sarpratiwi
sarpratiwi
Sarah Pratiwi
19 posts
Meyakini bahwa dalam tiap perjalanan hidup pasti ada cerita
Don't wanna be here? Send us removal request.
sarpratiwi · 5 years ago
Text
Maaf
Maaf ya..
Aku ingin meminta maaf padamu..
Maaf atas segala kelalaian yang telah ku kerjakan, maaf atas kebosanan yang seringkali menghampiri, maaf atas banyaknya alasan untuk tidak berbuat kebaikan, maaf atas segala kemalasan yang mengontrol diri, maaf atas kesedihan yang terkadang datang tanpa alasan, maaf atas lemahnya penjagaanku terhadapmu, maaf atas mimpi-mimpi kita yang terlambat ku raih, maaf atas peraasan tak bersyukur yang pernah datang ketika melihat lingkungan sekitar, maaf atas diri yang kadang tak terkontrol baik di dunia nyata maupun maya, maaf atas ketidakpercayaan diri terhadapmu, maaf atas segala masalah yang telah ku perbuat, maaf jika seringkali terlalu banyak berpikir dan membuat mu pusing sendiri, terutama..
Maaf jika sering menganggap diri ini beban dan belum bisa memberikan yang terbaik untukmu.
Aku tau bahwa kamu tidaklah seperti itu. Kita berdua akan terus belajar untuk saling mencintai dan mengisi satu sama lain. Hingga nanti yang berdatangan lebih banyak adalah perasaan terima kasih dan bersyukur daripada ucapaan maaf itu sendiri.
Kita tak perlu menjadi orang lain karena kita berdua adalah versi terbaik untuk diri kita, dan kiita akan selalu berjuang.
Jadi..
Sarah Pratiwi, maaf dan terima kasih ya!
Setelah ini, kita pun akan melanjutkan perjuangan dan terus memperbaiki diri. Aku harap engkau tak kan kelelahan dan menyerah. Aku mencintaimu.
 18 Oktober 2020.
- dirimu sendiri -
0 notes
sarpratiwi · 5 years ago
Text
Berpura-pura
Kata mereka, kalau kamu merasa sedang tidak baik-baik saja ya tidak apa-apa.
Ekspresikan segala kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan.
Katanya seperti itu.
Tapi nyatanya, semua itu seringkali tak berlaku.
Aku tetap menunjukan diri bahwa aku terus bahagia.
Aku tetap tersenyum di depan mereka.
Aku tetap terlihat seperti tak ada masalah.
Karena tak semuanya peduli.
Mereka yg bertanya seringkali hanya ingin tahu.
Ya setelah itu, sudah, selesai.
Jadi untuk apa?
Sudahlah, ujung-ujungnya kita akan kembali kesana.
Tipu wajah manusia.
Berpura-pura senang, berpura-pura kalau sedang baik-baik saja.
Berpura-pura tidak apa-apa.
Mengikuti kejamnya dunia.
Senyum mengembang.
Tunjukkan ke mereka bahwa aku kuat, kamu kuat. Kita semua bisa.
Jadi..
Hai, ayo kita berpura-pura bahagia lagi.
0 notes
sarpratiwi · 5 years ago
Text
Kiran bagaimana kabar?
Tahun ini banyak hal-hal berat terjadi
Banyak pengorbanan, tak lupa air mata
Seakan bahagia hingga detik ini hanya terasa setitik tampaknya
Padahal baru setengah jalan yang dilalui
Roda-roda terpaksa berhenti
Senyum tampak tak banyak terurai
Kantung mata menghias manja
Engkau tak percaya?
Lihatlah sekeliling dunia terutama negeri kita
Awal tahun dimulai dengan bencana
Semoga akhir tahun semua sudah mereda ya
Namun Kiran..
Rasa ikhlas yang ku coba teruji hari ini
2 tahun waktu yang cukup lama untuk merasakan hasilnya
Bahkan aku teringat awal pembelajaran itu dari mana
20 menit sebelum esok hari menyadarkan diri
Sekarang 10 menit sebelum esok hari, berbeda suasana
Hati awalnya diam, jiwa tersadar
Lalu kembali sibuk dengan diri sendiri
Selesai semua
Bahagia pada porsinya
Berkah dengan takdir-Nya
Barakallah, semoga Allah senantiasa memberkahi tiap langkah. Beribadah dan menuju kepada-Nya.
