Tumgik
Photo
Tumblr media
#psychedelicperson turned 3 today!
0 notes
Text
Calon Pemimpin vs Pemimpin (Pemain tetap)
Siapa yang terlebih dahulu lahir, calon pemimpin atau si pemimpin?
Mari kita bahas: 
Pemimpin hadir dikala sesuatu, seseorang bahkan sekolompok sedang membutuhkan arahan, petunjuk bahka perintah untuk menetukan keputusan ambil atau tidak, bergerak atau diam, tahan atau lepas, atau berjuang atau menyerah. 
apakah itu artinya pemimpin lahir secara alamiah? atau secara musyawarah? 
Menjadi alamiah ketika setiap yang diberikan kesempatan lahir dan hidup maka memiliki potensi menjadi pemimpin (calon pemimpin), dikatakan musyawarah ketika sesama calon pemimpin mencoba berbagi peran untuk sesuatu hal yang sedang diperjuangkan bersama. 
Haruskan egois? TIDAK! Pemimpin setia tidak punya cela untuk merasa paling hebat, merasa paling berkuasa untuk membuat calon pemimpin lainnya merasa tidak pantas menjadi pemimpinnya. Pemimpin tidak semestinya menutup akses perjuangan para calon pemimpin lainnya. Egois bukan citra seorang pemimpin, melainkan pengecut!
Pemimpin itu bukan soal jabatan dan kekuasaan, tapi soal ruang belajar yang harus digapai dan ditinggalkan ketika proses belajar dan mengajar tentang kepemimpinan telah usai. Perpindahan pun bukan akhir dari proses, melainkan soal melanjutkan proses, naik level! yah, berbicara soal pemimpin dan calon pemimpin berarti berbicara soal kesempatan yang sama untuk berbagi peran dan tanggunjawab untuk mendidik dan didik. 
Hebatnya seorang pemimpin diukur dari sejauh apa bijaksana menjadi sahabat, sejauh apa kontrol emosi menjadi guru terbaik dan sejauh apa eksistensi pemimpin menjadi kerinduan dan kebanggan bagi mereka yang terdampak. 
Buruknya pemimpin dilihat dan dikecap dari seberapa mata menyimak, telinga mendengar, tangan menjabat, lengan merangkul, motivasi terbangun, dan apresiasi tidak pelit dikumandangkan bagi yang layak menerimanya. 
Teruntuk calon pemimpin jangan lengah tuk pantau jejak pemimpinmu agar kelak kau tahu jejak mana yang menjadi versi terbaikmu. Dan teruntuk pemimpin ingatlah, dirimu adalah seorang calon pemimpin yang sudah melewati satu tahap dari para calon pemimpin. Mereka hanya sedang bertukar wadah belajar, belajar menjadi seorang pemimpin.
Being a good leader is not easy! 
0 notes
Text
Pemimpin atau Dipimpin?
Teruntuk para pemimpin di luar sana, dan teruntuk para calon pemimpin. Entah karena dipilih secara demokratis atau merasa sanggup untuk menyatakan diri siap mengambil peran dan tanggunjawab sebagai seorang pemimpin, tolonglah banyak-banyak perdalam ilmu padi. Kenapa? karena sebelum dirimu dipercayakan sebagai pemimpin, ada usaha yang dirimu lewati, ada kerja keras yang dirimu contohi, ada rasa bangga yang dicapai. 
Tugas utamamu adalah memastikan bahwa calon pemimpin berikutnya tidak punah dan berhenti padamu atau karenamu, jika itu terjadi maka kegagalan adalah sebutan yang tepat untuk masa kepemimpinanmu. Semakin runtuh dirimu maka bersiaplah untuk dihakimi oleh setiap sudut pandang dari mereka yang sudah dilahirkan untuk ada di fase kelak menjadi pemimpin berikutnya. 
Pemimpin itu bukan jabatan, tapi peran tambahan sebagai manusia yang mau disibukan untuk bisa berbagi peran dengan tepat sesuai fase hidup, pun bukan sekadar sesuai kapasitas. Apaguna kaderisasi kalau kepemimpinan masih disejajarkan dengan jabatan atau kekuasaan yang mendominasi “bawahan”. 
Tekun jadi pemimpin berarti tekun dan mampu menghitung via logika dan batin seberapa banyak calon pemimpin yang akan dibentuk agar kelak menjadi versi terbaik dari mereka, bukan sekadar versi terbaik dari yang sekarang. Pemimpin itu momong, bukan cuek, pemimpin itu mendengarkan bukan berbicara sambil benerin kerah baju, pemimpin itu soal empati bukan sekadar simpati. 
Setianya seorang pemimpin itu diukur dari seberapa dia sanggup membagikan peran prioritas untuk generasi pemimpin berikutnya, bukan leha-leha sambil menujuk mencari kesalahan, kemudian ditumpuk lalu dilepehin ke calon pemimpin berikutnya. 
