nidaaisma
nidaaisma
Isma Nida Aulia
21 posts
ESTJ-A - #SukaBuku
Don't wanna be here? Send us removal request.
nidaaisma · 5 years ago
Text
Apakah Kamu Harus Sekolah Lagi?
Tulisan ini mungkin relevan untuk kamu yang:
Masih menjalani sebuah pendidikan–entah di sekolah atau di kampus, tapi sebenernya ngga bener-bener tau bagaimana pendidikan yang kamu jalani akan membantu mencapai apa yang kamu inginkan dalam hidup
Baru lulus sebuah jenjang pendidikan, tapi ngga tau apakah sebaiknya lanjut sekolah, kerja, memulai bisnis, atau ngapain
Udah selesai dengan pendidikan formal, mulai settle dengan kehidupan yang “sesungguhnya”, tapi ngerasa hampa–ngerasa “no one” karena ngga punya keahlian spesifik
*  *  *
Jadi, dalam perjalanan saya menggarap proyek Esensify, saya banyak baca buku dan banyak terinspirasi (tentu saja, sebab Esensify kerjaannya emang bikin intisari buku).
Salah satu buku yang lagi saya buatkan intisarinya adalah buku “Ultralearning” (bisa dibeli di Amazon)
Tumblr media
Singkatnya, buku ini ngajarin prinsip, strategi, dan taktik yang bisa kita gunakan kalau kita mau belajar sebuah keterampilan atau ilmu dengan efektif, efisien, cepat.
Si penulis cerita, dia lulus semua ujian program sarjana computer science MIT dalam kurang dari setahun (yang wajarnya dicapai dalam empat tahun), tanpa pernah menjadi mahasiswa MIT. Dia belajar sendiri.
Ada juga beberapa cerita ultralearner lain, misalnya cerita tentang orang yang bikin game Stardew Valley sendirian. Dia sendiri belajar ngoding, pixel art, komposisi musik, sampai pemasaran game-nya. Kalau anak Steam pasti tau game ini.
Pendidikan Formal Outdated
Saya sadar bahwa gagasan “pendidikan formal udah outdated” bukanlah sesuatu yang baru.
Waktu kuliah dulu, ada diskusi bahwa pendidikan tinggi tidak berkontribusi signifikan menurunkan angka pengangguran meski angka orang yang mengenyam pendidikan tinggi naik.  
Sebagian orang juga udah memulai homeschooling sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, karena saya cukup konservatif kali ya, saya ngga pernah anggap itu alternatif yang serius untuk pendidikan.
Tapi, kali ini, kombinasi dari pengalaman saya selama berkarir dan insight dari buku ini membuat saya akhirnya mau bangun dan serius memikirkannya, paling engga untuk saya dan keluarga saya.
Untuk memberikan konteks yang lebih jelas, begini.
Di industri saya, tech startup, kita semakin ngga peduli dengan latar belakang pendidikan formal kandidat (kebetulan saya udah 6 tahun berurusan dengan hiring orang, jadi saya yakin dengan observasi ini). Banyak software engineer yang di atas kertas “cuma” lulusan SMK, tapi bisa mengimbangi bahkan outperform yang lulusan S1 ilmu komputer–misalnya. Ini riil. Makanya coding bootcamp semakin menjamur.
Kalau kita berorientasi pada hasil, kuliah S1 yang bisa makan waktu 3,5 sampai 6 tahun dan berbiaya puluhan-ratusan juta bisa dicapai dengan bootcamp 3-12 bulan dengan biaya belasan juta hingga “gratis” (bayar setelah lulus dan dapat pekerjaan).
Ini ngga cuma terjadi dalam konteks software engineer, tapi juga bidang spesifik lainnya, seperti data science, design, research, product management, dan bisnis.
Apa Masalah Pendidikan Formal?
Kata buku ini, masalahnya adalah pada “transfer of learning”, yaitu kemampuan mengaplikasikan informasi, strategi, keterampilan yang kita pelajari dalam konteks yang berbeda.
Seringkali pelajaran dalam pendidikan formal tidak berhasil membawa konteks-konteks dalam kehidupan nyata yang kompleks, kaya, dinamis.
Ada penelitian dari Howard Gardner dalam bukunya Unschooled Mind, yang kesimpulannya adalah para mahasiswa yang menerima nilai bagus pada pelajaran fisika seringkali tidak mampu menjawab pertanyaan mendasar yang dimodifikasi dari apa yang telah diajarkan.
Atau contoh lain yang saya yakin banyak yang ngalamin, di kelas Bahasa Inggris kita diajarin grammar dan vocabulary. Pas ujian nilainya oke. Udah pede tuh, berasa jago. Tapi, saat ketemu asing beneran dan harus berbahasa Inggris, bisa nggak kita berkomunikasi sama dia?
Apa Sarannya?
Ada beberapa strategi yang direkomendasikan sama buku ini, salah satunya adalah direct learning, di mana kita langsung terjun ke situasi di mana keterampilan itu akan digunakan.
Contoh yang paling mudah adalah belajar bahasa. Daripada sibuk bolak-balik baca buku tentang gramatika, mending kamu bikin komunitas di mana semuanya wajib ngomong pakai bahasa tersebut. Atau, lebih baik lagi, langsung berkomunikasi dengan native speaker-nya.
Contoh lain, kalau mau belajar ngoding website, daripada belajar HTML dan CSS secara terpisah dan masing-masing berdiri sendiri (terpisah dari konteks kebutuhan kita), mending kamu bikin proyek website di mana kamu terpaksa harus menggunakan HTML dan CSS sesuai dengan situasi di mana kamu membutuhkannya.
