Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Purnama Darah & Percakapan Tiga Ronin
Saya tidak tahu apa apa mengenai mitos, namun pada hari ini setidaknya saya tahu, bahwa dongeng mitologi tercipta, bukan sekedar untuk membangun pemahaman akan masa lalu, namun juga untuk menjembatani pengertian akan masa kini dan memprediksi masa depan. Karena setiap manusia selalu terdefinisi atas kehendak, keinginan dan mimpi yang terjukstaposisi antara satu sama lain. Maka biarkanlah cerita di bawah ini menjadi dongeng akan hasrat dan kehendak, keinginan dan mimpi dari dunia kecil yang saya ketahui.
... ... ...
Malam itu bulan bersinar penuh, namun tidak seperti biasanya, bulan purnama kali ini berwarna merah, hampir seperti darah. Para penduduk desa meyakini sejak berabad abad lamanya, bahwa kengerian akan selalu menghantui setiap bulan purnama darah. Para perempuan dan anak anak meyakini bahwa monster monster dari kegelapan masa akan bangkit pada malam itu untuk menculik dan memakan mereka. Para lelaki meyakini bahwa malam itu mereka akan terbunuh oleh berbagai makhluk gaib apabila mereka masih berkeliaran di luar rumah. Itu sebabnya semenjak senja, desa di kaki bukit itu laksana sebuah tempat yang mati. Tidak aktivitas yang terjadi sedikitpun. Semua orang telah berada di dalam rumah semenjak matahari terbenam, dan mereka mengunci rapat rapat semua pintu dan jendela rumah mereka. Mereka tidak pernah mengetahui seperti apa bentuk kengerian itu, sisi gelap kehidupan yang memangsa kemanusiaan. Mereka hanya meyakininya dari cerita mulut mulut para tetua yang diteruskan hingga beberapa generasi.
Sementara itu kenyataan berbanding terbalik di puncak bukit di sisi barat desa yang tersembunyi dalam lebatnya hutan belantara. Disana, terdapat sebuah pondok kecil milik seorang Ronin berambut panjang yang tidak pernah diikat ataupun digelung. Dan malam itu ia mendapatkan pengunjung, sesama Ronin yang singgah untuk beristirahat sejenak dari petualangan masing masing. Ronin berwajah codet yang datang dari Utara dan Ronin berkulit rusak yang datang dari Selatan. Sembari diiringi lolongan serigala yang saling bersahutan dimana mana, mereka mendirikan api unggun di udara terbuka, memanggang ayam hutan hasil buruan, meminum sake dan saling bertukar cerita.
“Kau memiliki pondok yang bagus, tidak besar namun cukup lega untuk menampung beberapa orang, sederhana dan tidak mewah seperti istana para shogun, namun kau membuatnya selalu bersih. Ronin sepertimu biasanya selalu bertualang, namun kau malah membuat sebuah rumah. Apa yang kau inginkan?“, tanya Ronin berwajah codet membuka percakapan.
“Aku bertemu seorang perempuan, ia sangat lembut dan menyayangi semua makhluk hidup, ia pemain sitar. Sebelum perjalanannya ke negeri Utara bumi, ia banyak menyanyikan lagu tentang rumah, tentang narasi narasi yang telah lama hilang, dan tentang kerinduanku untuk bersarang. Setiap kali dirinya memainkan sitar dan bernyanyi, aku selalu merasakan kehangatan dan kedamaian. Sekembalinya dari negeri Utara bumi, aku hanya berjumpa dengan dirinya sekali, di tepi jalan sebuah pasar. Ia terlihat berbeda, senyum dan sorot matanya sangat dingin, sedingin angin Utara. Namun sebelum kembali menghilang, ia sempat berbisik untuk menyuruhku tetap menunggunya” demikian kata Ronin berambut panjang.
“Hahaha jadi tentang perempuan, mereka memang selalu menjadi penjinak ambisi lelaki untuk mengarungi dunia, rupanya kau sudah jatuh cinta kawan” kata Ronin berkulit rusak.
“Aku tidak tahu apa apa mengenai soal cinta kawan, cinta selalu membunuhku hingga titik aku tidak mengetahui apapun tentangnya. Saat ini aku hanya bertindak berdasarkan intuisi dan emosi yang mengalir dalam darahku. Aku merasa akan menemukan rumah yang sebenarnya bersama perempuan pemain sitar ini. Dan jika kita berdua ternyata sama sama tidak memilikinya, maka aku membangun rumah, dan berharap kita berdua akan dapat membangun narasi kehangatan dan kedamaian di dalamnya. Seperti rumah yang sesungguhnya. Itu mengapa aku membangun pondok ini, jauh di puncak bukit, tersembunyi dalam hutan belantara. Aku menunggunya” lanjut Ronin berambut panjang
“Apa maksud cinta selalu membunuh, apakah itu ada hubungan dengan bekas luka di dadamu ? Aku sempat melihatnya, itu seperti bekas sebuah luka pertarungan yang sangat mematikan, dalam dan mungkin menembus punggung“ tanya Ronin berwajah codet
“Aku dulu adalah seorang samurai yang tak terkalahkan. Aku bekerja untuk bangsawan kaya raya dari kekaisaran di negeri ini. Ia adalah seorang shogun yang memiliki tanah yang sangat luas di Timur negeri ini” demikian Ronin berambut panjang ini memulai ceritanya
“Aha, sepertinya aku bisa menebak siapa kau sebenarnya. Kau pernah bekerja untuk shogun nomor satu dari Timur negeri, dan kau tak terkalahkan. Aku yakin kaulah yang membunuh shogun tempatku bekerja sewaktu shogun dari Timur itu menyerbu tanah kami. Kaulah yang menyebabkan aku kehilangan pekerjaan. Aku merasa seperti mengenalimu ketika melihat katana milikmu. Ia sangat familiar“ potong Ronin berkulit rusak tiba tiba
“Jadi maksudmu, ia yang membuatmu menjadi Ronin dan menghanguskan kulitmu?“ tanya Ronin berwajah codet kepada Ronin berkulit rusak
“Ronin di depanku ini adalah samurai pembunuh yang sangat ditakuti pada masanya karena tak terkalahkan. Ia memang membuatku kehilangan pekerjaan. Namun ia tidak pernah membakar kulitku. Itu terjadi pada masa yang lain. Kawan, lanjutkan ceritamu, aku ingin tahu siapa sebenarnya yang beruntung telah mengalahkanmu, dan meninggalkan bekas luka mematikan di dadamu itu“ kata Ronin berkulit rusak kepada Ronin berambut panjang
“Ia adalah putri satu satunya dari shogun tersebut. Kami berdua jatuh cinta, namun tidak sanggup mengendalikan cinta yang panas dan berapi api itu. Pada suatu malam kami bertengkar. Saat itu kami mabuk berat karena minum sake teramat banyak. Alih alih bercinta sampai pagi seperti kebiasaan kami di malam malam sebelumnya, kami justru meributkan hal hal kecil yang tidak ada artinya. Pertengkaran kami memuncak dan memanas. Ia berteriak teriak memakiku, aku menamparnya, namun ia justru semakin beringas. Ia merebut pedang katana milikku, menusukkannya tepat di dada hingga tembus ke punggungku. Ia mendorongkan katana dengan keras hingga menancap di tiang penyangga dinding kamarku. Aku tidak dapat bergerak, darah segar mengalir deras. Lalu kekasihku itu menangis keras sambil memelukku dan membenamkan wajahnya dalam dalam di dadaku, sehingga darah segar dari lukaku menyembur dan membasahi wajah dan kimono yang ia kenakan. Pandanganku mengabur dan menghitam, akupun tak sadarkan diri.“ cerita Ronin berambut panjang
“Hahahaha, jadi rupanya benar cerita yang aku dengar di Selatan. Samurai nomor satu yang membunuh shogun tempatku bekerja dan telah menyebabkan aku kehilangan pekerjaan, dibunuh oleh putri shogun tempat ia bekerja. Kau tahu, aku dulu sangat dendam padamu dan selalu berpikir bagaimana cara membalaskan dendam padamu, namun setelah mendengar cerita itu dendamku hilang, bahkan menertawainya karena cerita itu jauh lebih lucu dari semua drama Kabuki yang pernah aku tonton. Supaya kau tahu, perempuanmu itu sekarang menjadi samurai pemimpin pasukan milik shogun dari Timur. Rupanya diam diam kau mengajarinya cara bertarung dengan baik. Sungguh lucu ketika samurai pertama yang ia bunuh justru dirimu, guru sekaligus kekasihnya. Hahaha“ komentar Ronin berkulit rusak sembari meminum sake miliknya
“Ia sejak dulu memang selalu ingin bertarung seperti lelaki, menjadi samurai yang membela keluarganya, oleh karena itu aku mengajarinya ilmu pedang. Kalau kau masih ingin membunuhku, aku masih memiliki beberapa luka lain dengan cerita yang mungkin bisa membuatmu tertawa lebih kencang. Siapa tahu itu akan menjadi cerita penebusan dosaku untukmu“ kata Ronin berambut panjang
“Baiklah, aku selalu menyukai hiburan dari tuan rumah setiap singgah dalam perjalanan. Lanjutkan kawan“ kata Ronin berkulit rusak
Ronin berambut panjang itu lalu membuka jubahnya dan memperlihatkan tubuhnya yang tinggi. Walaupun terlihat kurus, namun tubuh itu masih cukup kekar dan kokoh. Pada tubuh itu selain terlihat bekas luka yang sangat dalam di dada bagian kiri, juga terdapat tiga bekas luka sayat di perut dan belasan bekas luka tusuk di punggung.
