Text
perempuan tidak dirayakan, ia dibinasakan.
tw : implied of abortion.

seorang perempuan meringkuk dalam tidurnya, ia memeras matanya. berharap rasa kantuk itu mengetuk pintu kamar dan memeluknya dalam dunia ambang antara kehidupan dan kematian. keningnya bergaris-garis, mulutnya gemetar, kedua tangannya mengusap pelan perut datarnya. ia sedang mengandung.
seorang anak, atau dua—sedang tumbuh dalam tubuhnya yang begitu penuh catatan peperangan dengan dunia. ia tahu apa artinya. ia berharap setiap harinya; salah satunya, anaknya bukan seorang wanita. harapan itu ia pendam sendiri, disembunyikan di bawah bantal agar raungan amarah itu hanya bisa didengar olehnya. jangan ada jiwa yang ikut merasakan derita yang dihadapinya.
laki-laki yang begitu menghargai dirinya datang mendekat. menanyakan apa perutnya keram atau ada sesuatu yang saat ini sang buah hati inginkan. hanya gelengan pelan jadi jawaban. laki-laki itu begitu baik hati, untuk bisa menyikapi segala rumit yang dialami, ia adalah salah satu yang bisa membuat perempuan itu masih berani untuk hidup di dunia yang begitu mendewakan laki-laki.
dalam lokus kehidupan mengenai cerita dalam benak puan, sulit untuk merasakan bentuk dari sebuah perayaan. hari yang ditunggu untuk bertambah umur sepertinya tidak ada dalam jatah bahagia yang sang puan jamah. sejak kecil, dirinya telah tergerus dalam belenggu nestapa yang menelan seluruh asa yang terus ia rajut sebab orang-orang—mungkin—benar; kamu perempuan, kamu menyedihkan.
sang puan tidak ingin anaknya merasakan sakit yang sama dengan hidup seperti dirinya. ia tidak ingin anaknya disusahkan. ia tidak ingin anaknya disengsarakan. ia tidak ingin anaknya disesalkan.
puan, kenapa... menghilangkannya?
karena dia, perempuan.
1 note
·
View note
Text







a you-shaped hole in the universe Celia Paul, Ocean Vuong, Owen Gent, Alejandra Pizarnik (trans. Yvette Siegert), Karman Verdi, Edna St Vincent Millay
24K notes
·
View notes
Text
sebuah tipe cinta seorang ibu dengan anak perempuannya.
cw // mention of prostitute.
aku pernah membaca perihal sebuah tipe cinta yang rumit antara seorang ibu dan anak perempuannya, anak perempuan pertamanya. lalu setelahnya, aku mulai mengolah dalam kepala tentang apa-apa saja tipe cinta yang rumit itu melalui utas yang kuurai pada akun privat twitter.
sebuah tipe cinta yang punya kedalaman makna dan memiliki hubungan mutual antara ibu dan anak perempuannya, yang menyebabkan keduanya kadang tertawa lepas, kadang berseteru karena satu dua hal, dan satu-satunya jalan buat mereka berhenti berada di situasi perang dingin itu adalah dengan melupakan topik utama mengapa anak perempuan itu membanting pintu kamarnya dan berusaha dengan keras meyakini bahwa apa yang ibunya katakan adalah sesuatu yang benar, sesuatu yang baik, sesuatu yang harus diiyakan.
sebuah tipe cinta yang membuat ibu dan anak perempuannya menangis sendiri-sendiri di ujung kamar. sebab menceritakannya pun, tidak akan mencapai sebuah solusi yang solutif.
sebuah tipe cinta yang tidak mengharuskan ibu dan anak perempuannya untuk mengatakan betapa sayangnya mereka terhadap satu sama lain sebab mereka tahu betapa kacaunya kata-kata itu.
sebuah tipe cinta yang membuat mereka melemah, membuat mereka ragu akan presensi mereka sendiri, tentang kemampuan mereka sendiri, namun tidak jarang juga, bahwa tipe cinta seorang ibu dapat membuat pijakan kuat pada hidup anak perempuannya.
