"kata-kata tidak bisa merubah segalanya, namun kata-kata dapat mempertegas pernyataan"
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
semester akhir
akhir-akhir ini banyak sekali temanku yang mengunjungi ruang dosen, tata usaha, ataupun perpustakaan. Menatap lama layar laptop dengan suara ketikan yang entah berapa kali terulang pada setiap hurufnya. Sudah berapa gelas kopi panas yang menemani dan memaksa mata untuk membuka pada malam hari?. mengejar gelar yang menjadi mimpinya, mimpi kedua orang tuanya. Mimpi yang katanya dapat merubah masa depan, merubah nasib seseorang menjadi lebih baik, dan dapat membuat hidup dalam patok ideal kesuksesan seseorang (katanya).
mereka semua terlihat sangat peduli terhadap teman seperjuangan lainnya. terlihat kompak dalam mengejar target pelaksanaan ujian sidang. terlihat bekerja sama satu sama lain, bertukar pikiran, tawa, kantuk hingga makian terhadap seorang dosen. rasa tak enak hati hadir tatkala tidak dapat menghadiri pemaparan progres penelitian seorang teman. semuanya sama.
tapi, lihatlah sayang, coba lihat lebih dekat. semua yang kau lihat, yang kita lihat, itu semua hanya kelihatannya. kita semua memiliki mimpi masing-masing, memiliki target dan keinginan masing-masing yang berbeda satu sama lain. aku dengan mimpiku dan kamu dengan mimpimu. kita hanyalah orang-orang yang terpaksa dipertemukan dan mau tak mau harus menjalani prosedur yang serupa, pada tempat yang sama. kita hanyalah sekumpulan individu yang demi kepentingan pribadi berusaha berbaur berharap kemudahan datang melalui pertolongan seorang teman. setelah semua drama ini selesai maka lihatlah, satu persatu akan meninggalkan semua keseharian yang kita kenal sebelumnya sebagai kebiasaan. satu persatu dari kita akan pergi mengejar mimpi dengan jalan masing-masing. menempuh jalanan terjal menanjak menuju puncak kesuksesan. yang lagi-lagi dalam pengertian subjektif. kita akan kembali menjadi seorang yang asing, dengan kenangan masa lalu. berpura pura mengingat seperti diri sendiri yang menolak dilupakan.
apakah semua ini kan berakhir sesia-sia itu? apakah semua yang kita lakukan akan hangus terbakar kegagalan umur 20an? apakah semua kebiasaan ini akan kembali kepada keterasingan?. entahlah, apun itu, jadi apapun kamu didepan sana, seperti apapun rupamu nanti. Soe Hok Gie pernah berpesan, kita tidak pernah menanam apa-apa, kita tidak pernah kehilangan apa-apa. pergilah dan kejar apa yang selayaknya kamu kejar, dan kembalilah dengan senyum lebar pencapaian.
Bandung, 24 Juli 2019.
0 notes
Text
Ada yang lebih membahagiakan dibanding tawa dan candaan kita pada dini hari itu. Adalah apa yang berlangsung selamanya, tidak hanya sementara seperti yang sudah sudah. Segalanya mungkin saja terjadi, dan semoga tidak hanya mimpi segala.
Bandung, 20 Mei 2019.
0 notes
Text
Daun yang jatuh
Jikalau kamu sedang merasa lelah dan memerlukan teman untuk berbagi resah. Pahamilah daun-daun yang jatuh ke tanah. Ia tanggal karena diriku yang kau tinggal.
Bandung, 9 Mei 2019.
0 notes
Text
Untukmu-Mimpiku
Mimpi ini hidup, dalam kepakan sayap yang patah. Karena bulu-bulunya yang tinggal setengah. Dan seperti dendam, mimpi ini harus dibayar tuntas. Walau semangatnya pupus bak kertas yang basah. Cukup ingatlah hari ini sebagai candaan yang mengada-ada.
Dari seseorang yang pernah ada.
Bandung, 9 Mei 2019.
0 notes
Text
Jikalau hidup itu seperti roda yang berputar. Coba jelaskan dimana titik terendah dan tertinggi tersebut, karna apa yang kurasa seperti selalu berada dalam kubangan yang becek dan kotor, atau bahkan seperti aspal keras yang panas. Bukankah kubangan dan aspal itu berada di bawah?. Atau mungkin memang roda yang kumiliki teramat sangat besar hingga lagi aku tak dapat membedakan dimana letakku berada. Entahlah di bumi atau cakrawala aku tak peduli, lagi.
Bandung, 6 Mei 2019.
0 notes
Text
masih ingatkah kamu dengan pita hitam, walkman, kopi serta segala macam hadiah yang kukumpulan dan kususun dengan sedemikian payahnya?
atau tentang segala macam skenario yang memalukan pada malam itu, yang kuharap dapat membuatmu terkejut dan sedikit tersenyum.
aku rasa kita sama-sama tau dan ingat, bahwa hal tersebut sudah berlalu. kuharap kita tidak menyesalinya.
Bandung, 9 April 2019.
0 notes
Text
Empat Tanda
pada malam bulan delapan, tanda pertama muncul bersamaan dengan perbincangan akan masa depan. Daging merah sudah tandas dilahap jiwa-jiwa yang lapar. Arang menghitam menuju padam, dengan hembusan asap yang melampaui batas imajinasi.
aku bercerita tentang harapan empat tahun kedepan. kau bercerita tentang harapan empat tahun kedepan. aku menyimpulkan mimpi kita serupa, sebelum kita dalam 1460 hari yang kunantikan. tentang bagaimana semesta dan harapan dapat menegakkan janur kuning ditempat yang kita tentukan.
bulan ketiga pada tahun yang berbeda, dua tiga empat muncul bersamaan. sesuatu yang masih saja sama, banyak orang menyebutnya rasa. kau masih sama seperti dahulu. seseorang yang kukenal keras kepala hingga akhirnya teristimewa. entah bagaimana awalnya tanda tanya besar ini muncul dalam diriku, apakah kau merasakan hal yang serupa?. kuharap semoga. sekarang coba lihat, jam yang kita pakai sama, motif baju yang kita kenakan serupa, dan sialnya kacamata itu menggenapkannya, untuk tanda dan tahunnya. maaf ini hanya tentang angan yang kuingin. semua orangpun tau kalau ini mustahil terealisasi, walau mungkin saja terjadi.
sudah kubilang, kalau tuhanmu maunya kau denganku, kau bisa apa?
Bandung, 23 Maret 2019.
0 notes
Text

