🍂 | Sepetak rasa di langit semesta | Tempat berbincang dengan diri sendiri dan segala Keramaian dikepala
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Ada Dimana Letak Kenikmatan Itu?
Saya pernah membaca sebuah nasihat yang sederhana, tapi maknanya jika ditelisik mendalam, akan menimbulkan decak kagum betapa Allah itu Maha Sempurna atas segala kehendak-Nya. Bunyinya seperti ini:
"Nikmat itu letaknya pada batas, bukan pada kelimpahan."
Sederhana bukan? Tapi bagi mereka yang mampu memahaminya, akan memahami makna filosfis di dalamnya. Misalnya seperti ini, adanya nikmat beristirahat adalah tatkala kita lelah setelah berusaha. Bayangkan jika fisik kita tidak kenal kata lelah? Atau juga, adanya nikmat makan, setelah kita berhasil menahan rasa lapar selepas berpuasa, dsb.
Bayangkan betapa Maha Bijaksana-Nya Allah memberikan ke tiap-tiap hamba-Nya pada jumlah yang sesuai porsinya. Bayangkan jika kita tidak pernah ditimpa kesedihan, apakah kita akan tahu bahwa ternyata hikmah di balik kesedihan seringkali jauh lebih dalam daripada hikmah di balik kebahagiaan?
Kesedihan membuka ruang perenungan, mendidik hati untuk lebih lembut, dan memaksa jiwa untuk lebih dekat dengan Sang Pemilik Kehidupan. Atau juga pada keterhimpitan yang seringkali lebih mendekatkan kita pada Sang Maha Memiliki Segalanya.
Maka, jangan buru-buru mengeluh saat merasa kekurangan. Bisa jadi, di sanalah letak kenikmatan yang Allah titipkan. Bukan dalam tumpukan harta, bukan dalam kenyamanan yang terus-menerus, melainkan dalam keterbatasan yang membuat kita belajar, berjuang, dan akhirnya bersyukur.
Sebab nikmat sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa dalam kita mampu merasakan makna dari setiap yang Allah beri meski tampak sedikit, bahkan ketika terasa menyakitkan.
“Kesempurnaan tidak terletak pada tanpa celanya kehidupan, tetapi pada kebijaksanaan dalam kita menerima, mencoba memahami akan keterbatasan itu sebagai bagian dari nikmat.”
377 notes
·
View notes
Text
Menikah bukan sial siap 100%
Menikah itu bukan soal siap 100%, tapi tentang mau bertumbuh bersama.
Ekspektasi vs Realita, kadang mengira pernikahan itu hanya soal menemukan yg klik, ternyata pernikahan adalah proses menyesuikan diri terus-menerus tanpa henti.
Seni Mengalah, rumahtangga bukan ajang adu siapa hebat dan menang tapi saling memaafkan, jika pasangan melakukan salah kembalikan dengan aturan Allah, lalu buka lembaran baru.
Communication is Key, bukan soal siapa yg benar tapi siapa yg mau mendengar, bukan hanya saling bicara tapi saling mengerti dan memahami.
Konflik itu Wajar, yang bikin langgeng bukan karena tidak pernah ada konflik, tapi karna selalu mau baikan lagi dan belajar dari setiap perbedaan.
Bertumbuh Bersama, menikah bukan karena udah sama sama jadi, tapi karna mau tumbuh bersama jadi versi terbaik dari diri kita, karna kemarin adalah pelajaran, besok adalah perbaikan dan hari ini adalah momentum jadi lebih baik.
Taaruf Bukan Jaminan, harus selektif memilih karna taaruf adalah pilihan untuk memulai dengan niat baik dan tetap berjuang setelahnya.
Kolaborasi dan Kolaboratif, peran suami dn istri pasti berbeda tapi tujuan rumah tangga harus sama, support system untuk mendukung penuh meraih ridho Allah, bukan mengadu siapa yg lebih berperan.
Belajar Setiap Hari, nikah itu bukan finish line tapi start line, memulai untuk evaluasi, memulai untuk badai yang lebih besar, tiap hari harus jadi pasangan yang lebih baik.
Bukan Cuma Romantis tapi Tanggung jawab, karna menikah itu harus tau hak dan kewajiban masing-masing, dan romantis adalah bumbu pemanisnya.
Program Ibadah Bersama, bukan hanya bisnis yg perlu roadmap tapi ibadah juga keharusan agar rumah tangga semakin berkah dan satu tujuan ke JannahNya.
Bangun Perasaan Positif, tanamkan sikap positif (huznudzon) kpda pasangan agar tidak mengundang konflik yg tidak perlu.
