Satu dari sekian cerita-cerita yang terjadi di kehidupanku. Memetakan satu cerita karena cerita ini, akan terkubur dengan cerita lainnya. Ini adalah ceritaku, cerita kita, dan cerita mereka
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Timeline 10 tahun ke belakang
2014 SM3T
2015 PPG
2016 married, working
2017 mom of 1, working
2018 mom of 1, still working, fokus test
2019 cpns
2020 pns
2021 covid, full online teaching
2022 guru penggerak
2023 mom of 2, take a break for a while
2024 KS, PP
2025 Fasil soon to be
Next target: my top 3
Gapailah mimpi setinggi langit. Yang penting mimpi aja dulu deh, kapannya ga tau.
0 notes
Text
The Worst Part - Hal Paling Bikin Nyesek dan Sedih
Di sini saya ga lagi jual kesedihan. Cuma ngetik aja. Bahwa ada hal-hal yang bagi saya bikin nyesek, tapi bagi orang lain ternyata receh. Jadi, ini bukan pamer ya. Pengingat diri.
1. Pernah di fase sama sekali ga ada duit saat SMA. Sampai temenku datang ngasih kue ultah dan aku ga bisa ngajak makan2. Karena ga punya duit. Se ga punya duit itu. Malu banget rasanya. Pernah juga, milih naik sepeda supaya bisa nabung uang saku dikit-dikit, biar bisa sewa komik dan jajan soto di kantin yang enak banget. Uang sakuku 5ribu, sotonya 8ribu 😅😂.
2. Suatu hari di musim hujan, ketika malam hujan deras dan baru pulang dari kampus. Entah acara apa kok bisa malam banget. Masih dengan motor shogun kebo tua, aku naik motor dengan keadaan lampu yang mini banget ga guna. Hujan deras mengaburkan pandanganku palagi pakai kacamata. Pelan banget naik motornya. Sampai di LP kok mati listrik. Semua mati. Gelap gulita. Dan ga ada satu kendaraanpu yang lewat. Ga keliatan apapun. Bener2 apapun ga keliatan. Pakai kacamata, kok buram. Ga pake kacamata, airnya netes ke mata jadi pedih. Mana lampu ga guna juga. Nangis pun percuma, malah tambah kabur pandangannya. Satu-satunya keajaiban hanyalah cahaya kilat yang datang secara konstan, sumber cahaya selama sedetik, menjadi penunjuk dimana jalan aspal berada. Aku naik motor dengan kecepatan paling rendah, merapal doa, dan berkonsentrasi agar tidak nyungsep karena ga kelihatan.
3. Saat harus daftar SMA. Aku pengen masuk ke SMA 1. Agak gengsi, karena nilaiku bagus. Teman-teman ku yang pinter semua masuk sana. Aku pengen. Tapi apa daya, penyumbang dana utama ku, budhe, keberatan dan menyarankan ke SMA 2 yang lebih murah 500rb. Aku melangkah keluar dari gedung SMA 1, menangis ketika dibonceng ibuk naik motor honda pitung warna merah yang butut, merasa hidup tidak adil. Temenku yang ga begitu pinter tapi super rich, ketrima di SMA 1.
4. Aku pernah dibully saat SMP. Sampai dipanggil 'monyet'. Alasan mereka membully, aku tidak benar-benar paham. Selama berbulan-bulan, aku dibully dengan ucapan yang sangat jahat. Tidak ada yang mau berteman, hanya satu orang yang mau duduk di sampingku--cewek paling miskin dan wajahnya ga cantik. Tapi dia menyemangati ku. Endingnya, salah satu anggota bully itu melakukan kesalahan dan gantian dibully. Si terbully itu jadi baik-baikin aku, minta sekelompok kerja, dll. Aku? Tentu masih baik dan menerimanya. Aku hanya menyimpan luka di dalam.
5. Kehidupan percintaan tentu harus masuk dong hahaha. Yang mana ditinggal nikah, yang mana diputusin karena merasa rendah diri dibandingkan aku dan gantungin aku bertahun-tahun tapi nangis begitu tahu aku mau nikah, yang mana hubungan sama orang aneh yang cinta sama aku tapi aku ga cocok sama hidupnya dan dia harus nunggu bertahun-tahun baru bisa move on dari aku.
Bersambung part berikutnya.
0 notes
Text
Twinkling Watermelon
Ini udah masuk episode 16 dan saya nangis banget.