Ada juga strategi metalearning, di mana kita melakukan pemetaan bagaimana suatu keterampilan terstruktur dan gimana cara terbaik mempelajarinya. Singkatnya, mempelajari gimana caranya untuk mempelajari sesuatu.
Contoh yang saya sendiri praktekkin setiap saya mau menaikkan “level” diri saya sendiri di pekerjaan, saya pelajari job description level yang lebih tinggi dari saya dari berbagai perusahaan besar di Indonesia dan dunia. Saya sintesiskan, lalu saya petakan gimana caranya saya bisa deliver job description itu dan langsung saya praktekkin dalam pekerjaan saya (simpelnya). And it works!
Mungkin, hari ini, belum semua bidang ilmu/keterampilan bisa diperlakukan seperti ini, misalnya bidang dengan resiko tinggi seperti kedokteran atau penerbangan. Tapi kalau kamu ngga di bidang yang beresiko tinggi seperti itu, berbahagialah karena internet menyajikan kesempatan untuk belajar apapun.
Jadi,  Apakah Kamu Harus Sekolah Lagi?
Sebagaimana jawaban untuk banyak urusan hidup: tergantung.
Kamu mau mencapai apa dengan sekolah lagi?
Bagaimana sekolah lagi mengantarkan kamu semakin dekat dengan apa yang penting bagi hidup kamu?
(Dan anyway, apa yang sungguh-sungguh penting bagi hidup kamu? Sebaiknya udah bisa jawab ini dengan mantap)
Tentu saja, bisa jadi sekolah lagi relevan untuk kamu dan mengantarkan kamu ke tujuan kamu–apapun itu.
Yang ditawarkan oleh buku ini adalah semacam argumen bahwa kalau yang kamu cari adalah penguasaan atas suatu keterampilan atau ilmu, ada rute lain yang lebih efektif dan efisien daripada pendidikan formal.
Pengen bikin bisnis? Kita bisa belajar dengan cara bikin bisnis alih-alih ambil MBA. Pengen jadi programmer? Kita bisa belajar dengan mulai bikin software alih-alih mikirin untuk kuliah ilmu komputer. 
Tentu, belajarnya dengan prinsip, strategi, dan taktik yang tepat, seperti yang ditawarkan oleh buku ini.
* * *
Ps: intisari versi lengkapnya akan tampil di Esensify setelah segala infrakstruktur dan kontennya memadai.
357 notes · View notes
nidaaisma · 5 years ago
Text
“Dimana kau berada, seperti apa kondisi lingkunganmu, apa yang kau tonton, apa yang kau dengar, siapa yang kau ajak bicara, itulah yang akan membentuk dirimu. Jika kau ingin mengubah dirimu, mulailah dengan mengubah hal-hal diatas.”
— Choqi Isyraqi
811 notes · View notes
nidaaisma · 5 years ago
Note
Hello! Im an American-egyptian so I can speak and understand arabic fluently but I just can't read/write that well. do you have any advice? (I know the alphabet and basics) thank you so much :)
Hello, anon. Here are some tips that I would like to share :
First of all, I think you should learn and study [ the Arabic Alphabets ]and [different types of vowels].
have a good general understanding of Arabic grammar. I made some Arabic [grammar posts ] which I hope you’ll find interesting and will help.
In my opinion, it’s better to start with the Standard Arabic so that you’ll know and understand the structure of the language before starting with a particular dialect
Since you’re American-Egyptian I assume that you would be interested in learning the Egyptian dialect and if that’s the case there are a lot of helpful resources such as [this post] and this [masterlist]
Don’t feel discouraged when you’re learning Arabic and don’t listen to those who tell you it’s “difficult”.  I don’t think that there is such a thing as a “difficult” language, it’s just a language that is new and different from what you know. Think of it as a journey and enjoy every part of it. Plus, many Arabic learners have told me that they were surprised by how logical and regular the Arabic language is.
I post learning tips every now and then on this tag feel free to check it out. And don’t hesitate to ask me if you face and problems or need a motivation boost :D
21 notes · View notes
nidaaisma · 5 years ago
Note
Do you have any Arabic resources for beginners?
Textbooks & PDFs:
Al-Kitaab 3rd Edition
Arabic Grammar in Context
Arabic Grammar Tables
Arabic Plural System
Build Your Arabic Vocabulary
Easy Arabic Grammar
Easy Arabic Reader
Ultimate Arabic Beginner-Intermediate (what I use)
Websites:
Huruf extension to make font bigger [Chrome] [Firefox]
ACON Verb Conjugator
Al Jazeera Learn Arabic
Arabic Without Walls
Gateways to Arabic Videos
Glossika (use the free trial)
Khallina
Language Transfer Course
Learn Arabic with Maha Videos
Madinah Arabic
Talk in Arabic
UT Austin Listening Materials
Dictionaries:
Almaany
Forvo
Hans Wehr
Lughatuna
Other:
Apps
Alphabet Resources
Podcasts
2K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
What ia necessary to change a person is to change his awareness of himself
Abraham Maslow
0 notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
Self awareness ia a key to self mastery
Gretchen Rubin
0 notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
karena aku sangat mudah untukmu
karena aku sangat mudah untukmu.
kamu tidak perlu lelah-lelah berjuang, sebab aku tidak mungkin sampai hati membiarkan orang yang ingin memperjuangkanku berjuang sendirian.