Orang - orang sudah diwisuda. Memakai kemeja serta sepatu kulit bercahaya.
Orang - orang sudah seminar proposal dan kerja praktik. Berhamburan makanan dengan ucapan alakadarnya.
Aku sibuk mengembara entah kemana. Mengikuti arah angin membawaku. Pada tebing tinggi kugapai, dalam lebat hutan belantara ku jelajahi, pada arus deras sungai ku arungi, dalam jalanan panjang kuhadapi. Didepan meja, dihadapan para pengajar kunanti. Satu dari sekian banyak tanggung jawab pada kedua orang tua yang masih kuusahakan. Jurang antara tuntutan dan kewajiban, letakku di dasar yang gelap dan sunyi, kususuri setiap kelok tanda tanya yang menghadang. Akankah aku dapat seperti mereka? Seperti apa yang mereka ekspetasikan, mengenai hidup ideal begitu adanya yang serba berkecukupan dan mudah membeli belanja bulanan.
Tai kubilang, dunia kali ini terlalu menuntut pandangan, terlalu menuntut percepatan, egoisme dihantarkan, serta pemaknaan berubah total mengikuti itu semua. Terlalu takut menjadi beda dan diasingkan. Sayangnya aku hidup diantara orang-orang yang serupa. Menjadi apatis atau mengikuti arus? Tetapi aku memilih menjadi manusia merdeka, Benar Soe Hok Gie katakan. Dan aku memilih merdeka dengan jalanku sendiri karna aku percaya, setiap jalan memiliki jaringan yang saling terhubung, dimana pasti ada seseorang yang memilih jalan yang sama denganku. Kelak, duduk menikmati teh hangat diantara pagar pendek dan rumput hijau serta bau pintu dan perabotan jati, ditemani sahutan teman yang selalu memaksa untuk segera memakan masakannya.
Bandung, 23 Januari 2019.
0 notes
Text
Seperti bangkai yang disembunyikan
Didalam setengah sadarku, pikiranku terpusat padamu
Diatas roda tua yang mati, dibawah atap gelap germilap
Disampingku tercerai kacang tanpa isinya, kantung kresek yang tak bernilai harganya. Layaknya aku dimatamu. Lawan bicaraku hampir seluruhnya sama, pikiran melanglang buana entah kemana, agama politik dan cinta jadi satu semua.
Kamu dimana? Apakah masih sama seperti yang kupikirkan semula? Kurasa tidak! Terimakasih, terimakasih sudah sedikit menunjukkan sedikit rupamu. Aku kecewa, sedikit. Seperti kamu kecewa padanya, yang katanya sedikit.
Diatas mobil tua, 3 Januari 2018.
0 notes
Text

"Tenang, cerita kita, apapun ujungnya, akan dikenang selamanya."
0 notes
Text
Pertemuan singkat

