Photo
Surat dari Rando Kim Time of your life Bagimu, masa muda hanya sekali :278 Masa muda adalah saat kamu merasa:bingung, tidak berdaya, takut, kesepian, cemas, sekaligus berbahagia. Itulah masa muda. Apapun yang kamu lakukan, tidak akan ada keberhasilan di hari esok tanpa kamu merasakan sakit di hari ini. Kamu mungkin ingin bertanya adakah cara yang lebih fleksibel dan bahkan lebih menyenangkan untuk menahan rasa sakit yang kamu rasakan hari ini. Sekarang itulah yang kita sebut dengan kemampuan mengatur diri sendiri. Jadi, inti dari keberhasilan dalam hidup adalah kemampuan mengatur dirimu sendiri yang saat ini mengganggumu sementara kamu berjuang dalam sebuah kotak tertutup. (di Desa Fortuna) https://www.instagram.com/p/CA9DrJpHAU7/?igshid=10y0tdn81xy21
2 notes
·
View notes
Text
Kuy ayok MeLangkah(≧∇≦)ヽ(^o^)丿
Langkah-langkah pertama itu nggak akan pernah mudah.
Bahkan sebagian yang lain memutuskan untuk mengurungkan niatnya walau belum sekalipun melangkah.
Sebenarnya keraguan dan kekhawatiran yang ada hanyalah ciptaan-ciptaan kita saja dan karangan setan yang tiada habisnya menggoda.
Apalagi dalam usaha kita melangkah menuju kebaikan. Kita tau kan kalau setan itu nggak suka kalau kita menjadi lebih baik? Mereka akan selalu menghambat kita dalam bentuk apa saja, dari arah mana saja.
Namun di balik itu semua, akan ada hikmah dan pelajaran dari setiap tapak kesulitan yang kita lalui. Akan ada banyak cerita yang tidak pernah tertulis dari buku-buku yang selama ini kita pelajari. Semua itu hanya bisa kau temukan dalam langkah-langkah perjalananmu nanti.
Maka kuatkanlah kembali hati kita, tekad kita, niat kita. Dan berdoalah semoga Allah dengan rahmatNya membersamai selalu.
Melangkahlah. Kita sudah tidak memiliki banyak waktu bukan?
368 notes
·
View notes
Text
Hwaiting
#copas dari sebelah karena bagus untuk mengingatkan pada kebaikan InsyaAllah bermanfaat
:“Ini Akibatnya Bila Kita Perhitungan Pada Orangtua Kita
2 Mar. 2018
oleh(Riawani Elyta)
Tahukah kamu, tak ada hal yang patut kita ragukan lagi atas kasih sayang orangtua terhadap kita, sewaktu kita msh dlm pemeliharaan mereka,bahkan mereka rela terlihat “miskin” untuk menjadikanmu “kaya”. Bukan hal yang langka, sekalipun orangtua tengah terdesak, mereka akan berusaha mati-matian mempersembahkan sesuatu yang terbaik untuk kita, hanya karena tak ingin melihat kita dirundung rasa kecewa. Bukankah kita sudah berkali-kali mendengar mereka terus berkata, “Biar Ibu Bapak yang susah, asal kamu hidup bahagia,” saking, kasih sayang yang mereka serahkan adalah ketulusan tak terhingga.
Boro-boro untuk meminta apa pun dari kita, sudah cukup dengan melihat kita hidup dengan berhasil dan bahagia saja dia akan hidup penuh damai, bahunya mendadak ringan seketika, lukanya seolah mengering cepat.
Dan tahukah kamu, magnet rezeki datang dari kebaikkan apa yang telah kita lakukan. Bak bumerang, di setiap kebaikkan yang kita lakukan akan kembali pada kita dengan ganjaran-ganjaran yang setimpal, bahkan berlipat-lipat di satu waktu. Tak perlu diingatkan, bahwa semua orang tentu tahu, salah satu akses terbukanya pintu rezeki, yaitu dengan memuliakan orang tua, anehnya kebanyakan dari kita hanya menjadikannya sebagai “wacana”, tanpa berniat untuk berupaya merealisasikannya. Bahkan cenderung klise, bagi mereka yang seolah lebih tahu segalanya.
