Tulisan adalah ekspresi, corong inspirasi, dan sarana evaluasi diri
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tegarlah Kekasihku, Sang Pemimpi
sambut hari baru di depanmu
sambung mimpi siap tuk melangkah
raih tanganku jika kau ragu
bila terjatuh ku kan menjaga
kita telah berjanji bersama
taklukan dunia ini
menghadapi segala tantangan
bersama mengejar mimpi-mimpi
berteriaklah hai sang pemimpi
kita tak kan berhenti di sini
kita telah berjanji bersama
taklukan dunia ini
menghadapi segala tantangan
bersama mengejar mimpi-mimpi
bersyukurlah pada yang maha kuasa
hargailah orang-orang yang menyayangimu
yang selalu ada setia di sisimu
siapapun jangan kau pernah sakiti
dalam pencarian jati dirimu
dan semua yang kau impikan
tegarlah sang pemimpi
Bukan perkara mudah pastinya, tetap menyungging senyum ketika istri menyebut-nyebut soal 'kapan kita punya rumah?'
I see how you thinking very hard on it, baby
Hidup memang tak pernah mudah bagi orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar.
Tapi mimpi itu harus tetap dipelihara, harus tetap digaungkan
Karena kita hidup selama masih ada mimpi
-------------------------------------------------------------------------------------------
Aku : "Sayang, hal apa yang paling kamu inginkan sekarang?"
Kamu : "Pengen punya uang banyak"
Aku : (beranjak berdiri, memeluk) "Kenapa memangnya dengan uang banyak?"
Kamu : "Pengen beli rumah, bayar utang, umrohin orangtua, ngebiayain para jomblo biar pada nikah.."
Aku : "Beli mobil jangan lupa" (sambil menyandarkan kepalaku ke pundakmu)
Kamu : "Nyumbang ke Palestina, seratus juta"
Aku : (terisak, menangis)
Kamu : "Kalau bermimpi jangan tanggung-tanggung, jangan juga hanya bermimpi untuk diri sendiri, bermimpilah untuk bisa membantu banyak orang"
Sayang, aku mencintaimu
0 notes
Photo

Verse 87 of Surat Yusuf
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
And do not lose hope in the mercy of Allah; indeed none lose hope in the mercy of Allah except the most ungrateful people.
Originally found on: madeina1
1K notes
·
View notes
Text
Teman Hidup Selamanya
Dia indah meretas gundah Dia yang selama ini ku nanti Pembawa sejuk, pemanja rasa Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku Berdua kita hadapi dunia Kau milikku milikmu kita satukan tuju Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku Berdua kita hadapi dunia Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju Bersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nanti Banyak cobaan untuk kisah cinta kita Jangan cepat menyerah Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya akan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku Berdua kita hadapi dunia Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu Kau jiwa yang selalu aku puja..
Tulus - Teman Hidup
Tanggal empat Desember nanti usia 'kita' tiga bulan. Kenapa aku sebut usia 'kita'? Karena jauh sebelum itu, yang ada hanya 'aku' atau 'kamu'.
Semenjak menerima pinanganmu, tidak ada sehari pun tanpa satu hal baru yang aku kenal darimu. Semenjak bangun tidur hingga tidur kembali, berbagai kejadian kita lewati, dan aku semakin mengenalmu. Dan sepertinya, kamu pun begitu.
Pernah suatu hari, karena terlalu banyaknya aku bercerita tentang hal yang kulakukan dan kutemui di tempat kerja, kamu hanya mengangguk pelan sambil makan. Takut ceritaku mengganggumu, aku bertanya : "Pasti bosan ya dengerin aku cerita terus? Aku cerewet ya? Iya kan aku cerewet?" , tapi dengan senyum kamu menjawab : "Enggak bosan dong, sayang. Justru itu yang aa senengin dari kamu. Ceria, suka cerita..". Deg!
Sebulan awal kita nyaris tanpa cela. Seluruh dunia seperti telah digenggaman kita. Tak ada rasa takut akan apapun. Hingga memasuki bulan-bulan berikutnya yang lebih nyata, yang lebih menegangkan. Aku menyebutnya begitu karena toh hingga saat ini yang kusadari betul adalah bahwa semua kesulitan tak lebih dari sekedar ujian yang mendewasakan. Tetap tak ada yang lebih menakutkan daripada membayangkan jika suatu saat kita kehilangan satu sama lain.
