Tumgik
petriachor-blog · 5 years
Text
232
Merayakan tua yang tidak niscaya.
Kiranya kita sama-sama tahu bahwa beberapa waktu lalu media sosial ramai oleh sebuah fitur aplikasi yang mampu mengubah foto seseorang menjadi sosok lanjut usia. Linimasa mendadak berubah 50 tahun lebih berumur. Kawan-kawan beramai-ramai mengunggah foto tua nan kisut. Teknologi ternyata sudah sedemikian canggihnya sampai sanggup memprediksi seperti apa wajah kita ketika sudah sepuh, bahkan tak hanya itu, mengubah gender pun bisa, hanya dari sebuah potret foto. Manusia beramai-ramai merayakan tua.
Dulu guratan kerut dan keriput adalah tabu, orang-orang sering menyembunyikannya dengan bermacam-macam jenis krim kulit, obat ini itu, juga kiat-kiat jitu. Dulu membuat seseorang tersinggung semudah dengan mengomentari uban atau kulit yang mulai muncul kerutan. Orang-orang lebih bangga dan bahagia apabila dibilang awet muda. Dulu, orang-orang kerap melawan tua. Sekarang justru sebaliknya. Adakah fenomena saat ini menjadi pembenaran atas betapa labil dan goyahnya jiwa manusia? Bahkan terlebih lagi—pembenaran atas terlalu larutnya manusia dalam angan-angan dunia?
Alih-alih berlomba-lomba dalam amal kebajikan, ternyata masih banyak dari kita yang disibukkan oleh bermacam-macam kesia-siaan, sibuk dengan seberapa tua atau muda fisik kita, bahkan terhadap hal yang tidak ada pada kenyataannya, seperti halnya aplikasi yang ramai tersebut. Tak perlu beralasan untuk bersenang-senang atau pembenaran palsu lainnya—akui saja, kita memang terlalu sibuk dengan hal-hal yang faedahnya hampir tidak ada. Bukankah tua atau muda, buruk atau rupawan, tak menjadi tolak ukur dimana, kapan, serta bagaimana kondisi kita saat tiba di akhir cerita? Bukankah sehat dan bugarnya badan tak memastikan waktu kita di dunia masih lama? Mengapa turut merayakan tua, padahal hal tersebut tidak niscaya?
Mengapa tak lebih mengkhawatirkan yang pasti-pasti saja; mati misalnya?
Cukuplah ayat ini menjadi pengingat: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (kamu dibiarkan hidup) sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami berbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami-(nya).”
Kemudian kita dibiarkan hidup sampai tua. Diberi kesempatan sampai renta. Di antara kita ada yang diwafatkan sebelum itu. Di antara kita, ada yang lebih dahulu dibuat tiada.
Lihat? Tua itu tidak pasti. Tua hanyalah satu dari banyak hal yang ‘boleh jadi’. Dirayakan pun percuma, buat apa, dijadikan angan-angan pun tiada guna. Kita tidak akan tinggal lama di bumi. Usia hanya sekedar bilangan, sementara ajal datang tanpa perhitungan. Siap tak siap, bila telah tiba waktunya terputus maka terputuslah segala kenikmatan.
Sebab bagaimanapun, yang pasti hanyalah kematian. Semoga Allah memberkahi dan menjadikan usia kita selalu dalam kebaikan dan ketaatan. Surakarta.
93 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Saya merindukan argumentasi cerdas yang disampaikan dengan cinta. Kritik pada substansinya bukan untuk menjatuhkan kehormatan orang lain.
Mengalahkan pemikiran yang keliru dengan disertai solusi, tanpa merendahkan.
Mengubah lawan menjadi kawan.
Menumbangkan pemikirannya namun merangkul pemikirnya.
Mengingatkan tanpa kesombongan atau tanpa merendahkan dan tanpa menjatuhkan kehormatan orang lain.
Karena Semakin luas ilmu seseorang, semakin luas pula kesabarannya. Jikapun orang lain berada dalam kekeliruan, ia tidak mencela ataupun menghakimi. Namun ‘merangkul’ dan memberikan pemahaman baik, dengan kelembutan hati. Itulah orang berilmu.
