Text
Karena fungsi do'a adalah bukan meminta, tapi Ia dengan segala keindahan dan kebaikanNya ingin memastikan bahwa hambaNya yang ini dapat mencintai takdir dan nasibnya.
163 notes
·
View notes
Text
Arti Menikah - Belajarlah tentang banyak hal.
Kata Bapak hafidzhahullah ta'ala, "jika cinta dan kasih sayang seorang laki-laki itu lebih besar dari pada cinta seorang perempuan, maka dia tidak akan pernah melepaskan perempuan itu darinya. ia akan tinggal lama dihatinya. dan untuk membuat seorang laki-laki demikian, dibutuhkan seorang perempuan yang sabar dan pengertian."
aku teringat obrolan santai dengan Bapak, sehari sebelum menjadi seorang istri. Kala semua orang sibuk menyiapkan banyak hal termasuk Ibu, Bapak justru mengajakku lebih banyak cerita dari kebiasaan Bapak yang tidak demikian. Saat itu aku bertanya bagaimana posisi Ibu dihati Bapak. Yang semakin banyak ku rinci, Bapak semakin banyak tersenyum seolah membenarkan.
Namun satu hal yang Bapak katakan membuatku tertarik untuk bertanya lebih lanjut. "Ibumu itu orang yang sabar dan pengertiannya begitu lapang. Ibumu itu keras terhadap pendirian dan pendapatnya, namun ketika keputusan Bapak tak selaras dengan Ibumu, ibumu meletakkan semua pendapatnya dan memilih pada keputusan Bapak. Ada banyak momen dimana Bapak tidak berkata sekalipun, Ibumu lebih peka perihal apa yang Bapak butuhkan. Tanpa bertanya banyak hal, Ibumu sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Tanpa memberi tugas, Ibumu telah paham apa yang menjadi tugasnya. Beberapa hal bertanya tentang apa yang Bapak suka dan tidak, selebihnya tanpa Bapak kasih perintah, Ibumu telah lebih dulu mengerti.
Tak pernah bertanya kenapa begini, kenapa begitu sebab paham bahwa Ibumu tidak ingin memberikan banyak beban. Ibumu begitu totalitas menjalani perannya sebagai seorang istri. Tak pernah menuntut harus jalan-jalan setiap pekan, atau liburan setiap tahun, atau hal-hal yang dirasa bapak belum mampu untuk menyanggupinya kala itu. Tidak pernah merengek meminta waktu bapak atau menuntut untuk lebih romantis atau hal-hal yang dimana Bapak harus peka terhadap kondisi ibumu. Ibumu tidak pernah meminta akan hal itu. Kala sudah tenang semuanya, barulah ibumu sampaikan dengan bahwasanya yang dimana tanpa menggurui bapak akhirnya mengerti.
Pernah saat dimana belum ada HP dan saat itu posisi ibumu sedang mengandung kamu 6 bulan, belum ada telpon rumah juga. Saat itu bapak harus lembur dan tidak pulang karena memang harus menyelesaikan deadline, dimana besok pagi presiden pak Soeharto akan berkunjung. Bapak nggak bisa ngabari ibu, karena memang tidak bisa pulang. Kamu tahu apa yang ibumu lakukan? Ibumu jalan sama emak tetangga sebelah rumah mau pergi menyusul bapak dikantor. Sebelum sampai kantor ada pos marinir dan bertanya perihal ada perlu apa jam segini kok mau ke PT.Pal dari pos ke kesana masih sangat jauh sekali. Lalu ibumu bilang kalau suaminya dari kemarin belum pulang, ia khawatir takut terjadi apa-apa. Lalu seorang petugas meminta ibumu dan emak untuk menunggu di pos, salah satu petugas berangkat menanyakan hal tersebut ke kantor. Setelah memastikan nama dan divisi bapak. Petugas tersebut menyampaikan bahwa seluruh karyawan disivi tersebut memang harus lembur, karena besok pagi akan ada kunjungan presiden. Setelah tahu kabar itu, ibumu dan emak pulang kerumah. Dan setelah beres semuanya bapak pulang kerumah, sampai dirumah ibumu tetap menyambut bapak dengan baik. Tak bertanya ini itu dengan banyak pertanyaan atau memasang muka cemberut. Nggak, ibumu tidak demikian.
