Text
Sekeping Cinta di Georgetown
Sekeping Cinta di Georgetown

Assalamualaikum warahmatullah….
Setelah sekian lama bener-bener hiatus menulis, kali ini saya ingin sekali menceritakan trip terakhir yang menurut saya akan lebih mudah untuk diceritakan karena tidak serumit perjalanan-perjalanan saya sebelumnya yang butuh waktu lebih dari satu minggu.
Ok kita mulai saja ya… Sebetulnya tujuan saya kali ini tidaklah jauh dan memang sedari lama sudah sangat ingin…
View On WordPress
0 notes
Text
Jika ada saat dimana saya sangat bahagia, melihat gunung dengan puncaknya yang bersalju inilah salah satunya. Tak pernah terbayang jika saat duduk di bangku sekolah dan belajar geografi dunia, akhirnya saya bisa melihatnya langsung dengan kedua mata saya. All praise goes to Allah! Saat merencanakan perjalanan ke Jepang dan gunung Fuji dapat diakses dengan cukup mudah dan murah, saya tidak berfikir panjang untuk say yes datang kesana.
Sebetulnya gunung Fuji ini bisa kita nikmati dari beberapa wilayah yang mengelilinginya. Akan tetapi yang terdekat dan termudah juga termurah adalah dengan mengunjungi danau Kawaguchi. Karena setelah menimbang-nimbang dan bertanya pada Yuka, memang lebih menyarankan datang ke danau Kawaguchi. Jarak yang lebih dekat, akses yang lebih mudah dan menyaksikan gunung Fuji dengan lebih jelas dari sini, membuat saya mantap merencanakan day trip kesana.
Jadi akses murah yang saya pilih adalah dengan menggunakan bis. Bis ke Kawaguchi dari Tokyo berangkat dari Shinjuku, Shibuya atau Stasiun Tokyo. Karena dari blog yang saya baca sebelumnya lebih strategis jika menginap di daerah stasiun Shinjuku maka saya manut saja dengan mencari penginapan juga di sekitar stasiun Shinjuku ini. Walaupun dekat artinya harus berjalan minimal 5 menit. Hahaha
Awalnya saya ngga tahu jika tiket bis ke danau Kawaguchi bisa dibeli online dan beberapa blogger menyarankan untuk beli ots saja. Tapi sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan saya membaca sebuah blog dan ternyata tiket bisnya bisa dibook online. Karena saya tipe yang ngga bisa tanpa persiapan dan juga menimbang saat itu adalah musim ramai, saya coba book online. Dan benar saja, jam keberangkatan yang saya inginkan sudah habis, yaitu jam 8-9 pagi. Akhirnya dengan berat hati saya book jam 6.45 pagi. Sudah kebayang paginya kan? Saya agak worry sebetulnya. Apalagi keberangkatannya bukan dari Shinjuku melainkan dari Shibuya! Ini artinya saya butuh waktu lebih lagi untuk sampai di Shibuya dari Shinjuku. Saya berusaha mengadu keberuntungan dengan setiap hari mengecek jika ada jam yang agak siangan, tapi sampai beberapa hari sebelum saya berangkat, hasilnya nihil. Ohiya untuk booking tiket bis secara online, bisa kesini ya.
Saat sampai di Tokyo-pun saya masih berusaha mencari jadwal yang agak siangan dengan datang langsung ke loket keberangkatan. Tapi memang jam yang saya mau sangat banyak peminatnya jadi tidak ada satu kursipun yang kosong. Ya sudahlah saya pasrahkan saja dan selalu mewanti-wanti teman untuk bangun beneran pagi karena kalau tidak, 1,800 yen harus melayang dan gawatnya kami harus keluar uang lagi dan itupun kalau bis selanjutnya tidak penuh. Doh…membanyangkannya saya sudah mules :(
Setelah seharian ngelilingin Tokyo dengan Yuka, kami benar-benar beres dan bersiap tidur jam 12 malam. Badan serasa capek sekali dan sudah harus bangun jam 4 subuh. Tidur baru sebentaran dan kami sudah kelayapan di jalanan jam 5.30. Langit sudah lumayan terang saat itu. Kami naik kereta ke Shibuya dari stasiun Higashi-Shinjuku. Sempat bingung mau ambil line yang mana akhirnya kami bertanya pada bapak-bapak dan bilang jika line yang saya berdiri menunggu memang mengarah ke Shibuya.
Jalan di depan hostel
Kantor Keio Bis
Tiba di stasiun Shibuya kami langsung mencari loker untuk menaruh ransel kami, ngga lucu kan kalo ke danau Kawaguchi bawa-bawa gembolan. Di Shibuya, loker banyak ditemui di dekat patung Hachiko. Kami memilih loker yang agak besar agar bisa muat 2 ransel. Beres urusan ransel kami mengarah ke Mark City karena tempat keberangkatan bis berada di lantai 5 mall ini. Sempat lama mencari pintu yang saya lewati kemarin tapi semua terkunci karena masih pagi. Dan sudah ngeri banget masa iya sih mereka berani buka jadwal keberangkatan bis pagi tapi ngga ada pintu yang dibuka. Itu selalu yang membuat saya yakin bahwa memang ada pintu yang dibuka tapi kami belum menemukannya. Sampai akhirnya kami berjalan memutar ke belakang mall dan bertemu dengan bapak-bapak yang akhirnya menunjukkan dimana pintu dan lift menuju lantai 5. Ah….arigatou gozaimasu bapaaaaak. Walaupun bertampang menyeramkan namun hati bak malaikat. Hahaha lebay…
Sampai di tempat keberangkatan bis yang letaknya di rooftop mall, ternyata kami masih punya waktu 30 menit sebelum bis berangkat. Lega…saat itu ngga banyak orang yang nunggu seperti kami dan keadaan bus pun tidak penuh, mungkin karna waktu keberangkatan yang lumayan pagi ya.
Tempat keberangkatan Keio Bis
Keio Bis Shibuya-Kawaguchiko Station
Bagian dalam bis
Ada meja kecilnya
Do & Don’ts Inside Bus
Ngga lama setelah bis berangkat dan masuk highway, saya dan teman tertidur. Maklum kami sangat ngantuk dan suasana juga mendukung kan? Perjalanan dari Shibuya ke perhentian Kawaguchi-ko diperkirakan 2 jam 20 menit. Bis yang kami naiki akan berhenti di 3 perhentian, yaitu Fuji Q Highland (arena bermain seperti Dufan), Kawaguchi-ko station dan Fuji 5th Station yaitu perhentian terakhir yang letaknya di kaki gunung Fuji. Karena saya hanya berencana menikmati gunung Fuji dari danau, kami berhenti si stasiun Kawaguchi.
Allah memang benar-benar sayang sama saya, karena hampir di sepanjang perjalanan saya tidur dengan lelapnya dan ndilalah bangun-bangun pas banget mata saya ngeliat cantiknya gunung Fuji yang puncaknya putih diselimuti salju itu. Masha Allah!!! Saya sangat takjub~~~seperti dalam mimpi…
Tidak lama setelah itu, bis berhenti di stasiun Fuji Q Highland dan beberapa remaja turun. Bis melanjutkan perjalanan dan tepat setelah itu sampailah di stasiun danau Kawaguchi. Dinamakan stasiun Kawaguchi karena memang selain sebagai tempat perhentian, mereka juga adalah stasiun kereta. Selain bis, menuju Kawaguchi bisa juga menggunakan kereta dari Tokyo.
Gunung Fuji dari jalan bebas hambatan
Fuji Q Highland
Kawaguchiko Station
Lawson dengan view terindah
Kami turun dengan beberapa rombongan tamu dan tujuan saya langsung ke bagian informasi. Saya menanyakan bagaimana menuju Kachi-kachi ropeway dari stasiun Kawaguchi. Beberapa blog bilang untuk jalan kaki saja selama 15 menit namun ada beberapa pula yang menyarankan naik bis wisata. Tapi karena kami tidak akan lama di danau Kawaguchi, saya urung membeli day pass bis tersebut karena kalau dihitung-hitung jatuhnya jadi mahal. Tapi kalau memang punya banyak waktu untuk eksplore seputaran danau Kawaguchi, sangat disarankan untuk membeli day pass bis ini.