Pahamkan! Egoisnya pemimpin itu diukur dari seberapa tinggi lisannya berkoar tanpa peduli potensi yang sedang dibangun calon pemimpin dengan susah dan payah. 
Bahkan EGOnya pempimpin tidak akan berkurang bahkan berhenti jika ia tak tahu apa yang sedang diperjuangkan calon pemimpin untuk menjadi pemimpin idaman di masa depan. 
0 notes
Text
Tumblr media
Kalau akhirnya pria ini jatuh cinta pada perempuan dengan derajat maupun pangkat lebih tinggi, ia yang cintanya tulus akan mencoba menyamakan derajat dan pangkatnya. Ia akan lebih giat bekerja, memperbaiki dirinya dari banyak hal lainnya dan tetap terbuka tanpa menyimpan rahasia apapun.
Seorang pria yang tulus mencintaimu, ia tak akan pernah mengeluh jika harus berjuang lebih berat dan keras lagi. 
J. S
0 notes
Text
'Semakin hari semakin rela melihatmu pergi dan menjauh dariku'
Terimakasih untuk semesta yang punya cara unik tuk melupakanmu. Selalu ada cara yang tak terduga darinya, yang membuat aku semakin rela tuk tidak lagi mengingat ingat tentangmu. Aku semakin merasa bebas untuk menjadi diriku yang mencintai diriku tanpa dirimu.
0 notes
Text
'Ketika semua tentangmu perlahan mulai Meredup dalam benakku'
Hai kamu yang sedari jauh jauh hari memutuskan untuk pergi dan menjauh dariku, ku doakan agar kau selalu baik dan bahagia di sana. Ku pastikan kau dalam setiap doa dan tulisanku, bahwa kau harus bahagia tanpa aku. Dan keputusanmu adalah yang benar!
Hari ini aku mencoba kembali menulis tentangmu, bukan karena aku merindukanmu, melainkan karena aku memikirkan tentang hatiku yang perlahan mulai tak memikirkanmu. Ku doakan selalu diriku dan hatiku agar tak lagi merasa sakit ketika mengingat tentangmu. Aku mulai terbiasa mencintai diriku tanpa lagi sakit tentangmu. Dan aku bersyukur untuk itu.
Aku bahagia ketika menyadari bahwa perlahan aku tak lagi sedang sedih dan sakit hati saat terlintas dalam pikiranku bahwa kau pernah singgah dihatiku memberi kenyamanan lalu pergi tanpa sebab dengan cara yang kau tau aku membencinya.
0 notes
Text
'Perkara dendam dan sakit hati yang harus segera dilupakan'
Semakin hari menulis tentangmu, semakin membuat saya tidak jelas arahnya. Mau membencimu atau memaafkanmu segera. Namun setiap hari selalu ada petunjuk dari semesta, tuk rela mengihklaskan tentangmu.
Biarkan perkara balas membalas dendam jadi urusan yang mahakuasa. Aku cukup dengan membiarkanmu pergi dengan caramu atau pilihan terbarumu. Baiklah kali ini aku mengalah pada semesta. Aku akan belajar mengampunimu lagi, lagi dan lagi..
0 notes
Text
'Kau kira dengan menyalahkan keadaan kau bisa mendapat wanita lain yang lebih baik dariku? Liciknya dirimu bukan main!'
Hi kau yanh sedari awal tak pernah punya rasa yang pantas untuk ku. Apakah kau sudah bahagia dengannya yang kau pilih dengan cara mencampakanku? Hebatnya bukan main! Kau teramat licik dari ular beludak dicerita dongeng yang pernah ku ceritakan pada anak-anak didikku.
Berdalih seperti orang yang paling benar di muka bumi ini! Berkoar soal rasa dan perasaan seolah kau dilahirkan sebagai seorang pakar dalam hal itu! Iya kau memang terlahir sebagai pakar mematahkan dan merasahkan soal rasa umantNya! Hei itu kah kau?
Kau itu bagaikan mau dalam hangatnya kemunagikan sebuah rasa dari seorang pendusta! Kau awali setiap omong kosongmu itu dengan gurau dan canda seolah kau paling manis sejagat raya ini. Lalu kemudian kau bunuh senyum yang berbalas hingga merasakan dalamnya hadirmu! Seberengsek itu kah kau baginya yang tulus mencintaimu?
Ku harap kau tak bertemu denganku dipenghujung musnahnya bumi dan rasa ini. Karena jika itu terjadi maka kau adalah orang yang pertama kali akan ku jumpai, dan ku buat kau menjerit menyesal karena sudah membuat senyumku hilang tanpa kau lirik sekalipun! Biadabnya kau tak kan sanggup membuatku diam dalam amarah!
0 notes
Text
'Sudah bolehkah Aku selesai soal Rasa tentang mu?'