Terlebih-lebih, kita mulai memperhitungkan segala hal yang kita berikan pada orangtua, bahkan tanpa kita sadari, kerapkali kita menyakiti mereka dengan bahasa verbal. Jika kita sudah mulai pikun, mari kita mulai mengingat kembali, inilah akibat-akibat dari perhitungan pada orang tua yang tanpa kita sadari :
Putusnya Rezeki
Kita sering lupa atas kesuksesan kita, salah satunya adalah turut andil orangtua. Ada doa-doa mereka yang menghantarkanmu menjadi orang hebat seperti ini. Kita terlalu terbuai terhadap sanjungan yang membutakan kita untuk melihat berasal darimana kita sebelum kita berada di puncak tertinggi ini, justru semuanya kembali berasal dari orangtua kita.
Jangan pernah mencoba-coba untuk menantang apa pun dengan perhitungan terhadap orangtua, karena ingatlah bahwa sebagian rezeki yang kamu dapatkan adalah milik orangtua yang Tuhan titipkan padamu. Jika orangtuamu mulai tersakiti, karena kapan saja Tuhan mampu memutuskan rezeki, karena ingat ridhonya orangtua adalah ridhonya Tuhan, begitu sebaliknya, jika orangtua telah murka, Tuhan bakal murka.
Jalan hidup akan sempit
Jika saja belakangan ini kamu mulai merasa jalan karir, hidup, dan kasus percintaanmu agak berantakan, ingat kembali apa yang telah kita lakukan pada orangtua kita, bisa jadi peluang terbesanya yang menyebabkan sempitnya jalan hidupnmu, karena kamu tak pernah bersedekah pada orangtuamu.
Pernah mendengar penggalan kalimat yang seperti ini : takkan habis hartamu karena sedekah, tentu, apalagi terhadap orangtuamu sendiri, jadi buang jauh-jauh pikiran bahwa kamu bakal bangkrut, melarat, bahkan tak punya masa depan, setelah membahagiakan orangtuamu dengan harta yang kamu peroleh, justru kebalikannya, hidupmu akan dipenuhi pintu-pintu kebahagiaan yang terbuka lebar untukmu. Kuncinya, yakini saja, biar Tuhan yang bicara.
44 notes
·
View notes
Text
“Disiplin adalah kunci. Dan itulah yang akan membedakan kualitas perjuangan kita dengan orang lain”
—
Sepertinya kita senang sekali membiarkan diri terjebak dalam kefanaan dunia yang akhirnya melenakan.
Padahal seharusnya kita mengerti, kedisiplinanlah yang akan mengantarkan kita dalam sebuah proses pembelajaran, mengantarkan kita dalam sebuah pengertian bahwa di dunia ini tidak akan pernah ada sesuatu yang besar tanpa sebuah perjuangan yang hebat.
454 notes
·
View notes
Text
Am I Left Behind?
Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja “Sindrom Ketinggalan Balapan”.
Indikasinya begini:
• Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti.
• Kamu ngeliat figur-figur hebat di bidang kamu. Di satu sisi kamu jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena ngerasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka.
• Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi ngerasa ketinggalan, atau bahkan ngerasa udah salah jalan selama ini.
• Lalu kamu ngerasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya.
• Terlebih, kalau figur yang kamu lihat adalah teman sebaya kamu. Ada yang udah sampai di sana, ada yang udah jadi ini, ada yang sudah menghasilkan itu. Rasanya pengen mencet tombol restart hidup–andai saja ada.
Apa yang mesti dipikirkan-dilakukan dalam kondisi begitu?
