Tumgik
nurulzaidahh · 2 years
Text
#gausahterlalungoyo
Aku pikir ketika masuk jurusan Tasawuf Psikoterapi aku tidak akan menemukan matematika, tapi nyatanya tetap bertemu matematik di mata kuliah statistik. Sebagai orang yang berusaha mencintai matematika tapi nyatanya cinta itu harus bertepuk sebelah tangan. selama satu semester ku coba bertahan meski harus menahan perih karena tidak mengerti dengan sekulimit masalah yang datang silih berganti. Hingga akhirnya sampai dipenghujung semeter dan nilai-nilai dari setiap matkul mulai muncul dan tibalah nilai statistik. Dan benar saja dapet C wkwkwkwk. Sedih tentunya karena semua perjuanganku untuk bertahan hanya terbalas dengan nilai C.
Ya begitulah hidup seringkali dipertemukan dengan hal-hal yang tidak disukai. Tapi katanya hidup tetap harus berjalan. Jadi yaudalah ya dapet C itu juga udah berjuang mati-matian wkwkw.
Sebenernya bagi anak Ushuluddin dapet nilai C itu yang aku rasa ya agak gimana gitu wkwkw. Tapi kalo aku dapet cerita dari temen-temen aku yang dari saintek mereka bisa dapet nilai C juga udah alhamdulillah banget, ya pasti beda standarnya dan setiap jurusan tentu punya tingkat kesulitannya masing-masing jadi ga bisa kita samaratakan.
Walaupun dapat nilai C tapi tetap bangga karna apa? Ya karena itu hasil perjuangan sendiri wkwkw. Sebenernya aku ga mau terlalu ambil pusing disaat teman-teman ku yang lain berjuang untuk remedial memperbaiki nilai, tapi aku tetap santai menerima kenyataan bahwa ya segitu nilai aku. Bukan tidak mau memperbaiki tapi males si lebih tepatnya wkwkw. Ya karena kalo pun remed belom tentu bakal dapat nilai lebih baik, udah tau kemampuannya segitu doang wkwkw.
Sebenernya hidup ini adakalanya ga perlu terlalu ngoyo, seperti nilai tadi faktor utama bukan males si tapi karena yaudah emang ga bisa ga usah dipaksa. tapi sebelum aku berfikir seperti itu aku sudah melakukan analisis sederhana tentang diri sendiri. Seperti  menganalisis apa yang jadi kelebihan, apa yang jadi kekurangan. Dan statistik adalah kekurangan ku wkwkw. Yaudah ga usah diambil pusing toh masih banyak yang dibisa kan selain statistik? Iya sesimpel itu hidup kalo kita ga bisa yaudah ga usah terlalu ngoyo. Tapiiiii ini ga berlaku dalam segala hal ya. Apalagi buat yang belum kenal sama dirinya. Ini pun juga bukan dijadikan sebagai alasan untuk tidak berusaha semaksimal mungkin.
Kenapa aku ga ngoyo dalam nilai statistik ya karena emang dari dulu aku tidak bagus dalam pelajaran yang ada itung-itungan wkwkwk udah belajar tapi ya gitu mentok sampai di nilai KKM tapi masyaaAllah segitu juga, buat ga remed tuh udah belajar siang dan malam, dan tidur bersama buku-buku wkwkkw.
Jadi aku ga terlalu ngoyo karena memang itu kekurangan ku. Kalo kita sudah mengetahui apa yang jadi kekurangan dan kelebihan kita yaudah fokus sama apa yang kita bisa dan menjadi kelebihan kita, yang menjadi kekurangan kita ya ga usah terlalu diambil pusing. Toh kita bukan manusia sempurna yang bisa melakukan semuanya. Kita hanya manusia biasa yang berusaha untuk bisa.
