Text
Hal paling menyebalkan tentang kilas balik adalah ketika menyusun kembali kepingan memori yang menyesakkan dada.
Bahwa saat kamu menyadari seluruh perasaan berbungah hari itu adalah fana.
Bahwa saat kamu menyadari warna pakaian yang kamu kenakan, lagu yang menemani saat di jalan, atau wangi parfum seseorang tak dikenal yang tidak sengaja bertubrukan denganmu hanya tinggal kenangan.
Bahwa saat kamu menyadari dirimu sekarang telah berada di sudut ruangan sendirian dengan air di pipi yang mengering.
0 notes
Text
Himpunan aksara ini dirajut pada tanggal 01 Agustus 2021 untuk merayakan hari kelahiran satu putra Adam dengan penuh bungah. Seluruh sebab tentangnya pantas untuk dipestakan, bahkan oleh setitik kerdil tak kasat mata—sepertiku.
Singkatnya, sajak-sajak ini bersemi sebagai perwujudan rindu di jam 7 malam
Mengadu kisah pada alam
Tentang seorang anak adam dengan rupa yang cendayam
Dengan beragam perasaan yang bersemayam, membalut raga yang sempat usam
Menghangatkan jiwa-jiwa yang muram, bak esensi sebuah tuam
Singkatnya, kerinduan akan sosoknya yang mendalam, selalu melingkari diri
Irasnya yang berseri-seri, senyumnya yang terpatri, dan kelihaiannya dalam menari
Menarik semua duri yang tertancap dalam diri
Menjadi sebuah mentari, dan akan menyinari segenap naluri yang membutuhkan sumber energi dalam menjalani hari
Kusebut ia rindu, yang selalu kutunggu kala hati sedang sendu
Kusebut ia rindu, yang ketika diri beradu rasanya legit seperti madu
Tak perlu menjadi kokain atau kafein untuk membuatku candu
Cukup bertandu pada suaranya yang syahdu
Si rindu ini bernama Ahn Seongmin
Namanya selalu menyelinap dalam setiap Amin
Berharap tak ada satupun lara yang berpilin, jika Tuhan memberi izin
Meski banyak yang berucap ia terlihat dingin, namun aku yakin..
Ia akan selalu menjadi vitamin yang menyejukkan hati layaknya hembusan angin
Tekadnya ibarat api unggun yang berkorbar dengan anggun
Biarpun semua orang meranyun, suara semangatnya teguh bertalun
Kedewasaan sukma yang bersilir-silir ia bangun, akan menimbun segala apapun yang meracun
Kusorakkan sebuah berita pada daun yang mengembun,
"Hey, si rindu ini sedang berulang tahun!"
Selamat ulang tahun, karya cipta Tuhan paling jelita!
Terima kasih ya, telah menjadi rangkaian kata yang bertinta sukacita
Menjadi pemeran utama bagai amarta dalam setiap sudut cerita
Menjadi suar berpijar yang menerangi bilik semesta yang gegap gempita
Dengan segenap talenta, jangan biarkan barang satu detikpun dirimu menderita
Karena walau kau berpentas tanpa terlihat satupun mata, dirimu tetap bermahkota
Sekali lagi, selamat ulang tahun.. Cinta!
3 notes
·
View notes
Text
For a girl that may still struggling on her life today, thanks for being this strong until now. You can feel sad. You can feel angry. You can feel happy. You can feel all the emotions you have, because that's the way to be alive.
Seven years ago, you'd said it was okay if everyone hate you, you still have you yourself who always having you back and accept you whatever you are. Maybe it's still valid now. All you have to do is loving back yourself like the way you are back then. Because in the end, you only have you yourself. You can only rely on yourself.
Crying as much as you want. But smiling as wide as you can after that. You deserve all the happiness things in the world. You have value. You're strong. You're beauty. You're smart. You deserve to be loved.
A letter to myself: You did well, you always did well.
0 notes
Text
Senin, 11 Desember 2023.
Pukul 21.11 WIB.
Di ruang tengah, menggandeng kumpulan hati yang hampir mati.
Aku Tidak Seperti Langit

Minggu, 17 November 2019.
Pukul 12.25 WIB.
Di kamar kakak, ketika langit tidak menangis.
Aku Sama Saja

Senin, 25 November 2019.
Pukul 00.14 WIB.
Di kamar kost, masih tidak tahu diri.

