Tumgik
relindabanatul · 4 years
Text
Ada yang sudah mencapai puncak karir dunia, tetapi belum menemukan makna hidupnya. Ada yang kerjanya saja belum mapan, tapi sudah banyak menyelami makna kehidupan. Tak perlu samakan proses kita dengan yang lain, semua ada masanya masing-masing, semuapun ada ujiannya masing-masing.
441 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Ampuni..
Ya Allah, aku bingung. Mengapa selalu ada 2 kecenderungan yang kontras berbeda dalam satu jiwa ini?
Di satu sisi, aku begitu sangat berambisi mengejar karir, lalu sekolah lagi, dan sibuk memikirkan dan mengejar segala keinginan yang nampaknya itu terkesan hal perduniawian. Tapi tak jarang, dalam perjalanannya, aku seringkali mendapati rasa tidak tenang, hampa, capek, amalan harian semrawut, dan akhirnya bertanya-tanya: sebenarnya apa yang aku cari? Apakah aku sedang melakukan hal yang sia-sia? Apakah semua yang aku upayakan ini maslahat dan bernilai ibadah disisi-Mu?
Di sisi yang lainnya, hatiku begitu sakit ketika sadar bahwa ternyata diri ini sudah lama jauh dari guru dan majlis ilmu. Kering. Gersang. Lalu tiba-tiba aku menjadi ingin disibukkan dengan mengaji, seperti layaknya seorang santri (lagi). Aku menjadi sangat ingin mewaqafkan sisa usia di jalan-Mu. Jauh dari pikiran dunia dan seisinya. Tapi kadang hal seperti itu tidak selalu disenangi orang-orang sekitarku.
Ya Allah, ampuni. Sejujurnya aku miskin ilmu dan terlalu jahil dalam mengenal-Mu, ingin menuju-Mu, tapi iya-kah Kau akan menerimaku?
YaAllah, ampuni. Aku sering merasa usiaku habis sia-sia, dan aku sering merasa aku terlalu mencintai dunia.
- ditulis di waktu Dhuha, di salah satu klinik di daerah Bandung.
5 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Gapapa..
Kamu sibuk mencari kedudukan di sisi makhluk, padahal ia sama sekali tidak peduli padamu. Kamu terbang saat disuguhkan pujian dan cepat tumbang saat dihina dan direndahkan habis-habisan. Padahal itu semua hanyalah getaran suara yang merembet ke telinga. Suara yang sebenarnya dan seharusnya tidak bisa merubah apa-apa.
Apakah ketika orang-orang merendahkanmu, lantas kamu menjadi rendah dimata Allah? Apakah ketika orang-orang memujimu, lantas meningkatkan derajat kemuliaanmu disisi Allah?
@rianyazzahra
1 note · View note
relindabanatul · 4 years
Text
Ini banget yg aku rasain skrg.
Kisah kegagalan #2
Akan sangat menyenangkan untuk bekerja sesuai passion dan selalu dikelilingi orang yang suportif serta mudah mengapresiasi secara adil sehingga kita selalu merasa bersemangat dan merasa spesial. Begitu gumam netijen di twitter. Ya iya itu juga semua orang juga tau lah.
Tapi kita tumbuh itu bukan dari yang enak-enak aja. As i grow older, kerja di bagian yang bukan passion ya kadang harus dijalani, passion ga selalu ngasih makan kita kan. Lalu, minta orang lain apresiasi kita terus itu ga mungkin. Pertama, kita cuma orang biasa, belum tentu layak selalu diapresiasi. Kedua, orang di luar sana juga hanya orang biasa, ga selalu bisa mengapresiasi.
Terus kalo kerja ga sesuai passion dan dikelilingi oleh so called toxic people apakah lantas merasa ga spesial? Gue pribadi ga pernah merasa diri gue spesial sih, tapi gue menghargai diri gue secukupnya. Bahwa keadaan yang di luar batas kemampuan kontrol gue pasti banyak, gue ga mau merasa less valuable karena itu.
Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk, itu kata Tan Malaka. Kalo ada yang ga sesuai keinginan di hidup ini, beradaptasi lah. Sedih itu manusiawi, silakan ambil jeda dan bernapas. Menjadi apresiatif itu sangat penting tapi jangan minta orang lain memperlakukan kita selalu demikian. Hidup emang ga selalu adil, ketidak adilan itu adalah keadilan yang sebenarnya, toh Allah juga ga ngasih cobaan bila HambaNya ga mampu kan? Jadi pasti cobaan tiap orang beda. Kita pikir itu tidak adil, tapi kalau di mata Allah itu adil. Merasa tidak diperlakukan adil itu adalah sebuah kepastian yang bakal kita hadapi.
Selama masih bisa beradaptasi dan benefit masih lebih banyak dari risk, bertahanlah. Benturan itu yang membentukmu, jalan pasti berliku toh. Kalo ga bisa jalan pelan, merangkak lah. Tapi kalo di depan ada jurang, ya belok aja.
Adios!
6 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
"Hidup ini perlombaan tentang kebaikan, bukan tentang sibuk membanding-bandingkan."
Salah satu konsekuensi yang harus kita terima bermain di sosial media adalah kita akan tahu bagaimana ruang hidup seseorang yang selama ini tersembunyi.
Ternyata, 'ruang hidup' ini bisa menjadi 'parasit' untuk sebagian orang. Bagaimana tidak, dulu para orang tua menjadikan role model dengan apa yang lihat di tv, jika distandarkan ya sulitlah mungkin bagi mereka untuk meniru mereka.
Maka pada zaman mereka, apa yang ada di tv itu yang menjadi pusat keinginannya dan juga terbatas. Sedangkan sekarang, yang menjadi 'model' nya boleh jadi teman seangkatan sendiri, tetangga samping rumah, teman kerja dan sebagainya.
Karena memang tak ada lagi batas dari apa yang seharusnya ditampakan dan disembunyikan. Tengok saja berapa banyak orang berfoto dengan kendaraan baru mereka, jalan kesana-kemari, foto ootd, makan di restoran mahal dan lain sebagainya.
Kalau nggak punya kendali diri yang apik, maka tak aneh lagi jika kita mulai terpancing dengan prilaku yang sama.
"Si A enak ya masih muda, udah punya rumah.' "Si B udah nyebar undangan aja, kamu kapan?" Dan masih banyak pertanyaan lain yang sering dilontarkan.
Kita seolah dipaksa agar sama dengan orang lain. Padahal dalam islam, medan kebaikan seseorang itu berbeda-beda. Si A boleh jadi telah menikah, tapi si B sedang sibuk membahagiakan kedua orang tuanya. Si A sudah punya rumah untuk masa depannya, tapi si B sedang berjuang membantu saudara2 yang terkena bencana dengan menjadi relawan. Bukankah kedua-duanya adalah kebaikan?
Agama ini luas, perintahnya pun begitu jelas. Ada banyak cara berjuang yang bisa kita lakukan. Ada banyak pintu surga yang bisa kita lewati.
Berhentilah membanding-bandingkan apa yang diberikan-Nya pada yang lain dengan apa yang tidak kita miliki saat ini.
Karena hidup ini bukan tentang siapa yang beroleh nikmat paling banyak, melainkan siapa yang bisa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan.
Hidup ini perlombaan tentang kebaikan, yaitu tentang kamu dengan dirimu sendiri. Kamu dengan dirimu di masa lalu. Dan tentang kamu dan amalmu di masa depan.
530 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Kekaguman Datang kepada Mereka-Mereka yang Memiliki Segalanya namun Memilih untuk tidak Menunjukkan.
People nowadays: keeping secrets is so hard. Especially when you can share them with anyone over the internet.
