Text
Tak ada yang salah
Tak ada yang Pergi
Biarlah Lelahnya hati
Beterbangan dihembus angin
Bak debu di ujung sepatu
Luruh, dan tak kan kembali
Pekanbaru, 24/02/18
0:21 WIB
1 note
·
View note
Text
Ditinggalkan (Lagi).
Dan lagi-lagi hidup menghadapkan kembali pada kenyataan yang sejak lama ingin ku kubur dalam-dalam. Bukan untuk dibenci hanya tak ingin terputar kembali.
Teringat ceramah panjangnya kala itu. Bak scene film lama yang diflashback "Hidup ini bukan lomba lari, Ra. Tak perlu terusik dengan pertanyaan-pertanyaan kapan dari orang. Hidupmu tidak harus sesuai timeline orang. Kamu berhak mengatur sendiri kapan mau mu. Kapan akan begini, kapan akan kesitu, Bahkan untuk teman perjalanan hingga nanti harus pilihanmu sendiri, Ra."
Aku hanya menunduk lesu sambil mengatur jam weker "Tapi Kak, bagaimana mungkin aku nggak akan terganggu dengan semua pertanyaan itu. Seakan-akan semua harus sesuai dengan maunya mereka. Sama dengan orang-orang kebanyakan. Kamu terlambat atau berbeda sedikit saja akan jadi omongan hingga ke pasar. Huh sebel kali."
Dia tersenyum, kemudian berkata, "Santai Ra, kamu kira kakak nggak pernah ngerasain kayak gitu. Lebih parah malah Ra."
"Eh masa iya, Kak?" Palingan aku dikibulin lagi nih.
"Kamu nyangkain Kakak bohongin kamu lagi, Ra?. Semenjak waktu itu kakak insyaf Ra. Kan kakak sudah janji nggak akan pernah lagi bohong pada Rara, adik kakak satu-satunya yang paling cantik sedunia ini." Jawab Kak Ardi sambil mengacak-acak rambutku.
Kebiasaan Kak Ardi dari aku kanak-kanak dulu kalau sudah gemas memang suka mengusap-usap kepalaku. Dan seringnya jahil mengacak-acak rambutku. Padahal sudah disisir rapi mau berangkat sekolah. Kalau sekarang mah Kak Ardi nggak bisa lagi jahil begitu, kalau sudah bersiap pergi berarti sudah pakai jilbab. Ku jitak nanti kalau sampai jilbabku yang diacak-acak. Nggak berani main-main dia.
Hanya Kak Ardi satu-satunya orang yang dekat denganku sepeninggalan kedua malaikat tak bersayap kami. Hanya dia yang bersedia menampung semua keluh kesahku, meredakan tangisanku, memberi jalan keluar berbagai masalah-masalah yang ada. Sosok yang luar biasa. Diluar kesibukannya di dunia kerja, mengurus usaha sampingannya yang sekarang berkembang pesat, dia masih sempat mengurusiku, adik kandungnya yang pecicilan ini. Yang apa-apa masih bergantung padanya.
Karena Kak Ardi standar pria baik semakin meningkat di mataku. "Ah, dia kekanak-kanakan sekali, nggak kayak kak Ardi yg dewasa.", "Ah, masa dia nggak bisa diajak becanda, gitu aja marah. Coba kalau kak Ardi nggak bakalan deeh..." Huft tidak ada yang dapat menandingi Kak Ardiku.
Siang itu saat aku buru-buru pulang dari kampus untuk mempersiapkan surprise ulang tahun kak Ardi, berita itu datang. Semua bergulir.
Sebuah panggilan telepon dari rumah sakit, katanya.
Menyebut nama Kak Ardi.
Kritis, operasi, berjuang.. Dan kata-kata lain yang entah kenapa samar-samar tidak terdengar lagi
Dia pergi. Tega sekali.
Hujan menderas, aku basah kuyup.
Setiap kali hujan turun, kisah itu terasa nyata, berulang kembali.
#ywc
#gtc
0 notes
Text
Mencari Jati Diri Hingga Buka Tutup Hijab, Bolehkah?