Kalau Saja
Kamis, 9 April 2020.
Pukul 00.47 WIB.
Di kamar ibu, membawa hati yang membusuk.
0 notes
Text
Monolog
Sudikah Tuan mendengar sebuah kisah pilu?
Tentang seorang gadis yang namanya tertutup debu
Ia bersimpuh, tangan memangku
Bertanya, "Kapan Tuhan 'kan mengusap abu?"
Manusia hanya sebuah omong kosong
Berlomba-lomba menjadi yang paling Agung
Berlagak tuli pada kata tolong
Nyatanya najis menyapa luka yang meraung
Tuan, bolehkah hamba memutar waktu?
Menciptakan cerita yang semu
Biarkan monolog ini penuh biru
Tersimpan rapi pada batin yang rindu akan peluk
Untuk semesta yang bernyawa
Izinkan bait ini menjadi obat
Memupuk benih yang bertunas dalam sandiwara
Mendekap jiwa-jiwa lemah yang dipaksa kuat
0 notes
Text
Pada akhirnya yang mengerti adalah diri sendiri. Lalu untuk apa ada orang lain? Apakah aku setidak pantas itu untuk dicintai?
0 notes
Text
Kenapa aku selalu menunggu kapal pesiar saat aku memiliki sampan? Padahal aku tahu, aku tidak selemah itu untuk tidak dapat mengayuh dayungnya.
Menjadi dewasa memang sulit.
0 notes
Text
Pernah berada dalam kapal tak kasat mata, terhanyut dalam ilusi, hingga akhirnya hilang tak berbekas.
0 notes
Text
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari? (A version)
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari?
Semua orang selalu mempertanyakan hal yang sama berulang-ulang. Berlomba-lomba dalam keterpurukan, saling mengadu nasib mana yang paling hancur berantakan.
Semua orang selalu ingin menjadi mentari. Duduk pada singgahsana tertinggi setiap hari. Menjadi pusat atensi dan bagian terpenting dari setiap memori.
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari?
Semua orang selalu acuh, bahwa mentari harus memancarkan cahayanya sendiri. Tak boleh bergantung pada materi lain. Berdiri sepi hanya ditemani hembusan angin.
Semua orang seolah lupa, bahwa menjadi mentari berarti bertanggung jawab atas kehidupan setiap jiwa. Berlaku bijak layaknya seorang dewa. Harus dapat menyembuhkan setiap hati yang sedang kecewa.
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari?
"Lejar." ujar sang fajar, pada lampu-lampu rumah yang berpijar.
0 notes
Text
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari? (Q version)
"Hey, mau berkelompok denganku?" entah sudah kali ke-berapa ia menawarkan dirinya kepada teman-teman sekelas. Namun hasilnya akan selalu sama; nihil.
Ia tak mengerti mengapa tak ada yang ingin berteman dengannya. Jangankan berteman, mengingatnya saja tidak ada. Ia selalu takut takkan ada yang mengunjungi pemakamannya saat ia mati suatu hari nanti.
Huft..
Ia menghela nafas. Seolah mengerti isi hatinya, langit mendung sedari pagi. Rintik hujan setetes demi setetes turun membasahi bumi.
Terdengar beberapa siswa yang mengeluh tidak dapat pergi ke taman hiburan sebab tidak muncul mentari hari ini.
Benar, mentari yang selalu dirindukan dan bermanfaat bagi kehidupan insan di dunia. Ia menghela nafas sekali lagi,
Bagaimana ya, rasanya menjadi mentari?
0 notes