“Setelah tuan putri kekasihku membunuhku malam itu, seorang pelayan istana yang bersimpati lalu menyelamatkanku. Bersama seorang penjaga dan perawat kuda, mereka membawaku kabur jauh kedalam hutan. Disana mereka bergiliran merawatku hingga aku sembuh dan luka ini mengering. Mereka juga sempat membawakan katana milikku yang digunakan oleh tuan putri kekasihku untuk membunuhku. Mereka juga membawa serta dua kantong koin emas milikku yang aku simpan dari hasil kerjaku. Setelah sembuh dan dapat berjalan kembali, aku memutuskan untuk pergi kearah Barat, meninggalkan luka dan cerita masa lalu. Aku tidak ingin merepotkan para pelayan istana shogun tersebut, oleh karena itu aku pergi mencari petualangan petualangan baru“
“Dalam awal perjalanan ke Barat aku bertemu seorang perempuan petarung pedang. Ia tadinya adalah seorang pelacur di rumah bordil, namun kemudian ia membunuh pemilik rumah bordil itu dan mengambil katana serta koin emas dari pemilik rumah bordil tersebut. Ia bercerita bahwa ia melakukan itu untuk mendapatkan martabatnya kembali sebagai perempuan merdeka” lanjut Ronin berambut panjang kembali
“Huh, perempuan petarung, aku tidak pernah menyukai mereka” komentar Ronin berkulit rusak
“Apa yang salah dengan perempuan petarung ? Aku pernah bertemu dengan suku perempuan petarung di Utara dan Barat Laut bumi. Mereka bertarung untuk mempertahankan martabat, harga diri dan tanah milik mereka. Mereka penunggang kuda yang mahir, pemanah ulung, serta petarung pedang yang terampil. Ketika mereka mati dalam pertempuran yang gagah berani buatku justru mereka sangat terhormat“ potong Ronin berwajah codet
“Perempuan petarung yang aku temui selalu menyebalkan. Mereka selalu ingin menjadi pejantan kedua, menggantikan semua lelaki serta mereka selalu mempersalahkan lelaki untuk semua kerusakan dunia. Sementara buatku menjadi perempuan biasa seperti pada umumnya atau bahkan menjadi pelacur sekalipun jauh lebih baik daripada mereka“ kata Ronin berkulit rusak kembali
“Mengapa bisa kau katakan menjadi perempuan biasa ataupun pelacur jauh lebih terhormat daripada menjadi perempuan petarung ? Bukankah menjadi pelacur itu justru sangat menghina harga diri ?“ tanya Ronin berwajah codet
“Kau tahu, perempuan ketika dewasa mereka akan dinikahi oleh lelaki. Para lelaki itu akan berjuang untuk memberikan rumah dan harta benda yang cukup bagi kehidupan mereka. Sebaliknya timbal balik para perempuan tersebut adalah membuatkan para lelaki makanan, menghibur lelaki dengan memberikan persenggamaan, serta melahirkan dan membesarkan anak anak mereka. Sementara perempuan pelacur memberikan para lelaki lajang hiburan berupa persetubuhan dengan imbalan beberapa koin emas. Kau tahu, dalam hidup semua ini adalah transaksi yang setara. Semua orang sudah memiliki peran masing masing di dunia ini“ kata Ronin berkulit rusak
“Baiklah, walau tidak menyetujui, aku menghormatinya. Kau, lanjutkan ceritamu, aku ingin mendengar kisah perempuan petarung darimu“ kata Ronin berwajah codet pada Ronin berambut panjang
“Bersama dengan perempuan petarung itu, aku melanjutkan perjalananku ke Barat. Kami memiliki banyak kisah petualangan di siang hari dan seringkali saat malam hari kita berdua bersetubuh dengan penuh semangat untuk saling mengatasi kesepian. Namun memang benar seperti yang dikatakan, perempuan petarung selalu ingin menggantikan narasi narasi lelaki dan menyalahkan lelaki untuk semua kerusakan yang terjadi. Pada akhirnya ia mengkhianatiku. Ia menyalahkanku untuk semua kekejaman yang terjadi selama petualangan kita, sembari menyangkal bahwa iapun turut menciptakan kekejaman itu. Pada suatu malam, dibalik kegelapan hutan ini, ia mengendap endap, ia menusukku dari belakang dengan pedang kecil miliknya. Ketika aku jatuh tertelungkup, ia berusaha memastikan aku mati dengan menusuk punggungku berulang kali hingga aku tidak bergerak. Ia lalu pergi sembari membawa seluruh koin emas yang aku miliki.“ demikian cerita Ronin berambut panjang
“Tepat dugaanku. Sebenarnya pelacurmu itu tidak hendak mendapatkan martabat diri yang merdeka ketika membunuh pemilik rumah bordil. Ia justru jatuh tergoda kedalam ketamakan akan harta benda. Itu kenapa ia mengambil seluruh koin emas dari pemilik rumah bordil serta menjadi seorang perempuan petarung. Ketamakan yang sama jugalah ketika ia selalu menyalahkanmu untuk semua kekejaman yang sebenarnya kalian berdua lakukan, sebelum ia membunuh dan merampokmu. Ia bukanlah petarung yang sebenarnya, ia hanya parasit pencuri. Ia pun bukan seorang perempuan yang memperjuangkan martabat ketika membebaskan diri sebagai pelacur di rumah bordil, namun justru mengingkarinya ketika menjadi pembunuh“ komentar Ronin berkulit rusak itu kembali
“Lalu bagaimana dengan bekas bekas luka sayat di perutmu?“ tanya Ronin berwajah codet
“Setelah perempuan petarung itu pergi, aku berjalan tertatih tatih kearah Barat. Aku menggunakan katana milikku yang panjang ini sebagai tongkat penyangga. Aku lalu menemukan gua untuk beristirahat. Dan tepat ketika memasukinya, aku terjatuh tak sadarkan diri, luka di punggungku terlalu banyak mengeluarkan darah. Beberapa hari kemudian aku siuman, dan mendapati seorang perempuan sedang merawat luka luka di punggungku agar mengering. Tidak lama setelah aku sembuh, kita berdua menjadi sepasang kekasih. Dalam gua itu kita memiliki masa bahagia bersama sama“ kata Ronin berambut panjang
“Jika kau bahagia bersamanya, lalu mengapa engkau mendapatkan luka?“ tanya Ronin berkulit rusak
“Yang terjadi adalah aku memaksanya meninggalkan rumahnya. Aku bercerita kepadanya bahwa hutan di Barat negeri ini lebih subur, dan lebih tenang, kita berdua mampu membangun rumah dan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan disana. Ia tidak menyetujuinya dan tetap menginginkanku tinggal bersamanya di gua. Ketika aku terus menerus memaksanya, perempuan itu marah lalu berubah menjadi siluman serigala. Disana aku tersadar, bahwa sebagai serigala, maka gua dan hutan disekelilingnya adalah teritorinya, wilayah kekuasaannya, yang berarti juga adalah rumahnya. Namun aku terlambat, cakar cakar yang muncul di jari jemari lentiknya menyayat perutku. Dalam sekejap pula, ia menyambar tubuhku dan hendak menancapkan cakarnya di leherku, namun ia masih menahannya. Aku meminta maaf padanya, dan aku katakan bahwa tempatku bukan di gua itu, aku harus menuju arah Barat dimana tak seorangpun pernah mengenaliku agar aku bisa memulai kehidupan yang baru. Ia lalu melepaskan cengkeramannya, dan berubah menjadi perempuan normal kembali. Sembari menangis iapun membalut luka sayat cakarnya di perutku dengan kain miliknya. Kemudian sembari mengucapkan selamat tinggal, ia menyuruhku pergi ke Barat. Aku tidak pernah bertemu kembali dengannya semenjak itu, namun aku tahu ia akan selalu baik baik saja setiap kali aku mendengar lolongan serigala dari Timur“ lanjut cerita Ronin berambut panjang
“Hahaha, sungguh cerita cerita yang teramat lucu. Aku pikir dengan luka bakar yang menghanguskan kulit tubuhku ini maka hidupku teramat menyedihkan. Namun kini ada yang lebih menyedihkan. Seorang samurai nomor satu dan tak terkalahkan, dibunuh berkali kali oleh perempuan perempuannya. Kau memang tuan rumah yang sangat menghibur kawan, hidupmu lebih lucu dari semua sandiwara Kabuki“ komentar Ronin berkulit rusak
“Kau sendiri, bagaimana sampai kau mendapatkan luka yang menghanguskan kulitmu itu“ tanya Ronin berwajah codet kepada Ronin berkulit rusak