Bagai hujan dalam kemarau panjang, kau ada namun jarang, samar namun terlihat, dan sungkan walau ingin. biarkan angin lalu menjadi buih dilautan lepas yang adanya menandakan besarnya ombak. Aku ingin menyesal atas apa yang terjadi belakangan ini, yang terlambat sadar akan hadirnya. Diantara datang dan pergi, terdapat jeram-jeram yang harus diselesaikan satu persatu, layaknya pergi lalu kembali. Mari kita nikmati fase ini, dengan secangkir kopi hitam pahit atau semangkuk es krim dingin yang manis.
Aku mencintaimu dengan utuh, persis seperti pertama kali kau mendengarnya. Namun terlebih dahulu, baiknya kusembunyikan rasa itu disatu ruang yang tak satu setanpun tau keberadaannya. Agar kelak ketika tepat waktunya, menjadi hadiah terbaik yang pernah ada, walau belum tentu ada.
Selamat menyelesaikan tuntutan duniawi, kita selesaikan terlebih dahulu sesuatu yang sempat terlupa. Sampai bertemu dilain waktu dengan posisi dan kondisi yang lebih baik lagi, sahabat adik teman, wanitaku, apapun itu.
Bandung, 3 Januari 2019.
0 notes
Text
Pada Waktunya

Setelah meninggalkan tempat ini, aku tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Sama halnya seperti ketidak tahuanku akan yang baik dan yang buruk; yang memperhatikan dan yang hanya ingin diperhatikan.
Kuharap semoga semuanya datang pada waktu yang tepat.
Bandung, 3 Desember 2018.
0 notes
Text
Pagi pagi, sudah pagi saja

Mengapa pagi selalu saja datang dengan dingin?
Mengapa tak hadir saja dengan kehangatan bak siang hari?
Dan pagi selalu saja dihantui rasa malas beranjak,
Mengapa ia tak seperti gembira rianya minggu pagi?
Dimana setiap orang bersemangat melepas kantung hangatnya dan rela bergidik dalam dingin,
Ahhh, hoaam,
Lari pagi, senam pagi, dan sarapan pagi.
Lihat titik itu,
Jurang pemisah antara minggu dan senin pagi.
Yang kuharap dapat sama seperti dahulu lagi.
Bandung, 21 September 2018.
0 notes
Text
Wewangian

Aku ingin kembali menghirup aroma bahagia dalam setiap hembusan nafas yang sedang. Aroma ketika hari jumat yang menyambut libur akhir pekan. Aroma ketika baru saja pindah kos lalu sibuk menata ruang. Aroma ketika beberapa jam menuju keberangkatan luar kota. Aroma ketika hendak mengunjungi yang dikasihi. Aroma ketika hari pertama kerja. Aroma ketika menyambut tanggal muda dengan berlembar merah merona. Aroma ketika "aku ingin" kaupun juga "ingin". Aroma ketika ketika mendapat nilai ujian yang memuaskan. Aroma ketika akan mengutarakan perasaan. Aroma ketika menjelajah gunung yang asing. Dan semua, dan lainnya. Aku ingin kembali menghirup aroma kehidupan seolah-olah hari baru datang dengan perasaan yang baru: hidup menghidupkan.
Bahkan sesekali aku ingin menghirup kembali aroma ganjil yang diimbuhkan manusia: sadar dan menghilang.
Bandung, 8 September 2018.
0 notes
Text
Pada suatu hari yang pusing

Nanar yang kurasa masih dengan nyenyaknya tertidur di dalam kepala, tak peduli seberapa kerasnya suara debur ombak memecah hening pagi. Biar butir pasir putih yang tak terhitung jumlahnya itu menggunung pada suatu tepi, serupa kita yang akhirnya menjadi cerita: terkenang dan tak terhitung.
Pada suatu hari.
Bandung, 7 September 2018.
0 notes
Text
Masih pagi

Ayam-ayam berkokok dipagi hari,
Burung perkutut menyanyi menyambut pagi.
Aku masih terbelenggu di rantai sunyi
Menunggu datangnya putri nun jauh di kedamaian abadi.
Bangun! Ini bukan mimpi atau halusinasi yang biasa terjadi
Hanya ingin yang berusaha diwujudkan
Hingga ini, menjadi itu
Tanpa iya, yang berbuntut tapi.
Bogor, 29 Agustus 2018.
0 notes
Text
Ke-ingintahu-an

Hilang sudah keberanianku, menghadapi beberapa tanda tanya yang kerap menghantui keingintahuanku. Keingintahuan yang kerap menjadi senjata makan tuan, walau terkadang dapat membuatku hidup dan semakin yakin menjalani hari.
Bila dihitung, mungkin ada 1000 pertanyaan yang ingin kulontarkan. Namun memilih bungkam kurasa menjadi jalan terbaik untuk saat ini, pernah sekali waktu diam-diam keingintahuanku sedikit nakal, mengorek informasi yang sebaiknya tidak kuketahui. Terlalu banyak mengetahui memang terkadang dapat membunuhku secara perlahan, membunuh harapan-harapan yang terlanjur tumbuh seiring pertemuan kita yang sering, sebelumnya.
Kini aku harus membuang semua keingintahuanku itu, membunuh tanya yang terlanjur berputar dalam kepala, seperti katamu yang baiknya disudahi saja kita ini, yang kau pun tau masih ranum dan merekah. Maka lebih baik aku tidak mengetahui kabar tentangmu, walau inginku sebaliknya. Sama seperti dirimu yang berkeras tak ingin tau. Kala itu.
Bandung, 16 Juni 2018.
0 notes