1 note · View note
nurulzaidahh · 2 years
Text
Tertampar di Tempat Kondangan
Saat itu untuk pertama kalinya mendapat undangan nikahan di teman SMA. Setelah beberapa tahun tidak bertemu teman-teman SMA, dan dengan adanya nikahan ini menjadi momentum untuk reunian.
Ketika sampai di tempat nikahan apa yang terjadi, insecure rasanya diri ini. Heyyyy tolong kenapa orang-orang cantik sekali dengan baju yang dipakai, alis yang melengkung dengan paripurna, wajah yang begitu glow up. Sedangkan diri ini hanya menggunakan gamis, kerudung segiempat dan make up ala kadarnya. Malu rasanya merasa tidak secantik seperti yang lain wkwkwk
Disaat rasa-rasa rendah diri mulai menggerogoti hati, tiba-tiba celetuk lah salah satu teman ku "Zai doain gua ya, biar kaya elu" Plakkkkk rasanya ga karuan, disaat diri ini merasa tidak PD dengan apa yang digunakan, tetapi ada salah satu temen ku yang celetuk minta didoain biar seperti aku. Aku hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati "lah ko biar kaya gue, orang gue aja lagi iri ama orang-orang" wkwkwkw.
Aku kurang tau sebenenrya ketika dia mengucapkan kata-kata tersebut dia dalam keadaan serius atau bercanda, tapi kalo itu cuman bercanda bagi aku ya wow banget aja, karna aku tau dia orangnya seperti apa lalu bercanda seperti itu, menurutku itu hal yang cukup diluar dugaan, mohon doanya mudah-mudahan Allah berikan hidayah kepada kita semua agar dimudahkan dalam proses menjadi pribadi yang lebih dan lebih baik.
Tamparan di tempat kondangan tidak cukup sampai disitu Seperti biasa ketika ke kondangan apa yang dicari? Yaaaa benar prasmanan wkwk Aku dan teman-teman aku mulai bergerilya untuk menentukan makanan apa yang mau diambil duluan, akhirnya kita memilih nasi berhubung sudah masuk jam makan siang.
Setelah mengambil makanan diri ini mulai bingung mau duduk dimana karna konsepnya adalah standing party, dan bangku yang disediakan terbatas. Awalnya ragu ngajak teman-teman untuk mencari tempat duduk, dan khawatir mereka akan bilang "ah ribet banget lu Zai, makan mah makan aja". Tapi apa yang terjadi mereka mau diajak nyari tempat duduk, dan ketika ada bangku mereka mempersilahkan "udah Zai lu duduk aja, gua mah berdiri ga apa-apa". Plakkkk kena tamparan lagi ternyata diri ini yang suudzon ke mereka karna khawatir akan mendapatkan respon yang ga enak, justru respon yang didapat malah sebaliknya.
Kondangan kala itu memang memberikan kesan yang tak terlupakan, disertai dengan tamparan -tamparan yang begitu menyadarkan.
2 notes · View notes
nurulzaidahh · 2 years
Text
#Pantang Pulang Sebelum Sidang
Sebagai mahasiswa akhir tidak akan pernah terlepas dari pertanyaan kapan sidang? Kapan lulus? Kapan wisuda?. Pertanyaan yang akan terus muncul hingga tak jarang membuat mental terguncang. Belum lagi ditengah gempuran pertanyaan ‘kapan’ banyak sekali status orang-orang yang mulai update abis sidang, update wisuda, makin-makinlah mental ini terguncang. Dan tak ketinggalan fenomena membandikan dengan anak tetangga gencar dilakukan. Sudah lengkap lah penderitaan diri ini sebagai mahasiswa akhir.
