meninggalkan kawasan sekolah. Aku membiarkan aircond menyejukkan kereta itu sedikit dan memanaskan enjin kereta, sebelum aku menekan handbrake lalu pedal mintak dipijak.
Perlahan membawa kereta Axiaku itu keluar kawasan sekolah, dan mataku terlihat seseorang yang aku kenal, Leman? Sedang berjalan seorang di luar kawasan sekolah. Dan titis halus tadi bertukar semakin kasar.
Aku perlahan memberhentikan kereta di tepi Leman lalu aku membuka tingkap.
"Leman! Masuklah! Saya hantar." Kataku. Leman sedikit terkejut, sebelum dia senyum lalu masuk ke dalam keretaku. Beg sandangnya dibuka lalu diletakkan ke bawah.
"Terima kasih ustazah..." katanya. Aku mengangguk.
"Kenapa awak balik lambat harini Leman?" Soalku, melihat Leman masih memakai uniform sekolahnya.
"Oh... Ada perjumpaan Kelab Seni tadi, ustazah..." jawabnya. Aku mengangguk lagi.
"Eh, rumah awak dekat mana ya?" Soalku. Leman kemudian memberitahuku cara untuk pergi ke rumahnya.
Hujan semakin lebat, dan aku semakin sukar melihat jalan. Kereta Axiaku itu perlahan memasuki kawasan perumahan teres dua tingkat itu.
"Depan lagi ustazah..." katanya. Aku pun terus memandu keretaku itu sehingga masuk ke kotak parking berbumbung di sebelah rumah hujung itu.
"Ini ke rumah awak?" Soalku, menunjukkan kepada rumah di sebelah. Dia mengangguk.
"Habis... kenapa awak nak saya berhenti dekat sini?" soalku. Dan aku tahu kenapa.
"Urm... Ustazah... Nak tolong saya tak...?" soalnya sedikit takut takut. Aku menggigit bibir bawah, wajahku terasa hangat mendengar permintaan Leman itu.
"Awak ada bawak ke sarung tangan harini?" Soalku, memandangkan kami tidak mempunyai temu janji pun harini.
"Urm... Tak ada ustazah..." jawabnya kesal. Aku tidak tahu mengapa tetapi terasa hatiku sungguh lembut dengan Leman ini. Walaupun dia gatal, tetapi cara dia yang lembut itu membuatkan aku rasa mahu menolongnya. Aku menarik nafas dalam.
"Urm... Kalau macam tu, takpelah... Keluarkan..." kataku perlahan. Kurang pasti dengan apa yang aku mahu buat. Leman senyum nakal sebelum membuka tali pinggangnya, lalu batang kerasnya itu ditarik keluar, mencanak ke atas dan keras.
"Erm... Batang awak ni... Kalau tak keras tak jumpa saya tak sah..." kataku sebelum tanganku perlahan mencapai batangnya, tidak berlapik. Kali ini, kulit tapak tanganku bertemu dengan kulit batang Leman yang keras itu, lalu aku genggam perlahan. Dapat aku rasakan panas batangnya itu di tanganku, membuatkan darahku semakin bergelora.
"Ummm... ustazah..." erang Leman perlahan. Bunyi hujan lebat turun menghentam bumi, dan juga bumbung tempat letak kereta milik ayah Leman itu. Aku mula mengurutnya ke atas dan ke bawah, tanpa sedar yang kali ini tangan kananku mula bergerak ke celah pehaku.
Dan Leman perasan.
"Urm... Ustazah... Ustazah nak saya tolong ustazah jugak...?" Soalnya. Mataku membulat sedikit mendengarnya.
"maksud awak... Awak nak tolong saya... Urm... Onani...?" soalku. Leman mengangguk. Aku menggigit bibir bawah sambil terus mengurut batang Leman itu. Sebahagian daripadaku mahukannya, mahu merasakan bagaimana rasa sentuhan lelaki pada pantatku. Namun aku masih harus menetapkan batas.
"Urm... B... Baiklah... Tapi kejap... Jangan pandang dulu... Tengok luar..." arahku sambil aku menarik tanganku dari batang keras Leman. Leman sedikit keliru sebelum dia memandang ke luar tingkap, hormat dengan arahanku.
Aku teringat pertama kali aku meyentuh diriku sendiri, yang aku tak rasa apa sangat ketika berlapikkan dua tiga lapis pakaian. Maka... Kalau aku mahu Leman menolongku, aku perlu menipiskan lapik antara aku dan Leman.
Tanganku menarik jubahku ke atas sedikit, cukup untuk aku memasukkan tanganku ke dalam, lalu perlahan aku menarik kain innerku, dan juga pantiesku turun hingga bawah lutut. Kini pantatku yang mula basah itu mula berdenyut hanya berlapikkan jubahku yang longgar itu.
"Dah..." kataku perlahan. Leman memusingkan kembali wajahnya, pada mulanya wajahnya hairan tidak nampak apa apa perubahan padaku, kemudian dia ternampak kain innerku dan pantiesku yang bergulung di betisku. Lalu dia senyum nakal.
"Ustazah..." Panggilnya. Aku senyum sedikit. Tangannya perlahan mencapai pehaku, diraba sedikit sebelum tangannya perlahan menjalar ke celah pehaku.
"Ahh... Leman..." Aku mengerang perlahan merasakan tangan Leman di atas tembam pantatku walaupun berlapik itu. Aku menggigit bibir bawah sebelum tanganku mencapai batang keras Leman semula, mengurutnya kembali ke atas dan ke bawah.
Tangan Leman mula mengurut pantatku itu, bermain di celah bibir pantatku. Sengaja aku buka sedikit pehaku memberi ruang kepada tangannya, sambil tubuhku melentik sedikit di atas kerusi pemandu itu. Sedapnya sentuhan tangan Leman membuatkan aku kurang fokus mengurut batangnya.
"Ummph... Ustazah..." Leman mengerang kesedapan sambil aku dapat rasakan jarinya terus mengurut pantatku berlapikkan jubah itu. Tanganku yang satu lagi memegang stereng kereta erat, menahan sedap sambil aku sedaya upaya mengurut batang keras Leman di sebelah.
Aku perasan yang Leman sedang melihat tubuhku yang sedang bernafsu melentik itu. Membuatkan wajahku merah malu.
"Urmmphh... Leman tengok apa ha..?" Soalku sambil aku terus mengurut, dan menikmati sentuhan dari Leman pada masa yang sama.
"Urmm... Tengok body ustazah... Mesti ustazah hot bawah jubah dengan tudung labuh ni..." kata Leman. Wajahku terasa hangat, malu dengan penyataan Leman. Aku menggigit bibir bawahku, berfikir hendak menjawab apa sebelum Leman mula menyentuh biji kelentitku.
"Ahh! Lemann!!" Aku mengerang kesedapan. Leman kemudian bermain di situ lama, membuatkan tubuhku terangkat angkat kesedapan, sehingga aku lupa untuk mengurut batangnya. Nafasku juga semakin berat dan semakin mengikut rentak urutan jemari Leman.
"Le...man! Ahh... Awak pernah buat ke... Sebelum ni? Ahhh!" Aku mengerang kesedapan. Melihat Leman menggeleng disebelahku.
"Tak pernah, ustazah... Ummphh... Ni... First time..." katanya. Aku menggigit bibir bawah membiarkan jemari Leman mengurut pantatku semakin laju. Aku cuba mengurut batang Leman namun aku langsung tidak boleh fokus kerana sedapnya jemari Leman bermain main di alur pantatku. Dan aku dapat rasakan jubahku mula basah, meresap dengan air pantatku.
Tiba tiba Leman memegang tanganku yang berada di atas batangnya itu, lalu dia mengurutkan batangnya menggunakan tanganku. "Ummphh... Maaf Leman... S... Saya tak tahan... Ahhh... Sedapnya awak mainkan... Ahhh... Patutlah awak nak... ustazah yang urutkan... awak.. Ahhh..." Erangku kesedapan. Membiarkan Leman mengambil alih pergerakan tanganku.
Tanganku yang tadi di stereng aku tarik sebelum aku kebelakangkan bawah tudung labuhku itu, lalu aku ramas buah dadaku besar ini semahunya. Membiarkan Leman menontonnya. Aku tahu Leman semakin geram melihat gerak tanganku di bawah tudung labuhku itu, kerana jemarinya semakin laju mengurut pantat tembamku itu.
Aku dapat dengar nafas Leman semakin berat. Dan aku dapat rasakan mata Leman mula meliar ke tubuhku yang lebih dekat dari biasa itu. Nafasku terlepas penuh nafsu, diringi erangan manja yang hampir tenggelam dek bunyi hentakan air hujan ke bumbung zink parking kereta milik keluarga Leman itu.
"Ahhhh... Lemannnn~ Lemannn~ Ustazah rasa ustazah nakkk... Ahh Ahh Ahhh!!" Aku mengerang merasakan diriku semakin hampir. Leman melajukan gerakan jarinya, dan walaupun masih berlapikkan jubahku itu, jemari Leman masih dapat aku rasakan, menyentuh dan bermain dengan setiap titik yang membuatkan tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhh Leman!! Ustazah nak pancut!! Pancut!! Urmmmphhhhh!!!" Aku mengerang kuat sambil aku memegang kembali stereng, nafasku berat dan pehaku mengepit tangan Leman di celah itu, sebelum tubuhku terangkat di tempat duduk pemandu itu, membawa pantatku klimaks hasil daripada tangan Leman.
Leman memperlahankan urutan, membiarkan aku klimaks semahunya sebelum dia menarik tangannya. Aku menarik nafas dalam, cuba menenangkan kembali diriku setelah mendapat klimaks pertama daripada seorang lelaki. Aku menggigit bibir bawahku sebelum aku mula kembali mengurut batang Leman. Kini giliran Leman pula.
"Ummphh... Ustazah... Ahhh... Sedapnya tangan Ustazah... Ahhh..." Leman mengerang kesedapan. Aku dapat melihat matanya masih mengintai tubuhku, aku membiarkan sahaja. Dan aku tahu Leman sangat suka melihatnya.
Batangnya berdenyut semakin kuat.