Penanganan pertama: “Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian, karir–betapapun cemerlangnya, akan berakhir. Tutup buku. Apa yang penting adalah amal yang kita niatkan, persembahkan, untuk Sang Pencipta.
Penganan kedua: “Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai aja. Panik tidak akan membuat kita tiba-tiba berada di puncak. Tenang. Terus bejalan, selangkah demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari diri kamu, setiap hari, setiap waktu.”
Penanganan ketiga: “Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dahulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibanding kita; suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dan berantakan dalam sekian aspek–yang mungkin kita baik di sana. Kasih sayang keluarga, pertemanan yang berkualitas, ibadah yang khusyu’–banyak sekali hal yang matters dalam hidup yang tidak perlu syarat untuk memilikinya.
Oke, sementara segitu dulu.
Tarik nafaaas, hembuskan. Ayo kita jalan lagi, selangkah demi selangkah.
It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.
Confucius
Bismillah.
4K notes
·
View notes
Text
“Untuk setiap kata, sikap, atau tindakan yang salah mungkin mampu untuk dimaafkan. Namun berhati-hatilah, tidak semua orang mampu untuk dapat melupakan”
—
Walau maaf (seharusnya) melebur segala, sebagian dari mereka yang merasakan akan tetap membiarkannya ada.
Hingga perasaan itu mampu dirubah menjadi hikmah, kita tentu tidak boleh lupa, kalau lidah kita mampu membuat luka yang tak berdarah serta air mata yang tak kunjung reda.
Jangan pernah lupakan jika apapun pada diri manusia akan selalu terhubung dengan perasaannya. Maka, mengertilah jika apa yang terlihat di pelupuk mata belum tentu akan sama dengan apa yang ada di relung dada.
371 notes
·
View notes
Text
Tulisan : Tentang Hidup Kita
Hidup. Bagiku, ia tidak seperti air yang mengalir. Ia adalah air di lautan yang hendak menuju puncak pegunungan tertinggi. Sulit tentu saja jika ia berusaha mendaki melalui sungai, sebab hukum alamnya tidak demikian. Sebab itu, ia membiarkan dirinya menguap, berada di awan-awan, berpasrah kemanapun dibawa pergi. Pada akhirnya, ia belum tentu jatuh di puncak gunung seperti yang ia inginkan. Barangkali, jatuh di persawahan. Satu hal di hidup ini yang selalu sulit kita tahu adalah, kita diciptakan dengan peran. Kita ditempatkan di tempat terbaik sesuai potensi yang kita miliki. Jika sekarang kita kebingungan, mau jadi apa, mau bagaimana, apa yang harus dilakukan. Coba amati hidupmu sebelum-sebelum ini, perjalananmu yang mengantarkanmu sampai di titik ini.
Hidup. Ada orang-orang yang ingin diperjuangkan, berharap bahwa ia berarti sehingga ada orang yang bersedia melakukan apapun untuknya. Tapi, ia tidak menjadi berarti untuk dirinya sendiri. Berkata bahwa ia pun berjuang, padahal ia diam ditempat. Membiarkan orang lain berusah payah melakukan sesuatu untuknya. Ada yang keliru dalam memaknai hidup, memaknai perjuangan, memaknai pengorbanan.
Hidup. Bukanlah tentang mendengarkan orang lain sebanyak-banyaknya. Keputusan-keputusan bukan diambil dari apa kata orang. Kamu menikah, bukan karena kata orang. Kamu berkarir, bukan karena kata orang. Kamu melakukan kebaikan, bukan untuk kata orang. Hidup ini sudah bising oleh riuh rendah suara-suara yang sumbang dibalik bayang-bayang, mendikte hidupmu seolah-olah itu adalah yang terbaik untukmu padahal mereka tidak pernah menjadi dirimu, apalagi menjalaninya. Keputusan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan mencapai titik tertingginya yaitu keridhaan Tuhan.
