Text
Gak seperti biasanya
Aku menghawatirkanmu
Dan pipiku pasah
3 notes
·
View notes
Text
Ketika kamu bilang "aku sayang kamu" dan aku jawab "tapi aku belum". Rasanyaaa anjir kenapa aing harus ngomong sprt itu. Bingung juga, sebenarnya aku pun merasakan hal yang sama. Namun ada hal yg kamu buat aku kecewa. Dan kamu terus²an minta maaf namun aku memalingkannya. Setiap malam kamu selalu nelpon akupun kadang mengangkatnya. Namun sekarang, aku sgt memikirkan mu, khawatir ttg mu, bertanya² kamu kemana ko tumben gaada nelpon malam ini. Kamu tidak perlu tau, bahwa aku mulai mencintaimu.
0 notes
Text
Bayangannya selalu terngiang dipikiran
Sesak
Tak bisa mengungkapkan
0 notes
Text
Aku melihat orang-orang disekitarku
dengan raut muka sedih
Itu tatapan ku, ataukah emang semua orang menutupi kesedihannya.
Ataukah dari dalam diriku emang ada kesedihan yang histeris
Sehingga melihat semua orang seolah-olah sesang bersedih.
0 notes
Text
a little story and maybe I rarely post about my sadness.
I just realized, that I have experienced depression. at that moment, I felt that I was not myself. between there and not. always protracted in sadness, always feel lonely, do not have a purpose in life, and there are still many, everything I buried myself.
when sad, angry, there is a problem, I never tell and show it to anyone, including parents. because I don't like to show my grief to others, and always want to see them happy.
maybe that's what causes depression.
there is childhood trauma plus other things and maybe these are the peak years.
for that I apologize if there is my inappropriate behavior.
and don't forget to pray for me
0 notes
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
@edgarhamas
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri��� belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di ‘hari depan’ diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi ‘masa depan’ yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai kuda dengan misi menciptakan 'masa depan’ karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, “Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, “Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ 13)
Dan kamu pasti tahu, keluarga Nabi Daud justru menjadi keluarga paling kaya sepanjang sejarah manusia. Ia menjadi raja dan anaknya menjadi raja. Bukan sembarang raja.
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover.
Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
3K notes
·
View notes
Text
Orang tuamu tidak mau mengerti?
Ketika standar sukses dinggap sama oleh kebanyakan orang. Seringkali anggapan bahwa kamu berbeda, malah menjatuhkanmu yang sedang berproses di jalan yang betul-betul kamu inginkan.
Dalam hal apapun kita selalu ingin lebih. Ingin lebih sukses, ingin lebih sempurna. Padahal kesalahan, keterlamabatan, dan kegagalan juga merupakan bagian dari proses.
Ketika kamu membutuhkan dukungan dari orang tuamu, terkadang ucapan ketidakpercayaan mereka sendiri malah menjatuhkan mimpimu.
“Emangnya kamu gak bisa kaya dia?”. “Hallah kok kamu bisanya cuma segitu!”. “Lihat tuh kakakmu, lihat temanmu, mereka sudah mandiri, mereka sudah sukses”. “Kamu ngapain, kerjanya engga jelas, hasilnya mana?”.
Akhirnya kamu memberi jarak dengan orang tuamu sendiri. Kamu pikir untuk apa menjelaskan ke ke mereka, sedang mereka sendiri tidak mau tahu dengan mimpimu.
Kamu sedih dan merasa semakin tidak diinginkan. Kamu merasa hidupmu sia-sia dan perjuanganmu tidak berarti apa-apa bagi mereka.
Sampai-sampai kamu menutup diri dan tidak mau lagi untuk menjelaskan keinginanmu kepada mereka.
Kamu lupa bahwa setiap orang tua menginginkan anaknya baik-baik saja. Setiap orang tua begitu sedih ketika anaknya tertinggal dari yang lain. Mereka Cuma ingin kamu hidup normal seperti yang lain. Mereka tidak mau mendengar orang lain membicarakan dan menjelek-jelekanmu.
Bisa jadi ketika kamu tertinggal, orang tuamu merasa gagal memberikan yang terbaik untukmu. Mereka sedih tidak bisa mendidikmu dengan baik.
Hal-hal yang kamu pikir membuatmu bahagia, belum tentu sama dengan hal-hal yang orang tuamu pikir dapat membuatmu bahagia.