"Ummphh... Leman suka tengok buah dada ustazah ye...?" Soalku sedikit nakal. Leman mengangguk. Aku mengetatkan sedikit genggamanku di batang Leman lalu ku urut ke atas dan ke bawah semakin laju. Air mazinya mula meleleh di tanganku.
"Ummphh... Ustazah... Leman nak... Nak pegang boleh...?" Soal Leman. Matanya masih ke arah buah dadaku. Aku menggigit bibir bawahku. Aku baru sahaja klimaks dari sentuhan dia, apalah sangat dipegang. Fikirku, dengan logik itu, aku mengangguk.
Leman perlahan memusingkan tubuhnya sedikit sebelum mencapai buah dadaku, diramasnya perlahan di atas tudung labuhku itu, dan aku tahu walaupun berlapik tudung, jubah dan braku di bawah, wajah Leman menunjukkan yang dia puas akhirnya dapat menyentuh buah dada yang ditatapnya selama ini.
"Ummphh... Ustazah... Saya dah agak besar... Tapi tak sangka... Lagi besar dari apa yang saya sangkakan... Ummphhh..." Erang Leman kesedapan. Tangannya meramas lembut buah dadaku, membuatkan aku juga mengerang kesedapan.
Wajahku bertukar merah dipuji Leman sebegitu, Mungkin hikmah bertudung labuh, ia dapat menyembunyikan bentuk tubuh sebenar seorang perempuan.
Aku melajukan urutan, dan aku dapat rasakan ramas tangan Leman ke buah dadaku semakin kasar sedikit, sebelum dia kembali bersandar. Namun tangannya memegang pula pehaku, lalu diusap dan diramas sedikit dengan batangnya yang semakin berdenyut kuat.
Alamak!!! Dia dah nak pancut!!
Aku tidak memakai sarung tangan maka aku tidak boleh memayung kepala batangnya seperti biasa. Dan aku tidak sempat untuk menggunakan tudung labuhku kerana habislah kalau ia habis kotor, nanti housematesku akan nampak ketika aku pulang nanti!!
"Ahhhh ustazahhhh... Saya dah nak pancut! Ummph!!" Erangan dan kata kata Leman itu membuatkan aku hilang arah, kerana aku tahu aku tidak boleh membiarkan Leman memancut ke dalam keretaku itu.
"Ustazaaah!! Ustazaaaah!!!" Leman mengerang semakin hampir, dengan itu aku membuat keputusan drastik, aku cepat cepat menurunkan kepalaku lalu aku menyumbat kepala batang Leman ke dalam mulutku, sebelum aku terus mengurut batang Leman laju.
"Ustazah!! Arghhh!!" Leman mengerang terkejut dan kesedapan dengan aksiku itu, lalu dia memancut mancutkan air maninya ke dalam mulutku. Kepalaku tersentak sedikit, terkejut dengan kuatnya das tembakan air maninya ke dalam mulutku, sambil aku mengetatkan bibirku di keliling kepala batangnya, dan membiarkan Leman memenuhkan mulutku dengan air maninya itu.
Nafas Leman tersekat dengan setiap pancutan, sebelum pancutannya menjadi perlahan Aku terus membiarkan air maninya itu bertakung di dalam mulutku. Setelah pasti yang batangnya sudah berhenti memancut, aku perlahan menarik batangnya keluar dari mulutku, sambil mengetatkan bibirku, tidak mahu air maninya kembali meleleh ke batangnya.
Aku menarik kepalaku lalu mengelap sedikit yang meleleh di bibirku. Aku membuka mulutku lalu menunjukkan air mani Leman yang bertakung di mulutku itu.
"Akkk uaaa aaaa maaaa iiiii?" soalku. Gerak lidahku ketika aku berkata itu membuatkan aku seolah bermain dengan air maninya itu di dalam mulutku.
Leman cuba melihat keliling, kalau kalau ada benda yang boleh aku buang air maninya sebelum dia kembali melihatku.
"Urm... Kalau ustazah telan...?" soalnya. Mataku membulat sedikit. Air maninya yang bertakung itu terasa semakin ingin meleleh ke bibir. Dengan itu aku perlahan menutup bibir, sebelum aku menelan sedikit, demi sedikit air maninya yang pekat itu. Aku dapat rasakan pekatnya melalui tekakku. Aku terus telan sehingga habis air mani Leman itu aku telan.
Kemudian aku perlahan membuka mulutku. Menunjukkan mulutku yang kini kosong itu. Leman senyum nakal. "Terima kasih, ustazah..." katanya
Aku mengangguk. Perlahan Leman menyimpan kembali batangnya ke dalam seluar, begnya diambil lalu pintu dibuka. "Urm... Lusa ni kita buat macam ni lagi boleh?" soalnya. Wajahku bertukar merah.
"Tengok nanti macam mana..." Jawabku. Leman senyum nakal sebelum keluar dan menutup kembali pintu kereta sebelum berjalan masuk ke halaman rumahnya yang bersambung itu. Dibasahi sedikit hujan yang lebat itu sebelum dia masuk ke dalam rumah dari pintu tepi.
Aku masih dapat rasakan sisa lekit pekat di dalam mulutku itu. Lalau perlahan aku tarik kembali inner kain dan seluar dalamku, memakainya kembali. Sebelum aku menarik nafas dalam dan mula mengundurkan kereta, menghala ke rumahku.
**************
Nafas ditarik dalam. Aku menggigit bibir bawah. Wajahku merah. Aku menarik keluar jemariku dari dalam seluar. Basah. Masih teringat mainan jari Leman ke pantatku siang tadi. Dan aku masih ingat rasa air mani Leman di dalam mulutku. Entah mengapa, aku rasa... Puas...?
Aku perlahan menolak diriku bangun dari katil lalu menarik nafas dalam. Sedar yang aku sudah mula ketagih seperti Leman. Walhal sepatutnya aku yang menolongnya. Aku menggigit bibir bawah. Tahu kalau begini terus, tak lama lagi hampir semua minit aksi di dalam filem lucah yang telah aku tonton akan aku lakukan bersama Leman. 1
Aku menolak diriku bangun dan tiba tiba Iphone6 ku berbunyi. Mesej masuk. Aku mengambil Iphoneku itu lalu aku buka.
Leman?
Aku membuka mesej dan Leman menghantar beberapa gif atau gambar bergerak yang membuatkan wajahku kembali merah dan mataku membulat.
Gif pertama, Seorang wanita menggunakan buah dadanya mengepit batang seorang lelaki lalu diurut ke atas dan ke bawah. 1
Gif kedua, seorang wanita menghisap batang si lelaki dengan rakus.
Dan gif ketiga...
Seorang wanita menggeselkan pantatnya ke batang si lelaki tanpa memasukkannya.
Dengan itu satu lagi mesej masuk dari Leman.
Kalau ustazah sudi... Saya nak buat semua ni dengan ustazah... katanya memancing. 1
Aku meletakkan Iphone6 ku itu ke bawah. Aku mula berjalan keliling bilikku itu memikirkan betapa jauh telah aku jatuh. Aku tak sepatutnya berbuat begini. Aku adalah gurunya!! Dan lebih lebih lagi, ustazah!!!
Aku memarahi diriku sendiriku dalam kepala, namun nafsu dan tubuhku seolah berbunga, gembira. Aku mengeluh perlahan, tahu yang aku telah dan akan tewas sekali lagi di dalam nafsu.
Dan tanpa sedar, kepalaku mula merancang bagaimana hendak melakukan semua itu bersama Leman.
149 notes
·
View notes
Text
Leman 5/7
"Yana!!" housemateku memanggilku dari luar. Aku yang sedang menyiapkan laporan mengenai budget untuk Kem Cemerlang SPM itu terus bangun menuju ke luar.
"Kenapa Azura?" Soalku. Azura merupakan seorang rakanku sejak kolej dahulu.
Azura kemudian memberiku sebuah bungkusan. "Ni ha... Ada bungkusan untuk kau dari Lazada. Kau pandai eh sekarang beli beli barang online." Usik Azura. Wajahku bertukar merah sedikit mendengarnya.
"Sebok laa kauuu..." Aku senyum malu sebelum mengambil bungkusan itu dari tangannya lalu aku masuk ke dalam.
Pintu ditutup lalu dikunci. Akhirnya sampai juga barang yang aku pesan ini. Nasib baik sempat, kerana esok merupakan hari kaunselingnya dengan Leman. Dan entah mengapa, terasa hati ini berbunga mahu bertemu pelajarnya itu.
**************
Aku langsung tidak boleh fokus hari itu. Aku asyik teringatkan apa yang akan terjadi antara aku dan Leman. Nasiblah aku sudah merancang untuk melakukan ujian pada hari ini, maka aku tidak perlu berkata banyak di dalam kelas Leman, dan aku harap sangat tiada pelajar lain yang perasan yang aku bermain mata dengan Leman sepanjang mereka melakukan ujian yang aku beri.
Setelah selesai ujian, aku mengutipnya dari meja ke meja, dan ketika aku mengambil kertas dari tangan Leman, tangannya tersentuh tanganku sedikit, memberi rasa gemuruh kepadaku, membuatkan darahku mula mengalir laju, terangsang.
Yana... Yana... Fikirku malu.
Aku meninggalkan kelas awal hari itu, kerana aku sudah tidak keruan lagi, dan aku risau kalau aku tinggal lebih lama, aku akan berbuat perkara yang bukan bukan yang akan meberi syak kepada kelas.
Pintu bilik kaunseling aku buka perlahan, melihat Cikgu Suraya sudah berada di dalam, menyiapkan sesuatu di mejanya.
"Assalamualaikum Cikgu..." Tegurku. "Wa'alaikumsalam ustazah..."jawabnya. Dia mengangkat wajah lalu senyum kepadaku.
"Macam mana kelas harini?" Soalnya. "Macam tu je la Cikgu... Cikgu?" Soalku.
"Samalah Ustazah... Eh ni, Leman dah sampai... Dia tunggu dekat dalam bilik 2..." katanya. Mataku membulat sedikit mendengarnya.
