pamanedo12
pamanedo12
Sebuah Kisah Tentang Apapun
2 posts
A random photographer and a story teller. Follow me on IG @paman_edo
Don't wanna be here? Send us removal request.
pamanedo12 · 8 years ago
Text
Menjadi minoritas
Gue disini akan menulis pandangan gue sebagai minoritas di tengah kaum mayoritas. Karena tulisan ini akan terdengar sarkastik, ada baiknya buat lo yang punya sumbu pendek mendingan gak usah dilanjutin bacanya. (Gue yakin lo tetep aja baca sih, tulisan tadi mah cuma biar lo penasaran aja..) Tulisan gue ini sangat tidak bermaksud menyudutkan siapapun bahkan apapun. Gue sangat benci isu SARA (Lagipula masa iya minoritas menjelek-jelekkan mayoritas 🙄) Gue dari dulu gak peduli siapa Tuhan lo, agama lo, apakah lo LGBT. Gue bahkan gak peduli diteriakin CINA! SIPIT LO! Kenapa? Ya karena memang gue Cina, masa iya gue marah. Aneh aja. Sipit? Nyet coba lo pandang baik-baik mata gue, setidaknya gue belo lah (compare sama ernest prakasa) Gue selalu percaya pas lo mati nanti gak akan tuh ada yang bikin survey di atas, ''mas, agama sampeyan opo?', 'situ kok sipit? Pasti wong cino ini! Atau Hindu ya mas? Terus suku pedalaman? Wah minoritasnya double nih! Lah kalau kayak gitu malaikat pada diskriminatif amat. Semua gue temenin. Karena gue percaya, berteman sama perampok gak melulu menjadikan lo bagian dari mereka. Berteman sama cina gak berarti lo jadi cina (Bagian ini sebenernya bikin gue ketawa sih, biasanya temen gue yang sering ngobrol sama cina pasti terhanyut dengan cara kaum cina berbicara, Lo orang, dia orang.. iya gue orang kok bukan sebangsa mikroba) Gue akui gue kaum minoritas. Nyaman gak jadi minoritas di Indonesia? Gak tuh. Walaupun gue selalu terdengar seringkali mengejek beberapa ras (bahkan ras chinese sendiri), gue terkadang merasa gak nyaman jadi minoritas. Terlebih lagi kalau sudah bawa-bawa agama. Setahu gue, tertulis hampir di semua kitab suci bahwa Allah, Al Masih, Tuhan, Khalikah Raya siapapun nama Tuhan lo, beliau sangat tidak suka apapun yang berlebihan. Mungkin ada baiknya, teman-teman yang terus berkoar penuh emosi coba hidup sebagai minoritas. Hidup sebagai minoritas ada serunya juga kok. Belajar sabar - kalau tidak sabar, kami akan dimaki mungkin dipukuli di jalan. Belajar tahu diri - minoritas ya harus tahu diri, jangan belagu. Belajar bertahan hidup alias survive - Ada sebuah quote yang gue ingat tentang ini, Saat pilihan seorang manusia adalah bertahan hidup, maka ia mampu melakukan apapun. Belajar untuk ikhlas - dianggap sebelah mata? Gak masalah Dan beberapa hal lain. Coba lo sekarang bayangin apa jadinya lo sebagai kaum minoritas tiba2 pindah ke negara baru dan jadi kaum minoritas. Yakin lo merasa nyaman? Coba cari informasi sebanyak mungkin melalui smart phone lo deh. Banyak banget kisah sedih dan bikin emosi tentang kaum minoritas di luar sana. Jadiiiii, bagi gue selamanya jadi minoritas itu gak akan pernah enak. Emang lo pikir asik gitu lagi dengerin lagu favorit lo di jalan sambil nyanyi keras-keras ada yang teriak depan mobil lo, 'ganyang lah, bakar lah, bunuh lah ras ini, ras itu karena darahnya halal' Mau klakson nanti dibilang gak sopan, gak diklakson lo juga buru-buru. Mau nontonin mereka, gak ada seru-serunya nonton orang teriak-teriak mengenai kebencian Terus kalau sampe bikin mereka marah? Tinggal teriak deh, minoritas gak usah nyolot! Terus sebagai minoritas cuma bisa nunduk deh karena takut. Buset, ini tuh tahun berapa sih? Bar bar amat lo pade. Sebagian orang teriak bela NKRI berasaskan Pancasila. Lantas dengan teriak kayak gitu lo mewakili sila ke berapa? Coba baca sila ke 2, kemanusiaan yang adil dan beradab. Lantas mana letak adil dan beradab? Kita ini Indonesia! Bukan Cina, bukan Arab atau bahkan Amerika. Baca sila ke 3, persatuan Indonesia. Jadi ya stop saling menjatuhkan dalam bentuk apapun. Mengutip kata dari Joshua Suherman yang bagi gue sangat masuk akal, gue bersyukur menjadi minoritas. Mungkin kalau gue jadi mayoritas, gue juga akan jumawa. Ini mungkin ya. Lagipula, gue juga gak mau jadi mayoritas. Menjadi mayoritas itu menakutkan. Mayoritas yang baik haruslah bisa menjadi kakak bagi adik-adiknyabyang minoritas. Bersikap melindungi, menjadi panutan, adil, tegas, intelek, dsb. Bukan sebaliknya. Oleh karena itu gue gak mau jadi mayoritas. Gue bangga jadi Indonesia, cuma gue gak mau berlebihan. Orang-orang terdekat gue tahu gue selalu support brand local. Selalu ada tempat buat brand local dalam hidup gue. 90% baju gue made in Indonesia. Karena gue selalu suka kreasi anak bangsa. Kalau lo besar di era 90an lo pasti inget era dimana satu Indonesia rela pulang cepet, bolos kerja demi dukung timnas badminton yang waktu itu kebanyakan diisi Chinese. Tiba-tiba aja gitu kita bersatu dan bagi gue aneh. Aneh? Lah iya. Masa lo gak mau dukung karena mereka minoritas? Nyet, doi latihan tuh sampe muntah darah di siksa pelatihnya tanpa dipublikasikan media. Mendingan lo dukung aja, gak mau dukung karena mereka minoritas ya gak masalah. Lo tinggal pake baju timnas lawannya dan dukung mereka. Hidup tuh simple jangan malah dibikin ribet. Rajin amat bikin hidup ribet? Udahlah mari bersatu tanpa bawa-bawa ras, agama apapun itu yang notabene hanya akan merusak. Lagian apa sih yang lo dapet kalau sampe benci ras tertentu? Naik gaji? Dapet tiket terbang ke Amerika? Kagak bakalan. Lantas ngapain ngerepotin diri sendiri? Terlintas di benak gue quote dari seorang motivator kece bernama Dale Carnegie When dealing with people, let us remember we are not dealing with creatures of logic. We are dealing with creatures of emotion, creatures bristling with prejudices and motivated by pride and vanity. Salam, Gue Indonesia
2 notes · View notes
pamanedo12 · 11 years ago
Link
Love it! A very good poem
Dear Woman! Let our Hair Grow Free as the Wind So that our Father Sun can bless it with Gold & tell it’s shining stories at night to the children. We carry the Divine Seed of Life & so Let us be Proud with our Truth to Dance with the Moon. Walk away with your Head Towards...
14 notes · View notes