sebuah tipe cinta seorang ibu kepada anak perempuannya mengenai kehidupan yang selalu melemahkan harapannya, yang membuatnya harus mengajari anak perempuannya untuk menutup tubuhnya sebaik mungkin agar laki-laki tidak menyebutnya seorang pelacur, yang membuatnya harus mengajari anak perempuannya tentang menahan rasa sakit saat menstruasi datang, menahan rasa sakit saat mengandung, menahan rasa sakit saat akan melahirkan, menahan rasa sakit dan bersiap untuk menjadi seorang ibu seumur hidup.
sebuah tipe cinta yang membuat anak perempuan itu menangis sendirian pukul tiga pagi sebab menyadari bahwa ibunya juga dulu sama sepertinya. seorang anak perempuan yang ingin hidup bebas sampai diumur tiga puluh, dan berharap tidak hidup menjadi kacung seorang laki-laki tidak bertanggung jawab dan dibiarkan membusuk di dapur sebagai penyaji makanan. dikecewakan oleh stigma manusia yang menghina perempuan, dan di waktu sepi ibunya juga akan mengatakan betapa bajingannya seisi bumi yang pernah menolak hadirnya ia.
sebuah tipe cinta rumit yang anak perempuan itu lihat dari perwujudan seorang ibu. sebuah tipe cinta yang hanya bisa dimengerti keduanya.

9 notes
·
View notes
Text
berdamai dengan duka.
waktu itu saat sedang menunggu keberangkatan, tempat duduk disampingku ditempati oleh ibu-ibu berumur sekitar 40-an tahun sedang menunggu ponselnya yang sedang di-charge. aku kira selama kurun waktu satu jam itu akan diisi oleh kesunyian sebab ponselku juga sedang dalam keadaan mati total. tapi ibu itu kemudian mulai berbasa basi denganku. perempuan cantik yang punya dua anak itu katanya sedang menunggu keberangkatan juga yang ternyata terkena delay karena faktor cuaca. ibu itu bercerita bahwa ia, dan kedua anaknya akan menuju ke medan untuk menghadiri pemakaman ayah mertua putrinya yang meninggal kemarin.
obrolan kami pun berlanjut dengan saling melempar beberapa pertanyaan walau kebanyakan ia yang bercerita perihal hidupnya. suaminya telah wafat beberapa tahun lalu, tapi aku tidak melihat kesedihan di kedua netranya. sama halnya dengan beberapa waktu lalu dimana ia bercerita bahwa mereka seharusnya pergi kemarin namun jadwal penerbangan tidak ada sehingga kalau mereka telat, melihat mayat sampai tahap kremasi, tidak dapat mereka hadiri.
namun, aku melihat beberapa sisa nestapa yang masih terpancar saat suaranya terdengar lebih masuk akal bagiku. ia bercerita dengan bait-bait kalimat yang memperlihatkan bahwa mereka yang telah mati pernah melakukan banyak hal baik. caranya mendeskripsikan bagaimana hebat suaminya dalam mengajarkan anak-anaknya dengan kebaikan buatku dapat menarik kesimpulan; ibu tersebut telah berdamai dengan duka. aku bahkan mengingat kata-katanya yang buatku cukup terharu kala itu.
“mereka yang pergi, tidak selamanya berpisah dengan kita. waktu akan mempertemukan saya kembali dengan suami saya, dengan orang-orang yang telah andil di hidup saya. nanti, kita akan bertemu dengan mereka lagi, nanti.”
setelah beberapa saat, ibu tersebut lalu dipanggil oleh anaknya, namun sebelum itu, ibu itu memberikanku kartu yang katanya berisi bagaimana cara ia berdamai. dan setelah aku memindai kode pada kartunya, aku melihat isi pada laman website tersebut yang berisikan kebaikan-kebaikan dalam injil, kedamaian dari bagaimana kita berhubungan dengan orang tua, sampai pada dimana aku yakin, ibu itu bermaksud baik dengan memberikanku pandangan baru melalui hal-hal yang diminatinya.
darisitu aku membenarkan bahwa ia memang senang menulis, sebab cerita-cerita yang disumbangkan dalam website itu benar-benar ditulis dengan apa adanya. dengan mentah, dengan emosi yang tanpa dibuat-buat, dengan keadaan yang medioker.

