this a verse of all my thoughts, i hope this note can be opium for readers
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
KEPERGIANKU
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Cepat atau lambat pepatah ini akan terjadi pada siapapun, termasuk aku.
Iya, tentu saja ada airmata, tentu saja ada semilir duka.
Tapi aku percaya semua ini akan terlewati dan kembali baik-baik saja.
Aku juga manusia biasa, punya rasa rindu yang menggebu.
Aku rindu menjadi diriku sendiri, aku yang utuh.
Aku yang ku kenali, aku yang ku inginkan.
Memang semua tak lagi sama, tapi percayalah, ini yang terbaik.
Jangan ada benci apalagi caci, kita telah dewasa.
Bukankah dewasa berarti siap melupakan juga merelakan.
Kita masih bisa bertemu dalam nyata atau dalam doa.
Kita masih bisa saling membahagiakan.
Dalam peluk, dalam tawa, semanis dulu
Ini bukan kepergian, kita hanya sama-sama ingin meraih tujuan.
Tolong, tolong jangan anggap ini perpisahan.
Hanya raga kita yang terpisah, tapi hati ini masih saling bertautan.
Tubuhku memang tak lagi bersama kalian.
Tapi, izinkan aku menyelamatkan hati.
Agar perbedaan ini tak jadi bumeranguntuk saling menyakiti.
Aku pergi karena aku ingin menjadi yang aku ingini.
by : Erichacha
Karya : Dwitasari
10 notes
·
View notes
Text
Menerka Bintang Malam
Di pinggir bibir pantai losari Di bawah gemerlap langit malam Raga ini merebah lunglai diatas hamparan pasir putihnya
Suara gemuruh ombak pula sejuknya angin laut seakan menenangkan keresahan jiwa Mengagumi indahnya alam semesta
Kedua bola mataku menatap lepas Kerlip sinarnya menderang sampai seluruh samudera
Terlintas wajahmu di langit yang terlukis oleh cahayanya yang terlihat sebagai kejora
Lalu senyum kecil menyambutku dan mengatakan " merebahlah disampingku sejenak, ku ajak kau menerka bintang malam."
Bayangmu yang berada disampingku itulah kerlip bintang yang membuatku selalu ingin menatap dan menetap, hanya padamu.
2 notes
·
View notes
Text
PENGHUJUNG SENJA
Sebagaimana waktu bergulir di bawah meronanya langit senja
siang berganti malam, Pijakan kaki seolah menghiasi lantai bumi
Jejak-jejak yang kita tinggalkan serupa bekas telapak kaki dibibir pantai
kau seakan terus mengunyah pikiran pula tenaga
sesak ini menyerang dada namamu selalu saja mengepul dikepalaku
Ingat tidak ?
Kata manismu memang amat sangat mencungkil empatiku
kau anggap seolah semua dapat terjanjikan
nyatanya perlahan kau bawa semua bait katamu juga empatiku pergi pada penghujung senja
hingga bekas jejakmu lenyap terseret ombak petang.
2 notes
·
View notes