Tumgik
salsabilabelaa · 16 days
Text
Keyakinanmu bukan Keyakinanku
Perasaanmu adalah tanggung jawabmu. Dan aku nggak perlu merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain. Harusnya aku nggak merasa kecil dan jadi tidak percaya diri.
Agaknya lucu karena ternyata kejadian "traumatik" 5 tahun lalu masih ada jejaknya di masa sekarang. Aku kira kita bisa belajar dan bertumbuh dari kejadian itu aja tanpa perlu mengingat-ingat sakitnya. Ternyata, itu masih jadi titik lemahku.
"Bersamamu kita akan jalani semua, jangan takut untuk melangkah bersamaku," rasanya ingin ku ulang-ulang selalu untuk mengungkapkan perasaanku. Karena dibandingkan dengan orang lain, entah kenapa aku jadi mengerdil dan haus validasi. Padahal, kapasitas dan kapabilitasku kan nggak ditentukan sama performa orang lain.
Aku tau aku hanya perlu jadi katak tuli dan melakukan yang terbaik seperti biasa. Tapi, agaknya memang lebih dewasa bila aku mengakui perasaan yang mengganggu ini dan menerimanya. Aku juga masih perlu belajar dan akan terus berbenah untuk jadi lebih baik dan lebih bisa diandalkan. Kayaknya, kedepannya bila perasaan ini masih menganggu, aku juga nggak boleh minta maaf karena apa salahku kalau orang lain memang begitu bersinar? Yang salah kalau aku jadi merasa kecil dan nggak berusaha, kan?
Belajar dari kejadian sebelumnya, aku nggak akan berusaha mati-matian untuk membuat orang lain yakin kemana arah kapal ini akan melaju. Mari sama-sama menjadi dewasa dengan bertanggung jawab atas perasaan masing-masing. Tinggal kita jalani saja dengan sadar dan bertanggung jawab atas peran yang harusnya kita ambil.
 مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ۝٣
Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu. (Q.S. 93:3)
Tumblr media
1 note · View note
salsabilabelaa · 5 months
Text
Orang-orang Lemah
Aku tau kayaknya hatiku penuh atas segala emosi yang ada di dalamnya. Aku juga tau kalau pulang memang jadi jawaban yang rasanya paling tepat. Aku tau.
Tapi aku nggak tau ternyata chat dari Mbak Lusi bisa membuatku tersedu-sedu saking terharunya. Memang benar orang word of affirmation itu orang-orang yang lemah. Dikasih kata-kata aja udah baper. Cuma aku nggak menyangka aku selemah ini. Huh, menyedihkan.
0 notes
salsabilabelaa · 5 months
Text
Puncak
Terkadang aku nggak tau apa yang terjadi dalam hidupku karena rasanya dia berjalan begitu cepat. Bisa jadi hawa kota Jakarta yang serba cepat yang membuat otakku jadi rumit karena terlalu cepat memikirkan banyak hal. Apa sih yang dikejar?
Hari ini aku rapat lagi bersama Kak Zahra. Menata ulang kehidupan yang berantakan, salah satunya. Dalam segala dinamika proses kehidupan Busdev yang kita jalani bersama, kita sama-sama sadar kita banyak bertumbuh. Dan hal yang paling menyenangkan dari bertumbuh adalah memiliki orang lain yang sama-sama bertumbuh. Melihat orang bertumbuh itu sangat membahagiakan.
Proses pertumbuhan biasanya disertai ketidaknyamanan. Karena dia membuat kita mengeluarkan segala daya upaya untuk bertransformasi, bertumbuh. Kami kebetulan ditakdirkan melalui proses yang sama. Dan beginilah hasil pertumbuhannya. Lucunya, aku suka bertanya-tanya ketika melihat orang lain di kondisi yang sama, kenapa nggak berusaha bertumbuh juga dengan usaha yang sama?
Aku sadar pasti nggak benar-benar 100% sama, tapi 11-12 lah. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kita harusnya nggak menilai performa orang lain dari performa kita. Jangan menilai saya berdasarkan perilaku orang lain, kalo kata Abah. Titik awal tiap orang itu berbeda, wadah tiap orang untuk bertumbuh juga berbeda, pengali orang untuk bertumbuh juga berbeda.
"Dari segala hal yang udah kulewati aku jadi sadar kalau ternyata kita bukan anak kecil lagi."
Tanggung jawab. Keputusan. Konsekuensi. Makanan sehari-hari.
Aku bersyukur sudah futsal hari ini. Dadaku nggak sepenuh kemarin. Tapi kepalaku jadi makin sakit. Mari kita tidur.
0 notes
salsabilabelaa · 6 months
Text
Cinta
Aku habis nonton film Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Sedikit spoiler.
Dari filmnya, aku jadi makin tau jatuh cinta itu nggak kayak di film-film. Mungkin karena makin dewasa, kita makin tau mana porsinya perasaan mana porsinya logika. Aku ini nggak anti-cinta. Aku juga ngerasain geli di ujung jemari kaki dan kupu-kupu aneh di perut kalo lagi jatuh cinta. Kayak cerita-cerita cinta manis anak remaja.