Ok untuk cerita lengkap saat menikmati gunung Fuji, akan saya bahas di tulisan selanjutnya ya..biar ngga kepanjangan ^^~
Day Trip Danau Kawaguchi (1) Jika ada saat dimana saya sangat bahagia, melihat gunung dengan puncaknya yang bersalju inilah salah satunya. Tak pernah terbayang jika saat duduk di bangku sekolah dan belajar geografi dunia, akhirnya saya bisa melihatnya langsung dengan kedua mata saya.
#backpacking ke jepang#bis ke kawaguchiko#cara termurah dari tokyo ke kawaguchiko#dari shibuya ke kawaguchiko#day trip ke kawaguchiko#gunung fuji#keio bus to kawaguchiko#trip hemat ke kawaguchiko#trip ke kawaguchiko
0 notes
Text
Beware that this post is longer than usual. Don’t close the page yet, but please read it patiently ^^~ arigatou
Ok, hari ini saatnya menjelajah Tokyo sehari penuh! Senjata sudah kami siapkan yaitu 1 buah kartu subway dan metro pass yang kami beli di kantor Keikyu di bandara. Kartu ini ada 3 jenis, pass untuk 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Karena menurut program yang sudah saya buat hanya akan stay 2 hari di Tokyo, jadi kami belilah yang 2 hari saja. Dan memang kalau dihitung-hitung akan sangat berhemat jika dibanding beli ketengan yang juga akan makan waktu. Maklum, waktu 2 hari yang juga sebetulnya tidak fulll 48 jam, kami harus benar-benar memanfaatkan waktu yang ada walopun dengan naik turun subway yang tahu sendiri kan gimana.
cr : Keikyu Official
Saya juga sangat-sangat dibantu oleh teman saya Yuka, yang dengan baik hatinya menemani seharian penuh, ngambil cuti kerja segala. Mungkin kalau tidak dengan Yuka, saya tidak akan bisa mengunjungi semua tempat yang bisa saya kunjungi dihari ini
Baiklah without further due, let’s start!
Setelah naik kereta Keikyu dan berganti kereta di sebuah stasiun, yang saya lupa namanya, kami akhirnya sampai juga di stasiun Shinjuku. Seperti yang sudah saya baca, stasiun ini benar-benar super besar. Saya sampai keder juga ngeliatin banyaknya orang yang hilir mudik. Ini juga disebabkan karena Shinjuku merupakan stasiun penghubung untuk semua line metro dan subway di Tokyo. Kebayang kan gimana besarnya?
Tujuan pertama hari ini adalah ke pasar Tsukiji, tapi sebelumnya saya minta ditemani ke Kantor Odakyu untuk menanyakan tiket bus ke Kawaguchiko untuk keesokan harinya. Sebetulnya saya sudah booking online jauh-jauh hari tapi ternyata karena kondisi sedang ramai jadi saya dapat tiket jam 6.45 pagi. Khawatir ngga keburu, saya berencana mau beli langsung dengan jam yang agak siang dan cancel bookingan saya via online tersebut. Tapi setelah mengantri hampir 30 menit, ternyata kalau untuk tiket bus saya disuruh langsung ke loket tempat pemberangkatan langsung yang letaknya ada di gedung sebelah. Duh…such a waste time. But yaudahlah ya…toh saya sudah harus membiasakan antri di negara disiplin ini. Singkat cerita sampailah di loket yang dimaksud dan ternyata jadwal yang saya mau yaitu jam 8 pagi sudah habis semua. Tinggal jam 11 pagi saja. Walah pikir saya, mendingan pakai tiket sebelumnya saja. Sambil bismillah kalau semuanya akan tepat waktu sampai di tempat pemberangkatan.
Persis di depan pintu keluar Tsukiji Shijo
Aneka produk yang dijual
T-shir yang saya masih nyesel kenapa ngga beli :(
Wasabi!
Mangkuk keramik
Kecambah?
Setelah urusan beres kami langsung ke Tsukiji, sampai di stasiun Tsukiji shijo, keadaan sudah ramai wisatawan. Kami menyusuri jalan dan hanya ke pasar diluarannya saja karena juga sudah siang. Pasarnya ya seperti pasar tradisional di Indonesia dengan bermacam-macam dagangan yang diperjualbelikan. Sebetulnya pasar Tsukiji ini adalah pasar ikan terbesar di Jepang bahkan mungkin di dunia, tiap paginya ada lelang ikan Tuna yang juga dapat dikunjungi oleh wisatawan dengan syarat dan kondisi yang sudah ditetapkan oleh pihak pengelola. Saya sebetulnya tertarik sekali tapi dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan akhirnya saya relakan tidak bisa mengunjungi lelang Tuna tersebut. Selain itu juga di pasar ini banyak orang antri untuk makan sushi segar yang terkenal enak dan mahal. Saya sih untungnya ngga doyan sushi jadinya ya ngga ikutan ngantri. Hahaha
Lalu, tujuan ke 2 adalah menyusuri Ginza, daerah penting dan terkenal dengan pusat perbelanjaan dan perkantoran mewah di Tokyo. Kami jalan lumayan jauh sampai kaos basah oleh keringat. Melewati jembatan penyebrangan dan sampailah di Ginza. Melewati beberapa toko baju dan Yuka sempat menawarkan apakah mau mampir, saya menolak karena alasan waktu dan takut ngga cukup buat mengunjungi tempat lain yang listnya masih panjang. Di Ginza ini saya sebetulnya penasaran dengan Wako dan gedung Sony. Tapi kemarin saya hanya melihat Wako saja sebelum nyebrang ke stasiun subway tujuan ke Asakusa.
Jalan tampak dari atas jembatan
gedung-gedung perkantoran
Polwan-nya Jepang
Wako dan ternyata jamnya merk Seiko :D
??
Setelah berpeluh kami lanjut ke stasiun subway menuju Kuil Asakusa. Dan kami keluar stasiun subway disambut dengan ramainya orang di depan gerbang. Ya ampunn sampai foto aja susah nyari angel yang bener. Hahaha Memang Kaminarimon ini adalah pintu gerbang kuil yang memiliki lampion super besar ditengah-tengahnya dan menjadikan spot wajib foto. Menuju ruang utama, kami masih harus melewati sebuah jalan yang di kanan – kirinya menjual segala macam barang, yaitu souvenir dan makanan ringan. Ya, namanya Nakamise. Setelah dimanjakan dengan pemandangan yang lucu-lucu disetiap tokonya, kami akhirnya sampai di kuil utama yang sudah banyak orang melakukan doa. Oh iya di kuil Asakusa ini saya juga banyak melihat orang mengenakan Kimono/Yukata. Kami juga sempat berfoto dengan 2 gadis yang awalnya saya pikir orang Jepang. Ketauan aslinya setelah foto pas mereka ngobrol. Lah kok orang Korea -_-
Kaminarimon Gate
Giant Lampion
Nakamise street in front
That Korean Girls
Puas foto-foto kami lanjut mencari IPIN Asakusa, yaitu ramen halal yang banyak direkomendasikan oleh para traveler. Saya pikir letaknya tidak jauh dari kuil Asakusa tapi ternyata kami masih harus jalan lumayan jauh. Melewati gang yang sepi dan beberapa resto yang berderet di kanan kiri jalan. Sampai akhirnya kami menyebrang jalanan besar dan..akhirnya ketemu juga. Alhamdulillah!
Gang 1
Gang ke 2
Gang ke 3
Salah satu resto yang kami lewati
Keluar gate entah apa
Apotek
Nyebrang jalan besar
Ippin Asakusa, finally!