"Oh...? Okay... Terima kasih cikgu..." Kataku sebelum aku yang merancang mahu ke mejaku dahulu, kini terus ke bilik Kaunseling 2.
Aku ketuk perlahan sebelum aku buka pintunya. Dan melihat Leman sudah duduk di kerusi biasanya. Aku senyum sebelum aku juga mengambil duduk di kerusi biasaku, lalu beg yang aku bawa aku letak ke tepi.
"Assalamualaikum Leman, Leman sihat?" soalku.
"Wa'alaikumsalam ustazah... Sihat..." Jawabnya. Aku mengangguk. Cuba mengawal diri.
"Jadi... Minggu ni, ada kurang tak?" soalku. Leman mengangguk.
"Ada, ustazah... Saya... Saya kurangkan video lucah sehari hanya sekali... satu video... Dan... melancap pun hanya sekali sehari..." katanya. Aku mengangguk. "Bagus... Boleh saya tahu apa yang motivasikan awak?" soalku.
Leman senyum nakal. "Ustazah... Saya tak sabar nak ustazah yang tolong saya..." katanya. Wajahku bertukar merah lagi. Aku menggigit bibir bawah malu. Leman tidak meminta izin kali ini, tangannya perlahan mencapai seluarnya, lalu dia mengeluarkan batangnya yang sudah keras itu.
"Ustazah nak guna sarung tangan...?" soalnya. Aku menggeleng. Rasanya, sejak apa yang terjadi di dalam kereta, aku tidak perlu menggunakan sarung tangan itu lagi. Leman senyum nakal sebelum menyandar, menunggu gerakku.
Hari ini, aku telah menyediakan sesuatu yang istimewa untuk Leman. Perlahan, aku membuka butang jubahku di bawah tudungku yang labuh itu, kemudian aku menarik turun jubahku itu, mengeluarkan tanganku dan melorot ke kakiku.
Aku lihat Leman sedikit kecewa kerana aku di bawah jubahku, aku masih memakai pakaian. Tetapi apa yang dia tidak dapat lihat, aku memakai tshirt nipis berleher V berlengan panjang berwarna putih, di mana kalau diangkat tudung labuhku ini dia dapat melihat separuh isi buah dadaku, dan lebih lebih lagi, aku memilih untuk tidak memakai bra hari itu serta dia juga dapat melihat alur pantatku.
Perlahan tanganku masuk ke bawah tudung labuhku itu, dan aku menarik Vneck ku itu keluar, melimpahkan buah dadaku, dan aku tahu walaupun masih bertutupkan tudung labuhku, Leman tahu apa yang sedang berlaku di bawah. Dan aku dapat melihat batangnya berdenyut gembira.
"Leman kata... Leman nak ustazah guna... buah dada ustazah kan...?" soalku. Leman mengangguk perlahan. Aku perlahan melutut di celah kakinya sebelum tanganku keluar dari tudung labuhku, lalu aku pegang buah dadaku di luar tudung labuhku itu, membuatkan tudung labuhku itu mengetat mengikut bentuk bulat mereka, dengan putingku yang keras tersombol. Leman menjilat bibirnya geram.
Perlahan aku kedepankan tubuhku, lalu aku mula mengepit batang pelajarku itu dengan buah dada besar bulatku yang berlapik tudung labuhku itu, lalu aku mula menggerakkan tubuhku ke hadapan dan belakang, mengurut batangnya dengan buah dadaku berlapikkan tudung labuh nipis itu.
"Ahhh... Ustazahh... Ummphh Ummpphhh..." Leman mengerang kesedapan sambil tangannya menggenggam kerusi erat. Aku menggigit bibir bawahku sambil aku terus menerus menggerakkan tubuhku, mengepit batang Leman dengan lebih ketat, dan aku dapat rasakan batang keras padat Leman yang berdenyut denyut di celah buah dadaku itu.
"Ummph... Sedap ke Leman...?" soalku. Leman mengangguk laju. "Ahhh... Sedap sangat, ustazah.... Ahhh..." Leman membalas. Aku senyum malu sambil aku melajukan dayungan dan kepitan ku itu. Ke atas dan ke bawah.
"Ahhh... ustazahhh... Lembutnya buah dada ustazah... Besar... Sedap... Ahh...." Erangnya kesedapan. Aku perlahan meramas buah dadaku sendiri sambil aku mengurut batangnya itu ke atas dan ke bawah, dan aku mula perasan yang walaupun aku memegang tudung labuhku ke buah dadaku, ianya asyik lari dan semakin longgar.
Dan entah bagaimana, satu bisikan syaitan sekali lagi membisik kepadaku. Dan kali ini aku mengangguk menurut ideanya itu.
Aku tidak merancang ini, namun perlahan aku melepaskan batang Leman, sebelum aku senyum nakal sedikit. Aku mengambil tudung labuhku lalu aku menutup batang Leman sekali, sebelum aku memasukkan tanganku juga ke bawah tudung labuhku itu. Leman tahu apa yang hendak aku lakukan.
"U... Ustazah..." panggilnya. Perlahan, aku mengepit batang Leman kali ini tanpa beralas, menggunakan buah dadaku. Aku dapat rasakan hangat batang keras Leman di celah buah dadaku, dan aku mula mengurut semakin laju ke atas dan ke bawah. Tahu yang Leman hanya dapat melihat bentuk kepala batangnya ketika aku mengurutnya ke bawah di atas tudung labuhku itu.
"Ahhhh... Ustazah... Sedapnya ustazah... Ahhhh... Ahhh... Ummphhh... Ummpph..." Leman mengerang semakin tidak keruan. Membuatkan nafasku juga semakin berat. Aku senyum nakal sambil melajukan urutan buah dadaku ke batangnya itu. Sambil aku genggam buah dadaku yang montok bulat itu.
"Ummpphh... Kerasnya batang awak ni Leman... Ummphh..." Aku mengerang memuji batangnya itu. Membuatkan Leman senyum bangga sambil tangannya perlahan mencapai kepalaku. Membelai kepalaku yang masih berbalut tudung labuh itu.
Aku melajukan gerakan tubuhku, memberi nikmat 'titsjob' itu kepada Leman. Leman mengerang kesedapan sambil aku melihat ke bawah, dan melihat kepala batang Leman menonjol nonjol di tudung labuhku. Tubuhku terasa hangat, dan dengan sendirinya, aku membalut batang keras Leman itu dengan tudung labuhku, sebelum aku memasukkannya ke dalam mulutku.
"Ustazaaahhh..." Leman mengerang kesedapan. Berlapikkan tudung labuhku itu, aku mula menghisap kepala batang Leman, dan cuba memasukkan batangnya sebanyak mungkin ke dalam mulutku. Aku menggenggam dasar batang Leman erat tidak mahu tudung labuhku itu bergerak, sambil aku menggerakkan kepalaku ke atas dan ke bawah, seperti di dalam filem lucah yang aku tonton itu.
"Ummphh... Ustazahh... Ahhh..." Leman mengerang kesedapan sebelum aku dapat rasakan batangnya berdenyut kuat, tanda sudah hampir.
Aku menghisap kepala batangnya sedikit sebelum aku mengepit kembali dengan buah dadaku di bawah tudung itu, aku melajukan dayungan di celah buah dadaku itu, bergerak ke atas dan ke bawah dengan laju.
"Leman dah nak pancut....? Ummphh... Nak pancut bagitau ustazah tau... Ahhh Ummphh..." Erangku manja. Leman mengangguk laju sebelum dia mula menggerakkan batangnya ke atas dan ke bawah, melawan arus dayunganku.
"Ahhh ahhh ustazahhh ustazaahhh saya dah dekat sangat!" Erangnya. Dengan itu aku menarik batangnya keluar dari tudung labuhku lalu masukkan kepala batangnya ke dalam mulutku.
Tanganku laju mengurut batang Leman yang berdenyut itu. Tangannya masih di kepalaku dan kali ini aku biarkan sahaja, tidak lama, Leman mengerang kuat sebelum kepala batangnya memuntahkan berdas das air maninya ke dalam mulutku.
"Ummph!! Ummphh!!" Aku mengerang sedikit terkejut dengan tembakan air maninya itu, aku telan sebanyak mungkin sambil aku terus memerah batang pelajarku itu.
"Ahhhh ustazaahh... Umpphh... Sedapnya ustazahh...." Erang Leman kesedapan. Jemari Leman mula tenggelam ke dalam anak tudung di kepalaku, menggenggam kepalaku lebih erat.
Aku menghisap kepala batangnya itu sambil aku perlahan mula memasukkan lebih lagi batang Leman ke dalam mulutku.
"U... Ustazah..." Erang Leman, tahu aku ingin merealisasikan gif kedua yang dihantar kepadaku itu.
Batang Leman yang semakin lembut itu aku hisap perlahan, dan lidahku mula membelai belai batangnya yang masih terbenam di dalam mulutku itu. Tanganku yang satu lagi mengurut ngurut perlahan dasar batang Leman yang masih berdenyut.
"Ummphhh... Sedapnya ustazah..." Erang Leman lagi. Aku melajukan gerak kepalaku sambil aku hisap kepala batangnya semakin kuat, perasan yang batangnya mula kembali keras.
Aku terus mengulum dan menghisap batangnya, mendengar erangannya, membuatkan aku semakin bernafsu. Aku mula gerakkan kepalaku semakin laju setelah rasa batang Leman cukup keras di dalam mulutku, dan sengaja aku putarkan sedikit tanganku di dasar batangnya itu, memberi lebih nikmat.
"Ahhhh... ustazaahhh... sedapnya ustazahh..." Erang Leman kesedapan. Aku melajukan hisapan, dan sengaja aku biarkan air liurku membasahi batang Leman dengan lebih banyak, membuat bunyi basah setiap kali aku menghisap dan menggerakkan kepalaku ke bawah dan ke atas. Membiarkan air liurku meleleh ke tanganku.
"Ahhhh... pandainya ustazah buat sloppy blowjob ni... ahhhh..." Leman mengerang. Aku tidak tahupun apa yang aku sedang buat itu dipanggil sloppy blowjob. Namun mendengarnya membuatkan aku rasa bermotivasi sedikit. Aku melajukan gerak kepalaku, membuat bunyi decap hisapan basah, sambil sengaja aku lihat wajahnya yang kesedapan itu, mata kami bertentang.
