Tumgik
nindische · 1 month
Text
Allah membawamu hingga ke titik saat ini bukan tanpa maksud dan tujuan
Barangkali masih panjang perjalanan untuk kamu bisa mengetahui apa yang menjadi maksud-Nya
Barangkali masih banyak yang perlu kamu upayakan untuk kamu bisa mengetahui keindahan hasil yang dijanjikan-Nya
Jikapun tidak di dunia, di akhirat nanti
61 notes · View notes
nindische · 4 months
Text
Amanah dan tanggungjawab itu bak dua sisi koin yang saling berkelindan. Keduanya memiliki kesamaan bahwa tidak dapat diukur di awal maupun pertengahan. Mereka hanya dapat diukur di akhir.
Maka, jika hari ini kamu merasa kurang atau belum optimal akan hal itu, sedangkan kamu masih memiliki kesempatan, maka tidak ada satupun yang berhak menilaimu buruk akan perkara itu, bahkan termasuk dirimu sendiri.
124 notes · View notes
nindische · 4 months
Text
Teringat bagaimana dulu berupaya untuk memahami diri sendiri. Dan ternyata, itu tidak mudah; banyak dinamikanya. Sampai sekarang pun masih bertanya-tanya, "Apa yang aku mau? Aku suka? Apa yang harus aku prioritaskan? Apa yang harus aku dahulukan?"
Pencarian makna hidup akan terus dilakukan; seumur hidup. Dan sangat mungkin tidak akan pernah selesai, kecuali mati. Oleh sebab itu, aku mulai terpicu lagi untuk rutin menulis. Tidak hanya menulis prosa ataupu karya fiksi, melainkan menulis nonfiksi seperti journaling. Sungguh, memang kita perlu sering-sering menguraikan benang kusut yang ada di pikiran dan hati. Jika tidak, khawatirnya menjadi emosi yang menumpuk; bisa meledak kapan saja.
Aku menyadari bahwa menulis adalah teman terbaik. Menulis apapun itu. Yang semula kegiatan menulis sekadar kebutuhan transaksional, sekarang menulis menjadi kebutuhan jiwa. Agar jiwa dalam diri dapat tetap sehat dan waras. Agar tahu apa-apa yang memang perlu dipikirkan secara serius, dan mana yang tidak atau ditunda.
Ah, rasanya ingin sekali menulis buku. Ini mimpi sejak aku di bangku biru-putih. Aku sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, dan aku ingin mewujudkan kecintaanku ini dalam sebuah karya buku. Entah kapan akan terwujud. Mungkinkah di tahun ini? We'll see.
04 Februari 2024, pukul 13.59 WIB - Sedang memanifestasikan mimpi-mimpi baik dalam karya tulis. Semoga tahun ini bisa punya buku sendiri, dipajang, dan dijual di toko-toko buku. Aamiin. Mohon bantu doa, ya?
1 note · View note
nindische · 4 months
Text
Ternyata benar, kalau salatnya berantakan, dunianya akan lebih tak beraturan 😔
130 notes · View notes
nindische · 5 months
Text
Kamu tak perlu menurunkan standarmu agar ada satu orang yang mendekat kepadamu.
Kamu tak perlu menggunakan banyak topeng hanya agar terlihat menarik bagi orang lain.
Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri dan terus meningkatkan kualitasmu. Biarkan dirimu ditemukan oleh orang yang tepat, yang jatuh cinta karena pemikiran dan rencana-rencana besarmu.
309 notes · View notes
nindische · 5 months
Text
34 Tahun
Hi semuanya, mungkin ada di antara teman-teman di sini yang telah mengikuti akun ini sejak tahun 2014? Artinya itu sudah 10 tahun yang lalu dan 10 tahun yang lalu, tepat di bulan Januari 2014 saya baru menyelesaikan sidang tugas akhir di ITB saat itu. Kemudian mengerjakan revisi dan akhirnya wisuda di bulan Mei nanti. Di tahun 2014 juga lahir buku pertamaku, Hujan Matahari. Buku yang menjadi penanda titik balik hidup dan jalan pintu gerbang keluar dari Quarter Life Crisis. Hehe...