Hidup. Ia tidak seperti cermin, yang menunjukkan hampir keseluruhan apa yang diterimanya tanpa rahasia. Hidup itu menyembunyikan rahasia-rahasia. Sebagaimana setiap manusia menyembunyikan rahasia-rahasianya. Hidup melipat banyak misteri, kita harus membukanya satu per satu. Kemudian, bagian yang tak kalah penting adalah kita bersiap untuk menerima kenyataan yang kita dapati dari setiap rahasia yang tersingkap.
Hidup itu seperti apa bagimu? Serumit itukah? Atau sesederhana kamu bisa memahaminya ?
©kurniawangunadi / yogyakarta, 13 januari 2018
1K notes
·
View notes
Text
Self Reminder🎓
Tulisan : Tentang Hidup Kita
Hidup. Bagiku, ia tidak seperti air yang mengalir. Ia adalah air di lautan yang hendak menuju puncak pegunungan tertinggi. Sulit tentu saja jika ia berusaha mendaki melalui sungai, sebab hukum alamnya tidak demikian. Sebab itu, ia membiarkan dirinya menguap, berada di awan-awan, berpasrah kemanapun dibawa pergi. Pada akhirnya, ia belum tentu jatuh di puncak gunung seperti yang ia inginkan. Barangkali, jatuh di persawahan. Satu hal di hidup ini yang selalu sulit kita tahu adalah, kita diciptakan dengan peran. Kita ditempatkan di tempat terbaik sesuai potensi yang kita miliki. Jika sekarang kita kebingungan, mau jadi apa, mau bagaimana, apa yang harus dilakukan. Coba amati hidupmu sebelum-sebelum ini, perjalananmu yang mengantarkanmu sampai di titik ini.
Hidup. Ada orang-orang yang ingin diperjuangkan, berharap bahwa ia berarti sehingga ada orang yang bersedia melakukan apapun untuknya. Tapi, ia tidak menjadi berarti untuk dirinya sendiri. Berkata bahwa ia pun berjuang, padahal ia diam ditempat. Membiarkan orang lain berusah payah melakukan sesuatu untuknya. Ada yang keliru dalam memaknai hidup, memaknai perjuangan, memaknai pengorbanan.
Hidup. Bukanlah tentang mendengarkan orang lain sebanyak-banyaknya. Keputusan-keputusan bukan diambil dari apa kata orang. Kamu menikah, bukan karena kata orang. Kamu berkarir, bukan karena kata orang. Kamu melakukan kebaikan, bukan untuk kata orang. Hidup ini sudah bising oleh riuh rendah suara-suara yang sumbang dibalik bayang-bayang, mendikte hidupmu seolah-olah itu adalah yang terbaik untukmu padahal mereka tidak pernah menjadi dirimu, apalagi menjalaninya. Keputusan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan mencapai titik tertingginya yaitu keridhaan Tuhan.
Hidup. Ia tidak seperti cermin, yang menunjukkan hampir keseluruhan apa yang diterimanya tanpa rahasia. Hidup itu menyembunyikan rahasia-rahasia. Sebagaimana setiap manusia menyembunyikan rahasia-rahasianya. Hidup melipat banyak misteri, kita harus membukanya satu per satu. Kemudian, bagian yang tak kalah penting adalah kita bersiap untuk menerima kenyataan yang kita dapati dari setiap rahasia yang tersingkap.
Hidup itu seperti apa bagimu? Serumit itukah? Atau sesederhana kamu bisa memahaminya ?
©kurniawangunadi / yogyakarta, 13 januari 2018
1K notes
·
View notes
Text
Ketenangan itu Mahal. Dan bukankah itu yang kita sedang sibuk mencarinya sekarang ini?
Belajar, bekerja, berdagang, sepertinya semua itu hanyalah cara kita untuk membunuh kekhawatiran-kekhawatiran dalam dada.