Tapi, mengutip kalimat di film, "romansa itu adanya di kepala kita aja." Surpraisingly, bener. Kita selalu bisa meromantisasi kejadian yang sebetulnya biasa aja pas der kejadiannya. Kemampuan meromantisasi ini sih yang menurutku bisa jadi cara untuk memupuk cinta. Maksudnya balik lagi, romansa itu adanya di kepala kita aja. Tergantung persepsi kita melihat sesuatu. Mungkin karena itu akhirnya teori love language itu berlaku.
Contoh. Orang yang love languagenya seneng dapet act of service, bisa baper cuma perkara diturunin injekan kaki penumpang pas boncengan naik motor. Padahal buat yg nurunin injekannya itu ya gitu doang. Biasa aja. Tapi jadi baper karena di kepalanya, nurunin injekan motor itu bentuk perhatian yang romantis banget.
Intinya, aku makin yakin kalau cinta itu kata kerja. Bukti kita cinta itu dengan melakukan sesuatu. Sejungkir balik apapun kita mencintai seseorang, belum tentu dia akan merasa dicintai kalau dia nggak mempersepsikan segala rupa bentuk cinta yang udah kita kasih adalah cinta. Dan begitu pula sebaliknya. Hal biasa yang dilakukan orang lain tanpa maksud apapun, bisa kita maknai sebagai bentuk cinta kalau kita mempersepsikannya begitu. Semua adanya di otak kita aja.
Makanya, menurutku soal cinta itu nggak selalu akan resiprokal. Mencintai itu beda bab dengan merasa dicintai. Banyak juga cerita-cerita orang yang punya hubungan sehat dengan pasangan halalnya yang masih sering tanya, "kamu sayang nggak sama aku?" Bukan berarti pasangannya nggak cinta, bisa jadi karena orang ini nggak merasa dicintai dengan cara yang diinginkan. Terus kalo dijawab, "sayang kok," bakal ditanggepin, "nggak keliatan tuh." Haha. Cintoh kasusnya ini ditemukan dari video-video yang berseliweran di tiktok.
Kesimpulannya, cinta itu kata kerja. Jatuh cinta itu dipersepsikan oleh otak kita yang akhirnya bisa memacu segala reaksi dalam tubuh kita. Makanya mungkin itu kenapa akhirnya di kajian cinta-cintaan, perempuan banyak diminta membentengi hatinya (dulu aku kesel karena kajiannya banyakan tema untuk perempuan, kenapa yang laki-laki ga ada kajian buat ga caper gitu). Soalnya, jatuh cinta itu gampang kalau kita udah "bukain pintunya". Terus muncul lah cabang-cabang pemikiran, "kayaknya dia kok baik banget ya," "apa aku suka sama dia ya?" "kayaknya dia suka deh sama aku," "kayaknya kita sefrekuensi sih," "nyambung banget ya kalo ngobrol sama dia," dan sebagainya dan sebagainya dan dor begitulah celah-celah terbuka untuk setan masuk.
Hahahaha. Kayaknya, aku emang ekstrem kanan kalo soal ini. Perkara interaksi yang akhirnya muncul nggak berdasarkan kebutuhan. Sotoy banget anak orang ini ngomongin soal cinta. Padahal degdegan dan kepikiran juga kalo emang lagi dikasih ujian jatuh cinta.
Semoga aku nggak berstandar ganda soal interaksi dan jatuh cinta ini. Dan semoga Allah selalu melindungi orang-orang yang lemah karena jatuh cinta.
2 notes · View notes
salsabilabelaa · 7 months
Text
Naik Turun
Senangnya dengan adanya tumblr yang archieve-nya bisa di-scroll adalah flashback kejadian masa lalu yang udah tersimpan ini. Selalu merasa bersyukur dengan diriku di masa lalu yang melakukan hal-hal yang membantuku di masa sekarang. Kayak, alhamdulillah banget dulu aku kepikiran itu jadinya sekarang nggak sesulit itu karena udah ada awalannya.
Aku sedang berpikir lagi pertanyaan yang dulu sering aku lontarkan. Kenapa ya orang tuh bisa berubah jadi lebih buruk? Kenapa nggak terus baik aja gitu? Kayak, kasian gak sih kalo terus jadi buruk dan berakhir buruk? Terus kalo udah nggak ada hal baik lagi dalam dirinya, keburukannya bisa jadi seburuk apa?
Tapi aku kayaknya baru dapet jawabannya. Kita bertumbuh itu memang bisa jadi soal fokus. Apa ujungnya yang bisa mendorong kita menuju ke sana? Kalo nggak ada ujungnya, ya nggak fokus. Main dulu, haha hihi dulu, dsb.
Selain itu, bisa jadi memang kita sedang berfokus aspek yang lain. Sehingga aspek yang kita sudah tumbuhkan, jadi nggak bertumbuh lagi karena kita sedang fokus menumbuhkan yang lain. Nggak seribet itu. Tapi soal kehidupanku ternyata hal-hal yang dulu nggak aku pikirkan bisa lakukan, ternyata bisa juga. Hal-hal baik yang aku lakukan dan fokuskan malah nggak aku lakukan lagi. Sedih, tapi memang ini jadi reminder banyak hal yang dulu pernah aku lakukan dan bisa senantiasa kutumbuhkan.