Ingin rasanya ku pastikan segera tentang rasa ini. Rasa atas cinta untukmu. Kau bukan manusia yanh sedikit kata, sehingga apapun yang kau keluarka saat itu seolah menggugah rasa dalam diriku. Aku henda terbuai dengan semuanya.
Awalnya kau selalu memintaku untuk bertahan dan menjalani semuanya hanya denganmu. Tapi sayangnya dengan banyaknya bicaramu kau juga bicarakan soal cara meninggalkanku. Aku tahu itu, karena kau sendiri yang memintanya. Dengan berdalih kau takut membuatku jauh dari kehidupanku.
Aku kesal dengan hadirmu diakhir hubungan ini. Tapi aku terlampau merasakan manisnya hadirmu diawal sana. Aku bodoh? Iya mungkin! Aku baper? Iya sudah pasti! Aku dibohongi? Iya aku sudah dibohongi olehmu!
Haruskah ku membencimu mulai saat ini? Melupakan semua rasa sakit dlm hatiku? Iya sepertinya itu lebih baik! Aku pergi! Aku pamit! Bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tetapi karena kau yang tak ada lagi rasa untuk ku.
0 notes
Text
'Lelahku yang semakin berujung, Pergilah kau dengan Ego mu itu'
Sejak memutuskan untuk bercerita dalam tulisan ada harapan besar dalam diriku untuk lekas melupakan tentangmu. Dan setelah berhasil melewati beberapa hari menulis tentangmu, semua serasa mulai membaik. Iya aku mulai tidak menangisimu saat menuliskan tentang dirimu, aku pun mulai santai saat menulis dan mengingat semua tentangmu. Aku suka perasaan ku yang sekarang. Jauh lebih baik setelah sedih dan murung yang ku alami sejak kau pergi dengan egomu.
Terimakasih untuk itu.
0 notes
Text
"Lelahku selalu dibarengi dengan hadirmu dalam benakku".
Hei kau, pria yang mengaku mencintaiku tetapi justru memilih untuk meninggalkanku, ketahuilah bahwa apa yang dikatakan orang banyak tentang istilah 'jika kau mencintainya, maka kau harus meninggalkannya', itu adalah omong kosong terbesar yang selalu saya dengarkan dan ingat akan dirimu.
Ingin rasanya ku marah dengan dirimu. Ingin rasanya ku maki dirimu. Ingin rasanya kau ku buat tuk merasakan yang sama seperti apa yang kurasakan karena ulahmu! Tapi tidak semudah yang ku kira rupanya! Bagaimana tidak, jika kau saja masih selalu hadie dalam benakku untuk hal yang selalu indah!
Kau jahat tidak hanya dalam kenyataan, tapi kau juga jahat dalam memainkan pikiranku! Sebrengsek itukah kau, sehingga kau ada dimanapun hanya untuk membuatku terluka? Apa arti dari doa yang kau luhurkan setiap kali mengingat tentangku! Apakah kau tidak benar benar pernah mendoakanku? Ataukah Tuhan mu seberncanda itu menciptakan umatNya sepertimu?. OMG!
Rasa benci yang muncul dalam benakku saat ini, membuatku muak! Ingin rasanya muntah ketika terngiyang kembali nama dan seluruh ulahmu! Dasar lelaki brengsek! Iya aku marah! Sangat marah! Hingga aku harus menyebutmu atau memanggilmu dengan kata Brengsek! Mungkin juga kau lebih dari sekadar brengsek yang ku maksud!
Tak akan ku biarkan kau lolos dalam pikiranku untuk kesekian kalinya! Takkan juga ku biarkan kau hadie hanya tuk merusaki seluruh hidup dan akalku! Aku pun tak akan memperdulikan tentang kau lagi! Bodoh amat! Kaum brengsek seperti anda, tidak layak lagi saya segani atau cintai! Pergi sana, yang jauh! Aku benci kau hari ini!
0 notes
Text
“Ketika ku sadari bahwa ternyata kau pun sesekali merasakan apa yang sedang ku rasakan. Kau tahu itu justru membuatku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu saja”
Sesekali kau menanyakan kabarku kemudian memastikan bahwa aku baik-baik saja atau tidak. Ketika ku sampaikan bahwa aku baik-baik saja, kau akan memastikan kembali apa benar atau tidak. Dan disaat ku mengakui bahwa aku baik tapi ternyata tidak sedang baik, kau akan penuh dengan curiga. Kau akan membujukku untuk bercerita tentang apa yang sebanarnya sedang ku rasakan atau sedang ku hadapi. Aku suka menunggumu menanyakan dengan cara memastikan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja, namun berusaha untuk tetap baik-baik saja. Aku nyaman dengan hal iti.