Seperti hujan yang meredam amarah gersang bumi.
https://instagram.com/gsatria
464 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Mari saling melangitkan pinta kepada Rabbi. Sungguh, doa untuk saudara tanpa sepengetahuannya adalah mustajab. Maka semoga lisan kita ringan memohonkan kebaikan bagi teman-teman kita. Karena hakikatnya kebaikan yang kita pintakan tersebut akan hadir untuk kita juga. Biidznillah.
8 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
“Marah karena sayang?”
Sebaik-baiknya tidak mendidik anak dengan ungkapan: “Orang tua marah karena sayang" Karena anak akan cenderung menganggap marah itu adalah EKSPRESI kasih sayang. Sehingga akan tersimpan dalam pikirannya, bahwa rasa sayang itu ditunjukkan dengan kemarahan.
Bentuk interaksi dengan bahasa yang baik dan tanpa emosi namun tegas adalah cara yang baik untuk mendidik anak-anak dan jelaskan dimana letak kesalahannya.
Dan sebelum itu dilakukan; mulailah bertanya kepada diri sendiri, apakah kita sebagai orang tua selalu memberi mereka contoh yang baik? Karena dengan cara seperti itulah komunikasi dua arah dapat terjalin dengan baik.
Paling utama adalah jangan mendidik anak dengan kemarahan, namun dengan komunikasi yang baik dan kasih sayang yang tulus. Jadikan kita orang tua sebagai tempat nyaman mereka untuk pulang.
Dan wajib kita sampaikan juga bahwa Allah Ta'ala memiliki sifat murka, kepada hamba-hamba-Nya yang pantas dimurkai. Seperti hamba-hamba-Nya yang tidak mau mendengar perintah dan larangan Allah. Dan Allah ridha kepada hamba-Nya yang menjalankan perintah Allah.
235 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Entah menuju al maut atau ‘menujunya’ terlebih dulu, sebaik-baik orang beriman adalah mempersiapkan bekal dengan sebijaksana mungkin menuju kehidupan kekal setelah kehidupan fana. Ialah amal shalih. Dan baktimu pada keduanya masih amatlah jauh dari cukup dan tak akan pernah bisa dikatakan cukup menebus segala payah yang keduanya telah upayakan. Maka sebelum 'penjemputan’ itu tiba, bukankah keduanya adalah orang-orang yang paling berhak engkau bersamai dengan bakti yang tulus nan ikhlas, diriku?
Sukoharjo, ramadhan sepekan secepat ini.
2 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Saat kita meminta kepada Allah agar diberikan yang terbaik atas segala sesuatu yang ada pada kita, jangan pula lupa meminta lapangnya hati dan luasnya rasa ikhlas saat menerima segala ketetapan-Nya yang ditakdirkan untuk kita.
Apa yang ditetapkan-Nya untuk kita adalah terbaik. Sebaik-baik ketetapan. Dan apa yang menurut kita terbaik, belum tentu menurut Allah itu juga terbaik.
Maka bersabarlah, wahai hati.
37 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Ilmu Komunikasi Rumahtangga
Aku pikir, ilmu komunikasi dalam rumahtangga akan digunakan saat telah resmi menjadi suami dan istri. Ternyata, berkaca dari pengalaman beberapa teman, ilmu itu sudah dipakai sejak proses menuju pernikahan. Terutama perihal perayaan pernikahan atau biasa disebut resepsi.
Yang namanya sebuah perayaan, pasti setiap dari kita memiliki mimpi masing-masing. Nanti dekornya begini, gaunnya seperti ini, makanannya, undangannya, konsep acaranya, dsb. Tidak hanya kita, begitupun calon pasangan. Memiliki mimpinya sendiri. Ditambah lagi, ada dua keluarga besar yang sering memberi masukan agar acara berjalan jauh lebih baik.