Kekhawatiran tentang tidak mampunya menyelesaikan pendidikan, kekhawatiran tentang tidak mampunya nanti berpenghasilan, kekhawatiran tentang tidak memiliki ilmu, kekhawatiran tentang jodoh, kekhawatiran tidak memiliki keturunan, kekhawatiran tentang pekerjaan, tentang keluarga, tentang hidup.
Dan tentang semua kekhawatiran yang selama ini menggelayuti disetiap berjalan dan tidurnya diri, tentang kekhawatiran yang telah lama bersemayam di pikiran dan hati.
Atau bahkan semua itu telah berubah menjadi sebuah ketakutan?
Maka, kembalilah pada Rabb-mu, serahkan semua padaNya. Dan rasakan bahwa ketenangan hanya akan kamu dapatkan kala bersamaNya.
Karena sungguh hanya dialah yang mampu menurunkan sakinah pada hatimu.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”. (Qs. 48: 4)
530 notes
·
View notes
Text
Tulisan : Tentang Hidup Kita
Hidup. Bagiku, ia tidak seperti air yang mengalir. Ia adalah air di lautan yang hendak menuju puncak pegunungan tertinggi. Sulit tentu saja jika ia berusaha mendaki melalui sungai, sebab hukum alamnya tidak demikian. Sebab itu, ia membiarkan dirinya menguap, berada di awan-awan, berpasrah kemanapun dibawa pergi. Pada akhirnya, ia belum tentu jatuh di puncak gunung seperti yang ia inginkan. Barangkali, jatuh di persawahan. Satu hal di hidup ini yang selalu sulit kita tahu adalah, kita diciptakan dengan peran. Kita ditempatkan di tempat terbaik sesuai potensi yang kita miliki. Jika sekarang kita kebingungan, mau jadi apa, mau bagaimana, apa yang harus dilakukan. Coba amati hidupmu sebelum-sebelum ini, perjalananmu yang mengantarkanmu sampai di titik ini.
Hidup. Ada orang-orang yang ingin diperjuangkan, berharap bahwa ia berarti sehingga ada orang yang bersedia melakukan apapun untuknya. Tapi, ia tidak menjadi berarti untuk dirinya sendiri. Berkata bahwa ia pun berjuang, padahal ia diam ditempat. Membiarkan orang lain berusah payah melakukan sesuatu untuknya. Ada yang keliru dalam memaknai hidup, memaknai perjuangan, memaknai pengorbanan.
Hidup. Bukanlah tentang mendengarkan orang lain sebanyak-banyaknya. Keputusan-keputusan bukan diambil dari apa kata orang. Kamu menikah, bukan karena kata orang. Kamu berkarir, bukan karena kata orang. Kamu melakukan kebaikan, bukan untuk kata orang. Hidup ini sudah bising oleh riuh rendah suara-suara yang sumbang dibalik bayang-bayang, mendikte hidupmu seolah-olah itu adalah yang terbaik untukmu padahal mereka tidak pernah menjadi dirimu, apalagi menjalaninya. Keputusan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan mencapai titik tertingginya yaitu keridhaan Tuhan.
Hidup. Ia tidak seperti cermin, yang menunjukkan hampir keseluruhan apa yang diterimanya tanpa rahasia. Hidup itu menyembunyikan rahasia-rahasia. Sebagaimana setiap manusia menyembunyikan rahasia-rahasianya. Hidup melipat banyak misteri, kita harus membukanya satu per satu. Kemudian, bagian yang tak kalah penting adalah kita bersiap untuk menerima kenyataan yang kita dapati dari setiap rahasia yang tersingkap.
Hidup itu seperti apa bagimu? Serumit itukah? Atau sesederhana kamu bisa memahaminya ?
©kurniawangunadi / yogyakarta, 13 januari 2018
1K notes
·
View notes
Text
Speechless👏👏👏
Kesendirian Ini
Orang lain tak harus mengerti, bahkan bisa saja berhak untuk nyinyir sesekali. Kesendirian ini sudah menahun dan sudah kita lewati. Dalam perjalanannya, pola pikir kita ternyata semakin berkembang saja ; kesendirian bukan lagi aib yang harus disembunyikan, melainkan sebuah realitas yang kita jalani lalu resapi perlahan-lahan.