Jadi kapan hari saya membaca berita di line today tentang Kim Tae Hee yang umumkan hamil lagi anak kedua, kemudian ada yang berkomentar:
“Anak pertama belum lihat, udah hamil lagi aja, anak kedua.”
Mereka-mereka yang sudah menikah pun jarang sekali mengunggah momen kebersamaan. Instastory juga lempeng-lempeng bae. Kagak berderet-deret sampai titik-titik. Ada juga yang tidak memiliki media sosial. Khan maen.
Kekontrasan dengan yang terlihat di sini, di mana maternity, baby shower dkk terpampang di media sosial (tidak semua, tetapi kebanyakan seperti itu).
Privacy is precious.
Salah satu publik figur yang “berbeda” di Indonesia adalah Nicholas Saputra. Self portrait adalah barang langka. Beliau lebih suka mengunggah momen traveling, seperti: bangunan bersejarah, pantai, gunung dan hewan.
Teringat vo sebuah drama, “Satu-satunya yang menggangguku adalah hanya kita yang bahagia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya. (HR. Muslim)
Penyakit ‘ain adalah penyakit baik pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub/kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.”
Tidak menutup kemungkinan apa yang kamu bagikan di media sosial adalah apa-apa yang sedang orang lain angankan. Bisa jadi bahagia yang kamu bagikan justru berpotensi mencederai rasa syukur orang lain. Manfaat lainnya, untuk diri sendiri adalah dapat terhindar dari ujub dan riya’.
Memang tidak semua foto atau video yang dibagikan bisa menyebabkan ‘ain tetapi ada baiknya lebih bijak dan berhati-hati. Mencegah selalu lebih baik bukan? Sebelum nasi sudah menjadi bubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati, dan tersembunyi.” (HR. Muslim)
Seperti dalam sebuah artikel yang pernah saya baca,
“Travel and tell no one. Live a true love story and tell no one. Live happily and tell no one. People ruin beautiful things.” - Kahlil Gibran
“Hiduplah bahagia dengan cara kita sendiri. Tanpa harus diketahui banyak orang. Tanpa harus sharing begitu banyak momen di banyak media sosial. Hiduplah bahagia menurut apa yang kita percayai. Tidak perlu orang banyak tahu. Hiduplah sebebas-bebasnya dengan penuh rasa syukur. Sunyi. Di mana kebahagiaan yang paripurna akan kita temukan di dalam diri dengan cara yang damai dan penuh rasa syukur.” - (anonim)
383 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
♥♥
sahabat terbaik (2)
sekiranya teman-teman yang sudah menikah setuju tentang ini. jika ditanya siapa teman berceritamu sekarang, kemungkinan besar jawabannya adalah suamiku atau istriku.
ada yang sengaja menjadikan pasangan sebagai sahabat, tidak mau salah bicara kepada orang lain sehingga tak sengaja mengumbar aib. tapi saya rasa, kebanyakan ini terjadi secara alami. bagaimana tidak? dia orang yang kita temui setiap hari, berbicara dengan kita setiap hari, menjadi teman kita dalam mengurus semua perintilan rumah tangga.
sungguh, menikahlah dengan seseorang yang adalah sahabat terbaikmu. atau, menikahlah dengan seseorang yang bisa kamu jadikan sahabat terbaik. tidak terbayang bagaimana rasanya hidup dengan seseorang yang tidak bisa memahami kita, tidak mau mendengarkan kita, tidak mendukung mimpi-mimpi kita, tidak asyik untuk diajak bicara hal-hal yang remeh.
tapi demikianlah. sebagaimana persahabatan, akan ada kalanya kita kecewa, marah, sedih, atau cemburu. di sanalah jiwa ksatria seorang sahabat diuji. maukah meminta maaf jika salah, memberi maaf jika terluka--maukah selalu hadir. seperti kata teman saya, janganlah pernah berjanji untuk tidak pernah menyakiti. itu mustahil. berjanjilah untuk tetap ada ketika yang lain tersakiti.