Ketika ku ceritakan dengan seksama akan apa yang ku rasakan, kau pun perlahan menenangkanku dengan kalimat penyemanga, sesekali pun kau lontarkan celetukan lucu agar aku pun tertawa. Kau rela berwajah jelek hanya untuk menghiburku. Kau tahu, apa yang ka lakukan adalah apa yang diinginkan banyak wanita diluar sana dari pasanganya. Dan aku bersyukur saat itu bahwa aku yang menjadi wanitamu, bukan mereka. Aku terhibur, dan aku tak bisa pura-pura bahwa apa yang kau lakukan adalah sesuatu yang membuatku merasa sedang tidak sedih dan sedang tidak dilanda masalah apapun. Kau membuatku rileks dan menerima keadaanku. Bahkan dirimu mendoakanku dengan caramu yang luar biasa.
Saat keadaan ku sedang goyah, kau rela melakukan apa yang ku minta. Misalnya aku sering memintamu untuk membuatkan aku puisi jika kau sibuk dan lupa mengabariku. Maka itu menjadi sanksai bagimu. Kau bersedia melakukannya, selain karena aku memintanya, menulis puisi juga adalah keahlian dirimu. Aku tak ragu soal itu. Akhirnya kau pun menuliskannya untukku. Dengan tema dan topic yang ku bebaskan sesuak hatimu, dan silahkan memilih mana yang untuk keadaanku. Dan kau melakukannya dengan sempurna. Setiap bait dalam puisimu ku hayati dengan penuh emosional. Sesekali bait-bait dalam puisimua membuatku tersipu malu. Aku merasa soalh akulah yang menjadi inspirasi bagimu ketika menulis puisi itu.
Dan tak lupa juga, selalu kau sertakan diakhir setiap bait, bahwa kau mencintaiku. Kau menyebutkan namaku secara lengkap dalam akhiran bait puisi itu. Akhirnya aku pun menangis. Entah apa yang mengantarkanku untuk jatuh dalam emosi sedih kemudian meneteskan air mata. Terlalu istimewakah aku bagimu, sehingga kau membuat puisi itu penuh dengan hasrat untukku? Atau aku saja yang teramat mengaggumimu. Apapun alasanya aku harus meneteskan air mata, kupastikan bahwa semua itu karena ku merasakan hadirnya dirimu dalam hidupku. Aku bersyukur untuk itu. Semakin hari aku semakin mengasihimu.
Bersediakah kau tinggal denganku untuk waktu yang tak terhingga? Jika itu sulit silahkan tentukan saja waktu seberapa lam kau bersedia ingin menemani dan mewarnai hidupku. Tak perlu seumur hidupmu, cukup berikan seikhlasmu saja. Aku akan tetap menerimamu dan mendampingimu selama yang kau mau. Cepat atau lambat aku tahu kau akan tetap pergi dari hidupku. Namun bertahanlah untuk beberapa waktu lagi. Aku belum sanggup melihatmu dari kejauhan, tanpa harus meneggurmu dan menyentuh hatimu. Saat ini saja bagiku kau cukup sulit ku jangkau dank u peluk. Lalu bagaimana jika kau benar-benar memutuskan untuk tidak lagi ingin menjalin asa denganku? Tidakkah kau sedih melihatku yang meratapi perginya dirimu? Oh tidak. Aku tidak ingin membayangkannya lagi. Cukup, ku rasa cukup sudah asumsi buruk ini terukir. Aku lelah jika harus membayangkan kepergianmu yang semakin dekat. Aku takut. Aku tidak mau.
0 notes
Text
“Terimakasih karena sudah membiarkanku merasa perduli dengan setiap keseharianmu”
Senang aja rasanya ketika bisa tahu tentang keseharianmu. Ku tahu apa yang kau kerjakan dan apa yang kau rasakan setiap harinya. Dan itu membuatku seoalh aku memiliki energy terbarukan dalam setiap hariku. Aku merasakan hal positif ketika tahu apapun tentangmu. Menjadi sering senyum sendiri pun aku lakukan tanpa sadar. Sekelilingku merasa aneh ketika melihatku sebahagia itu ketika kau tahu tentang keseharianmu. Kau tak harus merasakan hal yang sama kok. Cukup aku saja. Karena aku yang sanggup melakukannya, tidak untukmu.
Mungkin jika aku berada disekitarmu dan dekat denganmu, maka setiap detik akan ku pastikan setiap pergerakanmu disekitar lingkunganmu. Dan ku jadikan penyemangat hari-hariku. Seolah kau itu mendatangkan energy positif padaku. Terimakasih untuk itu. Sadar tidaknya kau, tidak mengurangi rasa bahagiaku kala itu. Beberapa hal yang ku lakukan seolah semesta mendukungnya. Jarang kesal ku temui dalam keseharianku setelah ku ketahui tentang harimu yang jauh disana tanpa bisa ku sentuh dank u peluk erat tubuhmu.