Merasa sedih, merasa pesimis, merasa gagal semua perasaan negatif itu ada dan sulit untuk dihindari. hingga diri ini takut untuk menelpon orang tua, takut pulang karna sudah pasti pertanyaan yang akan ditanyakan kapan lulus?, hingga akhirnya muncul tagline pantang pulang sebelum sidang. Dan ketika perasaan itu semua terus menerus diafirmasikan dalam diri, sebenernya hal itu pada akhirnya tidak membuat diri ini berkembang yang ada hanya diam ditempat bahkan tak jarang malah berbakik arah ingin menyerah karna sudah tak kuat dengan berjuang. Merasa tidak beres dengan situasi yang terjadi diri ini perlahan mulai merubah cara berfiikir, diantaranya:
ketika ditanya dengan pertanyaan yang diawali kapan, kapan lulus? Kapan sidang? Kapan wisuda? Yang awalnya ga nyaman dengan orang-orang yang menanyakan akan hal ini, dan kini mulai diubah bahwa mereka yang menanyakan tentang kapan adalah mereka yang peduli, terlepas niat mereka menyakan kapan ada maksud dan tujuan yang  lain, tapi bagi ku. Aku anggap hal itu adalah sebuah kepedulian, karna kalo ga peduli  ngapain nanyain.
Ketika ada yang bertanya kapan, hal ini bisa menjadi moment untuk kita meminta didoakan. Kita beri tahu target sidang dan diakhir jangan lupa untuk minta “jangan lupa doain ya”.
Melihat fenomena status orang-orang yang berbahagia dengan segala pencapaian mereka. Pilihan paling baik adalah ikutlah berbahagia. Hal dapat ditunjukan dengan memberikan ucapan selamat atas pencapaiannya. Dan kalo aku pribadi ketika teman-teman yang lain sudah sidang justru ini jadi moment untuk aku bertanya-tanya bagaimana proses sidang, apa saja yang harus dipersiapkan ketika mau sidang. Dan masyaaAllah memang benar bahwa pengalaman itu adalah guru terbaik. Ketika mendapat pengalaman dari orang begitu banyak pelajaran yang didapat. Ketika pengalaman itu baik tentu kita tahu bagaimana cara mendapat pengalaman baik tersebut dengan harapan kita bisa mendapat hal baik yang seperti dia dapatkan, tetapi jika pengalaman itu buruk tentu kita juga belajar agar tidak mendapat pengalaman buruk tersebut.
Dan ketika aku mulai merubah cari berpikir yang tentunya hal ini akan berefek dengan perubahan dalam  merespon sesuatu. Pada akhirnya alhamdulillah dalam menjalani kehidupan menjadi jauh lebih bermakna, merespon sesuatu dengan positif akan memberikan energi yang positif dan membawa diri ke hal-hal yang lebih baik. Dan seperti kita ketahui bersama tidak semua hal  ada dalam kendali kita seperti omongan orang, postingan orang. Kita tidak bisa meminta mereka untuk melakukan sesuai dengan kehendak kita, maka hal yang paling bisa kita lakukan terlebih dahulu adalah mengendalikan diri kita.
1 note · View note
nurulzaidahh · 2 years
Text
#Prestasi
A : “kamu suka ngeliat potensi orang ga?”
B : “ngeliat potensi orang kaya gampang, tapi lihat potensi diri sendiri susah”
Emang gitu ngeliat orang suka gampang, tapi ngeliat diri sendiri suka susah. Fokus sama orang sampe lupa sama diri sendiri. Hal ini yang sering membuat kita tidak bisa menemukan potensi-potensi yang ada dalam diri kita. Terkadang ada kalanya kita cukup bandingkan diri kita sekarang dengan diri kita di masa lalu.
Teringat kala itu aku ada kegiatan dengan temanku. Dia adalah seorang mahasiswa berprestasi bahkan ketika kita wisuda, dia juga menjadi mahasiswa inspiratif udah pokoknya paket komplit. Ketika ada kegiatan sharing yang mempertemukan diriku dan dirinya, sebelum kegiatan kita harus mengumpulkan CV terlebih dahulu. Dan pas aku liat CV nya. Wadawwww ga kuat bacanya tolong pas bagian prestasinya kebanyakan. Insecure CV aku kalo dijejerin sama CV nya. Tapi aku coba untuk merefleksikan momen ini, berusaha untuk memaknai dari setiap yang terjadi dan mencoba untuk mendefinisikannya. Yaaa hidup ini pada hakikatnya memang tentang bagaimana kita mendefinisikannya.
