sabirinasblog
sabirinasblog
Cerita Pendek
23 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
sabirinasblog · 3 days ago
Text
Menyembuhkan Masa Lalu dengan Masa Lalu
Aku menyadari terlalu menggenggam masa laluku yang getir. Rasanya, aku tidak mau melepaskannya. Itu membuat luka dalam diriku semakin lebar.
Aku tahu, ketidakmauanku melepaskan masa lalu yang menyakitkan membuatku terus bermimpi buruk dan tidak bisa mencintai diriku sendiri.
Aku menyadarinya—dan semakin aku menyadarinya, semakin aku menemukan jawaban: “Aku mengendalikan aku.”
Kalau begitu, aku memilih menyembuhkan masa laluku dengan masa laluku. Masa laluku tidak sepenuhnya mengoyakku menjadi rasa takutku. Masih ada kebahagiaan di antara goresan luka: jatuh cinta di pohon jambu, teman terbaik bersama kelinci, kaset Si Kancil, dan kenangan keluargaku.
Lembang, 23 Juni 2025
0 notes
sabirinasblog · 10 days ago
Text
Satu Jengkal dari Panik
Aku masih mengingat kenangan kecil ketika keluargaku bermain di sebuah pantai. Itu adalah salah satu pengalaman yang menggelikan di antara kenangan-kenangan pantai lainnya.
Saat itu, kami berlima—ketiga kakak perempuanku, aku, dan satu adik perempuanku—memberanikan diri berjalan agak jauh dari bibir pantai. Tentu saja saat itu ombak tidak terlalu kuat, tetapi bagi tubuhku yang masih kecil, ombak itu terasa besar dan menakutkan. Kami saling berpegangan tangan sembari maju melawan ombak.
Namun, salah satu ombak menggulung cukup kencang ke arah kami hingga membuat genggaman tanganku dengan saudara-saudaraku terlepas. Aku sempat terjatuh dan tenggelam sepersekian detik, tetapi segera berdiri kembali, tepat di belakang mereka. Sambil memfokuskan pandangan, aku melihat dua kakak perempuanku panik mencariku.
Lucunya, mereka mencariku dengan membungkukkan badan hingga wajah mereka berada sangat dekat dengan permukaan air—kira-kira hanya berjarak satu jengkal. Lalu mereka menggerakkan tangan, seolah-olah bisa membelah permukaan air dan menemukan keberadaanku. Mereka terus berteriak memanggil namaku, tanpa menyadari bahwa aku berada tepat di belakang mereka.
Salah satu kakakku dan adikku yang sejak awal menyadari keberadaanku hanya tertawa, membiarkan kedua kakakku yang lain panik mencariku dengan cara yang konyol. Sampai sekarang, aku masih tertawa jika mengingat kejadian itu.
-Lembang, 16 Juni 2025-
1 note · View note
sabirinasblog · 16 days ago
Text
Masa Laluku yang Menyenangkan: Kaset Si Kancil
Aku masih mengingat ketika Bapakku membelikan aku dan adikku satu set kaset Si Kancil berbahasa Inggris. Mungkin Bapakku ingin kami bisa berbahasa Inggris di usia yang cukup belia. Tapi aku tak pernah mengerti apa yang tokoh-tokoh dalam serial Si Kancil itu ucapkan—bahkan sampai usia dewasa ini, aku masih ragu dengan kemampuan bahasa Inggrisku. Namun, aku cukup mengerti alur cerita dari serial tersebut.
Setiap ekspresi yang tokoh-tokohnya berikan bisa aku deskripsikan: “Sepertinya Kancil adalah hewan yang jahil,” “Oh, kasihan sekali Si Kancil,” “Apakah Kancil itu jahat atau baik?”
Tapi aku tetap menikmatinya—sambil berbaring di lantai keramik yang dingin, dengan kaki kutopangkan ke meja televisi. Ah, posisi yang cukup konyol. Sambil sesekali aku mengulangi dialog Si Kancil tanpa memedulikan pelafalannya benar atau tidak.
Mungkin saat ini aku tidak bisa lagi melakukan posisi tersebut. Yah, mungkin karena aku merasa sudah dewasa, ditambah lagi kami tidak lagi menggunakan televisi—bahkan tak berlangganan layanan channel televisi apa pun.
Ketika salah satu kaset serial Kancil yang aku inginkan tidak bisa berfungsi di pemutar DVD, aku akan menggunakan embun napasku pun ketika tetap tak berhasil membuat kaset itu berfungsi aku akan mencucinya dengan air atau aku akan merendamnya di air. Lalu, aku mengelap kaset tersebut dengan pakaian yang sedang aku kenakan.