“Kau tahu, setelah aku mendengar cerita samurai tak terkalahkan yang dibunuh oleh putri shogun tempatnya bekerja, seluruh dendamku hilang. Dan aku menyadari bahwa orang orang sepertiku ini hanyalah senjata. Senjata tidak akan berarti apapun tanpa tuan. Oleh karena itu aku pergi ke negeri di Selatan bumi, negeri subur yang dikelilingi oleh cincin gunung berapi. Disana telah banyak berdatangan penjelajah dari negeri Utara bumi. Aku lalu bekerja untuk mereka, sebagai pengawal, pembunuh dan komandan pasukan. Dengan mengendarai kuda yang gagah, aku memimpin pasukan yang dipercayakan kepadaku. Aku berhasil memadamkan berbagai perlawanan pemberontak lokal, terkecuali satu. Ada sebuah pertempuran sengit. Pemimpin pemberontakan itu rupanya memiliki naga. Pasukanku tercerai berai dan dapat dikalahkan dengan mudah ketika pemimpin pemberontak memanggil naga miliknya itu keluar dari gunung berapi untuk menyembur kami dengan nafas apinya. Dalam keadaan tak berdaya akibat luka bakar, aku kemudian mendapati diriku dalam sebuah kapal dagang yang mengangkutku menuju negeri ini. Rupanya para penjelajah negeri Utara hendak membuangku setelah semua jasa yang aku lakukan untuk mereka di negeri Selatan. Akupun menyadari bahwa tidak ada artinya menjadi senjata bagi tuan yang hanya menyuarakan ketidak-adilan dan kesengsaraan. Setelah sembuh, akupun kembali menjadi Ronin yang bertualang di negeri ini. Aku hanya perlu kembali mendapatkan shogun yang benar benar tepat, agar aku mendapatkan kembali kehormatanku sebagai seorang samurai. Namun yang jelas aku benci naga“ demikian cerita Ronin berkulit rusak
“Hei kau tidak bisa serta merta menyalahkan semua naga atas kemalangan nasibmu. Kau tahu bahwa setiap orang memiliki naga, hanya tidak semua mampu memanggil naga miliknya itu. Aku mampu memanggil naga milikku dan menungganginya“ kata Ronin berwajah codet
“Tetap saja aku membenci naga, aku lebih menyukai kuda, mereka gagah, yang liar bisa kujinakkan dan kutunggangi“ kata Ronin berkulit rusak
“Lalu bagaimana dengan luka di wajahmu itu ? Apakah ada hubungan dengan naga ?“ tanya Ronin berambut panjang kepada Ronin berwajah codet
“Ini panjang ceritanya, semua berhubungan dengan ketakutan dan mimpi burukku serta petualanganku” kata Ronin berwajah codet
“Malam masih panjang, arak masih banyak, dan masih ada sisa ayam hutan yang bisa dipanggang. Jadi kurasa, kami semua bisa mendengarkan ceritamu“ kata Ronin berambut panjang
“Baiklah, akan kumulai ketika aku kecil. Aku selalu takut dengan buaya, kalajengking, laba laba, dan monster bermata satu. Ketakutanku itu kemudian selalu menghiasi mimpi mimpi burukku ketika aku dewasa. Di dalam mimpi burukku itu, kesemuanya selalu mengejarku. Namun aku selalu merasa ada seorang perempuan yang memperhatikanku di kejauhan. Ia bercadar, namun suara bisikannya menggema di telingaku dan menyuruhku untuk menghadapi semua ketakutanku itu“ kata Ronin berwajah codet
“Lagi lagi perempuan, rupanya memang semua petualangan tidak akan pernah menarik tanpa perempuan“ potong Ronin berkulit rusak
“Bukan sembarang perempuan, ia mungkin hanya satu satunya diantara semua perempuan di dunia. Ia menguasai semua ilmu sihir di dunia ini. Dan ia juga menjagaku“ kata Ronin berwajah codet
“Apa maksudmu?“ tanya Ronin berambut panjang
“Ketika aku menjadi seorang samurai, aku mengawal tuan tanah tempatku bekerja. Kami dalam perjalanan dengan sebuah kapal dagang menuju negeri Utara bumi ketika kapal kami diserang kapal kapal perompak. Aku mungkin satu satunya yang selamat diantaranya, setelah terombang ambing oleh gelombang lautan berhari hari, aku terdampar di pantai negeri Utara bumi. Seorang nelayan lalu menampung dan merawatku untuk sementara waktu“
“Setelah aku sembuh, nelayan itu memberiku kuda agar aku bisa pergi ke jantung ibukota dari negeri tersebut. Disana aku melihat, saat siang negeri itu sangat meriah. Badut badut, musisi jalanan dan pemain akrobat sirkus ada dimana mana, pasar pasar yang ramai, perpustakaan yang selalu dikunjungi kaum cerdik pandai yang haus menuntut ilmu, rumah makan dan bar yang penuh dengan kaum kulit putih yang menikmati hidup mereka. Namun hal itu berbanding terbalik ketika malam hari. Disana akan terlihat kengerian kengerian yang selalu bersembunyi dibalik gelapnya malam. Kastil kastil tua negeri Utara adalah kastil kastil angker yang berdiri menjulang dan congkak menantang langit. Disana dewa dewi mereka seringkali terusik dengan kastil kastil congkak itu. Konon para dewa melepaskan makhluk makhluk dari neraka berwujud kelelawar dan serigala untuk menghukum manusia. Penduduk setempat menyebutnya vampir dan lycan.“
“Vampir adalah manusia kelelawar yang membunuh dan menghisap habis darah manusia. Lycan adalah manusia serigala yang membunuh dan memakan habis daging manusia. Mereka selalu berburu di malam hari. Para penduduk takut dengan mereka, itu sebabnya mereka jarang bepergian di malam hari dan selalu jimat jimat penolak bala di pintu dan jendela rumah mereka. Aku beberapa kali melihat vampir dan lycan tersebut saat mereka berburu di lorong lorong kota yang gelap. Disana ketika vampir mengisap habis darah manusia atau ketika lycan memakan habis daging manusia, mereka sebenarnya tidak sedang menghukum manusia, mereka hanya menuruti naluri mereka. Namun naluri itu juga dituntun oleh hasrat dan kehendak yang teramat besar untuk menjalani hidup mereka. Akupun lalu penasaran, apa sebenarnya hasrat dan kehendakku untuk hidup. Karena seumur hidup, aku menjadi samurai yang hanya menuruti hasrat dan kehendak orang lain. Lalu ketika tuanku mati, aku menjadi tersadar akan hasrat dan kehendak diriku yang akupun tidak tahu apa wujudnya. Esok harinya aku menunggang kuda ke salah satu sudut jantung negeri itu, dan menemui seorang gypsi peramal untuk menanyakan berbagai hal tentang diriku“ demikian cerita Ronin berwajah codet
“Apa kata gypsi peramal itu?“ tanya Ronin berkulit rusak
“Dan apa hubungannya dengan perempuan penyihir itu ? Kau masih belum menceritakannya“ tanya Ronin berambut panjang
“Sebentar sudah kubilang ceritaku ini panjang, sabarlah sejenak. Gypsi peramal itu berkata bahwa aku harus pergi bertualang mengelilingi bumi, ia menunjukkan sebuah tempat dengan bola kristalnya. Sebuah reruntuhan gereja tua, di halaman belakangnya terdapat sebuah pohon besar. Aku harus menggalinya, disana kata gypsi itu, aku akan menemukan harta terbesar yang akan menjadi bekal bagi kehidupanku selanjutnya. Sampai sekarang aku tidak tahu apa harta terbesar itu, namun aku terus pergi bertualang untuk mencarinya“
“Mula mula aku berkuda ke sudut Selatan negeri Utara bumi tersebut. Disana aku melihat suku perempuan petarung yang gagah berani, Amazon demikian sebutan mereka. Aku melihat mereka bertempur melawan pasukan Centaur. Kukira Centaur, raksasa manusia setengah kerbau itu adalah dongeng, namun ternyata ada dan mengerikan. Para Amazonian itu bertarung habis habisan untuk mempertahankan tanah mereka dari pasukan Centaur. Kemampuan bertarung diatas kuda, memanah dan pertarungan pedang jarak dekat mereka sungguh diatas rata rata. Mereka benar benar perempuan petarung yang gagah berani mempertahankan tanah milik mereka. Keberanian bukanlah pilihan, melainkan keharusan untuk menghadapi ketakutan mereka akan serbuan monster monster jahat ataupun serbuan pasukan pasukan asing yang ingin menguasai tanah mereka. Itu adalah pelajaran yang aku petik. Dan aku menggunakan pelajaran tersebut ketika berhadapan dengan salah satu ketakutan masa kecilku“
“Aku lalu pergi berkuda meninggalkan negeri Utara bumi menuju padang gurun. Disana aku menemukan kalajengking raksasa yang selalu ditakuti oleh para pengelana. Aku bertarung habis habisan dengan kalajengking tersebut. Kudaku mati disengat oleh racun ekor kalajengking itu. Dan kemudian ia berhasil melukai wajahku dengan capit raksasanya, ia lalu menjepit tubuhku dengan dua capit raksasa itu. Tepat sebelum kalajengking itu menusukkan ekor beracunnya ke tubuhku, sebuah kobaran api membakar dirinya. Aku melihat keatas, sebuah naga yang teramat sangat besar sedang menghembuskan nafas apinya. Kalajengking yang terkejut itu lalu melepaskan diriku dan berusaha melarikan diri. Namun naga itu lalu menyemburkan sebuah bola api yang teramat besar, membakar habis kalajengking raksasa itu sampai mati.“