Tumblr media
Tahun itu, umurku masih 23 tahun - mau 24 ditahun 2014 akhir. Bagaimana rasanya melewati 10 tahun dari masa itu ke sekarang, nah ini yang ingin kucatat dalam tulisan panjang kali ini. Barangkali, ada teman-teman baru di sini yang baru mengikuti akun ini beberapa waktu lalu, sementara akun ini telah aktif sejak 2010 (14 tahun lalu!). Barangkali juga, saat 2014 lalu beberapa teman-teman di sini yang baru mengikuti halaman ini, mungkin masih SD, SMP, atau SMA mungkin? Sehingga dinamika di tahun yang sama saat itu, tahun2014, antara kita berbedanya luar biasa. Dinamika mahasiswa yang baru lulus kuliah dan dinamika anak SD/SMP/SMA. Tapi sekarang, di tahun 2024 ini, saat usiamu mungkin seusiaku pada saat itu. Jarak usia kita yang 10 tahun mungkin tidak begitu terasa, apalagi jika bertemu langsung. Kamu sudah cukup dewasa bahkan untuk memulai berumah tangga, dan seharusnya sudah cukup matang untuk menghadapi beragam dinamika kehidupan dewasa.
Pertama, jangan pernah takut buat memiliki mimpi. Sekalipun hanya kamu yang memiliki mimpi itu sendirian diantara keluargamu atau teman-temanmu. Nanti seiring berjalan waktu, saat tanggungjawab bertambah dan mungkin membuatmu semakin realistis, kamu akan berhitung dengan mimpimu sendiri. Justru pada saat ini, saat masih besar energinya - beranikan diri untuk mengejarnya.
Kedua, setahun-dua tahun atau bahkan beberapa tahun yang kamu perlukan untuk mengenal dirimu sendiri, ambilah! Karena setahun-dua tahun itu tidak akan ada artinya sama sekali dibandingkan dengan puluhan tahun berikutnya yang akan kamu jalani dengan badan dan pikiranmu sendiri.
Kalau kamu ingin pekerjaan A dan itu mentuntutmu untuk belajar 2 tahun lagi, ambil!
Kalau kamu ingin memperbaiki diri - berjuang- apapun itu untuk mendapatkan pasangan hidup yang paling ideal menurutmu dan itu membutuhkan beberapa tahun ke depan, ambil!
Kalau kamu ingin membangun usahamu dan itu butuh waktu beberapa tahun untuk sampai ke titik idealnya, ambil!
Kalau kamu perlu beberapa tahun untuk membujuk orang tuamu agar merestui jalan hidup yang sedang kamu perjuangkan demi memperbaiki pola kehidupan keluarga kecilmu nanti, ambil!
Jangan takut untuk mengorbankan beberapa tahunmu untuk puluhan tahun berikutnya. Apalagi kalau kamu tahu itu sangat berharga. Anggap aja kamu seperti lagi ngambil gap year, lulus SMA - jeda dulu untuk mempersiapkan diri lagi demi mendapatkan bidang/jurusan kuliah yang benar-benar sesuai keinginanmu.
Ketiga, jangan takut untuk jatuh cinta tapi bersikaplah dewasa. Kalau kamu suka sama seseorang,
Kalau kamu laki-laki - maka lihat keadaan dirimu apakah sudah cukup mampu untuk bertanggungjawab pada kehidupan lain, kalau masih ngandelin duit orang tua, lupakan! Kalau ngaji aja gak bisa, belajar dulu! Kalau masih belum bisa ngatur skala prioritas diri, lupakan! Pesanku, kalau sudah yakin siap - yakin matang emosinya dan pikirannya - berani menjadi imam yang baik, kalau suka sama seseorang, sampaikan langsung aja, kalau diterima ya dinikahi, kalau ditolak - cari yang lain, tidak perlu diperjuangkan berkali-kali. Kalimat terakhir barusan memang sangat subjektif, tapi based on experience, xixixii.... Apalagi kalau yang nolak orang tuanya, dah lupakan aja, segera move on!