Prestasi sebagain orang atau mungkin kebanyakan orang akan mendefinisikan prestasi yakni mereka yang juara 1,2,3. Ikut lomba sana-sani, bawa piala. Tapi menurutku jika definisi prestasi hanya disempitkan pada  mereka yang juara, rasanya dunia tidak adil. Karna tidak semua akan menjadi juara satu. Toh semua mungkin bisa ikut lomba tapi tetap yang juara hanya satu. Maka menurutku prestasi adalah ketika kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya, walaupun cuman hari ini kita bisa lebih rajin dari hari sebelumnya, menurutku itu adalah sebuah prestasi. Jika definisi prestasi diperluas seperti ini maka mereka yang hari ini tidak juara satu tetapi mereka berhasil ikut lomba bahkan di ajang internasional itu adalah prestasi, mereka yang mau mencoba dan walaupun ternyata gagal itu adalah sebuah prestasi dan merupakan sebuah pelajaran yang sangat berarti. Berani mencoba lebih baik daripada hanya diam tanpa ada sebuah aksi.
Ngeless deng ini mah karna ga bisa punya prestasi kaya temen ku yang jelas-jelas punya label mahasiswa berpretasi tadi wkwkwk.
0 notes
nurulzaidahh · 2 years
Text
#NambahSemester
Hal yang ditakutkan dalam hidup adalah ketemu bahasa Arab dan hafalan, sebisa mungkin menghindari dua hal tersebut. ketika lulus SMP diajak sama temen untuk masuk MAN dan ga mau karna kalo di MAN pasti ada Bahasa Arab dan hafalan, akhirnya langkah ter-aman adalah pilih SMA. Dan ternyata ketika SMA ada mata pelajaran lintas minat, pilihannya ada dua Ekonomi atau Bahasa Arab, tanpa pikir panjang tentu pilih Ekonomi. Intinya berusaha menghindar sejauh-jauhnya dari Bahasa Arab dan hafalan. Tapi ketika kuliah dan keterimanya di UIN fakultas Ushuluddin, yang mana belajar bahasa Arabnya 3 semester,  disaat jurusan yang lain hanya 1 semester. Dan lagi terkhusus UIN Bandung salah satu syarat lulusnya yakni harus hafal juz 30,  hal yang paling dihindari malah kini datang menghampiri.
Ketika awal-awal kuliah belajar bahasa Arab, percayalah yang tulisan arabnya cuman bismillah sisanya pake bahasa indonesia. Menangis rasanya baru belajar bahasa Arab dan materinya ngeirob. 3 semeter yang dilalui cukup berat, sudah tidak ketemu dengan Matematika dkk tapi ketemu bahasa Arab. Bukan hanya disitu saja perjuangan yang harus dilalui, untuk bisa lulus di UIN itu kita harus ikut tes bahasa Arab. Bisa zai? Ya nda mampu aku wkwkw. Apalagi pas bagian listening disaat orang-orang baru sampai nomor 27, zaidah udah sampai nomor 29 ah memang si paling pinter ini mah wkwkw.
Sebenernya untuk mengimbangi pembelajaran bahasa Arab di kelas, aku ikut kursus Nahwu Saraf kebantu banget tapi ya tetep maa syaa Allah perjuangannya penuh dengan lika liku. Apalagi di kelompok aku itu ada beberapa temen-temen yang dulunya pernah belajar Nahwu Saraf jadi pas ikut kursus tinggal mengulang-ngulang, ada juga temen aku yang belum pernah belajar kaya aku tapi dia punya daya ingat yang bagus, jadi amanlah. Nah ini zaidah udah ga pernah belajar Nahwu Saraf dan lama lagi ingetnya udah pas banget kena mulu, bahkan harus atur strategi duduk ketika kursus biar ga ditunjuk pertama sama Ibu wkwkw. Tapi tetep si kena-kena juga.