“Naga itu lalu berbalik kepadaku dan mendaratkan dirinya. Kupikir ia akan memakanku, namun kemudian aku melihat seorang perempuan bercadar dan berjubah hitam turun dari punggung naga itu. Racun kalajengking yang melukai wajahku itu membuat pandanganku mengabur, aku tidak mampu melihat dengan jelas perempuan itu. Namun kemudian ia dengan bahasa bahasa yang tidak kumengerti, merapal doa doa dan mantera untuk menyembuhkanku. Dalam sekejap aku pulih, aku mampu melihat dengan jelas sosok perempuan itu. Ia sungguh indah, lekuk tubuhnya yang dibalut jubah sutra hitam terlihat jelas dan sangatlah elok. Namun aku tidak sanggup melihat sorot matanya, sangat tajam seperti pedang. Ia lalu memperkenalkan dirinya sebagai Ishtar, penunggang naga raksasa dari langit yang datang bersama dengan angin.“ cerita Ronin berwajah codet
“Ishtar ? Maksudmu Lilith ?“ potong Ronin berambut panjang
“Kau mengenalnya ?“ tanya Ronin berkulit rusak kepada Ronin berambut panjang
“Aku tidak mengenalnya, aku hanya pernah mendengar ceritanya. Sewaktu kecil kakekku menceritakan banyak dongeng tentang langit. Ishtar adalah salah satunya. Ia memiliki nama asli Lilith, dewi tertua yang dibuat oleh jalinan angin surga dan kemudian terusir ke bumi. Penduduk bumi setempat yang mengetahui lalu menyembahnya sebagai bintang jatuh Ishtar. Ia kemudian menjadi ratu dari kerajaan di padang gurun itu karena kemampuan sihirnya yang luar biasa sakti. Ketika peradaban kerajaan itu runtuh, Ishtar lalu lenyap. Namun legenda mengatakan ia menjadi hantu yang menakutkan para pengelana di padang gurun setiap malam. Beberapa mengatakan ia tampak seperti separuh ular separuh perempuan, ada juga yang berkata bahwa ia bersayap naga dan berambut api, lalu ada pula yang menyaksikan wajahnya tampak dalam badai badai gurun. Semua cerita orang orang tua mengatakan ia adalah jelmaan iblis perempuan. Namun kupikir ia hanyalah penyihir perempuan terkuat yang pernah ada. Beruntung sekali kau bisa bertemu dengannya“ kata Ronin berambut panjang
“Ishtar selalu ada dalam setiap pertempuranku melawan monster monster dari ketakutan masa kecilku. Ia juga yang mengajariku memanggil naga milikku. Setelah pertempuran melawan kalajengking raksasa, Ishtar mengajariku mantera untuk memanggil naga milikku. Jika aku meyakininya dengan segenap hasrat dan kehendak, naga itu akan datang dan melindungku. Pernah di sebuah sungai yang membelah gurun tersebut, aku bertemu buaya raksasa. Itu adalah buaya pemakan manusia. Aku bertempur mati matian melawannya. Namun kulitnya yang tebal seperti baju zirah membuatnya tidak bisa ditembus oleh katana milikku. Dalam keadaan setengah putus asa, aku mengingat mantera yang diajarkan Ishtar kepadaku. Tidak lama seekor naga datang bersamaan dengan gemuruh angin dan petir di angkasa. Rupanya berhasil, itu adalah naga milikku. Sedikit lebih kecil dari naga milik Ishtar, namun memiliki nafas api yang sama. Naga milikku itu kemudian menyemburkan nafas api yang membakar dan melelehkan kulit buaya raksasa itu. Akupun mampu melukai bahkan membunuh buaya raksasa itu dengan pedangku“
“Tidak lama kemudian Ishtar datang menunggangi naga miliknya. Naga milikku kemudian terbang kembali keasalnya. Kali ini aku memberanikan diri melihat dirinya lebih lama. Ishtar memang sangatlah elok, tubuhnya yang dibalut oleh jubah sutera berwarna hitam tidak mampu menyembunyikan lekuk tubuhnya yang sempurna. Ia mengetahui bahwa aku sedang memperhatikan tubuhnya. Ia lalu menatap mataku, kami pun saling berpandangan. Tatapan matanya sungguh tajam. Ia pun mendekati wajahku, sembari menatap mataku, dan menghipnotisku, ia menanyakan apa hasrat terbesar dalam diriku. Ketika ia berjalan memutari tubuhku, akupun menceritakan mengenai harta terbesar di sebuah pohon di reruntuhan gereja tua. Tidak lama kemudian ia kembali menatap wajahku, pandangan mata kami saling bertautan. Dengan sihirnya cadar yang menutupi wajahnya itu menghilang. Aku bisa melihat kecantikan dirinya, sungguh sempurna. Ishtar lalu menciumku, melumat lidahku dengan lilitan lidahnya. Pada saat itu aku merasakan aliran udara yang aneh masuk kedalam tubuhku melalui ciuman itu. Udara itu lalu memenuhi kerongkonganku, mengisi rongga paru paru dan jantungku. Dalam sekejap aku merasakan panas yang luar biasa, seolah olah aku memiliki api di dalam tubuhku. Aku seperti menjadi naga bagi diriku sendiri. Ishtar berkata ia harus membangkitkan api dalam tubuhku agar aku mampu mempercayai diriku bisa mengalahkan semua ketakutan yang ada dan memenuhi hasrat diriku itu“ lanjut Ronin berwajah codet
“Lilith ataupun Ishtar adalah penyihir perempuan terhebat sepanjang sejarah manusia. Kau sungguh beruntung bertemu dengannya“ kata Ronin berambut panjang
“Kau juga beruntung ia tidak membakar habis dirimu dengan ciumannya. Kau tahu, sejak dulu semua ciuman perempuan cantik rupawan akan selalu membakar jiwa lelaki yang mengejar untuk mendapatkannya. Mereka yang jiwanya terbakar habis akan habis pula rasa kemanusiaannya, mereka menjadi buta dan membakar sesama ataupun sekeliling mereka“ kata Ronin berkulit rusak
“Kakekku menceritakan, lelaki yang mendapatkan ciuman Lilith biasanya akan terhisap habis jiwanya sebelum ia mati. Tapi mengapa ia malah membangkitkan api dalam dirimu?“ tanya Ronin berambut panjang
“Akupun kemudian melanjutkan perjalananku ke Timur mencari gereja tua tersebut. Setelah melewati padang gurun lalu pegunungan dan hutan belantara aku kemudian bertemu dengan sebuah reruntuhan kerajaan. Reruntuhan itu begitu luas dan besar, sehingga membuatku berpikir bagaimana bisa kerajaan sebesar itu terkalahkan dan runtuh, lalu pergi kemana semua penduduknya ? Jawaban atas pertanyaanku itu lalu muncul dalam wujud salah satu ketakutan masa kecilku, laba laba raksasa. Ia mengerikan, mirip tarantula, berbulu, bermata banyak, memiliki taring raksasa, dan ukurannya pun sebesar istana para shogun di negeri ini. Kamipun lalu bertarung sengit. Setiap kali ia menyemburkan jerat, aku selalu berhasil menghindarinya. Setiap ia melompat untuk membunuhku dengan taringnya aku selalu berhasil menangkis taring taring itu dengan pedangku. Bagian terlemah dari laba laba terletak di bagian bawah perut dan dada, disana aku seharusnya menusuk dan menyayatnya dengan katana milikku. Ketika ia melompat hendak menerkamku dengan taringnya, aku berguling masuk menuju ke bawah tubuhnya. Disana taringnya tidak akan dapat menyerangku namun aku dapat melukainya. Setelah merobek dan mengoyak perutnya, aku lalu menusuk dadanya dan menghancurkan kerangka dadanya. Tidak lama kemudian laba laba raksasa itu mati“