Kesimpulannya, pertumbuhan manusia menurutku memang bisa naik dan turun. Tapi, aku percaya, kalau ditarik jauh dari awal sampai ujung, grafiknya akan naik. Ketenangan itu bersumber dari keyakinan, maka yakinlah.
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Curcol
Tumblr media
Oh, why can't we for once say what we want, say what we feel?
Oh, why can't you for once disregard the world and run to what you know is real?
Kayaknya betul soal kesulitan mengungkapkan perasaan dipengaruhi dari kesiapan lingkungan menerima perasaan kita. Manusia nggak suka dengan penolakan, makanya seringnya ditelen sendiri. Tapi, kayaknya soal memahami perasaan dan mengurainya serta mengungkapkan kebutuhan kita juga bagian dari proses pendewasaan. Orang lain bukan cenayang dan kita kayaknya nggak akan sanggup kalau terlalu menyimpan banyak sudut gelap di dalam hati yang nggak pernah diungkapkan.
Tumblr media
knp orang bisa so sweet sekali??
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Perasaan
Kayaknya, aku emang nggak expert soal ini. Haha baru nulis kalimat pertama aja udah menetes ini air mata. Aku sangat paham bahwa perasaan manusia itu valid dan benar adanya. Hanya saja sepertinya aku terlalu terbiasa untuk merasa nggakpapa kalau itu terkait perasaanku. Haha kenapa jadi makin menjadi-jadi menetesnya.
Aku habis nonton video orang-orang di tiktok yang pakai sound mengapa bintang bersinar. Banyak yang cerita soal kisahnya sekarang begini karena dulu begitu dan segala macam. Itu yang membuat aku sadar kayak, wah ternyata semua orang ingin perasaannya yang nggak pernah diomongin atau bahkan nggak mampu dia deskripsikan dan ungkapkan itu tervalidasi--seenggaknya sama dirinya sendiri.
Aku nggak pernah heran dengan orang yang mood-nya turun atau tiba-tiba nggak semangat pas bareng-bareng karena aku paham soal perasaan orang lain itu valid. Paling aku akan memastikan apakah aku turut andil dalam perubahannya itu. Defaultnya aku selalu memberi ruang pada orang lain ketika energinya terlihat mulai memengaruhi orang lain.
Setelah dipikir-pikir lagi, kenapa aku melakukan itu karena ketika jadi sudut pandang orang pertama pelaku utama, aku selalu membereskan perasaanku sendiri. Aku nggak mau perasaanku jadi memengaruhi orang lain. Bukankah seharusnya sebagai orang dewasa aku mampu untuk mengelolanya?
Tapi sepertinya itu malah membuatku jadi memendam perasaanku sendiri. Ternyata perasaanku juga butuh divalidasi--terlebih sama diriku sendiri. Oh, ternyata aku juga capek ya. Boleh kok merasa nggak nyaman. Nggak harus mikirin orang lain terus lho. Kamu sendiri nggakpapa?
Kayaknya emang aku sudah berjalan terlalu jauh. Sudah saatnya pulang dan mencari tempat berteduh.
Emang boleh sedewasa ini?
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Resriprokal
Kita bisa menyampaikan sesuatu adalah bab berbeda dengan orang lain bisa memahami apa yang kita sampaikan.
Kita merasa dekat dengan orang lain dan orang lain merasa dekat sama kita itu bab yang berbeda.
Kita mencintai orang lain adalah bab yang berbeda dengan orang lain merasa dicintai kita.
Kita merasa nggakpapa dan kita beneran nggakpapa itu juga bisa jadi hal yang berbeda.
Nggak semua hal resriprokal seperti yang kamu pikirkan.
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Duduknya Tenang, Pikirannya sedang Berperang
Ini setengah satu. Kemarin malamnya aku baru sampai Depok lagi dari Tegal jam setengah tiga. Terus lanjut jam tujuh di Enef. Menjelang siangnya sudah dipastikan aku menguap-nguap di samping Kak Zahra dan bilang ingin tidur di jam sebelum dzuhur. Tapi, aku jadi ikut tegang melihat Kak Zahra yang tak bersuara. Walaupun setelahnya dia ketawa-tawa dengan gaya santainya yang sebenarnya sok tenang itu.
Setelah mengerjakan huru-hara dan memastikan alur hidup ini berjalan lancar, aku ke Enef juga siangnya buat evaluasi bulanan. Dan terjadilah kantuk tak tertahankan yang menyerang. Aku nggak tau kondisiku udah kayak apa, tapi aku juga nggak tau kenapa orang-orang kalau ngomong suka pelan dan lambat. Intinya, sepertinya aku cukup mengenaskan. Tapi, aku berusaha menanggapi semua obrolan di rapat itu supaya aku nggak mengantuk.
Setelahnya, aku makan ayce bersama warga-warga baru yang disambut. Seru. Dan tentu saja daging. Kukira pulangnya aku akan langsung mengantuk, nyatanya ada ina inu yang muncul, mulai dari air sampai aku juga nggak tau apa sih. Tiba-tiba udah jam sebelas.