kamu tidak perlu repot-repot membuat dirimu diterima, sebab aku selalu bersedia mengambil tanggung jawab untuk lebih dari menerima–yaitu memaafkan, melupakan, bahkan melepaskan.
kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkanku, sebab aku sungguh selesai dengan diriku sendiri. sebab masa depanku adalah rangkaian rencana yang bisa diganti. sebab ambisiku selalu (hanya) sekeras tangan yang menggenggam pasir, secukupnya mencukupkanku.
kamu tidak perlu khawatir tentang apapun, sebab aku bisa mengikutimu ke mana pun. aku bisa diajak berjalan, berlari, merangkak. aku bisa bertahan pada segala musim dan cuaca, bisa berteman dengan segala rasa dan nuansa.
karena aku sangat mudah untukmu, semoga kamu merasakannya: bahwa yang mudah didapatkan, belum tentu tak berharga.
semoga aku sangat berarti untukmu.
5K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
saat-saat perempuan kalah (dan menang)
sepanjang perjalananmu menikah kelak, akan ada banyak sekali yang harus kamu korbankan. itu sudah pasti. itu adalah keniscayaan. pada setiap pengorbanan yang kamu berikan, akan terbesit di hatimu bahwa kamu–kalah.
mungkin yang kamu sebut sebagai kekalahan adalah ketika kamu harus mengganti cita-citamu. mungkin yang kamu sebut sebagai kekalahan adalah ketika kamu tidak bisa bersinar sebagaimana kamu mampu, sebab sumber cahayamu harus kamu bagi kepada anak-anakmu. mungkin yang kamu sebut sebagai kekalahan adalah ketika pasanganmu bisa memenangkan dunianya, sedangkan kamu tidak. atau, ketika pasanganmu tidak lagi jatuh cinta kepadamu–meskipun dia masih menyayangimu.
percayalah, kami para perempuan sebelum kamu, sudah pernah mengalami perasaan-perasaan kalah itu. itu semua bukanlah “kekalahan” yang berarti. ada perasaan kalah yang sangat hebat–yang mungkin terjadi pada perempuan dan semoga tak pernah terjadi kepadamu–yaitu saat seorang perempuan, tak lagi menjadi yang satu-satunya.
sudah, tidak bisa kami ceritakan bagaimana rasa kalahnya. kami hanya bisa mengerti mengapa Rasul tak izinkan Ali menikah lagi. perasaan kalah itu tidak hanya akan menjadi milik sang perempuan sendiri.
kami tidak membenci poligami, kami hanya belum mampu untuk mengalaminya apalagi menjalaninya. pada semua jenis mengalah untuk menang, tidak menjadi satu-satunya tak ambil bagian. tidak menjadi satu-satunya seringkali adalah mengalah untuk benar-benar kalah.
sekiranya hampir semua perempuan sudah memahami bahwa ada dua cara baginya untuk menang: mengalah dan mengabdi. namun sekiranya semua laki-laki juga perlu memahami bahwa perempuan tak mampu menjadi yang pertama–perempuan hanya mampu menjadi yang satu-satunya.
ini adalah pesan untuk anak-anakmu kelak. kepada yang perempuan, mengalahlah untuk menang. sungguh semua yang kamu sebut sebagai kekalahan adalah tangga-tangga menuju kemenangan–jika kamu sabar dan ikhlas menapakinya.
kepada yang laki-laki, jangan ada yang kedua, ketiga, keempat–hanya Rasul yang bisa dan boleh–jangan pernah ada meskipun hanya terbesit di benakmu saja. sebab bagimu, ada dua cara untuk menang: menjaga dan menghargai. menjaga pandangan, lisan, pendengaran, dan kemaluanmu. menghargai setiap “kekalahan” pasanganmu.
dari generasi sebelum kamu, agar kamu mendengarkan dan memahami.
1K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
19. kebaikan laki-laki
kalau kita lihat, di dunia ini ada banyak sekali laki-laki yang baik. laki-laki yang rajin sekali ke masjid dan tekun sekali beribadah. laki-laki yang gigih sekali belajar dan giat sekali bersekolah. laki-laki yang begitu sungguh-sungguh bekerja dan menjemput nafkah. laki-laki yang sangat setia dan taat kepada kedua orang tuanya. laki-laki yang nyaris tidak punya catatan keburukan. kalau beruntung, kebaikan-kebaikan itu berkumpul di satu orang.
kalau kita pikir-pikir dan rasakan, mungkin ada laki-laki baik yang berbuat baik kepada kita (perempuan). menjadi sahabat dan mendengarkan seluruh keluh kesah kita. memberikan semangat setiap hari. mengantarkan kita pulang atau pergi. membelikan makanan saat kita sakit. mengirimi kita berbagai kado. menjadi orang pertama yang panik saat sesuatu tak baik terjadi kepada kita. menjadi yang paling penasaran atas tulisan kita atau karya kita. mungkin ada, laki-laki yang menyayangi kita.
tapi taukah kamu? sesungguhnya kebaikan laki-laki yang bisa terhitung oleh (ayah ibu) seorang perempuan hanyalah satu: melamarnya. kalau ada laki-laki yang mengaku memperjuangkanmu tapi tidak melamarmu, tidak menikahimu, percayalah bahwa perjuangannya belum penuh. sebaliknya, pun begitu. dia yang tidak (belum) berbuat apa-apa tetapi melamarmu, sesungguhnya dia telah melakukan segalanya.
