onewitheleven
onewitheleven
LofLife
37 posts
Kata kata yang terlintas bukan karena sudah baik, sama sekali tidak, tapi itu terucap untuk saling mengingatkan ketika diri ini sedang tidak pada jalanNya.
Don't wanna be here? Send us removal request.
onewitheleven · 3 months ago
Text
Allah aprreciate every single proses, but people only care about the result.
0 notes
onewitheleven · 1 year ago
Text
Ikhtiarmu dalam berdoa kepada Allah itu bukan hanya sekedar untuk dikabulkan keinginanya... Namun lebih dari itu... Ketika kita berdoa setidaknya Allah tahu apa yang kita inginkan, ketika belum dikabulkan maka Allah menginginkan yang terbaik. Langkah demi langkah yang di lakukan saat memohon adalah hal yang lebih penting, karena dengan berdoa kita tau bahwa Allah lah satusatunna dzat tempat kita kembali, dan bukankah dengan berdoa merupakan salah satu cara kita agar semakin dekat denganNya ?
1 note · View note
onewitheleven · 2 years ago
Text
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.
Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.
Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.
Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.
Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.
Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.
Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.
Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.
Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.
Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.
Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.
Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.
Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.
Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.
Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.
Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.
Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.
Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.
Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.
06.13 a.m || 13 Juni 2023
993 notes · View notes
onewitheleven · 2 years ago
Text
Memberi Kebahagiaan atau Berbagi Kebahagiaan ?
Lagi lagi cerita yang sama ku dengar dari dua orang yang berbeda.
Kisah yang sama, kedua teman saya adalah pejuang garis dua... Suatu ketika mereka sedang scroll down sosial media, dilihatnya postingan seorang teman mereka yang baru saja menikah tengah hamil.
Mata mereka terpana dengan postingan itu, turut bahagia tentunya karena teman dekatnya sudah Allah beri karunia seorang anak, namun apalah daya teman" saya juga seorang manusia biasa....
Seketika air mata membasahi wajah sesaat setelah mereka melihat postingan itu.
Pikiran mereka sama "kapan kiranya Allah berkehendak untuk memberikan mereka momongan" ....
Seorang penulis pernah berkata, terkadang kebahagiaan mu adalah hal yang orang lain impikan dengan sungguh-sungguh, dan tak semua orang turut berbahagia juga, diluar sana ada yg berderai air mata atas kebahagiaanmu yg belum bisa mereka rasakan.
Semua punya hak untuk berbagi, namun jika ingin menyimpan kebahagiaanmu baik-baik dan menikmati tiap anugerah yg Allah berikan mungkin tidak ada salahnya. Pengakuan orang lain atas kebahagiaan kita tiada artinya, karena bahagia cukup kita yg rasa dan tau.
9 notes · View notes
onewitheleven · 2 years ago
Text
Story Night 2022 Rise Above
Menghadiri acara ini ga cuma dapet value dr Ust. NAK saja.
Ada hal lain yg cukup keras menegur diri yang kadang futur... Jadi saat acara kemarin, peserta hadir dari berbagai kalangan...
Salah satunya adalah anak-anak yang hadir tidak hanya karena mengikuti keinginan orang tuanya, tapi mereka menyimak materi dengan baik, hingga saat MC mencoba utk mereview materi yg sudah disampaikan, mereka dapat menyampaikan resumenya dengan tepat.
Lalu tiba saatnya saya flashback ketika diumur mereka pun waktu luang masih sibuk di isi bermain dr hari ke hari, mengaji pun hanya belajar iqro.
Ada pula seorang ibu yang sudah tua renta datang dengan kursi rodanya menyimak materi dengan baik hingga tiba acara selesai. Terfikir oleh diri ini apa mungkin ketika sampai usia kita senja kelak masih tetap ada semangat ini untuk mencoba berbagai cara mendekatkan diri kepadaNya.
Ada pula seorang gadis belia yang pernah sy simak kisahnya di youtube, dia pernah mengalami skoliosis dengan kemiringan hingga 90 derajat dan sudah dioperasi pemasangan skrup disepanjang tulang belakangnya. Hadir diacara tersebut bukan sebagai peserta namun sebagai volunteer. MasyaAllah Tabarakallah nikmatnya semangat yng ia dapat dari kasih sayang Mu Yaa Rahman, dengan ujian yg pernah dilalui, tak luput semangatnya untuk tetap membantu agamaMu Yaa Rabb...