Aku melajukan wajahku dan urutan tanganku, dengan sangaja membiarkan air liurku membasahi batang Leman yang makin mengeras seperti sebelum pancut tadi. Lalu aku jilat semahunya batangnya itu, seperti pelakon lucah yang aku tonton.
"Srrrppp... Ummphh... Keras betul batang awak ni Leman... Ustazah suka rasa batang awak dalam mulut ustazah... Pujiku dengan nada nakal. Membuatkan batangnya berdenyut dengan lebih kuat mendengar kata kataku itu.
"Ummphh... Saya pun suka batang saya dalam mulut ustazah... Urm... Agaknya... Dalam mana lagi yang saya boleh masukkan batang saya ni ye..." Usik Leman. Aku perlahan menepuk pehanya.
"Gatal... Lubang ni je boleh ye..." usikku sebelum aku memasukkan batang kerasnya itu ke dalam mulutku semula. Aku hisap semakin laju, kepalaku naik ke atas dan ke bawah, dan aku dapat rasakan kepala batang Leman mula masuk lebih dalam ke dalam mulutku, memaksaku menghisapnya lagi.
"Ummph... Urmmphhh... Srrrpppp.." Bunyi basah dan eranganku berselang seli sambil aku terus menikmati batang zakar pelajarku itu.
"Ahhh... ustazah... kalau macam ni... ahhh... Tak lama lagi saya nak pancut.. Umppphhh!" Leman mengerang kesedapan. Tetapi aku tidak mahu dia pancut lagi. Kerana aku juga mahukannya.
Aku menghisap sedikit lagi sebelum aku menarik keluar batangnya dari mulutku. Aku jilat sedikit tepi batangnya lalu aku menolak diriku bangun. Perlahan tanganku masuk semula ke dalam tudung labuhku lalu aku masukkan semula buah dadaku yang terkeluar tadi ke dalam tshirt V neck itu. Sebelum aku menarik jubah yang berada dikaki.
Leman melihat tidak percaya, saat jubahku jatuh ke lantai, mendedahkan seluar nipis ketat yoga pants kelabu cerah yang aku order online itu, dan aku tahu Leman tahu, aku tidak memakai apa apa di bawah yoga pants itu.
"Urm... Leman suka...?" Soalku. Leman mengangguk laju. Aku menggigit bibirku sebelum aku mengambil duduk di kerusiku. Perlahan, aku membuka kakiku, berasa malu sedikit, mendedahkan bentuk pantatku yang tembam itu.
"Urm... Leman... Leman buat ustazah pancut pulak boleh...? G... Guna... Urm... Guna batang Leman...?" Soalku. Aku menggigit bibir bawah, terasa sangat nakal begini. Walaupun buah dadaku yang bulat ditutup oleh tudung labuhku, dan walaupun setiap inci kulitku masih terlindung dari pandangan Leman, aku seolah sudah mendedahkan segalanya kepada pelajarku yang seorang ini tapi ini memang aku inginkan.
Leman perlahan bangun lalu berjalan menuju arahku yang sedang duduk, pehaku terbuka sedikit untuk pelajarku itu dan aku mencampakkan jubah aku ke sofa. Tangannya mula mengusap pehaku yang berlapikkan helai nipis yoga pants itu.
Aku melihat wajahnya, perasan yang matanya tertumpu pada tembam pantatku itu. Leman kemudian perlahan menolak kakiku lebih tinggi,lebih besar kangkangnya, sebelum dia memegang batang kerasnya itu, lalu dihunuskan ke arah pantatku yang berlapik nipis itu.
Aku menggigit bibir bawah perlahan, kemudian perlahan Leman menggeselkan kepala batangnya ke daging pantatku, sudah membuatkan tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhh...Leman..." Aku mengerang.Leman kemudian mula menggeselkan kepala batangnya sedikit kuat, menolak fabric nipis itu, menggeselkan kepala batangnya ke celah bibir pantatku yang masih suci dan dara itu.
Tangan Leman memegang batangnya manakala yang satu lagi meramas ramas lembut pehaku. Perlahan, Leman mula mendayung ke hadapan dan belakang,menggeselkan kepala batangnya ke pantatku semakin laju, dan aku dapat rasakan kepala cendawannya itu keras dan panas dan basah di celah bibir pantatku walaupun berlapik.
"Ahhh... Lemannn... Ummphhh!! Ahhhh..." Aku mengerang kesedapan. Tanganku masuk ke bawah tudung labuhku itu dan aku mula ramas buah dadaku sekali lagi, menahan sedap. Leman melihat gerak tanganku di bawah tudung labuhku itu dan aku tahu apa yang dia mahukan.
Aku senyum nakal sambil aku mengerang. "Ahhh... Leman nak buah dada ustazah lagi ye...?" soalku nakal. Leman mengangguk. "Ummphh... Macam tu... Ahhh...Lepas ustazah pancut... Ahhh... Leman pancut kat buah dada ustazah nak?" soalku. Leman mengangguk laju.
Dengan itu Leman melajukan gerak kepala batangnya ke celah bibir pantatku yang berlapik nipis itu. Dan aku dapat rasakan bahagian pantatku kini sudah basah dengan air nakal aku dan Leman yang bersatu. Kedua duanya sangapkan yang satu lagi walau mereka tidak pernah bertemu.
"Ahhh.... Lemann... Ummphhh!" Aku mengerang sedap. Tiba tiba Leman berhenti. "Ustazah... Nak lagi sedap tak...?" Soalnya. Aku mengangguk. "Ustazah duduk atas saya... Lepastu ustazah geselkan pantat ustazah dekat batang saya..." kata Leman perlahan. Aku mengigit bibir bawah sebelum mengangguk, setuju dengan cadangannya.
Leman kembali mengambil duduk ke kerusinya. Aku perlahan menolak diriku bangun sebelum aku memanjat tubuhnya, terasa sedikit kekok kerana kami tidak pernah serapat begini. Aku menggigit bibir bawahku sambil memegang bahu Leman.
Perlahan aku posisikan pantatku ke batang Leman, sebelum aku turun, menekan batang Leman dan pada yang sama menekan pantatku ke batangnya. Tubuhku melentik kesedapan. "Urmphhh~ Lemann~" Aku mengerang kesedapan.
Aku dapat rasakan keras batangnya di bibir pantatku, dan perlahan, aku mula menggeselkan tubuhku kehadapan dan belakang, menggeselkan bibir pantatku yang berlapik nipis itu ke batang berurat Leman yang panas keras itu.
Perlahan tangan Leman mencapai punggungku buat pertama kali. Aku biarkan sahaja. Melihat aku memberi izin menyentuhku, tangan Leman yang sebelah lagi meramas buah dadaku di luar tudung labuhku itu. Membuatkan aku mengerang kesedapan.
"Ahhh... Leman... Ummphhh..." Erangku manja. Aku melajukan dayungan, gerak tubuhku, menggeselkan pantatku kehadapan dan belakang, sesekali aku putarkan punggungku. Memberi nikmat kepada kami berdua.
"Ahhhh Ustazahh... Umphhh... Sedapnya ustazahh..." Erang Leman. Aku mengangguk setuju sambil aku melajukan dayungan. Ke hadapan dan belakang. Kerusi Leman mula bergerak perlahan dengan iramaku yang semakin kuat itu.
Punggungku yang hanya berlapik seluar nipis ketat itu seolah tidak menglidungiku dari sentuhan berahi Leman, pelajarku itu.
Aku dapat rasakan batang keras panas Leman menekan balas ke celah pantatku, dan aku dapat rasakan kepala batangnya setiap kali aku bergesal ke hadapan dan belakang. Aku pasti, kalau aku tidak memakai seluar ketat ini pasti aku suda sumbatkan batang keras Leman itu ke dalam pantatku.
"Ahhh Lemaaannn!!!" Aku mengerang kesedapan dan aku tidak perasan entah bila aku mula menghenjutkan tubuhku di atas tubuh Leman itu. Dan aku biarkan tangan Leman meramas punggungku, meramas buah dadaku di luar tudung labuhku itu.
Tiba tiba, Leman menurunkan wajahnya sedikit sebelum memasukkan buah dadaku yang masih belapik tudung labuhku itu ke dalam mulutnya. Menjumpai putting kerasku, dia hisap semahunya. Membuatkan tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhh Lemannn!!" Aku mengerang sedap sambil aku mula memeluk kepalanya. Aku melajukan geseran dan henjutanku, tak pernah aku sangka aku akan rasa sedap begini. Mahu sahaja aku tarik turun seluarku dan sumbatkan batang Leman ke dalam pantatku.
"Ahhh ustazaahhh.. besarnya buah dada ustazah niii...Ummphhh!!" Tangan Leman meramas penuh nafsu buah dadaku, dan lidahnya dan bibirnya rakus menghisap menjilat putingku yang tertonjol di atas tudung labuhku yang digenggam bersama buah dadaku itu.
"Ahhhh... Saya awak punya Leman!! Ahhhh.. buatlah apa yang awak nak.. Ahhhahhhh.." Aku mengerang kesedapan. Gerakku semakin laju dan aku semakin hampir. "Lemann!! Ahhh ustazah dah nak pancut!! Ahhh Ahh Ummphhh!!!!" Aku memeluk kepala Leman ketat, membenamkan wajahnya ke celah buah dadaku sambil aku menekankan tubuhku ke batang keras Leman, membenamkan batang Leman ke celah daging pantatku yang beralas seluar yoga nipis itu.
Dengan itu, tubuhku melentik kesedapan sebelum pantatku berdenyut kuat, lalu memancut mancutkan air klimaksku di dalam pantatku, dan aku mengerang kuat dengan setiap denyutan klimaks.
"Ahhhhh Leman!!! Ummphhhhhhh!!!" Aku mengerang kesedapan. Tubuhku berhenti bergerak di atas Leman, lalu Leman menarik wajahnya dari tudung labuhku yang membalut buah dadaku itu. Wajah kami semakin dekat sebelum Leman mengucup bibirku perlahan. Nafas kami bertemu.
