putrinaluritappsp
putrinaluritappsp
druva
163 posts
secarik kata, satu dua prosa
Don't wanna be here? Send us removal request.
putrinaluritappsp · 5 years ago
Text
CHRISTINA PERRI - YOU ARE MY SUNSHINE [Lyric Video]
youtube
4 notes · View notes
putrinaluritappsp · 5 years ago
Text
LAKI - LAKI / PEREMPUAN ?
👱‍♂️ : Katanya kalau anak laki-laki dekatnya dengan ibu, kalau anak perempuan dekatnya dengan ayah, apa iya?
Tanya pak suami sambil ngelus-elus dedek di perut.
👱‍♀️ : Mau laki-laki atau perempuan harus kita usahakan dekat dengan keduanya ya yang, dekat sama ayah maupun ibu.
👱‍♂️ : Iya mungkin dulu orangtua kita dan kita sendiri saling gengsi buat mengutarakan rasa sayang, apalagi kalau sama-sama cowok/cewek, berasa saingan (?)
👱‍♀️ : Mungkin karena itu, makanya anak laki lebih mengungkapkan perilaku sayangnya ke ibu dan bapak mengungkapkan perilaku sayangnya ke anak perempuan.
👱‍♂️ : Aku mau usap kepala anakku setiap hari, mau aku kasih pelukan dan cium tiap hari, aku pengen anakku tau kalau aku sayang banget sama dia.
👱‍♀️ : Iya bismillah ya yang sama-sama kasih afirmasi nanti ke dedek kalau kita sayang banget sama dedek, sering-sering nanti kita bilang itu.
👱‍♂️ : Aku dulu enggak dapet itu di keluargaku, aku nggak mau adek sama kayak aku. Adek harus bahagia terus.
👱‍♀️ : . . . (Iyaa, aamiin insyaAllah)
:)
Surakarta, 25 Agustus 2020
0 notes
putrinaluritappsp · 5 years ago
Text
Bapak, Mie Rebus dan Tabung Gas
Masih suka takjub sama kasih sayang seorang bapak. Sampai segede ini bahkan pas udah mau punya anak seperti saat ini anaknya masih diperlakukan istimewa, sama seperti saat masih kecil dulu. Dapet jajan di bawa pulang, pengen jajan dikasih uang lebih, kepikiran makan apa dibelikan, pengen sesuatu dituruti.
Masih cerita pulang beberapa saat lalu, namanya ibu hamil suka nggak tau waktu fase laparnya. Pukul 2 pagi, mulai gelotekan di meja makan, sesederhana pengen bikin indomie telur. Ternyata stok di rumah habis. Alhasil nyemil pisang habis 2.
Denger ada yang berisik, seketika papah keluar kamar nanyain, 'laper ya??' 😅
Aku bilang kalo pengen bikin mie tapi gada, terus papah langsung masuk kamar lagi nyari sesuatu yang ternyata tas kondangan yang ada mie instannya 😍
Bumil yang udah makan pisang langsung happy meluncur ke dapur. Bikin intel. Dah super excited tuh, bumbu udah di tuang juga di piring. Ternyata eh ternyata baru separo jalan gasnya habis! Omg! Sad 😔 yaudah aku tutup lagi tuh wajannya, nggak jadi makan mie.
Papah yang abis sholat tahajud bingung liat aku bengong di meja makan malah nyemil yang lain, 'loh? Udah selesai mbak? Kok cepet banget? Nggak ada baunya..'
Pasang muka datar dan mencoba tidak apa apa sambil nyemil lemper 2 dan roti sepotong aku bilang, 'gasnya habis 😁😂'
'Ya Allah dek, bundamu pengen maem mie wae gak kesampean' kata papah ke calon cucu dalem perut. Aku cuma bisa senyam senyum.
Masih jam 3 pagi, aku masuk kamar ngelanjutin nyemil kacang hampir satu toples. Dah ngantuk lagi tuh. Sayup sayup denger suara motor keluar rumah.
Jam 4 pagi, papah ketuk pintu kamar. Aku yang setengah merem kaget, kulit kacang terbang terbang di kasur, 'nduk, kompornya udah tak ceklek, ndang dilanjut bikin mie nya, selak nyemek'
Can you imagine that??