“Aku kemudian masuk lebih dalam menuju pusat reruntuhan kerajaan tersebut. Sepanjang lorong, aku melihat berbagai kerangka manusia yang terbungkus oleh jaring laba laba. Rupanya penduduk kerajaan ini telah menjadi santapan laba laba raksasa yang aku bunuh. Di ujung lorong aku menjumpai sebuah lapangan yang luas, seperti bekas sebuah arena gladiator. Angin yang bertiup kencang menandakan Ishtar datang kembali bersama naganya. Kali ini ia mendaratkan naganya pada salah satu pilar raksasa yang terdapat di tepian lapangan itu. Ia lalu melompat dari punggung naganya dan seperti melayang menuju kearahku. Ishtar memujiku yang telah mengalahkan salah satu ketakutanku. Namun ia berkata bahwa ketakutan terbesarku membuatnya harus menempa diriku lebih keras lagi. Iapun mendekati wajahku menatap mataku, lalu dengan sihirnya kembali menghilangkan cadar dari wajahnya. Kali ini ia menciumku sembari mendekap tubuhku erat kedalam pelukannya. Sesaat setelah aku merasakan udara yang mengalir dari dirinya masuk kedalam tubuhku, aku merasakan api yang menyala dalam tubuhku. Namun kali ini lebih panas, Ishtar membakarku ratusan kali lebih dahsyat. Aku bisa merasakan api memancar keluar dari mataku, rongga telingaku, pori poriku, bahkan seluruh tubuhku terasa seperti bara api. Katana yang kupegang pun juga turut terbakar. Beberapa menit setelah ia membakar habis diriku, ia melepaskan ciuman dan pelukannya. Aku jatuh seperti pohon tumbang, namun tidak hancur berantakan. Ishtar kembali mengeluarkan sihirnya, kali ini aku merasakan angin dingin bertiup memadamkan api di tubuhku. Ia mengatakan kepadaku bahwa manusia sepertiku terbuat dari tanah liat yang lembek, untuk menjadikannya kuat maka ia harus ditempa dengan kobaran bara api yang dibangkitkan dari dirinya.“ cerita Ronin berwajah codet
“Sungguh aneh, itu seperti cara pengrajin batu bata. Tanah liat yang telah terbentuk menjadi batu bata lalu dibakar dalam kobaran api agar tanah liat tersebut saling merekat dan mengeras seperti batu“ kata Ronin berkulit rusak
“Namun masuk akal dan terbukti berhasil. Aku pergi menyeberangi lautan menuju Tenggara dengan menunggangi naga milikku. Disana, dalam hutan belantara aku melihat reruntuhan candi dan kerajaan yang teramat luas, jauh lebih luas dari kerajaan sebelumnya. Aku meyakini bahwa disini aku akan menemukan ketakutan terbesarku. Keyakinanku benar, tidak lama kemudian muncullah Cyclops, monster batu bermata satu yang sering menghantuiku dalam mimpi mimpi buruk. Aku mencoba menyerangnya dengan nafas api milik nagaku, namun tidak berhasil. Sehingga aku terpaksa bertarung sengit dengannya di daratan. Ia sangat kuat, pedangku tidak mampu melukainya. Bahkan pukulannya mampu menghancurkan reruntuhan bangunan di sekelilingku menjadi serpihan serpihan debu. Beberapa kali tinjunya mengenai diriku sehingga terlempar jauh ke belakang, namun anehnya pukulan itu tidak melukaiku sedikit pun. Aku kemudian mengetahui bahwa titik lemahnya ada pada matanya. Sewaktu aku berhasil menghindari tinjunya yang menghantam tanah, aku lalu melompat ke wajahnya dan menancapkan pedangku tepat di matanya. Cyclops itu lalu meronta kesakitan, menyerang tak tentu arah membabi buta. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk menghancurkan matanya dengan menusuknya berkali kali. Tidak hanya itu, aku juga memukuli kepalanya berkali kali. Entah mengapa tiba tiba aku menjadi sangat kuat. Mata Cyclops itu hancur, kepalanya yang terbuat dari batu juga mampu kupecahkan. Cyclops itu pun mati.“ kata Ronin berwajah codet
“Lalu dimana Lilith, maksudku Ishtar ?“ tanya Ronin berambut panjang
“Ia datang bersama hembusan angin. Kali ini sembari menatap mataku, Ishtar mengatakan bahwa hanya lelaki penjelajah yang berani menerima dirinya namun tetap menghormatinya, lelaki penjelajah yang berani mengalahkan ketakutan akan diri sendiri, dan bertualang menghidupi hasrat hidup, yang akan menerima hadiah darinya. Ia akan memberikan tubuhnya, namun tidak dapat kumiliki“ kata Ronin berwajah codet
“Apa maksudnya itu?“ tanya Ronin berkulit rusak
“Pada saat ia mengatakan akan memberikan hadiah tubuhnya, ia pun menghipnotisku. Aku jatuh telentang, masih tersadar namun tak mampu bergerak. Dengan sihirnya dalam sekejap ia melucuti seluruh pakaian yang kukenakan. Ia pun juga melucuti seluruh pakaian yang ia kenakan. Sungguh kecantikan yang rupawan, tubuhnya pun elok sempurna. Ia benar benar dewi dari kahyangan. Ia mendekap tubuhku lalu menciumku. Aku merasakan api dalam tubuhku menyala kembali, tidak panas namun hangat, ia membara namun tidak berkobar. Ishtar menyetubuhiku, aku mampu merasakan saat ia membenamkan batang kelaminku ke dalam liang kelaminnya. Dan aku menikmatinya. Sembari menindihku, ia berbisik di telingaku, bahwa aku harus terus mengejar hasrat dan kehendak terbesar diriku itu, dan ia akan selalu ada disana, dalam setiap petualanganku“ kata Ronin berwajah codet
“Menurutku Lilith ataupun Ishtar adalah penyihir perempuan yang kuat dan akan terus hidup memilih kehidupan yang merdeka. Ia adalah dewi yang turun bagi semua lelaki penjelajah dan pemberani, membimbing para lelaki itu, serta mengisi kehidupan mereka, namun tidak ada lelaki yang berhak atas diri dan hidup Lilith yang merdeka“ kata Ronin berambut panjang
“Kau sendiri, apa maksudmu dengan kehormatan sebagai samurai ? Bukankah semua samurai sama saja, senjata bagi tuannya?“ tanya Ronin berwajah codet kepada Ronin berkulit rusak
“Kau tahu, sebentar lagi akan terjadi perang yang sangat besar. Aku mampu merasakannya. Mereka yang berkuasa akan saling membantai satu sama lain untuk menjadi pewaris tahta dewa matahari. Samurai beradu samurai. Shogun melawan shogun. Tuan tanah akan memakan tuan tanah. Dan para petani dan rakyat jelata akan mati di tengah tengah. Saat saat itu sudah dekat. Pada saat itu terjadi, akan ada seorang shogun yang melawan dominasi kuasa dewa matahari. Ia berada diluar semua motif peperangan tersebut dan menentang semua ambisi untuk kekuasaan. Dalam perlindungannya rakyat jelata mendapatkan rasa aman yang mereka butuhkan. Di bawah pimpinannya, para petani akan diperlakukan bak saudara sendiri. Aku akan bertarung bersama shogun itu, dialah yang layak aku bela. Menjadi samurai bagi shogun tersebut adalah kehormatan bagiku, karena ajaran bushido selalu berkata untuk hidup dalam setiap tetesan nafas demi melindungi semua yang lemah. Mati dalam pertempuran pun aku rela“ demikian kata Ronin berkulit rusak
“Kawan, malam semakin menua, arak sudah hampir habis. Sebelum beristirahat, marilah kita bersulang sekali lagi untuk kehidupan kita.“ kata Ronin berambut panjang
“Baiklah, aku bersulang untuk kehormatan sebagai seorang samurai“ kata Ronin berkulit rusak sambil mengangkat gelas bambu berisi sake miliknya
“Semoga kau tetap mati terhormat dalam pertempuran kawan“ kata Ronin berambut panjang
“Aku bersulang untuk semua petualangan dan harta terbesar bagi lelaki yang berani menjelajahi bumi“ kata Ronin berwajah codet
“Semoga kau menemukan harta itu kawan, apapun itu bentuknya, minimal Lilith atau Ishtar, siapapun dia sebenarnya, akan selalu membimbingmu dalam pelukannya saat kau lelah bertualang“ kata Ronin berkulit rusak
“Dan aku bersulang untuk semua narasi akan rumah, serta kerinduan akan kehangatan dan kedamaian dalam hidup“ kata Ronin berambut panjang sambil mengangkat gelas sakenya
“Aku mengucap selamat kepadamu kawan, semoga perempuanmu kelak tidak membunuhmu untuk kesekian kalinya, agar engkau menemukan rumah yang hangat dan damai itu“ kata Ronin berwajah codet
Malam yang semakin menua menyisakan kegelapan yang teramat��pekat. Bulan purnama merah sempurna seperti darah yang memancar dari luka semua samurai. Lolongan serigala hanya sesekali terdengar di kejauhan. Namun pada malam itu sama sekali tidak ada monster menyeramkan yang datang, jauh berkebalikan dengan dongeng para tetua desa yang telah menjadi legenda yang diceritakan turun temurun. Purnama darah hanya telah memberikan energi bagi ketiga Ronin tersebut untuk saling mengungkap cerita dari sisi gelap kehidupan masing masing. Sisi gelap yang kadangkala tersebutkan dalam kisah umat manusia sebagai kengerian. Namun justru dengan merangkul sisi sisi gelap itu, para Ronin tersebut mampu menghidupi hasrat dan kehendak mereka masing masing. Dan menghidupi hasrat serta kehendak, sejatinya bukanlah untuk manusia yang imajinasinya telah terkurung semenjak lahir. Ia keluar tumbuh liar ketika manusia menerima iblis yang telah tercerahkan dalam dirinya, bara api yang membimbing jiwanya. Untuk itu, para Ronin tersebut bersulang untuk yang terakhir kalinya, tepat di bawah purnama darah.