1 note
·
View note
Text
mom, i cut my hair again.
cw // implied the idea of suicide.
im writing this with so many factors, but then again, it's about why i decided to cut my hair. it's not because i followed the trend, it's not because i don't like my long hair, it's not even because i feel exhausted and overwhelmed with my natural black hair, mom. but it's how i cope with some things that have happened in my life. every time i put the scissors near my hair, i feel like dying and want to let go every decision i made and wish when my hair was cut, that relief would come. but, no. so i cut my hair again.
mom, i cut my hair again, because in the middle of the night, midnight, three in the morning, the voice in my head keeps buzzing and telling me to just give up on everything. but when i really do that, will my problem go away? will your life be easier? does my non-existent will benefit anyone?
mom, i cut my hair again. whenever thoughts run to my mind that say, maybe if i wasn't born, you'd be so much happier without having a child or two. maybe you'd be happier with a man who will love you to the fullest. or maybe, you'd be happier if you yourself didn't have to get married and have a good-healthy life the way you want. travel around the world, make a lot of achievements, make grandma proud, let yourself be happy.
mom, i cut my hair again.
1 note
·
View note
Text
how i love being a woman.
aku tidak akan terlalu banyak menuliskan frasa-frasa kontras tentang dinamika dunia dan perlakuannya terhadap perempuan. tidak juga akan menghakimi patriarki sebab selalu merundung kemampuan dari perempuan. ironisnya, aku memang tidak seberani itu untuk menulis di media ini untuk berteriak perihal ketidakadilan. jadi, biarlah dendamku, kusimpan dalam kepala.
hi, to all you beautiful women out there, i hope you are in a safe place and you're surrounded with the people who know your worth, know your limit, know your boundaries, know your ability, and know how to at least respect your decision, as simple as accepting when you say ‘no’.
aku harap kita dapat bertemu bahagia dan keseteraan yang masih disuarakan seluruh perempuan di dunia. aku harap, kita dapat menjemput menang dan kesempatan yang berhak kita dapatkan. aku harap akan ada waktu dimana kita semua merasa aman dan melakukan segala hal tanpa rasa takut. dan tolong, hiduplah satu hari lebih lama.
happy internasional women's day. <3
4 notes
·
View notes
Text
teruntuk perempuan terkuat.
aku menulis ini sebagai bentuk apresiasi teruntuk semua perempuan baik dan kuat di luar sana. mungkin, mungkin pesan yang ingin aku sampaikan tidak bisa kamu telan, namun aku percaya diri untuk mengatakan bahwa setelah kamu membaca ini, kamu tahu bahwa kamu dicintai dan berhak untuk mendapat semua harap yang pernah kamu tulis pada kertas kecil yang kamu selipkan di bawah bantal.
orang-orang benar kalau gagal adalah sebuah proses dalam bertumbuh. entah itu gagal dalam pembelajaran, gagal dalam membangun relasi, gagal dalam pertemanan, gagal dalam hubungan romantis, atau gagal dalam membangun hubungan lagi dengan orang tua.
orang-orang benar bahwa akan ada fase dimana kamu merasa bahwa dunia memang cukup bajingan dan selalu membuat kamu menangis tanpa suara di ujung kamar sambil sesekali menarik ingus sebab tidak ingin mengganggu orang lain yang tengah menyelam untuk menemui utopis dalam mimpi atau hal-hal acak pada bunga tidur itu.
orang-orang benar bahwa tidak semua orang akan menyukai hadirmu. bagi sebagian individu, presensimu adalah bencana bagi mereka. sebab bukankah itu sifat manusia? merasa iri dan tidak ingin mengalah walau porsi masing-masing takdir sudah sesuai bagi setiap manusia di bumi.
orang-orang juga benar, bahwa aku, kamu, dan perempuan di luar sana sudah terlalu lelah dengan semua kinerja bumi akhir-akhir ini? seperti selalu ada tangis di setiap aksi, selalu ada peluh di setiap sua, bahkan selalu ada kehilangan di setiap pertemuan. padahal, inginnya semua kebaikan dan bahagia itu bertahan selamanya dalam hidup kita.