Aku seolah kaku.
Leman menarik wajahnya sebelum senyum. "Ummph... Ustazah... Saya pulak?" soalnya. Aku menggigit bibir bawah malu sebelum turun dari tubuh Leman itu. Aku tahu dia sangat sukakan buah dadaku, maka sekali lagi, aku tutup batangnya dengan tudung labuhku itu sebelum aku mengepit batangnya dengan buah dadaku yang bulat besar itu.
"Ahhhh... Ustazah..." Leman mengerang kesedapan. Aku meramas buah dadaku sedikit sebelum aku mula mengurutnya ke atas dan ke bawah, menggigit bibirku nakal. Membuatkan Leman hampir tidak keruan. Buah dadaku mengemit ketat batang keras Leman itu.
"Umphh... Leman... Kerasnya... Panas..." usikku. Leman senyum nakal sambil menahan, aku tahu yang dia sudah hampir tetapi dia menahan selama mungkin untuk menikmati buah dadaku itu dengan lebih lama. Sengaja aku kepitkan lebih ketat memberi rasa sedap kepadanya sambil aku memperlahankan gerakku, dan aku dapat rasakan batangnya sudah berdenyut semakin kuat.
"Ahhh... Ustazah... Ustazah... Saya nak pancut sangat... Ahhh..." Erang Leman. Aku senyum dan aku tahu aku telah berjanji untuk membiarkan dia pancut ke atas buah dadaku. Pada mulanya aku hanya ingin membiarkan dia pancut berlapikkan tudungku atau bajuku, namun...
Aku tarik batangnya keluar sebelum perlahan aku menarik tudung labuhku ke atas, mendedahkan buah dadaku yang separuh lagi ditutup tshirt ketat Vneck itu. Mata Leman membulat. Aku perlahan menanggalkan tshirt Vneck ku itu sekali lagi memuntahkan buah dada bulat gebuku itu, menunjukkan puting kerasku yang Leman hisap berlapikkan tudung tadi.
Leman menyambut batangnya yang berdenyut itu, dengan sekali urutan sahaja, kepala batangnya terus menerus memancutkan air maninya yang pekat panas itu ke buah dadaku.
"Ummphh... Lemann!!" Aku mengerang perlahan sambil melihat mata Leman yang melekat ke buah dadaku yang kini disirami air maninya yang pekat itu. Leman terus mengurut dan mengurut melepaskan das demi das air mani pekatnya ke buah dadaku sambil aku terus memegang tudung labuhku itu.
Kemudian, Leman mengelap kepala batangnya yang meleleh dengan air mani itu ke buah dadaku, sebelum menggeselkannya ke puttingku yang keras itu.
"Ahhh... Leman..." Erangku kesedapan. Leman senyum puas melihat hasil benihnya di atas buah dadaku itu. Dan aku dapat rasakan air maninya yang panas pekat itu melekit di buah dadaku.
"Urm... Terima kasih ustazah..." katanya. Aku senyum mengangguk.
"Sama sama Leman..."
*************
Aku membetulkan tudung labuhku di hadapan cermin panjang tadi. Aku biarkan buah dadaku melekit dengan air mani Leman yang kini ditutupi semula oleh jubahku. Aku juga masih dapat merasakan air pantatku melekit di celah pehaku. Aku senyum ke arah Leman yang duduk melihatku.
"Urm... Apa kata minggu ni Leman cuba tak payah tengok cerita lucah dan onani langsung...?" soalku. Leman senyum nakal sedikit.
"Dengan syarat... Kalau ustazah janji buat macam ni lagi dengan saya..." katanya. Aku senyum malu. Ini semua mungkin idea nakal Leman, namun ini juga usahaku sendiri untuk menyediakan pakaian yang sesuai dengan aktiviti nakalku ini.
Aku senyum setuju. Tiba tiba aku teringatkan sesuatu.
"Eh tapi Leman, minggu depan Kem Cemerlang dan Motivasi SPM... Kamu ikut sekali tak?" soalku. Leman mengangguk.
"Ikut ustazah... Add math saya teruk sikit..." jawabnya. Aku mengangguk. Entah mengapa, di belakang kepalaku sudah memikirkan perkara apa yang akan aku lakukan bersama Leman minggu depan.+
"Macam tu... Urm... Jumpa awak minggu depan!" kataku sedikit ceria bercampur malu lalu aku keluar dahulu meninggalkan Leman.
173 notes
·
View notes
Text
Leman 7/7
Hari Isnin tiba seperti yang dijanjikan, tetapi hujung minggu tidak dapat ditempuhi dengan mudah. Aku yang telah merasai nikmat bersetubuh kini kerap mengintai klip-klip video lucah dan melancap bila berseorangan.
Jam menunjukkan pukul 6.40pagi. Aku harus bersiap segera untuk sampai ke sekolah tepat pada waktunya. Hari ini aku mengenakan jubah hitam plain yang mempunyai manik halus di pergelangan tangan, dipadankan dengan tudung labuh berwarna hijau gelap.
Hari persekolahan berlalu seperti biasa, dan Aku masih sibuk menyiapkan kertas soalan untuk peperiksaan akhir sebelum menjelangnya SPM. Dalam kesibukan itu..Aku telah melupakan sekejap tuntutan nafsuku sehingga…
“Ustazah Yana!! Ada student nak jumpa ni..”suara Cikgu Suraya memecahkan kesunyian di bilik panitia itu.
Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum sendiri “Oh..Leman..masuklah dulu”. Aku melihat jam dinding, dah pukul 3.00 petang.
“Assalamualaikum ustazah” Leman memberi salam sambal tersenyum dan Aku perasan ada satu bungkusan yang dibawa bersamanya.
“Waalaikumussalam..bawak apa tu Leman?” tanyaku padanya.
“Owh..ini..ada surprise untuk ustazah” kata Leman.
“Wah..ustazah dapat hadiah hari ni..birthday ke?” tanya Cikgu Suraya.
“Eh..taklah..birthday lambat lagi” kataku sambal mencapai clipboard dan pen. “Leman..jom..saya guna bilik 2 ya Cikgu” kataku. “Baiklah” kata Cikgu Suraya sambil beredar ke kelas tambahannya.
Tibanya di bilik 2, Leman mengambil tempatnya di kerusi dan tersengih kepadaku. Aku duduk di kerusi yang satu lagi sambil tersenyum. “Apa khabar Leman? Bagaimana progress Leman?”
“Baik ustazah..Leman dah tak tengok video lucah..dan tak melancap onani sejak balik dari kem” kata Leman.
Mataku membulat seakan tak percaya. “Betul ke ni Leman apa yang ustazah dengar?” tanyaku. “Betul ustazah..sumpah..sebab Leman bila nak buat je teringat ustazah..terus tak jadi” kata Leman lagi.
“Baguslah kalau macam tu Leman..sebab ustazah tak mahu Leman bazir air mani lagi” kataku tanpa sedar. Membulat mata Leman seakan tidak percaya. “Betul ke ustazah ni? Baiklah..saya berjanji dengan ustazah air mani saya hanya untuk ustazah saja” janjinya padaku.
“Ni..saya ada bawakan sesuatu untuk ustazah” kata Leman sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya kepadaku. “Err..untuk saya ke?” baru ku teringat yang hari ini ku tidak membuat persediaan untuk sesi kaunseling Leman, sebab hari yang sepatutnya adalah hari Khamis.
“Ustazah bukalah dulu..saya pilih khas untuk ustazah” kata Leman sambil tersengih. “Apa lah agaknya ni ye..”kataku sambil membuka bungkusan tersebut. Alangkah terkejutnya apabila terlihat sekuntum bunga ros di dalam bungkusan itu. Bukan itu saja yang kulihat, tetapi sepasang pakaian di bawahnya.
“Errr…pakaian apa ni Leman?” merah padam mukaku menahan malu sambil mengeluarkan pakaian tersebut sambil memegangnya ke atas untuk melihat.
“Saya tahu kalau saya datang hari ni, ustazah mesti tak buat persediaan, sebab tu saya kata surprise. Kalau saya bawak pada hari Khamis nanti tak best lah” kata Leman dengan panjang lebar.
Aku melihat pada pakaian di depan mata. Ia adalah merupakan pakaian tight inner panjang berwarna grey, yang mempunyai zip di belakang, V neck di depan, dan yang anehnya berlubang di celah kelangkang. Aku bertanyakan kenapa berlubang, Leman berkata supaya si pemakai senang buang air bila baju ini dipakai, tetapi aku dah dapat agak kenapa dibuat demikian. Sekolah ini bukan ada gym atau kolam renang untuk memakai pakaian seperti itu.
“Ustazah...ingatkan apa yang terjadi minggu lepas di kem?” tiba tiba Leman bertanya.
Merah padam mukaku “Iye..ingat..kenapa ya Leman?” tanyaku. “errr...ustazah tak marah ke?” tanya Leman sambil tunduk.
“Nak marah apanya Leman..kan masing masing yang nak.. lagipun bukan Leman rogol ustazah” kataku.
Berseri muka Leman mendengar jawapanku. “Terima kasih ustazah..saya akan ingat ustazah sampai bila bila..dan akan ikut apa yang ustazah cakap” katanya lagi.
“Terima kasih juga Leman..sebab belikan pakaian ini untuk ustazah. Ni baju ni nak buat apanya?” saja ditanyakan dengan nada menggoda.
“errr..he..he..nak tengok ustazah pakai depan saya..boleh?” Dah agak.
Oleh kerana bilik 2 itu tidak mempunyai tingkap, dan pernah digunakan sebelum ini olehku dan Leman dalam sesi “tolong” sebelum ini, aku pasti bilik ini selamat untuk digunakan, kerana hanya sesi kaunseling dibenarkan dan tidak boleh digunakan untuk tujuan matapelajaran lain.
Ku rasakan sungguh malu, kerana tidak menyangka hari ini akan bertemu dengan Leman, dan juga kerana tidak bersedia. Jika hendak memakai pakaian itu, maksudnya aku harus membuka seluruh pakaianku untuk memakainya kerana jenis tight inner. Tambahan pula tiada apa apa yang boleh dijadikan sebagai penghadang persalinan kecuali cermin tinggi dan dua kerusi.