sebab bukanlah perkara kecil bagi seorang laki-laki untuk meminta perempuan dari orang tuanya. tidak dua atau tiga kali dia bergelut dengan dirinya sendiri (terlebih dahulu). ada banyak risiko yang dia putuskan untuk ambil. ada sebongkah tanggung jawab besar yang tiba-tiba diangkatnya sendiri, hendak diletakkannya di pundaknya sendiri.
maka janganlah kita perempuan, yang belum menikah, terhanyut dalam kebaikan-kebaikan yang (masih) semu. maka tak perlu jugalah kalian laki-laki berbuat baik yang semu-semu itu. salah-salah malah ada harapan tidak perlu yang ikut tumbuh. pada suatu titik semua itu tidak penting. semua itu akan kalah dengan dia yang melangkahkan kaki kepada ayah.
maka janganlah kita perempuan, yang sudah menikah, iri dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan para laki-laki lain kepada pasangannya. apalagi tergoyahkan kesetiannya karena ada laki-laki yang baik kepada kita. semua itu kalah dengan dia yang telah melangkahkan kaki kepada ayah.
karena ada banyak laki-laki baik, tetapi kebaikan laki-laki hanyalah satu. maka, hitunglah kebaikan yang satu itu–hitung baik-baik. :)
4K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
sekolah dan menikah
beberapa hari yang lalu, seorang teman perempuan yang prestasi akademisnya luar biasa menghubungi saya. katanya, ia sedang bimbang antara menikah atau melanjutkan sekolah (S2)–kebimbangan yang pernah saya alami, sebelum saya menikah.
saat itu, ayah saya mendukung saya menikah, karena ayah menilai bahwa menyegerakan itu baik dan saya tidak tergesa-gesa, sudah cukup dewasa. apalagi sudah ada yang melamar, tidak baik nantinya jika ditunda lama-lama. di lain sisi, ibu mendukung saya untuk sekolah, karena ibu mengalami sendiri betapa setelah menikah, rencana dan masa depan seorang perempuan haruslah luwes. kalau saya masih tetap pada cita-cita saya (untuk menjadi dosen saat itu), saya mau tak mau harus sekolah terlebih dahulu.
saya akhirnya memilih untuk menikah dan menyerahkan sisanya kepada Allah. untuk melegakan ibu (dan diri sendiri), saat menuju menikah, saya pun mencoba ikut seleksi beasiswa dan menjadikannya bentuk istikhoroh saya. cukup jarang terjadi bahwa saya gagal setelah benar-benar berupaya. tapi saat itu, saya tidak berhasil memperoleh beasiswa. saya tidak melihatnya sebagai sebuah kegagalan. cukuplah saya menjadi paham di mana Allah ingin saya melakukan pengabdian.
dalam proses menuju menikah, saya banyak berproses dengan diri sendiri. saya belajar memahamkan diri bahwa cita-cita bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah jalan. rasanya, terlalu sempit apabila saya mengukur nilai diri dari label profesi, bukan dari kebaikan yang bisa saya lakukan dan berikan. tugas manusia adalah beribadah, menjadi bermanfaat adalah tujuannya. cita-cita adalah jalannya–dan jalan itu, ada beragam sekali.
setelah menikah, keinginan saya untuk bersekolah tidak pernah hilang. tapi ada yang sangat berbeda. kalau dulu saya ingin sekolah karena itu prasyarat untuk cita-cita saya, sekaligus agar kekinian seperti kebanyakan orang, setelah menikah saya ingin sekolah karena saya ingin bisa optimal bermanfaat bagi sesama, karena saya ingin menjadi gelas kosong terus-menerus–agar tidak jumawa dan mau bertumbuh.
tidak sekali dua kali mas yunus mendapati saya mencari-cari informasi tentang sekolah. kalau S2 di surabaya, bisa belajar apa ya? biayanya berapa ya? kira-kira bisa dapat uang sekian banyak dari mana ya? beasiswa yang bisa menyokong apa ya? kalau S2 di jakarta bagaimana? kalau di bogor? beberapa kali, mas yunus mendapati browser di laptop kami penuh dengan informasi mengenai sekolah-sekolah.
“kica, kamu pingin banget sekolah ya?” tanya mas yunus kemudian. “iseng aja mas cari-cari tau,” kata saya, “nanti kalau udah settle semuanya, mungkin aku sekolah.”
singkat cerita, saat ini kami punya mbak yuna, sehingga masa depan dan rencana hidup kami harus selalu ditata ulang. yap, di sanalah seninya. masa depan harus selalu direncanakan, tetapi tidak berarti rencananya selalu berhasil hanya dalam satu kali perencanaan. saya dan mbak yuna tinggal di bogor, menjadi ibu rumah tangga sekaligus ibu bekerja. mas yunus di surabaya, bersekolah (dan mengabdi pada masyarakat). ini jauh berbeda dari rencana semula.
sampai sebuah kesempatan untuk sekolah datang lagi kepada saya, tanpa saya mencari-cari. tiba-tiba saya mendapat dukungan luar biasa dari ayah dan ibu–juga dari mas yunus. karena sekolah ini adalah untuk pengembangan perusahaan kami, saya diberi beasiswa. semuanya datang tanpa disangka-sangka, begitu cepat seperti nikmat-nikmat Allah lainnya.