Kini, kaset itu mungkin sudah rusak atau hilang. Tapi ingatanku tentangnya tetap hidup—menjadi bagian dari siapa aku hari ini.
-Subang, 10 Juni 2025-
0 notes
sabirinasblog · 18 days ago
Text
Aku Memilih untuk Jatuh Cinta
Aku memilih untuk jatuh cinta pada pohon cemara yang tertanam di depan hotel yang sering kali aku lewati ketika pergi ke sekolah. Aku selalu sengaja memelankan motorku untuk memandangi sepersekian detik keindahan pohon tersebut. Walaupun terkadang aku merasa bersalah kepada kendaraan yang ada di belakangku karena terhambat olehku, "Maafkan aku, pohon cemara itu begitu indah, membuatku sedikit egois."
Entah cemara jenis apa, tetapi daunnya seperti lelehan lilin berwarna biru, layaknya musim dingin. Ah, rasanya romantis sekali jika aku berada di bawah rindangnya pohon cemara itu.
Aku memilih untuk jatuh cinta pada pakaian hangat rajutku yang berwarna ungu. Walaupun beberapa kancingnya tidak senada karena kancing lamanya hilang entah ke mana, dan digantikan dengan kancing berwarna merah muda serta satu kancing paling bawah yang menghilang, aku tetap mencintainya.
Pola bunga mawar yang indah berwarna abu-abu memberi kesan yang sangat cocok dengan warna dasar ungu pada baju tersebut. Beberapa tambalan di setiap jahitan pada pakaian itu menandakan adanya sejarah yang mungkin menyenangkan dan misterius yang aku tak pernah tahu, karena baju itu pemberian ibuku dan pernah dipakai olehnya entah berapa tahun lamanya.
Aku mencintainya,
-Lembang, 9 Juni 2025-
0 notes
sabirinasblog · 19 days ago
Text
Aku Melawan "Aku"
Aku melawan depresiku, seperti aku melawan diriku sendiri. Aku yang merasa berada dalam kotak kecilku, menatap bulan yang begitu jauh dan cantik, rasanya bercampur aduk. Ada rasa senang saat mengetahui keesaan Tuhanku—aku ada karena cinta-Nya.
Jauhnya bulan menggambarkan luasnya dunia ini, seolah aku harus berlayar jauh, mengelilingi samudra dan daratan, belajar dengan melihat serta merenung dengan mendengarkan.
Sedih rasanya, aku masih berada di kotakku bersama masa lalu yang menggenggamku—ah, bukan masa lalu yang menggenggamku, melainkan aku yang menggenggamnya.
Aku berhadapan dengan wajah dan rasa takutku: takut melangkah ke esok hari, takut akan kematian yang mungkin menjemput, atau takut kebahagiaanku justru meninggalkanku. Semuanya terasa sia-sia.
Aku yang tidak puas dengan diriku. Aku yang takut pada diriku. Aku yang merasa tidak cukup. Aku yang kecewa pada diriku sendiri.
-Lembang, 8 Juni 2025-
0 notes
sabirinasblog · 4 months ago
Text
Serigala yang Cemas
Serigala itu selalu memiliki kecemasan tentang bayi-bayi penyu dan tanggung jawabnya menjaga hutan setelah Singa. Ia khawatir jika taringnya akan menakuti bayi-bayi penyu, ia juga takut jika cakarnya suatu hari nanti akan menyakiti bayi-bayi penyu walaupun ia berusaha untuk selalu menyembunyikannya diantara bulunya. Lalu, ia cemas akan banyaknya tugas yang harus ia selesaikan dengan segera agar seluruh penghuni hutan sejahtera. Serigala merasa bingung apa yang harus ia lakukan terhadap bayi-bayi penyu dan hutan.
Ah, Serigala berpikir ia harus menjadi seperti Singa. Seekor pemimpin yang hebat dan kuat.
Setiap hari Serigala mengikuti apapun yang Singa lakukan. Bagaimana Singa menangani hutan dan tentunya menangani bayi-bayi penyu. Terkadang Singa lelah akan tugasnya menjaga hutan, sehingga ia menitipkan bayi-bayi penyu pada Kancil. Pun sama dengan Serigala, ia mengikutinya.
Lama-kelamaan Serigala ingin menjadi Singa. Sampai suatu hari Monyet menegur Serigala.