Restorannya lumayan sempit karena hanya berupa sederet kursi yang menghadap meja dengan sebrangnya adalah dapur. Sepertinya mereka baru saja buka karena masih menyiapkan ini dan itu.Hanya ada satu orang mas-mas yang dari mukanya ngga gitu Jepang banget seperti blasteran dengan Melayu. Hehehe Kami memesan 1 mangkuk ramen ayam. Dan…pesanan kami datang dengan mangkuk jumbo. Ya ampun ini porsi regular loh yang saya pesan. Agak kaget juga sih dan ngebatin gimana cara ngabisinnya. Bismillah saya makan dengan lahap maklum habis jalan jauh kan, hahaha Untuk pelengkapnya mereka menyediakan bubuk cabe dan wijen, menambah rasanya jadi lebih kuat lagi. Menurut saya ramennya enak walaupun dengan kuah kaldu yang seperti santan tapi ngga membuat enek. Alhamdulillah saya bisa menghabiskan satu mangkuk besar itu! Hebat loh padahal temen saya aja ngga kuat tapi saya dan Yuka bisa mengahbiskannya padahal badan kami berdua lebih kecil dari temen saya itu. Hihihi
Milky Ramen
Note dari owner
Tempat sholat
Lampunya aja lucu :p
Selesai makan, saya nanya ke mas-masnya kalo disana kami bisa sholat ngga, dan dijawab, bisa dilantai atas. Saya berdua teman naik keatas dan diatas sebetulnya juga bisa digunakan untuk makan juga dengan meja dan kursi yang menurut saya letaknya mepet-mepet sekali dan jadinya berasa sesak. Space untuk sholat itu letaknya di dekat pintu masuk dan memang biasa digunakan untuk sholat para pengunjung. Setelah sholat saya kembali ke bawah dan makan sudah dibayar oleh Yuka -_- ihhh saya ngga enak banget pake dibayarin segala, tapi ya sudahlah ya udah kadung dan saya berencana “membalasnya” pas dinner nanti. Hahaha Harga per porsi ramen dengan telur sebagai pelengkap adalah JPY 750
Tujuan kami selanjutnya adalah ke Meiji shrine. Kami naik subaway lalu turun di stasiun terdekat yang lagi-lagi saya lupa namanya. Beginilah kalau jalan-jalan diantar teman jadi ngga begitu pay attention sama hal-hal kecil yang sebetulnya penting. Kami jalan menyusuri Takeshita dori yang begitu ramai yang menjual aneka macam barang. Kami sempat masuk ke sebuah toko baju karena Yuka sepertinya sudah kepanasan daritadi dan berencana membeli topi, tapi apa yang dicari ngga ketemu dan akhirnya keluar toko lagi tanpa membeli apapun. Sempat melewati sebuah toko es krim yang lagi nge hitz kata si Yuka, terlihat antrian yang begitu mengular. Ah aromanya juga wangi banget jadi pingin beli tapi karna inget mau ke Meiji jingu jadinya saya cepat-cepat jalan. Sampai akhirnya kami melewati toko yang menjual coklat murah dan saya akhirnya membeli secukupnya untuk teman kantor saja. Ngga jamin halal ya dan saya juga mengoleh-olehi teman yang non-muslim.
Setelah menyebrang jalan kami menyusuri jalan setapak yang dibawahnya merupakan rel untuk kereta JR. dan sebagai pembatasnya kami disuguhi berbagai gambar manga yang mungkin sedang hits disana. Saya ngga tau judulnya apa saja karena bukan pencinta komik Jepang. Tidak lama kami belok kanan dan gerbang Torii menyambut. Gerbang yang sangat-sangat besar dan tinggi. Disebelah kanannya juga terdapat jejeran tong yang terbuat dari keramik dan berisi sake yang menjadi semacam penghargaan kepada para donatur dalam bentuk tong-tong tersebut. Jumlahnya lumayan banyak dan berjejer rapih. Untuk sampai ke tempat utama, kami masih harus berjalan lagi dengan pemandangan yang begitu asri dan adem. Kanan kirinya pepohonan hijau semua soalnya. Sayang saat sampai di tempat utama, ada beberapa bangunan yang sedang direnovasi dan kami dilarang mendekatinya. Seperti pada kebanyakan kuil dan klenteng, di diruang utama ibadah kami dilarang mengambil foto, bahkan di Meiji Jingu ini ada bapak keamanannya yang menjaga kalau-kalau ada yang mau mengambil foto. Takutt
Lebih dekat naik JR
Takeshita dori
Keberuntungan saya hari ini di tempat ini adalah bisa menyaksikan sebuah keluarga yang mengadakan acara pernikahannya disini. Dimulai dari jalan bak para model dan menuju ke area dibelakang tempat menjual souvenir yang digunakan untuk pengambilan foto keluarga. Dengar-dengar dari Yuka, kalau keluarga yang mengadakan upacara pernikahan di kuil ini bukan sembarang keluarga dan mereka pasti kaya karena biaya yang dikeluarkan besar sekali jika ingin mengadakan upcara pernikahan di kuil ini. I wonder how much money they spent there….hihihi
Torii
Tong Sake
Salah satu sudut Meiji Jingu
This touchy message :(
That Wedding ceremony
Ok, akhirnya setelah kelar cekrak cekrek kami kembali ke depan tapi ngambil jalur yang beda. Dan diujung jalan sebelum pintu keluar kami nemu tempat makan snack dan es krim. Dan akhirnya inilah kali pertama saya nyobain es krim green tea di negaranya langsung. Dan memang enak banget!! Iya sih agak pricey karna satu cone dijual JPY 500 dan lagi-lagi Yuka nyolong start dan maksa banget bayarin esk krim kami -__- Es krimnya pekat dengan rasa green tea yang agak pahit. endeslah pokoknya
My first Green Tea Ice cream
Lanjut ke tujuan selanjutnya yaitu Shibuya! Yes, selain patung Hachiko, saya juga penasaran sama Shibuya crossing. Dan sebelum itu Yuka sepertinya kepikiran sama tiket bus saya ke Kawaguchiko besok dan akhirnya membawa kami ke kantor sekaligus tempat pemberangkatan bus ke Kawaguchiko di Mark City yang ada di Shibuya. Kami sempat berhenti lama menunggu Yuka menelepon seseorang disebrang sana. Saya merasa ngga enak entah itu telp kerjaan ato dia nanya temannya tentang tempat pemberangkatan kami itu. Setelah cukup lama kami akhirnya naik ke lantai 5 tapi tetap tidak menemukannya dan sempat kembali lagi yang akhirnya ternyata tempat pemberangkatan tersebut hanya memiliki pintu masuk yang sangat kecil dengan tanda yang kurang jelas. Anehnya Yuka beberapa kali meminta maaf kepada kami karena dia ngga ngeh kalau pintu masuknya ada disitu -__- ya ampun bukan salahnya dia juga kaliii
Mark City Shibuya
Bus departure point
Setelah sampai kantor yang satu kotak berukuran 3×2 itu Yuka tanya apakah ada bookingan bus ke Kawaguchiko besok atas nama kami. Tapi tetap tidak ditemukan juga sampai akhirnya saya buka flash disk saya dan ternyata saya yang lupa atas nama siapa tiket tersebut dibooking. Hahaha Yuka udah worry banget mukanya dan mba-mba petugasnya udah gemeteran entah karna AC yang dingin apa karna ikutan nervous juga. Alhamdulillah tiket diissued kami bayar dan tinggal besok saja kami harus benar-benar bangun pagi!
Setelah selesai urusan tiket bus, kami lanjutkan ke patung Hachiko yang ternyata memang sangat ramai orang kumpul-kumpul. Dan setelah foto formalitas kami akhirnya mencoba menyebrang di Shibuya crossing ala-ala orang lokal, hahaha uniknya, walaupun terlihat semrawut tapi kami tidak menabrak siapapun yang menyebrang dengan arah yang berlawanan. Dengan noraknya juga kami ambil foto sampai diliatin cowok yang nyebrang di depan kami. bodo amat hahaha
Hachiko
Shibuya Crossing
Ok hari sudah mulai gelap dan rencana awal kami mau balik ke penginapan atau makan malam, tapi Tokyo tower seperti manggil-manggil saya. Sedih dan akhirnya saya bilang ke Yuka mau kesana bisa ngga? Akhirnya dengan diyakinkan sama Yuka kami menuju ke Tokyo tower. Sebagai turis firstimer di Jepang, tentunya land mark kota tersebut ngga bisa dilewatkan begitu saja, kan? Dan setelah turun di stasiun Shibakoen kami berjalan ke arah taman. Awalnya saya pikir mana Tokyo towernya? ehhh ternyata dia berdiri cantik sebagai background taman kecil tersebut. Wahhhhh saya senang sekali bisa melihatnya secara jelas dengan warna khas merahnya itu…ternyata banyak sisi untuk menikmati Tokyo tower :)
Shibakoen Station
Entrance and Exit door
Pink Rose
Tokyo Tower!