dulu saya bertanya-tanya siapa atau seperti apa teman yang bisa saya sebut sebagai sahabat. rupanya sekarang saya tau. sahabat adalah seseorang yang dengannya, kita bisa jujur atas dan kepada diri sendiri. sahabat terbaik, adalah seseorang yang membuat kita tidak hanya menjadi diri yang paling jujur, tetapi juga diri yang berani mengakui.
sekarang saya memegang ini sebagai prinsip pernikahan. sebagai sahabat baik, saya harus selalu jujur dan berani mengakui. sebagai sahabat baik, saya juga harus belajar menerima--di mana menerima itu tak terjadi saat akad nikah saja, tetapi setiap hari setelahnya.
marry your best friend. or, you should make your spouse your best friend. you should be the best friend.
633 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Sedih..
Ada sepenggal doa yang begitu indah.
Tuhan, anugerahkan kepadaku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak dapat aku ubah,
Keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa aku ubah,
Dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan keduanya.- Neibuhr
Sudah berulangkali ku baca, rasanya selalu ingin mengaminkan.
Jadi, apa kabar? Apakah semua berjalan baik-baik saja?
Saat ini, tidak banyak yang bisa ku tulis. Otakku dominan berisi keraguan yang semoga aku bisa temukan jawabannya.
Tuntutan, keinginan, dan kewajiban yang jadi bagianku sudah terpatri di benakku sejak beberapa hari yang lalu. Namun, satu hal. Ragu tetap menghantui. Apakah bisa? Apakah napas masih berhembus? Apakah semuanya akan selesai? Apakah akan baik-baik saja?
Mungkin ada beberapa hal yang berhasil ku selesaikan. Tidak menutup mata bahwa kekecewaan pasti ikut serta. Tangis, tawa, bangga, dan rasa hampa pasti bergantian menjadi sahabatku. Pertanyaannya, apakah saat ini gagal sudah menjadi hal biasa dan kemenangan menjadi hal yang tidak perlu dibesar-besarkan?
Entahlah, aku juga tidak tahu. Tidak tahu aku akan seperti apa, bagaimana, dan mengapa. Menjadi lebih baik atau buruk? Jika bisa ditentukan, pertanyaannya adalah menurut standar siapa?
Ragu, lagi.
Meskipun begitu, ada satu pintaku. Dengarlah supaya kalian akhirnya mengerti. Mengerti bahwa memang ada hal-hal di dalam hidup ini yang tidak bisa diubah sehingga tidak perlu terlalu keras menghukum diri. Namun, ada pula hal-hal yang memang menjadi bagian kita dan tidak perlu takut untuk berada di dalamnya.
Bodohnya, aku tak pernah bisa tahu mana yang bisa diubah dan mana yang harusnya menjadi bagianku.
Semoga kau punya kebijaksanaan itu. Namun jika tidak; tidak apa-apa. Ada beberapa hal yang memang cuma bisa berakhir pada kata semoga.
Rfabs 1996-2020 Masehi
155 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Setiap kita akan ada keraguan, pada keputusan untuk melanjutkan atau berhenti, atau mungkin pada pilihan mengubah arah atau membuka jalan sendiri. Tentunya setiap pilihan akan selalu berbeda jalan dan ujiannya. Dan tetap percayalah pada setiap keputusan yang diambil bahwa Allah akan selalu ada, Dia akan menjaga dan menolong setiap niat baik kita. Rancang, jalani, doakan.
Sudah berulang kali diingatkan, bahwa hati itu suka bergonta-ganti rasa. Pagi ia semangat dengan tekad bulat, ketika malam tiba mulailah datang keraguan dan dilema, saling bersahutan dan menjadikanmu ragu untuk melanjutkan langkah.
Bukan hanya soal cinta, tapi soal dunia perkuliahan, meneruskan dan mengambil pekerjaan, atau mungkin pada keputusan-keputusan penting dalam keluarga. Semua akan mengalami cepat atau lambat.