0 notes
sarpratiwi · 5 years ago
Text
Harap
Puing harapan macam apa lagi yang kau tumpuk⁣
Ruah semua⁣
Berantakan, lepas⁣
Ujung kanan, satu kiri⁣
Tak bertemu titik, perih⁣ ⁣
Rasamu hanya akan berujung oh⁣
Lalu apa? Selesai⁣
Berlalu, sibuk pikiranmu⁣
Ekpektasi pudar⁣
Halusinasi pecah⁣
Tergopoh pincang sebelah⁣
Apa? Kau bertanya⁣
Hampa, iya kah?⁣
Bukan!⁣ Kau yang menghilangkannya⁣
Lenyap, rusak
Lupa dimana seharusnya⁣
Ikuti lagi ikuti lagi⁣
Langkah apa?⁣
Diam.⁣ 
Tunduk lalu lupa⁣
Biarkanlah katanya⁣
Lalu apa?⁣
Berhenti.⁣
Berpikirlah, lanjut lagi.
0 notes
sarpratiwi · 5 years ago
Text
Apa yang sebenarnya engkau cari
Apa yang sebenarnya engkau cari?
Kenapa sibuk mengejar hal-hal yang tak pasti?
Kecewa dengan usaha sendiri
Menganggap diri jasad tak berarti
 Apa yang sebenarnya engkau cari?
Puja-puji yang hilang bagai buih
Harta yang menjadi tak berarti
Atau kedudukan yang meninggikan ego sendiri
 Apa yang sebenarnya engkau cari?
Hingga lelah tak engkau toleransi lagi
Anak merengek dijadikan pelampiasan emosi
Ilusi-ilusi kian tajam memapah diri
 Hai tuan, apa yang sebenarnya engkau cari?
Dirimu hidup tapi tujuanmu mati!
0 notes
sarpratiwi · 7 years ago
Text
Pilihanmu bias!
Bias semua
Tidak hitam tidak putih
Abu pun tak terlihat
Kabur, oleh penglihatan sendiri
Tampak terang di depan mata
Yang mana yang harus dipilih
Padahal tau ada menyesal dan perih
Senang bergelimpah juga ikut tersaji
Lalu diam, menyendiri dan pergi
Tertutupi atau congkaknya hati
Ambil kembali lalu senang lagi
Masih tak bertemu, salah jalan salah alamat
Pengarah tak salah, langkah kaki tak mau ambil pusing
Senang lebih dipilih walau hampa terjadi lagi
Terus saja coba sampai kau berbuih
Lalu hilang tanpa arti, hanya buih
Tanpa ada bias lagi
Buih!
2 notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Text
3 Kunci
Setidaknya, ada tiga hal terpenting dalam proses menghafal Al-Quran;
1. Meninggalkan Maksiat
Al-Quran itu isinya baik, diturunkan oleh yang Mahabaik melalui perantara malaikat yang terbaik kepada manusia yang perfek. Sedangkan maksiat itu buruk, lantas apakah (+ x - = +) ?
Tentu tidak! Kesimpulan sederhananya, yang baik tidak akan bersatu dengan yang buruk.
Mungkin ada yang terbersit di benaknya, “perasaan, saya walaupun maksiat juga tetap bisa menghafal, bahkan terkadang bisa jadi lebih cepat.” Suatu kali guru kami pernah menasihati, “nikmat itu didapat oleh dua orang; orang yang dekat dengan Allah, dan orang yang kufur. Nikmat yang diberikan kepada orang pertama sebagai bentuk penghargaan dan kasih sayang, dan nikmat kepada orang kedua sebagai bentuk istidraj (nikmat yang disegerakan).”
Dan tentu bisa menghafal Al-Quran merupakan nikmat yang teramat besar. Maka bagaimana kau ingin menjemputnya?
“Sungguh aku melihat bahwasanya Allah telah menganugerahi cahaya kepada hatimu” ucap Imam Malik kepada Imam Syafi'i, “maka jangan kau padamkan dengan maksiat” lanjutnya.
2. Shalat Malam
Selain merupakan amalan Sunnah yang paling dicintai, shalat malam menjadi parameter kesungguhan seorang hamba, bagaimana tidak? Ketika orang lain terlelap dalam tidurnya, orang ini bangun berwudhu dan melaksanakan shalat, dan ada pula keikhlasan yang nyata walau tak seorang pun yang melihatnya.