Oh ya aku ingat, tepat di usia sebulan kita, kamu justru tak di sampingku. Mengurus distribusi hewan qurban. Ya Rabbi, malah ngelus embek bukan ngelus istri. Hehe...
Lalu hari-hari berikutnya pun kita masuki. Luar biasa membuatku terkejut saat tak sengaja aku tahu, bahwa bisnis yang selama ini kamu jalani sedang dalam masalah. Tapi, kamu tidak cerita apa-apa.
Hingga akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya padamu. Dan...kita berdua menangis. Ya Allah, bukan sejuta dua juta, puluhan juta kamu merugi. Angka bombastis yang bahkan tak pernah secara nyata aku sentuh.
Di titik itu, jangan sangka ini tak menjadi ujian bagiku. Apalagi saat aku tanya mengapa kamu tak bercerita soal ini kepadaku kamu menjawab : "Gak sampai hati aa ceritakan masalah ini sama kamu, sayang. Apalagi cerita ke orangtua-orangtua kita, apa nanti dikata mereka, anaknya dipinang malah diajak susah. Tenang saja sayang, aa sedang mencari cara memenuhi hutang pada konsumen yang merugi, sambil aa juga akses dana yang menjadi hak aa dari supplier" Aku tahu kamu menahan airmata di sudut matamu saat itu. Padahal aku hanya ingin merasa kamu percayai sebagai istri untuk tahu masalahmu.
Dan baru kini aku sadari, kita sungguh romantis saat itu. Kau tak mau membebani pikiranku, sementara aku tak mau kamu menanggung beban sendirian.
Lalu beberapa hari lalu, tak sengaja aku menemukan rekaman chatting salah seorang pelanggan yang kita berdua kenal, menagih keperluannya padamu. Tapi, melalui bantuan orang lain. Jujur, aku langsung begitu khawatir padamu. Semoga adegan penangkapan seseorang yang dianggap 'merugikan' konsumen oleh polisi hanya ada di acara tv. Tidak, aku yakin itu tak akan terjadi padamu. Karena kamu sendiri pun tertipu.
Alhamdulillah, tanggal satu datang. Aku tau kita sedang sama-sama menambal beberapa hal. Lalu aku beranikan diri menawarkan penghasilanku hanya untuk menambal tagihan yang tadi itu. Aku tau itu berat bagimu, menerima bantuan istrimu. Aku tau itu menyelisihi tanggung jawabmu. Aku tau itu mencoreng kebanggaanmu sebagai seorang qawwam. Tapi...
engkau kalahkan semua egomu. Karena kau tau, betapa aku ingin semua ini segera usai.
Hari itu aku segera mengirim uang itu, agar segera bisa dibayarkan. Saat pulang aku berharap pesananku ini sudah selesai kau lakukan. Tapi...
"Tadi ada teman aa yang butuh uang buat berobat, gak seberapa, tapi aa pakai dulu uang itu, karena aa belum gajian. Nanti kita atur soal itu"
Deg!
Sempat berfikir mengapa suamiku malah mengingkari kesepakatan kami?
Hingga akhirnya kamu ceritakan tentang temanmu yang ternyata teman lamamu di SMK, yang sakit-sakitan dan sumber penghasilannya belum menentu. Sementara usia sudah seusia denganmu (30-an) yang tak mungkin rasanya ada perusahaan yang sedia menerima pegawai dengan kondisi demikian.
Suamiku sayang, tahukah kamu? Aku bangga dengan keputusanmu ini, mendahulukan kebutuhan orang yang bisa jadi lebih perlu, meski kita sedang dalam kondisi sangat sulit.
Kuputuskan menambahkan kirimanku ke rekeningmu agar hutang kepada teman kita itu segera usai.
Dan aku yakin, Allah mendengar do'a-do'a kita, sayang. Allah akan tunjukan jalannya, Insya Allah...