"Serigala, aku tahu kamu memiliki tanggung jawab setelah Singa. Tapi kamu adalah Serigala! bukan Singa! Warna bulumu berbeda dengan Singa, suaramu berbeda dengan Singa, bahkan kehebatanmu berbeda dengan Singa!"
Monyet melanjutkan ucapannya "Apa yang kau takutkan Serigala? Apakah tentang bayi-bayi penyu? Atau tanggung jawabmu untuk mengurusi hutan setelah Singa?"
Benak Serigala berkecamuk mendengar pernyataan serta pertanyaan Monyet. Kemudian Serigala menatap monyet dengan wajah yang rumit "Ya! Aku bukan Singa! Aku juga tidak bisa mengaum seperti Singa! Warnaku berbeda dengan Singa! Tapi..."
Serigala menunduk dengan sedih "tapi jika aku tidak seperti Singa, apa yang bisa aku lakukan untuk anak-anak penyu dan hutan ini?"
Monyet menghela napas panjang "Kau sudah melakukannya. Dengan taringmu kau melindungi anak-anak penyu dari pemburu, bahkan kau melindungi hutan ini di malam hari, yang dimana Singa hanya dapat melakukannya di Siang hari. Apakah kau tahu? Kau dan Singa adalah berbeda tapi saling melengkapi"
Monyet kemudian menyentuh cakar yang tersembuni diantara bulu-bulu serigala "Kau bahkan menyembunyikan cakarmu ketika berada di antara bayi-bayi penyu, mereka tidak akan tersakiti karena cakarmu"
Monyet terkekeh sebentar "Bahkan kau menyadari, kau tidak bisa mengaum seperti Singa. Tanpa mengaumpun kau tetap hebat Serigala. Percaya dirilah!"
Monyet menyentuh bulu-bulu Serigala "Kau memiliki bulu-bulu yang halus. Bayi-bayi penyu sangat nyaman denganmu. Percayalah!"
Melihat raut wajah Serigala yang seperti berpikir keras, Monyet memutuskan mengakhiri ceramahnya "Baiklah, sepertinya aku terlalu banyak bicara. Tapi yang penting kau harus tahu! Bahwa kau istimewa!"
kemudian Monyet pergi begitu saja dengan memanjat pohon ke pohon lainnya dengan lincah, membiarkan Serigala berpikir dengan kerumitan dirinya.
0 notes
sabirinasblog · 4 months ago
Text
Akhir Cerita: Cinta Palsu Seekor Rubah
"kalau begitu aku tidak akan menyangkal prasangka mu, kelinci. Karena aku adalah Rubah" Rubah menghela napas panjang dan terdiam sejenak memandang kelinci yang seperti kehilangan jiwanya
Telinga kelinci yang terus menjuntai ke bawah membuat Rubah memundurkan langkahnya sedih "Tapi, tidakkah kau merasa sedih karena sepi mu? Tidakkah kau merasa lelah kelinci? Tidakkah kau ingin menceritakan bebanmu yang selalu kau tanggung sendiri? Tidakkah kau sebenarnya…" Perkataan rubah tercekat. Ah, kelinci menolaknya.
Rubah tersenyum sendu "baiklah aku menyerah. Esok aku akan pergi ke utara melihat malam yang penuh warna. Kau tahu, langitnya memancarkan cahaya seperti jiwa yang menari, hangat, dan cantik. Langit malam yang indah. Sepertinya aku akan tinggal di sana bersama salju yang tiada hentinya"
Kemudian Rubah itu pergi meninggalkan kelinci dibawah malam bintang hutan barat. Kelinci membuka kepalan tangannya, yang ia tidak sadari sejak kapan ia mengepalkan tangannya. Ia kemudian menangis, entah menyesal atau tidak
-Cikole, 13, Februari 2025-
0 notes
sabirinasblog · 6 months ago
Text
Jika Aku Bisa Berbicara
“Aku tahu aku salah, aku juga merasa sedih dan menyesal. Aku hanya butuh waktu untuk memprosesnya. Bolehkah kamu memberikan kesempatan untuk aku menangis walaupun meraung?”
“Jika kau tidak tahan denganku, bolehkah aku pergi sebentar untuk berdiam diri dikamarku?
“Jika seperti itu, bolehkah aku memintamu untuk sedikit bersabar untuk tidak berbicara? Untuk tidak membuka paksa tanganku yang sedang menutup telingaku dan berteriak di sampinku. Karena aku mengerti aku salah dan aku bersedih karena itu” dan ucapan mu membuat kepalaku ingin meledak dan hatiku semakin sakit.