Tumblr media
“Kesehatanku telah pergi, tulangku sudah melemah, tetapi sesungguhnya jikalau diriku bangun untuk sholat malam, tidaklah aku membaca melainkan surat Al-Baqarah dan Ali-Imran”, ucap seorang alim.
Terkadang malu terhadap mereka yang sudah terlihat lemah, tapi nyatanya mereka lah yang lemah yang tak mampu untuk melaksanakan shalat malam.
3. Doa
Secerdas apapun dirimu, jangan lupa untuk selalu sertakan Allah dalam segala urusanmu, terkhusus dalam urusan menghafal Al-Quran, karena begitu banyak tantangan pada prosesnya, dan tidak akan ada kemudahan melainkan dari pada-Nya.
“Mintalah kemudahan pada setiap urusan, bahkan ketika hanya ingin memakai sendal jepit” pesan Aisyah Radhiyallahu ‘Anha “karena hal itu tidak akan menjadi mudah jika Allah tak memudahkannya.”
Berdoalah karena ada keberkahan pada setiap yang dipinta, ada ketenangan pada setiap kata yang diucap, dan tak ada kerugian selama mengharap kepada-Nya. Dan pada proses menghafal ini mintalah agar Allah memudahkan dirimu dalam mengafal, memahami, dan mengamalkan Al-Quran dan menjadikanmu diantara hamba- hamba-Nya yang istiqomah.
@ismailshodiq
1K notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Text
One of inspiring woman in this country
Belajar dari Rumah Ibu Elly Risman
Nama Ibu Elly Risman pertama kali saya kenal dari sebuah poster seminar parenting yang saya lihat di media sosial saat saya masih di tingkat akhir perkuliahan. Siapakah beliau? Saat itu saya belum tahu. Hanya saja, semakin hari namanya semakin sering saya dengar, terutama ketika saya mulai berkenalan dan berkecimpung di dunia anak dan parenting.
Waktu berlalu, tapi kesempatan untuk bertemu dengan beliau belum juga tiba. Meminjam istilah cinta-cintaan ala anak zaman sekarang, saya hanya mengagumi beliau dari jauh, sambil kepo alias banyak mencari tahu tentang beliau dari media sosial: membaca artikel-artikel yang pernah dituliskan atau menonton video-video rekaman beliau ketika membahas isu-isu terkini tentang anak dan parenting. Satu hal yang saya dapat, berbekal ilmu yang tak terhitung banyaknya, beliau begitu serius mewakafkan diri untuk berkontribusi pada satu masalah ummat yang terjadi di negeri ini.
Sejujurnya, kesadaran saya untuk mulai mempersiapkan pernikahan dengan ilmu hadir dari beliau. Menikah perlu ilmu, perlu berdamai dengan diri sendiri dulu, perlu mengenal diri sendiri dulu, dan nasehat-nasehat senada nyata telah mengubah paradigma saya tentang jatuh cinta, menikah, dan menjadi orangtua.
Sejak bekerja di tempat dimana sekarang saya berada, meskipun rasanya satu fokus dengan apa yang Ibu Elly kerjakan, pertemuan itu belum juga datang. “Kapan yaa bisa ketemu dan cerita banyak sama Ibu Elly?” pertanyaan itu masih terus saya tanyakan. Hingga suatu ketika, kantor kami mendapat undangan eksklusif dari beliau untuk hadir di sebuah temu ilmiah dimana beliau akan mempresentasikan hasil penelitiannya tentang bagaimana pornografi berpengaruh pada perubahan otak. Maa syaa Allah, doa saya diijabah Allah. Lalu di akhir ketika berpamitan pulang, beliau memeluk saya sambil berpesan,
“Nak, pastikan kamu kelak menikah dengan ilmu, ya. Jangan terburu-buru, jangan asal jatuh cinta. Lihat negara kita banyak masalah, dan sebagian besar bermula dari pengasuhan yang salah.”
mendengarnya, saya mengangguk-angguk sambil menangis. Entahlah, haru sekali rasanya. Pesan yang sama masih selalu saya ingat sampai hari ini dan sebisa mungkin ingin selalu saya teruskan kepada orang lain, kepadamu juga yang membaca tulisan ini. Sejak pertemuan yang pertama itu, kesempatan bertemu dengan beliau semakin bertambah, meski tidak sering. Pernah sekali waktu saya menemui beliau di tempat praktiknya, dan pesan beliau masih sama: “Ayo dong, anak muda sebelum menikah itu melek pengasuhan!”