Kalau kamu perempuan (ditambah sekarang saya udah punya 2 anak perempuan, heuheu...). Memiliki perasaan kepada lawan jenis itu wajar sekali, tapi terbukalah dan diskusikanlah dengan orang yang cukup matang pikirannya menurutmu, bisa orang tua, guru, mentor, siapapun yang menurutmu - pendapatnya bisa menjadi dasar dari keputusan-keputusan baikmu. Sebab, salah satu tantangannya di sini adalah dominasi perasaan, sehingga ketika perasaan itu muncul, logikanya agak eror. Padahal, di momen seperti itu sangat dibutuhkan pikiran yang jernih dan terang benderang. Agar jangan sampai mengorbankan hal-hal yang fundamental dan esensial dalam hidupmu. Apalagi sampai terjebak dalam toxic relationship, dsb. Belajarlah untuk memiliki sikap yang teguh, kuat, dan yakin. Fokus aja sama impianmu, nanti pasti ada orang yang sejalan di impian itu.(Ini agaknya nasihatku buat anak-anakku nanti). Keempat. Bekerja karena uang, di awal, itu nggak apa-apa, apalagi kalau memang ada tuntutan finansial misal membiayai adik-keluarga, dsb. Namun, tetaplah cari sebanyak-banyaknya pengalaman. Jika ada kesempatan, jangan langsung mengkonversi kesempatan tersebut dengan uang. Lihat lebih teliti, benefit apa yang bisa kamu dapatkan dengan kesempatan itu, apa yang bisa kamu pelajari, jaringan apa yang bisa kamu dapatkan, dan sebagainya. Kalau pun orang lain menilaimu - gampang dimanfaatin orang - eits, tunggu dulu dan jangan langsung menelan itu mentah-mentah ya. Lihat lagi, lebih cermat, seberapa besar manfaat yang kamu bisa dapatkan dari kesempatan. Dan kamu perlu tahu dan menyadari, kenapa kesempatan belajar itu hadir ke kamu, bukan ke orang lain? Kelima. WAJIB BANGET PUNYA MENTOR! Kalau belum ada, cari sampai ketemu - sampai dapat. Orang yang bisa kamu jadikan sebagai guru-penasihat untuk bertanya dan bertukar pikiran. Cari untuk mengisi ruang kosong dan gap yang kamu miliki. Tahukah gap nya apa? Kebijaksanaan dan pengalaman!
Anak muda itu penuh semangat, minim pengalaman. Orang tua itu, energinya udah abis, tapi pengalamannya sangat kaya. Nah, ambil kebijaksanaan dan pengalaman itu. Dari orang-orang yang lebih senior, lebih berilmu. Cari mentor di pekerjaanmu, di kehidupan spiritualmu, di soal asmaramu, apapun. Itu benar-benar akan membantumu melewati fase krisis dengan lebih efektif. Membantumu mengurai benang kusut di pikiran, membantumu melihat jauh ke depan terhadap masalah yang sedang kamu hadapi. Bahkan, sesekali membantumu membuat keputusan saat logikamu lagi super eror karena jatuh cinta.
Keenam, ketujuh, ke seterusnya mungkin lain kali kuteruskan. Hehe.. punten XD. Tapi mungkin teman-teman di sini, yang mungkin sudah umur 30an dan mau berbagi pelajaran-pelajaran berharganya, boleh banget lengkapi di fitur komentar ya. Akan senang sekali jika tulisan ini menjadi ruang refleksi bersama-sama. Salam hangat, Kurniawan Gunadi
289 notes · View notes
nindische · 5 months
Text
Buah dari ilmu adalah karakter dan sikap.
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc.
98 notes · View notes
nindische · 5 months
Text
Serial Taujih—Prasyarat yang Perlu Dihadirkan
"Memilih jalan hidup untuk berkhidmat bersama umat itu memang melelahkan, bahkan sesekali menyakitkan. Saat orang lain istirahat, kita memilih untuk berkorban waktu, tenaga bahkan harta hanya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Akan tetapi, jika pilihan itu didasari dengan kepahaman, keikhlasan, totalitas amal, dan pengorbanan maka hidup kita akan mulia, matipun juga, Insyaallah."
Kepahaman, keikhlasan, totalitas dan pengorbanan adalah modal pokok di dalam mengusung perjuangan. Apapun yang diperjuangkan. Kehadirannya menjadi prasyarat yang wajib ada jika kita ingin berbicara dan memperoleh output dakwah yang optimal dan berkesinambungan.
Kepahaman memiliki peran bahwa segala sesuatu harus memiliki dasar; baik itu landasan syariat, maupun dasar-dasar ilmu kauniyah (dunia) sebagai penunjang komprehensifitas amal. Ketika dua hal itu mampu dikolaborasikan, akan mencipta suatu metode (cara) yang benar dari segi syariat, dan diterima dari segi lingkup sosial dan budaya.
Keikhlasan memiliki peran dalam menentukan arah, menjadi kompas atas segala kebingungan di tengah jalan. Ia harus menjadi satu hal yang terus diperbarui agar menjaga kualitas amal. Keikhlasan ini hanya mampu diperoleh ketika setiap da'i bisa memupuk karakter dalam dirinya yaitu rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah), yang bersih tidak dinodai dengan maksud dan harap duniawi.