Ibumu tetap melayani bapak dengan baik dan membiarkan bapak beristirahat dengan nyaman. Tanpa bertanya kenapa ndak pulang, bapak lebih dulu menjelaskan perihal tersebut.
Sebetulnya diawal pernikahan laki-laki itu sudah siap untuk mengayomi, mendidik, dan siap untuk memenuhi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya nanti. Terkadang yang membuat mereka berubah salah satunya dari pasangannya sendiri. Yang mungkin terlalu menuntut banyak hal dan tidak memberikan rasa tenang itu. Memang manusia tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan Bapak ataupun ibumu ini. Namun ada banyak hal kebaikan ibumu yang tidak bisa bapak sebutkan satu persatu. Biarlah bapak banyak doakan untuknya, biar Allaah yang balas dengan banyak kebaikan untuknya. Sekali lagi pernikahan itu adalah salah satu karunia yang harus disyukuri selama perjalanannya. Ujar bapak mengakhiri ceritanya.
Lalu malam harinya aku memutuskan untuk tidur dengan ibu sebelum menjadi istri esok harinya. Sebelum tidur banyak hal yang aku tanyakan, aku tak pernah merasa benar-benar begitu sangat dekat ketika saat itu juga. Salah satunya aku bertanya perihal cerita bapak tadi sore itu, mengapa ibu bersikap demikian dan demikian.
Ibu menjelaskan dengan bahwasanya yang apa adanya, "ketika seorang wanita telah memutuskan untuk menikah, maka seharusnya ia sudah paham perihal hak dan kewajiban serta konsekuensinya. bagaimana jika nanti pasanganku seperti ini, bagaimana jika nanti masuk fase seperti itu. Apalagi ketika seorang perempuan telah menjadi istri maka ia sudah mengerti bagaimana seharusnya berkhidmat untuk suaminya. Jika sudah paham dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap, maka sudah sepatutnya kita harus memberi banyak udzur kepada pasangan kita. Saat itu ibu mencoba untuk memberi banyak udzur kepada bapak.
Tidak ada seseorang yang melakukan tanpa ada alasan. Dan bapakmu pasti sedang dikondisi yang demikian. Ibu mencoba belajar untuk mengerti, terkadang tidak semua kondisi bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tidak semua kondisi bisa dijelaskan saat itu juga. Pernikahan itu ibadah terlama, dan dalam beribadah tidak semuanya berjalan menyenangkan sesuai dengan keinginan kita kan ya, nduk. Itulah mengapa sabar diperlukan untuk menjalani setiap prosesnya.
Intinya jangan pernah merasa paling capek, paling menderita, paling jenuh, atau paling sibuk. Jika nanti kamu menemukan kondisi yang demikian, cobalah kembalikan ke dirimu sendiri. Saat capek, jenuh dan kondisi tidak baik-baik saja, pasanganmu menuntut banyak hal darimu. Apakah kamu senang? Tentu tidak kan ya, maka diperlukan hati yang lapang untuk mengerti.
Jangan banyak menuntut hak sama manusia, sebab balasan terbaik adalah balasan dari Allaah. Karna kalau banyak menuntut dari manusia, kamu akan merasa capek sendiri dan tidak menemukan ketenangan nantinya. Serahkan semuanya sama Allaah, biar tenang.
Apa yang bisa kamu beri kepasanganmu nanti, berikanlah senampumu. Berkhidmatlah dengan totalitas untuknya, tidak akan sia-sia apa yang kamu berikan. Sebab sekecil apapun upayamu, Allaah melihatnya. Ketika sudah melakukan yang terbaik, jangan berkecil hati bila balasannya tidak sesuai apa yang kamu harapkan.
Berkhidmat itu yang menyenangkan hati suamimu, yang dimana suamimu betah dirumah sebab ia temukan ketenangan dalam rumahnya.
Empat tahun lalu nasihat ini aku simpan ditumblr, ku baca kembali. Dan aku menangis. Sebab memang benar, dalam sebuah pernikahan tidak hanya tentang aku saja melainkan dia juga yang menjadi kita.
