pemujamu
pemujamu
salsa
14 posts
suka meromantisasi kehidupan lewat tulisan
Don't wanna be here? Send us removal request.
pemujamu · 1 year ago
Text
i'm not his ocean anymore.
barangkali kita adalah dua kapal yang tak sengaja bertemu di pelabuhan, maka harapku selanjutnya, semoga kita tidak lagi berlabuh di pelabuhan yang sama. selamat berlayar di lautan kembali. jangan karam dulu, ya.
0 notes
pemujamu · 2 years ago
Text
A
katanya, semua hal yang pernah terjadi, selalu ada alasannya. tapi, lagi-lagi aku belum bisa menemukan alasan kenapa bukan aku yang menjadi harap mu, kenapa tanganmu tak bisa ku genggam lebih lama, kenapa juga harus aku yang jadi peran penggantinya; padahal orang lain pun tau aku mencintaimu lebih hebat.
tuan, aku hanya ingin menyampaikan maaf dan terima kasihku atas semua yang pernah terlewati bersama, walau dunia tak memberi kita waktu lebih lama.
terima kasih sudah mau menemaniku berjalan tanpa tau tujuan. terima kasih sudah mau mendengar ku bercerita tanpa arah. terima kasih sudah mau memberikan bahu untuk aku bersandar. terima kasih sudah mau menggenggam tanganku walau tak erat. terima kasih sudah memberitahuku rasanya luka & bahagia dalam satu waktu. dan terima kasih juga sudah bersedia menerimaku meski raga & hatimu tak akan pernah jadi milikku.
maaf karena pada akhirnya, hanya kamu yang jadi tujuanku berlabuh.
selamat melanjutkan perjalanan, tuan. jangan sampai tersesat, ya.
— tertanda, yang pernah kamu tinggalkan.
12 notes · View notes
pemujamu · 3 years ago
Text
Gugur yang Bertunas
Tumblr media
Bagaimana degupku menemukanmu di keramaian, masih menjadi misteri yang tak ingin aku pecahkan. Bagaimana hadirmu dalam mimpi-mimpi yang sebelumnya begitu gelap, turut menjadi misteri yang gamang untuk aku tuntaskan.
Pada ritme langkahku yang penuh tanya, kau bertunas bagai musim gugur untuk segala resah yang ingin aku sembunyikan dari dunia. Kau menyibaknya perlahan, membuatku ketakutan sekaligus terjerat untuk waktu yang sama.
Diantara rongga ragu, kau berjalan sekokoh pohon jati yang tak meranggas meski musim begitu pekat. Dan aku menjadi mata yang mencuri lewat kuncup agar tak kalah dalam pertempuran yang begitu hangat.
Tak ada yang ingin aku tanggalkan, luka-luka masih mengajarkan aku untuk bertahan. Meski senyummu menjelma maklumat untuk aku takluk dan menyerah.
Karena rasanya tak adil, kau telah tanya tanpa melakukan apa-apa. Sedangkan aku menjadi korban yang harus menjawab, kenapa terbitmu menjadi warna baru untuk setiap ruang yang kita hirup sama?
Sejenak setelah udara menghilang, 12 Juli 2022
78 notes · View notes
pemujamu · 3 years ago
Text
"jadi, mau sampai kapan?"
"nanti, kalau tanganku masih tergenggam, kalau netramu masih memancar, kalau raguku sudah hilang, pun kalau rasamu belum habis."
0 notes
pemujamu · 4 years ago
Text
semua yang dulu kiranya cukup, kini bukan lagi apa-apa.
0 notes
pemujamu · 4 years ago
Text
rape culture di kalangan masyarakat
Mungkin teman-teman pernah mendengar istilah rape culture, entah melalui media sosial maupun secara langsung. Eh... tapi rape culture bukan berarti bisa diartikan sebagai budaya pemerkosaan, loh. Terus apa dong? Yap, istilah rape culture digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang kerap kali menyepelekan tindak pelecehan & kekerasan seksual. Kurangnya pemahaman dan rasa kemanusiaan tentang budaya pelecehan yang kemudian menjadikan tindakan tersebut adalah hal yang wajar dan dimaklumi. Sedih ya...