Jam 3 pagi tadi ternyata papah keluar rumah keliling purwokerto sejam, nyari warung/toko/pom cuma buat beli gas demi anaknya yang lagi hamil pengen bikin mie rebus :')
Adzan, papah ke masjid buat subuhan, aku yang baru selesai masak merasa terenyuh banget atas kejadian barusan. Semacam bersyukur yang tak terhingga, makan mie rebusnya sambil mrebes mili, nangis. Allah kenapa baik banget sama aku yang belum baik. Di kasih keluarga terutama orangtua yang sebegitunya sayang. Bahkan sampai saat sudah menikah dan mau punya anak sekalipun.
Satu lagi hal yang membuatku bersyukur setiap harinya, perkara mie rebus dan tabung gas.
Ahamdulillah, alhamdulillahirobbil'alamiin :')
Purwokerto, 6 Agustus 2020
1 note · View note
putrinaluritappsp · 5 years ago
Text
R U M A H
Setelah sekian lama tidak pulang ke rumah orangtua, literally dua hari sejak menikah, aku diboyong suami ke rumah rantau. Sejak 27 Januari 2020 hingga 30 Juli 2020 aku baru bisa menginjakkan kaki di rumah Purwokerto karena kondisi pandemi juga yang memaksa. Meskipun pada bulan Februari-Maret sempat bertemu papah mamah karena ngunduh mantu atau karena beliau beliau menilik kami ke Solo untuk beberapa waktu selama dua kali. Selebihnya kami hanya bisa saling berkabar, menuntaskan rindu melalui pesan whatsapp maupun videocall. Tidak jarang selama hampir 7 bulan lamanya kami tidak saling memeluk dan di rumah rantau pun aku sering menangis di rumah sendirian karena sepanjang 10-11 jam perhari nya suami berada di kantor.
'MasyaAllah dek, ketemu sama uti tau tau kamu udah segede ini di perut', ini adalah kalimat yang diucapkan mamah saat aku baru sampai rumah sekitar pukul 22.00 dari Solo naik travel selama hampir 9 jam berada di perjalanan. Karena suami belum bisa menemani berlebaran haji di purwokerto dan harus menjenguk bapak ibu mertua yang memang sedang dalam kondisi kurang baik, aku pulang ke rumah dijempht oleh adik laki-lakiku yang berkuliah di bandung yang kebetulan memang sedang libur semester. Beberapa hari sebelumnya, dia sedang berlibur ke rumah kakakku di Banjarnegara melepas rindu dengan dua ponakan kami. Rencananya setelah 4 hari disana, ia memang akan meluncur ke Solo menghabiskan 4 hari liburnya kemudian pulang kembali ke rumah dan melanjutkan perjalanan ke Bandung. Namun setelah mengetahui rencana tersebut, aku justru melihat peluang untuk pulang. Kapan lagi??? Akhirnya keputusan pun diambil, dengan berat hati ponakanku melepas om nya pulang Purwokerto untuk menaruh motor, dan segera naik travel menuju Solo.
Dua malam di Solo, kemudian kami pulang lagi ke Purwokerto. Ribet? Iya! Ibu hamil tidak boleh bepergian jauh sendirian, katanya. Beda sekali dengan jaman sebelum menikah, mau ke Purwolerto, Jakarta, Bandung, Semarang atau Jogja sendirian bukanlah sebuah masalah. Ini merupakan pertama kalinya berjauhan dengan suami untuk satu minggu ke depan. Apa yang terjadi??? Menangeeeesss! Entah kenapa seperti berat. Membayangkan ia harus mengurus dirinya sendiri di rumah Solo dan pikiran lain sebagainya. Lebih lagi saat travel datang menjemput, suami sedang berada dj kantor, tidak bisa berpamitan peluk peluk meskipun pagi harinya sudah saling memeluk. Istirahat maghrib, videocall masuk. Suamiku. Sambil nunjuk kasur yang katanya 'singgasana'ku rasanya melompong. Sedih, katanya, 'biasanya aku pulang ke rumah ada yang nyambut senyum-senyum, jam segini makan bareng sambil nonton netflix, sekarang aku sendirian, sepi banget gada kamu. Aku udah mandi. Tadi beli makan sekalian buat sarapan besok. Kamu sampai mana? Udah kangen belum?? Jangan lama-lama disana :(' belum juga sampai, sudah diwanti jangan lama-lama. Aku bagaimana saat itu?? Sambil menghindar muka dari adikku, aku diam-diam kelu menitikan airmata.