padahal, aku ingin bahagia dalam segala kebaikan yang datang.
bahkan, orang-orang juga benar, sebagai perempuan kita seakan diwajibkan untuk mengalah dalam segala catatan kehidupan yang dibuat seperti kompetisi melawan patriarki dan stigmatisasi perihal laki-laki adalah pemenang. walaupun keseteraan tengah diteriaki, telinga tidak sedikit orang justru mendadak tuli.
tapi, aku mau kamu tahu bahwa semua itu benar adalah proses dari setiap tumbuh yang buat kaki tersandung dan mulut menyumpah serampah segala susah yang datang secara bersamaan.
sebab nanti, akan ada waktu dimana aku, kamu, dan seluruh perempuan di luar sana berada di tangga yang sama dengan laki-laki, dengan keseteraan yang seharusnya, dengan privilese yang seharusnya. walau waktu itu, entah kapan terjadinya.
dan aku harap, kamu mendapat rehat di sela-sela penat;
segala cita-cita mulai kamu rangkai secara lepas;
ada tarikan napas di ujung lapangan luas;
ada bahagia di akhir duka yang buatmu cemas; dan
ada kebaikan di segala harapan yang kamu tenun sampai nanti di masa depan yang cukup waras.
berbagilah, berbahagialah, dan beristirahatlah.
1 note
·
View note
Text
grief.
ada banyak tipe duka yang sukar dimafhumi banyak individu walau bukan duka sebab ditinggal mati oleh seseorang yang pernah andil dalam hidup kita. aku pernah mencuri dengar bahwa duka masing-masing setiap orang adalah satu dari banyak hal yang tidak bisa disembuhkan.
banyak dari kita tahu bahwa bersedih akan sesuatu yang sederhana seringkali akan mendapat respon yang remeh dari orang lain. entah dengan mengatakan kalau kita terlalu sensitif, terlalu dramatis, terlalu lebay, atau sesederhana diremehkan karena sesuatu yang buat kita sedih itu tidak ada apa-apanya, tidak seharusnya dibuat untuk berduka.
namun, aku sendiri belajar untuk menutup telinga saat orang-orang mulai menaruh pandangan rendah pada apa yang sedang aku rasakan. contoh kecilnya, duka yang masih belum sembuh dan masih selalu aku renungkan adalah kucing rumah berwarna oranye yang aku miliki tidak kembali sekitar hampir empat bulan. di titik ini, aku sudah berusaha menerima jika dia sudah mati di suatu tempat yang mungkin tidak ada orang tahu, tidak ada kesedihan yang didengarnya di detik-detik dirinya akan pergi, tidak ada pelukan selamat tinggal yang diterimanya saat dia mengharapkan elusan kecil di kepala.
aku berduka, tentu saja. hal-hal besar yang aku sedihkan ini seringkali membuatku terdengar terlalu sensitif bagi sebagian orang. dari sini, aku membenarkan, ada tipe duka yang sukar dimafhumi banyak individu.
tipe duka yang sukar dimafhumi banyak individu.
ini memang terdengar agak dramatis, tapi waktu berdiam diri dengan kucingku di waktu-waktu senyap, aku lebih menghargai makna dari hidup.
maka saat ada yang mencoba bilang kalau mereka memahami duka yang seseorang alami, aku skeptis. aku takut untuk menaruh rasa percaya akan kebenaran dari kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mereka. sebab, lagi dan lagi, ada tipe duka yang sukar dimafhumi banyak individu.
tapi, aku menghargai saat ada tangan yang ingin membantu untuk mengurangi nestapa dalam diri walau mereka tidak mengerti jenis kesedihan apa yang sedang datang berkunjung. ada yang berduka karena ban motornya pecah padahal akan ada wawancara di tempat mereka melamar pekerjaan, duka seorang penggemar karena kehabisan tiket konser, padahal dirinya sengaja mengurangi jatah makan dan menabung cukup lama, duka seorang budak korporat saat makanannya jatuh dan tidak bisa dimakan, padahal mereka membelinya dengan sisa uang yang dimiliki, duka penumpang kereta yang tertinggal karena sibuk berdesakan saat melakukan transit, karena hal itu, mereka akan pulang terlalu larut, dan terlalu lelah untuk berinteraksi dengan orang rumah, ada yang berduka karena kertas gambarnya basah padahal besok guru akan menilai hasil pekerjaan rumah mereka, ada juga yang menangis karena seseorang yang dikaguminya ternyata tidak seutuh yang ia kira, bahkan aku pernah melihat duka dari seorang tukang parkir yang mendapat uang cukup sedikit dan tidak dapat membeli makanan untuk orang rumah padahal istri dan anaknya berharap banyak.