- Dear, Teman Hidupku -
0 notes
Text
True Colours
I See Your True Colours , That's why I Love You
Lagu pertama yang dinyanyikan oleh suamiku. Sambil bisik-bisik dan tak terdengar jelas nadanya. Tapi lirik dan emosi di dalamnya terlalu jelas. Kuat dan berhasil merobek dinding pertahanan hatiku. #eaa
Menyanyi bukan hobi apalagi kemahirannya. Yah...walau sebenarnya kalo dinyanyiin sama suami tuh kebayangnya romantis-romantis gimanaaaa gitu haha. Dan kamu hanya menjawab, 'Bukti cintanya gak lewat lagu, lewat yang lain aja'. Lalu kamera DSLR kebanggaanmu secara tidak sopan melukis potret candid ku. Gotcha! You got me, darl
Ada yang selalu lucu dan bikin hati ini pusing gak karuan mesti ngapain. Tiap sampai di lirik 'That's why I love you', tenggorokanmu selalu seperti tercekat oleh rasa malu entah gugup. Tapi aku tau, betapa 'damn, It's true' nya lirik bagian itu membeberkan rahasia perasaanmu. Again, you succesfully got me sick of it
Perempuan manapun akan bertanya-tanya alasan mengapa ia dipilih oleh lelaki yang kini menjadi suaminya. Dan jawabanmu bukan; karena kamu cantik, shalihah, bla bla. Tapi, 'Dari sekian banyak wanita shalihah, aku memilihmu menjadi wanita yang akan menentramkan hatiku' . *Nyemplung hati gue ke hatinya*
Haha. Girls, or Ladies. Siapapun kamu, just keep on your true colours. Karena lelaki yang nantinya atau -mungkin- sudah memilihmu menjadi istrinya, punya alasan yang sama.
Istri : Kenapa kamu memilih aku?
Suami : Karena kamu itu..kamu. Iya...kamu
~lalu hati orang yang baca ini mungkin akan melting :p ~
Nah..penasaran juga nih nyari tau lirik lengkap lagu-nya Phil Collins ini. Cekidot ini dia laguku. Mana lagumu? hihi
You with the sad eyes Don't be discouraged Oh I realize It's hard to take courage In a world full of people You can lose sight of it all And the darkness, inside you Can make you feel so small But I see your true colors Shining through I see your true colors And that's why I love you So don't be afraid to let them show Your true colors True colors are beautiful, Like a rainbow Show me a smile then, Don't be unhappy, can't remember When I last saw you laughing If this world makes you crazy And you've taken all you can bear You call me up Because you know I'll be there And I'll see your true colors Shining through I see your true colors And that's why I love you So don't be afraid to let them show Your true colors True colors are beautiful, Like a rainbow
0 notes
Photo

Are You Ready
From the collection: IslamicArtDB » Quotes About Yawm al-Qiyamah (The Day of Judgment) (87 items)
Originally found on: muslimgirl
289 notes
·
View notes
Quote
Like the ocean’s water entering the boat, the moment that we let the dunya enter our hearts, we will sink. The ocean was never intended to enter the boat; it was intended only as a means that must remain outside of it. The dunya, too, was never intended to enter our heart. It is only a means that must not enter or control us. This is why Allah (swt) repeatedly refers to the dunya in the Qur’an as a mata’a. The word mata’a can be translated as a “resource for transitory worldly delight.” It is a resource. It is a tool. It is the path—not the destination.
Yasmin Mogahed
From the collection: IslamicArtDB » Yasmin Mogahed Quotes (433 items)
96 notes
·
View notes
Photo
I Have Accepted Allah as My Lord (Animation)
I have accepted Allah as my Lord, Islam as my religion, and Muhammad peace be upon him as my prophet.
From the collection: IslamicArtDB » Islamic Animated GIFs (218 items)
Originally found on: a1191990
124 notes
·
View notes
Text
Colbie Caillat - I Do
Nemu lagu yang asik sekaligus bagus juga liriknya hehe~~
It's always been about me, myself, and I I Thought relationships were nothing But a waste of time I never wanted to be anybody's other half I was happy saying I had a love that wouldn't last That was the only way I knew 'til I met you You make me wanna say I do, I do, I do do do do do do do doo Yeah I do, I do, I do do do do do do do doo Cause every time before it's been like maybe yes and maybe no, I could live without it, I could let it go Ooh what did I get myself into? You make me wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do... Tell me is it only me? Do you feel the same? You know me well enough to know that I'm not playing games I promise I won't turn around And I won't let you down You can trust I've never felt it like I feel it now Baby there's nothing, there's nothing we can't get trough So can we say I do , I do , I do do do do do do do doo Oh, baby, I do, I do, I do do do do do do do doo Cause every time before it's been like maybe yes and maybe no, I won't live without it, I won't let it go, What more can I get myself into? You make me wanna say Me, a family, a house, a family Ooh, can we be a family? And when I'm eighty years old I'm sitting next to you And we'll remember when we said... I do, I do, I do do do do do do do doo Oh, baby, I do, I do, I do do do do do do doo Cause every time before it's been like maybe yes and maybe no, I won't live without it, I won't let us go Just look at what we got ourselves into... You make me wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do Love you.