0 notes
sabirinasblog · 7 months ago
Text
Pohon Beringin di Taman Kota
Pohon beringin itu tumbuh dengan kasih sayang Tuhan. Suatu hari ia meminta untuk diberikan keistimewaan dengan memiliki mata dan telinga agar bisa mendengar dan melihat cinta dan kasih. Tapi entah mengapa ia lupa meminta diberikan mulut untuk berbicara.
Setiap hari ia melihat kisah cinta para manusia yang dimabuk asmara ataupun manusia yang kesepian karena tak mendapatkan cintanya. Para manusia itu senang sekali berteduh dibawah rindangnya dedaunan pohon beringin yang menambahkan kesan romantis ataupun sendu tergantung setiap perasaan manusia.
Suatu hari ia melihat seorang wanita yang bersedih dibawah rindang daunnya. Pohon beringin pun ikut merasa sedih karena ia tidak bisa menyenangkan wanita tersebut sebab ia tidak bisa berbicara.
Keesokan harinya ia melihat pria dengan wajah kecewa duduk di atas salah satu akarnya yang timbul dari tanah. Pohon beringin pun ikut merasa kecewa karena ia tidak bisa menghiburnya sebab tidak bisa berbicara.
Lusanya ia melihat seorang remaja yang marah dengan sebagian luka diwajahnya. Remaja itu menendang salah satu akarnya yang timbul sebagian dari tanah. Pohon beringin pun merasa kesakitan dan bertambah marah karena mengetahui ia tidak bisa mengungkapkan amarahnya.
Hal yang paling menyedihkan bagi pohon beringin adalah ia tidak lagi melihat cinta dibawah rindang daunnya dan ia tidak bisa berbicara tentang indahnya cinta. Karena sudah tak tahan, ia ingin meminta pada Tuhan untuk memberinya mulut agar bisa berbicara Namun ia mengurungkan keinginan tersebut ketika ia mendengar banyak caci maki dan sumpah serapah keluar dari mulut manusia yang dapat ia dengar dari telinganya.
Hati pohon beringinpun rasanya remuk. Betapa jahatnya lisan itu berbicara. Ia tidak mau seperti itu. Ia juga tidak ingin melihat dan mendengar lagi kebencian yang terus berlarut-larut. Kemudian ia meminta pada Tuhan untuk menghilangkan mata dan telinganya. Padahal pohon beringin itu masih ingin melihat, mendengar, dan berbicara untuk mersakan dan memberikan betapa indahnya cinta dibawah rindang daunnya.
Aah, apakah kaliah tahu? pohon beringin itu lupa jika tanpa perlu berbicara, melihat, ataupun mendengar ia telah memberikan dan merasakan cinta serta kasih dari rasa nyamannya yang ia bagi untuk manusia-manusia itu di bawah rindang daunnya .
-Cikole, 05 Desember 2024-
0 notes
sabirinasblog · 1 year ago
Text
Pak Tua
"Anak-anak itu mengacaukan halaman rumahku lagi!" Pak Tua itu menggerutu.
Pagi yang cerah, tapi tidak bagi Pak Tua. Setiap kali melihat anak kecil hatinya selalu menjadi mendung. Entah apa yang dipikirkan mendiang istrinya sehingga memperbolehkan anak-anak itu bermain dihalaman rumahnya.
Memandang keluar jendela dengan muka yang sangat masam. Ia kemuadia berjalan menuju luar rumah dengan tongkatnya, walaupun sedikit terpincang namun ia bisa berjalan dengan cepat. Ia tak sabar untuk mengusir semua anak-anak tersebut, tak peduli apakah mereka akan menangis dan mengadukan pada orang tua mereka. Selanjutnya, ia berencana akan menghilangkan semua pasir, balok kayu, dan ayunan yang ada di halaman rumahnya. Tidak, Pak Tua itu tidak peduli lagi walaupun itu semua merupakan peninggalan mendiang istrinya. Ia sudah cukup muak dengan anak kecil.
Dasar anak kecil yang nakal, menyebalkan, sangat menyulitkan, dan berisik!
Setibanya di halaman rumahnya, tiba-tiba seorang anak laki-laki dengan satu gigi susunya yang ompong tersenyum jahil berdiri dihadapan Pak Tua,
"Selamat pagi kakek! Wajahmu seperti kucing yang galak, apakah sudah mendapatkan sarapan mu Kek?!" Anak laki-laki itu terkikik lalu kembali berlari menjauh sebelum mendapatkan amukkan dari Pak Tua.