Sebuah kabar yang marak diperbincangkan warganet akhir-akhir ini. Dari seorang public figur yang tentu saja dikenal banyak orang seantero tanah air ini. Sebagai public figur, memiliki banyak fans yang mengelu-elukan adalah hal yang wajar. Dari yang sekedar suka, ngefans berat hingga yang fanatik sekalipun. Public figur yang disinggung di sini adalah Rina Nose. Setelah setahun ini memutuskan untuk berjilbab, kali ini Rina Nose memilih untuk kembali melepas hijabnya. Sontak perbincangan di sosial media memanas. Beragam komentar yang dituainya pada sebuah foto tidak mengenakan hijab lagi yang diupload pada akun instagram pribadinya. Banyak yang tidak setuju bahkan hingga menghujat dan mencaci maki, namun ada juga yang berkomentar positif untuk memberi dukungan padanya. Rina tidak memaparkan alasan sebenarnya mengapa Ia memilih untuk membuka hijab. Hanya mengutarakan bahwa semua ada perubahan. Sebagian dari captionnya berbunyi " Manusia berubah. Pemikiran berubah seiring peristiwa yang dialaminya. Ketetapan hati pun berubah seiring pengalaman batinnya. Apabila masih ada manfaat kebaikan yang dapat diambil dariku, maka ambillah. Jika tidak, maka tinggalkanlah." Jadi bagaimana sebenarnya? Salahkah? Memang diakui, kita semua hanya manusia biasa. Yang tak terlalu kuat ketika diterpa goncangan. Yang tak bertahan jika angin badai menerpa jika tak punya pegangan. Akan tetapi bukan berarti semua tidak ada jalan keluar. Semua masalah akan ada jalan keluarnya. Sepelik apapun itu. Allah tidak akan memberi cobaan kepada makhluknya diluar batas mampunya. Sejatinya di dunia ini hanyalah tentang pencarian. Pencarian apa yang sebenarnya kita inginkan. Apa yang sebenarnya kita tuju. Sejauh kita melangkah, dengan dasar-dasar pegangan yang telah kita kumpulkan selama perjalanan hidup ini dimulai. Dengan banyaknya masalah dalam hidup ini, pantaskah kita melepas salah satu nikmat yang telah diberikan kepada kita?. Nikmat beribadah dengan menutup aurat sesempurna mungkin. Yang menunjukkan ketaatan kita kepada Allah semata. Menutup aurat bukanlah merupakan pilihan bagi kita. Bagi seorang muslimah, menutup aurat adalah kewajiban. Karena hidayah adalah anugerah Dan yang terberat adalah istiqomah Jika hidayah telah datang untukmu, berbahagialah, jaga ia dengan sebaik-baiknya. #ywc #gtc
2 notes
·
View notes
Photo

Tentang Sudut Pandang
Seberapa sering kita mencari sesuatu kambing hitam untuk dipersalahkan ketika semua tidak berjalan sesuai prediksi? Ketika kegagalan datang bertubi-tubi padahal merasa tidak melakukan kesalahan apapun, apalagi sesuatu yang fatal hingga berdampak begitu.
Bagaimana kalau sudut memandang persoalan digeser sedikit? Be a positive people. Memandang suatu permasalahan sebagai ajang pendewasaan diri. Terkadang berbagai masalah tersebut menjelma sebagai anak tangga yang menunjukkan kualitas diri. Semakin banyak anak tangga yang dilewati maka semakin dekat dengan puncak pencapaian.
Bersabar berjalan perlahan-lahan. Karena memang harus dihadapi, tidak ada lagi alasan untuk menghindar. Berjalan dengan semestinya tanpa merasa terganggu dengan berbagai hambatan yang tersusun layaknya halang rintang. Bersabar dengan meyakini akan datang masanya nanti berjalan bebas dengan jalanan mulus tanpa hambatan.
Seiring berjalannya waktu, semoga kita semakin menyadari bahwa ‘kambing hitam’ tak harus selalu disalahkan. Semakin dewasa untuk mengakui berbagai kesalahan yang diperbuat baik yang kasat mata ataupun sebenarnya tak disengaja sama sekali. Biarlah seperti itu. Belajar untuk menjadi seseorang yang rendah hati. Tak lagi mencari kambing hitam untuk kesalahan sendiri.
Hari demi hari berlalu. Hari kemarin ada tersimpan sebagai pembelajaran untuk hari esok. Untuk kecemerlangan hari esok, yang melaju lebih baik dan lebih segalanya. Karena kita tak ingin hari ini lebih buruk dari hari kemarin.