Begitu dahsyatnya teguran Mu Yaa Rabb, mudahkan kami untuk selalu melangkah menujuMu, karena sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak mendekatiMu bagaimanapun kondisi, usia, ujian dan apapun yang kami alami.. Apabila tergelincir kaki ini mengarah, maka hanya kasih sayangMu Yaa Rabb yg mampu mengembalikan kami selalu berada didekatMu..
1 note · View note
onewitheleven · 3 years ago
Text
Kapan Harus Menikah?
Menikah adalah the least thing i could think of in my early 20s. Lol 2 more years until i’m 30.
Waktu gue umur 23 tahun, temen-temen gue semuanya ngomongin nikah dan nikah. Pas gue tanya, “kenapa harus menikah?” jawabannya biasa aja, masih seputar “karena wajib dalam agama” atau “takut dosa lama-lama pacaran” ya udah lah ya itu terserah mereka tapi gue pengen jawaban yang lebih meyakinkan dan bersifat realita.
Di sini lah perjalanan gue mencari arti pernikahan dimulai. Gue percaya dalam Islam pernikahan aja sudah diatur tapi kembali lagi, gue menginginkan jawaban yang meyakinkan hati gue sebagai manusia biasa yang imannya kadang naik kadang turun.
Lalu, tiba-tiba gue udah 25 tahun ketika itu dan masih single. Satu per satu temen-temen gue pun menikah. Ntah udah berapa kali jadi bridesmaid, uhmm 6 kali? Ya selayaknya orang yang sudah menikah, sekarang mereka sudah memiliki anak.
Sekarang usia gue 28, masih tetep sendiri seperti tiga tahun lalu. Satu hal yang gue pelajari tentang pernikahan milenial ini, temen-temen gue yang perempuan rata-rata struggling to express themselves in front of their husbands. Suami-suami mereka punya kecenderungan nyuekin perasaan perempuan. Mungkin karena laki-laki kurang peka dan lebih mengutamakan logika kali ya.
Salah satu temen gue ada yang kalau mau baper pasti ke gue instead of her husband, suaminya kalau dicurhatin jawabannya, “kalau mau ngeluh jangan ke aku. Aku bukan tempatnya” atau ada juga yang suaminya bilang, “positive thinking aja, jangan apa-apa dibaperin”
I was like.. what?? trus istri-istri ini dianggap apa?
Yang gue sadari, as i get older, kita itu semakin baperan bukan semakin santai. Perempuan sih khususnya.
Sampai suatu hari di tahun 2020, gue main Tinder dan ngobrol sama satu cowok. Akhirnya jawaban atas doa gue datang setelah kurang lebih 4 tahun gue meminta kepadaNya.
Eitsss bukan berarti gue menikah dengan dia ya hahaha.
Jadi suatu malam ketika gue swipe right laki-laki ini, berlanjutlah dia menjadi temen chat gue selama sebulan.
Kita memiliki kesamaan, sama-sama bingung dengan karir kita di masa depan. He was close to 30 tapi gak happy dengan kerjaan dia di perusahaan konstruksi.
Malam itu, bayangin aja kita chat dan membicarakan satu dekade kehidupan kita. Ternyata kita memiliki similar penyesalan, achievements dan kegagalan yang we had been through for the past 10 years! Sampai-sampai kita memiliki cara pandang yang sama mengenai sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama hahahaha.
Chat dengan dia membuat gue sadar bahwa, betul wanita hanya ingin didengar. Wanita hanya ingin memiliki pasangan yang bisa membuatnya merasa aman. Wanita hanya ingin bercerita dan membuat dadanya merasa lega.
Dari dia, gue berfikir bahwa suami gue kelak harus melalui hal yang sama seperti yang sudah gue lalui. Kesepian, penyesalan, pengorbanan dan pencapaian.
Dari dia, gue menyadari bahwa, ketika laki-laki mengungkapkan kelemahannya, gue melihat kekuatannya. 
Dari dia, gue melihat bahwa laki-laki yang masih bingung dengan masa depannya tidak membuat dia menjadi orang tanpa tujuan. Di situlah gue menemukan semangatnya.
Dari dia, gue menginginkan laki-laki yang bisa menjadi rapuh di depan perempuan bukan karena dia membutuhkan belas kasihan, tapi dia percaya bahwa gue adalah wanita yang membuatnya merasa aman untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Dari dia, gue belajar bahwa apakah yang dilalui oleh kita dalam kehidupan ini telah membuat kita menjadi orang yang memiliki rasa welas asih dan empati yang tinggi terhadap orang lain.