Tumbuhkan Kepercayaan Penuh, jika sudah memilih pasangan maka harus ada kepercayaan penuh, saling menerima dan memahami.
Bangun Prinsip Bersama, rumah tangga perlu dibangun atas prinsip dan nilai agama yang kokoh sebagai panduan hidup bersama.
Pernikahan bukan hanya masalah kepuasan agar segera mendapatkan apa yang kita mau. Tetapi pernikahan yang kita tuju adalah sebuah keberkahan.
110 notes
·
View notes
Text

"Nak, memang tidak semuanya harus berbalas..."
Tak semua senandung harus menemui gema, tak semua seruan akan dibalas oleh gaung yang merdu. Ada doa yang terbang tinggi, memecah langit dengan rindu, namun layu sebelum sempat mencapai singgasana-Nya. Ada pinta yang mengalir, lembut seperti sungai, namun tenggelam di pusaran sunyi yang tak berbatas. Maka tidakkah kau mengerti? Tidak semua yang kita titipkan pada malam, akan sampai pada bintang.
Kita ini, makhluk yang menabur harap seperti petani menebar benih di ladang yang asing. Tapi apakah setiap bibit mesti tumbuh? Tidak semua tanah ramah, tidak semua musim bersahabat. Ada yang jatuh di tanah tandus, diserap oleh hampa, lalu menguap menjadi angin tanpa arah.
Dan bukankah hujan pun tak selalu menjadi berkah? Di tempat yang kering, ia adalah nyawa. Namun, di bumi yang telah basah, ia bisa menjadi beban. Begitu pula doa, ia tak selalu menjelma jawaban. Kadang, ia hanya menjadi riak kecil di lautan takdir, tak cukup kuat untuk mengubah arus.
Tuhan, yang Maha Mendengar, kadang memilih diam, bukan karena lupa, tapi karena tahu. Ia tahu kapan kita perlu dilimpahi, kapan kita mesti belajar kekurangan. Sebab, tidak semua kehilangan adalah celah, dan tidak semua penolakan adalah luka.
Maka, jika pinta kita seperti embun yang terhapus mentari sebelum sempat menyentuh bumi, mungkin bukan karena ia sia-sia, melainkan karena Tuhan sedang menyusun hujan di waktu yang lebih tepat. Jika doa kita seperti burung yang terbang, hilang di cakrawala tanpa arah, mungkin ia sedang mencari sarang yang lebih baik untuk hinggap.
Tidak semua yang tak berbalas adalah penolakan. Kadang, ia adalah cara semesta mengajarkan ikhlas tanpa syarat, dan keyakinan tanpa perhitungan. Sebab, cinta yang tulus pun tak selalu harus diterima. Dan di situlah, manusia belajar bahwa berharap adalah seni mencintai, bahkan ketika jawaban tak pernah datang.
427 notes
·
View notes
Text
Kita selalu berprasangka bahwa Allah tidak adil,
Sebab kita merasa yang paling mengenal diri kita sendiri,
merasa yang paling tahu mau kita sendiri.
Padahal...
Allah-lah yang lebih tahu segalanya.
🍂 desember - 2024
3 notes
·
View notes
Text
Media sosial yang paling tenang bagiku hanya disini.
Tidak saling dan paling menjadi "Aku" untuk beradu.
Hanya aliran kata yang bertemu untuk menjadi pengingat dan penumbuh semangat baru.
~ 🍂
0 notes
Text
Pict by @uroko
Ada luka di hati ibu yang tidak kita pahami. Ada luka di hati ayah yang tidak kita ketahui. Lalu, luka-luka itu diturunkan kepada kita tanpa mereka sadari.
Lalu kita pun menerima luka-luka itu sebagai bentuk perjalanan bertumbuh menjadi dewasa yang tidak mudah. Luka yang tumbuh dalam diri kita mungkin telah membentuk beberapa persepsi yang keliru akan beberapa hal sehingga kita menjadi takut mencoba banyak hal baru, tidak percaya diri untuk menjadi diri sendiri dan berbagai ragam bentuk kerapuhan diri yang selama ini susah payah kita sembunyikan.
Luka itu pun bisa jadi ikut andil mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan dan juga menyikapi banyak kejadian dalam hidup. Luka yang mungkin menanamkan ketakutan di alam bawah sadar kita dan menjadikan diri kita hari ini, membawa luka pengasuhan.
