Photo
:"
Al Quds adalah tanah suci yang penuh berkah. Al Quds tanah para nabi. Allaah menjadikannya kiblat pertama Muslim. Kesinilah wajah menghadap saat sholat dahulu.
Rasulullaah shallahu allaihi wassalam memerintahkan Usamah bin Zaid ra membawa pasukan untuk membebaskannya. Dibawah kekhalifahan Umar bin Khaththab ra, Al Quds bebas dari penguasaan Romawi, hingga Yahudi bisa masuk kembali dan kesucian Nasrani tetap utuh.
Sholahuddin Al Ayyubi kembali mencontoh Umar, membebaskannya dari The Crusaders, kaum salib Eropa sehingga Al Quds kembali menjadi pusat ilmu dan peradaban Islam.
Saat Zionist Internasional mengirimkan Yahudi Eropa ke Palestina pada tahun 1900-an, jumlah Yahudi di Al Quds tak sampai 10%. Mayoritasnya adalah Muslim.
Dimana logika pembenaran Al Quds/ Yerusalem dijadikan Ibu Kota Penjajah yang tidak punya hak berdiri di tanah suci?!
SAY NO!!! to Al Quds/ Yerusalem for Israel!!!
—
©smart_171
3K notes
·
View notes
Text
Pembelajaran dari mas gun yang selalu tepat untuk dijadikan pelajaran :)
Perasaanmu
Urusanmu terhadap perasaanmu, adalah urusanmu sendiri. Meski pernah ada yang datang, kemudian pergi. Ada yang memberi harapan, kemudian hilang bagai ditelan bumi. Semuanya menjadi urusanmu.
Sebanyak apapun kita membuat alasan, juga pembenaran. Dan seingin apapun kita menimpakan apa yang terjadi sebagai kesalahan orang lain. Justru, saat-saat seperti itulah yang membuat kita tidak bisa beranjak kemana-mana.
Hal yang paling sulit selain bersyukur adalah berlapang dada. Menerima kenyataan bahwa memang itu semua adalah kesalahan kita sendiri yang tidak mampu mengendalikan diri. Ketidakmampuan kita dalam mengendalikan perasaan, emosi, pikiran, dan membiarkannya terbang bebas memikirkan apapun. Kita terperangkap dalam asumsi yang kita buat sendiri.
Biarkanlah perasaan itu hilang seiring perjalanan. Seiring waktu saat kita berusaha menerima bahwa kitalah yang salah dan kita bersedia untuk memaafkan diri kita sendiri.
Memaafkan diri kita di masa sebelumnya yang lalai, yang lengah, yang tidak bisa mengendalikan perasaan, yang membiarkan orang lain masuk dan pergi begitu saja, yang membiarkan perasaan berbunga-bunga dengan asumsi bahwa ini akan berakhir indah selamanya. Padahal, kita tahu, kita tidak bisa mendahului takdir.
Upaya kita adalah menerima dan memaafkan, diri sendiri.
Yogyakarta, 2 November 2017 | ©kurniawangunadi
3K notes
·
View notes
Text
H-1 Koass
Sebuah pesan yang ditulis oleh sang Abah kepada anaknya:
Pesan untuk Calon Dokter 1. Berikan Senyum Salam Sapa kpd pasien/prwt/dokter/pengunjung 2. Berperilaku rendah hati, sopan santun pd siapapun 3. Anggaplah koas sbg pndadarn diri untuk jd dokter yg beriman dn profesional 4. Jngn prnh lupa untk ttp brsaha dn brdoa dlm setiap mlkukan aktivitas 5. Berikan layann terbaik dn sll brsha untk berprestasi ingat…perjalanan blm selesai, maka hati2lah dlm melangkah
Dikirim via Whatsapp 11-09-2017 18:17 PM
Touched, bah :’) Pesan ini akan selalu diingat, dan akan selalu menjadi pengingat dikala hati ini lelah. اَللهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً وَرِزْقًا وَاسِعًا وَاِلَى الْخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ بَعِّدْنَا
0 notes
Text
❤️❤️
RTM : Untuk Terus Mencintainya, Kamu Harus Berjuang.
Catatan ini mungkin lebih khusus ke laki-laki. Sebab nanti, selepas menikah. Mungkin dalam pandangan matamu, istrimu tidak akan secantik-semanis-sebaik-dan sesempurna sewaktu kamu dulu memperjuangkannya. Saat ini, bisa jadi kamu bisa menyangkal. Tapi, nanti selepas menikah dan menjalaninya, kamu mungkin baru akan memahami maksudku ini.
Kamu harus berupaya untuk bisa terus mencintai istrimu. Perasaan itu tidak tumbuh seperti rerumputan yang terkena hujan. Perasaan itu adalah pohon besar dan kamu menanamnya sejak bibit. Kamu harus merawatnya, menyiraminya, melindunginya dari hama, menyiangi rerumputan disekitarnya, dan juga kamu harus selalu waspada agar ketika nanti ia sudah cukup besar, tidak ada orang lain yang tiba-tiba datang dan menebangnya.