Totalitas memiliki peranan dalam memberikan sikap dan tindakan dari bentuk implementasi hadits arbain ke 17 “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu.” . Total dari segi menghadirkan input, mengawal proses, hingga melahirkan output optimal di akhir. Karena yakin bahwa Allah lebih menilai proses daripada hasil.
Dan terakhir, pengorbanan yaitu menyadarkan kepada kita bahwa, hampir mustahil perjuangan tanpa adanya butir-butir pengorbanan. Waktu, tenaga, pikiran dan harta. Sehingga melahirkan sikap selalu korektif, "Jika dakwah tidak terasa berat (berkorban), jangan-jangan ada yang salah."
Wallahua'lam bish showaab.
132 notes · View notes
nindische · 5 months
Text
Izinkanku mencinta lagi.
Masih dalam nuansa awal tahun, ingin rasanya aku kembali menyapa diriku di masa lalu. Bagaimana kah kabarmu? Sudah berdamai kah dengan luka-luka waktu itu? Apakah kamu senang melihatku di masa sekarang?
Entah mengapa, dan entah sejak kapan, hatiku terasa lebih ringan. Apakah mungkin aku sudah berhasil sedikit demi sedikit mengikhlaskan masa laluku? Apakah aku berhasil melepaskannya perlahan-lahan? Hatiku sungguh tak lagi merasa berat.
Aku merasa tidak lagi takut dengan sendiri dan kesepian. Seolah dua hal tersebut telah menjadi teman baikku beberapa tahun terakhir. Aku juga tidak lagi menuntut Tuhanku agar aku bisa bersamanya kembali. Aku tidak lagi menuntut itu.
Kini, pintaku hanya beberapa. Aku ingin mencintai Tuhanku lebih dalam lagi, aku ingin berkontribusi seoptimal mungkin dalam segala peran yang aku punya dan jalani, dan aku ingin pulang dengan sebaik-baiknya cara.
Siapapun nanti yang akan menjadi teman perjalananku, entah itu datang dari masa lalu, atau mungkin orang baru yang bahkan tidak kukenali sebelumnya; pintaku tetap sama: semoga dengannya, aku mampu taat dengan mudah, dan semakin dekat dengan Tuhanku. Siapapun kamu, semoga denganmu kita bisa menjadi manusia dengan versi terbaik, manusia yang mampu mengoptimalkan perannya sebagai hamba, juga menciptakan jejak-jejak kebaikan yang banyak selama masih di dunia. Semoga denganmu, aku bisa semakin kuat dalam berkontribusi dan mengasihi banyak manusia yang membutuhkan pertolongan. Dan semoga, denganmu, aku bisa mencintai dengan baik; sebagaimana yang Tuhanku mau.
Feeling something different. Entah pertanda apa, tapi semoga yang baik-baik. Selasa, 02 Januari 2024. Pukul 21.58 WIB
4 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Kembali tertatih.
Sering aku mempertanyakan, "Mengapa rasa itu masih ada?"
Apakah karena rasaku yang terlalu dalam? Atau, kebaikan apa yang dulu kamu lakukan hingga membuatku tertahan seperti ini?
Atau mungkin, karena memang aku saja yang belum memahami makna ikhlas?
Lagi-lagi pikiran dan hatiku tidak selaras. Sangat lelah; melelahkan. Namun, ini adalah proses yang harus dijalani, kan?
Sering pula aku mempertanyakan, "Muara dari semua ini akan seperti apa, ya?"
Apakah aku akan baik-baik saja? Apakah hatiku bisa berhasil mengikhlaskan? Apakah aku tidak lagi terbayang-bayang oleh masa lalu? Apakah.. aku bisa benar-benat kuat? Yang mana saat ini aku sedang merasa sangat lemah. Segala impian, cita, dan tujuan hidup, terasa keruh. Buram. Aku tahu aku harus kuat dan melanjutkan hidup. Namun, apakah aku bisa tetap 'bernyawa' dalam menjalankannya? Kalaupun bisa, bagaimana dengan rasa itu? Bisa redam, kah? Atau justru semakin terpatri kuat?
Aku masih butuh waktu. Tolong, jangan lagi memintaku untuk bergegas dan terburu.
Melepaskanmu saja sudah susah, apalagi jika harus diburu-buru.