Lalu bayangin, apa yang terjadi di masa tahun 1980, ketika ibuk saya masih muda, masih senang-senang, masih galau mikirin masa depannya. Ketika ibuk saya masih punya banyak mimpi. Ketika 1990 yang pada akhirnya nikah, melahirkan, dan punya kesibukan.
Aku berkaca pada hari ini, dengan kondisi yang sama.
Terima kasih, untuk ibuk dan bapak.
Banyak pedih yang dialami ketika muda.
Banyak pengorbanan yang telah dilakukan.
Banyak mimpi yang dibuang.
Yang kemudian memilih untuk menempuh jalan yang berujung ke hari ini.
Aku pun merasakan hal yang sama, kekhawatiran yang sama, yang akhirnya memilih untuk di jalan ini. Untuk anak-anak ku sendiri.
Terima kasih.
10-01-2024
0 notes
Text
Setelah Sekian Purnama
12 purnama pertama
Berlanjut menjadi 12 tahun
Sudah ratusan purnama kita lalui bersama
Semua begitu cepat, melesat bak peluru dari senapan
Masih ingatkah kamu, tentang pertemuan pertama kita?
Suatu pagi yang indah di bulan Agustus
Berlanjut menjadi hari-hari penuh rindu
Bahkan ketika aku pergi, tetap saja hati kita tertaut
Masih ingatkah kamu, pada hari dimana kau minta restu orang tuaku?
Kau tidak menjanjikan apapun, tapi kau janjikan bahagia dan setia.
Karena pemilik hati, pemilik kekayaan, hanyalah Ia yang Maha Segala
Kamu siap menapaki masa depan yang tidak kita tahu, bersama
Masih ingatkah kamu, hari dimana ijab kabul kau ucapkan di depan para saksi
Kita terikat tak hanya di dunia, pun di akhirat
Aku dan kamu, kita
Setelah 12 tahun berlalu, cinta tak lagi sama
Menggebu dan menggelora bukan lagi maknanya
Tenang, menerima, dan apa adanya adalah cinta kita
Adakah badai dalam cinta kita?
Ada. Tentu saja.
Apakah ini menggoyahkan kita?
Tidak. Tentu saja.
Perasaan siap untuk kehilangan adalah yang kita yakini akan terjadi, entah kapan
Apakah karena terpisah dunia, atau terpisah karena tidak setia
Aku bayangkan berbagai skenario perpisahan, dan pada akhirnya aku menangis.
Menangis untuk sesuatu yang bahkan belum terjadi
Aku memang tidak akan bisa berpisah denganmu
Kamu...
Tepatilah janjimu, untuk hidup bersamaku
Seumur hidupku, seliang lahat kita
Aku selalu mencintaimu, untuk 12 tahun yang lalu, maupun untuk 12 tahun mendatang, dan seterusnya.
15 Desember 2024
0 notes
Text
Tentang Rengking
Hari ini penerimaan rapor pertama kalinya untuk si Qq. Dia kelas 1.
Dari awal udah tahu aku, dia oke di pelajaran umum, kemampuan kognitif, pemahamannya, itu bisa lah ya. Memang goal setting aku adalah biar dia kemapuan kritisnya bagus, dan problem solving nya jalan. Skill untuk hidup, sosial, dan karakter, itu yang paling utama. Jadi selama ini, memang hal itu yang aku berusaha kuatkan. Tapi ya alhamdulillah kalau pelajaran emang bagus, nilai math oke, kalau dikasih pertanyaan dia inget juga jawabannya. Kaget juga, kok anakku bisa hahaha.
Tapi tentu bohong kalau mindset jaman baheula terkait rangking ga saya pikirin. Bohong banget kalau ga pengen anakku rengking ya. Pengennya sih ya, abai aja. Tapi kok ya tetep aja dorongan rasa ingin tahu ini menggebu. Semacam orang perfeksionis yang ingin anaknya juga perfect. Di satu sisi, ada dr jekyll yang menepis kan pemikiran itu. Tapi di sisi lain, si mr hyde nih kek berontak banget. Isi otakku memang se absurd itu.
Dan akhirnya dia ga rengking 1-3 kan. Memang udah bisa ketebak. My son is not as bright as I wish. My son is not as perfect as I hope.
Kek saya nih. Dari tahun kapan kan juga ga pernah rangking 1 banget, tapi otak jalan, sat set. Paket komplit (sombong emang aku nih wkwkw). Sementara yang rengking 1 lebih banyak berkutat dengan glorifikasi rangking 1 yang terbaik lah, ter sempurna lah, dll, yang akhirnya skill lainnya tidak mendominasi.
And then...