Dan terkait hafalan jujurly ini takut banget, pesimis banget apa iya bisa hafal 1 juz. Udah mah pesimis tapi ga ada usaha buat mencoba ngafal, tau-tau udah disemester 7 dan belom setor sama sekali hafalan. Padahal temen aku udah ingetin. “zai kamu ngafalin, nanti kaya kating aku ga bisa sidang karna belom selesai hafalannya”. Dan sebenernya mah inget ko kata-kata ini, ga lupa tapi mikirnya ah masih semester segini, ah masih lama dan ga taunya udah sampe semester 7. Panik ga panik ga? Ya panik lah masa engga wkwwk.
Karna sudah tidak ada waktu lagi ya mau ga mau mencoba untuk mulai menghafal dan sulit awalnya karna ga hafal-hafal. Sampe akhirnya kala itu jadi panitia kegiatan dan kegiatan tersebut membahas terkait cara menghafal al-Quran, dicoba untuk diterapin alhamudlillah ternyata bisa dan jauh lebih efektif. Mulai saat itu intens buat ngafal dan setoran. Benar-benar meluangkan waktu dan kejar-kejaran sama jadwal sidang. Tentu rasanya sangat engap dan mau nangis ga kuat. Sudah berjuang ternyata waktu sidang lebih cepat dari proses hafalan, akhirnya kecewa ga bisa ikut sidang karna hafalan ga beres-beres.dan berujung harus nambah semester. Tetapi setelah merenung semua ini ya gara-gara gue sendiri. Udah tau di UIN syarat lulus harus hafal juz 30, malah ga ngafalin. Terkadang memang kita sebagai manusia suka menyalahkan keadaan padahal keadaan itu kita sendiri yang menciptakan. Dasar aku.
0 notes
nurulzaidahh · 2 years
Text
#SalahJurusan
Alhamdulillah setelah berjuang sedemikian rupa akhirnya keterima di kampus negeri. tapi keterima dijurusan yang aku sendiri  ga tau itu tuh jurusan apa wkwkw. Ya begitulah diri ini mikirnya hanya negeri tapi ga mikir detail terkait jurusan, atau minimal cari info terkait jurusan yang mau diambil.
Jadi begini cerita sebelumnya, ketika mendaftar di UIN kita dikasih kesempatan untuk memilih tiga jurusan, oke untuk jurusan ke satu dan ke dua sudah ada, tinggal jurusan yang ke tiga dan ini fix bingung banget mau ngambil apa, lagi-lagi aku mah orangnya suka ngeliat temen wkwk, terus saat  temen aku ngambil jurusan Tasawuf Psikoterapi dipilihan pertama, tanpa pikir panjang aku ikutan dan menaruhnya di pilihan ke tiga, saat itu hanya kepikirian mengambil jurusan Tasawuf Psikoterapi biar ada temennya. Dan ternyata malah keterima di Tasawuf Psikoterapi jurusan yang ga pernah diharapkan, ga pernah denger sebelumnya ini jurusan apa, ehhh malah keterima disitu. Dan ada momen lucu ketika kasih tahu ke bapak  kalo aku keterima di UIN, dan bapak aku bertanya “nanti kerja apa?”, sambil tertawa aku bilang “ga tau pak wkwkwk”. Prinsipnya kala itu yang penting kuliah negeri wkwkw.