Dari dia, akhirnya gue menemukan alasan kenapa gue siap menikah.
Kembali lagi ke pernikahan milenial, temen gue akhirnya mengatakan bahwa, “gue tuh dulu gak tau menikah bakal jadi kayak gini. gue gak nyangka ekspektasi suami ke gue tinggi sebagai seorang ibu dan istri. gue gak nyangka ternyata cinta aja gak cukup. Gue mau single kayak dulu lagi, lo puas-puasin ya masa single lo”
Wow to be honest ya, gue udah mikirin itu semua (yang temen gue katakan) dari duluuuu ketika mereka pengen menikah.
Memang gue jago di teori pernikahan aja ya, tapi akhirnya gue tersadar, gak papa kalian belum nikah. Temukan dulu apa makna menikah menurut diri kalian. Rencana Tuhan selalu indah untuk umatnya dan gue percaya itu.
Titik terendah dalam hidup gue di usia 26 dan 27 tahun. Temen-temen gue yang nikah antara 23 dan 25 juga mengalami titik terendah di usia yang sama kayak gue, bedanya dia udah menikah dan suami mereka tidak membantu menyelesaikan masalah-masalah temen gue. Ada temen gue yang sampe nelfon ibunya ketika mengalami post-partum dan secara bersamaan suami kurang peka, “mah aku gak kuat ngurus anak, aku bisa nyakitin diri sendiri kalo begini terus” setelah itu, nyokapnya dateng ke rumah dia dan tinggal untuk sebulan. Gue gak nyangka bahwa tidak didukung oleh suami ketika melalui post partum bisa membuat orang semarah dan seputus asa itu.
Kalau kalian yang baca ini masih di bawah usia 25 tahun, please go find yourself first. Temukan makna kehidupan ini dengan langkah kaki kalian sendiri. Gagal dulu, sedih dulu dan bahagia dulu. Temukan cara kalian keluar dan bertahan dari masalah kalian. Inget, di usia 25 tahun ke atas, masalah itu akan ada di kehidupan kita bukan sebentar tapi bisa berbulan-bulan bahkan menahun. 
Gue gak nyuruh kalian buat gak nikah muda ya, tapi beneran deh, temen gue yang nelfon nyokapnya itu menurut gue dari segi agama bagusan dia dibanding gue. Tapi kita gak bisa mengukur orang dari tampilannya. Setiap orang memiliki battle you know nothing about.
Dan ini hal baru yang gue tambahin dalam list kriteria suami gue, mereka harus aware sama mental health issues. Ini bukan hal yang tabu untuk dibicarakan lagi, mental health ini menyerang orang dari berbagai macam latar belakang dan usia. Apalagi kita hidup di zaman sosial media dan pandemi seperti sekarang ini.
Menikahlah ketika kalian udah bisa menerima sifat paling buruknya dia. Menikahlah karena kalian sudah tau hak dan kewajiban kalian sebagai suami/istri dalam agama masing-masing. Menikahlah karena kalian sudah mampu secara emosional dan mental.
Untuk kalian yang sudah menikah dan telah atau sedang melalui masa sulit, kalian hebat. Bertahan dan berjuang untuk keluarga ya! 
Untuk kalian yang masih menunggu belahan jiwa, semangat ya! Aku juga kok. Inget ya, menikah ketika kalian sudah bertemu orang yang tepat. 
764 notes · View notes
onewitheleven · 3 years ago
Text
Ibu Kamu atau Ibu Kita
Bagian sebagian orang, bahkan mungkin kebanyakan. Ketika mencari pasangan, salah satu syarat yang selalu masuk daftar prioritas adalah seberapa menerima ia akan keluarga kita. Keluarga yang sudah sepuh, keluarga yang tidak mengenyam pendidikan formal, keluarga yang penuh akan luka pengasuhan, hingga keluarga yang bisa dibilang Generasi Sandwich. Berapa banyak yang akhirnya harus 'meninggalkan' keluarganya dan memilih pasangannya karena syarat ini tidak terkomunikasikan di awal.
Lantas, memang seperti apa ia yang menerima keluarga kita? Ia yang tau bagaimana cara memperlakukan orang tua kita sebagaimana ia memperlakukan orang tuanya. Tentunya kita melihat seberapa baik ia memperlakukan orang tuanya. Kalau tidak? kita akan menemukan fake goodness di masa akang mendatang.