Emosimu yang negates saja semisal sedang marah dan kesal, kadang ku usahakan tuk menikmatinya sebagai emosi yang positif. Iya semua itu karena darimu. Emosi dari kau yang terpancar begitu elegan dan positif bagi tubuh dan hariku. Aku hanya akan mendengarkan setiap keluha dan kesahmu kemudian ku olah menjadi energy positif bagiku yang kemudian ku kirimkan balik kepadamu. Lagi lagi kau tak menyadarinya bukan? Dan lagi lagi aku tak perduli soal itu. Selama aku bisa menikmatinya tanpa harus kau tahu, maka semau akan aman dan berjalan baik adanya. Ini soal rasa dan emosional. Dan hanya aku yang bisa melakukannya, kamu tidak.
Kau tahu, sejujurnya aku ingin kau juga melakukan hal yang sama, tapi aku tak sanggup merasakan sedihmu atas apa yang ku inginkan terhadapmu. Jadi biarkan saja. Kamu akan tetap baik adanya tanpa ada aku dalam hidupmu kok. Jadi aku tidak akan tega melakukannya atau memaksakannya padamu. Aku tak mau jadi jahat serupa denganmu sayang. Aku terlalu mengasihimu. Aku ada untukmu. Bukan kau ada untukku. Aku terima itu dengan sukarela dan ikhlas. Maka beri aku kesempatan untuk bisa selalu merasakan hadirmu saja. Tak perlu kau hadir dan bersusah payah memikirkan tentangku.
Pergilah saja dengan apa yang kau yakini. Baik pagimu, siangmu, soremu atau sendumu sekalipun aku tak mengapa. Aku aka nada jika kau butuh ruang untuk berbagi dan menuangkan semuanya padaku. Aku akan tetap mengahargaimu dan sepimu. Sampai titik dimana aku tak lagi bisa menghargai sepiku karenamu pun sebaliknya, sepimu karena tanpa hadirku. Ku tunggu saat itu tiba, dan mari saksikan apa yang akan kita rasakan. Sedihakan atau perlu ada sepakat yang baru untuk itu? Setiap lembar yang kau bangun bersamaku akan ku kenang dengan cara kit jika kita tak lagi bersama.
Semua kesukaanmu dan semua keseharianmu pun mungkin akan ku abaikan sejak saat itu tiba. Akan ku sudahi semuanya. Bahkan tak akan ku sampaikan permintaan maaf maupun pamit padamu. Karena sedari awal kau pun perfi tanpa meninggalkan kata, kemudia berbahagia dengan dia yang tak ku kenali sebelum ku tahu semua tentang hadir dan hidupmu. Ku harap ku lekas bangun dari mimpi buruk ini. Akhirnya semua ini hanya mimpi buruk ku saja. Terimakasih.
0 notes
Text
“Kali ini tak hanya lelahmu yang ku tahu, tetapi aku pun mulai merasakannya”
Untuk setiap harinya selalu ada cerita yang baru bagiku darimu, atau dariku untukmu. Itu artinya kita semakin nyaman antara satu dengan lainya, dan juga bukti bahwa bisa jadi duniamu akan jadi duniaku ataupun sebaliknya. Bukankah itu pertanda baik? Semoga. Seingatku ada satu cerita yang coba ingin kau ceritakan saat itu. Awalnya kau ragu, namun kau hening sejenak kemudian berusaha dengan pelan untuk menjelaskannya padaku. kau menceritakan sesuatu yang sedang membuatmu merasa tidak nyaman, sehingga sedikit menganggu harimu saat itu. Ku coba pastikan dan sedikit membuatmu tenang agar kau bisa dengan yakin menceritakannya padaku.
Perlahan kau mulai menceritakan tentang apa yang sedang kau rasakan, dan apa yang sedang mebuatmu merasa tidak sedang baik-baik saja. Kau tahu awalnya aku berusaha untuk menjadi pendengar yang baik buatmu. Tapi entah kenapa aku tak hanya ingin tahu tentang kesedihanmu, tapi ingin juga ku merasakannya. Iya merasakan kesedihanmu atas apa yang sedang kau alami. Secara tidak sadar aku mulai melatih diriku, dan akhirnya terbiasa dengan setiap rasa yang kau miliki. Aku turut merasakannya. Tak hanya ku ketahui tentang perasaanmu, melainkan ku sanggup merasakannya.
Aku tidak perduli jika kau tak melakukan hal yang sama seperti apa yang ku lakukan padamu. Mungkin karena itu bukan bagianmu, atau bukan kemampuanmu.  Dan tidak akan ku paksakan atau ku perhitungkan suatu saat nanti, jika kau pun tak berakhir tuk hidup denganku. Aku ikhlas melakukannya karena aku tulus mengasihimu. Jangan ragu untuk tetap setia berbagi keluh dan kesahmu padaku. karena itu akan membuatmu lebih baik begitupun aku. Iya karena aku tak ingin kau bersedih dan bersusah seorang diri. Setidaknya aku bisa diandalkan sebagai kekasihmu saat itu.