Saya berusaha untuk legowo. Oke gapapa ga rangking 1. Oke gapapa. Hahaha. Seperti yang saya bilang di awal, bahwa yang terbaik sekarang, tidak menjamin masa depan terbaik. Tapi prosesnya, yang akan menjadi modal untuk masa depan.
Habiskan jatah sedih, gagal, sakit hati, dll saat ini. Jadi nanti, saatnya kamu bersinar seterang bintang di langit, maka hanya ada bahagia. Karena kamu akan melihat setiap hal kecil pun untuk disyukuri. Syukur itulah yang menjadi bahagia.
Jadilah yang terbaik, Anakku. Bertumbuhlah sesuai zaman dan kodratmu. Tak perlu mendapat validasi dari orang lain.
Kamu cukup. Ada mu lebih dari cukup. We love you, for everything you are.
Inti dari tulisan ini adalah:
Sebagai pengingat bahwa tidak harus rengking 1. Tapi harus menguasai soft skills, critical thinking, manajemen emosi, dan rasa syukur. Ga cuma itu, tapi masih banyak. Yang intinya, tidak rengking is okay.
13-12-2024
0 notes
Text
Saking ngantuknya, aku bisa micro sleep selama 2-3 detik dan habis itu segeerrrr banget.
Btw, bisa2nya pas pendampingan individu aku micro sleep wakakaka
0 notes
Text
Nantinya kalau anak-anakku uda gede, aku akan bilang ke mereka apa adanya. Minta maaf kalau aku salah. Aku akan bilang kalau aku akan adil dengan melihat baik dan buruk, bukan adil harus sama.
Aku ga mau jadi orang tua toxic. Yang anaknya harus bilang 'yowes' dan berusaha memahami. Meski aslinya overthinking dan baper.
Segala hal harusnya bisa dibicarakan.
Tapi memang aku kan bukan yang terfavorit. Aku selalu jadi yang terakhir. Selalu yang diabaikan. Selalu yang tidak mendapat apa-apa.
Yowes.
0 notes
Text
Kamu
Akan ada waktunya dimana kamu akan terbang tinggi. Dan orang-orang yang membicarakanmu di belakang akan tahu bahwa kita bisa.
Tidak masalah ketika kamu hanya menjadi orang biasa saja. Tidak mengejar karir. Tidak mengejar apa-apa. Tidak ada mimpi. Tidak ada keinginan.
Justru aku yang kau utamakan. Kamu dukung mimpiku. Kamu support karirku. Kamu rela menjadi bapak rumah tangga, siap sedia ketika anak harus di rumah, anak sakit, dan segalanya.
Tapi kamu harus tahu, bahwa hatiku sakit ketika memikirkan ini. Rasanya tidak adil ketika yang harus berkorban kamu. Sementara orang lain memandang sebelah mata tentang kita.
Kita memulai segalanya dari nol, bahkan dari minus. Kita yang tak punya apa-apa. Modal kita hanya diri kita.
Setiap masalah selalu dipikir berdua, tidak melibatkan orang tua ataupun orang lain. Kita sama-sama tertutup. Kalau senang kita bagi, kalau susah kita tutupi. Tak perlu orang lain tahu betapa menyiksanya semua ini.
Kita sama-sama tidak sempurna. Banyak nada tinggi, konflik batin, dan segala ketidakcocokan. Tapi kita berusaha untuk abai. Kita berusaha untuk saling berkomitmen pada pernikahan ini.
Sayangku,
Suatu saat kamu pasti bisa. Kita pasti bisa.
23 Oktober 2024
0 notes
Text
Qiya sedang sakit dan berproses untuk sembuh. Bismillah semoga segera sembuh.
0 notes
Text
Tentang Kuliah
Sudah 10 tahun sejak terakhir mengenyam bangku kuliah. Apa kabar? Kangen?
Iya, tentu kangen. Kangen duduk di kursi dan menjadi sendiri. Kangen dengan mendengarkan dosen. Kangen dengan tugas. Kangen dengan presentasi. Kangen duduk santai ngobrol sama teman di sela menunggu waktu kuliah.
Apa aku tidak ingin kuliah? Ambil magister?
Tentu pengen. Pengen banget.
Tapi... Tidak untuk saat ini.
Dalam skala prioritas ku, masih ada banyak urutan yang harus diselesaikan. Paling tidak, dicukupi. Dan menempuh studi lanjut adalah keputusan paling egois yang akan saya lakukan.
Prioritas apa yang harus saya penuhi?
Anak-anak dan suami.