jika Allah mengizinkan, saya akan bersekolah lagi mulai bulan Juli nanti. ini bukan sekolah dengan gelar–sekolah inkubasi ini hanya dilaksanakan seminggu sekali. tugas akhirnya bukan skripsi tesis apalagi disertasi, melainkan aplikasi-aplikasi (yang tentu akan dibuat keroyokan bersama teman-teman IDS). saya sekolah sendiri, tapi satu kantor kami akan turut belajar.
saya bersyukur sekali karena Allah membuat saya paham tentang ilmu yang bermanfaat. bahwa hakikat sekolah berada pada ilmunya bukan pada gelarnya. dan bahwa, Allah akan selalu membukakan jalan selama kita tidak putus berusaha dan berdoa.
kepada teman saya yang sedang bimbang–dan kepada teman-teman yang sedang sama bimbangnya, saya ingin berpesan: pertama, tenanglah dulu. saat tenang, kita dapat lebih bijak membuat keputusan. utamakan ridho kedua orang tua dan (calon) pasangan dalam setiap keputusan tersebut.
kedua, pahamkan diri sendiri. saat kita telah memahami esensi dari apa yang kita cita-citakan, apa yang menjadi tujuan kita, insyaAllah kita benar-benar tau mana keputusan yang sungguh cita-cita kita, mana yang hanya terbawa suasana.
ketiga, teruslah berdoa dan berbuat baik. saya, sekali lagi mengalami betapa kebaikan itu seperti air yang menguap–tak terlihat, tak terasa. tetapi balasannya, seperti hujan yang jatuh turun ke bumi. akan datang pada waktu terbaiknya, begitu nyata, dan akan menumbuhkan kebaikan-kebaikan lain.
tentang sekolah ini, saya begitu terharu dengan mas yunus yang memberikan dukungan penuh. meskipun itu berarti bahwa kami akan LDR-an lebih lama lagi (daripada rencana semula). meskipun itu berarti ada hal-hal baru lain yang akan dikorbankan.
liefs.
552 notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
New Publication: Emoji as Digital Gestures in Language@Internet [Open Access]
I am ✨delighted✨ to share this article on emoji as digital gestures, which brings together my work on gesture with Gretchen McCulloch’s work on emoji. Gretchen and I collaborate on the Lingthusiasm podcast, but this is our first academic journal article collaboration.
I’ve written a very brief overview for The Conversation:
Instead of worrying that emoji might be replacing competent language use, we can celebrate the fact that emoji are creating a richer form of online communication that returns the features of gesture to language.
This work also features in Gretchen’s book BECAUSE INTERNET, which is out July 23rd 2019. We will also be chatting about it in the episode of Lingthusiasm that is out later this month (subscribe to get the episode as soon as it’s out!).
Abstract
Emoji (small coloured images encoded like text) went from unavailable outside Japan in 2010 to active use by 92% of the world’s online population in 2016. Their sharp rise is often explained by noting that it is difficult to convey emotion in writing without tone of voice and body language, and that emoji fill in this gap. But what exactly is the nature of this gap, and how exactly are emoji filling it? We argue that the most insightful explanation for the function of emoji in digital communication comes by drawing comparisons with existing theoretical literature on gesture. In addition to the obvious similarities between certain emoji and certain gestures (e.g., winking, thumbs up), gestures are commonly grouped into subcategories according to how codified their meaning is and how much they are dependant on surrounding speech. Drawing on individual and aggregate examples of emoji used by English speakers, we show that this same range of functions accounts for how people use emoji.
Citation
Gawne, L., & McCulloch, G. (2019). Emoji as digital gestures. Language@Internet, 17, article 2. (urn:nbn:de:0009-7-48882)
See also:
BECAUSE INTERNET (Gretchen’s book, which features this work)
Emoji Grammar as Beat Gestures (Paper with Gretchen at Emoji2018)
Emoji aren’t ruining language: they’re a natural substitute for gesture 🔥🔥🔥 (The Conversation)
199 notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
“Darling, you deserve it all. You deserve love and peace and magic and joy dancing in your eyes. You deserve hearty, deep belly laughter and the right to let those tears fall and water the soil. You deserve freedom and goodness and company and days of bliss and quiet too. You deserve you happy and healed and content and open. So keep going. Go realize into being the life you deserve.”
— Unknown
3K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
Imperfect is (I'm)perfect
Judul Buku : Imperfect
Penulis : Meira Anastasia
Penerbit : Kompas Gramedia
Cetakan : III, Juni 2018
Tebal Buku :172 halaman
Kesan pertama melihat buku ini adalah ��lucu!’ desain buku yang cukup simpel namun tetap ciamik dipadu dengan pemilihan warna dusty orange membuat buku ini eye catching bagi makhluk-makhluk venus yang memang jadi target pembaca dari buku ini😅
Ditulis oleh Meira Anastasia yang merupakan istri seorang sineas terkenal di Indonesia; Ernest Prakasa. Dalam buku pertamanya ini Mamak Meira (panggilan akrabnya) bercerita tentang suka dukanya menjadi seorang istri dari public figure yang digandrungi banyak orang sehingga secara tidak langsung berdampak pada kehidupan keluarganya yang menjadi konsumsi publik.
Penampilan mamak Meira yang ‘unik’ dengan segala hal yang ada dalam dirinyapun tak lepas dari komentar para netizen yang berekspektasi bahwa seorang public figure haruslah perempuan yang sesuai dengan ‘standar’ mereka: rambut panjang terurai, tubuh tinggi semampai, berkulit putih, mata berbinar, hidung mancung dan lainnya yang bagi mamak Meira, jauh sekali dari tampilan fisik dirinya. Hal ini telah membuat mamak frustasi dan berusaha mati-matian untuk menjadi apa yang orang lain inginkan.