Begitulah, barangkali ketika masih belia, kita memang tergesa-gesa mempraktikkan jalinan cinta yang cuma jadi gaya hidup ; kalau tidak begitu, rasanya tidak keren, tertinggal, tersudutkan, bahkan merasa diri begitu purba.
Namun, semakin bertambah usia, ternyata kita menantikan cinta yang nantinya akan jadi pegangan hidup : yang setia, bertahan lama, hingga tua, tetap berdua.
…
Lalu, pita takdir itu kita tarik ke dalam fase kini ; menjalani itu semua dengan sendiri. Sedikit membosankan, tetapi kita baik-baik saja kan? Barangkali kejengahan kita sudah terlampau membeku, hingga sudah tak peduli lagi pada resah yang datang sambil lalu.
Kita hanya menerima realitas, titik.
Dan, kita tahu persis kenapa kita harus sendiri sampai saat ini, titik.
Kendati begitu, jauhkan paradigma sekitar yang mengatakan bahwa kita tidak laku. Bukan begitu! Tentu saja, kita bisa-bisa saja seperti mereka, namun rasanya memang tak perlu.
Degup itu sudah bukan lagi milik perasaan si muda belia yang tak tentu. Kita adalah si dewasa yang sudah kuat -dan dikuatkan- oleh kesendirian sejak dulu. Tidak pada tempatnya lagi untuk menempatkan diri pada situasi yang melulu pilu, toh hidup akan lebih keras dari itu.
Sampai pada saat ini, bahkan mungkin kita belum merasa mempersiapkan apa-apa, pun belum juga merasa merindukan dia yang entah siapa.
Kita (memang) hanya menjalani waktu terbaik untuk saat ini, titik.
240 notes
·
View notes
Text
Have trying good people😉
How to be Yourself
1. First, and most important, see yourself as a valuable, likeable and worthwhile person – someone who is worth knowing and loving. If you find that hard, then you are likely believing lies about yourself. (And that may be something you want to explore, and work through with, a counsellor.)
2. Recognise that your thoughts, ideas, views and beliefs are as important as anybody else’s. You are your own person. You are not just a clone of somebody else. What you think is worth hearing – and you don’t have to apologise or change your views in order to please, or be acceptable to, others.
3. Stay away from people who are trying to change you, or who want you to think and act as they do. Don’t allow yourself and your personality to be swamped or dominated by others.
4. Surround with people who encourage you to be yourself, accept you as you are, and bring out the best in you.
5. Resist the urge to emulate or copy people you admire. At the end of the day “they are them and you are you”. That’s the way it should be. Each of us is unique. The world is a richer place by you expressing who you are in your own way.
6. Don’t compare yourself with others. We each have different experiences, and are evolving in our own way, at our own pace. There’s no one formula or recipe for becoming or being. Trust your intuition, and follow your own path.
2K notes
·
View notes
Text
We have a decisions in everyday,
everytime,everywhere, so take care of your thoughts and your mounth.
“Two things to remember in life: Take care of your thoughts when you are alone, and take care of your words when you are with people.”
— Quotes ‘n’ Thoughts
2K notes
·
View notes
Text
Things that I learned in my first year at university
1. Some people are not there to work, they’re just joking around. Don't waste your time with them and try to meet the people that really care.
2. One semester passes at the speed of light. Start from day one and try not to let anything unrevised for too long (one week is considered too long).
3. Your teachers will be your saviors. They are the ones who know everything so make sure you have a good working relationship with them (let them see you know stuff and are willing to work) and then when you’re having more trouble learning something they will gladly help you.