Mereka bukan tidak mau mengerti mimpimu. Hanya saja memang mereka belum paham ke mana arah dan tujuanmu.
Mereka khawatir dengan pilihanmu. Mereka terlalu takut kamu tidak baik-baik saja dengan jalan yang kamu pilih.
Mereka sangat membutuhkan penjelasanmu. Mereka benar-benar tidak mengerti, dan berharap kamu mau lebih bersabar memberikan pengertian kepada mereka.
Mereka ingin melihat lebih jelas bagaimana gambaran dari mimpi-mimpimu.
Meski terkadang mereka memang terburu-buru bertanya bagaimana hasilnya, apa saja yang sudah kamu dapatkan. Semuanya tidak lain karena mereka begitu menyanyangimu, mereka hanya takut kamu tidak mendapatkan apa-apa dari jerihpayahmu.
Maukah kamu menjelaskannya sekali lagi, lebih sabar lagi, hingga mereka mengerti semua yang kamu inginkan?
—ibnufir
432 notes
·
View notes
Text
Teringat ibu
Seketika aku ingat ibu,
Ingin cepat bertemu, atau sekedar duduk bersamamu, mendengarkan cerita-cerita yang terlewatkan bersamaku.
0 notes
Text
Tak kunjung pulang
Ada yang menunggumu di rumah.
Saat weekend tiba, suara dering HP berbunyi, ternyata ibu yang yang memanggil. "Nak minggu ini gak pulang?" Tanya ibu. Kemudian aku jawab " belum bisa pulang bu, banyak kegiatan di kampus". Ibu berkata " duh sibuk ya banyak kegiatan belum bisa pulang ke rumah", aku hanya bisa menjawab " hehe".
Saya risau mendengar perkataan ibu, ada yang lebih utama dari segala hal ialah keluarga. Maafkan anakmu ibu, belum bisa membagi waktu untukmu. Mohon do'a restu untuk anak mu semoga sehat dan bisa cepat-cepat pulang ke kampung halaman.
Kamis, 00:00 19 sept
0 notes
Text
Cerita1
Ada kisah tentang orang tua dan dua anak.
Ini dikisahkan oleh anak kedua, yg terjadi pada keluarganya.
Harus mulai cerita dari mana ya. Mungkin akan kuceritakan pada saya duduk di bangku SMP. Di sini enjoy-enjoy aja paling masalah sama teman-teman ataupun ada konflik keluarga itu biasa-biasa saja karna mungkin posisinya masih polos.
Menginjak bangku SMA aku memutuskan untuk sekolah sambil mondok. Awal-awal sekolah dan mondok aku jalani, dan semangat. Pada pertengahan semester awal disitu aku mulai sering sakit-sakitan. Yang sering terasa pada saat itu sering lemas, pusing, dan mual. Mungkin itu magh. Kecapean juga kayanya emang terasa sekolah sambil mondok itu bagi aku kurang bisa membagi waktu, sehingga salahsatunya terbengkalai.
Aku lagi semamgat-semangatnya ngaji dan malas sekolah, maksudnya kalo di sekolah berjam-jam lumayan lama ke jam istirahat sedangkan badan yang sering lemas ini tidak akan kuat, kalo ngaji kan cuman satu jam kurang lebih lah ya, kalo sakitu juga masig bisa maksain karna emg deket asrama sama majlisnya. Sedangkan jarang asrama ke sekolah lumayan jika ditempuh dengan berjalan kaki.
0 notes
Text

Cerita Indah Tentang 4 Negarawan
Presiden Soekarno dulu pernah 'menyerang' ulama besar di masanya, Buya Hamka. Bersama Mohammad Yamin, Soekarno melalui headline beberapa media cetak mainstream asuhan Pramoedya Ananta Toer melakukan pembunuhan karakter atas diri Hamka, namun tak sedikit pun fokus Hamka bergeser dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Sebab terlalu kuatnya karakter Hamka, di tahun 1964, Soekarno tak sungkan-sungkan menjebloskan ulama besar asal Minangkabau ini ke dalam penjara tanpa melewati persidangan.
2 tahun 4 bulan lamanya Hamka dipenjara, apakah lantas ia bersedih, mendendam dan mengutuk-ngutuk betapa jahatnya Soekarno padanya?