08 Desember 2017
0 notes
Text
Selamat Pagi Mimpi
Tadi malam saya menonton ulang film Selamat Pagi Malam, disaat yang sama teman perempuan saya membicarakan mengenai ironi realita di negeri ini, semua serba terbelakang namun semua berbahagia terhadap hal itu, dan disaat yang sama pula di otak saya masih terngiang ngiang kenyataan bahwa kita tidak akan bisa menuliskan masa depan jika kita masih disandera oleh masa lalu. Sebenarnya adalah sangat menyedihkan untuk terus menerus hidup dalam ironi yang dihasilkan oleh realita realita tersebut dan keterasingan dari ironisme itu sendiri. Ini bukan sekedar tulisan tak tentu arah yang penuh marah, namun juga muak oleh berbagai pretensi ego yang megalomania dari manusia ibukota yang ironis ini, namun disaat yang sama, saya juga masih memiliki sedikit harapan bahwa kita masih bisa memiliki hari esok yang lebih baik.
Jakarta dimalam hari adalah sihir yang menjadi nyata. Ia adalah cermin ajaib yang selalu menyembunyikan goresan luka dan ketidaksempurnaan tubuh perempuan yang ingin mengenal kembali cinta. Ia juga menjadi narkotika yang menghalusinasi lelaki yang berusaha berjalan melawan arah angin. Abrakadabra, semua terlihat indah di depan mata.
Semua orang membenci sihir, namun semua orang terpukau dan menyukainya. Semua orang membenci narkotika, namun semua orang menikmati halusinasinya. Dapatkah semua orang berhenti berjalan diatas titian tali hipokrisi ? Karena temali tersebut rapuh, dibuat dari serabut ingatan kebanggaan egosentris yang mudah tercerabut, berserak dalam gurun asa yang kering akan cinta, tenggelam dalam lautan keinginan yang tak terucapkan keberhadiran.
Lalu apakah yang nyata ? Ataukah ia hanya sejenis realitas fiksi dalam sejumput dunia fantasi ?
Karena tidak ada yang lebih nyata dari goresan luka yang selalu ingin disembunyikan seorang perempuan dari tubuhnya sendiri. Mengenal kembali cinta adalah mengenali kembali tubuhnya, menerima ketidaksempurnaannya, serta membasuh air mata yang menangisi ingatan akan luka tersebut. Luka adalah partikel teror, ia akan terus menghantui. Hanya dengan menerima jejak jejak kengeriannya maka perempuan itu mampu membalut luka tersebut dan menghidupi cinta dalam dirinya.
Tidak ada juga yang lebih nyata dari kekeras-kepalaan seorang pria yang sedang membangun narasi hidupnya sendiri. Ia tidak peduli berapa kali dunia melemparkan bebatuan yang pecah di kepalanya. Ia tidak peduli berapa banyak sekutu yang telah membangun tembok pemisah dari dirinya. Berapapun pertarungan yang telah ia lakukan, ia tidak sedang membangun monumen kebanggaan, ia hanya menyelamatkan harapan yang berdesakan. Ia tidak sedang berpura pura sebagai anak muda yang memberontak tanpa godaan. Tidak jarang ia lari karena terkalahkan. Namun ia bukan pengecut, ia berlari karena tahu esok hari masih banyak pertarungan menanti, dan sejumput asa yang harus ia lindungi. Karena hanya dengan bertarung, meski seorang diri, ia akan tetap menghidupi harapan tersebut.
Perempuan itu bukanlah Alice yang tersesat dalam ilusi cerita fiksi Wonderland. Dan lelaki itu bukan lagi samurai petarung yang menjual harga dirinya pada seorang tuan tanah dijaman Edo demi seremah dunia. Mereka adalah dua kisah dari antologi penafsir kepedihan.
Pada air mancur di Bundaran Hotel Indonesia mereka terjukstaposisi dalam diam, menghadap kolam yang telah pekat dengan kemuakan egosentrisme, sembari gemerlap lampu kota membiaskan bayang patung Selamat Datang yang menyambut mereka kedalam gelombang metropolutan. Realita tempat mereka dilahirkan memang akan selalu terbelakang, setidaknya itu yang dikatakan Nostradamus melalui cerminan air kolam Bundaran Hotel Indonesia. Dan gemerlap lampu kota di negara dunia ketiga bak ilusi yang menarik kumpulan laron untuk berbahagia secara sia sia dimusim penghujan. Tidak pernah ada keindahan mengenainya. Namun mereka berdua juga tahu, bahwa mereka harus terus berjalan menuju terbitnya matahari. Karena hanya dengan cahaya mentari, maka masa lalu hanyalah bayang bayang yang akan terus berjalan di belakang mereka, dan tidak pernah berkesempatan menjadi hantu ingatan yang mengerikan.
Dengan penuh ketakutan lelaki itu berusaha menggenggam tangan kecil perempuan itu. Gestur yang aneh dihasilkan saat ia tidak ingin tekstur kasar kulitnya menorehkan luka pada perempuan itu, karena ia tahu telah cukup banyak luka yang tergores pada tubuh sang perempuan. Dengan penuh keraguan, jemari lentik perempuan itu menyambut tangan kasar sang lelaki. Perlahan ia membenamkan tangan kecilnya dalam genggaman sang lelaki, bukan sebagai kompensasi rasa aman, melainkan karena mulai merasakan tekad yang mengalir dalam pembuluh darah sang lelaki.
Dua entitas asing itu berjalan bersisian menuju sebuah bukit di ufuk Timur, namun bukan sebagai keterasingan yang baru. Mimpi mereka mungkin berbeda, namun mereka menghidupinya dengan cara yang sama. Dan tidak pernah ada kemewahan yang lebih membahagiakan daripada memiliki teman bertarung bersama, mempertahankan asa, dan menyirami cinta. Hidup ini terlalu singkat untuk dinikmati sebagai keterasingan yang menyedihkan.
Selamat pagi mimpi, semoga semesta terus memberi energi yang menghidupi !
31102017
0 notes
Text
Ronin, Pemain Sitar, dan Anjing Penari
Teman saya memanggil saya Ronin, dan saya menyukainya. I feel that it suited me. Dan tiba tiba otak saya langsung mendapatkan ide absurd untuk membuat cerita tentang Ronin. Ini ceritanya
Di sebuah kota kecil di tepian hutan cemara, tersebutlah seorang Ronin. Pada masa mudanya ia adalah seorang Samurai yang cukup ditakuti, namun kini ia hanyalah seorang pendekar tanpa tuan. Ia adalah seseorang yang telah mengembara ke tujuh benua dan tujuh samudera, tidak pernah ada yang bisa menebak keberadaannya, pun kemana ia akan pergi. Bahkan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana caranya ia bisa bertahan hidup hingga sejauh ini. Mungkin hanya luka luka di tubuhnya yang bisa menceritakan mengenai dirinya.
Akhir akhir ini Ronin itu selalu mampir ke sebuah kedai teh di pinggiran kota untuk makan malam. Ia selalu datang melepas lelah setiap malam di kedai tersebut pada waktu yang sama, duduk bersila di meja yang sama, memesan menu makanan yang sama, dan selalu memesan sake yang sama. Nampak semacam sebuah rutinitas yang sama seperti yang dilakukan oleh pengunjung kedai yang lain. Namun yang tidak diketahui oleh orang orang yang mampir ke kedai tersebut adalah Ronin tersebut datang karena terpikat oleh lagu lagu yang selalu dimainkan oleh seorang perempuan pemain sitar. Lagu lagu si pemain sitar adalah sihir yang membuai jiwa sang Ronin.
Pada suatu malam ia datang ke kedai tersebut untuk memulai rutinitasnya. Namun alangkah terkejutnya ketika ia melihat bahwa meja tempat ia biasa menghabiskan makan malam dan sake kini dipakai oleh seekor anjing. Dan ia lebih terkejut lagi ketika melihat anjing itu menari nari diatas meja dengan mengangkat dan menggerak gerakkan kedua kaki depannya mengikuti irama lagu dinamis yang dimainkan oleh pemain sitar. Bahkan ekspresi wajah si anjing tersebut nampak gembira. Dalam sekejap sang Ronin merasa cemburu, anjing itu telah merebut kebahagiaan kecilnya.
“Siapa kau anjing, apakah kau siluman, berani beraninya mengambil meja tempatku duduk”, bentak sang Ronin dengan suaranya yang menggelegar
Si anjing yang kaget kemudian membalas, “Kau sendiri siapa, seenaknya saja mengklaim meja ini”
“Ia Ronin, ia setiap malam kesini untuk mendengarku bermain sitar”, ujar si perempuan pemain sitar kepada si anjing untuk menengahi percekcokan itu
“Kalian berdua duduklah bersama, mungkin aku bisa memainkan lagu yang menghibur kalian, aku juga akan mendengarkan cerita cerita kalian”, tambah si pemain sitar dengan lembut untuk mencegah mereka berdua kembali cekcok
Inilah yang selalu disukai oleh sang Ronin tersebut. Sambil bermain sitar, perempuan itu selalu membiarkan sang Ronin untuk bercerita mengenai apa saja. Mulai dari cerita mengenai para petani yang menanam tomat dan sayur mayur ajaib di selatan hutan kota tersebut, hingga kepada cerita cerita tentang bagaimana ia memanah matahari di ufuk barat, melukainya hanya demi mengambil bulu bulu emasnya untuk ia jual. Tidak peduli apakah cerita itu benar benar terjadi ataukah hanya bualan sang Ronin, perempuan itu selalu mendengarkannya sembari bermain sitar. Walau sang Ronin juga mengetahui bahwa sembari bermain sitar, mata sang perempuan itu selalu diam diam menyelidik masuk kedalam batinnya untuk mencari tahu banyak hal, namun sang Ronin selalu membiarkannya. Baginya, keberhadiran si perempuan di kedai tersebut beserta lagu lagu yang dimainkan dari sitarnya adalah sebuah kemewahan yang jarang ia dapatkan seumur hidupnya.