Perasaan kali itu senang tapi bingung. Iya jelas senang dong ya ini kan yang diharapkan dan diperjuangkan untuk dapet kuliah negeri. tapi bingung tentunya kerena keterima dijurusan yang aku sendiri itu ga tau jurusan apa, parahnya lagi kalo ada yang bertanya. “zai keterima dimana, Jurusan apa?” kalo bilang keterima di UIN Bandung pasti pada tau ya, nah pas bilang jurusan Tasawuf Psikoterapi sudah dipastikan rata-rata ga tahu. Lagi-lagi hanya aku hanya bisa ketawa dan bilang “sama aku juga ga tau ini jurusan apa wwkwkw”.
Memasuki perkuliahan, sebagai maba (mahasiswa baru) tentunya senang dong ya karna akan mulai masuk kelas walaupun ga tau bakal belajar apa. Tapi dicoba dulu aja siapa tau cocok wkwkw. Semester demi semeter mulai terlewati, tentunya aku merasa bahagia karna cita-cita ku untuk berpisah dengan Matematika, Kimia, Fisika, Biologi akhirnya terealisasi. semua materi itu kini diganti dengan materi keagamaan. Aku yang dulu belajar agama cuman sekali dalam seminggu, yang nyantri cuman tiga hari di pesantren kilat. Awalnya tentu merasa banyak bingungnya dan butuh waktu untuk beradaptasi teruma setiap kali ketemu mata kuliah bahasa arab wkwkw.
Tetapi dengan berjalannya waktu justru aku menyesal sangat menyesal, karna ketika masuk di jurusan Tasawuf Psikoterapi baru aku sadar kenapa baru belajar ilmu agama itu sekarang, ya Allah kemarin kemana aja banyak hal-hal yang baru diketahui pas kuliah, padahal seharunya itu hal basic yang seorang muslim harusnya sudah memahami hal tersebut. Malu tentunya sebagai seorang muslim tapi ga kenal sama agamanya. Rasanya hanya menjadi muslim yang menjalakan ibadah hanya untuk menggurkan kewajiban tanpa pernah berusaha memahami maksud dari setiap perintah dan larangan yang ada di dalam Islam.
Walaupun masih belum memahami Tasawuf Psikoterapi ini jurusan apa, apalagi diawal-awal kuliah materi yang diberikan yakni materi umum yang belum terlalu menjurus sesuai dengan jurusan. Tapi maa sya Allah banyak hal yang membuat diri ini tertampar. Hingga akhirnya aku mendapakan  dua hal yang  begitu sangat membekas dan menjadi hal yang amat disyukuri yakni: merasakan sense of belong sebagai seorang muslim, dan mendapatkan meaning of life. Hal ini jelas mahal dan belum tentu didapatkan di jurusan yang lain.
jika mengingat perjuangan untuk mendapatkan kampus negeri, yang berkali-kali ditolak. Tentu kala itu merasa kecewa, suudzon, marah ahhhh rasanya sudah lengkap segala penyakit hati semua ada di dalam hati. Tapi ketika sudah keterima di Tasawuf Psikoterapi menikmati setiap proses yang ada justru malah mendapat hal yang luar biasa. Setelah beberapa tahun baru aku sadar maksud dari takdir yang Allah beri dengan aku keterima di Tasawuf Psikoterapi. Allah tuh baik banget ternyata aku ditolak dibeberapa jurusan karna Allah tau aku disana ga akan bisa, dan itu  bukan yang terbaik.
Contohnya aku waktu itu mau ngambil jurusan Biologi, tapi ga keterima. Dan ketika kuliah temen sekamar aku jurusan Biologi yang maa syaa Allah ternyata tugasnya bejibunnnn. Dari ngelaprak, ngejurnal, belom lagi kalo mau praktek itu banyak banget persiapannya. Udah bener aku mah ga akan bisa kalo di sana wkwkwk. Yang tadinya kecewa setelah diliatkan realita yang ada dalam hati aku berkata “alhamdulillah gue ga keterima di Biologi” wkwkwk.