Hal yang paling menarik terjadi beberapa hari yang lalu, ketika saya dan teman-teman diundang ke rumah beliau untuk bertemu dan berdiskusi. Senang luar biasa. Rasanya seperti berlibur ke rumah nenek: mendengar banyak cerita tentang kehidupan nenek dan kakek di zaman dulu, sejarah bagaimana mereka akhirnya menikah dan tinggal di rumah yang masih ada sampai sekarang, cerita tentang betapa kayanya kebudayaan Indonesia, serta nasehat dan wisdom-wisdom kehidupan. Tak hanya itu, kami pun dijamu dengan masakan-masakan enak khas Aceh!
Sehari sebelum keberangkatan, saya bertanya kepada senior di lingkaran pekerjaan saya, “Pak, rumah Ibu Elly itu kayak gimana, sih?” Saya penasaran. Saya pikir, rumahnya mungkin akan seperti rumah-rumah pejabat yang pernah saya datangi: besar, mentereng, dengan barang-barang mewah di dalamnya. Tapi ternyata tidak. Senior saya itu menjawab, “Biasa aja, kamu engga akan takjub gimana gitu pas masuk rumahnya. Kalau Ibu mau, Ibu bisa saja bermewah-mewah, tapi Ibu lebih memilih untuk banyak bersedekah dan berwakaf daripada menghabiskan harta untuk kepentingan pribadi.”
Ketika tiba di rumah Ibu, apa yang senior saya bilang itu ternyata benar. Alih-alih mewah, rumah Ibu ini lebih tepat disebut bersahaja. Dengan segala kesederhanaan di dalamnya, rumah ini sangat hangat dengan atmosfer kekeluargaan yang terpancar dari berbagai sudut ruangannya, juga dari orang-orang yang tinggal di dalamnya.
“Teh, teteh udah ngerasa lagi kayak pergi ke Aceh belum?” bisik teman saya yang saat itu duduk tepat di sebelah saya ketika kami sedang berbincang-bincang dengan Pak Risman sambil mendengarkan logatnya yang unik khas Aceh itu. Ya Allah, saya tersenyum sambil menjawab pelan-pelan, “Ooh, begini kali ya rasanya kalau nanti pergi ke Aceh?” Teman saya itu pun tersenyum, rupanya ia teringat satu mimpi yang pernah saya bagi dengan teman-teman di kantor, yaitu pergi ke Aceh.
Obrolan pun jadi kesana-kemari, termasuk membicarakan masalah di negeri ini. Tak lupa, di sela-sela obrolan kami, Ibu pun menyampaikan,
“Nak, banyak masalah pengasuhan terjadi karena orangtuanya menikah asal-asalan dan tidak siap ketika menjadi orangtua.”
sebuah kalimat yang membuat saya dan teman-teman yang belum menikah menjadi bersyukur karena Allah ternyata masih memberi kesempatan bagi kami untuk bersiap dan belajar sebelum nanti dipinang oleh amanah peradaban.
Berkunjung langsung ke rumahnya, saya baru tahu kalau Ibu yang sering saya lihat di TV atau di acara-acara penting seputar anak dan keluarga ini ternyata pintar masak. Setiap harinya, beliau memasak 9 jenis makanan yang berbeda untuk suaminya. Maa syaa Allah, ini bukan hanya soal skill memasak, tapi juga tentang manajemen waktu dan kesediaan mengabdi sepenuh utuh kepada suami. Masakan Aceh yang Ibu buat hari itu adalah masakan Aceh pertama yang dirasakan lidah saya, dan ternyata … saya nambah tiga kali! Apalagi saat mencicipi Ayam Tangkap yang dilengkapi dengan daun salam koja itu, ditambah dengan sambal yang ternyata ditambah belimbing. Maknyus! Ibu pun berkali-kali bilang, “Ayo Nak, makanlah yang banyak. Mau apa lagi? Sini Ibu tambahkan.” Namanya anak muda, kami benar-benar literally makan banyak. Haha!
Banyak wisdom yang didapat dari kunjungan ke rumah beliau hari itu. Pak Risman berpesan kepada kami untuk menggenggam erat ketaatan kepada Allah dan kesungguh-sungguhan dalam berjuang, sementara Ibu Elly Risman berpesan tentang militansi untuk berjuang mengatakan kebenaran, melakukan kebaikan, dan tentunya persiapan pernikahan dan juga pengasuhan. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Semoga perjuangan yang tidak akan pernah selesai ini senantiasa diberi-Nya kemudahan. Selamat berjuang!