#30dwcday27 #30dwcjilid9 #squad10 #empireofwriter
0 notes
Text
Karena Batu Kecil
Sinar matahari sudah mengintip di sela-sela kusen jendela kamar jendela ketika aku membuka mata. Terlelap lagi setelah sholat subuh tadi. Memang ngantuknya kebangetan karena pukul 02.00 WIB baru bersiap-siap memejamkan mata. Baru sekejap saja rasanya melayang ke alam mimpi sudah terbangun karena dering alarm. Sudah berbunyi untuk yang ketiga kalinya, karena kalau lihat dari jam sudah 15 menit yang lalu adzan subuh berkumandang. Rencana awalnya tidak ada waktu untuk tidur selepas subuh, tetapi mata tak bisa berkompromi. Serasa ada lem super lengket di antara kelopak mata, efek ngantuk berat sepertinya. Akhirnya jatuh terlelap hingga matahari sudah meninggi begini. Padahal dari kemarin aku sudah ada janji untuk mengerjakan tugas kelompok bareng teman-teman. Masih ada satengah jam lagi sih untuk siap-siap. Baiklah, waktunya bergegas untuk mandi. Sebenarnya janji dengan mereka selang satu jam lagi. Tetapi aku sedang membiasakan diri untuk lebih disiplin. Berusaha datang setengah jam lebih awal. Walau terkadang masih belum sepenuhnya bisa, tapi aku tetap mencoba untuk membiasakannya. Sebuah perubahan kecil yang insyaAllah nanti akan berdampak besar. Di tengah perjalanan ada sepasang ibu dan anak yang kira-kira berumur 4 tahun juga sedang berjalan kaki di depanku. Tiba-tiba kaki si anak menginjak batu kecil hingga sang anak terpeleset dan bedebam terduduk di tanah. Sebelum anaknya merengek sang ibu lebih duluan tersenyum dan bertanya "kenapa bisa jatuh, Nak?. Tadi menginjak batu ya?." Si anak menjawab "Iya Bu, tadi nggak kelihatan batu nya." Mengurungkan niatnya untuk menangis. Sang ibu kembali tersenyum, "Yaudah nggak apa-apa, kalau jatuh setelahnya harus apa?." Si anak menyahut "Berdiri, Bu." Si anak berkata sambil tersenyum lebar. "Bisa sendiri, Nak?". Si anak langsung berdiri dan tertawa "Bisa dong, Bu. Kan sudah besar." Sepasang ibu dan anak itupun tertawa bersama sembari melanjutkan perjalanannya. Aku tercenung. Seorang anak kecil saja bisa berdiri dengan senyum lebar di wajahnya setelah terjatuh. Lalu bagaimana aku yg masih berlarut-larut kesedihan setelah kondisi "jatuh". Harus berani bangkit berdiri dari keadaan terpuruk sekalipun. Semua akan berlalu. Waktu yang damai akan segera datang. Badai pasti berlalu. Akupun berlalu dengan wajah berhias senyum lebar dan hati yang menghangat sepanjang perjalanan. #30dwcday26 #30dwcjilid9 #squad10 #empireofwriter
0 notes
Text
Ngaret
Dari satu jam yang lalu aku duduk di sini. Bukan karena aku tak tahu harus berbuat apa lagi, sehingga hanya leyeh-leyeh di sini tanpa kejelasan. Aku sedang menunggu. Yaah menunggu tanpa kejelasan. Dari waktu janjian yang sudah berlalu satu jam belum ada tanda-tanda dia akan datang. Memanglah katanya anak zaman sekarang atau bahasa gaulnya kids zaman now ini. Padahal sebelum aku sampai ke cafe ini dia sudah otw katanya. Otw kemana? Kamar mandi? -_- Satu jam terbuang percuma. Manapula aku nggak bawa laptop. Kan lumayan buat ngedit skripsi atau sekadar baca-baca jurnal. Lebih berfaedah daripada duduk-duduk nggak jelas di sini. Sendirian lagi. Dari tadi berasa diliatin pegawainya, deh. Tapi mah bodo amat lah ya. Yang penting kan aku udah pesan, walaupun floatnya tinggal es batunya doang haha. Lamun-melamun begini aku jadi teringat kebiasaan aku masa dulu. Kalau lagi janjian sama orang jarang banget <i>ontime</i> nya. Paling cepatnya lima menit setelah waktunya baru aku datang. Bahkan pernah sampai dua jam-an. Kemudian nyadar, apa sekarang aku kena karmanya ya? Kok tega banget ya aku bikin orang nunggu gitu. Bisa jadi masih banyak rencana yang mau dilakukan hari itu dan aku merusak <i>schedule</i> hariannya. Duh jahat juga ya. Sekarang aku tahu lelahnya menunggu. Aku akan coba menghargai waktu. Menghargai temu. Bukankah kalau aku lebih cepat datang, waktu temu menjadi lebih panjang? Hehe. Panam, rintik-rintik 24/10/17 23:16 WIB
0 notes
Text
Setelah Kehilangan
Dari waktu ke waktu, semua akan berpindah. Semua akan berubah. Termasuk posisi kita dalam hidup seseorang. Akan tergantikan seiring perjalanan hidup, momen momen yang terjadi. Semua akan terseleksi. Tak ada yang abadi.