Menjadi civil servant dan soon to be a manager, adalah hal yang harus aku jalani seumur hidup. Itu seperti 2 bilah mata pisau, egois karena saya memaksa, tapi tidak egois juga karena ini untuk mereka dan masa depan mereka. Aku tidak bisa menjalankan peran sebagai IRT sempurna yang rumahnya rapi, anak dan suami terawat.
Tapi,
Namanya manusia ya, masih saja timbul rasa iri hati. Aku iri pada mereka yang punya kesempatan itu. Tapi aku tahu, itu tidak mudah. Mereka pasti punya pertimbangan lainnya. Mereka pasti punya banyak hal yang mengusik hati mereka.
Dan akhirnya, aku harus merasa cukup.
Cukup untuk saat ini.
Cukup dengan keadaan ini. Dengan aku. Dengan rejeki yang seperti ini. Dengan hidup begini. Mau mencari apa? Mau sengoyo apa. Hidup akan tetap berjalan apakah ada kamu atau tidak. Justru, aku harusnya menikmati moment ini, yang tidak akan terulang. Menikmati kebersamaan dengan anak.
Orang tua benar dengan pernyataan: harta yang aku miliki adalah anak-anakku.
Karena benar adanya. Aku melihat kehidupan banyak orang yang tidak punya anak, atau anak yang pergi merantau, dan lainnya. Kemudian orang tua yang sakit. Yang nengurus siapa? Tidak ada.
Harta yang paling berharga adalah anak-anak yang sholih dan sholihah.
Itu prioritas. Itu yang membahagiakan. Badan sehat, jiwa sehat, anak-anak yang sholih dan sholihah.
Ps: Hi kids, mom is here. I love you just the way you are. I love you sooo much.
Ini kenapa postingannya mbleber sih, bahas apa jadi apa. Hahaha
1 note
·
View note
Text
Sedang sakit dan ga boleh kecapekan.
It means ga ada yang belanja, kerjaan diurus mr.g semua.
Which is mr. G juga sakit.
Jadi bagaimana kabar hari ini? Luar biasa.
0 notes
Text
Sakit
Akhirnya aku sakit. Sakit yang sudah lama ga pernah aku rasa.
Bertahun-tahun ini aku ga pernah ngrasain sakit. Paling ya lahiran. Normal lah ya. Masuk angin, bapil, sakit gigi, dll yang obatnya udah hafal saking seringnya mampir.
Kejadian berawal di minggu lalu yang super hectic karena persiapan pameran karya, dll, input data aspd, dll. Beneran rehat cuma di rumah. Itupun masih otak jalan muter mau kapan nyelesain semua tagihan itu.
Akhirnya hari senin, tumbang.
Sakit perut yang hebat.
Pertama, jam 10 pagi, sembuh karena dikeroki.
Kedua, jam 2 siang, sembuh karena dikompres air hangat.
Ketiga, jam 9 malam. Ga sembuh setelah treatment di atas. Terpaksa lari ke IGD. Literally, naik motor, berempat, nahan sakit level 9/10, menembus dingin sisa-sisa hujan.
Dari IGD dikasih obat pereda nyeri. Jam 12 malam pulang. Sudah enakan. Dapat surat dokter. Oke besok kita cek up.
Paginya, dengan suami, haha hihi, antri puskesmas, lanjut ke dokter penyakit dalam. Fiks ISK setelah cek darah. Padahal ya ga kerasa apa-apa.
Oke, dikasih antibiotik dan obat pereda nyeri. Disuruh gausa masuk dulu sehari lagi.
Tapi dasar aku ngeyel. Aku masuk. Hati-hati banget. Yang biasa pecilakan, pethakilan, lari ke sana ke sini, teriak ini itu, kantor-kelas bisa 10x dalam sehari, kali ini anteng. Jalannya uda kaya nenek-nenek. Pelaaaaannnn.
Dan ga sakit lagi. Alhamdulillah.
Akhirnya hari berikutnya berangkat lagi. Kali ini merasa jemawa. Sembarangan banget. Seperti tidak terjadi apa-apa. Kaya biasa.
Hasilnya? Jam 1 setelah makan siang, sakit parah lagi. 9/10 Pain level. Obat pereda nyeri lupa ga terbawa. Terkapar di UKS. Feeling so miserable. Asli, merasa jompo banget gue.
Pulangnya dijemput si ayang.
Sekarang uda baikan. Tapi tetep, red alert. Harus bedrest. Jadi tadi si bu ks bilang besok gausa berangkat. Yadah manut aja daripada diomong: 'mau nyari apa sih? Nyari muka, apa nyari sehat'
Wkwkwkw
Demikianlah perjalanan sakit saya. Semoga senin sudah lancar jaya. Sehat selamat.