Orangtua kita maunya A. Orangtuanya maunya B. Jika kita tidak memiliki ilmu komunikasi dan konsep diri yang baik, semua akan berujung masalah. Buktinya, banyak pasangan pengantin yang bertengkar menjelang pernikahan. Bahkan ada yang sampai depresi. Bukan bahagia, proses ini malah sangat underpressure.
Namanya juga akan menjalani ibadah setengah agama. Pasti godaannya ada saja untuk membuat kita lengah dan gagal di perjalanannya. Untuk itu, melapangkan hati saat berdiskusi dengan calon pasangan maupun orangtua adalah perlu. Melindungi aib keluarga sendiri dan calon pasangan beserta keluarganya adalah wajib. Kita harus pandai mengatur pola komunikasi bagaimana caranya agar pendapat orangtua tersampaikan dan dimaklumi dengan baik oleh calon pasangan dan keluarganya. Pun, saat ternyata pendapat orangtua kita ada yang tidak diterima, maka cari cara agar semuanya terlihat baik-baik saja. Orangtua ga senewen, sensi apalagi sampai kzl sama calon besan. Haduh bahaya.
Satu hal yang saya yakini, entah diri kita ataupun calon pasangan, sama-sama berusaha untuk lapang dalam tiap prosesnya. Berusaha untuk menjaga keluarga masing-masing agar tetap baik-baik saja dan saling menyatu. Sebab pernikahan tak hanya soal diri kita dan calon pasangan, namun lebih jauh lagi semua ini melibatkan dua keluarga besar yang harus kita satukan.
Pesan seorang teman yang tak pernah ingin kusebut namanya, “nanti kalau sudah nikah, pulang ke rumah harus dalam keadaan bahagia. Meski mungkin lagi ada masalah. Sering cerita yang baik-baik soal suami dan mertua ke Mama ya? Biar Mama mu yakin kamu telah bahagia dan menentukan jalan yang tepat. Karena orangtua kalau sudah ikut campur masalah rumahtangga anaknya, bisa bahaya. Semoga Allah selalu menjaga keluargamu kelak ya. Aamiin.”
Bukti bahwa pernikahan tidak hanya butuh baper, namun butuh kesiapan ilmu dan mental. Butuh kelapangan hati dan konsep diri yang baik. Selamat mempersiapkan diri dan keluarga menuju gerbang pernikahan, ya. Bagi siapapun yang ingin melangkah, semoga Allah mudahkan, lapangkan dan lancarkan segala urusannya. Allah berkahi segalanya. Aamiin allahumma aamiin
April 2019 | Luluk Gusliyanah
88 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Tumblr media
Walaupun saya pribadi mengikuti pendapat bahwa sebaik-baik pekerjaan bagi wanita adalah didalam rumahnya, agar tetap terjaga dan terlindungi. Namun harus digarisbawahi bahwa dalam agama ini, wanita tidak dilarang bekerja, dan dibolehkan bekerja diluar rumah asalkan dengan menunaikan syarat-syaratnya dan tidak mengandung hal-hal yang dilarang syariat.
Kewajiban mencari nafkah dalam agama ini adalah kewajiban seorang lelaki (ayah/suami) sebagai kepala rumah tangga, dan tidak dibebankan kepada seorang wanita.
Walaupun demikian, memutlakkan haram atas wanita untuk bekerja begitu saja tanpa istitsna (pengecualian), fatwa ulama yang mengharamkan mutlak seperti ini menurut mayoritas ulama adalah termasuk ketergesaan. Dan tentu juga pemutlakan itu tidak luput dari pertanggungjawaban di akhirat nanti.
Jika diberlakukan pengharaman untuk semua pekerjaan atas wanita, maka mari kita renungkan bagaimana rumah sakit, wanita yang membantu proses persalinan, yang mana pasien wanita agar bisa ditangani oleh sesama wanita, sekolah khusus wanita, madrasah, dan banyak lagi bagian yang tanpa kinerja wanita, tidak akan optimal beroperasi.