3 notes
·
View notes
Text
ia baru saja berumur 16 tahun.
aku pernah membaca kalimat-kalimat yang sepertinya semua orang ingin dengar sekarang. seingatku kalimatnya berbunyi, kita semua pasti akan bahagia tapi entah kapan waktunya. sebab bumi adalah tempat membuat salah dan menerima kesedihan secara cuma-cuma.
kalau dipikir-pikir, kita semua memang sedang mencari jenis utopis seperti itu, bukan? bermimpi dan memiliki idealisme tinggi tentang bagaimana rupa diri kita masing-masing di masa depan jika jatah bahagia itu sudah kita dapatkan. mungkin, ada yang berhasil menjadi dokter, astronot, usahawan, komika, atau sesederhana koleksi mainan yang sudah dicita-citakan sejak duduk di bangku sekolah dasar menjadi komplit.
anak berumur yang baru saja berumur 16 tahun itu juga sama. idealismenya tinggi, harapannya lebih besar dari kosmos dan seisinya. bahkan saat malam, sebelum menjelajahi mimpi, ia tersenyum sambil memeluk boneka beruang kecil yang telinganya sudah robek sembari berdoa agar nantinya, rumah yang terbuat dari kardus itu dapat ia tinggalkan dan dirinya bisa hidup dengan cukup di tempat yang lebih baik, lebih memanusiakan, dan lebih layak huni.
setiap hari, bukan tidak ingin berusaha. namun, mereka yang berkuasa selalu membuat orang-orang seperti anak itu, orang-orang seperti kita, menjadi takut untuk mempunyai cita-cita tinggi. bahkan sebelum orang-orang seperti kita mencoba untuk melangkah, kata-kata yang keluar dari mulut mereka sudah mampu mematahkan harapan setinggi bangunan piramida.
kata mereka, bercita-cita hanya harap yang seharusnya tetap di angan-angan saja. anak yang baru saja berumur 16 tahun itu belum pantas memegang kemenangan, ia harus dikasihani dan diberi sorotan sebagai sampel dari orang-orang kecil di pinggiran kota yang hidup dengan mengumpulkan plastik bekas.
padahal, bukannya bahagia dan menjadi manusia dengan hidup yang cukup adalah hak semua orang? bukannya membagi hasil tidak seimbang sehingga ada yang harus memberi dan menerima? tapi kenapa jatah penerima terlalu kecil untuk ukuran hidup di bumi yang memberi sedih secara cuma-cuma?
anak yang baru berumur 16 tahun itu sudah menjadi dewasa sebab dipaksakan oleh keadaan, tumbuh sebagai manusia yang tidak bisa menangis karena tidak ada tangan yang siap untuk menghapus jejak air mata pada wajah kumalnya, dan hidup dari sisa-sisa kotoran para sekumpulan manusia dengan sifat otoriternya sehingga anak itu hanya bisa menunduk, memakan nasi satu suap sembari merenungkan stoikisme tentang kehidupan yang terlalu biasa dengan ketidakadilan dan ketidakpastian.