Perlukah aku melakukannya? Perasaanku meronta untuk berkata tidak, tetapi bisikan halus yang sudah biasa didengari berkata...teruskan saja Dayana..dan sambil tersenyum ku berkata...baiklah..
“Baiklah..untuk Lemanku sayang” Melopong mulut Leman mendengar apa yang ku cakapkan. “Ustazah sanggup untuk saya? saya sayangkan ustazah!!! saya nak jadi kekasih ustazah!!!” sambil mengelap kedua matanya kerana terharu.
“Errr...b..boleh tu boleh..tetapi ustazah ni belum biasa sayang..Leman ambilkan kerusi, duduk di hujung bilik sana, dan tolong tutup lampu dulu ya. Nanti ustazah beritahu Leman..” kataku gementar.
“Baik..baik..sekarang Leman pergi ustazah” katanya. Ku lihat bonjolan yang tidak asing lagi pada seluarnya semasa Leman mengangkat kerusi dan meletakkannya di hujung bilik.
“Saya tutup lampu ya ustazah..” “Baiklah..boleh tutup sekarang” kataku sambil berjalan ke belakang cermin tinggi untuk dijadikan penghadang persalinan.
Apabila lampu ditutup..serta merta bilik kaunseling itu menjadi gelap. Bagusnya kataku dalam hati. Aku terus menanggalkan jubah labuhku dan mengenakan pakaian tight inner. Akan tetapi, pakaian itu adalah jenis kain yang melekap ke badan..mustahil untukku memakainya dengan pakaian dalam. Aku nekad untuk berbogel dan cuba sekali lagi.
Setelah selesai menyarung pakaian itu, baru ku perasan yang bahagian kelengkang tidak mempunyai penutup, dimana sekarang pantat dan alur duburku tidak beralas. Untuk hilangkan rasa tak selesa, aku sarungkan kembali seluar dalamku di atas pakaian tadi untuk menutup lubang tersebut. Mujur seluar dalamku berwarna grey juga. Buah dada 38D ku dikemaskan kedudukannya, dan setelah puas hati, aku kenakan semula jubahku dan tudung labuhku, sambil berkata “ok Leman..boleh buka lampu sekarang” Baik ustazah..sahutnya.
Bila terbuka saja lampu..ternampak sedikit kekecewaan di muka Leman. “Ustazah kata nak pakai baju tu..tapi tak pakai pun..”
“Shhhh...jangan lah macam tu sayang..mari sini ya” kataku memujuk. Leman pun datang kepadaku dan kemudiannya disuruh duduk di atas kerusi yang satu lagi.
“Ni apa..” aku menunjukkan bra ku kepadanya..yang sememangnya perlu ku tanggalkan untuk memakai pakaian tight itu. Wajahnya kembali tersenyum sambil berkata “Nak simpan boleh?” Boleh kataku.
Benjolan yang pada mulanya terlihat sebelum menutup lampu masih kelihatan. “Amboi..dah tegang ke Leman?” padahal aku dah tahu dari awal tadi. “Dah ustazah..dari tadi lagi..ingatkan lepas buka lampu terus nampak ustazah pakai pakaian tu..tapi tak nampak” katanya lagi.
“Ish..ketat sangat lah Leman..malu ustazah”.. Leman tersenyum. Aku lantas ke hadapan dan menarik tangan Leman berdiri. Tanpa disuruh, Leman merangkul pinggangku dan kami berkucupan melepaskan rindu. Apa yang difikirkan lagi...Dayana.. Dayana?
Sambil bertaut lidah..aku membuka baju sekolah Leman dan melepaskan cangkuk seluarnya, mengakibatkan terus gelungsur jatuh ke lantai. Dan tekaan ku betul, kerana Leman tidak memakai seluar dalam pada hari itu. Mencanak ke atas batangnya keras, yang pastinya telah disambut oleh aku.
“mmmmmphhh...ohh..ustazah...sedapnya..”kata Leman apabila ku meramas lembut batangnya itu tanpa melepaskan kucupan.
Kemudiannya aku meleraikan pelukan dan berkata..”ini untuk Leman ya sayang..”sambil membuka zip jubahku yang kemudiannya jatuh ke lantai, mendedahkan pakaian yang Leman berikan tadi. Oleh kerana tudung labuhku, bahagian depannya ditutup olehnya. Seperti tahu apa yang akan berlaku seterusnya, ku singkapkan tudung labuhku ke belakang bahuku, menampakkan sekujur tubuhku yang hanya dibaluti oleh pakaian tight itu sahaja. Mata Leman seperti terpukau dan asyik menelan air liur melihatku. Dan bila melihatnya begitu, aku mengagak yang Leman terpukau ke arah buah dadaku itu dan berkata “Leman nak ini kan? sambil menunjuk ke buah dadaku. Leman mengangguk laju tanpa mengerlipkan mata. Terus ku keluarkan kedua buah dadaku dari V neck baju untuk tatapan Leman.
Ku merapatkan kembali pelukan dan mencium Leman semula. Leman menciumku penuh nafsu dan bermain main buah dadaku tanpa alas, tanpa lindungan lagi oleh tudung labuhku. Tanganku terus membelai batangnya semula dan dapat merasakan air mula terbit di hujung kepalanya itu.
Setelah beberapa ketika, ku menyuruh Leman duduk di lantai dalam keadaan berbogel. Waktu itu Leman ternampak lubang di celah kelangkang itu ditutup oleh seluar dalamku yang dipakai tadi. Ku agak itu yang seterusnya lantas berkata “Leman..tarik turun seluar dalam ustazah ya..��
Leman terus mencapai seluar dalam ku dengan tangan yang ketar ketar, melurutnya ke bawah. Diingatkan ku akan menutup kemaluanku yang terdedah, Leman menoleh ke tepi. Tetapi disedarnya, aku tidak berbuat apa apa, kecuali terus membuka kakiku sahaja. Leman memandang semula ke depan, dan ketika itu dapat melihat pantatku yang dicukur bersih, dalam keadaan sedikit terbuka dan meleleh air maziku ke peha.
Akhirnya, tiada apa apa lagi yang ku selindungkan dari Leman, kecuali rambutku kerana masih memakai tudung labuh. Ku menyuruh Leman untuk diam sahaja kerana ku amat malu!!!
Leman mengangguk sahaja..dan tanpa disuruh..mendongak sedikit dan mula menjilat pantatku. “Arghhhhhhhh....geli....lagi Leman”pintaku sambil memegang erat kepalanya. Lidahnya bermain main di lurah pantatku dan kemudiannya membelah pantatku dengan lahapnya.
“Ohhhhhhhh....urgghhhhhkkkkkk, uh...usss...tazah...tak tahannnn....”sambil mengejang dan memancutkan air berahiku ke muka Leman. Leman sedikit terkejut..tetapi menjilat semuanya sehingga bersih kembali.
Selesai itu..ku menyuruh Leman baring di lantai, sambil memerhatikan batangnya basah akibat terlampau ghairah. Terus aku mempraktikkan posisi 69 yang telah ku pelajari melalui salah satu klip video lucah. Aku berada di atas mengangkang ke muka Leman dan terus memasukkan batangnya ke mulutku. Leman terus menjilat pantatku kembali. Sambil asyik menjilat dan menghisap batang Leman..ku terasa air ku mula terbit semula dari pantatku, dan kini Leman sedang bermain dengan lidahnya.
Tiba-tiba, ku rasakan sesuatu yang ganjil, iaitu Leman sedang menjilat lubang duburku! Aku ingin menyuruhnya berhenti, kerana disitu adalah tempat keluarnya najis dan kotor..akan tetapi kini aku membiarkannya! Apabila tidak mendapat bantahan dariku..kini ku terasa jari Leman sedang meneroka lubang duburku yang akibatkan ku tak tertahan dan memancutkan air ku untuk kali kedua!
Leman pula yang asyik meneroka bahagian bawahku tiba tiba mengejang dan menarik badanku ke bawah..dan memancutkan airnya ke mulutku. Seperti orang yang berpengalaman, aku membiarkan Leman habis memancut dan perlahan menarik mulutku ke atas sambil memerah batangnya itu. Air maninya ku telan seperti kelaparan.
Setelah selesai itu, kami duduk sebentar melepaskan penat, dan aku tidak melepaskan peluang membelai batangnya yang kini separuh lembik. “Sedap Leman?..Leman mengangguk laju. Suke nye dia kan..
Dilihat ke sekeliling, seakan tidak percaya olehku, duduk berdua dengan seorang pelajar yang berbogel, di dalam bilik yang tertutup di atas lantai, memakai pakaian yang tidak senonoh tetapi masih mengenakan tudung labuh!
Seakan hilang akal dan tidak menjangka, ku berkata dengan lembut..”Leman boleh tutupkan lampu semula?.. “Kenapa ustazah?..Ku memberi isyarat diam..Leman menganguk faham dan terus menutup lampu. Apabila lampu dipadamkan..terlihat cahaya samar-samar di bawah pintu menandakan hari semakin petang, kerana blok bangunan ini menerima terus cahaya matahari petang.
“Nampak lagi kan Leman? Leman mengangguk sambil tersenyum dan tak sabar apa yang bakal dibuat sebentar lagi.
Kedinginan penghawa dingin tidak dapat menyejukkan bahang kegiatan kami. Oleh itu, ku mengambil keputusan untuk membuka tudungku, menampakkan rambutku yang paras bahu itu kepada Leman.
“Ohhhhh...ustazah sungguh cantik...tak sangka”katanya kepadaku. Ku tersenyum malu sambil bangga di dalam hati. “Leman..batang awak ni dah keras balik lah..tak sabar ke sarang ke..”
“ahhhhh...betul lah ustazah...nakal dia ni..” diiringi gelak ketawa kami berdua.
“Kalau macam tu..mari sini..”kataku sambil merangkak di depannya. Dengan itu juga ku rasakan air pantatku membasahi kedua pehaku. “nak buat macam mana ustazah?...”katanya. “Leman masuk dari belakang ya”.