Perempuan yang barangkali adalah temanmu, rekan kerjamu, atau orang yang tiba-tiba kamu temui di jalan. Mereka mungkin tidak melakukan apapun, tapi matamu tidak. Matamu bisa membuat apa yang terlihat menjadi beribu kalilipat lebih baik, lebih cantik, dan segala kelebihan lainnya yang mungkin akan menyulut perasaan lainnya. Tantangan. Seperti kala dulu kamu memperjuangkan perempuan yang menjadi istrimu saat ini.
Untuk itu, ingat-ingatlah selalu kebaikan perempuan yang sedang di rumah menunggumu pulang. Siapa orang yang paling khawatir kala kamu sakit. Siapa orang yang bisa menerimamu apa adanya saat kamu bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa selain kenekatanmu menikahinya dulu. Siapa orang yang rela bersusah payah mengurus segala keperluanmu, juga keperluan anak-anakmu nanti. Ia bersedia bersusah payah mengandung anakmu sembilan bulan dalam kepayahan yang kamu tidak bisa merasakannya. Anak yang mungkin lebih kamu cintai nantinya daripada istrimu.
Sungguh, untuk terus mencintainya, kamu harus berjuang. Bualanmu tentang cinta saat ini, juga bualanmu tentang segala janji itu bisa aku katakan adalah omong kosong. Sebab nanti, jalan yang amat panjang dan mungkin akan membosankanmu telah menanti. Biar tak bosan, kamu perlu menghidupkan setiap ingatanmu mengapa dulu kamu mau memperjuangkannya, setiap rasa syukurmu, dan iman.
Sebab menikah dengan seseorang yang kamu cintai saat ini bukanlah hadiah, melainkan sebagai ujian baru. Ujian yang hanya bisa kamu jawab ketika kamu menjalaninya, bukan dengan lisan, melainkan perbuatan.
©kurniawangunadi | 10 September 2017
4K notes
·
View notes
Photo

Semacam berkali-kali ditunjukkan.
Bahwa rencananya memang yang terbaik ❤️
0 notes
Text
Yang Paling
Orang yang paling sedih saat tahu kita bersedih adalah orang tua kita. Yang lebih khawatir saat kita khawatir. Yang sangat bahagia saat kita bahagia. Bukankah sebenarnya sederhana bagi kita untuk berbakti? Hanya saja, kita terjebak pada gaya hidup, tren, pada hal-hal kekinian yang membuat kita resah karena sibuk membandingkan pencapaian, penampilan, kekayaan, dan atribut lainnya.
Kita bingung pada diri kita sendiri dan orang tua lebih bingung pada anaknya yang tidak bisa menjelaskan hidupnya. Seakan mereka merasa gagal mendidik kita padahal kita yang gagal mendefinisikan diri sendiri, kita gagal meletakkan sumber-sumber kebahagiaan dan rasa syukur. Kita menjadikan cita-cita orang lain menjadi cita-cita kita tanpa kita sadari bahwa kapasitas kita berbeda. Kita sibuk merawat penampilan tapi lupa merawat akal sehat.
©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Ada beberapa impian yang memang hanya sebagai impian saja tidak akan menjadi kenyataan.
Biar apa?
Biar kita bisa menerima rencana lain dari-Nya :)
0 notes
Conversation
Iman naik turun
Yang dulunya menasehati
Kini seakan butuh dinasehati
Hati orang tak ada yang tau
Ketika sudah begini,
Yaa muqallibal qulub, tsabbits qalbi 'ala diinik.
0 notes
Photo

Dulu waktu nggak keterima FK di univ lain sedih, sedikit menyesal. Allah punya rencana lain, Allah mungkin punya rencana yang lebih indah. Yang mungkin inginkan saya bukan hanya sebagai dokter, tapi sebagai dokter muslim, belajar kedokteran, dan bagaimana menjadi dokter muslim, yang alhamdulillah saya dapatkan di UMY. Dimana setiap blok pelajaran selalu ada topik pelajaran tentang aqidah dokter muslim. Selalu ada pelajaran tentang keislaman. Setiap diskusi tutorial diminta dalil berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits yang berhubungan dengan kasus pasien dan penanganan dokter muslim. Apa-apa yang sudah pergi, pasti ada gantinya yang lebih indah. We plan, Allah plans, and Allah is the best planner. Alhamdulillah 'ala kulli hal :") 🙏🏻
0 notes
Quote
Bersyukurlah karena nilai diri kita diukur dari proses, bukan hanya dari hasil. Bahkan baru memulai niat, kita sudah mendapatkan nilai kebaikannya. Bahkan saat kita ‘dihentikan’ saat menjalani proses, nilai kebaikan itu tidak serta merta lenyap meski belum tahu bagaimana hasil akhirnya. Untuk itu, jalani perjalanan ini sebaik mungkin. Karena bisa jadi memang sebelum sampai tujuan, Dia menghentikan perjalanan ini. Memanggil kita tiba-tiba.