Btw, konsep Ibu Kamu atau Ibu Kita bisa menjadi sebuah pertanyaan sederhana yang bisa menjadi diskusi awal untuk melihat bagaimana ia melihat orang tua kita (yang mungkin tidak sesuai dengan bayangan sosok mertua ideal yang diharapakannya).
Ngomongin ini, saya selalu teringat dengan empat hal ini:
Hubungan Aku-Kamu Hubungan Aku-Keluargamu Hubungan Kamu-Keluargaku Hubungan Keluargaku-Keluargamu
Point 1, 2, 3 adalah hal yang bisa kita usahakan. Tapi point 3, tergantung pasangan kita. Mungkin inilah alasan mengapa orang-orang selalu memasang kriteria ini. Bahkan sebagian dari mereka lebih memilih untuk merawat orang tuanya terlebih dahulu kebanding menikah. Ko gitu? Karena mereka takut, pasangannya punya mindset Ibu Kamu, bukan Ibu Kita.
Hingga akhirnya, hal yang harus kita terima adalah tidak semua terlahir dalam kondisi dengan perekonomian cukup dan berpendidikan. Tentu kita tidak bisa memilih itu. Tapi kita selalu bisa memilih melahirkan keluarga seperti apa ke depannya. Terakhir, kalau kita terlahir sebagai generasi sandwich. Tidak apa apa. Mungkin ini adalah kesempatan kita untuk berbakti lebih di masa-masa akhirnya. Semoga kita dan pasangan kita sudah mulai paham terkait konsep ini. Merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind
223 notes · View notes
onewitheleven · 3 years ago
Text
Menerima
Pada perjalanan panjang dalam menemui tempat untuk hati ini berlabuh...
Saya percaya pada akhirnya Allah akan mempertemukan sosok lakilaki yang tidak perlu saya rubah namun mau bersama sama memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
Saya percaya bahwa Allah Maha Baik maka waktu sakral mitsaqon ghalizoh itu akan terjadi diwaktu yang sangat tepat.
Saya percaya ketika pernikahan diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT maka Allah mudahkan segala halnya.
Disetiap untaian doa yang kupanjatkan padaMu, aku tidak pernah kecewa dan bersyukur atas segala hikmah dr doa yg di ijabah, ditunda, maupun diganti dengan yg lebih baik :)
1 note · View note
onewitheleven · 4 years ago
Text
Seorang anak tidak bisa memilih sosok ayah baginya. Maka, bagimu para wanita, pilihlah laki-laki yang tak hanya menarik hatimu. Pilihlah laki-laki yang baik untuk menjadi ayah anak-anakmu. Tentu, kunci utamanya adalah agama, akhlak, tanggung jawab, dan siap memimpin keluarga ke arah yang lebih baik.
Seorang anak pun tidak bisa memilih sosok ibu baginya. Maka, bagimu para laki-laki, pilihlah sosok wanita yang tak hanya memikat hatimu. Pilihlah wanita yang baik dan pantas menjadi madrasah untuk anak-anakmu. Tentu, kunci utamanya adalah agama, akhlak, kehormatannya, dan kesiapannya mendidik generasi rabbani dari dalam rumah.
Karena menikah bukan hanya tentang menyatukan dua orang yang saling mencintai, bukan? Menikah adalah ibadah paling panjang dan luar bisa. Bentuklah visi menciptakan generasi unggulan yang terdidik dari pernikahanmu.
201 notes · View notes
onewitheleven · 4 years ago
Text
#tentangpernikahan: Bila Saja
Seandainya kita mengalami ini, ingatlah di suatu hari.
Bila suatu saat kamu merasa lebih baik dari pasanganmu dan mampu memberinya lebih, maka jangan hinakan ia. Jangan buat ia merasa bersalah karena tak dapat memberikan seperti apa yang kamu harapkan. Jangan buat ia merasa rendah akan apa yang telah ia usahakan.
Ingatlah bahwa di suatu hari, ia telah mengusahakan supaya kita bisa tertidur nyenyak dan lelap, tanpa terkena terik panas dan hujan, tanpa adanya gigitan nyamuk dan ancaman lainnya. Ingatlah, ia pernah berusaha melindungimu dan memberimu sandaran.
Bila suatu saat kamu menemukannya melakukan kesalahan, tak perlu mengungkitnya berkali-kali dan terus menerus menyalahkannya. Apalagi sampai diri kita mengangungkan diri bahwa kitalah yang selalu benar.