Leman pun membelakangi aku dan dapat ku rasakan batangnya bermain di bibir pantatku. Aku mencapai batangnya dan meletakkan kepalanya di pantatku sambil menolak badanku ke belakang..menyebabkan batangnya meluncur masuk ke pantatku.
“Ohhhhhhhhhhh.......sedapnya ustazah!!!” erang Leman. Aku ingin menjerit kesedapan, tetapi ku mengigit bibir bawah dengan kuat sebab kejang untuk kali ketiga! “MMMMMMMmmmmmmphhhhhhhh!!!!”
Leman seperti tahu kehendakku dan melajukan dayungan. Berdecit-decit bunyi batang Leman bermain di pantat becakku. Aku terasa seperti melayang kesedapan. Dalam membayangkan klip video lucah yang pernah ku tengok, tiba tiba “Sraappppp!!!” Leman mengoyakkan pakaian yang ku pakai itu.
Aku memandang ke cermin tinggi itu, dan nampak Leman tersenyum. Aku seperti mengerti dan mengangguk sahaja. Leman kemudiannya meneruskan mengoyak pakaian yang ku pakai sambil tidak mengeluarkan batangnya dari pantatku. Setelah terlerai semuanya, Leman mencampakkan sisa pakaian itu ke sudut bilik.
Kini kami berdua bogel sepenuhnya. Ini dapat dilihat di cermin tinggi di dalam bilik. Seorang ustazah dijolok pantat oleh batang muridnya sambil merangkak! Rasa malu yang teramat sangat bila ku sedari yang diri ku telah dibogelkan seluruhnya. Akan tetapi, hati ku yang telah dikuasai nafsu berasa seronok sekali. Menyedari hari makin petang, ku memberitahu Leman untuk mendayung semula dengan laju. Leman pun mula menghentak pantatku dengan batangnya “Plap..plap..plap”bergema bunyi telurnya melanggar bontotku.
Kemudian..terdengar suara yang tak asing lagi buatku..”ustazah..saya nak pancut ni..””pancut saja dalam pantat ustazah ya sayang..”Leman seperti tidak percaya dan cruuutttt..cruuuuuttt...cruuutttt!!! Simbahan air mani Leman pekat ke dalam rahimku dimana aku juga mengejang lagi!
“Aduhhh...sedapnya pancut dalam ustazah..”ujar Leman masih tidak percaya. “Awak juga yang ajar ustazah kan..” kataku sambil mencubit pehanya. Batangnya masih berkubang lagi dalam pantat becakku. Kemudian ku berkata “Leman..alang alang ni..ustazah nak rasa macam mana orang main bontot boleh?” Leman seakan tidak percaya ustazahnya ini. “saya pun tak pernah ustazah..selama ni tengok je”
Dalam keadaan masih menonggeng, ku arahkan Leman keluarkan batangnya dari pantatku. Dalam keadaan yang masih berlendir, ku letakkan kepala batangnya di pintu duburku dan meneran sedikit membuka laluan najisku itu untuk disetubuhi.
Leman membantu dengan menolak batang separuh lembiknya ke dalam duburku. Akibat berlendir oleh air mani kami berdua, batang Leman berjaya memasuki duburku sehingga separuh dan Leman mula mendayung!
Sedikit demi sedikit, batang Leman keras semula dan kini keseluruhannya telah berada dalam duburku! Seakan tak percaya dimana aku sendiri yang diminta diliwat!
Ku selang seli mengemut duburku kerana kesedapan. Pantatku masih meleleh air mani kami. Tidak sampai 5 minit, Leman memancutkan lagi air maninya kali ini dalam duburku.
“Arghhhhhhhhh...ustazah!!!” itu saja yang sempat ku dengar dari Leman. “Sedap sayang?... Sedap ustazah” Kami terus berada dalam keadaan itu kerana keletihan dan hanya bangun bila batang Leman mengecil dan keluar dari duburku. Jam telah menunjukkan pukul 6.30petang. Kami pun bangun dan mengenakan pakaian masing-masing, sambil mengemas bilik kaunseling 2 itu sebelum melangkah pulang.
Leman dari seorang pendiam telah menjadi seorang periang dan sentiasa fokus dalam kelasku. Mungkin sebab kami masih memerlukan satu sama lain? Terapi apa yang awak gunakan ini Dayana???
245 notes
·
View notes
Text
KERANI PEJABAT (PART 1)
Aku kerja sebagai executive di bahagian pertanian di Timur Malaysia. Dalam Pejabat aku ni x ramai mana pun perempuan, kalau ada pun jaga bahagian admin Pejabat je. Ada dalam 7 orang je perempuan dalam office ni. Aku memang agak mesra dengan semua kerani2 kat sini. Dalam ramai2 ni, 6 orang dah kahwin, 1 jer yang belum kahwin. Mesti korang ingat aku akan try yg single tu kan, tp takkkk.
Aku duk berkenan kat satu perempuan ni, korang pun boleh Teka. Ya, dia bini orang. Persona bini orang ni lain bosskuu. Ira namanya. Ira ni berkaca mata, putih kulitnya, tinggi dalam 165, berat dalam 60 gitu je. Badan kurus je, tp C cup. Ira ni yang buat aku geram dah laa cantik, pasti soft spoken dengan suara manja2 dia. Mana tak kerasnya keris aku.
Mula2 kami selalu keluar makan ramai2, lepak Mall spend time lepas waktu office. Sengaja aku ajak main bowling nk tgk punggung Ira ni, geram beb. Tp alang2 tu usha sekali punggung kerani yg lain sekali.. tp x blh lawan punggung Ira ni... Selalu kena pam dgn husband dia ni. Bila makan aku sengaja duk sebelah dia biar siku aku blh kena dada dia, itu taktik biasa kan? Dia pun mcm faham je.
Fast forward, dalam setahun jg aku rapat dgn ira, sampai lah satu masa tu dia meluah sesuatu yg menjadikan relay kami makin rapat. Suami ira ni sebenarnya kerja offshore, so beberapa bulan sekali baru blk. Time ni aku dah hidu bau2 isteri kesunyian. Yang buat dia sedih adalah suami Ira ni ada perempuan simpanan lain. Time ni aku dah sedar, peluang aku tinggi. Tapi waktu tu aku cover lagi, byk Bagi dia kata2 semangat. Padahal aku dah teringin nk rasa badan dia.
Sejak drpd tu, Aku Dan Ira makin kerap ws malam2, perkara ni makin nakal bila aku Tanya dia.
" Ira, tak rasa sunyi ke" aku pancing dgn harapan dia termakan.
"Urmmm, sunyi juga tinggal sorang lama2, ada suami mcm takde"
" Kesian diaa, saya kan ada. Tiap2 malam blh teman ira"
" Hmmm, tapi ws je kan, lain rasa tu"
" Kalau ira nak ada di sebelah tiap2 malam pun saya blh teman" Masih Cuba memujuk ira.
" Tak boleh, Ira isteri org, Ira tak nak curang, walaupun suami Ira curang."
" Mana adil mcm tu, dia dah tinggalkan Ira "kesunyian", kena laa balas balik"
" Macam mana nak balas balik?"
Umpan dah termakan sikit ni " Ira kena laa curang blk, buktikan bukan dia sahaja yg blh buat, tapi kan saya nk Tanya bila last Ira bersama?"
"Tak berani nk curang, entahlah bila last bersama, rasanya dah 4 bulan dah disentuh"
Dalam hati aku, ini kalau gosok sikit je dah banjir ni. " Pernah datang gersng tak?"
" Tipu laa kalau tak pernah, selalu je tp x blh nk buat apa" Ira mengeluh.
" Ira blh lncap kan? Bagi hilang rasa grsng tu"
" Hmmm, tak pandai and tak pernah buat"
Akhirnya Ira termakan umpan aku, " Saya blh ajarkan, malam2 ni lg best Lncp"
" Tapi tak turn on malam ni"
Aku pun terus hantar gambar batang aku pada dia, 3 keping gambar biar dia tgk puas2. " Untuk Ira, tgk laa dulu mana th blh buat Ira turn on"
Dalam masa 5 minit, juga Ira tak balas ws aku. Aku ingat dia dah block aku sbb hantar gambar batang kat dia.
"Awak, hmmm besarnya batang awak, takut" Ira balas. Waktu ni aku dah tahu, Ira dah turn on tgk batang aku.
" Biasa je tu Ira, Ira kena pegang laa nak tahu besar ke tak."
" Kalau dah berurat macam tu, mana ada biasa" Ira memuji lagi batang aku.
" Lagi best kalau masuk mulut Ira, Ira dah basah ke"
" Urmmm, dah basah laaa"
" Usaplah puki Ira tu slow2, biar kena dekat biji tu baru puas" aku hantar juga voice note pada Ira biar dia makin Gersang.
" Urmmm awak, rasa tak selesa laa." Semakin byk aku hantar voice note pada Ira biar dia basah sebasahnya.
Dalam 10 minit, aku menggoda Ira. Akhirnya, dia hantar aku satu gambar. Gambar jarinya yg basah, air puki Ira penuh tangan, tak pelik pun puki yg kesunyian memang banjir.
"Awak, lama saya tak rasa macam ni, puas sgt. Thank you tau"
" Sama2 Ira, saya akan sentiasa ada untuk Ira" ayat penghabisan yang mana aku tahu, Ira akan jadi hamba sxx aku.
Ira cuma balas dengan emoji "love", Dan aku tahu aku akan henjut dia tak lama lagi. Aku kena sabar. Lain macam penangan bini yang kesunyian ni.
SORRY KALAU PENULISAN ADMIN TAK BEST, TAPI KALAU NAK PART 2 KOMEN BANYAK2, ADMIN AKAN CERITA LAGI BILA IRA DAH JADI LAGI NAKAL.
3K notes
·
View notes
Text
KERANI PEJABAT (PART 2)
Sambungan hubungan nakal aku Dan Ira daripada luar waktu Pejabat semakin marak ke waktu Pejabat. Time kerja pun aku sengaja ws Ira dengan menghantar ws2 nakal.