1 note
·
View note
Text
biru adalah warna primer yang paling aku suka hadirnya. selalu menjadi warna yang terlihat menenangkan dan cantik untuk dipandang walau dengan waktu yang cukup lama. bahkan aku menyetel tampilan beberapa laman media sosial dengan warna biru.
biru juga melambangkan warna laut. dan satu hal yang bisa aku elaborasikan jika bercerita tentang air asin itu adalah tentang sosok yang dicintai banyak individual di bumi. tentang sosok yang enggan patah dan menyerah demi mendapat secuil arah mengenai keadilan yang mulai hilang arah.
biru laut wibisana. karakter fiksional dalam buku laut bercerita karya leila s. chudori. laut, mas laut, biru laut, begitu mereka memanggilnya. pribadinya yang menjadi bulan-bulanan perempuan, dan keberaniannya untuk berjuang yang menarik atensi mahasiswa, sehingga tidak heran, dapat kusimpulkan bahwa ia berada di hierarki tertinggi manusia ilusi yang disenangi banyak insan yang membaca keluh, kesah, dan kisahnya.
laut, hari ini adalah hari lahirmu. hari dimana kau harusnya dapat melepas penat, sembari menyesap teh hangat, dan bercerita tentang luka dan cacat.
laut, dimanapun kau berada sekarang, titip salamku untuk perempuan terkuat yang jiwanya selalu hidup selamanya dalam diriku—kasih kinanti—bilang padanya untuk jangan terlalu keras pada dirinya sendiri. banyak uluran tangan yang siap untuk menopang sebagian kecil dari tanggung jawabnya.
laut, jani dan mara selalu, selalu rindu hadirmu. aku hanya ingin kau tau bahwa tidak adanya presensi dirimu dengan kemeja kotak-kotak dan jeans yang lututnya robek itu akan selalu diingat oleh mereka.
laut, selamat ulang tahun. terima kasih pernah hadir dalam hidupku walau sesaat. aku berdoa, dimanapun kau berada sekarang, utopis tentang ditegakkannya keadilan dan dimakmurkannya masyarakat, adalah hadiahmu.

2 notes
·
View notes
Text
nak, ayah tidak pernah menikah dengan ibumu.
sore hari, selepas pulang sekolah aku menyapu bersih pandangan ke seluruh penjuru rumah. mencari keberadaan ayah yang biasanya tengah duduk di kursi depan televisi yang menayangkan berita kontemporer dengan disertai bumbu-bumbu dramatis yang diutarakan oleh beberapa wartawan.
tapi hari itu, rupanya ayah sedang memanggang kue di dapur. kue sederhana yang lapisan keduanya sedikit gosong karena ayah sempat ketiduran menunggu matangnya adonan yang dia buat. katanya, kue itu untuk merayakan ulang tahunku. aku terharu.
padahal, sedari kecil, ayah akan merayakan ulang tahunku dengan mengajakku untuk makan di luar kemudian bertanya kira-kira hadiah apa yang harusnya ia kasih. namun kali ini, genap di usia 16 tahun, ayah membuat kue tersebut dengan alasan bahwa harusnya aku merayakannya dengan orang tua yang lengkap. orang tua yang dengan sepenuh hati memberiku dunia. orang tua yang ibunya datang untuk memberiku kecupan di dahi dan elusan di kepala.
namun sebenarnya, aku sudah merasa cukup. berada di rumah dengan seseorang yang selalu ingin mendengar keluh kesah kisah yang aku rasakan setiap hari saja sudah terasa melengkapi hidupku. aku bahkan selalu merasa dibuat bahagia olehnya. oleh satu-satunya laki-laki yang bisa membuatku percaya bahwa masih ada laki-laki baik dan bisa menghargai perempuan sebagaimana dirinya pada ibuku.
setelah memberi peluk dan harapan-harapan baik datang kepadaku, ayah mengajakku untuk duduk di bangku belakang rumah. melihat rintik-rintik gemas yang akhir-akhir ini selalu menyelimuti bumi dan melindunginya dari panas matahari.
tiba-tiba saja, ayah bercerita. bahwa nyatanya, ia dan ibu tidak pernah menikah. aku terlahir dari orang tua yang tidak hidup dalam satu atap. katanya, ibu punya mimpi yang harus dikejar. lantas, aku bertanya, apakah ayah tidak punya? tawanya jadi jawaban.