Sebagaimana pengertiannya Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha yang tanpa bertanya mengapa Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam tubuhnya gemetar dan meminta Ibunda Khadijah untuk menyelimuti Rasulullaah. Yang dengan totalitas berkhidmat dan menyerahkan seluruh harta, jiwa dan hidupnya kepada orang yang tercintanya. Itulah mengapa Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha tinggal begitu lama dihati Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam.
Bukan perihal apa yang sudah pasangan berikan kepada kita, melainkan sudah sejauh dan semaksimal apa yang telah kamu lakukan untuknya karena Allaah. Maka mintalah kepada Allaah Ta'ala untuk menganugerahi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Sebab rumah tangga sakinah adalah karunia Allaah yang harus terus dipintakan hingga akhir hayat..
للَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
"Ya Allaah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga)." - HR. Abu Daud, no 969, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu anhu.-
Pernikahan itu tidak tegak karena rupa yang elok atau harta, akan tetapi dia tegak dengan agama dan akhlak. (Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi rahimahullaah)
Akhlak, sabar dan saling mengerti masuk dalam kategori akhlak kan? Maka berakhlak dengan akhlak yang baik. Semoga Allaah menganugerahi kita semua pasangan yang menyejukkan mata dan hati. Yang menjadi penenangan dalam segala kondisi apapun. Allaah anugerahi kita rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah. Sehidup sesurga bersama.. aamiin..
Kontemplasi 9/11/19 - 9/11/23
890 notes
·
View notes
Text
Menangkan Dulu Hati Lelaki Kita..
Di sebuah acara “reality show” Indonesia, seorang lelaki botak yang juga mentalis terlihat mewawancarai bintang tamunya. Begini kalimat pembukanya “Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?”
Sayangnya saya tidak mengikuti acara tersebut. Sudah dua tahun terakhir ini rumah kami bebas televisi. Cuplikan acara tersebut saya temui di beranda akun media sosial seorang teman. Saya tertarik membahasnya karena kajian ini persis dengan tema yang saya dapat beberapa bulan lalu.
Kalian tahu apa jawaban pertanyaan yang awalnya membingungkan saya itu? Padahal ada satu kitab ajaib yang sudah menjelaskan secara apik jawabannya. Al quran berbicara tentang perempuan. Dia adalah kunci segalanya. Kebaikan keluarga, masyarakat, dan negara. Masih di dalam kitab yang menakjubkan itu perempuan dalam hal perannyanya dibagi menjadi empat bagian berdasar prioritas terbaiknya.
Pertama, sebagai istri. Kedua, sebagai ibu. Ketiga sebagai pribadi. Terakhir, peran sosial.
Diantara keempat hal tersebut, alquran paling banyak bercerita tentang kiprah perempuan sebagai istri. Dan yang minim adalah kiprahnya dalam bidang sosial. Maka yang hari ini masih disibukkan oleh berbagai aktifitas yang manfaatnya hanya berdampak bagi dirinya sendiri sebaiknya segera berbenah. Begitu pula para “sosialita” diminta untuk berpikir ulang tentang perannya jika menginginkan dari rahimnya lahir generasi mulia.
Perhatikan urutan dominannya baik-baik. Ketika kita coba untuk membaliknya atau menggeser letaknya sekehendak nafsu kita, maka yang terjadi adalah tumbuhnya anak-anak yang bermasalah.
Jadi ketika ditanya “Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?”. Maka jawabannya adalah istri yang baik. Itu adalah tingkatan peran teratas. Selesaikan dengan baik bagian ini. Berikan pengabdian istimewa untuk suami. Lalu perhatikanlah kemudian tugas perempuan sebagai ibu akan dengan mudah dijalani.
Inilah jawaban kenapa sebuah rumah yang “broken home” akan sulit sekali melahirkan anak-anak yang kokoh kepribadiannya. Karena tak lain, ia tak mendapatkan teladan itu di rumahnya. Tempat di mana kegemilangan generasi itu bermula.
Beberapa kali saya menemui kasus perempuan yang abai pada suaminya setelah hadirnya anak-anak. Mereka menganggap peran suci sebagai ibu di atas segalanya. Kemudian menuntut suami untuk paham bahwa kini sudah hadir makhluk kecil yang patut diprioritaskan dari pada suami.