Buku ini adalah perjalanan mamak Meira selama bertahun-tahun untuk menerima dan mencintai dirinya. Bukan perkara yang mudah bagi mamak Meira (begitu juga dengan kita) untuk menerima diri kita dengan segala kekurangan dan mencintainya. Ditulis dengan bahasa yang sederhana, membuat cerita dalam buku ini mengalir dan lebih komunikatif. Mamak seakan-akan sedang menceritakan pengalaman berharganya secara langsung. Tak heran jika buku ini bisa diselesaikan dalam sekali duduk.
Di bagian awal buku ini, mamak bercerita tentang pengaruh sosial media dalam merusak self-esteem kita dan bisa membuat kita menderita mental illness. Tak hanya sosmed, realitas dan bergabung dengan toxic people juga bisa membuat kita tidak berhenti membandingkan pencapaian kita dengan orang lain dan itu sangat melelahkan. Hal ini bisa diperburuk dengan kurang adanya dukungan keluarga sebagai main support system dalam hidup.
Di awal cerita kita belajar bahwa, ‘when you’re about to say Bad Things to other people, just THINK about this.
1. Would it make you HAPPIER?
2. Would it help you with YOUR PROBLEMS?
Di bagian akhir buku ini, Mamak Meira mengingatkan kita untuk mulai dari sekarang dan membiasakan kita untuk menghadirkan energi positif dalam diri kita. Mengubah kata ‘insekyur’ jadi bersyukur juga akan sangat membantu kita untuk lebih menerima dan mencintai diri kita.
Dibagian kedua, Mamak bercerita bagaimana caranya untuk bangkit dari pikiran-pikiran negatif yang melingkupi kita bersebab komentar orang lain. Memulai adalah bagian tersulit dari berubah ke arah yang lebih baik dan Mamak telah berhasil memenangkannya. Menjalaninya dengan lapang dan tidak hidup dalam ekspektasi orang lain membuat Mamak lebih ‘ikhlas’ dalam menjalani prosesnya karena Mamak berubah demi diri sendiri bukan untuk orang lain. People are entitled to their opinions but don’t let it ruin your day. Think it over but don’t over think it. Begitu kata Mamak Meira. Sampai disini, sepakat?
Kelebihan buku ini adalah bahasanya yang mengalir sehingga sangat cocok menjadi teman perjalanan atau bacaan ringan mengenai self love atau self acceptance. Penambahan ilustrasi menjadikan buku ini manis dan menyenangkan untuk dibaca. Di bagian akhir buku, mamak memberi #workouttutorial dan #smartdieter lengkap dengan detail programnya. Tak ketinggalan bonus beberapa stiker motivasi juga yang bisa jadi reminder bagi kita untuk tetap bersyukur dan mencintai diri sendiri.
3. WOULD YOU BE HAPPY if someone else said that to you?
Kekurangan dari buku ini adalah ukuran font yang terlalu kecil sehingga kurang nyaman jika dibaca di kendaraan yang melewati jalan begajulan hahahahaha :D
Tumblr media
Overall, buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. Dan kabar baiknya, buku ini sebentar lagi akan diadaptasi menjadi film yang akan disutradarai Mamak Meira dan suaminya, Ernest Prakasa. Can’t wait to see it!😍
#ismareads #rakbukuisma #selflove #selfacceptance #selfhelpbook
1 note · View note
nidaaisma · 6 years ago
Text
Mendidik Fitrah Keimanan
Oleh Ustadz Harry Santosa
Fitrah adalah Islamic Concept of Human Nature (konsep Islam ttg Asal Mula Kejadian Manusia).
*Sejak lahir manusia telah membawa pokok kebaikan (innate goodness) yang sangat cukup untuk menjalani peran peradaban spesifiknya dalam rangka mencapai maksud penciptaan untuk Beribadah (Hamba Allah) dan untuk menjadi Khalifah Allah di muka bumi.*
Diantara aspek fitrah adalah kecenderungan manusia untuk beriman atau bertuhan, yang disebut fitrah keimanan.
Fitrah keimanan bahkan telah diinstal sejak di alam rahiem (QS 7:172) dalam bentuk persaksian Allah sebagai Robb (kholiqon-pencipta, roziqon-pemberi rezqi, malikan-pemilik/pemelihara dstnya).
Instalasi persaksian ini kemudian muncul dalam kenyataan bahwa tiap bayi lahir menangis. Para ulama mengatakan bahwa bayi menangis karena “seeking Allah” atau mencari Allah, dalam hal ini adalah Robb.
Itulah mengapa menyusui diwajibkan karena sebagai bentuk penguatan dan perawatan syahadah Rubbubiyatullah.
Dalam pemberian ASI, sang bayi merasakan adanya Zat yang memberi rizqi, melindungi, merawat, menyayangi dstnya.
Perihal syahadah Rubbubiyatullah ini juga nampak pada perihidup bangsa bangsa, bahwa tiada satu sukupun di muka bumi yang tidak ada tempat untuk sujud kepada Tuhan.
Atheisme sendiri baru dikenal manusia pada Abad 18an sebagai bentuk penolakan terhadap penindasan Raja Diktator dan Gereja. AlQuran bahkan menyebut bahwa Kafir Quraisy sekalipun mengakui Tauhid Rubbubiyatullah. “Jika ditanyakan kpd mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka menjawab Allah”.