Saat ia tiba, cobalah untuk bersikap tenang, jangan dulu termakan kata orang atau tergesa-gesa memutuskan. Berikan sejenak waktu untuk menimbang, mendiamkan agar tidak semakin keruh pikiran. Jangan terlalu lama juga mendiamkan, sebab hidupmu haruslah berlanjut, tidak boleh berhenti terlalu lama.
Percayakan pada Allah bahwa semua akan indah pada waktunya, titipkan pada Allah semua impian dan tujuan. Dan biarkan Allah menunjukkan jalan terbaik untukmu. Jangan lupa bismillah.
@jndmmsyhd
923 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Obatnya ada di kamu
Aku telah berkeliling ke banyak penjuru negeri. Mencari orang-orang tersakti dari beberapa disiplin ilmu. Aku telah membaca petuah-petuah mujarab dari masa ke masa. Aku juga telah mencoba beberapa resep terbaik penyembuh luka.
Aku telah menghabiskan banyak waktu agar lukaku sembuh seketika. Aku rela mengeluarkan banyak harta agar ia tak semakin menganga. Jika pun bahagiaku bisa menyembuhkan luka, aku lebih rela untuk menukarkan keduanya.
Hingga akhirnya aku menemukan jawabnya. Bukan dari obat paling mujarab yang pernah ada. Bukan pula dari petuah-petuah sakti mandraguna. Aku menemukan dimana dan siapa orang yang selama ini ku cari, yang kuyakini mampu menjadi penyembuh luka ini. Ia amat dekat, namun seringkali justru dilupakan.
Kita seringkali lebih banyak menengok keluar daripada menengok ke dalam. Hatimu juga perlu ditengok.
Ternyata Obat itu ada dalam diri kita sendiri. Bukan pada tempat yang jauh didepan. Apalagi pada orang lain yang kita harapkan. Karna yang paling sering menyakiti diri ini adalah kita sendiri. Membuat ekspetasi yang tinggi, hingga sadar bahwa berharap pada manusia adalah fana. Maka apa obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan luka, kita sendiri yang tau jawabnya. Barangkali hanya perlu mengembalikan hati pada kodratnya.
Karna setiap orang bertanggung jawab pada lukanya masing-masing. Jadi lukamu adalah tanggung jawabmu.
Maka jangan berharap pada orang lain sebagai obat penyembuh luka. Atau justru ia akan membuat semakin parah luka sebelumnya. Obatnya itu ada di kamu dan kamu sendirilah yang tau cara mengobati. Dirimu itu terlalu berharga untuk disakiti. Apalagi dibunuh kecewa yang di buat sendiri.
210 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
MasyaAllah..
"Kamu tidak bisa menghentikan atau menolak cinta yang datang padamu, akan ada orang yang tidak kamu duga ternyata ia mencintaimu. Mengharapkanmu dan mengupayakan untuk hidup bersamamu. Kamu tidak pernah memintanya, juga tidak pernah mengundangnya, ia datang padamu dengan nalurinya."
Berawal dari mata yang mengagumi parasmu, atau dari mata yang membaca tingkah lakumu, bisa juga dari telinga yang mendengar soal dirimu, dan ada juga yang berawal dari mata yang membaca tulisanmu. Semuanya wajar dan memang biasanya seperti itu.
Yang bisa kamu lakukan hanya menyikapinya, mengarahkan hatimu agar tidak mudah berbunga oleh semua yang datang. Seperti laki-laki yang bebas menentukan pilihannya, maka sudah menjadi hak perempuan untuk menolak atau menerima permintaan.
Andai seorang perempuan tau semahal apa perhatian dan hatinya, tentu ia akan sangat menjaga dan memberikan pagar yang kuat, agar orang tidak mudah masuk tanpa izin dan mengetuk. Andai laki-laki tau seberharga apa perjuangannya, maka ia akan sangat berhati-hati dan memilih mana yang layak ia perjuangkan, tidak sembarangan dalam memilih.