Ingatlah bahwa kita pun pernah salah. Dan ketika kita salah, betapa besar hatinya, yang bahkan tak pernah sekalipun memarahi kita, apalagi membentak dan berteriak. Karena kita hanyalah manusia yang tak dapat luput dari kekurangan.
Bila suatu saat terdapat perdebatan kecil dengan pasanganmu, maka tak perlu membuatnya menjadi besar. Dan jangan pernah memutuskan sesuatu dalam keadaan emosi. La taghdob, wa lakal jannah. Jangan marah, maka bagimu surga.
Ingatlah bahwa kebenaran adalah milik Allah. Tak ada siapapun yang paling benar. Maka kembalikanlah segala permasalahan kepada Sang Penguasa Alam Semesta. Tak perlu saling bersitegang memperebutkan siapa yang benar dan menang. Karena hal tersebut hanyalah akan menyebabkan sakit hati.
Bila suatu saat pasanganmu sedang ditimpa musibah dan sesungguhnya kamu kecewa, maka bersabarlah dan jangan menjauhinya. Tak perlu menghakiminya dan membuatnya bersedih hati. Ada kalanya hidup ini berjalan tak semulus seperti apa yang kita bayangkan. Beberapa kerikil tajam itu biasa dalam kehidupan pernikahan.
Ingatlah bahwa yang mampu mempertahankan rumah tangga adalah kita sendiri, bukan orang lain. Berkacalah, barangkali musibah itu bisa saja sebabnya karena kita. Kita, sebagai pasangan, yang tak pernah mendo’akannya, yang seringkali tak patuh atas perintahnya, dan juga acuh atas rambu-rambu-Nya.
Jangan pernah lupa, bahwa rumah tangga itu seperti isi rumah yang harus dilindungi. Baik ataupun buruk, sebaiknya tak keluar dari pintu secara sembarangan. Dilengkapi korden dan filter agar tak semua orang dapat ‘melihatnya’. Disapu dan dibersihkan, agar terhindar dari berbagai macam debu fitnah serta keburukan yang asalnya dari luar. Diisi dan dihiasi dengan berbagai kata indah, supaya Allah tak enggan menjaganya dan malaikat tak malas mendo’akannya.
Malang, 8 Juli 2020 | @shafiranoorlatifah Sungguh, bila Allah telah menjadi yang kesekian, maka tak heran betapa mudahnya sebuah rumah tangga dapat dirubuhkan.
1K notes · View notes
onewitheleven · 4 years ago
Text
Tumblr media
Di sela perbincangan ketika hujan, istri tiba-tiba bertanya. "Apa yang paling menenangkan di dunia ini?"
"Bisa merasa cukup. Mau makan ada, mau belanja ada, butuh apa kebeli". Jawabku.
"Bukan" timpalnya. "Tapi sholat tepat waktu".
Mau sebanyak apa yang dikejar, yang lagi diusahakan, sesibuk apapun yang dikerjakan. Kalau sholatnya selalu terlambat, tidak akan merasa tenang.
Kita baru bisa merasa tenang mengerjakan segala sesuatu, selepas sholat.
Deg... rasanya tertampar. Bisa jadi selama ini tidak pernah merasa cukup waktu, mencemaskan tentang banyak hal di masa depan. Karena kita sudah terlalu seringnya meninggalkan waktu.
Sampai kita lupa memasrahkan diri, memasrahkan setiap ikhtiar yang kita lakukan.
Kita merasa mampu menaklukan segalanya dengan bekerja keras. Tapi ternyata ada banyak keajaiban yang tidak mampu kita jangkau dengan logika.
Bahkan pencapaian-pencapaian kita sekarang, barangkali bukan hanya karena kerja keras kita. Tapi dari doa kedua orang tua kita yang tidak pernah terlambat dari sholatnya.
Barangkali juga bukan karena keberuntungan kita. Tapi dari doa orang-orang yang pernah kita beri pertolongan, doa orang-orang yang pernah kita mudahkan urusannya.
Astaghfirullah... betapa sombongnya diri ini.
"Terus apalagi yang paling menenangkan?" Ia melanjutkan pertanyaan seraya menjawabnya sendiri "Yaitu orang yang tidak terbiasa berhutang".
Seberapa banyakpun asetnya, semewah apapun hidupnya, kalau masih punya hutang tidak mungkin bisa merasa tenang.
Jadi bukan soal merasa cukupnya. Tapi juga soal menjadi sederhana, bisa menyesuaikan kemampuan.