4. Be consistent with your routine. A routine helps you get started more easily and defeat the inertia and laziness. Organizing my day as a working day, with study starting at 10 in the morning and classes in the afternoon, helps me focusing on the things I have to do, not waste time, and also have tiny pieces of time during the day to treat myself.
5. Treat yourself. Sometimes I take the bus instead of the metro because I like to watch the views. Sometimes I buy a cake for lunch. Sometimes I take a break in the park and, at the end of the day I go on a walk. Make sure you don’t forget yourself in the middle of everything. You’re the most important thing!
6. Find things that motivate you. A nice looking library, a park, a playlist, everything is valid as long as it makes you ready to work.
7. Choose your group wisely. When making group projects make sure you choose the people who really want to work, and if they don’t talk to your teachers, they will advise you. Also, don’t be afraid to make a group project on your own. You will survive, trust me! And you will learn a lot!
8. The front seat is the best. Choose a good seat in class where you can see and hear your teacher and they can hear you. The front seat is my favorite because it is easier to ignore everyone else and focus on the class.
9. Exercise. Really! Do something like walking every day, or yoga, or whatever you prefer, but make sure you move. It helps your brain and your body.
10. Have fun. At least every week or twice a month, go somewhere you like or visit a new place. Play the tourist and take your mind away from the work. That’s the way to keep your mind sane.
12K notes
·
View notes
Text
Menjadi Anak Pertama
Firstly you must mengalah for your adik
Secondly you must take patient for all mistake you do and especially the mistake you never do caused you must responsible for the thing that do by your adik
Prinsip mengalah bukan berarti kalah...hanya kau harus tetap on the right track for continue you way ..yap pasti akan banyak hal yang harus kau pahami Dan jalani untuk memenangkan harimu...
Anak Pertama di lain sisi akan mwnyenangkan Tapi juga akan sangat menjengkelkan...*adorable
Next the important things you never see yakni KESABARAN hal Yg tak pernah terlihat oleh Mata Tapi kau bisa merasakanya lewat emosi yang Ada pada dirimu bahkan mereka Yg sabar menghadapi tingkahmu...
Memang begitu mudah untuk diucapkan Tapi untuk menjalankannya "easy easy difficult".
Tapi yasyudahlah engkau masih punya waktu untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat
°°°°°°The description Sabar From My Friend S3A Stars(Nama lamanya)
Nama barunya :Stephanie at 13,she said.
Menurut aku sabar itu ga berbentuk, makanya ga ada ukuran akhirnya.
Sabar itu menurut aku kaya rem saat kita ingin bertindak hal gegabah tanpa berpikir terlebih dahulu. Mungkin gitu ka, ia yg mengontrol kau.
Klu sabar mu hilang pasti kau ga smpat mikirkan kemungkinan yg akan terjadi.
Meskipun saat marah rasanya hanya ingin mendengarkan kemauan diri sendiri, tapi aku tau di hati nurani setiap manusia yang MAU mendengarkan suara hati, pasti akan selalu berpikir orang disekelilingnya. Pasti memikirkan kebaikan di dlm hatinya
.....
Begitulah defenisinyaaa...
Thank you for your attention see you
0 notes
Photo
Sebuah ketidak berdayaan akan mengatarkanmu pada sebuah keputusan yang begitu dahsyatnya...apakah memilih untuk melanjutkannya atau malah meninggalkan semuanyaa...itulah sebabnya masalah selalu saja muncul tanpa permisi bahkan pamit untuk meninggalkan jejak. Tapi sebenarnya dibalik masalah yang datang mereka selalu meninggalkan pelajaran kehidupan yang sangat spesial. Hanya tergantung bagaimana Kamu mengendalikannya Dan persepsi tentang masalah itu...Apakah itu membuatmu semakin sedih atau Jangan-jangan itu menjadi pemicu untuk diri menjadi yang lebih baik lagi.... °°°°Bersiap-siaplah Untuk Hari Esok Yang lebih baik lagi😉
0 notes
Text
Kamu Percaya Passion?
Saya percaya.