Kemudian ada yang merasa ditinggalkan. Diawali jarangnya pertemuan, jarangnya komunikasi hingga hilang kontak samasekali. Tak berkabar hingga seakan tak saling mengenal lagi. Miris memang, namun begitulah realitanya.
Perpisahan dan kehilangan. Dua hal yang kutakutkan. Dua hal yang kerapnya beriringan. Tak bisa dielakkan, bagaimanapun itu.
Jika tak ada yang bisa kita perbuat dengan kehilangan, bukankah bisa kita antisipasi kehilangan setelah perpisahan? Tetap berjalan bersama walau pulau dan jarak yang memisahkan. Hargai sebuah pertemuan dan rawat kebersamaan. Rajut sukacita dalam kenangan. Tak lagi ada yang memisahkan, kecuali kepergian yang hakiki.
0 notes
Text
Jangan Berlari
Kutersadar jauh tertinggal Tak sebentar, merasa tertampar Akankah kukejar? Atau bertahan menatap helaan pertinggal Haruskah menunggu uluran? Kurasa tidak, tak pasti kan datang Menyongsong perlahan-lahan Kukira sepadan dengan yang hilang Langkah demi langkah kutapaki Bersua mereka yang regangkan kaki Lantas kusenyumi dan berlalu lagi Jangan terbuai, tak boleh berhenti Kurasa tak banyak jarak terpotong Jauh dan terasa semakin jauh Ingin rasanya berhenti dan merenung Dan menghapus cucur peluh Aku tak sabar ingin sampai Kuat kakiku untuk berlari Panjang napasku sanggup tak berhenti
Tapi katamu, Jangan berlari Jatuh nanti mesti kuat bangkit sendiri Panam, 20/10/17 22:40 WIB
0 notes
Text
Tersimpan Dalam Diam(1)
Setiap orang memiliki sisi misterius. Sisi yang memerlukan akses khusus dan tak semua orang memiliki hak akses ke sana. Bahkan sebagian orang melabeli sisi misterius itu dengan <i>private area</i>, hanya untuk dirinya sendiri. Tidak ada lagi yang tahu. Tidak ada lagi yang bisa masuk. <i>Me only</i>. Ada bagian-bagian yang tak diceritakan ke orang lain. Seperti halnya ketika tertimpa kejadian buruk dan menutup rapat-rapat, sehingga tak ada seorang pun yang akan tahu. Karena apa? Ada beberapa kemungkinan: 1. Beranggapan hal tersebut merupakan hal sepele yang tidak akan ada seorangpun yang peduli. Biasanya yang begini lebih tertutup dengan orang-orang sekitarnya. Terlalu tidak percaya dengan orang terdekat, bahkan untuk mempercayai mereka peduli padanya saja terlalu berat. Namun itu bisa saja karena tidak mencoba. Belajar mencoba untuk percaya bahwa ada seseorang yang peduli. Pasti ada seseorang yang tulus peduli padamu tanpa embel-embel di belakangnya. 2. Ingin lebih mudah melupakan. Dengan tidak adanya orang lain yang tahu, maka tidak akan ada pihak yang bakal mengingatkan kembali ketika hal tersebut mulai terlupakan. Kesal bukan ketika kita telah melupakan sesuatu dengan bersusah payah, eh malah diingatkan lagi bahkan dengan clue yang sepele? Panam, 17/10/17 22:48 WIB #30dwcday7 #RabuBersambung #Part1 #SambungannyaNtahKapan
0 notes
Text
Andai Saja
Gelap semakin gelap tanpa sinarmu
Kelam terasa kelam
Dingin menggigil tanpa hadirmu
Hampir saja beku
Terasa hening tanpa kicaumu
Sunyi senyap mencekam
Hilang
Semua hilang seiring kepergianmu
Andai kau di sini
Hilangkan risau ini
Andai kau tahu
Ingatan tentangmu tetap menepi
Kutitipkan salam rindu untukmu
Bersama kelamnya malam
Sunyinya desau angin
Serta berpaket-paket doa yang tak akan putus
Untukmu, semoga tenang di sana
Panam, 16/10/17
22:53 WIB
#30dwcday6
#squad10
#challengeyourself
0 notes
Text
Curhat, boleh?