Picture: HN
636 notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Text
3 Hal Yang Menjadikan Sejarah Islam Inspirasi Hidupmu
@edgarhamas
Tumblr media
Pertama, Inspirasi kesatria Umat Islam
Jarang sekali, bahkan nyaris tidak ada ada umat yang memiliki orang-orang yang hebat yang legendaris seperti dimiliki Umat Islam. Anak Muda penakluk India, Muhammad bin Qasim namanya, 17 tahun usianya. Sultan muda pemersatu puluhan bangsa di Spanyol, Abdurrahman Ad Dakhil namanya, 23 tahun usianya.
Pun, seorang berusia 86 tahun memimpin penaklukan Andalusia dan Sebagian Perancis, Musa bin Nushair namanya. Guru Mengaji berusia 76 tahun memimpin pasukan berkuda Libya melawan pesawat dan Tank Italia, Umar Mukhtar namanya.
Terbukti bahwa, usia apapun, darimanapun asalnya, selama seseorang bertekad dan mempunyai keyakinan kuat, dia bisa jadi pahlawan.
Kedua, Inspirasi dari peradaban Islam
Tidak ada peradaban yang menggabungkan banyak bangsa dan bahasa menjadi satu harmoni selain peradaban Islam. Kamu bayangkan saja di satu masa, serentak, penikmat literatur Urdu, sastrawan bahasa Arab, pujangga Persia, Matematikawan Romawi, Kesatria Berkuda Kaukasia, Pedagang-pedagang Tiongkok, dan saudagar Jawa berhimpun dalam satu peradaban Islam seribu tahun lamanya.
Samudera Hindia dijaga kapal-kapal gagah, Laut Tengah megah dengan armada kekhalifahan, lampu penerang di kota-kota ketika Eropa mendekam dalam penyakit dan kegelapan.
Semuanya mengabarkan pada kita, bahwa kedamaian dan keserasian bisa diciptakan walaupun dari kemajemukan, asal asasnya benar.
Ketiga, Inspirasi dari Ulama Umat Islam.
Tidak pernah kita mendengar seorang anak muda usia 15 tahun sudah menghafal Al Quran, hadits, perkataan Ulama dan syair-syair kecuali dari Ulama Umat Islam, Imam Syafi'i namanya. Begitupula Imam Bukhari yang menghafal 400 ribu hadits, lengkap dengan perawi dan zamannya.
Ulama-ulama yang pondasi awal pendidikan mereka adalah Akidah dan Al Qur'an, kemudian berkembang ahli pula menerka bintang dan siklus musim, menentukan diameter bumi, merumuskan ilmu kimia, bahkan merintis jam analog dan kamera.
Ulama kita, adalah bukti bersatunya kesucian wahyu dan kehebatan akal manusia.
175 notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Text
Salaf
Selalu gatal dengan logika sejumlah orang tentang siapa yang layak disebut “salaf”–orang yang mengikuti jalan Rasul, para sahabat, dan para salafush-shalih yang lurus.
“Kang, Ustadznya salaf ngga?”
Pertanyaan semacam itu, menurut saya, tidaklah valid.
Pertama, tidak ada ummat Islam (yang akalnya normal) yang tidak menginginkan dirinya mengikuti jalan Rasul dan para sahabat. Tidak ada muslim yang dengan sengaja berpikir untuk, “Jalan ke surga kan ada banyak, kenapa saya harus ikut jalan Rasul dan para sahabat? Saya mau tempuh jalan lain.”
Jelas-jelas sumber utama memahami Islam adalah Al-Quran dan hadits yang keduanya bermuara dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Kalau ada yang menafikkan betapa utamanya jalan yang ditempuh Rasulullah, maka topiknya bukan tentang apakah dia salaf atau bukan, tapi apakah dia muslim sungguhan atau bukan.
Jadi, jika label salaf ditentukan dari apakah seseorang mengakui keutamaan jalan Rasul dan meniatkan diri untuk mengikuti jalan Rasul, well, siapa yang tidak? Semua kelompok akan mengaku demikian, bahkan sebagian mengklaim paling lurus dibandingkan dengan yang lainnya.