Namun, ternyata tidak sesuai dengan harapan si anak laki-laki itu. Pak Tua justru termenung,
"Selamat pagi sayang! Apakah berita di koran itu membuat wajahmu seperti kucing yang galak? Aku harap kamu segera mengisi perutmu dengan sarapan sebelum wajahmu berubah menjadi gorila!"
Anak itu mengingatkannya dengan mendiang istrinya. Kemudian ia menghela napas panjang, memandangi halaman rumahnya.
"Baiklah, kali ini akan ku biarkan kalian bermain di halaman rumah ku, tapi tidak untuk besok!" Pak tua itu menggerutu kembali tanpa ada yang mendengar. Tapi, entah hari "esok" itu kapan, karena esoknya anak-anak itu masih tetap bermain. Begitupun dengan hari-hari berikutnya.
0 notes
sabirinasblog · 1 year ago
Text
“Tolong selamatkan aku!” Katanya
Seekor Singa meminta diselamatkan pada seekor kancil. Entah apa yang harus Kancil itu selamatkan, ia pun bingung. Faktanya, semuanya bertentangan dengan pikiran si Kancil. Mencoba memahami Singa tapi ia sendiri tidak paham akan diri sendiri. Terasa bingung akan dunia. Kancil selalu berpikir bahwa semua hewan menganggap dirinya sebagai yang tak berguna, Kata penulis ia adalah seekor pencuri di ladang pak tani; Ia juga diceritakan seorang yang licik pada gajah; dan… ah, ia juga diceritakan sebagai seekor hewan yang sombong. Jadi apa yang Singa harapkan darinya?
Suatu hari Kancil tertidur cukup lama, ketika menjelang tengah hari Kancil pun terbangun. Rasa panas matahari menyengat hingga mengeringkan sebagian tanah terbuka di hutan. Tapi hati Kancil terasa mendung, ia menunduk sembari berpikir. Semua hewan mengerjakan tugasnya. Singa ditugaskan menjadi raja hutan, ia memiliki kendali sepenuhnya akan hutan dengan segala bentuk dan persona hewan-hewan di hutan tersebut. Serigala memiliki peringkat kedua setelah Singa, jika singa tidak ada maka serigala yang akan menangani. Lalu, Burung ia bertugas memantau dan menyediakan apa yang diperlukan setiap hewan di hutan. Sebenarnya terdapat Gajah dalam hutan tersebut, ia yang paling kuat serta besar diantara hewan yang lain. Namun Gajah selalu bermigrasi sehingga tugasnya kadang tidak sampai tuntas.
Semua hewan melakuan pekerjaan yang mereka inginkan. Kecuali si Kancil, ia mendapatkan tugas yang tidak ia sukai dan tidak ia mampu. Salah satu tuga yang Kancil tidak mampu yaitu, menjaga empat anak penyu. Tugas yang sangat membigungkan dan membuat Kancil cemas. Kapan tugas itu selesai? Di siang hari? sore hari? atau malam hari? jika Singa dapat memerintahkan semua orang di pagi hari, maka tugas itu akan selesai di tengah hari atau sore. Jika Singa tidak ada maka jelas Serigala akan menggantikan. Jika burung sudah memberikan apa yang dibutuhkan hewan maka jelas tugasnya selesai. Sementara 4 bayi penyu sangat memusingkan. Ketika sudah makan mereka akan meminta bermain, ketika sudah berenang mereka akan meminta bermain, ketika sudah tidur mereka akan meminta bermain. Setiap harinya kancil selalu merasa cemas melihat bayi Penyu, Singa, dan Serigala.
Suatu hari, Singa mengajak bermain keempat anak Penyu berenang. Singa kelabakan, satu diantara anak penyu menangis dan hampir membuat beberapa diantara anak penyu terlantar. Kancil sedikit tertawa dalam hati, mungkin singa merasakan apa yang kancil rasakan. Ternyata tidak, singa tetap memerintahkan ini dan itu pada kancil untuk para bayi penyu.
Suatu hari serigala yang menemani bayi penyu berenang, kemudian singa mengatakan pada burung “Temanilah Serigala wahai Burung. Aku takut Serigala akan kerepotan”
Kancil merenung mendengar perintah Singa. Apakah Singa pernah berpikir seperti itu terhadap Kancil?
Singa hanya mengatakan “Aku tidak bisa menjaga anak Penyu, yang bisa hanya kau Kancil�� tanpa mendengar penjelasanku, singa terus saja berbicara tanpa mendengarkanku atau seolah-olah mendengarkanku.