Kerap kali bicarakan tentang perjalanan. Bukan kisah jalan-jalan, yang walaupun ingin tapi belum kesampaian, semoga suatu saat nanti bisa wujudkan tafakur alam Indonesia, dan keliling dunia, semoga.. Aamiin. Ini masih tentang perjalanan dari hari ke hari, tahun ke tahun yang telah terlewati. Tentang makna perjalanan dari masa ke masa.
Bicara perjalanan, bicara perubahan, ada satu hal yang sulit diitingkatkan. Rasa percaya diri. Dari zaman masih SD sampai tingkat akhir bangku kuliah rasa percaya diriku segitu-gitu aja, nggak nambah. Pemalu akut, nggak pede bicara di depan orang banyak, bahkan berjalan sendirian di tengah keramaian merasa gelisah sendiri, merasa dilihatin semua orang, padahal mah nggak ada juga yang ngelihatin, perasaan doang. Bahkan di keluarga besarpun dicap sebagai anak yang pendiam, kalau ditanya satu dijawab satu, ngomong cuma kalau ditanya. Sampai dibilangin sombong lah, padahal emang anaknya aja yang gak bisa basa-basi. Ada ya orang minang yang nggak bisa basa-basi? Ya ada, nih contohnya haha. Di keluarga besar loh ya, kalau di keluarga inti, di rumah nenek beserta adik-adiknya mama aku mah termasuk yang cerewet juga. Gak tau kenapa juga bisa gitu haha.
Pas SMP sudah merantau, mulai jauh dari keluarga. Pemalunya sudah mulai berkurang, berteman sama banyak orang, tapi tetap pede nya nggak bertambah. Sampai SMA dan Kuliah pun begitu, di tanah rantau, belajar mandiri. Terbiasa berbaur dengan anak rantauan yang berasal dari berbagai daerah, berbagai kalangan. Ikut organisasi dan komunitas perlahan-lahan menjadikan percaya diri bertumbuh. Walau tak secara drastis, tapi aku tau ada yang berubah. Aku tau Aku yang harus berubah.
Setidaknya harus terus mencoba, perlahan-lahan. Sekeras apapun batu jika ditetesi air terus menerus akan berlubang, kan?
Panam, 13/10/17
23:11WIB
#day3
1 note
·
View note
Text
Tiba-tiba terkenang riuhnya ombak yang berdebur menghempas tepian pantai dan ingin kembali, di sana dan duduk diam. 18/08/17 22:20 WIB
0 notes
Text
Mengapa untuk mulai saja terasa berat? Padahal cukup dengan memulai, lakukan saja, apapun itu.
Untuk mulai saja kau merasa berat, bagaimana dengan konsisten? Pasti akan berat sekali.
Tetapi jangan susah-susah kau pikirkan itu, cukup dengan dimulai, lakukan lagi, lagi, dan terus hingga seterusnya.
13/08/2017 12:18 WIB
0 notes
Text
Aku orangnya penasaran. Penasarannya kuat sekali. Sering mengamati kebiasaan orang dan dari berbagai premis dapat disimpulkan yang sedang terjadi. Bisa terlihat perasaan seseorang. Dan seringkali itu benar :)) Kalau perasaan sendiri? Penasaran. Sering. Makanya ingin kupastikan berkali-kali. Sebenarnya bagaimana sih? Tak tahu. Seberapa keras pun berpikir, tetap tak pasti. Tetap akan penasaran. Atau memang (hanya) berkelit saja. Entahlah. Panam, 3/08/2017 23:12 WIB
1 note
·
View note
Quote
Muncul dan Terhanyut
Aku terdiam di atas perahu yang menghilir.
0 notes
Quote
Pekatnya malam tak berarti tak ada apapun di sana. Banyak tak terbilang. Siapa sangka Kau akan hanyut terbawa arus yang tenang. Semua hanya tentang prasangka. Tak selalu nyata. Tak nampak bukan berarti tak ada.
Senin, malam 24.
0 notes
Text
Aku Bukan Aku
Aku bukan Aku yang seperti Kamu kenal. Aku bukan Aku yang selalu tersenyum saat Kau sapa. Aku bukan Aku seperti yang terlihat dari luar oleh semua orang. Aku bukan Aku yang selalu jadi anak baik tanpa kesalahan.
Bukan. Aku hanyalah Aku, yang mungkin berubah tanpa keinginan. Aku hanyalah Aku, yang butuh adaptasi dengan keadaan. Aku hanyalah Aku, manusia biasa dengan berbagai khilaf.
Dan Aku tetaplah Aku yang dari jauh melihat punggungmu, Aku tahu itu Kamu.
Panam, 19/7/2017 21:14 WIB
1 note
·
View note