Islam adalah agama pertengahan antara ifraath (berlebih-lebihan) dan tafriith (menyepelekan/meremehkan). Antara ghuluw (berlebih-lebihan dan melampaui batas) dan taqshiir (meremehkan/menyepelekan). Allah Ta a'la berfirman,
“Dan demikian pula Kami jadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (yang adil dan paling baik/terpilih)…” (QS. Al-Baqarah: 143)
Maka dalam hal inipun berlaku demikian, menempatkan hukum syariat ditempat yang semestinya. Dimana wanita dibolehkan bekerjapun dengan tetap atas seizin suaminya, dan juga memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan syariat, agar wanita tetap tidak kehilangan iffah dan izzahnya, selamat dunia dan akhiratnya.
Dan tentu saja sebaik-baik tempat bagi wanita adalah didalam rumahnya, ia yang memprioritaskan pengabdiannya didalam rumahnya. Inilah keluarga yang ideal dalam Islam, kepala keluarga sebagai penanggung jawab utama urusan luar rumah, dan wanita sebagai penanggung jawab utama urusan dalam rumah.
Sungguh jika aturan ini benar-benar kita terapkan, dan kita saling memahami tugas masing-masing, niscaya terbangun tatanan masyarakat yang terjaga dan berimbang dalam bidang moral dan materialnya, tercapai ketentraman lahir batinnya, dan juga teraih kebahagiaan dunia akhiratnya.
— https://instagram.com/gsatria
214 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Berbuat baiklah dan jangan berharap orang lain melakukan hal yang sama untukmu. Berbuat baiklah, karena engkau tau bahwa Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan itu. Jika engkau baik, maka niscaya Allah akan sandingkan dengan yang baik pula.
29 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Jadilah sebaik-baik kawan jika engkau ingin memiliki sebaik-baik kawan.
Kawan yang satu 'pemahaman'. Mengingatkan karena saling mencintai. Dan menegur karena Sang Rabbi.
4 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Berharap kepada manusia memang menyesakkan. Bahkan ketika engkau sudah mengetahui konsekuensi tersebut, namun diri tak kunjung sadar jua dari rasa harap yang hanya melelahkan.
Bukankah engkau juga tau bahwa sebaik-baik harapan adalah yang hanya ditujukan kepada Rabb semesta alam?
6 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Engkau boleh punya harapan dan keinginan. Namun Allah juga punya kehendak.
Dan apa yang telah pasti atau kelak terjadi pada hidupmu adalah tidak lain atas Kehendak-Nya. Bukan semata-mata doa, harapan atau keinginanmu saja.
Maka mengiringi ikhtiar dengan berpasrah bukankah menjadikan hati begitu tenang? Bukankah hati yang mengikhlas atas segala Ketetapan-Nya adalah jalan menuju bahagia?
Ataukah kita sudah melupa bahwa Ia Maha Mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-Nya?
Sungguh teramat dzalim lah diri ini.
9 notes · View notes
petriachor-blog · 5 years
Text
Ketika hati merindu. Namun belum jua berujung temu. Akhirnya, hanya untaian-untaian doa lah yang saling beradu.
Sukoharjo, 28 March 2019
10 notes · View notes
petriachor-blog · 6 years
Text
Ingin Menilai Seseorang?
Yahya bin Abi Katsir -rahimahullah- mengatakan:
“Ada dua sifat, bila Anda melihat keduanya ada pada diri seseorang, ketahuilah apa yang di belakang keduanya pasti lebih baik lagi:
(1) Bila dia mampu mengendalikan lisannya.
(2) Dia selalu menjaga sholatnya”.
[Kitab: Ash-Shomt, Ibnu Abid Dunya, hal: 264].
Mutiara salaf ini juga menunjukkan bahwa “siapa bilang kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya”, bila kita tidak boleh menilai seseorang dari lahirnya, lalu dari mana kita menilainya?! Bukankah kita TIDAK mungkin menilai seseorang dari batinnya ?!