Ini hampir jam satu. Bukannya aku tidur, aku malah mengide membereskan semua hal yang jarang kusentuh di kamarku. Penataan ulang. Aku jadi tau ternyata minyak beruangku ada di kotak putih. Padahal kemarin-kemarin kucari setengah mati dan aku nggak kelihatan dia ada di sana. Hiks.
Harusnya aku mengerjakan apa-apa yang aku janjikan. Tapi, nggak tau juga. Kenapa sih waktu cepat sekali berlalu? Boleh nggak aku memaknainya dan memeluknya lebih lama?
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Jiwa yang Bersedih
Dua hari ini playlistku cuma satu lagu yang kuputar terus menerus. Tadi aku sampai chat ilsa aku jadi paham di tengah-tengah kerja bisa tiba-tiba galau gara-gara denger lagu pake headset. Emang paling bener karaoke masal.
Aku paham hati manusia bisa berubah-ubah. Obrolan sore bareng vandri sukses bikin aku nggak jadi pulang padahal udah pamit ke seluruh sudut kantor. Rasanya banyak hal yang nggak ideal dan manusia terlalu banyak keinginan. Tapi, kayaknya emang rasa sayangku saat ini masih jauh lebih besar. Cinta itu nggak masuk akal bagi yang nggak merasakannya.
Di sisi lain, ketika keraguan untuk melangkah ini menyeruak, rasa-rasanya keyakinanku atas takdir-Nya dipertaruhkan. Ketenangan itu bersumber dari keyakinan. Aku jadi pusing sendiri ketika aku meragu, padahal janji-Nya adalah keniscayaan.
Aku juga nggak tau ke depan akan gimana, tapi rasanya semua bisa terlalui bila kita yakin tiap langkah ini bersama Allah. Aku sadar sih tertampar realita sukses mengakselerasiku jadi semakin dewasa. Tapi, aku nggak mau nggak bisa bebas bermimpi karena terbebani oleh realita.
Menangislah, kan kau juga manusia. Mana ada yang bisa berlarut-larut, berpura-pura sempurna?
0 notes
salsabilabelaa · 9 months
Text
Flash Rechap
Benar adanya obrolan bersama Ainul perkara kesepian. Padahal aku sudah melewati masa-masa kelam titik terendah ekstrovert ku yang menjadi introvert waktu itu. Di titik ke"baik-baik saja"anku yang sekarang, kukira aku nggak sebegitunya jadi mellow soal pertemanan duniawi ini.
Mungkin ini juga kegembiraan yang bertubi-tubi soal berkumpul dengan orang-orang yang penuh energi lalu sekarang aku menyerap energi kehampaan dan kesendirian. Jadinya hatiku nggak terbiasa. Padahal kita juga mati sendirian.
Di sisi lain, aku sebetulnya sangat bersyukur dengan segala hal yang terjadi. Kayaknya aku jadi lebih mindful sama orang-orang di sekitarku. Walaupun orang silih berganti hadirnya dalam kehidupan ini, tapi selalu ada cerita ketika kita memang mau melihat dan mendengar lebih jauh. Bisa juga kejauhan. Aku nggak tau ya kenapa orang yang dari dulu di sekitar kita tapi kita malah baru jadi deketnya sekarang. Atau orang yang dulunya deket tapi sekarang karena udah selalu di sekitar kita malah jadi ga begitu deket. Rumit sih kehidupan ini kalo emang dipikirin terus-terusan.
Terus, karena tiba-tiba ngomongin tumblr, aku jadi baca tulisan-tulisan di sini lagi. Padahal jaraknya cuma 6-7 bulan, tapi kerasa banget perbedaannya. Ujiannya, perasaannya, kehidupannya. Aku juga nggak tau sih di titik apa sekarang ini berdiri. Cuma dari jatuh-bangunnya, ketawa-nangisnya, capek-serunya, grafik pertumbuhanku sepertinya arahnya ke atas. Walaupun naik 1 persen turun 2 persen, naik dua persen turun 1.5 persen dan seterusnya, aku tetep yakin akumulasinya masih positif.
Aku nggak menyangka juga pada akhirnya aku mencapai milestone saat ini. Critical thinking dan creative thinking biasanya nggak berani aku hadapi. Tapi seiring berjalannya, panjang juga uneg-uneg yang kusampaikan di bottom up survey. Banyak juga yang akhirnya terdengar dan terwujudkan. Aku sangat memahami diriku yang sedari awal bukan tim yang iya-iya aja. Tapi aku juga memahami diriku belum bisa jadi orang yang berani berdiri sendiri di jalan yang berbeda dengan mayoritas orang lain dan menyuarakannya dengan menggelegar walaupun tujuannya untuk kebaikan bersama. Soon, kita menuju ke sana.
Alhamdulillah alaa kulli haall, nggak akan terjadi semua hal ini kalo nggak atas izin Allah.