“Kau tahu, tadi aku bisa melukaimu dengan pedangku, bahkan mungkin juga bisa membunuhmu”, kata sang Ronin kepada si anjing
“Oh ya ?, kau tidak menyeramkan buatku, kau tidak tampak seperti pembunuh”, demikian balas si anjing
“Tahu apa kau soal kengerian, aku telah membunuh banyak orang, membunuh atau melukai seekor anjing ataupun siluman anjing, siapapun sebenarnya kau, hal itu tidak akan menjadi persoalan besar buatku”, demikian kata sang Ronin
“Jika kau seorang pembunuh, mestinya kau memiliki tuan, tapi aku tidak melihatnya”, tanya si anjing
“Aku tidak suka memiliki tuan, seorang laki laki semestinya adalah tuan bagi dirinya sendiri”, jawab sang Ronin
“Kau adalah seorang Samurai, jika kau tidak memiliki tuan, kau tidak memiliki kehormatan, jika kau tidak memiliki kehormatan, seharusnya kau melakukan seppuku”, balas si anjing
“Jika aku melakukan seppuku, maka seharusnya semua Samurai di negeri ini juga melakukan seppuku”, sanggah sang Ronin
“Tolong katakan padaku, apakah ada kehormatan bekerja pada tuan tanah yang tamak ? Apakah ada kehormatan menghilangkan nyawa banyak orang dengan upah sejumput beras dan sepotong daging ? Apakah ada kehormatan dengan menjadi boneka para tuan tanah yang membuat cerita sandiwara Kabuki nampak semakin buruk ? Apakah ada kehormatan jika nilai nilai hidup yang kau pikirkan selama ini selalu terpinggirkan oleh semua kepentingan para shogun ?” demikian tambah sang Ronin
“Hidup terkadang tidak membutuhkan kehormatan begitu banyak, namun yang jelas hidup membutuhkan banyak cinta”, kata si perempuan
“Aku ingin memainkan sebuah lagu tentang seekor burung yang menikmati hidupnya dengan berkelana mengelilingi bumi untuk kemudian kembali ke sarang, maukah kalian mendengarnya ?”, tanya perempuan pemain sitar kepada sang Ronin dan si anjing secara tiba tiba
Perempuan itu kemudian memainkan jari jemari lentiknya memainkan sebuah lagu. Kepiawaiannya membuat ia dapat mengalunkan sebuah lagu yang teramat merdu dan menghipnotis sang Ronin yang mendengarkannya dengan seksama.
“Ini pasti lagu tentang pterodactyl, kau tahu kan burung purba yang berparuh besar itu ?” potong si anjing secara tiba tiba
“Tidak ! ini lagu tentang burung bangau”, balas sang Ronin
“Pterodactyl menurutku, karena ia lebih dinamis daripada burung bangau”, kata si anjing
“Bangau !”
“Pterodactyl !”
“Bangau ! Tahu apa kau tentang binatang ? Bahkan kau sendiri anjing yang tidak menyerupai anjing yang lain, kau tidak mengenali kodratmu sebagai anjing”, bantah sang Ronin
“Aku berani bertaruh ini Pterodactyl, kau ini sangat tidak sensitif, kau harus tahu, ketika aku mendengarkan nadanya, aku langsung ingin melakukan ini”, demikian kata si anjing menjelaskan kepada sang Ronin sembari melakukan sebuah tarian yang aneh
Anjing itu lalu menyambar taplak meja, mengikatkan di lehernya. Ia lalu berdiri dengan kedua kaki belakangnya, lalu mengangkat dan merentangkan kaki depannya. Dan dengan tata cara yang ritmis namun kaku, anjing itu bergerak maju dan mundur berulang ulang, tidak lupa sambil mengangguk anggukkan kepalanya yang panjang dan menjulurkan lidahnya. Sebuah tarian yang aneh.
“Mungkin memang mirip Pterodactyl”, demikian kata si perempuan itu
“Benar kan kataku, Pterodactyl”, demikian kata si anjing
“Tidak, yang aku maksudkan adalah dirimu, tarianmu sungguh mirip Pterodactyl jantan yang sedang birahi, yang merentangkan sayap mempertontonkan kekuatannya untuk mengintimidasi pejantan lainnya, lalu memekarkan bulu bulu halus di lehernya dan memamerkannya kepada sang betina”, sanggah si perempuan itu
Si anjing yang salah sangka tersebut hanya bisa duduk terdiam dan bengong
“Kau sungguh lucu, aku sering melihatmu mengais ngais sisa makanan di kedai ini, dan sesudah mendapatkan makanan yang enak, kau merapikan kembali sampah sampah itu, tidak jarang pula kau mengangkat kedua kaki belakangmu ataupun kedua kaki depanmu, lalu melompat lompat mengikuti irama lagu yang kumainkan, aku sering melihatmu dari balik jendela kedai ini, mungkin suatu hari aku akan membuat lagu untukmu, anjing penari yang mencintai hidupnya”, tambah si perempuan
Si anjing yang mendapatkan pujian lalu tersenyum tersipu dan duduk salah tingkah. Memang perilaku jenaka anjing ini lebih mirip seorang anak kecil dibandingkan seekor anjing liar.
“Esok aku akan pergi, aku ingin memainkan lagu untukmu”, kata si perempuan kepada sang Ronin
“Kemana kau akan pergi ?”, tanya sang Ronin
“Aku pergi bersama rombongan sirkus ke sebuah negeri tua di bumi utara, kira kira selama 2 atau 3 purnama, namun aku tidak tahu pasti”, jawab si perempuan
“Apakah aku akan bertemu dirimu kembali ?”, tanya sang Ronin gusar
“Jika sang waktu tidak mencuri diriku, kau pasti akan bertemu kembali denganku, aku akan kembali mendengarkan semua cerita kehidupanmu sembari memainkan lagu untukmu”, jawab si perempuan kembali
“Baiklah, mainkan sebuah lagu yang indah untukku malam ini, mungkin lagu tentang burung bangau”, pinta sang Ronin
“Ini lagu tentang rumah, pada sebuah negeri diatas awan”, jawab si perempuan sembari memberikan senyumnya kepada sang Ronin
Si perempuan kembali memainkan jari jemari lentiknya, mengalunkan nada nada merdu dari sitarnya.
“Sungguh lagu yang indah”, kata si anjing sambil menguap. Iapun lalu tertidur di samping sang Ronin.
Sementara itu sang Ronin masih terus menikmati lagu merdu yang dimainkan oleh si perempuan. Ia memejamkan matanya, menghayati nada demi nada yang mengalun dari sitar yang tak berhenti dimainkan oleh jemari lentik si perempuan. Rembulan malam semakin menua, kedai tersebut sudah tutup karena tidak ada lagi pengunjung selain mereka bertiga. Disana sang Ronin membiarkan sukmanya terbius pergi mengikuti sihir alunan nada sitar dari perempuan itu. Karena sang Ronin tahu, ini adalah kemewahan hidup yang jarang ia dapatkan.
28 Agustus 2017
0 notes
Text
Transjakarta Harmoni Kalideres
Saya menulis “igauan” ini sejak akhir 2016, namun baru bisa menyelesaikannya sekarang, karena menulis hal yang seperti ini membutuhkan energi yang cukup besar. Terutama energi untuk mengingat dan mengumpulkan kembali fragmen fragmen masa lalu. Jika sedang tidak capek hati, silakan klik “keep reading” untuk membaca cerita absurd ini
... ... ...
Dari jembatan penyeberangan Harmoni aku bisa melihat jelas, matahari yang terbenam di sudut barat ibukota, memunculkan imaji tentang rumah. Dan imaji tentang rumah, seringkali bukanlah kisah para petualang yang gagah berani, namun cerita tentang penerimaan diri untuk mencintai hidup.
Tak lama para pekerja pun berduyun duyun datang dari berbagai penjuru kota, lalu berbaris rapi bak koloni semut api yang akan membuahi ratunya. Sang ratu selalu menjadi dewi bagi koloni semut api, yang memberkahi diri dengan energi kehidupan.
Beberapa saat berselang, sebuah kotak besi datang, mempertukarkan manusia yang menumpang menuju kebebasan kecilnya masing masing. Tak pernah ada kebebasan absolut, namun semua orang mampu mencipta surga kecilnya sendiri, diantara kepungan neraka industri.
Dinginnya AC dalam kotak besi ini sejenak mengingatkanku akan gerbong kereta 2046nya Wong Kar Wai. Terasa beku, terasa hening, berjalan perlahan menuju keterasingan yang aman. Persis seperti naskah bisik bisik Jakarta dalam gumaman bujuk rayu Seno Gumira.