Tetapi dilain sisi, seiring tumbuh besar dan menyaksikan berbagai dinamika kehidupan sebagai orang dewasa, kita mulai menyadari; menjadi orang tua itu sulit dan tak mudah, mengasuh itu penuh lelah, membesarkan itu penuh pengorbanan dan mendidik itu penuh tantangan. Menjadi yang sempurna tanpa cela bagi anak rasanya mustahil.
Ruang hati kita pun, mulai melapang menyakiskan kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam dunia orang dewasa. Pemakluman dan rasa maaf menghadirkan perasaan untuk menerima dan berdamai dengan apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Seandainya orang tua kita tahu bahwa mereka membawa luka pengasuhan dan memiliki cara untuk menyembuhkan diri mereka di masa lalu agar rantai luka itu terputus dan tidak menjangkau kita, mereka pasti akan melakukan segala cara. Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari bahwa luka itu ada dalam diri mereka dan menemukan cara untuk memutus rantainya.
Ilmu pengasuhan tidak berkembang sepesat zaman sekarang. Sehingga mereka pun membawa luka itu dengan berat dan susah payah. Sehingga di masa kini, aku telah tiba pada titik kesimpulan yang selalu berusaha ku ingat dan pahami bahwa; tak ada orang tua yang sempurna tapi setiap orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Semoga tak ada satupun sikap dan perbuatan yang akan kita sesali di masa yang akan datang perihal bagaimana kita menjalani hari-hari bersama orang tua kita di masa kini. Berikan yang terbaik, selagi mereka masih ada disisi.💐
Mendung, 19 Desember 2023 13.12 wita
451 notes
·
View notes
Text
Kita sembuhkan sama-sama, ya.
Sebab luka masa lalu tidak mudah berlalu. Apalagi ia sudah menetap di kepalamu, di matamu, di jiwamu.
Aku tidak tahu sebesar apa ombak itu. Tapi semoga aku bisa menjadi karangmu, meski kuatku juga kadang tak melulu, meski tegarku juga kadang tak sebegitu.
Aku tidak tahu semenganga apa luka itu. Tapi semoga aku bisa menjadi prantaramu, meski jarak terlalu jauh untuk kita menatap, meski waktu terlalu lebam untuk kita menggenggam.
Kita sembuhkan sama-sama, ya.
Adikku 🌹
2024 ~
1 note
·
View note
Text
CINTA ~
Bahkan, rasa yang paling jujur itu hanya ada di dalam jiwa seorang Bapak.
Yang dengan diamnya justru semakin besar cintanya. Dengan amarahnya justru semakin besar rasa khawatirnya. Dengan pantauannya justru semakin besar rasa takut kehilangan di hatinya.
Bapak tahu bagaimana dunia bekerja. Bapak tahu mana jalan yang berlubang atau tidak. Bapak selalu tahu.
Tapi anaknya selalu keras kepala. Tapi anaknya selalu menutup telinga. Tapi anaknya selalu mengabaikan kata-kata.
Bapak selalu tahu.
Bapak selalu tahu bila anaknya sedih. Bapak tahu bila anaknya marah. Bapak tahu bila anaknya sedang tidak baik-baik saja.
Bapak selalu bisa mengambil beberapa moment berdua. Entah saat mengantar ke sekolah, misalnya. Atau hanya berkeliling dari rumah ke rumah saja.
Bapak akan pulang, meski saat sedang bertugas di kota luar. Demi mengantar anak-anaknya ke gerbang sekolah. Memastikan bahwa anaknya aman bersama Bapak. Itu jauh lebih menenangkan hati Bapak.
Mata Bapak yang teduh, senyum bapak yang tipis, serta suara bapak yang tegas itu, ternyata adalah sikap siaga perihal anak-anaknya. Sikap bagaimana ia menghadapi dunia yang berbahaya.
Terimakasih, Bapak.
Semoga Allah panjangkan umur Bapak.
5 notes
·
View notes
Text
Terkadang,,,
Kita hanya butuh didengarkan, bukan penghakiman.
Itulah mengapa pentingnya kita perlu melihat sosok di depan mata saat bercerita pada manusia. Jangankan yang mampu berbicara, yang diam saja pun belum tentu bisa menjaga rahasia. Yang diam saja pun belum tentu tak mampu menggerutu. Yang diam saja pun belum tentu mampu kuat menerima setiap kata.
🍂
@penasemesta
22 notes
·
View notes
Text
Mengejar Keterlambatan
Kenapa ya, orang-orang disekeliling kita selalu mengatakan, "Kamu gak pengen ngejar temen-temenmu?" "Mau sampai kapan gini terus, gak pengen kayak temen-temenmu?" "Kamu lho sudah harusnya gini, kayak temen-temenmu." Apa semua hal perlu kita kejar untuk bisa dikatakan seimbang?