--Perjalanan yang teramat sangat melelahkan, hamil 4 bulan, 9 jam di travel dengan sopir yang ugal-ugalan. Encok tidak karuan. Sampai dj rumah, mamah memelukku erat dan berkali-kali mengusap perutku. Tidak bisa lagi aku membendung air tadah rindu pada mata. Meluap. Aku merasa hangat, terenyuh sekaligus merasa sangat berdosa karena setengah tahun sudah tidak berada di tengah-tengah mereka. I'm coming back home eventhough there is other home yang dengan berat pula aku tinggalkan.
Seperti biasa, selepas perjalanan seperti ini, papah menyiapkan air hangat untukku mandi, mamah menyiapkan teh manis dan sepiring nasi hangat untuk anak-anaknya yang baru saja tiba. Pukul berapapun. Sambil makan malam, kami bercengkerama sebentar hingga kemudian beliau-beliau kembali ke peraduan. Seketika aku merasa kosong. Masuk kamarku yang masih bau kamar pengantin baru, aku merindu suamiku. Biasanya saat ini kami sedang menonton film bersama atau sekedar pillow talk sambil digosoknya punggungku yang kelu (efek hamil). Namun sekarang aku sendirian. Aku mengabarinya bahwa aku sudah sampai dengan selamat. Meskipun aku yakin dia sudah terlelap.
Beberapa saat mamah masuk ke kamarku. Aku meminta mamah untuk tidur denganku. Tapi namanya juga lama tidak bertemu, meskipun sudah sering sharing via videocall tetap saja ada hal yang mau diceritakan satu sama lain hingga tidak sadar sudah beranjak dini hari pukul 02.33. Kami harus bergegas istirahat karena esok harus sholat ied. Aku terlelap dalam gosokan tangan empuk mamah.
Subuh, panggilan videocall dari suami. Ia menepati janjinya untuk setidaknya minimal 2x sehari untuk menyempatkan facetime denganku. Posesif? Iya, aku. Tapi ia memenuhiku dan membuatku nyaman.
Perlahan, dengan menjulurnya fajar beban yang mengganjal dalam dada luntur. Aku berada dalam rumahku dan dalam jangkauan rumah yang lain. Bukan bercabang. Hanya saja, hati ini sudah memiliki 2 rumah yang sama berharganya. Aku bersyukur sangat bersyukur pada Tuhanku, rumahku, keduanya saling erat menopangku.
A place where someone still thinks about you is a place you can call home.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillahirobbil'alamiin.
Surakarta, 16 Agustus 2020 pukul 04.15
2 notes · View notes
putrinaluritappsp · 5 years ago
Text
Tidak semua gelisah bisa diceritakan pada orang lain. Cukup dirasa sendiri, pulihkan sediri. Menceritakannya hanya akan membuka goresan lama menganga kembali, tanpa solusi bahkan kadang mengiris lebih dalam karena ekspektasi pemulihan tidak kita jumpai pada mereka. Tidak ada yang bisa membantu menjadi tenang dan ikhlas kecuali diri sendiri. Tidak siapapun.
0 notes
putrinaluritappsp · 6 years ago
Text
Sebuah afirmasi, dear me..
Mengutarakan apa yang kamu mau adalah hak mu, perkara orang lain mengabulkan atau tidak, itu urusan mereka.
Tapi.. Jika mengutarakannya saja membuatmu dianggap sebagai si tukang banyak menuntut, ketahuilah, mereka belum satu frekuensi dengan mu, kamu pun akan berpikiran dirimu sedang dihakimi oleh mereka.
Padahal ketika kamu menganggap mereka sedang menghakimimu, saat itu juga kamu pun menghakimi mereka sebagai orang yang suka menghakimi.
Hukum sebab akibat. Perkataan oranglain pun sama, adalah hak mereka.
Keputusan ada ditanganmu, menganggap mereka sebagai angin lalu dan menikmati bentuk kebahagiaanmu sendiri, atau memilih berkutat dengan kubangan keruh pendapat orang lain yang seringkali membuatmu jatuh.
Yang merendahkan biarkan mereka melayang dengan argumen tinggi mereka.
Yang menyepelekan biarkan mereka menari dengan kesombongan mereka.
Yang menguatkan, selamanya mampu memahamimu tanpa perlu bertanya mengapa dan bagaimana.
Karena mengerti tidak selamanya dapat diungkapkan dengan kata-kata melainkan perbuatan hangat dan meneduhkan yang bisa beriringan tanpa saling membenturkan diri satu sama lain.
Tidak ada yang patut diturut kecuali hatimu sendiri. Ia yang lebih tahu mana bisa kau andalkan maupun tidak.