Tidak! Hamka justru bersyukur bisa masuk penjara. Di dalam terali besi itu ia punya waktu yang banyak untuk menyelesaikan 30 juz Tafsir Al Qur'an yang kelak kita kenal dengan nama Tafsir Al-Azhar.
Lantas, bagaimana dengan ketiga tokoh tadi ? Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno?
Ternyata Allah masih sayang pada mereka, Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno. Kekejian mereka pada Buya Hamka tidak harus diselesaikan di akhirat. Allah mengizinkan masalah ini diselesaikan di dunia.
Di usia senja, Pramoedya mengakui kesalahannya di masa lalu. Ia mengirim putrinya, Astuti dan calon suaminya, Daniel yang mualaf untuk belajar Islam pada Hamka sebelum mereka menjadi suami istri. Apakah Hamka menolak? Tidak! Justru dengan hati yang sangat lapang Hamka mengajarkan ilmu agama pada anak dan calon menantu Pramoedya tanpa sedikit pun mengungkit-ungkit kekejaman Pramoedya. Astuti, anak perempuan Pramoedya pun menangis haru melihat kebesaran hati ulama besar ini. Hamka juga yang menjadi saksi atas pernikahan anak Pramoedya.
Saat Mohammad Yamin sakit keras, ia meminta orang terdekatnya untuk memanggil Hamka. Dengan segala kerendahan hati dan penyesalannya pada ulama besar ini, Mohammad Yamin meminta maaf atas segala kesalahannya. Dalam kesempatan nafas terakhirnya, tokoh besar Indonesia, Mohammad Yamin pun meninggal dunia dengan ucapan kalimat-kalimat tauhid yang dituntun oleh Hamka.
Begitu juga dengan Soekarno, Hamka justru berterima kasih dengan hadiah penjara yang diberikan padanya karena membuatnya berhasil menulis buku yang menjadi dasar umat Islam dalam menafsirkan Al Qur'an. Tak ada marah, tak ada dendam, ia malah merindukan tokoh besar Indonesia, proklamator bangsa karena telah membuat ujian hidup sang Buya menjadi semakin berliku namun sangat indah. Hamka ingin berterima kasih untuk itu semua. Tanggal 16 Juni 1970, seorang ajudan Soekarno datang ke rumah Hamka membawa secarik kertas bertuliskan pendek;
“Bila aku mati kelak, aku minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Hamka langsung bertanya pada sang ajudan, "Di mana? Di mana beliau sekarang?" Dengan pelan dijawab, "Bapak sudah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso."
Mata sang Buya menjadi sayu dan berkaca-kaca. Rasa rindunya ingin bertemu dengan tokoh besar negeri ini malah berhadapan dengan tubuh yang kaku tanpa bisa berbicara. Hanya keikhlasan dan pemberian maaf yang bisa diberikan Hamka pada Soekarno. Untaian doa yang lembut dan tulus dipanjatkannya saat menjadi Imam Shalat Jenazah Presiden Pertama Indonesia.
Terima kasih Buya, atas pembelajaran kehidupan dari cerita hidupmu...
Dari dirimu kami bisa belajar menjadi manusia Indonesia sejati yang Pancasilais tanpa harus berteriak," Saya Indonesia.. Saya Pancasila..
Kami tidak ingin seperti Aidit yang setahun sebelum mengkhianati Pancasila, ia berteriak lantang," Aidit Membela Pantjasila !"
---------------
(JASMERAH.. Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah)
29 notes
·
View notes
Text
“Biar kuselesaikan dulu tugasku dengan baik. Menjadi perempuan baik-baik, menjadi yang pantas kau perjuangkan, menjadi yang layak disandingkan denganmu kelak.”
—
1K notes
·
View notes
Text
Kamu bilang ada hati kepadaku
Dan kamupun tau aku sama
Yang menjadi pertanyaanku
Kenapa kamu bersamanya?
Dan dengan polosnya kamu memperlihatkan itu
0 notes
Text
Boleh kupinjam pahamu Tuan
Aku ingin tidur dipangkuanMu
Atau pundakMu, untuk bersandar
Aku ingin berkeluh kesah atas hari-hariku
Berbagi kesedihanku
Agar tak merasa seolah-olah aku sendiri
Dan ada alasan untuk aku bisa lebih kuat dan bangkit
0 notes