Karenanya dalam hadits ttg Fitrah, dikatakan bahwa _*“setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”*_ , namun dalam hadits ini tidak dikatakan merubahnya menjadi Muslim.
Mengapa?
Karena setiap bayi sudah lahir dalam keadaan Islam.
🌿 *Lalu bagaimana Mendidik Fitrah Keimanan?*
Mendidik fitrah keimanan, tentu bertahap sesuai tahapan usia.
🌸 *Usia 0-2 tahun.*
Ini tahap penguatan fitrah keimanan dengan memberikan ASI secara eksklusif, menghadirkan hati, perhatian, sentuhan, pandangan dsbnya ketika menyusui. Inilah tahap penguatan awal Tauhid Rubbubiyatullah.
*🌸Usia 3-6 tahun.*
Ini tahap merawat fitrah keimanan dengan membangun imaji imaji keindahan ttg Allah, ttg Rasulullah SAW, ttg Islam dan kebaikan lainnya sehingga melahirkan kesan dan cinta yang mendalam. Cinta sebelum Islam, Iman sebelum Amal.
*Dilarang merusak imaji imaji anak di usia ini ttg indahnya alHaq*. Para ulama meminta untuk menunda menceritakan ttg neraka, perang akhir zaman, Dajjal, qiyamat dstnya, sampai benar benar fitrahnya kuat di usia 7 tahun ke atas.
*Dilarang mendidik adab dengan memaksa, menyakitkan hatinya,* dstnya, agar tidak malah membenci adab.
Namun upayakanlah adab berkesan indah. Jadi tahap ini sepenuhnya full cinta namun tidak memperturutkan yang tidak baik.
Ceritakanlah hal hal indah yang membuat ananda sangat tergugah, berkesan mendalam dan antusias pada kebenaran. Suasanakanlah keshalihan dalam setiap momen dan kesempatan tanpa terasa dan formal.
Ini tahap emas untuk mengenalkan Allah, Rasulullah SAW dan kebaikan kebaikan Islam. Anak sedang pada puncak imaji dan abstraksinya, alam bawah sadarnya masih terbuka lebar, maka mengenalkan apapun ttg kebaikan apalagi dengan cara berkesan akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan menguatkan fitrahnya. Penting mengkontekskan semua peristiwa baik dengan Allah dalam setiap kesempatan.
*Teladankan kebaikan tanpa pasang target untuk segera diikuti.* Hindari semua bentuk formal dan penerapan disiplin yang membuatnya jadi membenci kebaikan itu sendiri.
*Ingat bahwa sholat baru diperintah saat usia 7 tahun, jadi di bawah 7 tahun sholat diimajikan indah bukan dipaksa tertib gerakan, tertib bacaan, tertib waktu.*
Misalnya penting setiap azan berkumandang, wajah bunda menjadi sumringah dan tersenyum seindah mungkin, bahkan memeluk dan mengucapkan kata kata indah di telinga ananda.
Dahulukan amar ma'ruf daripada nahi munkar. Misalnya jika ananda naik ke atas meja, katakan saja “nak meja untuk makan, kaki untuk ke masjid atau ke taman” daripada panik dan menyebut keburukan.
Diharapkan pada fase ini anak sudah antusias mengenal dan menyebut nama Allah di usia 3 tahun. Nanti di usia 7 tahun, diharapkan ketika kita mengatakan, _“nak, sholat itu diperintah oleh Allah lho…”_ maka ananda menerima perintah Sholat dengan suka cita.
“`Usia 0-6 tahun adalah masa emas bagi mendidik fitrah keimanan, dengan menguatkan konsep Allah sbg Robb, melalui imaji imaji indah yang melahirkan kecintaan kpd Allah, Rasulullah SAW, Islam.”`
Metodenya adalah keteladanan dan suasana keshalihan yang berkesan mendalam.
*🌸Usia 7-10 tahun.*
Ini adalah tahap menumbuhkan dan menyadarkan Tauhid Mulkiyatullah.
Pada tahap ini ananda sedang sangat kritis (fitrah belajar dan bernalar pada puncaknya), mereka juga mulai bergeser dari ego sentris ke sosio sentris, mereka mulai memahami adanya keteraturan di alam dan di kehidupan.
Inilah tahap yang tepat untuk menumbuhkan dan menyadarkan bahwa Allah-lah Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pembuat Hukum, Zat Yang harus ditaaati.
Fitrah keimanannya ditumbuhkan dengan membaca alam dan mentadaburi keteraturan ciptaan Allah di alam semesta.
Fitrah keimanan tumbuh baik dengan menginteraksikannya pada kenyataan adanya keteraturan yang indah dan sempurna alam semesta. Keimanannnya mulai berbunga menjadi keinginan kuat memahami keteraturan itu dan mencintai Sang Maha Pengaturnya. Keimanan tidak bisa lagi lewat kisah kisah menjelang tidur, namun harus dialami langsung dengan interaksi di alam.
*🌸Usia 11-14 tahun.*
Ini tahap mendidik fitrah keimanan untuk Tauhid Uluhiyatullah. Metodenya adalah mengokohkan fitrah keimanan melalui ujian ujian kehidupan sehingga mennjadi kebutuhan. Iman itu perlu diuji bukan lagi dikisahkan atau diinteraksikan, tetapi melalui beban beban kehidupan dalam batas kesanggupannya. Ingat bahwa fitrah keimanan bukan bicara seberapa banyak ilmu agama yang direkam di benak, namun bicara seberapa banyak anak mengokohkan keimananannya melalui cinta yang mendalam pada alHaq.