Tumblr media
0 notes
salsabilabelaa · 10 months
Text
Klise
Aku tau harusnya aku masih berkutat dengan rundown yang belum selesai padahal acaranya udah lusa. Tapi, rasanya pesan fresh-squeezed lemonade dan berdiam sebentar di mixue adalah pilihan yang tepat. Si paling meromantisasi keadaan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Ada momen-momen dalam hidupku yang baru secuil ini, aku terheran dengan diriku sendiri khususnya hal yang auto-pilot, alias nggak sadar, alias bertindak sebelum berpikir. Yang bikin mengherankan ketika itu works menjawab permasalahan yang sedang terjadi.
Mungkin benar ya, jatah gagal kita itu adalah proses pembelajaran. Ke-satset-an saat ini bisa jadi--dan kemungkinan besarnya--adalah hasil dari the power of kepepet yang terus diasah--secara tidak sadar. Jadi, pas "dor" masalah datang, sebelum otak bisa memproses ternyata kita jadi bergerak sendiri. Stimulusnya dari dendrit nggak diproses ke otak, dia langsung lewat jalur sistem saraf otonom.
Intinya, aku bersyukur karena pasti karena izin Allah semuanya bisa berjalan sesuai dengan yang sudah berjalan. Sejujurnya aku sangat excited dengan segala huru hara yang terjadi. Capek iya, gila mungkin, tapi yang pasti senang. Alhamdulillah ala kulli hal. Seru dan mendebarkan adalah kunci kebahagiaanku.
Di sisi lain, aku semakin memaknai bahwa satset itu nggak sama dengan grusa-grusu. Kamu tetap bisa satset dengan ketenangan. Yang penting yakin. Ketenangan itu bersumber dari keyakinan. Dan keyakinanku adalah aku percaya Allah pasti kasih pembelajaran di tiap perjalanan hidupku. So, harusnya, idealnya, sebagai orang yang beriman dan memaknai keimanan aku nggak merasa kesepian karena Allah sedekat nadi. Tapi, yah namanya manusia, kadang juga lupa. Merasa jadi yang paling berkorban, paling berusaha, sendirian, kesepian. Haha. Padahal kan dunia nggak berpusat di diri kita.
Aku ingat salah satu temanku pernah bilang aku pemimpin yang "baik" karena aku selalu mendengarkan pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan. Padahal sebenarnya aku nggak tau aku harus apa, makanya aku bertanya dan mendengarkan. Ada juga yang pernah bilang aku pemimpin yang "buruk" karena dia nggak bisa liat arah tujuan dari kepemimpinanku. Padahal begitu gamblang rasanya aku sudah menggambarkan mimpi besarku dan memberikan seluruh hati dan energiku dalam perjalanannya.
Ngomongin soal mimpi besar, rasanya itu sih yang jadi oli bagi mesinku menjalankan kehidupan. Aku banyak takutnya, kayaknya itu juga nggak hilang sampai sekarang. Aku banyak masih ingin semuanya bagus, tapi kenyataannya kondisinya nggak bisa ideal. Kalau sekarang masih Salsabila versi 2019 kayaknya bakal nangis-nangis tiap bulan ke Mba Ika, haha.
Tapi sekarang pun aku masih banyak nangisnya juga. Bedanya, aku lebih pengen jadi keren dibanding meromantisasi keadaan dengan ketidakberdayaanku. Aku mau memvisualisasikan "my ideal self" ketika aku menjalankan milestone hidupku yang sekarang.
Disclaimer. Ini ditulis di tengah milestone huru-hara sehabis diskusi dashboard dan sistem, bermain games pertama kali sama adik-adik, keputusan perubahan pengelola, survey rindam, bikin proposal alumni dan awardee, dan tentunya bootcamp. Jadi wajar punya banyak energi dan jadi excited. Semoga kalau semuanya sudah berlalu, energi dan semangatnya masih ada.
Ada mimpi besar yang mau dicapai.
3 notes · View notes
salsabilabelaa · 11 months
Text
25
Kayaknya seiring berjalannya waktu, kita betul-betul bisa jadi makin dewasa. Aku nggak pernah benar-benar menyadarinya, tapi ketika berhadapan sama adik-adik 2025 ini aku jadi merasa lebih dewasa yang kayak dewasa banget gitu. Haha. Susah jelasinnya.
Aku nggak menyangka juga aku ingin nangis waktu sholat ashar momen masih on going workshop. Lucu, karena waktu itu aku masih harus memandu jalannya satu sesi lagi pas setelahnya. Aku juga nggak tau perjalanan ke rumah membuat hatiku jadi berat karena baru bisa tumpah sesampainya. Atau momen nangis di motor sehabis ngambil lembar journaling dari santoen. Aku tau sepenuhnya adalah salahku yang miss koordinasi. Entahlah, memikirkannya lagi melelahkan.