ayah selalu, selalu punya mimpi yang ingin diwujudkannya. ayah ingin menjadi seorang dokter. ayah ingin menjadi manusia yang bisa menyelamatkan nyawa banyak orang. seseorang yang bisa memanusiakan manusia. namun, setelah mengetahui kalau ibuku waktu itu tengah hamil, idealismenya tentu hancur. sebab, sifat egois apapun yang mulai menguasai dirinya, tetap saja, ada darah dagingnya yang sedang berusaha untuk tetap hidup dalam tubuh seorang perokok aktif.
ibu ingin melenyapkanku, namun ayah lagi-lagi menjadi sisi yang baik dan rasional. ayah ingin membuatku melihat dunia, membiarkanku mengecap rasanya menjadi seorang anak. membiarkanku menjadi alasannya untuk tetap hidup. maka di waktu-waktu paceklik itu, hal yang bisa membuatnya tetap waras hanyalah detak jantungku yang melemah dan foto abu-abu dari hasil usg.
saat aku sudah menyapa dunia dengan tangisan, ibu menyerah. tidak ingin menambah beban hidupnya dengan menjagaku. maka, ayah hanya bisa menggendongku, menyanyikan semua lagu yang ia hapal, dan memetik gitarnya di malam hari saat aku merengek sebab kulit sensitifku digigit nyamuk nakal.
aku bertanya lagi, apakah ia pernah marah kepada ibu dan ... aku?
senyuman itu terukir lagi pada wajah yang mulai keriput tersebut. waktu rungunya mendengar tangisku sapa dunia, ayah sudah memaafkan semua hal buruk yang terjadi. dunia dan isinya sudah menjadi taman bunga, katanya. mengatakan bahwa lagi dan lagi, menjadi seorang ayah adalah satu hal yang bisa ia banggakan. sebab aku, adalah idealisme yang sebenarnya ia miliki.
nak, ayah tidak pernah menikah dan ibu tidak ikut andil dalam prosesmu bertumbuh. namun, ayah akan selalu berusaha untuk bisa menjadi manusia yang kamu butuhkan. ayah tidak bisa menjanjikan dunia, tapi ayah akan berusaha untuk menjadikannya tempat yang sepadan untuk kamu pijaki.
0 notes
Text
kita semua pasti akan pulang.
menyangkal adalah kebiasaan yang selalu dilakukan secara impulsif oleh manusia seperti kita. 'aku baik-baik saja', 'aku sudah makan tadi', 'aku tertawa cukup banyak hari ini', dan masih banyak kalimat-kalimat yang selalu diucapkan seakan dunia memang tempat yang baik-baik saja.
padahal nyatanya, setiap hari kau dirundung oleh kehampaan. sebab kau selalu merasa bahwa tenang dan menjadi bahagia bukanlah sesuatu yang berhak untuk dimiliki, dan semua variabel-variabel patetis itu selalu berakhir pada konklusi bahwa kau bisa tenang hanya jika kau ... pulang.
rasanya tidak ada lagi harapan yang tumbuh dalam sel-sel tubuh untuk merasa mampu menjadi pondasi dari alasan-alasan bertahan hidup yang sebelumnya pernah kau tulis dalam sobekan kertas kecil dengan bumbu utopis di dalamnya.
tapi aku di sini ingin mengatakan, bahwa kau pasti pulang. kita, manusia, pasti akan pulang. namun, jangan melakukannya sendiri. sebab saat ini, jatah bahagia belum kau temukan. bukankah akan terasa menyenangkan saat suatu hari kau bisa tertawa lepas tanpa memikirkan kemungkinan sedih apa yang harus kau rasakan esok?
kau akan pulang, bertemu dengan penciptamu. menanyakan betapa banyak penolakan dan tangis di setiap langkah pada-Nya, membiarkan sifat impulsif itu terus menenggelamkan dirimu sendiri tanpa tahu, bahwa ada jiwa-jiwa yang bisa begitu hancur setelah ditinggalkan oleh dirimu.
kau mungkin tidak tahu, tapi selalu ada yang menunggu di rumah setelah perjalanan menjadi manusia itu kau selesaikan di sore hari. ibu, ayah, saudara, atau bahkan hewan peliharaanmu yang menunggu diberi makan dan elusan. akan ada yang menunggu di indekos, berharap kau pulang untuk mendengar cerita-cerita dengan berbagai tema yang sudah kau alami hari ini sambil memakan ayam geprek atau seblak pinggir jalan yang rasanya tidak terlalu enak. akan ada yang menunggu di media sosial. teman online-mu yang selalu merasa beruntung bertemu denganmu untuk membantunya mencari distraksi dari lelahnya dunia yang selalu membuat manusia seringkali melemah dan hampir menyerah.