Wajah wajah para pekerja yang berjejalan bak ikan sardin ini memang terasa asing, setidaknya terasing dibalik jaket jaket tebal mereka yang aman. Namun sorot mata mereka yang tersinari oleh pendaran cahaya ponsel pintar memancarkan sebuah keakraban. Bagi mereka, ponsel pintar adalah kendaraan untuk menyingkat jarak dan melompati tembok keterasingan. Aku lalu melihat sebuah keintiman yang terasa lekat dengan ingatan. Sebuah ingatan akan rasanya kembali menjadi manusia.
Siapakah yang ada dibalik layar ponsel pintar mereka ? Anak ? Istri ? Suami ? Pasangan ? Selingkuhan ? Siapapun itu aku merasa iri. Iri akan keintiman yang menjadikan mereka manusia kembali.
Mereka bukanlah batere isi ulang dari sebuah ponsel murah. Mereka bukanlah orang orang putus harapan yang berbaris pulang saat mentari terbenam. Mereka telah mampu mencipta surga kecilnya masing masing.
Mereka adalah orang orang yang telah merasakan narasi narasi gaib dalam syair Joko Pinurbo. Cerita senja, celoteh cinta, sungai coklat, susu cantik, pantat nungging, dan segenap syair remeh temeh kehidupan lainnya. Maka terkutuklah Seno Gumira yang menyerapahi mereka, mungkin memang ia sedang menggigau dalam affairnya.
Lalu bagaimana dengan halte halte tempat singgah mereka ?
Dari balik kaca gelap bus Transjakarta aku melihat temaram cahaya halte halte tersebut. Aku merasa simpati kepada semua halte itu. Tidak pernah ada yang mewah dalam sebuah persinggahan. Drama dan romantika didalamnya hanyalah saput metafora. Sejenak kita merasakan ilusi keindahan yang rapuh, sekejap itu pula realita dengan gagah berani merebutnya kembali.
Dari sebuah kamera CCTV aku mengetahui cerita, tentang seorang perempuan yang menanam bunga melati dan anyelir di halte Transjakarta. Setiap pagi ia selalu menyiram dan merawat tanaman tersebut, hingga halte itu menjadi indah, seindah perempuan itu sendiri. Namun suatu pagi seusai menyiram tanaman, perempuan itu berubah menjadi seekor burung bangau dan pergi menuju sudut sudut cakrawala yang jauh serta tak pernah kembali. Tak lama berselang, bunga bunga itupun mati, dan halte tersebut kehilangan keindahannya yang sempat menghiasi lembaran catatan kota.
Dari cerita seorang pedagang asongan aku juga mengetahui cerita, tentang perempuan yang menunggu bus yang tak kunjung datang. Dalam kebosanannya ia selalu mencakar bangku bangku plastik di halte itu dengan kuku kuku tajam dari jari jemari lentiknya. Ia menorehkan sejumlah narasi, catatan luka bagi halte tersebut, sebelum ia kemudian mematut diri dari cermin kotak bedak sesaat sebelum bus yang ia tunggu datang menjemputnya.
Dari sebuah koran kuning ibukota akupun mengetahui cerita, akan seorang perempuan muda yang menyimpan kemarahan kepada dunia. Ia adalah perempuan bohemian yang setiap malam selalu meminum arak dan menyerapahi congkaknya dunia dengan nafas naganya. Lalu sebelum tertidur pada saat menjelang pagi, ia akan membasahi bangku bangku halte tersebut dengan tangisnya. Tangis yang terwujud ketika kerasnya realita telah melelehkan kemarahan dalam hatinya. Selalu begitu, berbulan bulan, bertahun tahun, dan halte tersebut tanpa sadar telah membiasakan diri untuk menjadi rumah bagi perempuan itu. Hingga suatu siang perempuan bohemian itupun kemudian bangkit dari tidurnya dan tersadar bahwa ia adalah perempuan yang kuat. Ia lalu membersihkan sisa sisa muntahan arak, membereskan barang barangnya, lalu kembali mengembara untuk menaklukkan dunia.
Tiba tiba terdengar sebuah celetukan yang mengagetkanku. "Kamu terlalu banyak berpikir kawan", demikian suara seorang perempuan kecil yang berdiri didepanku. Rupanya diam diam ia mengamatiku dalam keheningan. Belum habis keterkejutanku, ia kembali menambahkan,"waktu memang suka mencuri, namun jangan pernah berhenti untuk menerima diri sendiri, jika kamu mencintai kehidupan, semesta akan menganugerahimu dengan segenap pekerjaan yang membahagiakan hidupmu".
Tak lama kemudian perempuan kecil itu beranjak turun dari bus yang merapat di terminal Kalideres. Ini adalah pemberhentian akhir bus Transjakarta. Dengan langkah malas akupun mengikutinya dari belakang. Namun gelapnya malam di terminal ini telah mencuri kehadiran dirinya dari diriku. Aku hanya sempat melihat sekilas senyum manisnya ketika ia menoleh kebelakang saat mengetahui aku diam diam mengikuti dirinya. Dalam kebimbangan aku berharap suatu saat akan bertemu kembali dengannya, dalam sebuah episode yang lebih damai, dimana serigala tua sepertiku duduk tenang di keheningan malam dan sesekali melolong kepada rembulan.
Disudut terminal yang lain, aku melihat seorang pedagang kaos bajakan dan pakaian murah sedang beranjak membereskan barang dagangannya. Sebuah kaos bergambar The Smashing Pumpkins dengan tagar The End Is The Beginning mencuri perhatianku. Semacam sebuah kode dari agen rahasia alam semesta kepada seekor serigala tua.
Mungkin Tuhan memang seorang penulis naskah komedi tragis yang sialan, namun malam ini aku berterima kasih pada-Nya, karena telah merawat ingatan tuaku, membersihkan kemarahan kemarahan yang mencemarinya, serta memberikan kode kode buntut-Nya, baik melalui sebuah kaos bajakan maupun melalui seorang perempuan kecil yang misterius.
Kalideres memanglah sebuah pemberhentian akhir, namun ia tetaplah sebuah persinggahan, awal bagi perjalanan yang baru. Disini aku harus kembali untuk mencintai kehidupan sembari diam diam melepaskan serpihan serpihan diri yang bersimpati kepada harmoni halte halte masa lalu. Bagi seekor serigala ini semacam perjalanan menemukan sarang di koloni yang baru. Tidak ada cerita yang heroik disini, melainkan hanya sebuah keniscayaan untuk membahagiakan diri dalam sebuah kepingan fragmen alam semesta.
25 Agustus 2017
0 notes
Text
kita adalah sepasang singa sirkus lupa rasanya mengaum saat hanyut oleh gemerlap lampu panggung hidup dalam rangkaian kandang yang dipersatukan luka buah masa yang tak ingin diungkap kata
kita merindukan imaji keindahan tentang kebebasan yang tidak pernah benar benar kita inginkan karena luka telah membiasakan segenap diri mencerabut hasrat tubuh kembali pada rasa yang mati
kita terbiasa memanggilnya takdir
... ... ...
saya meracau pada jam 2 pagi, 2 jam sebelum saya berangkat bekerja untuk melakukan pengambilan gambar. sebelumnya saya melihat sebuah video, tentang hamster yang terlempar dari putaran roda gila dan jatuh pingsan karena kelelahan. saya terkadang merasakan hal yang serupa
21 Mei 2017
0 notes
Text
jakarta, seremah surga bak gula - gula, bicara cinta namun berdusta selembar fiksi pada koran pagi yang telah basi tentang kolam ikan yang kepenuhan dan memabukkan
jakarta, kumpulan cuitan burung pekerja yang belajar menjadi manusia saling bersahutan dalam rimba kuasa dan keinginan tentang rumah tanpa jendela yang pengap oleh polusi kata usai pilkada
jakarta, arsip ingatan pada harapan yang berdesakan
jakarta, pada sebuah senja
... ... ...
kurang lebih 37 tahun saya hidup, ini puisi kelima yang berhasil saya tulis, dan inipun lebih tepat disebut racauan ataupun igauan ... semoga saya bisa meracau kembali keenam kali, ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan seterusnya
18 Mei 2017
0 notes
Text
Negeriku terbuat dari renungan Ditebar banyak ragu sekaligus dihasut oleh cinta Banyak yang termakan rayuan, tak sedikit yang patah hati lalu memilih diam Negeriku berjuang dengan sedikit keyakinan dan dihujat oleh terlalu banyak keinginan Dikaruniai bising yang lantang bicara soal kekuasaan Yang Maha atau yang mana
... ... ...
racauan ini ditulis oleh Maya, seorang teman baik yang sedang terjebak kemacetan panjang diantara Bekasi - Jakarta pada 12 Mei 2017
saya memutuskan untuk mengarsipkannya, menjadikannya abadi karena saya merasa “akrab” dengan racauannya ini
0 notes
Text
memandang setara mata
what is “pandangan setara mata” ?
it is how i see the world around me, where everything should have an equal value in life, from a corny things to a bitter story
it is another side of me, a lone wolf in the concrete jungle
here ...
i learn to appreciate the living that life given to me
i learn to seek a value without judging
i learn to sing with the devil and laugh like a joker without harming anymore people in my path
if you’re lucky, we can see each other, along the way the sun goes down in the west side of Jakarta
we can have a nice conversation around a campfire just like our ancestors usually did and maybe we can all together howling to the moon
0 notes