23 Desember 2023, pukul 01.06 - The true feelings.
0 notes
nindische · 6 months
Text
Tumblr media
Untukmu Yang Masih Berjuang Mengikhlaskan
Nggak ada yang bilang mudah kok perihal mengikhlaskan itu. Ia tidak peduli mau kamu dalam keadaan lapang, atau sempit, mau itu besar atau kecil. Ia sungguh tidak peduli akan hal itu, jika itu memang bukan buatmu, maka ya tidak akan pernah sampai kepadamu.
Selalu ada liku yang pasti bertemu. Ketika Tuhan mengujimu perihal ikhlas, kadang Dia akan meminta semua yang kamu punya, sampai akhirnya benar-benar yang tersisa di dirimu, hanya kata 'percaya', percaya yang tak sedikitpun ternoda oleh keraguan.
Baru setelah itu Dia gantikan sesuatu yang lebih baik, lebih sempurna dari harap yang selama ini salah kamu alamatkan. Memang berat, itulah seringkali berbicara ikhlas kita juga berbicara sabar. Ini hanya soal proses, yang mau tidak mau harus dilalui. (:
253 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Hidup lebih tenang saat kita tidak sibuk mencari kedudukan di hati orang
Jangan terjebak pada keinginan dipuji atau diistimewakan, karena keikhlasan akan terpancar tanpa perlu mengada-ngada.
Ketika kita berbuat baik, Allah-lah yang akan menjadi saksi atas setiap perbuatan kita.
- Gurunda Aa Gym
307 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Hari ini hatiku penuh kasih sayang Allah.
Ia mengizinkanku mencintai-Nya sedalam-dalamnya. Ia membuatku lupa dengan segala rasa sakit. Ia membuatku tenggelam dalam kasih lembut tak terhingga.
Allah, beginikah cara-Mu mencintaiku? Beginikah Engkau merahmatiku dengan segala potensi dan mimpi yang kupunya? Sungguh; aku tak berdaya. Rasa cinta ini sangat memenuhi hatiku.
Bolehkah aku dicintai setiap waktu seperti ini? Bolehkah hatiku penuh dengan segala energi positif seperti ini? Bolehkah, Ya Allah?
Mohon dekap aku selalu; agar aku tak perlu lagi mengemis pada semunya dunia. Mohon rangkul aku, sayangi aku. Agar aku mampu menjadi muslimah yang tidak biasa-biasa saja. Agar aku mampu melesat untuk kebermanfaatan yang jauh lebih luas lagi.
- Nindya; dengan segala mimpi besarnya.
0 notes
nindische · 6 months
Text
Aku pulang.
Aku sedang jatuh sedalam-dalamnya pada diriku sendiri. Aku sedang menikmati tenggelamnya diriku, pada keruh-kelamku. Dan aku; aku sedang tidak menyiasati suatu cara untuk melepaskanmu.
Aku tidak lagi mencemaskanmu. Dulu, itu memang keahlianku; karena aku wanitamu. Namun, lambat-laun, keahlian itu memudar; sebagaimana anganku saat ini. Sebagaimana harapku terhadapmu.
Aku tidak menuntut diriku; tidak memaksanya untuk melepas. Aku tidak ingin menyakitinya. Cukup kamu saja yang pandai melakukan itu. Ya, cukup kamu; tidak aku.
Aku tidak lagi melarikan diri seperti yang sudah-sudah. Aku memberanikan diri untuk menghadapi. Aku berupaya tetap bergerak; menguatkan diri untuk menjadi diriku seutuhnya. Aku menghadirkannya pada masa kini dengan segala mimpi besarku; tidak lagi sembunyi pada ragu masa lalu. Aku telah memaafkan diriku; mengampuninya dengan baik. Tak lagi mudah kesal, apalagi membenci tanpa disertai alasan.
Aku sedang menuju diriku tanpamu. Aku sedang mencintainya tanpa syarat. Aku belajar menerima tanpa tuntutan-tuntutan dunia. Aku sedang jatuh sedalam-dalamnya, pada pahit-manis diriku. Tanpamu.
3 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Desember.
Tahun akan segera berlalu, dan jiwaku menetap; masih pada orang yang sama. Tahun akan segera berlalu, dan mimpiku masih menyala; berpaku pada kisah yang sama.
Kadang kesal: mengapa butuh waktu selama ini?
Mengapa butuh waktu sekian tahun hanya untuk melepas? Hanya untuk berproses menerima kenyataan? Apakah memang waktu selama itu adalah harga yang harus dibayar? Apakah sepadan dan pantas untuk memulihkan?
Aku seolah terhenti.