Dipikir-pikir lagi, aku terlalu mencurahkan hatiku dalam perjalanannya. Aku mau semuanya bagus, tapi banyak ina inu yang emang kondisinya nggak ideal. Tapi, di sisi lain aku jadi mempertanyakan apa ya salahku, apa skill manajemenku yang masih kurang, atau skill leadershipku yang kurang bisa memaksimalkan potensi orang-orang di sekitarku, atau skill visionerku yang kurang jauh penerawangannya. Karena dipikir-pikir lagi, kondisinya sama seperti yang sudah-sudah. Jiwa perfeksionis ini menyeruak menampilkan dirinya. Tapi bedanya, aku merasa lebih dewasa sih menghadapinya, nggak terkentang-kentang lagi. Mungkin kentangnya masih ada di sana, tapi mungkin dia sudah jadi dewasa juga sebagai kentang.
Karena dipikir-pikir, nggak menyelesaikan masalah bila terlalu lama meromantisasi perasaan negatif yang muncul. Aku juga baru tau ternyata aku cuma butuh waktu kurang dari 5 menit buat nangis, lalu mengerjakan lagi dan cari solusi. Aku juga nggak menyangka aku nggak berbalut dengan perasaan bersalah, tapi kayak langsung terpikirkan apa alternatifnya. Sampai-sampai aku jadi berpikir, ini aku harus merasa bersalah nggak sih. Haha. Padahal merasa mah iya, cuma emang nggak ditampilin dan nggak dilama-lamain gitu.
Semakin ke sini juga ada aja kisah kehidupan yang nggak habis pikir. Cuma gimana ya, aku merasa seru banget menjalaninya. Kayak, ya Allah makasih banyak udah dikasih kesempatan ini. Tapi boleh gaaa aku minta ina inu juga yang lain yang banyak?? Memang dasar manusia dan segala nafsunya.
Bahkan kemarin, wow for the first time in my life, aku sempet social comparison yang bikin aku memikirkannya agak lama. Kayak, duniawi banget tapi ya gimana ya. Aku biasanya selalu kayak, "yaudasih ya namanya orang ya beda-beda." Jadi aku nggak pernah merasa social comparison jadi ujian hidupku. Tapi kemarin aku smepet kayak wow, is it worth it semua hal yang aku lakukan ini? Seberapa penting hal-hal yang aku lakukan ini? Apakah sebetulnya nggak harus aku? Kalau aku pindah ke tempat lain apakah aku akan punya gaji lebih besar? Apakah aku bisa dan lebih enak kerja di Surabaya aja? Dan segala what if's lainnya.
Terus aku jadi mikir lagi, kenapa aku tergunjang-ganjing begini. Padahal segala hal yang aku lakukan sekarang kan manifestasi doa-doaku yang sadar-tidak sadar pernah aku aaminkan.
Dan kalimat pamungkas itu terngiang lagi. "You said, it's okay to have a life that others don't understand. Then why bother?"
Pertengahan dua lima. Selanjutnya bagaimana?
1 note · View note
salsabilabelaa · 1 year
Text
Teman Main
Tumblr media
roman-romannya aku sudah memasuki stage kegilaan dalam menjalankan aktivitasku. selain karena terdorong sehabis baca bukunya anthony robbins, aku lari hampir tiap hari supaya aku nggak gila. aku betul-betul mau pulang.
tapi kayaknya otak ini emang harus di-reset tiap setahun sekali. dalam perjalanan kehidupan ini, hal-hal kecil yang nggak kita sadari itu ternyata membentuk keyakinan kita. terus ternyata kita jadi punya keyakinan negatif karena dipupuk tiap hari tanpa kita sadari.
salah satu bab di bukunya anthony robbins meminta pembacanya untuk menuliskan keyakinan kuat yang dipegang selama ini. well, yang kuingat tuh yaa keyakinan positif aja. tapi semakin banyak kita ngobrol sama orang lain, ternyata ada juga keyakinan negatif yang nggak disadari itu ternyata jadi keyakinan yang kita pegang.
di seluruh aktivitas huru-hara ini, rasanya emang jalan/makan/belajar/bekerja/main bareng kak abiir di waktu random jadi penjaga supaya aku nggak menggali dan masuk ke sumurku. bau-bau demot. dan ternyata kak zahra juga sempat merasakan hal yang sama di minggu lalu. kayaknya emang itu efek samping bikin kurikulum dan huru-hara yang nggak ada habisnya. dan kayaknya semua orang begitu sih. momen ke polar dan cerita ngalor-ngidul emang jadi sarana recharging. dan juga ke kantor untuk karaokean, haha.
nah, keyakinanku yang sekarang adalah aku harus pulang. supaya aku tetap segar dan waras menghadapi urusan kehidupan ini. semoga bisa pulang ya Allah ga ganti tanggal tiket lagi! aamin!
Tumblr media
5 notes · View notes
salsabilabelaa · 1 year
Text
Pola Asuh
Bener sih, kalau kita banyak baca, kita jadi punya bahan untuk jadi tulisan. Kalau nggak ada yg masuk, jadinya nggak ada yg keluar juga. Di aku begitu.
Banyak hal yang membentuk kita jadi kita yang sekarang. Salah satu yang signifikan adalah pola asuh. Waktu itu aku pernah makan berdua di nasi goreng kari dan tiba-tiba aku menceritakan banyak hal soal pola asuh yang kualami padahal kita baru beneran "ngobrol" dua kali. Terus aku jadi bertanya-tanya sama diri sendiri yang oversharing padahal kayaknya aku belum pernah cerita itu sama orang lain, apalagi orang baru. Nggak baru-baru banget, tapi anggap aja begitu.