Berhenti menggantungkan diri pada penerimaan oranglain. Karena tidak selamanya kamu bersama mereka. Yang akan engkau bawa menemani saat jatuh dan bangkitmu adalah dirimu sendiri. Berterimakasihlah pada dirimu sendiri, karena ia tetap setia menjadi tangguh meski harus ditempa sedemikian rupa. Bersyukurlah, karena hati dan pikiranmu masih bisa diajak bekerja sama, mereka tidak mati, mereka tetap menyala meski dunia tidak berpihak kepadamu.
13/2/2019
0 notes
putrinaluritappsp · 6 years ago
Text
Alpa
Satu hal yang aku sadari dan pelajari hari ini, pada akhirnya kepercayaan terhadap oranglain hanya sebatas cimitan garam, tidak lebih. Tidak patut dan lucu rasanya membentang jarak pada yang seharusnya diturut. Kadang diri kita sendirilah yang justru tidak bisa dipegang kata-katanya. Tapi satu hal yang pasti, selalu ada kebaikan dalam diri seseorang di sela kealpaannya. Khusnuzon. Itu kan maksudnya?
Yang masih kupertanyakan adalah mengapa menangis menjadi semurah itu? Mana yang benar? Pertanda lemah hati? Atau setegar karang ia mampu menahan?
Surakarta, 1 Agustus 2018
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Video
youtube
Yanni - "TRUTH OF TOUCH" Live at El Morro Love this gorgeous and unusual melody!
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Audio
Sometimes the greatest the way to say something is to say nothing at all..
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Text
Menjadi 'Ksatria'
Malam ini seperti biasanya aku tidur persis setelah sholat Isya. Dua jam setelahnya aku terbangun dari mimpi yang melompat-lompat alur skenarionya. Satu menit kemudian aku mendapati sebuah pesan whatsapp dari seseorang yang memang aku tunggu kabarnya sejak siang. Baru pulang kantor. Lembur, katanya. Ia menanyakan, apakah aku sudah makan atau sedang menginginkan makan sesuatu. Lamat - lamat aku mengumpulkan nyawa, jika ku teruskan untuk terlelap kembali rasanya aku tak butuh makan. Tapi sekejap teringat, jika tiba-tiba dia mengajak makan ditengah lelahnya dia pasti hanya ingin bertemu atau sekedar ditemani melepas penat. Apalagi besok pagi dia akan ada tugas di luar kota selama beberapa hari ke depan. Jadi ku iyakan.
Benar saja, rasanya baru tiga detik kubalas pesannya, dia sudah menelpon mengabari jika sudah di gerbang depan. What?! Sekilat itu? Yaa. Ternyata aku sempat terpejam, lagi. Baiklah kali ini kubuat dia menunggu untuk berganti baju.
Dengan mata yang masih separuh berat, aku berhuyung - huyung menuruni anak tangga. Ku buka gerbang kuning dengan sekuat tenaga. Ku angkat kelopak mata agar ia tidak semena - mena mengatup tanpa sengaja.
Senyumnya merekah, meringis seraya mengedip teduh di balik tas punggung besar yang membuatnya mirip kura - kura. Baik, kami berangkat menembus dinginnya malam menuju 'burjo' yang jaraknya tak lebih dari tiga ratus meter.
Dia memesan nasi telur orak arik super pedas. Aku? Masih berusaha terjaga dari pejaman yang menggoda. Belum terpikirkan mau mengunyah apa. Beberapa kali aku harus terbatuk - batuk karena aroma cabai yang menyengat.
"Jika begini, kita tidak akan pernah bisa makan satu piring berdua", celetuknya.
Dia si penguras sambal dan aku si anti pedas - pedas klub. Begitulah, hingga saat ini kami belum bisa menyamakan selera makan.
Waktu bergulir. Aku masih belum memesan apapun hingga nasi yang ia makan tersisa tiga suapan. Kami masih tenggelam dengan percakapan tentang kegiatan masing - masing hari ini. Membicarakan besok yang akan seperti apa dan lain sebagainya.
Ind*mie mulai menggoda olfaktori ku. Oke pesan!
Saat dia sudah menyilangkan sendok garpu dan aku mulai mengaduk kudapan favoritku, teman lamanya (yang sekaligus calon suami sahabatnya sendiri) datang. Kami saling takjub karena justru bisa bertemu di tempat seperti ini.
Obrolan demi obrolan mengalir. Usut punya usut masnya inilah yang memberikan pandangan padanya bagaimana seharusnya 'ngobrol serius' dengan papah beberapa waktu silam (nanti ku ceritakan).