0 notes
Text
Penggemar Wisata Kuliner? Coba Dulu yang Ini!!!
Orang bilang, 'Belum ke Garut namanya kalau belum belanja dodol'. Belakangan, produksi penganan khas Garut ini bahkan telah berevolusi menjadi berbagai jenis makanan olahan lainnya. Siapa tak kenal chocodot? Dodol yang dikolaborasikan dengan adonan coklat legit ala Swiss van Java. Tapi, rasanya belum lengkap kalau anda ke Garut tanpa mengeksplorasi wisata kuliner yang jaaauh lebih kaya lagi disana. Seperti yang baru saja saya cicipi, Batagor Asli rasa Internasional :)
Bagi anda penggemar wisata kuliner, pasti sudah tidak asing dengan makanan yang berbahan dasar tahu dan adonan tepung kanji ini. Baso - Tahu - Goreng, yang lebih tenar disebut Batagor di wilayah Jawa Barat, bahkan merambah hingga menjadi bahasa Nasional, hehe.
Dengan bumbu apa biasanya anda menyantap makanan ini? Umumnya, hingga sekitar tahun 2000-an batagor hanya 'dibanjur' bumbu kacang saja. Beberapa ada yang memvariasikannya dengan irisan ketimun dan perasan jeruk limau. Baru menjelang awal tahun 2000 hingga sekarang, batagor dikenal tak hanya dibalur bumbu kacang, tapi juga dibasahi kuah. Hingga muncul istilah menu : Batagor kering dan Batagor kuah.
Yaaa kurang lebih begitulah sejarah Batagor bermula :D
Beberapa waktu lalu saya diajak seorang teman berkunjung ke salahsatu tempat makan batagor di Garut. Kesan pertama yang muncul dalam benak saya ketika memasuki tempat berspanduk 'BATAGOR ASLI' ini adalah sederhana. Bambu yang dianyam menjadi interior utama tempat makan tersebut. Sedikit dekorasi bergambar hutan bambu hijau di bagian belakang memberi efek sejuk dan nyaman berada di dalamnya.
Saat melihat nomor meja, ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Nomor mejanya cantik, rupanya dibuat dari bahan kardus yang dibalut kain flanel. Sederhana dan kreatif, tapi saya belum mencicipi makanannya. Saya sempat berfikir, 'ah mungkin makanannya biasa saja rasa Batagor biasa'.
Kemudian pemilik 'warung' Batagor itu mendekati bangku kami, membuka lipatan kardus nomor meja tadi. Oh, rupanya disana tertera menu makanan yang disediakan tempat ini. Smart Innovation, pikir saya. Saya pun mulai penasaran seperti apa rasa Batagor di warung makan ini. Menu yang disajikan memang belum terlalu bervariasi, selidik punya selidik menu baru sedang diracik dan akan segera diluncurkan. Nama menu pun belum cukup menarik dan menggelitik, harganya pun standar harga batagor yang biasa saya beli : mulai 8000 rupiah hingga 15000 rupiah saja per porsi. Akhirnya menu batagor reguler menjadi pilihan saya. Tanpa ceker sebagai toping (karena saya tidak suka), hanya bakso saja penghiasnya :)
Sambil menunggu, saya baru sadar ada hal berbeda lagi di atas meja makan kami. Setumpuk komik turut 'disajikan' di atasmeja, siap untuk dilahap oleh para customer. Ini keren juga, pikir saya. Pelanggan tak akan bosan menunggu, ada 'teman' yang setia disana. Bagi saya yang suka membaca, apalagi komik, hal ini menjadi daya tarik tersendiri. Uniknya tak hanya saya, meja dipinggir kami pun sedang asyik dengan komiknya. Seorang Ibu muda dengan anaknya yang masih belajar membaca. Ohh lucunya :')
Tiga mangkuk Batagor pun siap disantap. Penampakannya sedikit berbeda dengan warung Batagor lainnya. Piringnya elegan sekali. Pola penyajiannya (bahasa gayanya : appearance) sekelas chef begete deh! Sebelum start, mata saya berkeliling mencari sambal dan kawan-kawan. Eh, ada lagi yang unik pemirsa! Ada wadah kaca mirip kaleng biskuit yang berisi cairan kental. Baunya seperti racikan rempah-rempah, entah apa saja isinya. Kami tanya sang chef yang ternyata pemilik warung makan itu, ternyata memang itu bumbu 'rahasia' Batagor di warung ini. Saya jadi teringat warung makan ramen di dekat kampus. Bumbunya hampir serupa : aseli rempah-rempah Indonesia.