Pada tahap ini, memberikan anak kesempatan untuk merantau yang tidak terlalu jauh, berbisnis kecil kecilan, memberi investasi, memagangkan pada maestro, melibatkan pada aktifitas dakwah dll. Maka kita akan lihat, bagaimana fitrah keimanannya diuji dalam kehidupan.
Rasulullah SAW memulai magang berdagang bersama pamannya dan merantau ke Syams sejak usia 11-12 tahun. Maka kita lihat Rasulullah SAW piawai di dakwah dan piawai di pasar.
Dalam ujian ujian kehidupan itu mereka akan menyadari butuhnya sholat malam, butuhnya panduan alQuran dan alHadits, butuhnya memperbaiki misi hidup sesuai yang Allah kehendaki dstnya.
*🌸> 15 tahun.*
Peran Peradaban atas Tumbuhnya Fitrah Keimanan
Fitrah Keimanan yang tumbuh paripurna akan berujung kepada peran peradaban berupa ghairah dan antusias Menyeru Kepada Tauhidullah. Inilah adab tertinggi kepada Allah sebagaimana yang ditugaskan kepada para Nabiyullah Alaihimusalaam sepanjang sejarah.
*Salam Pendidikan Peradaban*
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
276 notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
Free Online Language Courses
Tumblr media
Here is a masterpost of MOOCs (massive open online courses) that are available, archived, or starting soon. I think they will help those that like to learn with a teacher or with videos.  You can always check the audit course or no certificate option so that you can learn for free.
American Sign Language
ASL University
Sign Language Structure, Learning, and Change
Arabic
Arabic Without Walls
Madinah Arabic
Moroccan Arabic
Armenian
Depi Hayk
Bengali
Learn Bangla (Register to see course)
Catalan
Parla.Cat
Speak Cat
Chinese (Mandarin)
Beginner
Chinese for Beginners
Chinese Characters for Beginners
Chinese for HSK 1
Chinese for HSK 2
Chinese for HSK 3 I & II
Chinese for HSK 4
Chinese for HSK 5
Mandarin Chinese Level I
Mandarin Chinese Essentials
Mandarin Chinese for Business
More Chinese for Beginners
Start Talking Mandarin Chinese
UT Gateway to Chinese
Intermediate
Intermediate Business Chinese
Intermediate Chinese Grammar
Mandarin for Intermediate Learners I
Dutch
Introduction to Dutch
English
Online Courses here
Resources Here
Faroese
Faroese Course
Finnish
A Taste of Finnish
French
Beginner
AP French Language and Culture
Elementary French I & II
Français Interactif
Vivre en France - A1
Vivre en France- A2
Intermediate & Advanced
French Intermediate course B1-B2
Passe-Partout
Travailler en France A2-B1                    
Vivre en France - B1  
German
Beginner
Deutsch im Blick
German Project
German at Work
Goethe Institute
Gwich’in
Introduction to Gwich’in Language
Hebrew
Biblical Hebrew
UT Austin
Hindi
A Door into Hindi
Virtual Hindi
Icelandic
Icelandic 1-5
Indonesian
Learn Indonesian
Irish
Irish 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107
Italian
Beginner
Beginner’s Italian I
Introduction to Italian
Intermediate & Advanced
AP Italian Language and Culture
Intermediate Italian I
Advanced Italian I
Japanese
Genki
Japanese JOSHU
Japanese Pronunciation
Marugoto Courses
Tufs JpLang
Korean
Beginner
First Step Korean
How to Study Korean
Introduction to Korean
Learn to Speak Korean
Pathway to Spoken Korean
Intermediate
Intermediate Korean
Norwegian
Introduction to Norwegian I, Norwegian II
Norwegian on the Web
Persian
Easy Persian
PersianDee
Polish
Online Course
Portuguese
Pluralidades em Português Brasileiro
Russian
Beginner
A1 Course
I speak Russian
Intermediate
B1 Course
B1+ Course
B2.1 Course
B2.2 Course
Spanish
Beginner
AP Spanish Language & Culture
Basic Spanish I, Spanish II
Spanish for beginners  
Spanish for Beginners 1, 2, 3, 4, 5, 6
Spanish Vocabulary
Advanced
Corrección, Estilo y Variaciones 
Leer a Macondo
Swahili
Online Course
Turkish
Online Course
Ukrainian
Read Ukrainian
Speak Ukrainian
Welsh
Beginner’s Welsh
Discovering Wales
Yoruba
Yorùbá Yé Mi
Multiple Languages
Ancient Languages
More Language Learning Resources & Websites!
Last updated: May 2019
215K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
16K notes · View notes
nidaaisma · 6 years ago
Text
Bagaimana kalau kita lupakan saja
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin, hari kemarin yang seringkali berjanji bahwa hari esok dan selamanya kita akan baik-baik saja.
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin, hari kemarin yang mengaburkan kita akan realitas karena euforia rasa yang hadir merajai nyawa kita.
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin, hari kemarin yang mengamit kuat lengan lengan kita menuju jalan yang tak berujung.
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin, hari kemarin yang membuat kita tengadah penuh harap pada langit yang membisu.
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin, hari kemarin yang membuat ekstase dengan sesuatu yang semu.
Bagaimana kalau kita lupakan saja hari kemarin? Karena aku sudah kehabisan nyawa jika hanya untuk hidup di hari kemarin.
2 notes · View notes