2 notes · View notes
nurulzaidahh · 2 years
Text
Teringat perkataan guru SD ku kala itu, yang kurang lebih beliau berkata seperti ini “ hidup ini sudah susah, jadi jangan bikin tambah susah”. Sebuah kalimat yang dahulu aku hanya mengingatnya tanpa perna berusaha untuk memahami apa maksudnya. Tetapi ketika semakin bertambah umur, semakin bertambah beban hidup, makin terasa iya benar Pak, benar sekali hidup ini memang susah. Maka tak heran jika saat ini muncul lagu ‘aku takut dewasa, aku takut kecewa takut tak seindah yang kukira’.
Sebagai generasi Z yang kini mulai beranjak dewasa, ketika mendengar lagu tersebut tentunya merasa  sesuai dengan kehidupan yang saat ini sedang dijalani. Apalagi banyak berita yang membahas terkait generasi Z. Seperti halnya yang dikutip dari laman online IDN Times, katanya Gen Z merupakan generasi yang paling tertekan. Hal ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan seperti adanya kekerasan, pelecehan, kekhawatiran akan ketidak stabilan keuangan, politik, dan juga media sosial. Makin benar lah perkataan guru ku kala itu bahwa hidup ini  memang susah.
Sebagai seorang manusia tentunya kita memiliki otoritas untuk memilih, namun perlu diingat setiap pilihan yang kita pilih tentunya memiliki konsekunsi. Dan terkadang kita sebagai manusia sadar atau tidak sadar suka memilih pilihan yang pada akhirnya mempersulit diri sendiri.  Melalui tulisan ini aku akan bercerita tentang berbagai episode-episode kehidupan yang sudah kulalui, yang mulanya memilih untuk mempersulit hidup hingga akhirnya merasa mengcapek dan berusaha untuk memilih kembali sebuah pilihan yang tentunya mempermudah hidup.
#Gengsimasukswasta
Berada diantara teman-teman yang memiliki rasa ambis yang begitu menggelora, tentunya membuat diri yang suka mengalir begitu saja dengan realitas yang ada ini, mulai berubah menjadi sosok yang terpaksa ikutan ambis karna pengaruh teman-temanya.
Saat itu suasana perjuangan untuk mendapat kampus impian begitu sangat terasa, penuh dengan drama dan air mata. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mendapatkan apa yang diinginkan, bagaimana dengan diri ini? Yaa diri ini mencoba terlihat ambis dengan cara mengikuti apa yang mereka lakukan. Mereka ikut try out SBMPTN ya diri ini ikut, mereka rajin ke BK untuk bertanya-tanya terkait masuk kampus ya diri ini juga ikut. Mereka memperjuangkan nilai agar tidak turun ya diri ini juga ikut. Pokoknya ngikut aja wkwk.
Hingga akhirnya satu persatu mereka mulai diterima dibeberapa kampus negeri ternama, dan menyisahkan diri ini yang belum jelas akan melanjutkan pendidikan kemana. Mulai saat itu timbulah rasa iri, rasa gengsi. Dan terbesit   “masa iya masuk swasta” . ya waktu itu ga mau aja masuk swasta, karna yang waktu itu keterima di negeri baik dari IPA ataupun IPS ya mereka semua adalah temen aku, ya malu aja kalo diri ini tidak kuliah di kampus  negeri.