Ok, hari beranjak malam dan Yuka masih semangat aja ngajakin dinner, wakakaka okelah cari resto halal yang ngga perlu menu Jepang. Dan nemulah resto Pakistan di dekat stasiun Shinjuku. Berarti ngga jauh dari hostel kami. Sip…capcus ke perhentian terakhir hari ini.
Turun di Shinjuku, kami mencari-cari resto yang dimaksud. Tolong diinget ya, di Jepang semuanya harus jalan kaki. Ngga ada tempat yang bener-bener menclok disebelah stasiun kecuali convenience store yang emang dimana-mana. Tidak jauh dari resto tersebut saya mendengar beberapa cewek ngomong bahasa Indonesia. Mereka juga sepertinya bingung mau makan dimana. Antara mau makan Ramen atau resto yang sama dengan kami. Dan restoran yang kami tuju ada di lantai 2 dan untungnya masih ada kursi yang kosong. Saya tidak familiar dengan menu dari daratan India dan sekitarnya, yang saya tahu hanya roti Prata dan Kare saja. Maka itu Yukalah yang lagi-lagi kami berondong pertanyaan ini apa itu apa, dan ternyata saya baru tahu kalau dia sangat menyukai masakan India.
“Balas dendam” saya tidak berjalan mulus karena rasa mules dan akhirnya saya harus ke toilet, duh seem like I love Tokyo more than I realize :)) Dan dodolnya saat itulah lagi-lagi Yuka yang bayar makanan kami -_- it was about JPY 5,000 saya asli ngga enak tapi dia selalu bilang “welcome to Japan”. Mungkin maksudnya sebagai tanda selamat datang di Jepang. Yoweslah mba, matur suwun sanget yo…semoga dibales rejeki yang lebih banyak lagi sama Gusti Allah.
Roti Prata
Semacem Samosa
Telor Dadar
Our Savior, Yuka
Kami akhirnya benar-benar harus ke hostel karena sudah hampir jam 11 malam dan besok kami pagi-pagi harus ke Shibuya lagi. Jalan sekitar 10 menit dan kami akhirnya sampai di hostel. ahhhh akhirnya perpisahan tidak terelakkan lagi, Yuka mengantar sampai ke kamar kami dan entahlah saya tidak bisa membendung air mata,
I hugged her for a moment and she said please don’t cry. How can I, eonnechan?
Begitulah seharian di Tokyo yang menghabiskan waktu 15 jam, mengunjungi 10 tempat dan hanya mengeluarkan biaya JPY 1,500. Thanks a bunch for my lovely eonnechan and I do hope I can repay you back one day. oh iya Yuka info kalo seharian itu total kami berjalan 17 km! Wow sekali kan, padahal saat di Indonesia belum tentu saya bisa olahraga seminggu sekali Hahaha
1 kota, 15 jam, 10 tempat & JPY 1,500 Beware that this post is longer than usual. Don't close the page yet, but please read it patiently ^^~ arigatou…
#backpacking ke jepang#es krim green tea#ginza#green tea#halal ramen#harajuku#ippin asakusa#japan trip#japan&039;s wedding#kimono#kuil asakusa#mark city shibuya#meiji jingu#metro and subway pass#musim semi di jepang#pasar tsukiji#patung hachiko#shibakoen station#shibuya#shibuya 5th floor#shibuya crossing#shinjuku station#takeshita dori#Tokyo#tokyo tower#torii gate#yukata
1 note
·
View note
Text
Semalam di Haneda (Kul-Haneda,Tokyo Part 2-end)
Semalam di Haneda (Kul-Haneda,Tokyo Part 2-end)

Setelah lepas dari screening terakhir akhirnya kami bisa benar-benar lega. Lega untuk sesaat tentunya karena perjalanan baru dimulai dari sini. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, saya berusaha mengadu nasib dengan coba-coba mendatangi counter Keikyu yang menjual Metro & Subway pass + one way tiket Keikyu line dari airport Haneda ke stasiun penghubung yaitu Sengakuji di Asakusa line. Harganya…
View On WordPress
#airasiax#airport#bermalam di haneda#haneda#keikyu#metro and subway pass#pocket wifi#prayer room di haneda#pupuru
0 notes
Text
Haneda Airport – sumber : ycat.co.jp
Pengalaman menginap di bandara akhirnya bisa saya rasakan juga, ngga tanggung-tanggung dua malam berturut-turut saya menginap di bandara yang berbeda. Yang pertama sudah saya ceritakan sebelumnya dan yang kedua adalah di Haneda, Tokyo. Penerbangan Airasia dari Kuala Lumpur -Haneda memang hanya ada satu kali dalam sehari. Berangkat pukul 14.40 dan tiba di Haneda pada pukul 22.30 local time. Karena kabarnya kereta terakhir menuju pusat kota Tokyo itu jam 23.00, maka banyak yang menyarankan untuk tidur di bandara saja. Belum lagi penginapan yang hanya akan ditiduri sekian jam saja. Semuanya serba nanggung. Tapi memang dasarnya ngirit jadi ya opsi menginap di bandara jadi pilihan paling bijak. hahaha
Ini juga menjadi pengalaman pertama saya naik Airasia X yang berbodi lebar itu. Airasia X adalah salah satu anak perusahaan Airasia yang dikhususkan untuk penerbangan jarak jauh. Saat ini mereka melayani 19 destinasi di Asia Pasifik, Australia, Timur Tengah dan Selandia Baru. Airasia X mengoperasikan armada inti 29 A330-300 per Maret 2016 masing-masing dengan konfigurasi kursi 12 flatbeds Premium dan 365 kursi ekonomi. Kesan saya berasa lega aja ya karna kan wide body dan pandangan mata ngga mentok ke kursi di sebelah gang aja. Hampir sepanjang perjalanan saya habiskan untuk tidur tentunya setelah menu makan siang. Hehehe
Pesawat kami landing lebih cepat tiga puluh menit dari yang sudah dijadwalkan. Hati saya sudah berdegup kencang saking excitednya. Akhirnya saya bisa sampai di Tokyo juga. Sempat agak lama menunggu di dalam pesawat karena kapten bilang, masih ada pesawat yang menempati tempat parkir pesawat kami. Ini karena jam ketibaan kami tiga puluh menit lebih awal. Saya sih tidak masalah, karena kapten sangat informatif dan tidak membuat si penumpang berasumsi macam-macam.
Kamipun akhirnya bisa keluar dari pesawat lima belas menit kemudian dan karena selama enam jam lebih saya tidak ke toilet maka ritual saya dan kebanyakan penumpang lain adalah mencari toilet saat landing. Meskipun cukup banyak penumpang yang ingin menggunakan toilet, saya tidak perlu menunggu terlalu lama karena jumlah toiletnya pun cukup banyak. Dan….seperti banyak diceritakan para blogger, kloset di Jepang memiliki banyak sekali tombol. Saya tidak terlalu heran karena saya pernah menjajal kloset yang mirip sebelumnya di salah satu hotel Jakarta dan Bali.
Arrival Card – sumber : google
Ohiya untuk memasuki Jepang, kita harus mengisi kartu kedatangan dan custom declare ya. Pramugari sudah membagikan sesaat setelah kami selesai makan dan penjualan barang-barang duty free di udara. Saya sempat galau harus isi pertanyaan membawa uang cash berapa. Jujur ini pertama kalinya saya mengisi pertanyaan seperti ini. Saya bisa saja bohong dan isi semau saya tapi entah kok ada pikiran kalo nanti disuruh nunjukin uangnya sama petugas gimana. Sampai antri di imigrasipun saya masih bingung harus isi berapa dan sempat nanya temen kira-kira harus isi berapa. Akhirnya hanya mengisi JPY 38,000 saja untuk kelangsungan hidup saya selama 6 hari. Antrian imigrasi ini sempat membuat saya ketar-ketir karena ada beberapa orang yang lumayan lama ditanya-tanya dan disuruh isi entah apa dan keluar dulu dari konter imigrasi. Duh….dengkul semacem lemes apalagi kan visa saya hanya yang sticker, yang konon katanya tidak sepowerful yang versi regular. Dan saat giliran saya maju si petugas nyuruh saya tanda tangan dan gegara nervous pulpen sempet jatuh pulak -__-. Tapi setelah itu alhamdulillah lolos! yeay!