Suatu hari dengan berat hati kancil melakukan tugas yang ditinggalkan oleh gajah yaitu membersihkan hutan dan menyirami air pada seluruh tanaman di hutan. Ah, apakah kalian masih ingat  Kancil memiliki tugas yang ia tidak sukai. Sementara semua hewan mengerjakan tugas yang mereka pilih, namun hanya Kancil yang tidak bisa bersuara.
Walaupun begitu, kemarin Kancil menuntaskan tugasnya menyirami pohon dan membersihkan hutan. Namun, karena tugas yang tidak jelas, maka itu tak dihitung dimata Singa.
Singa meminta diselamatkan pada hewan yang salah!
-Subang, 3 April 2024-
0 notes
sabirinasblog · 1 year ago
Text
Malam yang Penuh Umpatan
Aku menunggu di sebrang gang menuju rumahku. Hampir 4 jam aku duduk di depan sebuah kios yang sedang tutup tersebut. Cahaya langit sudah menghilang dari pandangan digantikan dengan gelap. Tapi, tak apa, Ibuku bersama kakakku sudah berjanji untuk menjemput ku di sini, aku sangat senang. Walaupun jika aku mau, sebenarnya aku bisa berjalan menuju rumahku dari gang tersebut, jaraknya sangat dekat, hanya akan memakan waktu 25 menit.
Dengan beralasan banjir, aku meminta mereka menjemputku. Yah, walaupun banjir tersebut hanya sebatas mata kaki.
Mereka menjawab "Iya, tapi ini masih jauh"
Aku balas tak masalah, setidaknya aku dijemput.
Namun rasanya aku lelah menunggu. Beberapa orang di pangkalan ojek menatapku dengan prihatin tapi menurutku itu menyebalkan. Setelah satu jam lagi aku menunggu, rasanya hatiku memanas, tenggorokan ku sakit, namun aku tak ingin menangis. Aku sudah besar, umurku sudah 13 tahun.
Aku beranjak dari kios tersebut dan berjalan menuju gang ke arah rumahku. Jalannya berlumpur dan banyak sekali kubangan air bekas banjir. Satu mobil dari arah berlawanan melaju cepat melewati kubangan-kubangan sehingga menciptakan semburan air yang mengenai baju seragam dan wajahku.
"Sial!" Aku mengumpat untuk pertama kali setelah sekian lama hilang dari kebiasaanku
Aku berusaha mengelap wajahku dengan tangan tanpa memperhatikan jalan yang aku susuri. Namun tiba-tiba aku tersandung pada salah satu kubangan tersebut.
"Sial!! sial!!! sial!!!" Aku mengumpat lagi dengan pelan namun kali ini aku lebih banyak mengumpat.
Seluruh badanku terasa sakit disebabkan benturan pada aspal yang tak rata. Kemudian aku mencoba berdiri sebelum seseorang membantuku. Jika ada, rasanya itu lebih menjengkelkan daripada terjatuh dari kubangan. Aku tak ingin terlihat menyedihkan.
Setelah aku berdiri, aku memandang ke arah sepatuku
"Sial! kali ini lebih sial!" Aku mengumpat lagi. Sol sepatu kananku lepas sebagian, menyebabkan sepatuku menganga lebar.
Aku melirik sekitar. Huft, sedikit lega karena tidak ada siapa-siapa. Aku kemudian melanjutkan jalan menuju rumah dengan terpincang menahan rasa sakit dan sepatuku yang tidak nyaman.
-Subang, 23 Maret 2024-
0 notes
sabirinasblog · 1 year ago
Text
Mengapa pergi dengan kenangan yang pahit?
Aku menangis kembali, mungkin kali ini lebih lama. Aku menangis dengan kencang, hatiku sangat sedih. Ibuku mengabaikanku lagi entah pergi kemana, bagaikan ia tidak siap dengan perannya. Aku bingun dengan perasaanku, aku sedih, tapi aku marah, aku juga tak ingin berhenti dengan tangisku.
"Yuuk jajan" katanya. aku mengankat tanganku meminta untuk pindah kepangkuannya.
"Emang punya uangnya?" tanyaku pada bibi sembari tersengguk
"Yaah, kalau gak ada kita nganjuk (berhutang)" balas bibi sedikit tertawa. Pada akhirnya aku mengangguk sedikit ragu.
Aku membeli sebatang coklat berbentuk payung, harganya lima ratus rupiah. Aku juga melihat ia membayarnya dari uang yang ada di sakunya.