22 Februari 2024
0 notes
Text
Seperti yang sudah-sudah
Ini bukan salahku
Tapi aku merasa bersalah
0 notes
Text
Hadeeeehhh apa salahnya sih positif thinking dan tidak memaksakan pendapat pribadi.
Merasa paling jago? Paling expert?
Sebenernya cuma bilang, wow selamatttt. Akhirnya bisa merasakan hal itu lagi. Wkwkwkwk
Tp kamu memilih untuk mendebat dan memaksa bahwa itu hal yang harus dikomentari tanpa berempati. Sorri. I skip that.
0 notes
Text
Target 2024
1. Sehat sehat sehat badan dan jiwa
2. Kurus kurus kurus (haha biar baju muat lagi)
3. Kerjakan yang bisa, bukan semuanya. Kamu tidak perlu hebat, tidak perlu sempurna. Apa adanya. Yang terbaik.
1 note
·
View note
Text
Aku dan kamu emang beda.
Mungkin kamu merasa aku lebih beruntung karena tidak perlu berjarak dengan suami. Seatap. Setiap hari ketemu. Berbincang. Pagi-pagi bisa menghidupkan lampu, lalu menggoyang badannya sambil bilang, "Bangun, Yank, sudah jam 3." Setiap hari.
Atau saat aku marah-marah karena makan tidak dicuci piringnya, cucian tidak segera diangkat, meletakkan barang tidak ditempatnya, dan lainnya. Setiap hari.
Atau saat salim pamit mau berangkat kerja. Qtime berdua setelah anak-anak tidur. Mentertawakan masa lalu. Kemudian saling meneguhkan untuk masa depan. Setiap hari.
(Pssssssttt aku uda nangis pas ngetik ini).
Kita emang beda. Aku dan kamu.
Kamu yang berjarak dengan suami. Harus cek 360 setiap saat, memastikan dia baik-baik saja. Saling bertukar emoticon rindu. Berbicara panjang lebar saat malam, qtime saat anak-anak sudah tidur. Mengingatkan untuk makan, untuk sehat, untuk sholat, untuk hati-hati. Mengadu pada Illahi, merapal doa, agar hatinya tetap untuk hatimu. Menabung untuk staycation atau glamping, family time. Saling bertukar foto, untuk tetap terikat, karena jarak terkadang menjauhkan raga dan hati.
Aku beruntung, itu menurutmu.
Tapi kamu lupa bahwa itu adalah pilihan kalian. Untuk masa depan yang lebih baik, mungkin. Untuk pekerjaan yang lebih menjanjikan, mungkin.
Aku tak perlu menghakimi. Lagi-lagi, ini adalah pilihan kalian.
Tapi kamu mungkin lupa. Yang Maha Kaya juga menitipkan lebih banyak harta bagi kalian. Yang mana bisa membeli pendidikan yang lebih baik. Yang mana bisa membeli rumah, mobil, motor, makanan, dll yang jauh lebih baik. Yang mana bisa membeli liburan yang lebih bermakna untuk anak. Yang mana bisa membeli les yang lebih beragam, rumah sakit yang lebih bagus, dokter yang lebih mumpuni, dsb. Yang mana lebih mendekatkan ke Baitullah.
Itu yang kamu usahakan. Itu yang kamu dapatkan. Itu pula yang tidak bisa ku raih.
Kita saling mengukur diri kita saja. Like it or not, urip iki wang sinawang. Aku mensyukuri apa yang aku jalani saat ini. Berusaha untuk selalu ikhlas. Seperti halnya kamu yang tetap berusaha untuk ikhlas menjalani ini. Its okay. We're okay. Kita jalani hidup kita masing-masing. Kita tidak sedang lomba. Kita tidak sedang merasa lebih superior. Kita sedang berjuang dengan hidup kita.
1 note
·
View note
Text
Ku kira semua akan berbeda, tetapi sama saja.
Sudah ku buat, ku usahakan. Bukan tanpa dasar, melainkan pengalaman masa lalu dan riset ribuan jam.
Lalu aku berpasrah sekarang. Sia-sia.
Mengutuk diri atas ketidakbecusan. Menyalahkan diri untuk segalanya.
Benar, manusia merencanakan. Tuhan yang menentukan.
Biar pahit ini aku jalani. Salahkan saja aku.
Satu hal yang menguatkan: semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, dalam kapasitas terbaiknya.
0 notes