Lalu, itu jadi topik yang sering muncul dalam banyak kejadian akhir-akhir ini. Aku lagi baca buku Awaken The Giant Within karyanya Anthony Robbins. Baru selesai bab 3 tapi di akhir itu ada latihan yang akhirnya kukerjakan. Karena itulah aku membuka lagi buku curhatku yang ternyata terakhir kutulis tahun 2021.
Nggak tau ada angin apa, aku akhirnya membuka lagi tulisan-tulisan di buku biru itu. Terbukalah sebuah tulisan yang kutulis di masa-masa skripsi. Aku bacanya ketawa-tawa tapi netes juga air matanya. "Kalau Allah cabut nyawaku sekarang, gapapa. Kayaknya semuanya bakal jadi lebih baik." Ya Allah, ngakak. Seberat itukah skripsi bagimu bel pada waktu itu. Bahkan 4 halaman itu banyak bercak air matanya. Hahahahah yaampun we've been through that. Tapi bener sih itu berat banget, sampai sekarang aku sangat bersyukur karena hadirnya semua orang yang membantu menyelesaikan skripsiku. Kalau bukan karena Allah, aku juga nggak akan sanggup menyelesaikannya.
Tapi tapi tapi. Intinya, di situ aku juga menuliskan segala kekecewaanku pada orangtuaku dengan pola asuhnya yang dalam persepsiku berdampak membentuk diriku saat itu. Hahahahah yang bikin ngakak adalah yaampuuun aku betulan menumpahkan segala perasaanku di sana yang aku nggak menyangka aku bisa menuliskannya padahal itu perasaan yang abstrak. Tapi aku amaze sama diriku udah mau mengakui perasaan itu. Kenapa amaze karena aku tuh tipikal yang memendam dan nggak berusaha menafsirkan apa yang dirasakan. Kayak daripada nanti aku kesusahan menghadapi perasaanku mending gausah dipikirin sekalian. I think therefor I am gitulah. Makanya, dulu banget pas SMA, kalau temen kayak bilang aku suka sama orang, baru aku jadi mikir, terus jadi suka beneran. Haha. Paham gak sih. Makanya kayak kalo ga dipikirin yaudah lewat aja.
Well, karena aku anak psikologi dan aku dewasa (ceileh), aku berusaha menerima dan nggak menyalahkan orangtuaku--di momen aku sudah menyadari perasaanku dan berusaha berdamai dengannya. Yaa, namanya juga selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Mereka kan juga pertama kali jadi orangtua. Walaupun karena anak psiko-nya itu kita jadi tau dan punya standar akan yang bener kayak gimana. Kalau ditanya, pasti ada lah momen kayak cuy ini nih makanya kenapa aku jadi kayak gini karena orangtuaku ngedidik aku dengan cara yang kayak gini. Kita jadi nemu asal muasal dari perilaku kita. Ada juga momen sedih-sedihnya kenapa ya orangtuaku nggak begitu dan begini. Tapi sebenernya soal asal muasal perilaku kita dan pola asuh orangtua kita itu kan bukan sesuatu yang bisa kita kontrol. Jadi, yang bisa kita kontrol kan gimana kita berperilaku dan persepsi kita menghadapi dunia ini. Berdamai sama masa lalu dan berdamai sama hal-hal yang nggak bisa kita kontrol. Sulit sih, tapi bisa diusahakan. Nggak yang simsalabim, tapi ada lah prosesnya. Dan kalau kita cuma liat yang nggak sesuai sama ekspektasi kita aja pastinya orangtua jadi kayak orang paling salah banget di dunia ini, padahal yang bisa kita syukuri karena mereka adalah orangtua kita itu lebih banyak. Manusia emang gitu kalau hatinya udah kena kacamata kuda. Nila setitik rusak susu sebelangga.
Dan, nyambung sama awal Bab 4 di buku Awaken The Giant Within. Ada seorang laki-laki pecandu yang sedang menjalani hukuman seumur hidup di penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Dia punya dua anak laki-laki, satunya persis seperti ayahnya--pecandu, dll--satunya lagi berkebalikan--membesarkan tiga anak, menikmati pernikahannya, sehat, pekerja keras, terlihat bahagia. Ketika ditanya, "kenapa hidup Anda menjadi seperti ini?" jawabannya sama persis, "saya bisa jadi apa lagi jika tumbuh besar dengan seorang ayah seperti itu?"
Kejadiannya sama, pemaknaannya yang berbeda. Makanya kemampuan mengambil hikmah tuh mahal banget. Intinya, bisa dan boleh aja kita merasa suatu kejadian adalah pembentuk diri kita. Tapi sebetulnya, kita yang punya kendali soal keputusan apa yang kita ambil dalam hidup. Kita mau bereaksi apa, kita mau memaknai apa, kita mau jadi apa. Nggak ada batasannya, kecuali keyakinanmu sendiri.
Dah. A fruit reminder aja buat besok-besok kalo baca lagi.