Ternyata ini keliru, perempuan cenderung mengikuti perasaannya untuk terus dipahami. Lihat saja betapa banyak literasi yang membahas tentang betapa peliknya peran perempuan sebagai istri dan ibu sekaligus. Bahkan lengkap dengan sajian data bahwa peran ini rawan depresi. Sampai pada kasus bunuh diri. Terus diulas gangguan psikologis yang sering sekali terjadi pada mereka.
Saya tak hendak menafikan fakta tersebut, tetapi saya ingin setiap wanita paham tentang urutan prioritas yang telah dirumuskan wahyu. Bukankah kita tak pernah ragu bahwa alquran itu adalah sebenar-benar petunjuk?
Seperti nasihat yang disampaikan ustadzah saya di suatu siang ketika membahas tentang pengasuhan anak. “Sajikan pengabdian dan bakti terbaik yang bisa kita lakukan kepada suami, maka perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Pengasuhan anak-anakpun menjadi kian mudah”.
Berapa banyak kejadian emak yang temperamen kepada anak-anaknya hanya karena masalahnya dengan suami yang belum selesai. Maka sekali lagi, perhatikan prioritas penting ini ya Mak. Menangkan dulu hati lelaki kita.
Adalah tak mudah mencari tulisan dari lelaki yang mengulas tentang ini. Jikapun ada, maka ini tema yang tak menarik. Kurang dramatis.
Bagi perempuan yang kapasitas perasaannya lebih mendominasi, menganggap hal ini adalah “lebay”. Makanya kemudian mereka menjuluki suami sebagai “bayi besar”.
Saya tertarik sekali dengan pengalaman seorang teman ngaji yang ikut suaminya tugas belajar tinggal di Jeddah. Maka hal pertama yang saya tanyakan padanya waktu itu adalah
“Wah.. enak ya kalau akhir pekan bisa sering-sering ke Mekkah buat umrah, terus ramadhan juga bisa iktikaf di masjidil haram”. Mengingat jarak antara kedua kota itu tak begitu jauh.
Saya sukses melongo ketika ia menjawab
“Nggak juga, aku tuh gak enak mikirin ibadah sunnah, sementara yang wajib terbengkalai”.
“Maksudnya?” tanya saya bodoh.
“Iya.. hatiku nggak plong gitu kalau pergi iktikaf ataupun umrah sementara suami di sini makan minumnya gimana? yang nyiapin bajunya siapa? ininya terus itunya?”
Jleb!
Dan pikiran egois saya langsung meleleh takjub. Masya Allah..
Dialog lain yang terjadi belasan tahun silam antara saya dan dosen tingkat pertama di bangku kuliah dulu juga masih begitu melekat erat. Ketika beliau mengkhawatirkan gelar paska sarjana dan penghasilan bulanannya berada di atas gelar dan gaji sang suami.
“Aku khawatir gelar dan penghasilan ini menghalangiku dari bakti pada suami”.
Sungguh kesadaran yang keren pada zaman di mana perempuan hari ini ribut menuntut kesetaraan gender dalam bungkus kemasan emansipasi yang salah kaprah. Dan bangga dengan kemampuan dirinya yang bisa mandiri menghasilkan sejumlah rupiah dari keringatnya sendiri. Perlahan ketundukan dan ketaatan pada suami sedikit demi sedikit tergerus. Ini keniscayaan. Hukum alam kepada mereka yang di dalam hatinya bersemayam biji kesombongan dan jauh dari majelis ilmu.
Betapa seringnya kita, eh saya maksudnya, merasa segala pekerjaan melayani suami dari mulai menyiapkan hal-hal kecil itu adalah pekerjaan sepele. Dan berpikir keras mengejar amalan lainnya. Kehadiran bayi dan suami seperti penghalang antara diri kita dan ibadah yang nyaman. Bagaimana sulitnya mencari waktu untuk sekadar tenang membaca alquran tanpa interupsi ini dan itu. Bangun tahajud susah waktu si bayi bentar-bentar bangun malam minta Asi. Padahal syarat masuk surga seorang istri itu tak disebut harus tahajud atau tadarusan.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”.
(HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).