Pemeriksaan belum selesai karena setelah imigrasi ada pemeriksaan barang yang mengharuskan kami membuka tas, padahal mah si petugas juga ngeraba-raba isinya sebentar doang. Mana gitu itu petugas lucuk dan cengengesan duhhhh pingin bungkus bawa pulang. Hahaha dan tada resmilah saya masuk Jepang!
Kuala Lumpur – Haneda, Tokyo Part. 1 Pengalaman menginap di bandara akhirnya bisa saya rasakan juga, ngga tanggung-tanggung dua malam berturut-turut saya menginap di bandara yang berbeda.
0 notes
Text
Dulu waktu pertama kali mengunjungi Malaysia, rasanya saya pingin banget mampir ke Putrajaya. Melihat foto kantor pak perdana mentri kok kayaknya megah banget semacem bangunan di negara-negara eropa, tapi akibat waktu yang singkat dan tempat lain lebih menjadi prioritas akhirnya batal deh. Cuman bisa doa dalam hati kalau dikasih kesempatan lagi pingin banget kesana.
Tiga tahun berlalu dan alhamdulillah saya bisa menyambangi Kuala Lumpur lagi walopun hanya transit beberapa jam saja. Saat memesan tiket ke Tokyo saya memang sengaja untuk singgah di KL beberapa jam agar bisa keluar bandara dan mengunjungi Putrajaya. Sempat nanya temen yang orang sana malah bilang Putrajaya itu jauh ngga bisa loh kamu kesana cuman punya 4 jam doang. Nanti malah ngga ngejar pesawat. ishhhhh dia kok malah ngga update kotanya sendiri -__-
Saya ngga nyerah begitu aja. Saya ngeyel dan browsing sana sini. Dan ternyata bisa ihh naik KLIA Transit ke dan dari KLIA 2 ke Putrajaya. Yeay! Dengan segala perhitungan saya bismillah aja mengunjungi Putrajaya. Sudah wanti-wanti temen juga untuk keluar dari bandara sepagi mungkin. Pikir saya daripada ketinggalan pesawat mending nunggu di bandara kan?
Kira-kira jam 7 pagi kami sudah siap-siap nyebrang ke stasiun KLIA Express yang letaknya di dalam bandara KLIA 2. Dan mudah saja, sebut mau kemana dan beli tiket untuk pp sudah beres, kami diberi 1 kartu yang digunakan untuk keluar masuk gate stasiun. Tentunya dengan isi sesuai stasiun tujuan ya. Total untuk tiket pp KLIA 2 – Putrajaya adalah RM 20.
Kami diminta menuju platform khusus untuk KLIA Transit. Ya, benar namanya KLIA Transit karena kereta ini akan berhenti di semua stasiun yang dilewati sepanjang KLIA 2 dan KL Sentral. Tentu saja dibanding KLIA Ekspress kecepatan kereta ini ngga bisa dibandingkan. KLIA Ekspress kan bablas ngga berhenti-berhenti sedangkan KLIA Transit berhenti di setiap stasiunnya.
Karena stasiun KLIA 2 adalah stasiun awal makanya kereta masih kosong saat kami naik. Pikir saya emang orang KL ngga banyak yang naik kereta kali ya. Setelah KLIA 2 stasiun selanjutnya adalah KLIA. Kereta mulai penuh sesak saat berhenti si stasiun Salak Tinggi dan semuanya rapih-rapih bajunya. Yang akhirnya saya menyimpulkan kalau mereka ini akan kerja di pusat kota Kuala Lumpur. Apalagi pemandangan sepanjang stasiun Salak Tinggi – Putrajaya Cyber Park banyak komplek perumahan warga. Ahhh sama aja sebenernya kayak orang yang tinggal di Bogor/Depok dan kerja di Jakarta gitu lah yah…kkk
Setelah sampai di stasiun Putrajaya Cyberjaya, kami langsung menuju terminal bis yang akan kami gunakan untuk keliling komplek Putrajaya. Terminalnya terletak persis di sebelh stasiun Putrajya Cyberjaya. Kami mengunggu lumayan lama karena bis yang akan melewati Masjid Putra belum juga datang. Betul, tujuan saya ke Putrajaya hanya untuk melihat Masjid Putra & kantor Perdana Mentri Malaysia yang letaknya bersebelahan. Akhirnya bis Nadi Putra pun datang dan kami pastikan lagi ke pak supir buat tujuan Masjid Putra dan pak supir iyakan. Tarifnya untuk satu orang kena RM 1.
Kurang dari 10 menit kami sudah sampai di depan Masjid Putra yang megah itu…Subhanallah…dan di sebelahnya juga tidak kalah megahnya, kantor Perdana Mentri. Saya cuman bisa melongo memandangi dua bangunan yang sama megahnya itu. Kami memutuskan masuk ke dalam masjid dan barulah terlihat bangunan utamanya. Baru mau menginjakkan kaki kami, tiba-tiba kami mendengar suara ibu-ibu yang agak keras dan agak meneriaki kami. Awalnya kami tidak mengerti apa maksud si ibu. Ternyata kami harus pakai jubah kalau mau masuk ke dalam ruang utama masjid. Tepok jidat. Soalnya kami berdua pakai celana hari itu which is kurang appropriate. Kami jadi enggan karena saat itu saya bawa gembolan yang cukup berat dan agak repot kalo nyopotin itu tas. Akhirnya kami hanya foto-foto di depannya saja sambil isi ulang air minum. Hahaha
Masjid Putra adalah masjid utama di komplek Putrajaya. Pembangunan dimulai pada tahun 1997 dan selesai dua tahun kemudian. Masjid ini dapat menampung sekitra 15.000 jamaah.
????????????????????????????????????
Setelah foto-foto kami bergegas keluar area masjid dan pada saat itu saya juga kebelet pipis yang akhirnya nyari-nyari toilet. Kami belok kiri karena menurut petunjuk toiletnya terletak di bawah. Tidak lama seorang pria India menghampiri kami dan menanyakan mau difoto ngga? Gratis kok. Kami tidak punya feeling apapun saat itu dan setelah kami difoto beberapa gaya, ehhh kok dia malah ngajak saya lihat hasil fotonya dibawah. Deg….kenapa kami baru ngeh sekarang? Ahhhh saya dan teman pasrah karena mau ngga mau kami memang harus turun untuk mencari toilet. Kami diarahkan ke booth si tukang foto ini dan disuruh milih mau cetak foto yang mana. duhhhh ini mah ngalamat bikin kantong kempes. dan 1 foto ukuran 10R itu dipatok RM 20. Jengkel banget kami saat itu. Dan mau cetak satu ngga enak. Akhirnya kami cetak dua lembar dan dibagi satu-satu sama temen. Kami cuman bisa ngomel-ngomel, hahaha betapa bodohnya sampe ngga ngeh…
Urusan ke toilet selesai dan kami naik lagi untuk nunggu bis menuju Putrajaya Sentral. Si tukang poto itu mungkin agak ngga enak hati sama kami dan nawarin diri buat dipotoin tapi pake kamera kami sendiri. Hahahaha Kami sempat nunggu bis lama dan ternyata saat nanya ke bagian informasi yang letaknya di pojokan, kami harus menyebrang jalan dahulu. Bapaknya baik sekali loh sampai anterin kami nyebrang dan naik bis. He is the kindest Malaysian I’ve ever met so far T.T
Begitulah perjalanan singkat kami di Putrajaya. Perjalanan kembali ke Putrajaya Sentral agak memutar dan saya sempat terkantuk-kantuk.Kesan saya terhadap Komplek Putrajaya sangat bagus dan berharap suatu saat Indonesia juga bisa memilikinya. Apalagi ditambah kemacetan Jakarta yang semakin parah akhir-akhir ini. Bukan ide yang buruk untuk memisahkan antara pusat bisnis dan pemerintahan, bukan?
Putrajaya Dalam Empat Jam Dulu waktu pertama kali mengunjungi Malaysia, rasanya saya pingin banget mampir ke Putrajaya. Melihat foto kantor pak perdana mentri kok kayaknya megah banget semacem bangunan di negara-negara eropa, tapi akibat waktu yang singkat dan tempat lain lebih menjadi prioritas akhirnya batal deh.