4 notes · View notes
salsabilabelaa · 1 year
Text
Creative Minority
Kalau pernah mengikuti materinya Bang Bach soal Leaders and Leadership, pasti nggak asing sama kata creative minority. Orang-orang pembangun peradaban. Pemikirannya berbeda dari orang kebanyakan.
Obrolan panjang bersama Teh Elis dalam 6 putaran lebih Rotunda berhasil memompa lagi semangatku. Bahkan aku sudah mendeklarasikan keinginanku dalam lingkup 3 tahun ke depan. Aku juga mau jadi bagian kecil dari mimpi-mimpi founders RK yang sedang diusahakan. Jadi bagian kecil pembangun peradaban.
Perkara "siapa" yang membangun peradaban itu juga penting. Dunia saat ini semakin di luar nalar, buatku. Kemarin aku baca orang-orang di twitter yang cerita soal jatah mantan. Nggak masuk akal. Lain lagi soal gempuran ajakan haha hihi di luar syariat islam yang mana itu adalah "hal wajar" dilakukan di beberapa perusahaan dalam momen tertentu. Belum lagi, soal iklan pinjol yang merebak dan pembayaran later later yang jadi pilihan orang-orang karena terlihat memberikan benefit lebih banyak, padahal jelas-jelas riba.
Kekuatan seseorang memegang value-nya itu pasti akan diuji di segala kondisi. Mewariskan sebuah "value" nggak pernah jadi hal yang mudah. Value itu benar-benar harus mendarah daging dan mengalir di nadi dan detak jantungmu bila kamu ingin meniupkan ruh-nya pada orang lain. Karena kata-kata yang sama bisa terasa berbeda ketika diucapkan oleh orang berbeda. Kata-kata itu berbobot tergantung keluarnya dari siapa. Hanya bila kita benar-benar sudah merasakannya, kita mampu memberikan ruh pada kalimat yang kita sampaikan. Nggak kaburo maqtan.
Aku tau kadang aku sangat duniawi terhadap hal-hal di sekitarku. Aku belum seperti bang mbak yang kupanuti yang tiap langkah mereka terpancar haqqul yakin la hawla wa la quwwata illa billah. Tapi seenggaknya, mari berusaha memaknai hal-hal yang dilakukan ini tujuannya menuju Allah lagi.
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Q.S. At-Taubah: 105
1 note · View note
salsabilabelaa · 1 year
Text
Wadah Besar dan Kesiapan
Waktu itu di salah satu rapat rabuan kami, Bang Juna pernah sharing tentang kesempatan dan kesiapan. Rasa-rasanya banyak sekali hal yang tiba-tiba bisa muncul. Peluang baru yang nggak tau lajurnya dari mana. Jelasnya, itu jalur langit. Dalam menyambutnya, memang diperlukan kesiapan. Kesempatannya ada, tapi kesiapannya nggak ada, terus gimana? Lewat gitu aja.
Dari tiap perjalanan dan kesempatan yang bisa jadi terlewat karena ketidaksiapan, aku percaya pemaknaan yang didapat itu adalah pembelajaran untuk menambah kesiapan kami untuk kesempatan berikutnya. Ibaratnya, Allah tuh kasih kita angin dikit terus kitanya goyang. Kalau bisa memaknainya, kita pasti berbenah gimana caranya kalau ada angin lewat kita nggak goyang. Nah, kesempatan yang nggak bisa kita ambil karena ketidaksiapan kita saat itu adalah bekal kesiapan kita untuk kesempatan berikutnya. Intinya, jangan bersedih kalau gagal. Selalu ada yang pertama kali bagi segala sesuatu termasuk kegagalan, kata NKCTHI. Maknai, perbaiki, cari kesempatan lainnya.
Lain ceritanya soal farewell kemarin. Rasanya, itu jadi sebuah momen yang menyadarkanku tentang apa yang ingin benar-benar aku lakukan. Semakin sedikitnya "ideolog" yang bisa mengubah perilaku orang lain dengan kreativitasnya, aku jadi memikirkan hal-hal yang nggak aku pikirkan sebelumnya. Intinya, aku jadi punya misi. Entahlah, kita lihat nanti saat PDP.
Tapi memang dari semuanya, aku selalu takjub dengan binar di mata orang-orang yang mempunyai mimpi besar. Seperti memaknai arti kalimat adzan, "mari menuju kemenangan." Karena kemenangan bagi mereka sedekat kening dan sajadah. Kebayang. Kelihatan. Nyata.
Walau se-nggak terhitungnya rasa kecintaanku sama segala hal yang kulakukan sekarang dan membuatku selalu bersyukur, yang jelas nikmat yang Allah kasih sejauh ini jauh lebih besar lagi. Dan mungkin ini juga jawaban dari do'a-do'a yang dulu pernah kuminta. Bisa jadi dikabulkannya baru sekarang karena kitanya memang baru siap menerima jawaban dari do'a itu sekarang. Allah baru kasih kesempatannya, karena kita baru punya kesiapannya.
Mari kita persiapkan diri untuk jadi orang-orang yang siap dengan kesiapannya.
2 notes · View notes