Coba perhatikan lagi hadits yang luar biasa ini. Ah, semoga kita tidak termasuk istri yang “ngeyelan” sampai “ngambekan” hanya gara-gara menganggap amalan masa lajang dulu jauh melesat pencapaiannya dibanding ketika kita menjadi “emak-emak”.
Camkan lagi kata-kata terakhir dari sabda Sang Nabi tersebut: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”.
Ganjaran keren yang bagaimana lagi coba yang mau kita kejar?
Asti Mulyawati
44 notes
·
View notes
Text
Sayangku..
bersama kamu
benar benar mencintai
tidak terasa sulit..
0 notes
Text
Yang paling menakjubkan dari dunia ini, ketika melibatkan campur tangan Allah, lalu banyak sekali kemudahannya.
Allah berencana, kamu dan aku terus berupaya agar bertemu aamiin paling serius yg selalu kita panjatkan..

......dan kita tak juga rela tunduk pada jarak.
......dan kita tak juga rela tunduk pada jarak.
Sehat sehat ya, sampai ketemu secepatnya!
2 notes
·
View notes
Text
Selagi hujan di bulan November.
Segala kepergian di bulan ini, semoga Allaah memberikan kelapangan atas apa yang telah hilang. Kebaikan dan kesabaran atas apa yang tengah kini diupayakan.
Perihal kepergian.
Banyak hal yang pergi tak menunggu usia tua. Demikianlah takdir Allaah atas setiap hambanya. Maka sudah sejauh mana wahai diri, dirimu mempersiapkan bekal akhiratmu. Sudah selelah apa dirimu melakukan amal untuk bekal setelah kepergianmu nanti.
Maka tak perlu sibuk mencari pembenaran dan mengurusi hidup orang lain. Urusilah dirimu sendiri. Perhatikan amal yang telah kamu upayakan selama kamu hidup di dunia ini. Sebab pada akhirnya yang akan menemani perjalanan ini adalah amal-amalmu.
Maka mintalah pertolongan Allaah agar memudahkanmu untuk melakukan ketaatan kepadaNya. Agar kelak engkau selamat, agar kelak Allaah mengampuni dosa-dosamu dan Ridha atas dirimu.
Hujan di bulan November. Selalu mendatangkan sendu bagi siapa yang ditinggalkan. Semoga akhir yang baik adalah akhir bagi kita saat meninggalkan dunia ini dan menuju ampunan Allaah Ta'ala.
Selagi hujan, manfaatkanlah waktu berdoa kepadaNya. Mintalah banyak kebaikan dalam hidupmu. Melembutlah wahai diri, melembutlah..
120 notes
·
View notes
Text

Kelebihanmu, kekuranganmu, kelebihanku, kekuranganku. Kita akan menjalaninya, semua.
Semoga saja,
Degup di dada tak pernah hilang dari sana. Menjadi sandaran untuk lelah yang satu sama lainnya..
Semoga saja,
Kita tetap kembali berpelukan setelah saling menyeka air mata. Bagaimanapun nyala api pasti akan ada, kita yang harus siap sedia, memberi peringatan dan menjadi versi terbaik yang kita bisa.
Semoga saja, semoga..
Kamu cintaiku, pun aku kepadamu. Selama lamanya waktu yang Ia berikan untuk kita, selalu..
Love u sayangku. Aku cinta kamu, sekali.
0 notes
Text
rehat sebentar
Untuk hal-hal yang di luar kemampuan ku untuk mengaturnya, semoga Engkau telah lebih dulu menanganinya.
Duhai diri, istirahatlah dari mengatur hidup, apa yang tlah ditanganiNya, tak perlu kau tangani sendiri...
0 notes
Text
meski kita tidak pernah tahu, semoga bahagia tak terkira, selalu...

0 notes
Text
Samudra Diri
Ada suatu samudra yang luasnya seolah tak berbatas dan dalamnya seakan tak terhingga. Setiap hari kau mengarungi permukaannya, namun jarang sekali kau menyelami samudra itu. Sebab menyelaminya dapat membuatmu merasa seakan hampir kehabisan nafas. Samudra itu, adalah dirimu sendiri yang terbentuk dari waktu ke waktu.