Berkali-kali hidup memberikan saya kesempatan untuk mencicipi rasanya bekerja-berkarya dengan passion.
Lihat video ini:
youtube
Seluruh footage dalam video itu dirangkai dalam satu malam. Narasi, rekaman, editing, dilakukan seorang diri. Semua itu dilakukan tanpa bayaran.
Energi apa yang bisa menggerakkan seseorang untuk sprint mengerahkan segala daya kreasi dalam waktu yang sangat singkat, selain passion? Bahkan lembur untuk pekerjaan kantor sehari semalam dengan bayaran ganda pun saya tidak akan bersedia. It’s beyond money!
Tapi, bukan berarti passion tidak implementatif untuk dunia “menghasilkan uang”. Tengok aplikasi ini:
youtube
(Unduh di sini. Tersedia di iOS dan Android, dioptimalkan untuk iOS yang sudah mendukung ARKit)
Masa pengembangan aplikasi ini hingga mencapai tahap yang kamu lihat di atas hanya kurang lebih 3 bulan—waktu yang sangat singkat untuk aplikasi semacam itu. Tapi bukan soal kecepatan pengembangan yang ingin saya garisbawahi.
Sepanjang mengerjakan desain antar-muka aplikasi tersebut—dan selama karir profesional saya di 2017, saya mengalami fenomena “masuk pagi, eh tau-tau udah malem lagi”.
Jika sudah duduk di depan layar iMac, menari-narikan mouse di aplikasi Sketch, maka bisa dikatakan saat itu saya sudah masuk ke dimensi lain dengan ukuran waktu yang berbeda; seolah beberapa menit di dimensi tersebut setara dengan beberapa jam di dunia nyata (ada istilah untuk ini: flow).
Bandingkan jika kita sedang kebosanan atau jika kita membenci pekerjaan kita, 5 menit terasa setengah jam, 1 jam terasa setengah hari.
Jika Anda pernah merasakan energi yang begitu besar untuk menghasilkan sesuatu, atau lupa waktu ketika mengerjakan sesuatu, dan pola ini bisa Anda ulang, kemungkinan Anda memiliki passion terhadap sesuatu itu.
Saya paham bahwa pemahaman kita mengenai passion jauh dari sempurna. Dahulu banyak dari kita, termasuk saya, yang berpikir bahwa passion adalah sesuatu yang inheren, sesuatu yang kita dilahirkan dengannya; bahwa ia menanti untuk ditemukan oleh diri kita.
Namun, pemahaman kita berkembang. Penjelasan itu tidak lagi memuaskan. Kita menemukan adanya gap antara ide tentang passion dengan realita.
Passion terasa seperti kemewahan yang hanya mungkin ditemukan oleh orang-orang yang kelangsungan hidupnya telah terjamin. Sementara kenyataannya, ada tagihan yang harus dibayar, ada keluarga yang mesti dihidupi.
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep passion diperiksa secara ilmiah, sehingga memunculkan penjelasan lain:
Passion comes after you put in the hard work to become excellent at something valuable, not before.
Carl Newport
Intinya, passion adalah hasil dari keputusan dan komitmen kita mengasah diri pada suatu bidang yang bernilai.
Setelah kita mencapai tingkat kemahiran tertentu pada sebuah pekerjaan, maka kemampuan kita menikmati pekerjaan tersebut akan timbul. Perpaduan kemahiran dan kesenangan kita atas pekerjaan tersebut menghasilkan nilai tambah yang dihargai oleh orang lain, sehingga kita semakin menikmati dan semakin ingin lebih mahir dalam hal tersebut.
Penjelasan ini—bagi saya, lebih realistis dan lebih membuka ruang bagi upaya yang deliberate (sengaja) dalam pencarian passion.
Jadi, sekali lagi, saya percaya passion. Passion itu ada, dan kita bisa hidup, menghasilkan uang, dengan menjalani passion.
227 notes
·
View notes