'Sudah semestinya, ketika menjalin sebuah hubungan dan berniat serius melaju ke jenjang berikutnya, seorang pria harus secara jantan menghadap orangtua wanitanya untuk meminta ijin dan restu. Menjadi 'ksatria'. Bukan lagi 'bermain-main'. Jika sudah diniatkan, jalan menuju satu benar-benar akan dimudahkan olehNya. Bahkan pintu rejeki pun akan Allah bukakan selebar-lebarnya dari arah yang tidak disangka-sangka. Apalagi jika sudah satu. Bismillah dan segera.", kata masnya.
Kami terdiam. Dan dia pun mengamini segala doa yang disampaikan si mas calon mempelai. Kuperhatikan memang, entah sejak berapa lama kesungguhan yang ia usahakan itu mengubah cara pandang, sikap dan pembawaannya. Bukan lagi laki-laki cengengesan yang kulihat seperti empat tahun lalu saat kami baru saling mengenal yang bahkan segala polah terlihat begitu salah karena keadaan. Ia berubah, menjadi lebih baik tentunya. Hamdalah. Pria yang meneguhkan hatinya untuk ku itu, telah memberanikan diri menghadap ayah ibu demi sebuah restu.
Aku tahu, menjadi seorang 'ksatria' tidak segampang itu. Namun, seiring berjalannya waktu justru tanggungjawab itulah yang menjadikannya seorang pria yang terus membangun pondasi perbentengannya. Mengokohkannya. Dari segi apapun.
Bismillah, nawaitu, segera, lillahita'ala. InsyaAllah.
Allahumma yassir walaa tu'asir..
Ambucuy, 12 Juli 2018
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Photo
Tumblr media
One of my wishes list comes true!
1 note · View note
putrinaluritappsp · 7 years ago
Text
Renjana
Pada kata yang tak terucap, acap kali aku terisak
Ingatanku terbata di setiap rongga udara
Melucut sendi, menyesak dada
Pedih, perih, menoreh luka
Mimosa tak setangguh perdu lainnya
Ia kan terkatup; tunduk pada sentuhan yang terjaga
Tebas terus terabas!
Terkepul lara, koyak renjana..
Surakarta, 24 April 2018
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dik, terimakasih.. Terimakasih sudah menjadi pengingat bahwa nikmat yang Allah berikan luarbiasa banyaknya. Terimakasih sudah menjadi cermin untuk senantiasa bersyukur dan menundukkan hati bahwa kita tidak mampu apa-apa kecuali atas kehendakNya. Semoga Allah meninggikan derajat kalian atas segala sakit yang diujikan. Aamiin. Fabiayyiala i rabbikuma tukadziban.. Surakarta, 21 April 2018 *ruang bermain Maya Ananta sal Melati Rumah Sakit Muwardi
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Text
Alhamdulillah. There's always something to be thankful for.
0 notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Pertama kalinya mendapati pengalaman dimana namamu tertulis di halaman terdepan sebuah buku. Meski masih ‘dkk’, meski masih berupa buku antologi, meski oleh penerbit yang entah orang mengetahuinya atau tidak, meski prosesnya belum selesai cetak dan masih antri ISBN, tetapi ini adalah hasil jerih payahmu (meski tidak sepayah itu), ini adalah wujud sayang Tuhanmu atas jalan mimpi yang kamu tunggu. Apalagi yang akan menjadi alasanmu untuk tidak bersyukur? Maka nikmat Tuhan Mu yang manakah yang akan kamu dustakan? Alhamdulillah adalah kata terbaik untuk perwujudannya. Masih membutuhkan usaha ekstra keras untuk menghapus 'meski-meski’ yang terus menghampiri, masih membutuhkan doa yang lebih ekstra untuk mewujudkan mimpi lain yang katamu masih banyak. Bersyukur dan jangan pernah berhenti untuk terus berlari. Lelah adalah manusiawi, berjalan melambat tak apa, istirahat sebentar juga tidak masalah, asal kamu masih memegang kesadaran dan terus meneguhkan hati bahwa hidup harus terus melaju. Semangat!
1 note · View note
putrinaluritappsp · 7 years ago
Text
Nothing in this world compares to the comfort and security of having someone who hold your hand and strengthen each other. I think the luckiest girl in the whole wide world could me me because I get to be with you.
3 notes · View notes
putrinaluritappsp · 7 years ago
Text
And yes he is, the one who constantly turns my calm weather into storms and also puts raging hurricanes inside me to rest. For always being there in the middle of my chaos, thankyou ❤
0 notes