Semakin jauh kembaramu, samudramu akan semakin luas. Semakin banyak badai yang kau hadapi, maka samudramu semakin dalam. Semakin banyak badai yang kau taklukan, maka samudramu semakin banyak menuai mutiara kehidupan.
Pada luasnya samudra, kau akan melihat hari-hari lalu seperti suatu garis jauh yang samar di perbatasan khatulistiwa waktu. Begitu nyata namun fana, terasa hidup namun hanyalah fatamorgana.
Pada dalamnya samudra, kau akan mampu memperkirakan sebanyak apa pelajaran yang sudah kau himpun dari setiap badai-badai yang menimpamu. Ada masa lalu yang begitu pekat, ada penyesalan yang begitu ngeri dan ada kekeliruan yang membuatmu harus membenci dirimu untuk waktu yang lama.
Kau akan mendekat lagi pada-Nya setelah sebelumnya menjauh, melihat lagi setelah sebelumnya seolah buta, mendengar lagi setelah sebelumnya seakan tuli, meminta maaf lagi setelah sebelumnya bersalah dan kembali dengan penuh sadar dan berserah, setelah sebelumnya berulang kali hilang arah.
Berbicara soal penyesalan, sepertinya itu adalah perasaan anugerah. Sebab dari rasa penyesalan yang mendalam, maka akan muncul perasaan kuat untuk memperbaiki. Berbicara soal kesalahan, seperti sebuah teguran yang begitu nyata bahwa manusia takkan luput dari ketidaksempurnaan. Jadi apa yang masih ingin dibanggakan dari diri yang penuh kehinaan?
Lalu perihal samudra ini ternyata ia memiliki titik henti, dermaga terakhir yang rahasia. Akan ada masanya, sampan berhenti di dayung, perahu berhenti berlayar, serta angin berhenti menciptakan riak-riak gelombang. Jadi, berlayarlah pada samudramu sebaik mungkin. Selamat mencari mutiara dalam dirimu, yang terkubur pada bawah samudramu. Selamat belajar dari badai yang pasti dan akan berlalu, jangan mati tenggelam.
Tepi dermaga, 23 Mei 2021 09.55
119 notes
·
View notes
Text
Tidur, di matamu.
Di jernih matamu,
kutemukan, aku. Mata jernih yang sunyi memandangku penuh jenaka sehingga aku tak lagi sempat mengeluh dan bersedih.
Di air matamu,
kutemukan mata air yang tak pernah mati. Di sana aku menuai airnya yang membuncah buncah. Menuai air yang sudah lama ku tanam sendiri.
Di hitam matamu,
kutemukan ruang kedalaman yang melingkar. Ruang kesederhanaan yang kaya kehangatan. Ruang kewibawaan yang rendah hati penuh kasih sayang yang begitu sabar. Tempat terindah untukku mengistirahatkan perasaan barang sebentar.
Di sayu matamu,
senja berlabuh. Merah kekuningan ia memancar bersama tiup-tiupan angin kecil. Meneduhkan.
Di sela-sela cintamu, lalu kutemui arti diriku.
.
Malam yang hening dituruni hujan dan basah.
Mata jernih mata hitam mata sayumu, bergantungan pada mata ngantukku. Sesekali kudengar ia berbisik,
"Kemarilah, kuterima semua kicau merdu dalam kepalamu yang mengganggu. Tidurlah dalam mataku."

Pekanbaru, 1.25 am
2 notes
·
View notes
Text
silahkan repost klo mau repost 😊 ga usah minta izin. Klo direpost di IG, kindly mention akun IG @hellopersimmonpie . Thanks 😂
641 notes
·
View notes
Text
Aku mencari satu satunya alamat, pada lukamu
Sejenak kurebah lelah, memahami ketidakmampuanku mengenal arah..
Sesekali kurapalkan doa yg sunyi dan merah, menujumu.
Jika suatu hari bertemu kembali, pada teduhmu kuingin berserah
0 notes
Text
Suatu saat, aku akan punya kantor yang hanya dibuka menjelang senja. Dekorasinya dihiasi ornamen fotografi dan kutipan puisi. Di sana orang-orang tidak bekerja untuk digaji, tetapi bekerja untuk berpikir bagaimana caranya berbagi.
Ruang Moksa, 06.01.20.21
93 notes
·
View notes