0 notes
Text
Pengalaman pertama transit lama di sebuah kota membuat saya berfikir untuk mengoptimalkan dengan setidaknya keluar dari bandara dan mengunjungi tempat menarik sambil mengisi waktu untuk connecting flight selanjutnya. Sebetulnya saya memiliki waktu transit 13 jam di Kuala Lumpur, akan tetapi karena waktu kedatangan saya jam 11.30 malam, maka total waktu tersebut harus dipotong untuk istirahat selama kurang lebih 5 jam. Lalu pemotongan waktu lain adalah untuk batas check in untuk penerbangan internasional yaitu 2 jam. Jadi kalau mau benar-benar dihitung saya hanya memiliki waktu efektif 4 jam untuk explore diseputaran KL.
KLIA 2 entrance (source : thestar.com.my)
Bandara KLIA 2 adalah bandara baru sebagai pengganti LCCT yang sudah mulai capek dengan beban yang sudah berpuluh-puluh tahun dipikul. Dan saat pertama kali mendarat saya berdecak kagum betapa megahnya bandara ini. Memang saya sudah membaca curhatan para blogger tapi saat mengalaminya sendiri saya tetap saja ber ckckck ria. Bagaimana tidak, saat kedatangan dan menuju imigrasi saya seperti berjalan dari ujung ke ujung. Mengingatkan saya pada bandara di Dubai…pantas saja ada pakcik-pakcik yang menawarkan ‘tumpangan’ boogie. Pikir saya apaan sih orang tinggal jalan saja dan pas jalan kok ya ngga nemu-nemu counter imigrasinya. Hahahaha agak nyesel sih apalagi bawa ransel yang cukup berat plus jam menunjukan pukul 12 malam, waktunya tidur kan.
Setelah jalan terus mengikuti papan petunjuk dan naik eskalator, sampailah kami di konter imigrasi. Beres urusan imigrasi kami melewati toko-toko duty free dan screening untuk terakhir kalinya. Petugasnya santai sekali karena tas ransel dan bawaan saya tidak di x-ray sama sekali dan disuruh langsung jalan keluar.
Rencana saya memang menginap di KLIA 2 karena pertimbangan keamanan dan cost tentunya. Semua detail spot tidur sudah saya tulis di kertas dan tinggal mencarinya saja, tapi apa daya karena faktor kelelahan dan rasa ngantuk, kami justru menuju sebuah kursi kosong yang terletak di dekat pintu keluar tadi. Sudah malas mau mencari-cari spot yang jelas-jelas tertulis, apalagi saat saya haus dan mencari convenient store, sudah banyak orang yang tidur di hamparan karpet yang lokasinya tidak jauh dari tempat kami duduk. Saya mikirnya semua spot sudah terisi. Kami telat…. Akhirnya kembali lagi ke kursi yang tadi saya tempati.
Sesaat setelah duduk, seorang bapak disebelah saya menyapa. Awalnya saya pikir si bapak orang Cina. Menanyakan apakah saya orang Malaysia. Oh gosh sudah berpuluh-puluh kali saya disangka orang Malaysia, errr sebetulnya tidak heran karena saya memakai kerudung dan juga wajah melayu ini menjadikan stereotip kalo saya orang Malaysia. Si bapak menanyakan apakah saya tahu lokasi hotel yang akan dia tempati. Lokasinya di daerah Bukit Bintang yang kalau dilihat sih dekat dengan China town. Dan ternyata si bapak dari Jepang. Duh kok kebetulan yang manis banget ini. Hehehe Bapaknya bingung karna pas mau ke hotel itu dia ditawari taksi yang harganya mahal ngga sesuai dengan budget plus itu pasti udah scam. Saya bilang ya udah nanggung pak, mendingan tunggu pagi bareng saya nanti jam 5.30 naik kereta aja ke KL Sentral. Bapaknya bilang iya, saya juga rencananya gitu. Setelah pembicaraan itu akhirnya beliau nanya-nanya banyak tentang Malaysia secara umum. Alhamdulillah saya sudah pernah ke Malaysia sebelumnya dan pertanyaan si bapak juga bisa saya jawab. Senangnya bisa kasih info ke orang yang butuhin. Selain itu si bapak ini – yang sampai detik akhir saya tidak tahu namanya- malah curhat, katanya dia memang lahir di Jepang tapi saat umur 6 tahun pindah ke Amrik, well no wonder his English is fluent! Dia ke KL dalam rangka mengurus visa Thailandnya yang hampir habis. Dan kedutaan Thailand di luar negri yang terdekat adalah di Malaysia, jadi dia cuss lah ke KL. Bapaknya juga cerita kalau dia ngga mau ngabisin sisa umurnya di Jepang. Dia ngga suka ritme hidup di Jepang. Orangnya ngga santai dan sepertinya serba cepet-cepet. Makanya dia lagi mempertimbangkan tinggal di Phuket. Ahhh si bapak….
Beliau meyakinkan, kalau jalan-jalan di Jepang itu aman. Ngga akan ada tipu-tipu semacem di Thailand dan Malaysia. Meskipun orangnya terkesan cuek mereka itu pada dasarnya baik dan helpful, so kalian ngga usah takut kena scam karena mereka semua jujur dan sesuai aturan. Lega….
Dan saya juga sempet nanya, mendingan mana bahasa Inggrisnya orang Thailand atau Jepang? Trus bapaknya jawab, mendingan orang Thailand. Hahahaha tapi kalau di daerah turis ya kalian akan aman kok, mereka semuanya fasih berbahasa Inggris. Ya itu sih udah pasti Pak… Ah satu pesan dari bapaknya, meskipun terlihat dingin dan cuek pada dasarnya orang Jepang hanya malu saja berbicara dengan orang asing, juga karena bahasa Inggris yang terbatas. Owhhhhh gitu ceritanya. Sippp ;)
Ngga terasa ngobrol ngalor ngidul udah hampir 3 jam, saya udah blingsatan pingin bobok cantik si bapak masih ngoceh aja. Dengan alesan nyari air minum saya ngajak kaki jalan-jalan sebentar. Dan karna ngga nyari sampai jauh-jauh, akhirnya 2 botol air mineral kena RM 4,5 yang saya beli di coffee shop dekat dengan tempat duduk. Si bapak ngga mau kalah dan coba jalan juga mungkin niatnya nyari spot yang agak nyaman buat tidur. Sampai akhirnya dia bilang bisa tidur di sofa coffee shop aja, ahhh saya nolak karna malu ngga mesen apa-apa. Dia pergi lagi dan entah datang-datang bilang kalo yang lain juga ngga papa duduk-duduk disana tapi ngga beli apa-apa. Saya kekeuh kalo saya malu ngga beli apa-apa tapi duduk-duduk disana. Akhirnya si bapak pamitan dan bilang nanti jam 5.30 bakalan balik lagi ke spot saya biar bisa bareng naik kereta.
Ngga lama setelah itu saya tidur dan rasanya baru 5 menit merem, sudah kedengeran suara bising ternyata jam 5.30! Saya bangunin temen dan buru-buru capcus nyari musholla. Setelah sholat dan bersih-bersih, saya dan temen mutusin sarapan di KFC saja yang sempat kami lewati sebelum menuju ke mushola. Setelah sarapan yang ngabisin RM 10 berdua, kami melanjutkan jalan ke Putrajaya. Cerita di Putrajaya akan saya pisahkan di next story ya. Oh iya si bapak Jepang tadi entah kemana ngga keliatan dan cuman begitulah kami pamitan, too bad :( Selesai keliling Putrajaya kami kembali lagi ke airport dan karena badan lengket habis terjemur matahari yang begitu terik, kami memutuskan mandi di toilet. Psssttt ini juga kucing-kucingan sama petugas, hahaha Kenapa kami memutuskan mandi? Karena kami tahu di Haneda, biaya mandi itu JPY 1,000/orang dan kami tidak sudi membayar sejumlah uang itu hanya untuk mandi selama 30 menit. Hahahaha
Setelah mandi kami masuk lagi ke imigrasi dan seperti biasa gate keberangkatan ada di ujung berung, tapi alhamdulillah sebelum gate keberangkatan, ada mushola dan kami menJamak sholat Dzuhur dan Ashar sebelum terbang ke Jepang. Dan secara kebetulan juga saya ketemu temen saya di mushola ini. Sebenarnya kami sudah tahu kalau kami satu pesawat tapi karena saya sibuk muterin Putrajaya dan ada acara mandi juga, akhirnya belum sempet contact lagi. Dan ndilalah ketemu di mushola. kkkk
Yang kakinya capek boleh naik ini :p
Demikianlah sekelumit cerita saya di KLIA 2, secara umum bandara ini sudah sangat bagus dan megah untuk ukuran bandara kelas 2. Namun kemegahan itu berimbas pada jarak yang begitu jauh menuju gate keberangkatan ataupun ke hall kedatangan. Tapi tidak usah khawatir, ada boogie yang siap mengantar di pintu kedatangan dan juga tangga berjalan yang bisa sedikit mengistirahatkan kaki kita dari kelelahan. Dan juga tap water ada di beberapa spot salah satunya setelah gate kedatangan dan keberangkatan. Semuanya dekat dengan toilet.