Untuk membuatmu nyaman ketika bercerita bukan hal yang sulit bagiku. Kau tahu kenapa? Karena aku begitu menikmati setiap suara yang kau sertakan dengan kata dan emosimu. Seolah aku sedang berada didekatmu, sambil menatap matamu, dan memegang tanganmu. Ku yakini semua itu nyata sedang terjadi saat itu. Bukankah itu membuatmu semakin merasa nyaman ketika bercerita denganku? Yeah aku tahu kau merasakan kenyamanan itu. Dan aku sengaja membuatmu nyaman, agar kau tak lagi mencari kenyaman dari yang lain, selai Tuhanmu.
Melihatmu dan memandangmu dari kejauhan yang teramat ini, kadang menyiksaku, harusnya disaat kau sedang tidak baik-baik saja, aku ada disampingmu. Percayalah aku menginginkannya. Dan aku selalu ingin melakukannya dan mencobanya. Apalah daya perbedaan kota dan waktu ini. Bahkan aku sedih dan menangis jika suatu saat kau pergi meninggalkanku hanya karena alasan aku tak bisa ada disampingmu disaat kau sedang membutuhkannya.   Tak apa jika itu akan terjadi suatu hari nanti. Aku akan mempersiapkan diriku untuk itu. Kau tak perlukhawatir, walaupun aku tau kau tak pernah mengkhawatirkannya.
Berhentilah bersedih. Kau sudah terlalu lama menceritakan kisah sedih itu. Aku tak ingin kau merasa sedih dan bersusah karenanya. Biarkan saja aku yang merasakannya dan perlahan mendoakanmu dengan setiap masalahmu itu. Tarik nafasmu, hembuskan dan katakana aku ihklaskan semuanya. Maka kau akan kembali baik lagi. Percayalah itu mudah untuk mu. Karena lelah dan sedihmu kini sudah jadi milikiku. Aku yang akan merasakannya dan memikulnya untukmu. Berjanjilah untuk tidak sedih dan terbeban karenanya. Ada aku disini. 
0 notes
Text
“Menjadi pribadi yang sesungguhnya tentang siapa kamu, tidak akan diukur dari sehebat atau semantab apa kamu dengan profesimu saat ini”
Seperti biasanya, hari ini kau masih menyapaku dan aku pun demikian. Saling menyapa di pagi hari, saling memberi salam dan saling memberikan kalimat motivasi. Tak lupa kalimat pendukung “I Love You”. Salah satu kalimat favorit yang selalu ku tunggu diakhir sebuah percakapan kita. Bahkan kekuatan dari kalimat ini mampu membuatku tersenyum tersipu malu. Benar-benar dibuat jatih hati dengan kalimat tersebut. Yang terpenting adalah kau tak lupa mengucapkannya kapanpun disaat kau ingin mengakhiri percakapan kita, entah saat mengakhiri telepon atau  chat/pesan singkat.
Diam-diam aku meyakini bahwa kau pun sedang senag-senangnya mendoakanku. Menyebutkan namaku dalam setiap doamu. Entah di bangunmu di pagi hari, atau di tidurmu di malam hari. Ijinkan aku untuk menysyukurinya jika benar kau sungguh melakukannya, namun jika tidak maka ijinkanlah aku untuk tetap beryukur padaNya. Untuk apapun yang kau lakukan oleh karenaku, biarkanlah aku yang mengucap syukur padaNya. Bahkan jika dijinkan, aku yang akan selalu mengucapkan kalimat favorit ku itu “I Love you” agar kau tak merasa hanya seorang yang sedang jatuh hati pada salah satu umatNya.
Hari ini juga, ku yakinkan diriku bahwa kau sepertinya akan baik-baik saja dan tidak ragu jika kau harus tahu sesuatu yang buruk dalam kehidupanku. Atau sesuatu yang menjadi kebiasaan burukku. Barangkali ada yang perlu kau ajari hingga aku tahu dan sadari bahwa hal yang ku miliki adalah yang kurang baik. Ku katakan pada diriku agar tak ragu untuk berani mengungkapkan apapun padamu. Dan berusaha menyakini bahwa kau akan tetap menjadi pendengar yang baik buatku. Dan benar, semesta mendukungku. Dengan membuatmu mengatakan bahwa, siapapun kamu apapun kamu, seburuk apapun masa lalumu, itu biarlah jadi kenanganmu. Sekarang adalah yang sekarang untuk yang nanti. Kau bilang kau siap menerimaku apa adanya. Dan aku tak mau ragu soal itu lagi. Aku takut kecewa, jika ragu memenuhi pikiran dan perasaanku saat kau menyampaikannya.
Ku siapkan juga hati dan pikiranku untuk mendengarkan tentang sisi lainmu, sisi burukmu, bahkan masa lalumu. Ku pastikan bahwa diriku akan baik-baik saja setelah mendengarkan dan mengetahuinya. Maafkan aku jika ternyata aku tak sanggup. Karena aku akan memaafkanmu jika kau pun tak sanggup setelahnya. Iya setelah saling tahu sisi buruk masing-masing selama dikehidupan pribadi kita masing-masing. Ketika aku memutuskan untuk mendengarkan kisah kelam dari sisi lain hidupmu, atau pun sebaliknya ketika kau mendengarkan sisi kelam dari hidupku maka, itu artinya kita sudah bersepakat untuk saling memaafkan masa lalu dan kelam dari masing-masing bukan? Yeha, dan itu harus kita lakukan jika, kau dan aku menginginkan hubungan yang baik-baik saja kedepannya.