kau pasti akan pulang, tapi bukan hari ini, bukan besok, lusa, minggu depan, bulan depan. kau pasti akan pulang, hanya saja biarkan tuhan yang menentukan waktunya. kau harus mencari jatah bahagia dulu sebelum meninggalkan dunia yang sedang sakit ini.
0 notes
Text
It has come to my attention that some people don't visualise when they read which is so fascinating to me, who pictures everything, the characters, their clothes, the locations, the rooms they're in ect
954 notes
·
View notes
Text
tidak ada hantu pukul tiga pagi.
aku mengingat waktu-waktu lampau dimana kita, manusia, beranggapan bahwa saat mendekati tengah malam atau pukul tiga pagi, hal yang kita semua lakukan adalah bersembunyi. merasa bahwa ada hantu yang akan mengganggu. menaruh takut di atas segala-galanya karena kita semua yakin sekali bahwa sosok yang muncul akan sangat menyeramkan.
kini, berada pada usia dimana orang-orang merasa menjalani hidup adalah hal yang paling sulit dilakukan membuatku tersadar bahwa tidak ada hantu pukul tiga pagi. justru yang ada hanyalah kesedihan dan pemikiran tentang menjadi dewasa tanpa menyerah dengan keadaan.
menatap langit-langit indekos dengan pandangan kosong adalah kebiasaanku. banyak hal yang bermunculan kala itu. pemikiran tentang menjadi sebuah kegagalan berada pada urutan pertama sekarang. bagaimana jika nantinya, semua idealis yang sudah aku tenun tiap pagi saat bangun membuka mata harus luntur dan menghilang karena aku tidak bisa mewujudkannya.
aku selalu berharap kalau nanti, jika aku gagal, adikku tidak akan mengambil alih tanggung jawab itu. membayangkan ia harus berada di situasi yang sama denganku. harus menangis setiap hari, tertawa seadanya, dan takut untuk bahagia. membuat air mataku turun lagi pukul tiga pagi.
3 notes
·
View notes
Photo

― 1Q84, Haruki Murakami
[text ID: I am nothing. I’m like someone who’s been thrown into the ocean at night, floating all alone. I reach out, but no one is there. I call out, but no one answers. I have no connection to anything.]
˗ˏˋ☕ˎˊ˗
11K notes
·
View notes
Text
tidak ada hantu pukul tiga pagi.
aku mengingat waktu-waktu lampau dimana kita, manusia, beranggapan bahwa saat mendekati tengah malam atau pukul tiga pagi, hal yang kita semua lakukan adalah bersembunyi. merasa bahwa ada hantu yang akan mengganggu. menaruh takut di atas segala-galanya karena kita semua yakin sekali bahwa sosok yang muncul akan sangat menyeramkan.
kini, berada pada usia dimana orang-orang merasa menjalani hidup adalah hal yang paling sulit dilakukan membuatku tersadar bahwa tidak ada hantu pukul tiga pagi. justru yang ada hanyalah kesedihan dan pemikiran tentang menjadi dewasa tanpa menyerah dengan keadaan.
menatap langit-langit indekos dengan pandangan kosong adalah kebiasaanku. banyak hal yang bermunculan kala itu. pemikiran tentang menjadi sebuah kegagalan berada pada urutan pertama sekarang. bagaimana jika nantinya, semua idealis yang sudah aku tenun tiap pagi saat bangun membuka mata harus luntur dan menghilang karena aku tidak bisa mewujudkannya.
aku selalu berharap kalau nanti, jika aku gagal, adikku tidak akan mengambil alih tanggung jawab itu. membayangkan ia harus berada di situasi yang sama denganku. harus menangis setiap hari, tertawa seadanya, dan takut untuk bahagia. membuat air mataku turun lagi pukul tiga pagi.
3 notes
·
View notes