Ada Cerita di KLIA 2 Pengalaman pertama transit lama di sebuah kota membuat saya berfikir untuk mengoptimalkan dengan setidaknya keluar dari bandara dan mengunjungi tempat menarik sambil mengisi waktu untuk connecting flight selanjutnya.
0 notes
Text
Landmark ibukota Jepang, Tokyo Tower
Apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata Jepang? Pastinya negeri Sakura yang indah dan juga orang-orangnya yang tekun bekerja dan tidak kalah pentingnya adalah semua produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia. Dari mulai kendaraan bermotor, elektronik hingga pernak-pernik lucu nan menggemaskan. Untuk saya pribadi sebetulnya negara Matahari Terbit ini bukanlah salah satu wishlist untuk dikunjungi. Dan sayapun tidak pernah bermimpi jika suatu saat nanti saya bisa menginjakkan kaki di negeri ini. Tapi apalah daya, saya sepertinya justru dituntun untuk bisa mengunjungi Jepang. Setelah urusan e-paspor selesai, ndilalah Airasia membuka harga promo tiket ke Jepang. Gayung seperti bersambut. Saya akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jepang dengan sedikit kenekatan saat membeli tiket. Bagaimana tidak, saya tidak tahu berapa hari idealnya mengunjungi Jepang tapi tiket promo itu juga tidak bisa lama-lama menunggu. Dan akhirnya saya dan teman yang juga tidak bisa cuti terlalu lama memutuskan untuk 6 hari saja keliling Jepang.
Tantangan terbesar untuk traveling ke Jepang adalah karena biaya hidup disana tergolong tinggi. Bahkan ada yang mengatakan seperti hidup di salah satu kota di Eropa. Gimana ngga ciut duluan? Tapi setelah membaca beberapa cerita blogger yang pernah kesana, mereka ternyata bisa bertahan dengan biaya yang masih masuk akal bagi saya. Jadi, jika mereka juga bisa, tentunya saya juga bisa, kan? Betul bahwa disana biaya hidup tinggi, tapi bukan berarti tidak bisa disiasati, kan?
Berbulan-bulan melakukan riset yang tidak mudah. Googling semua hal dari mulai penginapan, transportasi dan juga restoran/makanan halal. Ya, tantangan lain sebagai muslim disana adalah bagaimana kita bertahan dan makan makanan halal selama traveling. Sempat bongkar pasang itinerary yang membuat kepala puyeng hingga kartu pass apa yang paling ekonomis untuk perjalanan nanti. Semuanya harus benar-benar diperhitungkan agar kami setidaknya tahu gambaran berapa besar biaya disana nanti.
Mushola yang dapat kita temui di bandara dan stasiun besar di Jepang.
Akhirnya program final pun selesai satu bulan sebelum keberangkatan. Memang saya hanya memiliki efektif 5 hari disana tetapi tetap saja seperti traveling 2 minggu, hahaha Meskipun hanya memiliki 5 hari efektif, sesuai hasil riset, saya tetap bisa mengunjungi 3 kota utama untuk kunjungan turis yang baru pertama kali ke Jepang yaitu ; Tokyo, Kyoto dan Osaka. *prok-prok*
Terbayang sangat padat dan melelahkan ya? Memang benar, pada prakteknya juga demikian. Tetapi dengan program seperti itu sangat mungkin dilakukan untuk yang memiliki waktu singkat seperti saya. Kami sadar diri karena hanya memiliki waktu singkat maka kami sudah mengalokasikan waktu di masing-masing tempat agar tidak berlama-lama.
Sedangkan untuk akomodasi total hanya 3 malam karena malam pertama ‘menginap’ di Haneda dan malam ketiga di dalam bis malam menuju Kyoto. Hostel menjadi pilihan untuk menginap karena sesuai dengan budjet yang dianggarkan.Harga per malam termahal adalah saat menginap di Kyoto, yaitu JPY 3100/orang tetapi untungnya sudah termasuk breakfast jadi kami tidak perlu membeli breakfast lagi.
Selain itu, salah satu pengeluaran terbesar lain adalah biaya transportasi. Saya sama sekali tidak bermimpi untuk membeli JR Pass karena waktu yang singkat dan harga yang tidak sepadan jika dihitung-hitung. Cara mengakalinya dengan membeli Metro & Subway pass selama di Tokyo, naik bis menuju Kawaguchiko & membeli IC card untuk kepraktisan selama di Kyoto & Osaka. Kenapa saya tidak membeli pass saja selama di Kyoto & Osaka? karena setelah dihitung-hitung, rugi jika harus membayar pass 3 hari yang tidak mengcover semua transportasi yang akan saya gunakan.
Semua info-info tersebut tidak mungkin saya ketahui tanpa bantuan dari banyak pihak, yang dengan baik hati berbagi ilmu mereka selama melakukan perjalanan ke Jepang. Dibawah ini beberapa referensi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan jika ingin backpacking ke Jepang.
Buku Claudia Kaunang edisi Jepang yang memberikan gambaran yang cukup jelas untuk backpacking ke Jepang dengan biaya murah.
Blog Vicky Kurniawan – Blognya berisi details how to get there, biaya per hari dan juga cerita singkat mengenai tempat wisata yg dikunjungi.
Hyperdia.com – web ini seperti pintu kemana sajanya Doraemon khususnya buat segala macam jurusan kereta seantero Jepang. Dari tarif, jenis kereta, jarak dan berapa menit waktu tempuh.
Japan-guide.com – untuk semua tujuan wisata di Jepang dengan deskripsi yang singkat dan padat ditambah informasi akses ke masing-masing tempat wisata.
Booking.com – saya memesan penginapan melalui situs ini karena pengalaman sebelumnya sangat praktis. Kita hanya memasukan nomor kartu kredit untuk garansi saja dan pilihan pembayaran bisa cash saat kedatangan atau dengan kartu kredit.
Dan situs serta blog lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Arigato Gozaimasu!
Festival Shibazakura dengan latar belakang gunung Fuji
Negara yang tidak pernah ada dalam benak saya untuk dikunjungi ternyata meninggalkan bekas yang sangat dalam. Saat berangkat saya tidak mengharap muluk-muluk selama disana. Tetapi ternyata keramahan, keindahan serta keteraturan hidup disana benar-benar membuat saya terpesona. Mereka yang awalnya saya pikir tidak akan welcome dengan turis berkerudung seperti saya, nyata-nyata dengan sangat baik hatinya membantu meskipun seringkali bahasa yang kami gunakan adalah bahasa Tarzan. Belum lagi saya merasa Allah sangat sayang kepada kami yang beberapa kali diberi kesempatan menyaksikan keindahan alam serta keragaman budaya di negeri Sakura ini. Semuanya seperti dimudahkan selama perjalanan. Saya jatuh cinta, dan akan kembali lagi suatu saat nanti…semoga Allah merestui :)
My Japan Trip Apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata Jepang? Pastinya negeri Sakura yang indah dan juga orang-orangnya yang tekun bekerja dan tidak kalah pentingnya adalah semua produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia.