Semua akan berujung kepada saling menjaga dan terjaga. Indahnya islam dengan menjadikan setiap perjuangan menuju kebaikan yang di nilai pahala, dan setiap yang menjaga diri di nilai istimewa.
@jndmmsyhd
2K notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Maafin ya.
Yang paling tenang justru seringkali dialah yang paling dalam. Seperti laut yang menyimpan rapi lampauan kisah suka dan dukanya.
Sedang yang paling beriak (berisik), sering kali dialah yang paling dangkal. Seperti sungai penuh batu. Seolah akan menghanyutkan, padahal dasarnya sungguh tak dalam.
Itulah sebabnya lebih mengerikan melukai orang yang tampak biasa saja, padahal ia sungguh dekat dengan Tuhannya. Jika ia sudah mengadu, tak taulah nasib pelakunya setelah itu akan seperti apa.
-yurikoprastiyo
1 note · View note
relindabanatul · 4 years
Text
Jadilah versi terbaik diri sendiri. Usah membandingkan dengan yang lainnya hingga munculkan kecemasan dalam jiwa. (baca: perbandingan yang bukan seharusnya). Mengejar pengakuan dari manusia takkan ada habisnya. Dunia; Semakin dikejar semakin pula menjauh. Fokus saja pada pengejaran terhadap rida Allah.
176 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
MasyaAllah.
Sepersekian Dari Musuh
Tumblr media
Photo by Benjamin Wong
“Jebakan bagi pelaku kebaikan adalah ketika merasa dirinya lebih baik”
Singkat saja. Membandingkan kebaikan diri dengan orang lain (atau bahkan spesies lain) rasanya tidak seberapa apple to apple.
Ya, mungkin sama-sama “apel”. Tapi berbeda varian atau berbeda pohon. Membedakan rasanya tetap tidak seberapa valid justifikasinya.
Ketika pelaku kebaikan merasa dirinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak melakukan “kebaikan” yang sama, maka ia terjebak seperti makhluk yang sekian abad lalu dinobatkan menjadi musuh manusia. Mereka yang mengatakan, “saya lebih baik, karena saya dicipta dari api, sedang ia dicipta dari tanah!”.
Terjebak, menjadi sama; entah sepersekian persen, dalam sepersekian detik, menit, atau jam.
Kurang jelas? Yuk kita cari permisalan.
Ketika kita bersedekah, lalu melihat mereka yang tidak bersedekah seperti kita, apa itu menjadi justifikasi kalau kita lebih baik sebagai seutuhnya manusia daripada mereka?
Ketika kita, semisal yang muslim, sholat wajib lima waktu atau puasa sunnah, lalu melihat mereka yang tidak melakukannya, apa itu menjadi justifikasi kalau kita nantinya mendapat surga dan tidak dengan mereka?
Atau kita yang menikah lebih dulu; atau kaya lebih dulu; atau mempunyai jabatan tertentu; apa bisa dijustifikasi lebih baik daripada yang tidak dalam posisi itu?
Mungkin ini pemikiran yang dirasa ekstrem; tapi memang kita tidak bisa menilai diri kita lebih baik daripada diri-diri yang lain. Tidak apple to apple. 
Hemat saya, lebih apple to apple jika kita membandingkan diri kita dengan diri sendiri. Itu akan lebih produktif. Pun, itu ibadah hati.
Penulis reminder ini pun tidak bisa menilai diri lebih baik seutuhnya daripada para pembacanya. Pun sebaliknya.
Maka dari itu, call to action saya hanya dua. InsyaaAllah itu cukup.