Suapan pertama. Aaaaaaammmmmmmm. Uenak tenan. Raos pisan. Bumbunya meresap (apalagi yah bahasa komentator kuliner? haha). Susah diungkapkan dengan kata-kata deh. Bumbu rempah yang disajikan memang menjadi faktor utama pembeda Batagor ini dengan Batagor lainnya. Malam itu, makanan ini sukses menghangatkan tubuh kami yang kelelahan setelah perjalanan cukup melelahkan dari Bandung menuju Garut.
Menurut teman yang mengajak saya kesana, ternyata memang pemilik warung Batagor ini memang Chef yang belajar hingga ke luar negeri. Merintis usaha di bidang kuliner telah menjadi cita-citanya yang terus ia geluti dengan tekun. Luar biassssaaaaaaa, Uncle Thomas (namanya-red).
Warung Batagor Asli ini beroperasi mulai siang hari hingga malam pukul 21.00. Anda penyuka wisata kuliner? Sempatkan berkunjung ke warung ini!!!



0 notes
Quote
The poison leaves bit by bit, not all at once. Be patient. You are healing.
Yasmin Mogahed (via beautifulsabr)
276K notes
·
View notes
Photo

Follow me:
www.islam-for-girls.tumblr.com
For information on Islam about what girls need to know, want to know and sometimes are too embarrassed to ask!
264 notes
·
View notes
Text
Fabiayyi aalaa i Rabbikumaa tukadzibaan?
Puluhan kali kalimat yang sama Ia ulang. Tak seperti kebiasaanNya di surat-surat cintaNya yang lain. Kali ini Ia menegur sedikit lebih keras pada yang Ia kasihi.
Terpekur aku memandangi jam dinding hari itu. Seharusnya jarum jam menunjukkan pukul 14.00 waktu itu, tapi dia masih bertahan pada diamnya : pada angka delapan. Rupanya jam dinding di ruangan berukuran 3 x 3 meter itu kehabisan daya. Dan menunggu semakin terasa begitu lama.
Hari Jum'at, 6 Ramadhan 1435 Hijriyah. Aku sudah lupa apa yang aku lakukan pada detik yang sama di hari itu setahun yang lalu. Yang pasti, setahun lalu aku tak berada di tempat ini, di atas sebuah kasur tipis bertuliskan Rumah Sakit Khusus Bedah Rama Hadi. Setahun lalu, juga bukan selang infus yang membelit di tangan ini. Tidak ada yang teringat sama sekali.
Satu jam sebelum itu aku baru saja sampai di halaman depan Rumah Sakit itu, untuk pertama kalinya, aku mendaftar sebagai pasien operasi. Lalu beberapa lembar kertas disodorkan kepada Ibuku untuk ditandatangani. Pernyataan kesiapan menerima segala resiko operasi, dan tidak akan menuntut apapun apabila terjadi sesuatu yang di luar kendali. Poin yang membuat sedikit ngeri saat aku membacanya. Apa memang semengerikan itu? Aku harap tidak.
Segera dokumenku diurus oleh perawat. Segera setelah itu, seorang perawat muda menyuruhku menyingsingkan lengan baju kananku. Dipukul-pukullah lengan yang sudah terlalu kurus itu, rupanya agar urat nadiku muncul keluar. Dan, ah..jarum itu memasuki uratku. Darahku menyembur, untung saja tak terlalu banyak, karena segera disambut oleh alat penyambung menuju selang infus. Untuk pertama kalinya, aku merasakan ada tetesan lain yang rasanya tak biasa merangsek masuk mengikuti aliran darahku. Dengan kursi roda aku diantar menuju kamar pasien, padahal saat itu aku masih bisa berjalan. Aura operasi menjadi terasa terlalu kental dan sangat dekat.