Di hari ini, saat itu aku belajar satu hal lagi darimu. Bahwa menjadi diri sendiri yang sesungguhnya tidak harus karena profesi yang dimiliki. Karena profesi apapun itu tidak akan mempengaruhi karaktermu yang sesungguhnya. Profesimu adalam bentuk pelayananmu bagi sesama. Dan jangan percayakan seluruh hidupmu hanya karena sebuah profesi. Karena profesi sifatnya sementara dan didapat dari usaha manusia yang tidak membutuhkan waktu seumur hidupmu. Kamu adalah kamu yang dari masa lalumu, yang disiapkan untuk menjadi kamu dimasa depanmu kelak. Terimakasih untukmu. Hai kamu A_Nanda. 
0 notes
Text
“Keadaanku semakin nyaman denganmu ketika kau mengijinkan ku untuk mengenal lebih dekat tentang lingkungan dan keluargamu”
Saat itu kau secara perlahan memperkenalkan kepadaku siapa saja yang menjadi orangterpenting dalam hidupmu. Iya mereka adalah keluargamu. Satu persatu kau sebutkan nama dan perananya. Bahkan kau menjelaskan padaku dengan sangat detail terkait arti nama yang diberikan orang tuamu kepadamu. Selain itu kau juga perlahan memperkenalkan tentang lingkungan sekitarmu. Bahkan kau sering mencoba mendeskripsikan tentang keadaan cuaca dan suhu di dareah tenpat kau tinggal.
Hal serupa membuatku semakin merasa dimiliki olehmu, sehingga kau ingin berbagi padaku dan ingin kau tahu tetang siapa dirimu dan darimana dirimu berasal. Dengan begitu aku akan lebih mengenalmu. Harapanya adalah aku semakin mudah memahami karakter dan kondisimu. Ketika aku tahu latar belakang keluargamu, maka akan dengan mudah aku tahu harus bersikap seperti apa kepadamu, aku paham tentang cara memperlakukanmu serta mengerti apa yang menjadi kebutuhan dari keluargamu. Bahkan dari lingkunganmu aku bisa mengerti kapan seharusnya aku harus mengontol emosiku serta membiarkanmu menikmati waktu khusus tanpa diriku. Dan bagi ku itu sangat bijaksana.
Aku juga menyadari bahwa ijinmu bagiku untuk lebih mengenal keluarga serta lingkunganmu, adalah baik untukku dapat beradaptasi jika suatu saat aku sedang berada bersama-sama denganmu disana. Iya lingkunganmu yang ku kethaui adalah lingkungan yang setara dengan profesimu sebagai seorang Pendeta. Sehingga butuh “keahlian” khusus untuk dapat beradapatsi, mengingat aku juga bukan dari kalangan sepertimu (I mean seagama dan seatirbut denganmu). Selain itu perbedaan budaya yang cukup jauh juga perlu aku dank au akui, bahwa itu membutuhkan pendekatan khsusus, walaupun semua budaya pada dasarnya harus berperilaku yang baik dan tepat sesuai keberadaan kita. Namun tetatp aku membutuhkan pendekatan secara khsus untuk bisa beradaptasi dengan budaya Jawamu.
Ku harap saat itu kau bisa bersabar ketika ingin memperkenalkan atau mengajariku tetang semua hal yang kau tekuni dan yakini selama hidupmu. Karena memang tak mudah untuk mengajarkanku disaat aku pun juga punya keyakinan serta budaya yang sudah tertanam semasa hidupku ini. Tapi aku yakin kamu bisa sesabar itu mengajariku. Bagiku kamu pendidik yang baik dan sabar. Apalagi jika itu kau lakukan untuk orang yang kau sayangi. Kalau pun kau gagal mengajariku sehingga aku sulit untuk beradaptasi nantinya, ku yakin kau tak akan meninggalkan ku atau membiarkan ku mengalami kesulitan itu sendiri.
Setidaknya aku senang karena kau sudah mau mencoba menjadi perantara bagiku untuk berkenalan dengan kehidupanmu. Dan aku sangat berterimakasih diberi kesempatan serupa. Minimal aku jadi tahu siapa nama dari kedua orang tuamu, serta adikmu seorang yang paling kau lindungi. Aku juga akhirnya tahu bahwa kau adalah kakak sekaligus anak lelalik yang paling dibanggakan keluargamu, serta kaupun yang diharapkan untuk jadi pelindung bagi mereka. Bahkan kau pun mengatakan padaku bahwa kau rela meninggalkan “kependetaanmu” jika kau harus membela martabat keluargamu. Bukankah kau adalah Hero bagi mereka? Betapa bahagianya aku, jika benar aku dijinkanNya untuk menjadi bagian dalam kehidupanmu? Itu artinya aku pun akan dilindungi olehmu bukan? OMG! Begitu besarkan harapanku untuk memilik Hero sepertimu! Setidaknya untuk awal ini aku sudah nyaman karena kau mau aku mengenal siapa kehidupanmu.