Aku tidak mengerti, mengapa sebagian dari kita terlalu menyeimbangkan hidup individu satu dengan yang lain. Padahal jika dilihat dari bagaimana cara kita hidup, sudah berbeda.
Jika benar keterlambatan itu ada, bukankah kita punya tujuan masing-masing untuk berhenti dipemberhentian mana yang kita inginkan? Mungkin yang hampir sama dilalui prosesnya hanya sampai tamat SMA. Setelah itu, perjalanan bisa dimulai dari banyak hal, ada yang fokus pendidikan, ada yang fokus meniti karir, menikah muda dan lain sebagainya. Lalu keterlambatan mana yang harus dikejar jika tujuan kita berhenti saja sudah berbeda?
Jika memang benar aku terlambat, lalu siapa yang aku kejar untuk tidak terlambat?
Jika memang aku tepat waktu, lalu mengapa semua orang tidak menyetujui itu?
Sragen, 19 Agustus 2024 Dalam memahami-Mu
31 notes
·
View notes
Text


Kamu bisa jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama, tapi kamu tidak bisa memberikan rasa percaya kepada orang lain untuk kedua kalinya.
Itulah mengapa rasa PERCAYA jauh lebih tinggi dibanding rasa CINTA.
🌻 ulissaragih
100 notes
·
View notes
Text
Hi,
Lelah Ya ?
Yuk ! peluk hatimu sebentar.
Tidak apa-apa tangismu dipecahkan,
Tidak apa-apa amarahmu diledakkan,
Tidak apa-apa sujudmu dipanjangkan.
Namun, semangatmu pun harus dibangkitkan.
Di sana ...
Ada banyak harapan yang masih bisa di usahakan.
Ada banyak hal yang masih menunggu untuk diselesaikan.
Ada banyak limpahan kasih sayang yang mengelilingimu disekitar.
Kita hanya perlu - sadar & sabar -
🍂 2024
3 notes
·
View notes
Text
Kau tidak akan menemukan 'Aku' yang lain dimana pun,
sebab yang tahu hanya jari dan buku.
Bahkan terkadang Aku pun kehilangan diriku.
Terkadang dikuasai amarah, Terkadang penuh keceriaan, Terkadang banyak bicara, Terkadang diam seribu bahasa.
Jadi, Aku yang sebenarnya yang mana?
Adalah aku yang sedang tidak bersama siapa-siapa.
Adalah aku yang riuh dengan segala isi kepala.
Adalah aku yang sibuk dengan pikiran-pikirannya.
Adalah aku yang ingin lebih banyak membaca.
Adalah aku yang ingin tanpa hiruk pikuk kota.
Adalah aku yang tidak ingin sendirian, tapi ingin sendirian.
🍂
16 notes
·
View notes
Text
Selamat berpetualang di bumi Allah.
Benar,
Dunia adalah tempat berjalan,
Bukan peristirahatan ataupun tempat santai-santai.
- Kuatkan iman,
Sebab tidak semua gelombang mampu di hadang dengan segenggam telapak tangan.
- Kuatkan tujuan,
Sebab akan selalu ada hal-hal yang menikam saat lengah menjadi pertarungan.
- Kuatkan ikatan,
Sebab tidak semua aliran itu membawa ketenangan, kadang deras, kadang membuat penarikan yang dalam.
Hanya Allah sebaik-baik Penolong.
🪻April 2024
5 notes
·
View notes
Text
Perempuan itu tidak bisa dinilai kesholehannya dari pakaiannya.
Pakaian yang longgar dan hijab menutup dada tidak menandakan dia memiliki ilmu yang tinggi atau ibadah yang kuat. Tapi, itu menandakan bentuk kepatuhannya pada Allah. Karena memang perempuan berpakaian itu diatur oleh agama bukan dunia.
Bandung, 11 Sya'ban 1445 H.
508 notes
·
View notes
Text
Terkadang untuk memahami seseorang kita perlu menengok bathinnya, bukan dzahirnya.
🥀
2024
13 notes
·
View notes
Text
Hii.
Rindu sekali menulis di sini,
Lama tidak berbagi.
Terkadang hidup terlalu rumit untuk menjadi narasi, hingga tak mampu lagi di deskripsikan dengan rinci.
Sebagian hanya mampu di simpan, lalu hilang.
Sebagian lain di simpan, namun tak mampu di utarakan.
🍁_epw
@penasemesta
1 note
·
View note