Sebab kematian tidak menunggu apapun.
Kurniawan Gunadi
(via kurniawangunadi)
2K notes
·
View notes
Photo

14 abad yang lalu, seorang manusia terbaik berkata kepada para sahabatnya. Ialah Rasulullah, yang membicarakan akan ada 4 keanehan yang akan terjadi di masa depan kelak.
Yang pertama, Al-Qur'an berada di tangan orang dzalim. Yang kedua, ada masjid di tempat orang muslim yang tidak berjamaah di dalammya. Yang ketiga, Adanya orang soleh di lingkungan orang jahat. Dan yang terakhir, yakni “Wa mushafun fii baitin laa yuqro'u fiih.”, Ada mushaf Al-Qur'an di dalam rumah orang-orang yang tidak rajin membacanya.
Banyak orang sekarang, berbondong-bondong membeli qur'an, yang baik, yang bagus, sekalian dari luar negeri, “agar bagus” ucapnya. Namun sayang, tugasnya sebagai pemberi keselamatan di alam kubur, turun jauh drastis, menjadi penghias lemari rumah.
Kapan terakhir kita baca qur'an? Sehari yang lalu? Seminggu? Sebulan? Setahun? Jiwa ini kadang seolah asing, dengan sesuatu yang seharusnya dekat dengan kita.
Apa yang dikatakan orang terdahulu tentang orang-orang di akhir zaman?
Ada qur'an tapi tidak dibaca. Qur'an dibaca tapi tidak baca artinya. Baca artinya tapi tidak memahaminya. Memahaminya tapi tidak mengamalknannya. Mengamalkannya tapi tidak ikhlas hatinya.
Padahal tak sedikit kisah yang sampai, bahwa orang-orang yang membacanya, sering mendapat berbagai hal, baik ketenangan bahkan hidayah.
Setiap qur'an yang kita miliki, pasti akan menyapa kita. Bagi sebagian yang rajin berjumpa, kelak itu akan menjadi reuni yang membahagiakan. Sedang bagi sebagian lain, itu hanya akan menjadi pertemuan biasa, seraya sang qur'an berkata “kemana saja? Kenapa kita baru berjumpa”, sungguh asing.
Andai semua paham, betapa besar jasa ayat-ayat qur'an di akhirat kelak, niscaya kita enggak melewatkan hari tanpanya.
Semoga kita tidak menjadi jiwa-jiwa yang asing dengan qur'an, tidak menjadi jiwa-jiwa yang anti dengan ucapan Tuhannya.
Source : choqi-isyraqi.tumblr.com
461 notes
·
View notes
Photo

Sesuatu yang berharga, belum tentu berani kita perjuangkan. Padahal kita tahu, padahal kita paham, padahal kita menyadarinya. Tapi, belum tentu kita berani. Dan keberanian itu memang perlu dilatih, sebagaimana melatih kesabaran. Sampai suatu saat kita tidak lagi perlu berpikir berulang kali u/ memperjuangan yang berharga, yang ada di depan mata kita. Bukankah sudah terlalu sering kita melewatkannya? Melewatkan yang baik-baik, hanya karena kita terlalu takut untuk mengambil konsekuensinya. Hanya karena kita terlalu banyak berhitung, lupa jika ada hal-hal yang lebih memerlukan iman dibanding yang lain.
777 notes
·
View notes
Video
Allahumma shuril islam wal ikhwana, wal mujahidina fii kulli makan. Yaa rabbal ‘alamiin
. Hari ini, para pemuda Islam lebih bersedih atas kepergian artis idolanya bila dibandingkan dengan perjuangan kaum muslimin untuk pembebasan Al-Aqsa. . . Wahai pemuda Islam, ditangan kalian kemuliaan agama ini akan kembali tegak. Bertakwalah kepada Allah, mintalah pertolongan Allah selalu. Jangan pernah lepas untuk mendoakan mereka, kaum muslimin, untuk Al-Aqsa dan kemenangan agama ini.. #savealaqsa
83 notes
·
View notes
Quote
Bahwasanya aku mengerti, siapa yang selalu ada bisa kalah dengan sangat mudah oleh yang baru saja ada di cerita kami berdua.
(via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Conversation
Ada apa-apa yang perlu ditahan sebelum masanya.
Perasaan misalnya.
Berat, mari terus berjuang.
1 note
·
View note
Text
Cinta Allah tidak bisa ditukar dengan apapun, bahkan dunia seisinya.
Misal sakit yang ingin sembuh, namun belum sembuh. Yang lebih baik dari sembuh adalah masih ada ridho Allah, cinta Allah, surga Allah, dan rasul Allah. Maka dari itu sakit adalah salah satu penggugur dosa. Gimana nggak gugur? Kalo saat sakit kita tetap ridho, tetap cinta, tetap ikhlas sama Allah.
Dzaalikum khoirullakum in kuntum ta'lamuun
2 notes
·
View notes