Kedua, jika label salaf dialamatkan pada orang-orang yang bersepaham hingga hal-hal furu’ (cabang) dengan si pelabel, atau bereferensi (hanya) pada ulama-ulama yang sama dengan referensi si pelabel, maka pertanyaan yang lebih tepat adalah: “Dia dari kelompok kita atau bukan?”
Jika standarnya adalah hal seperti “Apakah dia membolehkan musik?”, “Apa pendapatnya tentang Yusuf Qardhawi?”, atau semacamnya, maka– menurut saya, si penanya tidak mampu hidup dalam realitas bahwa ada beragam cara pandang dan cara tafsir dalam Islam, yang menghasilkan pendapat yang berbeda-beda meski referensinya sama.
Ketidakmampuan memahami realitas perbedaan dalam Islam ini (yang terjadi bahkan ketika Rasulullah masih hidup, berlanjut semakin banyak ke zaman khulafaur-rasyidin–yang diantaranya dapat kita lihat pada kasus pembunuhan Umar dan perang sesama muslim di zaman Ali, dan terus berlanjut hingga hari ini) berkolaborasi dengan pemahaman bahwa hanya ada satu kebenaran dalam Islam, tidak mungkin ada beberapa pendapat yang sama-sama benar, menyebabkan penganutnya terjangkit delusi bahwa kelompoknya adalah Islam dan Islam adalah kelompoknya.
Kembali ke persoalan “siapa itu salaf?”–jika yang kedua ini adalah kasusnya, maka kita hanya perlu cukup tahu lalu menghindari perdebatan dengan si pelabel salaf, sembari mendoakan agar hati-pikirannya Allah bukakan agar mampu bersikap lemah lembut terhadap saudara-saudara muslimnya meski tidak berkiblat pada kitab dan ulama yang sama.
652 notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Quote
Kamu tau apa yang paling aku suka dari kata menjaga? Kelak jika memang sudah tiba waktunya, akan ada rasa manis saat kita saling bercerita, bertukar kata tentang apa yang selama ini ada dalam benak kita, tentang cita-cita dan apa yang selama ini kita sematkan dalam doa. Seperti halnya buah yang tumbuh dari pohon yang baik, begitu juga dengan semua yang tumbuh dari hati yang dijaga dengan baik. Kamu percaya aku kan? Jadi mari saling menjaga dalam ketaatan.
©Quraners (via quraners)
971 notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tips menghapalkan Al Qur-an ala Ustadz Adi Hidayat.
Sudah mau berlalu lagi satu tahun, mungkin juga kamu tahun lalu berjanji ke diri sendiri untuk bisa menghapalkan Al Qur-an, kali ini kuatkan dan mantapkan niat ya.
Jangan kasih kendor :D
#disclaimer ini bukan tulisanku ya :) semoga pemilik tulisan ini berlimpah pahalanya Aamiiin
2K notes · View notes
sarpratiwi · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Adik Rumah Tangga] Tiba-tiba hari ini aku terpikir sebutan itu. Mungkin akibat kemarin aku bertanya pada temanku ada apa dengan jari-jariku. "Bisa jadi karena terlalu sering digunakan. Misal seperti naik motor lalu kapalan." jawabnya pagi itu. Dan aku karena keseringan main ulekan lalu keriputan, begitu? Lucu juga. Sebutan yang ku buat maksudnya, bukan jari-jari sebelah kananku. Yang namanya pengurus rumah tangga biasanya dicantikkan oleh kata ibu. Lalu kamu, adik. Bukan ibu tapi tetaplah seorang ratu di istanamu. Lihat! 2 orang bos besar sedang sakit. Kamu sibuk memikirkan bagaimana membuat mereka sembuh, makanan apa yang pas untuk mereka, minuman apa yang harus mereka minum, iya kan? Yakin saja sibukmu dari setelah subuh hingga dzuhur atau bahkan sebelum tidur tak pernah sia-sia. Membereskan rumah, menyiapkan sarapan, ke pasar untuk belanja mingguan, memasak makan siang hingga membuatkan bandrek ala ala untuk raja-rajamu yang sedang terkena flu, semua itu kedudukannya sama di hadapan Allahmu. Bukan karena engkau seorang adik lalu tak sama mendapatkan kebaikan yang dilakukan oleh seorang ibu atau istri kepada raja mereka. Bahkan engkau sering tersenyum, ya kan? Menikmati pundi-pundi kesempatan menabung bekal yang Allah kasih. Lalu bereksperimen di dalam labor dapurmu. Tak semua adik bungsu mendapat kesempatan itu. Kamu ingat saja.. Status adik bukan berarti harus selalu manja. Namun engkau harus menempatkan itu pada porsinya, kondisi seperti apa dan pada siapa. Bahwa menjadi ratu bukan harus berstatus ibu. Namun, seorang ibu tak kan bisa digantikan oleh ratu. Kamu.. jadi ratu dulu ya nanti baru ibu. #suratuntukdiri