Bahkan Allah Ta’ala telah menjelaskan ciri lahir para pengikut Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita dapat menilai siapa saja yang pantas disebut sebagai para pecinta beliau yang sebenarnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersamanya itu BERSIKAP KERAS terhadap orang-orang kafir tapi BERKASIH SAYANG terhadap sesama mereka. Kamu MELIHAT mereka banyak bersujud dan ruku’ untuk mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka TAMPAK tanda-tanda bekas sujud, demikianlah sifat mereka dalam Kitab Taurat.” [QS. Al-Fath: 29]
Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny, M.A حفظه الله تعالى
9 notes · View notes
petriachor-blog · 6 years
Text
Jagalah Pergaulan bila ingin Istiqomah
Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Salman rahimahullah berkata:
يبقى الصالحُ صالحاً حتى يُصَاحِبَ فاسدا فإذا صَاحَبَهُ
فَسَدَ. مِثل مياه الأنهار تكونَ حلوة عَذَبة حتى تخالط ماء البحر فإذا خالطته ملحت وَامترَت وفسَدَت
."Orang shalih (baik) akan tetap shalih selama dia tidak bersahabat dengan orang yang rusak. Jika dia sudah akrab dengan orang rusak niscaya ia akan jadi rusak.
Persis seperti air sungai yang tawar lagi segar [ yang akan terus baik ] hingga ia bercampur dengan air laut. Jika air tawar sudah bercampur dengan air laut; niscaya ia akan menjadi asin, pahit, dan rusak [ rasa tawarnya ]." (Iyqazhu Ulil Himam, hlm. 9)
Sebagian beralasan, saya berteman dengan dia supaya bisa membimbing mereka ke jalan kebaikan.
Simaklah kembali nasihat dari Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Salman berikut ini:
واحذر أن تغتر بقول المغفلين نُخَالِطُهُمْ لنَجْذبَهُم إلى الاستقامة. وهذا غلط... والصحيح هو الذي يتضرر بمخالطة المريض. وأما المريض فلا يبرأ بمخالطة .الصحيح
“Jangan sampai kamu tertipu dengan pernyataan sebagian orang bodoh yang mengatakan, 'Kami bergaul dengan orang yang jelek [ agama dan akhlaknya ] agar bisa menuntun mereka pada kebaikan.' Ini hal yang keliru!.. [ Di mana-mana ] Orang sehat yang akan terkena dampak jelek saat bergaul dengan orang sakit. Sedang orang sakit sendiri tidak akan bisa sembuh dengan bergaul bersama orang-orang sehat." (Idem, hlm. 9)
Bukan artinya kita menutup pintu nasihat untuk mereka. Tapi pernyataan beliau ini lebih terarah kepada orang yang bergaul secara intens (sering) kepada pihak-pihak di atas. Karena semua kita tahu, mana yang sebatas teman dengan mana yang berteman akrab.
Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala.
Sumber: https://t.me/nasehatetam
8 notes · View notes
petriachor-blog · 6 years
Text
Benar, ini soal waktu. Dan perihal hidayah, adalah mutlak Kuasa Allah.
Sekarang mungkin seseorang keadaannya 'sepeti itu', tapi kita tidak pernah tahu satu hari, satu bulan, satu tahun bahkan bertahun-tahun setelahnya tentang keadaan imannya.
Bisa jadi mereka yang sekarang belum mendapat hidayah, Allah berikan keteguhan akidah dan tauhid yang begitu kokok di masa depan.
Dan kita pun tidak pernah tahu akan kondisi akhir dari kehidupan kita kelak. Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbi 'ala diinik. Allahumma inni as'aluka husnul khatimah.
5 notes · View notes
petriachor-blog · 6 years
Text
Dapet kabar salah satu siswa ada yang hijrah itu rasanya nyess terharu. Teringat dulu di kelas seperti itu. Namun ternyata Allah melembutkan hatinya untuk menerima hidayah. MasyaAllah.
Semoga Allah tunjuki kita jalan hijrah yang lurus. Berilmu dengan wahyu bukan hawa nafsu. Sesuai Al Qur'an dan As Sunnah bukan kepentingan golongan. Aamiin.
0 notes