Text
27.01.2021
Hey, kamu. Iya. Kamu. Menepilah. Beristirahatlah. Sejenak dari pikiran yang berkecamuk dalam kepalamu itu. Ya, aku tahu. Aku tahu dirimu tak lelah untuk berlari. Mencapai apa yang ingin kau capai. Menggapai apa yang menjadi tujuan akhirmu. TAPI. Sadarlah. Saat ini, dirimu sedang tidak baik-baik saja. Tak usah kau sembunyikan. Untuk apa? Dari siapa? Dirimulah yang tau batasanmu juga kemampuanmu. Percayalah, usahamu akan berujung manis. Percayalah, kerja kerasmu akan terbayar nanti. Insya Allah. -dialogdiri
1 note
·
View note
Text
05.10.2020
Tak perlu kau mengkhawatirkan akhir, sedang aku masih menikmati prosesnya. Pun jika akhirnya kita tidak bisa bersama, aku tetap berterimakasih padamu. Berterimakasih? Untuk? Untuk selalu membuatku tersenyum, untuk selalu memberi rasa nyaman, untuk membantuku bangkit dari setiap jatuhku, dan untuk mengajari arti dari menerima, berusaha, juga berjuang.
Satu hal yang perlu kau ketahui (bagaimanapun akhirnya nanti), kau adalah alasan yang menjadikanku seperti sekarang ini. Terimakasih. -your911
1 note
·
View note
Text
26.09.2020
Sedang menikmati berselancar di dunia maya, seketika pandangan terhenti pada suatu tulisan yang isinya :
Bahasa Cinta paling sederhana adalah sebuah kalimat, "Kalau ada apa-apa, kabarin ya" - Yudha Apriliano
0 notes
Text
23.09.2020
"Memang, tidak ada yang menjamin kelak diri ini tidak akan menyakitimu (secara sengaja ataupun tidak). Tapi, satu hal yang pasti, aku akan selalu berusaha untuk tidak menjadi seperti mereka-mereka yang telah menyia-nyiakanmu hingga (lagi dan lagi) aku harus melihatmu meneteskan air mata."
1 note
·
View note
Text
10.09.2020
"Cantik ga aku?"
"Seneng ya?"
"Hati-hati ya"
"Kenapa sih senyum senyum?"
"Tar kamu baper sama aku"
... dst
Hal "sepele" yang sering membuat senyum ini lepas dengan sendirinya.
0 notes
Text
17.08.2020
Kalau kau tanya 'KENAPA (ku memilihmu)?', jawabanku tak pasti. Karena sekarang, aku sudah berada di titik 'tak perlu lagi alasan memilihmu'.
Kalau kau tanya 'BAGAIMANA (bila kita tak bersama)?, ku terdiam beberapa saat, menghela nafas. Karena sekarang, kau membuatku tak mampu berucap. Itu, berat. Tapi diri ini harus siap. Mungkin mudah untuk dikatakan, entah untuk dilakukan.
Setidaknya, sekarang kita sama-sama tahu. Bagiku, itu lebih dari cukup."
2 notes
·
View notes
Text
14.08.2020
"Biarkan seperti ini, sekarang. Indah. Melihat dan memandangnya, butuh nyali yang lebih. Meskipun sekedar mencuri. Bersamanya sesekali, itu cukup. Kalaupun akhir tak sesuai harap, setidaknya kita tak pernah lelah memperjuangkan." -selfreminder
1 note
·
View note
Text
06.07.2020
"Memang salah, jika terlalu melibatkan perasaan dan menaruh seluruh harap pada manusia yang tak tahu apa itu rasa. Kamu mendapatinya kembali. Diangkat tinggi, lalu dihempaskan begitu saja. Kamu orang baik, tak layak diperlakukan sekejam itu. Memang, fisikmu baik saja, tapi hatimu?" -selfconversation
1 note
·
View note
Text
31.05.2020
"Bagian tersulit dalam melepaskan adalah mengikhlaskan dan merelakan. Itu yang sedang berusaha ku lakukan."
0 notes
Text
“Dan aku masih saja merasa bodoh. Masih mengharap kehadiran seseorang yang padahal aku tahu hadirnya pasti hanya akan melukaiku.”
— (via mbeeer)
976 notes
·
View notes
Text
27.05.2020
Kepada hati, yang (mungkin) telah lelah untuk selalu menerima ketidaksesuaian.
Kepada rasa, yang (mungkin) telah lelah untuk selalu dilibatkan.
Kepada logika, yang (mungkin) telah lelah untuk selalu mengingatkan namun selalu tak diindahkan.
Sekedar maaf tidak akan bisa merubah yang telah berlalu. Biar semua menjadi pelajaran, bagaimana seharusnya menerima, melibatkan, juga mengindahkan.
0 notes
Text
21.05.2020
"Tidak selamanya hati ini akan bertahan, dengan segala ketidakberbalasan yang didapat."
1 note
·
View note
Text
20.05.2020
"Di luar sana, ada mereka-mereka yang mencintaimu, menyayangimu, memiliki perasaan khusus padamu. Mereka yang pernah bertegur sapa denganmu, kemudian menemukan sebuah kenyamanan, sesudahnya ingin menjadi bagian dalam perjalanan hidupmu. Tak apa, itu hak mereka. Tapi sialnya, sekarang aku menjadi salah satu dari mereka-mereka itu. Semuanya kembali padamu, sang pemilik hati."
0 notes
Text
19.05.2020
Apa lagi yang kau tunggu?
Sebuah harap yang tak jelas akan akhirnya (?)
Apa lagi yang kau tunggu?
Sebuah penantian yang (seharusnya) tidak kau nantikan (?)
Apa lagi yang kau tunggu?
Sebuah rasa yang (kau harap) sama namun akhirnya menimbulkan sebuah kecewa tanpa bahagia (?)
"Bukan saatnya lagi kau memikirkan bahagia orang lain di atas bahagiamu." -D.I.H
1 note
·
View note
Text
18.05.2020
Apa yang salah dari sebuah harap?
Bukankah, setiap rencana yang ditetapkan selalu diiringi dengan harap?
Bukankah, setiap keputusan yang diambil selalu diiringi dengan harap?
Bukankah, setiap usaha yang kita lakukan selalu diiringi dengan harap?
Bukankah, setiap perasaan spesial yang kita beri pada seseorang yang spesial selalu diiringi dengan harap?
Tidak ada yang salah dari sebuah harap, kecuali ada "terlalu" yang mengawalinya.
Ketika semuanya tidak tercapai, bukan lagi rasa puas yang didapat, melainkan rasa sesal dan sakitlah yang paling tampak.
"Bersiaplah untuk menerima kenyataan. Semakin besar kita melibatkan perasaan dalam setiap hal, semakin besar rasa sakit yang akan diterima bila semuanya tak sesuai." -D.I.H
1 note
·
View note
Text
16.05.2020
Maaf, kalau aku tidak semenarik dulu.
Maaf, kalau aku mungkin semembosankan itu.
Sampai aku, pun (akhirnya) tidak bisa mencuri perhatianmu lagi.
Ada saatnya, aku (khawatir) akan kalah dengan mereka-mereka yang hanya iseng atau bahkan dengan gigih selalu mendekatimu dan lebih bisa menarik perhatianmu.
Aku di sini hanya bisa berusaha, berharap, dan berdo'a, agar saat yang aku khawatirkan itu tidak akan datang.
Dari : Aku, yang sedang tidak baik-baik saja
Untuk : Kamu, yang perhatiannya sedang ku rindukan
0 notes