Bukan untuk mengambil jeda, dan bukan untuk bersegera pindah. Sama sekali bukan. Aku justru berulang kali menengok ke belakang, "Apakah langkahku ini benar? Apakah aku tidak akan menyesal?"
Bukan pula untuk tidak memikirkan; justru selalu terpikirkan, "Apakah benar kamu akan baik-baik saja? Apakah kamu sama sekali tidak akan menyesal untuk melepaskan?"
Aku seolah berhenti; merasa butuh berulang kali memastikan:
"Mungkinkah kamu yang menjadi tujuan?"
"Apakah sebenarnya selama ini aku telah sampai pada tujuan?"
3 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Melepaskan; mungkin jadi momok mengerikan selama aku hidup dua puluh tiga tahun terakhir.
Melepaskan begitu banyak kesempatan baik di masa lalu, melepaskan teman dan relasi karena satu dan lain hal, dan menurutku, yang paling parah adalah melepaskan diri sendiri karena orang lain. Dampaknya: kehilangan Allah.
Bila mengingat kembali bagaimana proses dahulu, rasa-rasanya memang harus jauh lebih banyak bersyukur, daripada mengeluhkan yang kurang-kurang.
Melepaskan; sesuatu yang sangat aku takuti. Namun, kini rasanya berbeda. Rasanya sudah lebih bisa berdamai. Rasanya seperti ... pengen aja nunjukin kalau diri ini baik-baik aja.
Kan ada Allah :D
Kenapa harus sekhawatir itu, sih, sama dunia? Tugas kita sebagai manusia ya berusaha, kan? Toh, kalau orientasinya akhirat, urusan dunia tuh jadi hal kecil. Kecil bangett.
Terus kuat, ya?
3 notes · View notes
nindische · 6 months
Text
Mengasihimu tak pernah sederhana.
Ya, berulang kali aku mengatakan itu; karena memang seperti itu adanya. Sekalipun tidak lagi bersama secara fisik, kebaikanmu tetap mengalir. Kebaikan yang kamu tanam, kelak akan ranum, wangi, dan merekah.
Atas segala salah dan kurang, sejak lama sudah kumaafkan. Aku tidak lagi memperhitungkan itu. Yang kunilai sekarang adalah dirimu saat ini. Sayangnya, lukamu belum sepenuhnya pulih, ya? Dan sepertinya, bebanmu jauh lebih berat dariku. Lukamu masih basah; membuatmu perih teramat dalam.
Aku senang melihatmu telah bertumbuh, dan semoga kebaikan dan kebenaran adalah hal yang kamu tuju. Sekalipun masih terluka, aku percaya bahwa kamu kuat dan mampu melalui semua ini.
Satu hal yang mungkin perlu kamu ketahui adalah: tolong, jangan menilaiku dengan diriku di masa lalu. Bagiku itu tidak adil.
Aku menilaimu dengan dirimu di masa kini. Aku ingin hidup dengan versimu yang lebih baik, dan mengikhlaskan dirimu di masa lalu. Aku sedih karena kamu masih menilaiku dengan diriku yang lalu. Memang menyakitkan; namun, bukankah kita selalu punya opsi untuk mencoba lebih baik? Termasuk mencoba bijak dan adil dalam menilai orang lain?
Harapku mungkin akan sirna, tetapi tidak untuk rasaku. Rasa ini Allah-lah yang mengizinkan hadir, dan Allah pula yang paling berkuasa untuk menghilangkannya. Maka, kukembalikan lagi pada-Nya.
Setidaknya, aku telah berupaya meyakinkan diriku, juga dirimu. Aku telah berupaya dengan caraku. Selebihnya, aku percayakan semua pada Allah.
Wahai yang maha membolak-balikkan hati, mohon teguhkanlah iman kami dalam kesempurnaan Islam. Lapangkanlah hati kami untuk menerima segala takdir-Mu. Serta, jadikan kami hamba yang bertakwa; yang senantiasa menjadikan-Mu sebagai tujuan dan langkah hidup. Hiasilah langkah-langkah kami dengan keberkahan. Sejatinya, kami hanyalah hamba yang lemah. Kami hanya mampu berupaya semampu kami.
Aku izin menitipkan orang baik ini pada-Mu. Aku tak lagi memungkinkan untuk menjaganya saat ini. Engkau sebaik-baiknya penjaga, Ya Rabb. Aku titipkan hati yang lemah ini pada-Mu. Terima kasih atas segala rahmat dan penjagaan. Sekali lagi mohon maaf atas segala salah dan kurang..
6 notes · View notes