Stigma negatif tentang wanita sebagai objek seksual masih melekat. Karena pola pikir tersebut, masyarakat cenderung menyalahkan korban daripada memberi sanksi sosial kepada pelaku. “Makanya pakai baju tertutup, dong!” ucapnya.
Pelecehan seksual tidak selalu mengacu pada tindakan fisik, bisa juga melalui tindakan verbal atau melalui lisan. Candaan yang mengarah pada topik seksual dan dilakukan tanpa consent kedua belah pihak juga termasuk dalam rape culture, loh. Yuk lebih aware!
1 note · View note
pemujamu · 4 years ago
Text
tapi malam masih menyapa hujan yang tak kunjung mereda. gelap pun lagi-lagi jadi ketakutan paling mencekam. deru langkah membawanya hilang bersama pikiran-pikirannya yang semu. jadi, kita sudah benar-benar sembuh, atau hanya mencoba bersembunyi?
0 notes
pemujamu · 4 years ago
Text
awal oktober yang kurang nyenengin, cuma bisa berharap kedepannya bakal baik-baik aja. semoga, ya..
0 notes
pemujamu · 4 years ago
Text
lalu pada halaman-halaman selanjutnya, kita hanyalah sepasang asing yang menyimpan kisah masing-masing.
3 notes · View notes
pemujamu · 4 years ago
Text
daripada terlalu apatis atau terlalu mengikuti arus, saya lebih suka menjadi manusia merdeka.
1 note · View note
pemujamu · 4 years ago
Text
tolong biarkan rinduku menguar bersama mimpi yang selamanya akan tetap menjadi harap. jadi tuan, jangan berhenti berkelana di setiap mimpi-mimpiku, ya?
6 notes · View notes
pemujamu · 4 years ago
Text
sedang mencari ketenangan dari ramainya isi kepala.
10 notes · View notes
pemujamu · 4 years ago
Text
ia menghilang dibalik lebatnya bunga-bunga lily di jenggala penuh luka miliknya. swastamita itu membawanya pergi, elegi-elegi renjana bahkan tak mampu lagi membuatnya kembali. ah, bumantara, tak ada yang bisa menggantikan hadirnya.
6 notes · View notes
pemujamu · 4 years ago
Text
sandyakala membawa sekelebat ingatanku 2 tahun silam.
30 menit sudah aku duduk disini. masih hening. hanya suara detak jarum jam yang terdengar.
"maaf." ia mulai bicara. "untuk?" tanyaku. "segala hal tentang kita, yang sepertinya.." kalimatnya menggantung, sepersekian detik ia menatap netraku, ragu. alisku bertaut, ia menghela napas. "maaf." lagi. oh, ayolah. apa hanya kalimat maaf yang bisa ia lontarkan?
30 menit selanjutnya, ia masih diam. aku mulai jengah. "bicara saja. apapun yang kamu katakan, akan aku terima." ucapku, pasrah. "kita harus selesai." ia menunduk, takut, mungkin(?) aku mengangguk, dan.. tersenyum. nayanika yang akan aku rindukan itu, mulai terlihat basah. dadaku sesak, bergemuruh hebat. "iya, gapapa. mungkin sujudku dan sembayangmu, belum kuat untuk menembus batas takdir. lihat, bahkan tasbihku dan rosariomu, tak akan pernah bisa jadi satu." jawabku tenang. aku bangkit, lalu pergi. meninggalkannya yang masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri. daksanya makin aksa. di bawah percikan hujan, aku menangis. bahkan langit mengerti bagaimana sendunya sore itu.
teruntuk bumantara, terima kasih untuk 3 tahun yang sama sekali tak terlupakan. maaf belum bisa melawan takdir. bahagia selalu, bataraku.
3 notes · View notes