Sampailah aku pada kamar yang tadi aku ceritakan. Televisi tersedia disana. Bahkan gambar siarannya lebih bagus dari yang ada di rumah. Alhamdulillah, seucap syukur kekanak-kanakan yang keluar. Ah, setidaknya aku masih bisa nonton kartun dari kotak ajaib ini. Syukur yang memang sangat menghibur, untuk penantian menuju operasi yang cukup lama.
Pukul 16.00 sore aku dijadwalkan menjalani operasi. Untung saja saat itu ramadhan, maka persiapan operasi menjadi sangat natural. Aku berpuasa layaknya orang berpuasa ramadhan saja. Toh waktu operasinya pas juga. Selepas operasi aku pasti bisa segera makan, pikirku.
Sayang, kejadian tak seperti harapan. Dokter yang dijadwalkan mengoperasiku tak kunjung datang. Dan adzan maghrib terlanjur berkumandang. Lalu bagaimana nasibku? Apa aku belum boleh berbuka? Benar, aku tak boleh 'berbuka' seperti biasanya. Berkat memelas dengan sangat menyayat, barulah seteguk air dan sebutir kurma lolos melewati kerongkonganku. Sayangnya, perut ini sedang tidak cukup bersahabat. Air dan kurma tadi bagaikan butiran debu rasanya. Ah, perutku melolong terus. Yang lebih membuat sakit hati adalah, nasi rames yang dimakan Ibu dan Bapakku kali ini terasa begitu wangi.
Detik demi detik terasa lebih berat malam ini daripada siang harinya. Karena sudah lewat 14 jam aku belum mengisi perut dengan layak. Bukan karena tak ada makanan, tapi karena aku belum boleh makan. Aku kan mau operasi! Televisilah saja yang cukup menghiburku, melewati waktu dengan siarannya yang super bersih.
Isya, dokter baru datang. Rupanya hari ini ia full jadwal operasi. Terdengar suara roda kasur dorong pasien di sebelah kamarku ditarik perawat. Pasien yang lebih dulu ada daripada aku. Alhamdulillah, barangkali sebentar lagi giliranku. Pukul 21.00, tiba waktunya aku yang diantar dengan kursi roda. Bersyukur karena aku masih bisa duduk dengan nyaman. Dan ruang operasi, aku masuki. Tanpa seorang pun keluarga mendampingi. Sungguh seperti sinetron di TV.
Pertama kali yang dilakukan perawat padaku adalah menyuruhku mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Astaghfirullah..aku tak mau menceritakan bagian ini. Untuk pertama kalinya, aku sadar bahwa gambaran orang dioperasi adalah benar-benar sama dengan apa yang diperankan di televisi.
Rupanya ruang bernama ICU itu memiliki banyak pintu. Aku digiring dengan kasur dorong menuju salahsatu ruangannya. Di dalamnya ada semua yang kulihat di televisi : pengukur denyut nadi, lampu besar operasi, berbagai gunting, kapas-kapas, alkohol, jarum penjahit bekas luka, semuanya! Astaghfirullah...apa benar aku akan melewati semuanya? Rasanya ingin kabur saja.
Tak berlama-lama, aku segera dijelaskan semua prosedur operasi yang akan dijalankan. Pertama-tama tekanan darahku diukur, 100/60. Rendah sekali. Namun syukurlah, operasi tetap bisa dijalankan. Setelah itu aku disuntikkan obat bius. Jarumnya tidak bisa kulihat kali ini. Bukan karena begitu kecil, tapi karena ia ditusukkan dari arah belakang, ke sumsum tulang belakangku, dekat ke kaki. Setelahnya setengah badanku membatu. Dari pusar hingga ujung kaki. Kata dokter, ini akan bertahan hingga 3-4 jam lamanya. Berarti sampai jam 1 pagi nanti.