Suatu hari ia kabur dari rumah membawa banyak uang dan meninggalkanku di rumah yang begitu dingin ini. Aku membencinya, jika suatu hari aku bertemu dengannya aku akan memarahinya, "kenapa bibi ninggalin aku!"
-Subang, 1 Maret 2024-
0 notes
sabirinasblog · 2 years ago
Text
Sepi yang Berisik
Waktu sebentar lagi menunjukkan tengah malam. tak ada bintang di langit, namun rasanya langit sedikit cerah, mungkin karena polusi cahaya ditengah hiruk pikuk kota ini. Suara gaduh alat musik saling bersahutan mengalunkan suara yang sumbang bermaksud untuk menghibur, tapi memekakkan telinga. Gerungan suara-suara kendaraan ditengah lampu merah menandakan betapa sibuknya kota ini. Aah, kemana mereka akan pergi? Apakah mereka akan pulang? Siapa yang mereka tunggu? Apa yang mereka nantikan?
Menatap kembali ke arah langit yang cerah, lalu menarik napas panjang menghirup sebagian polusi yang ada di kota. Aah, paru-paru ku sedikit berat. Kosong rasa di hati sedikit menyakitkan dada. Apakah besok akan seperti ini lagi? Menanggung kesepian yang tak berarti? Lampu hijau menyala, menandakan hari esok yang harus ditempuh ditengah ramai kota dengan rasa sepi yang bising.
-Bandung, 15 Desember 2023-
0 notes
sabirinasblog · 2 years ago
Text
"Sepasang Kelinci"
Sepasang kelinci berwarna putih dan hitam itu sedang memakan wortel kering pemberianku dengan lahap. Aku tertawa bersama seorang anak laki-laki disampingku, suara tawanya melengking tanpa bisa ia kendalikan atupun ia sadari. Aku menutup telinga tanda terganggu "Langit, berisik!! " Langit tidak menyadari peringatanku, ia terus tertawa memandang kelinci-kelinci tersebut. Akhirnya aku mendorongnya sampai terjungkal. Dengan keras aku mengatakan,
"LANGIIT, BERISIIIK!!"
Sontak Langit terkaget, raut wajahnya terlihat panik, ia melambaikan tangannya padaku mencoba menjelaskan sesuatu yang tak bisa dipahami orang lain, tapi aku mengerti. Ia terus mengatakan "maaf" dengan tidak jelas, lalu membujukku untuk bermain kembali dengan sepasang kelinci tersebut. "Yuk, yuk, yuk" Ia menarik tanganku untuk menggapai kelinci tersebut. Aku mendorongnya kembali sampai terjungkal. Akhirnya Langit menangis, suaranya melengking dengan keras mengganggu pendengaranku. Aku menutup telinga, lalu berlari menuju rumah.
Aku mengurung diri di kamar, aku jengkel pada Langit. Mengapa aku memiliki teman yang tak bisa bicara dengan jelas. Kata orang ia tuli dan itu sangat menjengkelkan. Aku ingin memiliki teman yang normal.
Esok hari, aku menemukan salah satu kelinciku mati. Hatiku sangat sedih, Bibi langsung menguburkannya di halaman. Hari menjelang sore aku enggan pergi dari kuburan kelinciku. Langit tidak datang, biasanya ia menghibur ku, ia akan menyanyikan sesuatu yang tidak jelas dan sekilas aku tak mengerti. Walaupun terkadang aku kesal mendengarnya, tapi sekarang aku rindu. Bibi menghampiriku agar aku masuk ke dalam rumah, yaah beliau sedikit memaksa karena aku tak mau untuk meninggalkan kelinci tersayangku.
Di pagi hari, aku menghampiri rumah Langit sembari menggendong salah satu kelinciku yang masih hidup, niat hatiku untuk meminta maaf dan memberikan kelinci ku untuk diajaknya bermain. Aku mengetuk jendela kamarnya. Ku lihat Langit sedang bermain sendirian dengan mainan karakternya. Ia mengabaikan ku. Ah, mungkin ia tidak dapat mendengarkan ku. Aku mengetuk kembali jendela kamar Langit berharap setidaknya ia bisa menyadari kehadiran ku. Aku terus mengetuk jendelanya sampai lelah. Dan akhirnya aku menyadari bahwa ia betul-betul mengabaikan ku dengan sengaja. Rasanya sedih sekali.
Sebelum aku menangis dengan keras, Langit menyadari raut wajahku yang ingin menangis. Dengan segera ia membuka jendela kamarnya dengan susah payah.