Kemudian aku jadi merenung. Jangan-jangan kesulitanku selama ini karena aku melewatkan banyak kesempatan berbuat baik.
Seseorang yang semestinya diberi pertolongan, diringankan bebannya, tapi justru aku bantu untuk berhutang. Aku tambah bebannya untuk mencicil.
Astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni kita semua.
—ibnufir
627 notes · View notes
onewitheleven · 4 years ago
Text
Seringkali kita mengimpikan banyak hal, tapi kita lupa untuk mengemis padaNya sesering mungkin.
1 note · View note
onewitheleven · 4 years ago
Text
Meng(HARGA)i Diri Sendiri
Sebagai Ibu Rumah Tangga, Jika melihat perempuan2 hebat diluar sana. Ada kalanya kumerasa minder & kurang bernilai. Tapi jika kumengeluhkan hidupku, itu sama saja denganku menyalahkan org2 yg membuatku berada di kondisi ini. Parahnya lagi itu berarti aku meyalahkan Tuhan .
Mana mungkin ku menyesali kehadiran mereka yg kusayangi dan tidak pantas ku memprotesNya, sedang Dia paling menyayangiku, dan taqdirNya selalu benar.
Jika kuhargai rasa lelahku dgn menghitung2 materi sebagai kompensasi (juru masak, cleaning service, guru les, akuntan keuangan, dll) maka itu takkan sepadan... Terlalu murah jika ku hargai diriku dengan dunia...
Sedangkan apa yang ada disisi Allah jauh lebih baik dan lebih pantas kuharapkan. Jangan sampai lelahku sekarang tak memberiku hasil apa2 di akhirat karena aku menghitung2nya dengan harga dunia yg ingin kudapatkan.
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."⁣"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."⁣ (QS. Hud :15-16)⁣
Jika kuhargai diriku, dengan hanya memikirkan diri sendiri dan ingin menerima sesuatu dari orang lain... Maka hidupku tak ada gairah ...
Me time itu kadang kubutuhkan, tapi jika terlalu sering itu membuatku merasa kesepian, rasanya tak lebih bernilai dibanding ketika ku memberi dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Aku selalu merasa lebih bahagia bersama seseorang . Sehingga selalu butuh teman untuk berbagi kebahagiaan.
Jika kuhargai diriku dengan fokus mempercantik diri dan merawat penampilan saja maka hargaku hanya senilai cangkang.
Nyatanya rasa lelah tak hilang walau penampilanku cemerlang, rasa lelah akan kembali datang walau ku dapat uang.
Tapi kupikir bagaimana caranya agar tetap bisa bahagia dgn kondisi apa saja, tetap merasa bahagia walaupun merasa lelah?
Fix ... Tidak ada seseorangpun yang serupa dan bisa menjadi sama persis. Aku tak bisa memaksakan diri menjadi sehebat seseorang yang aku inginkan.
Memang begitu banyak hal bernilai yg dilakukan perempuan lain, yg juga ingin aku melakukannya, tapi hingga kini belum bisa kuwujudkan... Maka kini ku mencoba berpikir terbalik, bertindak yg paling realistis dengan mencoba maksimal melakukan hal2 yg sulit dilakukan perempuan yang tidak sepertiku.
Menghargai diri sendiri melalui apa saja yang bisa dikerjakan dengan kondisiku yg ada sekarang, yg bisa dilakukan dari rumah, yg sebaliknya mungkin jarang & sangat ingin dilakukan perempuan2 bekerja. Belajar berkebun, memasak, menulis, membaca buku, kajian, berbisnis rumahan, termasuk menjadi guru yang menyenangkan buat anak2ku. Karena menurutku Siapapun bisa unggul dengan perannya masing2. Setiap orang ada potensi bila ada kemauan, setiap keadaan ada peluang bila dimaksimalkan sehingga bisa meningkatkan nilai diri.
Karena bagiku Nilai seorang perempuan bukan hanya tentang apa yang nampak dalam dirinya semata. Nilai adalah sesuatu yang menetap, membentuk ciri/ karakter yang membiasa.
Nilai seorang perempuan adalah kedewasaan dan pola pikirnya. Nilai seorang perempuan adalah refleksi dari kondisi sekitarnya.
Bagi perempuan yang sudah berkeluarga, sakinnah hati suami adalah nilai seorang isteri .
Kesalehan Anak adalah nilai seorang ibu.