Operasi pun dimulai. Penglihatanku ditutup dengan batang besi yang digantungi kain hijau di atas dada. Aku tidak bsa melihat bagaimana para dokter bermain dengan telapak kakiku. Bahkan, aku tak merasakan apapun meski sepertinya mereka bicara soal, 'ini cukup dalam harus diambil dok', 'ambilkan kapas', 'tinggal jahit setelah ini'. Sambil mengotak-atik benjolan di telapak kaki yang menjadi sasaran operasi, dokter dan perawat bedah terus saja mengajakku ngobrol banyak hal. Barangkali itu bagian dari SOP operasi, aku tak tau.
Pukul 21.40 operasi selesai. Aku diantar kembali ke kamar, dengan kondisi belum bisa menggerakan separuh badanku. Semua masih terasa sepert batu. Dokter bilang, "Bu, ini jangan dulu dikasih makan dan minum. Nanti sekitar jam setengah satu pagi baru boleh sedikit-sedikit. Makanannya harus yang halus, kalaupun makan roti atau biskuit, dicelup dulu ke air ya, Bu..". Katanya, ini agar aku tidak muntah akibat pengaruh obat bius. Selebihnya, dokter menambahkan, "Bu, ini nanti jangan dulu duduk dan terlalu banyak bergerak sampai besok malam ya, Bu..."
Allah.. aku harus menahan lapar lagi? Dan, aku tidak boleh bergerak selama itu?
Subhanallah..jadilah hari itu aku berpuasa 20 jam. Dan sembari sedikit demi sedikit pengaruh biusnya hilang, nyut-nyut mulai terasa di kaki kiriku. Di balik perban yang menyelimutinya. Begitu sesuap roti 'basah' memasuki mulut dan kerongkonganku, perut ikut bersorak, berkeroncong. Pagi harinya aku belum bisa berpuasa. Karena perut masih harus beradaptasi. Bubur pun menjadi menu makanan hingga siang hari.
Pukul tujuh pagi sudah dua perawat memasuki kamarku. Keduanya sama saja : menyuntikkan obat ke tangan kanan dan kiriku. Yang lebih sakit adalah ketika suntikan ditusukkan kepada infusan. Saat antibiotik masuk, perutku mual karena masih kosong. Begitu obat penahan rasa sakit masuk, tangan kananku serasa begitu pegal. Sakit luar biasa. Dan, sebagian kaki bagian atas menuju pusar masih belum bisa digerakkan. Sekitar pukul 10, barulah tubuhku beraktivitas secara normal. Tapi, aku belum bisa duduk dan pergi ke kamar mandi sejak malam tadi.
Siang hari, satu demi satu penjenguk datang. Aku kaget, padahal keluarga tak memberi tau siapapun. Rupanya ada yang cukup peduli dan mencari tau. Bahkan, namaku disebutkan di masjid malam tadi saat khutbah tarawih, untuk didoakan. Masya Allah...Fabiayyi aalaa i Rabbikumaa tukadziban...
Waktu terus bergulir, sore hari aku dilatih duduk oleh dokter. Alhamdulillah tidak terasa pusing ataupun mual. Artinya, kondisiku baik. Ibu melanjutkan latihan dengan mengajakku berjalan ke kamar mandi. Dua kali aku coba, tak berhasil. Terlalu sakit bahkan walaupun hanya berpijak dengan satu telapak dan satu ujung kaki. Ketiga kali akhirnya berhasil, perbanku dibalut plastik dulu, dan aku masuk kamar mandi dengan cara melompat di atas satu kaki. Alhamdulillah...
Sejam setelah itu aku segera bersiap pulang. Sebuah angkot disewa bapak untuk mengangkutku ke rumah. Karena motor tak akan sanggup. Aku belum cukup kuat duduk menahan luka di motor. Pukul 16.30 kami sampai di rumah. Aku ingin coba berjalan, tapi bapak malah tak tega. Digendongnya aku seperti bayi menuju kamar. Sudah dapat ditebak apa yang terjadi selanjutnya, bapak kelelahan. Ah, sudah dibilang jangan!
Sehari itu, bahkan hingga esok harinya, aku masih belum berpuasa kembali. Yang membuat semakin menyedihkan adalah, aku belum bisa berjalan sendiri, masih harus dituntun terutama ke kamar mandi. Sedikit-sedikit kucoba, minggu malamnya akhirnya aku bisa. Senin pagi aku mulai bisa berpuasa, dan pergi ke kamar mandi sendiri. Tentu masih dengan plastik membalut kaki sebelah kiri...