"Iyha, Iyha, inhi dhibhua" katanya. Aku langsung melemparkan kelinci ku ke arahnya karena merasa kecewa. Aku berlari ke rumahku dengan tangisan yang keras.
Esok sore, Langit datang ke halaman rumahku dengan beberapa luka di wajah, sikut, dan lutunya. Ia membawakanku seekor kucing liar berwarna putih dengan corak hitam. Ketika itu, aku sedang bermain pasir sendirian di halaman rumah. Ia terus mengatakan 'Laras-maaf' secara terus menerus padaku. Aku menoleh kearahnya dengan wajah galak, ia terus membujukku dengan kucing tersebut. Kemudian ia menaruh kucing itu diatas pangkuan ku. Ia menangkup pipi ku dengan mata yang berbinar 'yah, maaf yah, Laras, maaf yah'.
Ah, ia tahu aku begitu mencintai hewan. Baiklah aku harus memaafkannya. Kemudian ia menjelaskan ku mengenai kelinciku yang mati setelah aku lempar. Aku sangat sedih dan merasa bersalah, tapi Langit menyanyikan aku sebuah lagu yang aku tak tahu lagu apa yang ia nyanyikan. Tapi setidaknya itu sangat menghibur dibandingkan aku harus menangis sendirian.
Lusa ia pindah tanpa mengabariku. Aku menangis dan marah pada Langit. Hingga aku beranjak dewasa sampai wajahnya hampir kulupakan aku tak pernah bertemu dengannya kembali. Aku berharap ia bahagia dan menemukan kebahagiaannya.
-Bandung, 5 Oktober 2023-
0 notes
sabirinasblog · 2 years ago
Text
POHON JAMBU
Pohon jambu itu sangat tinggi, di dahannya tergantung banyak buah yang sudah matang. Sayang sekali aku takut untuk mengambilnya, dahannya yang lebar dan menjulang membuatku sedikit pusing ketika membayangkan untuk memanjatnya, aku terlalu takut ketinggian. Tapi kali ini aku berani mendongak keatas demi melihat Salih yang sedang memanjat pohon berusaha menggapai satu jambu terbaik di salah satu pucuk pohon tertinggi. Ah, betapa beraninya Salih, aku kagum kepadanya. Apakah boleh anak berumur delapan tahun jatuh cinta pada seorang yang satu tahun dibawahnya? Ah, entahlah mungkin tidak ada yang percaya karena kami 'masih kecil' katanya.
yess! aku terperanjat senang dalam hati, akhirnya Salih mendapatkan jambu itu!
"Nih, Ayu!" Salih melemparkan jambu itu berniat untuk memberikannya. Bukan. Bukan padaku, pada Ayu si cantik adikku. huh, baiklah mungkin Salih akan memberikan jambu lain padaku. Tidak apa, walaupun aku sangat iri pada Ayu.
Aku mendongak ke atas kembali memusatkan perhatian pada Salih yang sedang tersenyum lebar pada Ayu yang berada di bawahnya hingga deretan gigi susunya terlihat, walaupun ada beberapa yang ompong. Aku kembali tersenyum melihat Salih kembali mecoba menggapai jambu lainnya. Ah, pasti ini untukku.
Ternyata tidak, Salih memakan untuk dirinya sendiri. Baiklah, kali ini aku marah.
"Saliih! Mana untuk Linda?!" aku menghentakkan kakiku kesal.
"Gak adaa, belum matang semua!" ia terus memakan jambu itu dengan lahap di atas pohon tanpa memedulikanku. Aku terus merajuk hingga ia memberikan seperempat jambu bekas gigitannya kepadaku. Tapi aku tetap senang karena Salih yang memberikannya kepadaku. Hingga menjelang usiaku lima belas tahun aku menyadari bahwa buah jambu Ayu lebih istimewa dibandingkan seperempat buah jambuku.
-Bandung, 11 September 2023-
0 notes
sabirinasblog · 2 years ago
Text
Rumah Tua Berkarat
Rumah tua berkarat
Apa yang akan engkau rencanakan?
Sudah jadi puing terlupakan,
Tapi pernah jadi kehangatan,
Sementara sedih saling berjabatan.
Rumah tua berkarat
Apa yang akan engkau pegang?
Malam semakin bengis, apalagi siang.
Lupa rasanya disayang,
Sementara teras bersama ilalang.
Rumah tua berkarat
Siapa yang akan engkau dengar?
Angin pun semakin sangar,
Lalu mendesau melewati pagar,
Sementara suaranya semakin pengar.
-Subang, 2 Oktober 2020-
6 notes · View notes