"Hi Ira, busy ke tu"
"Haishh, awak ni waktu kerja pun nakal ke"
" Rindu Ira, geram nak nakal2"
" Rindu awak juga, tp tak boleh nakal nanti orang nampak"
Aku tahu Ira pun semakin grsang dgn aku. Walaupun dalam Pejabat, aku ada bilik personal so ada privacy untuk aku. Aku sengaja ambil gambar batang dalam Pejabat Dan hantar pada Ira.
" Awak!!!, tak baik laaa mcm ni. Kat tempat saya ramai orang tau. Awak takpe lah ada bilik sendiri."
" Kalau macam tu, Ira datang bilik saya."
" Takut. Tapi suka tengok batang awak besar n berurat. Geram"
Aku syak dah basah puki Ira ni. Tak lama lagi aku akan hisap semua air puki kau.
" Nanti Ira tengok depan2 lagi best."
" Tak nak, nak peluk2 je dulu."
" Ok nanti lepas office hour datang bilik saya."
"Noted Tuan."
Jam dah pukul 5, hati aku berbunga tunggu Ira datang bilik aku. Batang aku pun dah keras imagine muka Ira. Aku yakin Ira pun mesti basah, maklumlah barang dah lama x usik mahu tak basah. Pada aku, rugi betul suami Ira, bini dah lawa pun dibiar mcm tu. Mungkin suami dia jumpa yg lagi padu. It's okay, biar aku yang puaskan bini kau.
Pada aku, Ira ni ada aura tersendiri yang mampu membangkitkan nafsu lelaki. Sopan, lemah lembut, Manis orangnya. Aku rasa bukan aku seorang yg turn on dengan Ira ni.
"Knock! Knock!, Assalamualaikum Tuan." Aku tahu itu suara siapa, suara yang membangunkan adik yg sedang tidur.
"Masuk" Ira masuk ke pejabat aku dengan segan2 padahal dah biasa masuk. Cuma Kali ni berbeza, sebab dia tahu apa Salah dia. Ira pakai cukup sopan hari ni. Berbaju kurung Kedah, warna merah bunga putih. Bertudung cream ditutup elok segala bentuk badan Dan dada. Sangat sempurna.
"Tuan, ada document kena sign."
"Cantik awak hari ni." Tangan aku laju sign document yang ada. Padahal tak sabar nak nakal dengan Ira.
" Biasa je hari ni." Ira nampak aku sudah selesai sign segala document tapi Masih Kaku di hadapan meja aku. Seolah mengharapkan sesuatu. Aku faham Dan dapat membaca kehendak Ira. Aku bangun mengunci pintu. Aku terus memeluk Ira Dan merapatkan Ira ke dinding Pejabat.
Perlahan aku mencium leher Ira, bau wangi perfume yang sgt best. Semakin kuat aku mencium di leher Ira walaupun Masih berlapik tudung. Aku terus mencari leher Ira cium Dan menghembus nafas panas di situ.
" Urmmmmm." Rengekan manja Ira sebagai petanda dia sudah gersang. Aku terus ulang mencium leher Dan telinga Ira. Ira pun mungkin x mampu tak tahan godaan. Dia memeluk aku lebih erat. Diusap badan belakang aku dgn begitu liar. Aku perasan nafasnya semakin laju. Aku terus mencari bibir Ira.
Aku hisap n gigit bibir Ira perlahan, reaksi Ira sangat baik Dan turut membuat perkara yang sama. Kami bercium sehingga membasahi keliling bibir masing2. Aku Cuba bermain lidah dengan Ira Dan ianya dibalas dengan baik. Lidah kami bersimpul Dan berlaga dengan rakus. Ira sangat hebat bercium. Lama tak dapat ni.
" Urmmm urmmm Ahh" dengusan manja Ira menikmati ciuman ini. Aku Masih memegang erat pinggang Ira, pinggang Ira ramping macam anak Dara. Tak pelik walaupun dah 5 tahun Ira berkahwin tapi Masih belum ada anak. Macam mana nk ada kalau lubang keramat tu tidak disentuh.
Ciuman kami semakin rakus, air liur kami sudah banyak bertukar. Aku memberanikan diri meraba punggung Ira.
"Fckkk, besar n lembut nyaa punggung Ira." Selama ini tak perasan sangat sbb baju kurung yang dipakai Ira selalu longgar. Aku semakin gersang, aku makin meramas punggung besar itu. Ira makin tak keruan.
"Ahhh Urmmm bestnya" Ira semakin diulik nafsu. Makin kuat aku ramas punggung Ira biar dia lagi liar. Batang di dalam seluar aku dah mengeras Dan menjerit minta dilepas kan.
Aku memegang tangan Ira Dan bawa ia ke batang aku yang Masih di dalam seluar. Lain mcm Gersang bini orang ni. Bukan main rakus Ira usap Dan gosok batang aku. Lapar batang agaknya.
" Urmmm besarnya batang awak." Ira memuji saiz batang aku. Makin aku naik geram, aku terus menyelak tudung Ira Dan meramas dada Ira. Walaupun berlapik aku dapat rasakan dada Ira agak besar Dan bulat. Walaupun pakai bra, aku dapat rasakan puting Ira mengeras. Besar juga puting Ira ni.
" Ahhh ahhhhh urmmm, awak bestnya. Ramas lagi dada Ira."
" Ira nak saya belai lagi."
" Belai Ira sepuasnya, Ira nak sangat2."
Makin bersemangat aku bila Ira meminta begitu. Makin laju ciuman kami, tangan Ira juga makin laju meraba batang aku. Aku pun turut meramas punggung Dan dada Ira sekali gus.
" Ahhh ahhhh lama tak rasa mcm ni." Bila Ira kata begitu, aku sengaja melepaskan ciuman Dan berhenti meraba Ira.
"Urmmm awak kenapa berhenti, tak baik tau buat macam ni."
"Awak nak saya belai lagi tak?"
" Please, Ira nak dibelai."
" Boleh tapi dengan satu syarat, apa2 arahan yang saya Bagi. Ira kena ikut."
Tanpa berfikir panjang Ira menjawab. " Baiklah, Ira akan turuti semua kehendak awak."
" Bagus, sekarang hisap batang saya."
"Urmmm dalam ofis ni?"
" Ya, dalam bilik ni."
Ira duduk melutut dihadapan aku, dibuka butang seluar Dan menurunkan seluar aku dgn perlahan. Aku nampak Ira seperti berdebar untuk melakukan hubungan terlarang ini. Aku yakin dia dah terlalu sangap Dan perlukan batang. Tinggal boxer hitam sahaja yg tinggal, nampak dgn jelas batang aku mengeras Dan begitu dekat dengan muka ira. Ira membuka seluar dalam Dan terkejut apabila batang ku terkena dihujung hidung Ira. Ira seperti tak keruan melihat batang.
" Besarnya batang awak." Ira memberanikan diri untuk memegang batang aku. Ira mengusap batang ku perlahan lahan.
" Tak sangka batang awak berurat macam ni, sexy sangat."
" Ira suka?"
" Suka sangat, lama tak sentuh batang, tp Kali ni dapat yg lebih baik." Aku beranggapan saiz batang aku lebih baik drpd suaminya.
"Ahhhhhhhh, Ira sedap nya tangan Ira. Lembut." Aku tak dapat menahan kesedapan permainan seorang isteri Gersang.
Ira sengaja melajukan handjob nak tgk aku lebih Gersang. Tak guna punya perempuan.
"Suck my D Ira."
Ira faham aku dah tak tahan. Ira merapatkan mulutnya ke batang ku. Ira menghulur lidah ke lubang batang Dan menjilat air mazi yang meleleh.
"Ahhhh ahhhh Ira, Fck U Ira, hisap batang I lg."
Ira handjob semakin laju Dan memasukkan kepala batang aku kedalam mulutnya. Ira sangat pandai bermain dgn lidahnya. Liar menjilat kepala batang. Satu tangan handjob, satu tangan lagi meramas punggung aku.
" Slurpp slurpp slurpp" Ira laju blowjob batang aku sehingga penuh air mazi n air liur di bibirnya. Ira Masih belum puas, dia hisap batang dengan begitu rakus, Ira Cuba memasukkan batang ku sedalam mungkin.
" Urmmm Ira sedap u blowjob, best sgt."
Ira memandang aku dengan begitu seksi, tudung yang Masih sempurna begitu juga cermin mata Ira. Dia mengeluarkan batang ku daripada mulutnya, Ira menjelirkan lidah sepanjangnya Dan memukul lidah itu dgn batang ku.
" Batang awak sedap, penuh mulut saya. Geram tau." Ira sambung blowjob batang ku. Aku semakin gersang bila Ira kata begitu.
Ira melajukan blowjob Dan makin kuat menjilat batang ku, kepala batang dah kembang kalah cendawan. Aku pun tak tahu berapa banyak air mazi yang Ira dah telan.
" Ahhhhh ahhhh Ira, sedap nya u blowjob. I dah tak tahan." Ira sengaja menghisap lebih kuat nk bg aku betul2 puas.
" Iraaaaa, I dah nak pancut, Ahhhhhh Fckkkkk." Aku memegang sanggul rambut Ira dan menolak kepala Ira semakin dalam, biar aku pancut semua di dalam mulut Ira. Ira mcm faham, Ira meramas dengan kuat kedua Dua punggung aku.
" Ahhhhh ahhhhh ahhh" tiga das air Mani aku memenuhi mulut Ira. Ira membiarkan batangku Masih di dalam mulutnya. Lidahnya Masih bermain di kepala batangku. Ira mengeluarkan batangku perlahan lahan.
" Plupppp" Ira memandang aku sambil menelan semua air Mani aku.
" Fck U Ira, GF I pun tak pernah telan air Mani I." Aku yang kagum dengan Ira.
" Ira bukan GF awak, Ira kekasih gelap awak."
Ira dah declare hubungan kami. Kami memandang satu sama lain Dan yakin akan banyak lagi hubungan terlarang yang akan kami buat.
So, macam mana part 2? Part 3 akan lebih Gersang, Admin belum share mcm mana admin dapat rasa badan Ira . Likes Dan KOMEN untuk Part 3
3K notes
·
View notes