0 notes
Text
“Dibuatmu menjadi istimewa dihari istimewamu. Akupun berterimakasih untuk itu”
Tak henti-hentenya hati inimerasakan hadirmu yang semakin dejat dengan diri ini. Hingga akupun lupa bahwa kau terlalu jauh untuk ku gapai jika tanpa Doa. Kali ini bolehkah aku menyebutkan namamu dalam ceritaku ini? Dan bolehkah aku menggunakan namamu untuk seterusnya ku tuliskan dalam setiap ceritaku? Ku mohon ijin darimu, sekalipun aku tak pernah bisa tahu apakah kau mengijinkannya atau tidak. Biarkan aku mengijinkannya saja, karena aku teramat merindukanmu saat ini hai manusia pencipta sebutan Manusia kali J, iya kamu Nanda.
Hai Nanda, bagaimana kabar mu hari ini? Ku harap kau baik-baik saja. Jangan telat makan. Jika akan keluar rumah, jangan lupa masker dan jaketnya dipakai ya. Pertanyaan seperti itulah yang selalu muncul disaat sedang merasa menjadi bagian dalam hidupmu. Tidak dari salah satu pertanyaan itu ku buat hanya karena formalitas saja. Tapi benar ku lakukan karena aku tak ingin kau sakit atau dalam bahaya, sekalipun ku sadari bahwa pertanyaan ku bukan seperti kekuatan doamu padaNya. Setidaknya itulah yang bisa ku lakukan disaat aku tak sedang bersama ragamu disana untuk menolong atau menjagamu.
Dan kau selalu meresponnya seolah kau nyaman dengan apa yang ku pertanyakan dank u perintahkan untuk tidak lupa memprotek dirimu dan agar tetap hati-hati. Seperti ini kira-kira; oke sayangku. Terimakasih sudah mengingatkan. Kamu juga ya. Ingat sarapannya. Jangan telat makan siangnya. Hati-hati dijalan. Tidurnya jangan kemaleman. Stay safe there. Iya seperti itulah kau yang ku kenal saat itu. Terimakasih sudah menganggapku nyata dalam hidupmu. Terimakasih sudah bersedia menjadi alarm dalam kebiasaan-kebiasaanku. Maaf jika aku masih sering bandel melakukannya. Ku harap kau tak marah jika mengetahuinya.
Tidak hanya soal saling mengingatkan. Tapi kau sempat membuatku merasa istimewa ketika kau mengingatkan salah satu hari yang akan kau peringati sebagai hari yang paling berarti dalam hidupmu. Iya hari dimana kau dilantik tuk menjadi seorang Pendeta. “iya ntar lagi peringati setahun aku dilantik sebagai Pendeta”. Kira-kira seperti itu kau menyampaikannya dalam telepon malam itu. Dan aku senang sekali, karena pastinya aku aka nada dimasa itu. Masa dimana kau akan memperingati serta mengenan setahun sudah kau berjibaku dengan semua tugas dariNya. Selain itu aku akan merasa bangga karena memiliki kekasih yang bersedia merelakan hidupnya untuk melakukan apa yang menjadi perintah dan kehendakNya.
Entahlah apa yang harus ku lakukan nanti disaat itu. Diam-diam aku memikirkannya dengan sanagt keras. Dalam arti aku harus ngapain ya? Apakah ada yang harus ku berikan, atau ku lakukan untuknya? Ku rasa dia tak butuh apapun dariku. Lagian dia sudah mendapatkan apa yang dia butuhkan dari Tuhan. Apalah aku ini? Siapalah aku ini? Merasa tidak pantas buatnya mulai muncul kembali. Aku mulai merasa “hina” dan tidak pantas untuk jadi kekasihmu saat itu. Seolah hanya seorang wanita sucilah yang pantas buatmu. Dan kau lagi dan lagi meyakinkan ku bahwa tak perlu cemas soal itu, bahkan kau mengatakan bahwa dirimu juga bukan orang suci agar aku tidak merasa terhina jika menjadi kekasihmu.
Lantas apa yang harus ku perbuat untukmu Nanda? Akhirnya aku tahu. Iya hanya doa dan ucapan sederhanalah yang nantinya akan ku berikan untuk mu, ketika hari yang membuatmu bersyukur untuk tanggungjawab besar dalam hidupmu tiba. Aku bangga karena dirimu dan Dia yang mungutusmu. Aku mengasihimu Nanda. 
1 note · View note