0 notes
sarpratiwi · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Tak semua rasa bisa diungkap lewat kata Tak semua sedih dikeluarkan lewat tangis Tak semua bahagia diekspresikan lewat senyum Namun biarlah rinai hujan ini menemani do'a, menjelaskan betapa banyak rindu yang terpendam dalam dada Bukankah rindu bisa ku utarakan bersama-Nya? Atau lihatlah mereka yg punya berbagai macam cara.. Dengan suara hujan yang begitu merdu Ku lihat ada yang tergugu Mengharu biru terdengar syahdu Lantunan do'anya membuat langit pun terharu Dan aku? Terdiam bisu.. Mengamati ekspresi rindunya pada-Mu Ah.. betapa ia membuatku cemburu Rabbku.. masih banyakkah peluangku? Lalu di sudut tembok itu Ku perhatikan ada sekumpulan anak kecil yang begitu lucu Matanya fokus tertuju Pada seorang anak berjilbab ungu Ia begitu semangat memegang buku Bibirnya seakan ikut membacakanku Matanya tersirat rindu Setelah ia menutupnya dengan derai haru Shalawat mereka lantunkan padamu.. Muhammadku.. Cemburu keduaku.. Tak hanya itu saja Aku kemudian mengintip keluar jendela Nampak seorang pemuda dan ibu tua renta Ia membersihkan tanah yang menyerang kaki sang ibunda Juga melindunginya dengan satu payung yang mereka bawa Bersama sebuah jaket yang ia kenakan pada punggung yang menyimpan banyak kisah Lalu memegang erat tangannya dan pelan memapah dengan senyum yang begitu merekah Lihatlah.. mereka semua membuatku tak inginkan hujan ini segera reda Terlalu betah menikmati pemandangan yang luar biasa Kemudian aku bertanya.. Apa aku ingin menonton saja atau merasakan langsung seperti mereka?
0 notes
sarpratiwi · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Mungkin syurga diciptakan untuk merindu Agar sabar kelak mencapai titik temu Agar jarak ini menjadi semangat juangku Agar do'a yang mempertemukanku denganmu Diatas langit syahdu pada sepertiga malam itu Lalu.. Kita bertemu dan mengadu dalam lingkar waktu Walau sang waktu seakan lari terburu Hingga membuat kita mengeluh dan merengkuh Agar selalu kuat dalam tiap perjalananmu Kuatkan diriku dan dirimu, shalihahku..
1 note · View note
sarpratiwi · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Mungkin cahaya Ilahi telah datang dan masuk ke dalam hatimu. Namun ia kembali, sebab hatimu penuh dengan lukisan-lukisan dunia - Ibnu 'Athaillah Seringkali.. Bukan belum tau ataupun belum mau. Tetapi hati yang masih penuh dengan harta, jabatan dan manusia, sehingga tidak ada lagi bagian yang disisihkan untuk Allah pada dirinya.. Bukan belum tau ataupun belum mau. Keindahan dunia pada hatinya masih menutupi celah yang Allah selalu beri pada hambaNya. Bukan belum tau ataupun belum mau. Gelisah akan lepasnya dunia masih mempunyai taraf cinta yang lebih besar dari cinta pada Sang Pencipta. Bukan belum tau ataupun belum mau. Tingkat kepekaan pada manusia seakan lebih terasah dan diasah dari pada peka akan petunjuk dariNya. Hidayah yang belum diberikan atau diri yang tak pernah memimpikan? #SemangatHijrah (at Museum Monpera)
0 notes
sarpratiwi · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Engkau si mata sendu Biarkan angin melambaikan rindu Walau mungkin tak pernah bertemu Ku persilahkan engkau bertamu Meminum secangkir teh atau kopi susu Bersama kue beraroma madu Dengan udara yang begitu syahdu.. Aku pun tau pesanan ibumu Dua kotak nastar bertabur keju Harganya cukup seratus ribu Udah diskon akhir tahun loh itu.. #JanganSeriusAmat
0 notes