0 notes
Text
Landmark ibukota Jepang, Tokyo Tower
Apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata Jepang? Pastinya negeri Sakura yang indah dan juga orang-orangnya yang tekun bekerja dan tidak kalah pentingnya adalah semua produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia. Dari mulai kendaraan bermotor, elektronik hingga pernak-pernik lucu nan menggemaskan. Untuk saya pribadi sebetulnya negara Matahari Terbit ini bukanlah salah satu wishlist untuk dikunjungi. Dan sayapun tidak pernah bermimpi jika suatu saat nanti saya bisa menginjakkan kaki di negeri ini. Tapi apalah daya, saya sepertinya justru dituntun untuk bisa mengunjungi Jepang. Setelah urusan e-paspor selesai, ndilalah Airasia membuka harga promo tiket ke Jepang. Gayung seperti bersambut. Saya akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jepang dengan sedikit kenekatan saat membeli tiket. Bagaimana tidak, saya tidak tahu berapa hari idealnya mengunjungi Jepang tapi tiket promo itu juga tidak bisa lama-lama menunggu. Dan akhirnya saya dan teman yang juga tidak bisa cuti terlalu lama memutuskan untuk 6 hari saja keliling Jepang.
Tantangan terbesar untuk traveling ke Jepang adalah karena biaya hidup disana tergolong tinggi. Bahkan ada yang mengatakan seperti hidup di salah satu kota di Eropa. Gimana ngga ciut duluan? Tapi setelah membaca beberapa cerita blogger yang pernah kesana, mereka ternyata bisa bertahan dengan biaya yang masih masuk akal bagi saya. Jadi, jika mereka juga bisa, tentunya saya juga bisa, kan? Betul bahwa disana biaya hidup tinggi, tapi bukan berarti tidak bisa disiasati, kan?
Berbulan-bulan melakukan riset yang tidak mudah. Googling semua hal dari mulai penginapan, transportasi dan juga restoran/makanan halal. Ya, tantangan lain sebagai muslim disana adalah bagaimana kita bertahan dan makan makanan halal selama traveling. Sempat bongkar pasang itinerary yang membuat kepala puyeng hingga kartu pass apa yang paling ekonomis untuk perjalanan nanti. Semuanya harus benar-benar diperhitungkan agar kami setidaknya tahu gambaran berapa besar biaya disana nanti.
Mushola yang dapat kita temui di bandara dan stasiun besar di Jepang.
Akhirnya program final pun selesai satu bulan sebelum keberangkatan. Memang saya hanya memiliki efektif 5 hari disana tetapi tetap saja seperti traveling 2 minggu, hahaha Meskipun hanya memiliki 5 hari efektif, sesuai hasil riset, saya tetap bisa mengunjungi 3 kota utama untuk kunjungan turis yang baru pertama kali ke Jepang yaitu ; Tokyo, Kyoto dan Osaka. *prok-prok*
Terbayang sangat padat dan melelahkan ya? Memang benar, pada prakteknya juga demikian. Tetapi dengan program seperti itu sangat mungkin dilakukan untuk yang memiliki waktu singkat seperti saya. Kami sadar diri karena hanya memiliki waktu singkat maka kami sudah mengalokasikan waktu di masing-masing tempat agar tidak berlama-lama.
Sedangkan untuk akomodasi total hanya 3 malam karena malam pertama ‘menginap’ di Haneda dan malam ketiga di dalam bis malam menuju Kyoto. Hostel menjadi pilihan untuk menginap karena sesuai dengan budjet yang dianggarkan.Harga per malam termahal adalah saat menginap di Kyoto, yaitu JPY 3100/orang tetapi untungnya sudah termasuk breakfast jadi kami tidak perlu membeli breakfast lagi.
Selain itu, salah satu pengeluaran terbesar lain adalah biaya transportasi. Saya sama sekali tidak bermimpi untuk membeli JR Pass karena waktu yang singkat dan harga yang tidak sepadan jika dihitung-hitung. Cara mengakalinya dengan membeli Metro & Subway pass selama di Tokyo, naik bis menuju Kawaguchiko & membeli IC card untuk kepraktisan selama di Kyoto & Osaka. Kenapa saya tidak membeli pass saja selama di Kyoto & Osaka? karena setelah dihitung-hitung, rugi jika harus membayar pass 3 hari yang tidak mengcover semua transportasi yang akan saya gunakan.
Semua info-info tersebut tidak mungkin saya ketahui tanpa bantuan dari banyak pihak, yang dengan baik hati berbagi ilmu mereka selama melakukan perjalanan ke Jepang. Dibawah ini beberapa referensi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan jika ingin backpacking ke Jepang.
Buku Claudia Kaunang edisi Jepang yang memberikan gambaran yang cukup jelas untuk backpacking ke Jepang dengan biaya murah.
Blog Vicky Kurniawan – Blognya berisi details how to get there, biaya per hari dan juga cerita singkat mengenai tempat wisata yg dikunjungi.
Hyperdia.com – web ini seperti pintu kemana sajanya Doraemon khususnya buat segala macam jurusan kereta seantero Jepang. Dari tarif, jenis kereta, jarak dan berapa menit waktu tempuh.
Japan-guide.com – untuk semua tujuan wisata di Jepang dengan deskripsi yang singkat dan padat ditambah informasi akses ke masing-masing tempat wisata.
Booking.com – saya memesan penginapan melalui situs ini karena pengalaman sebelumnya sangat praktis. Kita hanya memasukan nomor kartu kredit untuk garansi saja dan pilihan pembayaran bisa cash saat kedatangan atau dengan kartu kredit.
Dan situs serta blog lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Arigato Gozaimasu!
Festival Shibazakura dengan latar belakang gunung Fuji
Negara yang tidak pernah ada dalam benak saya untuk dikunjungi ternyata meninggalkan bekas yang sangat dalam. Saat berangkat saya tidak mengharap muluk-muluk selama disana. Tetapi ternyata keramahan, keindahan serta keteraturan hidup disana benar-benar membuat saya terpesona. Mereka yang awalnya saya pikir tidak akan welcome dengan turis berkerudung seperti saya, nyata-nyata dengan sangat baik hatinya membantu meskipun seringkali bahasa yang kami gunakan adalah bahasa Tarzan. Belum lagi saya merasa Allah sangat sayang kepada kami yang beberapa kali diberi kesempatan menyaksikan keindahan alam serta keragaman budaya di negeri Sakura ini. Semuanya seperti dimudahkan selama perjalanan. Saya jatuh cinta, dan akan kembali lagi suatu saat nanti…semoga Allah merestui :)
My Japan Trip Apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata Jepang? Pastinya negeri Sakura yang indah dan juga orang-orangnya yang tekun bekerja dan tidak kalah pentingnya adalah semua produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia.
0 notes
Text
Visa Waiver Jepang

Sejak pemerintah Jepang memutuskan untuk memberikan bebas visa alias visa waiver kepada warga negara Indonesia, animo WNI menjadi semakin besar untuk berkunjung ke negara Sakura itu. Setidaknya kita tidak perlu direpotkan lagi dengan pembuatan visa normal yang njelimet, berbiaya dan membutuhkan waktu setidaknya satu minggu. Pembuatan visa waiver ini sangatlah mudah, cepat dan bebas biaya lagi.…
View On WordPress
0 notes
Text
Horor itu...
Horor itu…
Pernah ngga sih kamu punya pengalaman yang ngga ngenakin tentang transportasi yang digunakan saat traveling? Saya yakin pernah yah, apapun itu pastinya tidak ada yang lebih horror ketimbang ketinggalan pesawat, kereta ataupun bus. Namanya ketinggalan, whatever the reason ngga mungkin kan kita dikasih additional time sama mereka? semenit kek, tambahan beberapa detik mungkin? hapus semua itu dari…
View On WordPress
0 notes
Text
Sisi lain Belitung...
Sisi lain Belitung…

Saat saya mengunjungi Belitung pertama kalinya banyak hal-hal yang membuat saya terkesima. Tentu saja dengan keindahan alam dan pantai-pantainya yang berbeda dengan pantai-pantai lain di Indonesia. Ya, keberadaan batu Granit di hampir semua pantai di Belitung menjadikannya sebuah keunikan yang akan sulit ditemui di tempat lain. Saya juga baru menyadari jika jarak Tanjung Pandan dan Manggar itu…
View On WordPress
0 notes
Link
0 notes