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
Betapa, ramadhan kali ini mengajarkan sesuatu kepadaku. Nikmat sehat begitu mahal. Bahkan semua nikmat terlalu mahal. Padahal hanya sebuah benjolan kecil, hanya sebuah operasi kecil, hanya sebalut perban kecil. Tapi jika Allah hendaki aku tak bisa berjalan karenanya, maka jadilah. Terbayang betapa jauh aku sudah menggunakan kaki ini melangkah ke berbagai tempat, entah menjadi berkah atau tidak. Padahal, ketika Ia ambil sekejap seperti sekarang ini, rasanya...ahh!
Ya Allah..sungguh kami banyak mengabaikan peringatanMu. Terlalu tak bersyukur pada nikmatMu. Padahal, hanya kepadaMu-lah tempat kami berpulang, suatu saat nanti.
Ya Allah, semoga di Ramadhan kali ini kami memperoleh sesuatu, yang tak bisa kami peroleh kecuali pada bulan ramadhan.
Pantaskah kamu mengeluh dengan diambilnya nikmat berjalan beberapa hari, padahal kamu sudah berjalan dengan kaki yang sama selama bertahun-tahun sebelum ini, dan juga nanti setelah ini?
0 notes
Text
Saat Masa Itu Datang
Sayang. Suatu saat panggilan ini bukan hanya kutulis. Tapi kutorehkan pada kanvas kehidupanmu, setiap hari
Sampai saat ini aku belum mengenalmu. Sama sekali belum. Berbagai terkaan tentang keadaanmu tentu menghantui. Tapi, aku masih belum tau, siapa dirimu.
Satu yang kutahu, suatu saat masa itu datang. Ketika mata saling bertatap, ketika tangan saling berpegang, ketika hati saling terikat. Saat itu, jangan lagi ada 'aku' atau 'kamu', tapi 'kita'.
Saat masa itu datang, kita baru saja membuka kunci dari sebuah pintu yang baru, bukan garis akhirnya.
Maka, janganlah aku membuatmu melemah dalam berjuang. Jangan pula kemanjaanku membuatmu lengah. Kelak kita harus menjadi 'kita' yang baru, menjadi tim terbaik dalam menuju.
0 notes
Text
Entah Bagaimana Tuhan Menciptakan Cinta
There is no one knew, what ingredients that the love made by
Tumblr-walking selalu saja memberikan kesan. Rasanya, seperti bisa membaca dan membuat ilusi tentang si empunya. Percaya atau tidak, energi itu terasa. Bagaikan kita berbicara berhadapan dengan pemiliknya.
Ah. Jadi gak nyambung dengan judulnya.
Tapi, saya dengar pernah ada orang yang bisa jatuh cinta karena tumblr-walking. Damn! Bagaimana caranya kamu bisa jatuh cinta hanya dengan membaca tulisan?
Meskipun cinta telah kuuraikan, dan kujelaskan panjang lebar. Tapi jika cinta mendatangi, aku jadi malu, pada penjelasanku sendiri.
Entah dengan cara apa Tuhan menciptakan cinta. Dengan komposisi apa Dia mengadoninya. Cinta, selalu punya edisi rasa untuk segala momen kehidupan kita.
Jatuh cinta pertama kali kita, biasanya adalah kepada wanita. Meski kita sendiri wanita. Ya, Ibu!
Saat itu rasanya ingin menerka. 'Oh, Tuhan ciptakan cinta dari air susunya'
Tapi, bagaimana caranya kita jelaskan bila jatuh cinta kita yang kedua adalah pada sosok lelaki bernama Ayah?
Kita ganti jawaban ya.. 'Oh, Tuhan ciptakan cinta dari gendongan hangatnya'
Lalu, mengapa kita terus jatuh cinta? Pada teman sekelas kita. Hingga saling menangis kalau harus berpisah saat liburan. Padahal, mereka tidak menggendong kita?
'Oh, Tuhan ciptakan cinta dari kebersamaan dengannya'
Entah dengan cara apa Tuhan menciptakan cinta. Dengan komposisi apa.
Yang kita tahu, kita selalu bisa jatuh cinta.
0 notes