1. Practice Routine Self-Criticism (Muhasabah)
Kritisi diri secara rutin itu penting. Dengan pasangan, keluarga, atau sesama teman yang dipercaya, saya rasa itu bisa lebih baik. Saran saya, lakukan saat malam, sejenak sebelum terlelap. Pikirkan, dalam sekian jam hidup, dari membuka mata hingga menutup kembali, ada apa tidak perasaan lebih baik itu muncul. Sekiranya sudah rutin, silakan dilanjut rutinitas itu ke jenjang yang lebih rutin, entah seusai sholat (bagi yang muslim), atau waktu-waktu lainnya.
2. Hindari Membela Ego Ketika Terjebak
Ketika terbiasa untuk self-criticism, alarm kesadaran itu akan muncul dengan sendirinya; terbiasa untuk curiga terhadap diri sendiri. Atau mungkin, jika belum, kita diingatkanNya melalui orang lain untuk sadar. Jalan apapun itu, setiap sadar sudah terjebak dalam rasa diri yang lebih baik, segeralah keluar dari status itu. Jangan langsung membela ego. Kritisi diri, mohon ampun, lalu hilangkan prasangka-prasangka buruk. Karena meski sebentar, dalam sekian menit, jam, atau mungkin hari itu, kita tidak berbeda dengan musuh kita sendiri yang merasa dirinya lebih baik.
Sekian, begitu pemikiran saya. Entah, bisa jadi saya salah pada sebagian kata.
Bagaimana menurut pembaca?
“Sungguh Allah itu Maha Indah, dan mencintai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain.” (HR. Muslim)
251 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Deep.
Mencari uang atau mencari makna.
Saya teringat tulisan Victor Frankl dalam sebuah buku yang berjudul Man’s search for meaning yang sebagian ceritanya mengisahkan kehidupannya di dalam Camp Nazi. Ia adalah seorang yang selamat dari camp maut tersebut dan menurutnya satu-satunya alasan ia untuk hidup adalah meaning. Meaning lah yang membuat seseorang memiliki visi dalam hidupnya. Menjadikan meaning sebagai sumber kebahagiaan meskipun dalam keadaan sulit, tertekan atau bahkan tertindas.
Saya mengartikan meaning sebagai kebermanfaatan. Dimana manusia unggul saya definisikan sebagai orang yang paling banyak memberi manfaat untuk orang lain bukan diukur dari banyaknya harta yang ia punya. Inilah salah satu alasan untuk hidup dimana dengan adanya kita dunia akan lebih baik atau minimal orang-orang disekitar kita menjadi lebih baik. Lihat saja para pengubah dunia seperti Nabi Muhammad S.A.W, Mahatma Gandhi, Isac Newton dan lain sebagainya, makna hidup merekalah yang membuat dunia lebih baik.
Satu hal yang harus menjadi pegangan dalam hidup, “Apakah dengan adanya kita dunia akan lebih baik?”. Maka meaning inilah yang kemudian menentukan banyak hal seperti dalam memilih pekerjaan, memilih sahabat atau bahkan memilih pasangan hidup.
Seperti fase yang saat ini harus harus saya lalui yaitu mandiri secara finansial. Ada banyak cara dan jalan menuju hal tersebut. Tapi tidak semua cara dan jalan harus kita pilih. Mandiri secara finansial adalah kewajiban tetapi meaning hiduplah satu-satunya alasan untuk mandiri secara finansial. Maka hal yang saat ini saya lakukan adalah mengusahakan untuk mandiri secara finansial dan juga bermakna bagi sesama.
Oleh karnanya salah satu hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih pekerjaan adalah, “Apakah pekerjaan tersebut memberi impact yang baik atau tidak untuk sekitar?”. Mengapa hal itu penting, karna dengan memilih pekerjaan yang juga memiliki dampak baik kepada sekitar adalah salah satu cara membuat dunia lebih baik. Itulah meaning yang saya pilih.