Rumah yang nyaman dan terrawat , tetangga yang baik adalah nilai seorang yang hidup bersama orang lain...(bermasyarakat)
Nilai dan rasa bahagia adalah sesuatu yang bisa diatur dan dikendalikan. Kita mungkin tak bisa mengubah beberapa kondisi tetapi kita dapat mengubah nilai dan perasaan kita dengan cara memaksimalkan peran dan syukur atas apa yang ada.
102 notes · View notes
onewitheleven · 5 years ago
Text
“Letting go of toxic people in your life is a big step in loving yourself” (Husein Nishah)
-
Minimal sekali, kayaknya kita pernah ketemu sama orang yang bawaannya cenderung bikin kita capek, kewalahan atau ngerasa selalu ada yang kurang.
Mereka adalah tipe orang yang, begitu kita beres ketemu/interaksi, ninggalin jejak ketidaknyamanan. Energi internal kita yang tadinya mayan oke, tiba-tiba drop seolah terserap begitu banyak.
Orang-orang yang melelahkan sejenis itu bisa siapa aja. Baik bersifat temporer di kesempatan tertentu atau permanen. Sebagian menyebutnya, toxic/beracun.
Sekilas sifat “racun”-nya mirip sianida: sulit terdeteksi karena enggak berbau juga berwarna tapi membahayakan ketika masuk ke dalam hati kita dalam bentuk perbuatan ataupun ucapan.
Kalau kepekaan lagi oke, di satu-dua kesempatan kita sadar kalau mereka jadi sebab eksternal dari kebocoran halus energi kita. Kalau enggak, riskan.
Riskan ketika kita bisa menghabiskan waktu untuk terus menanggapi mereka. Alih-alih energi tercurah untuk hal yang cenderung signifikan, kita keburu capek dengan pikiran & perasaan yang kacau.
Untuk itu, kepekaan diri jadi penting agar kita bisa berperan aktif menjaga kewarasan.
Ya. Bukan sebatas mengusahakan hal yang bersifat menambah kewarasan, tapi juga memedulikan sebab yang menguranginya. Seiring waktu, kita perlu mengaktifkan alarm tersendiri.
Kalau kata seorang arif, “I will not allow anyone to walk in my mind with dirty feet”. Pikiran & perasaan yang jernih adalah modal untuk kebahagiaan kita.
Kalau mental belum kuat, lakukan social distancing dengan mereka yang bikin kita kewalahan. Tapi kalau kuat, kita bisa menyikapi tindak-tanduk mereka dengan tanggapan baik, semampunya.
Beda dengan reaksi Syaikh Ali Jaber pada pelaku penikamannya: mendoakan ampunan.
Orang lain bisa mengacaukan keadaan - ketika kita mengizinkannya. Kita perlu menggunakan kesadaran sebagai alat bantu untuk menyaring perlakuan dari mereka yang kerap meracuni sesama.
Hidup terdiri atas rangkaian keputusan. Termasuk, sejauh mana batas interaksi akan ditetapkan dengan mereka yang mengusik ketenteraman hati kita.
Let things come and go. Ada banyak hal dadakan yang menjadi pengalih fokus kita untuk menjaga kewarasan. Lebih baik pedulikan hal-hal yang memang bisa kita ubah & upayakan, bukan? :)
-
“You create more space in your life when you turn your excess baggage to garbage” (Chinonye J. Chidolue)
161 notes · View notes
onewitheleven · 5 years ago
Text
Tumblr media
Source: Unknown
279 notes · View notes
onewitheleven · 5 years ago
Text
Tips Mencari Suami
Tanpa bermaksud ke-PeDe-an, sok tahu atau menggurui, saya mau ngasih tips buat para jomblowati yang lagi proses mengenal calon.
Tips ini berisi hal-hal komplementer yg perlu ditanyakan dan diketahui dari calon suami berdasarkan apa yg saya ketahui dan alami sejauh ini, selain tentu hal-hal fundamental seperti visi pernikahan dsb.
Sebagian besar pertanyaan di bawah ini idealnya diajukan kepada kerabat atau teman dari calon suami, biar bisa lebih presisi dan terhindar dari jawaban narsistik.