Oke kali ini aku ga bisa ikut-ikutan, kali ini mulai serius menyusun strategi untuk bisa keterima di kampus negeri. tetapi ternyata tak semudah itu setiap kali mencoba gagal lagi, gagal lagi. Hingga akhirnya sampailah dititik terendah, merasa capek dan ingin menyerah dengan keadaan yang ada. Walaupun sebenernya aku masih melihat ada satu kesempatan untuk aku bisa kuliah di kampus negeri yakni dengan mengikuti ujian mandiri. Ketika masih tersisa rasa semangat untuk berjuang, tetapi semua itu terhalang karna tidak mendapat izin dari orang tua untuk melanjutkan perjuangan. Tidak terima awalnya, tetapi berjalan tanpa restu orang tua akan mempersulit kehidupan selanjutnya. Hingga akhirnya aku mencoba menurukan ego ku, bernegoisasi dengan diri bahwa tidak apa-apa masuk kampus swasta. Toh tujuan kuliah baik di negeri maupun swasta kan mencari ilmu. Perihal sukses atau tidaknya tentu ini kembali ke diri orang masing-masing. Kuliah di kampus ternama tetapi hanya bermalas-malasan tentu tidak akan ada hasilnya, dan tidak menutup kemungkinan kuliah di
swasta tetapi semangat untuk mengupgrade diri in Syaa Allah kesuksesan itu bisa didapat. Akhirnya dengan langkah yang sebenernya belum menerima sepenuhnya aku pergi ke salah satu kampus swasta yang ada di Bekasi. mengambil formulir dan saat itu berkeliling kampus melihat suasana di kampus.
Beberapa teman yang telah keterima di kampus mulai melakukan pendaftaran ulang. Waktu itu temen aku akan melakukan daftar ulang di UIN Bandung, salah satu kampus yang aku masih berharap bisa keterima disana. Temen ku ini mengajak aku dan beberapa temen-teman ku yang lain untuk ikut daftar ulang ya sekalian jalan-jalan. Dan saat itu aku berpikir kalo aku ga bisa kuliah di UIN Bandung seenggaknya aku udah pernah ke UIN Bandung. Hal ini ku lakukan sebagai usaha untuk berdamai dengan keadaan walaupun sebenernya ketika sampai di sana masih besar harapan untuk bisa kuliah di sana. Setiap hari berdoa agar orang tua memberikan izin bisa mengikuti tes ujian mandiri di UIN Bandung.
Hari demi hari berlalu, dan tetap berusaha berdamai dengan keadaan berusaa menguatkan bahwa tidak apa-apa jika nanti kuliah di swasta, tetapi ternyata orangtua mengizinkan untuk ikut ujian mandiri di UIN Bandung, rasanya seperti tidak percaya dan udah pasrah dengan keadaan. Tetapi takdir berkata lain. Akhirnya orang tua benar-benar memberikan izin untuk ikut ujian mandiri. Senang, haru dan takut sebenernya ketika dikasih kesempatan lagi. Karna takut mengecewakan seperti sebelum-sebelumnya.
Aku : “ma ini yang ikut ujian mandiri ribuan, kalo nanti ga keterima gimana”
Mama : “ya ga apa-apa”
Pertanyaan yang ku ajukan diawal buat jaga-jaga kalo misal tidak keterima agar tidak terlalu kecewa. Dan ketika mendengar jawaban dari mama ku saat itu rasanya lega dan tidak ada beban, padahal mau ujian wkwkw. Akhirnya singkat cerita berangkat ke Bandung untuk mengikuti tes dan mendapatkan hasil yang diluar dugaan alhamdulillah keterima, walaupun sebelumnya agak pesimis apalagi ujian di UIN itu ada bahasa Arabnya yang boro-boro ngerti ini soal tentang apa, orang baca soalnya juga ga bisa karna huruf gundul  semua wkwkw. Tetapi episode yang ku lewati ini terdapat beberapa pelajaran penting yang bisa ku ambil, yakni:
Niat. Emang ya bener banget niat ini mempengaruhi banget saat diawal mau masuk negeri karna ga mau kalah saing dan gengsi sama temen-temen yang lain, pada akhirnya jalan yang ditempuh penuh dengan derain air mata wkwkw. Tetapi ketika merubah niat alhamdulillah Allah permudah.
Ridho orangtua. Kalo orang tua udah ridho, Allah swt pun akan ridho. dan Segala kemudah-kemudahan yang kita dapatkan bukan semata-mata karna kehebatan kita. Doa orangtua tentunya yang memiliki pengaruh cukup besar atas keberhasilan anak-anaknya.
1 note · View note