Mencari pekerjaan sesuai meaning adalah salah satu cara menyeimbangkan kemampuan secara finansial juga kebahagiaan dalam hidup. Karna saya meyakini apapun yang dijalankan sesuai meaning semua akan diusahakan dengan hasil yang paling baik. Ibarat jalan mendaki, kita sedang menuju puncaknya. Meskipun tidak tau kapan waktu akan sampai puncaknya. Yang pasti kita sedang mendaki dengan perasaan senang bukan dengan perasaan tertekan.
100 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Sakit, whehe.
Perihal Kerja dan Belajar
Pernah tidak, merasakan tekanan anak baru di lingkungan kerja? Penuh tekanan Dominasi senior kerja Gaji yang tak sesuai dengan jobdesk Masuk lebih cepat, pulang paling lambat
Berapa sih gaji yang kamu mau supaya dianggap bisa sepadan dengan tanggung jawab kerja? 5 Juta? 10 Juta? 15 Juta? Lebih? Skill fresh graduated, gaji expert?
Ayolah Berfikir lah lebih jernih, bertindak lah lebih matang
Kamu masih muda kan? Bagiku mengukur masih muda tidaknya itu mudah Coba tengok Jangan mendongak Baik, kita menunduk
Lihat lebih peka, adakah orang seusia kita yang bekerja lebih lama, lebih giat, lebih menguras tenaga, lebih menguras otak ketimbang diri kita? Kalau ada berarti kita masih muda
Muda bukan urusan angka Muda berarti masih mampu Muda berarti masih punya semangat Pakai kriteria diatas Tanyakan lagi pada diri kita masing-masing Ternyata kita masih muda atau sudah tua
Kalau merasa sudah tua, lewati tahap ini Karena semua sudah sia-sia bagimu Berhenti sekarang! Aku tak punya jawaban lagi bagimu
Sekarang, mari kita lanjutkan bagi yang merasa masih muda Apa pernah mengeluh dengan kerja yang begitu berat? Seberapa berat? Hingga kita tak punya waktu lagi untuk sekedar duduk istirahat? Hingga kita tak sempat bernafas? Hingga kita lupa dengan Sang Pencipta?
Kalau iya, berarti kamu sudah mati Karena semua sudah sia-sia bagimu Berhenti sekarang! Aku tak punya jawaban lagi bagimu
Untuk yang terakhir Apa makna bekerja bagi kita? Tunjukkan alasannya Setidaknya kita punya alasan Tak sekedar bekerja
Jika semua itu ternyata hal ihwal dunia Semua akan hilang, bisa hilang, pasti hilang
Ayo coba ingat kembali Bukankah bekerja adalah ibadah Sekecil apapun pendapatannya Seberat apapun tugasnya Sekeras apapun tekananmu Dan jika… Kita tak pernah niat untuk bekerja
Maka niatkan bahwa sebenarnya kita sekarang sedang belajar Mencari ilmu lewat bekerja Sekecil apapun pendapatannya Seberat apapun tugasnya Sekeras apapun tekanannya
Bukankah kita muda? Bukankah kita hidup? Bukankah kita punya makna? Bukankah kita punya niat? Bukankah kita sedang beribadah?
Jika tidak Simpulkan sendiri
(Self Reminder— Medan, 10 Januari 2018)
47 notes · View notes
relindabanatul · 4 years
Text
Allah dulu..
Para salafus-shalih terdahulu selalu minta kepada Allah, bahkan untuk hal remeh seperti meminta garam untuk adonan-nya
Maka kita, jangan sampai dalam sebuah urusan, usaha ini itu, cerita sana-sini, sibuk sama pikiran sendiri, dan ngga minta sama Allah yang Maha Menggenggam semua urusan. Kalau udah mentok? Baru aja curhat sama Allah
Harusnya Allah yang jadi pertama dan satu-satunya
Kalau-pun dalam prosesnya ada bantuan orang lain, itu hanya sebab, Allah-lah yang gerakkan hatinya, Allah-lah yang buka-kan jalannya.
- Teh Sabilah Musaad
2 notes · View notes