1. Tanyakan tentang apa yang dia lakukan ketika mengetahui dirinya salah. Melakukan pembenaran atau berusaha memperbaiki keadaan
2. Tanyakan tentang bagaimana ia ketika berjanji. Apakah cenderung menepati atau justru sebaliknya
3. Tanyakan tentang bagaimana dengan perkataanya. Apakah sering berbohong atau selalu berusaha jujur
4. Tanyakan tentang apa yang ia lakukan ketika sedang marah. Berusaha menjaga diri dan mengelola hati agar segera reda atau malah melampiaskan dgn cara yg tidak dibenarkan
5. Tanyakan tentang hal apa yang sering membuatnya menangis. Hal-hal besar atau hanya picisan
6. Tanyakan tentang bagaimana ketika dia meminjam barang atau bahkan berhutang, berusaha mengembalikan, tetap menghubungi sekalipun belum bisa membayar atau lari tanpa pernah dapat ditemui
7. Tanyakan tentang bagaimana ia menjaga amanah yang diberikan. Menjaga dan memenuhinya atau selalu mengkhianatinya
8. Tanyakan tentang bagaimana ia mengisi waktu luang. Memanfaatkannya atau menghabiskan seluruhnya
9. Tanyakan tentang bagaimana sikap ketika mengetahui kesalahan dan/atau permasalahan temannya. Membiarkan bahkan menyebarkan, atau membantu menyelesaikan
10. Tanyakan tentang kapan terakhir kali dia mendo'akan bahkan memberikan hadiah orang tuanya
Jawaban dari pertanyaan di atas akan sangat menunjukan bagaimana ia kelak memperlakukan mu.
Syahdan, istimewanya manusia memang bisa saja berubah. Maka sekalipun sebagian tidak terpenuhi, lihatlah kembali jawaban nomor 1 ketika dia mengetahui kekurangan dirinya, berusaha untuk melakukan pembenaran atau menerima dan siap memperbaikinya. Bersama dengan mu.
Semarang, 21 Januari 2020
@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2021
#30hbc2021tips
549 notes · View notes
onewitheleven · 5 years ago
Text
Tips Mencari Suami
Tanpa bermaksud ke-PeDe-an, sok tahu atau menggurui, saya mau ngasih tips buat para jomblowati yang lagi proses mengenal calon.
Tips ini berisi hal-hal komplementer yg perlu ditanyakan dan diketahui dari calon suami berdasarkan apa yg saya ketahui dan alami sejauh ini, selain tentu hal-hal fundamental seperti visi pernikahan dsb.
Sebagian besar pertanyaan di bawah ini idealnya diajukan kepada kerabat atau teman dari calon suami, biar bisa lebih presisi dan terhindar dari jawaban narsistik.
1. Tanyakan tentang apa yang dia lakukan ketika mengetahui dirinya salah. Melakukan pembenaran atau berusaha memperbaiki keadaan
2. Tanyakan tentang bagaimana ia ketika berjanji. Apakah cenderung menepati atau justru sebaliknya
3. Tanyakan tentang bagaimana dengan perkataanya. Apakah sering berbohong atau selalu berusaha jujur
4. Tanyakan tentang apa yang ia lakukan ketika sedang marah. Berusaha menjaga diri dan mengelola hati agar segera reda atau malah melampiaskan dgn cara yg tidak dibenarkan
5. Tanyakan tentang hal apa yang sering membuatnya menangis. Hal-hal besar atau hanya picisan
6. Tanyakan tentang bagaimana ketika dia meminjam barang atau bahkan berhutang, berusaha mengembalikan, tetap menghubungi sekalipun belum bisa membayar atau lari tanpa pernah dapat ditemui
7. Tanyakan tentang bagaimana ia menjaga amanah yang diberikan. Menjaga dan memenuhinya atau selalu mengkhianatinya
8. Tanyakan tentang bagaimana ia mengisi waktu luang. Memanfaatkannya atau menghabiskan seluruhnya
9. Tanyakan tentang bagaimana sikap ketika mengetahui kesalahan dan/atau permasalahan temannya. Membiarkan bahkan menyebarkan, atau membantu menyelesaikan
10. Tanyakan tentang kapan terakhir kali dia mendo'akan bahkan memberikan hadiah orang tuanya
Jawaban dari pertanyaan di atas akan sangat menunjukan bagaimana ia kelak memperlakukan mu.
Syahdan, istimewanya manusia memang bisa saja berubah. Maka sekalipun sebagian tidak terpenuhi, lihatlah kembali jawaban nomor 1 ketika dia mengetahui kekurangan dirinya, berusaha untuk melakukan pembenaran atau menerima dan siap memperbaikinya. Bersama dengan mu.
Semarang, 21 Januari 2020
@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2021
#30hbc2021tips
549 notes · View notes