Tumgik
say-hai Β· 4 years
Text
😊
Pekan ini, saya membaca buku tentang kebijakan publik. Sementara di kantor, kerjaan saya sedang sampai di fase memperbaiki Customer Journey dari sebuah aplikasi.
Hal-hal kayak gini akhirnya mempengaruhi cara berpikir saya. Selain jadi dikit-dikit nanya:
"Berapa bla bla bla?"
"Reasonnya apa bla bla bla?"
Saya juga jadi menyadari betapa banyak bias kognitif dalam diri saya selama ini. Berempati pada dasarnya adalah berusaha memandang sebuah masalah dari sudut pandang yang punya masalah. Mencoba berdiri di tempat mereka dan menemukan banyak variabel yang tidak ada di kepala kita. Berempati itu tentang bertanya apa yang dirasakan. Bukan berasumsi tentang apa yang mereka rasakan.
Hal ini juga sedikit banyak merubah cara saya dalam beragama. Fiqih, yang bagi saya di masa kecil hanyalah sekumpulan rules halal haram yang selesai dengan logika IF THEN ELSE, akhirnya berubah menjadi sesuatu yang punya banyak variabel.
Umar bin Khathab membuat kebijakan untuk menyerahkan harta rampasan perang ke negara dengan landasan bahwa kekayaan ummat tidak boleh dikuasai satu dua generasi saja. Beliau memahami bahwa mungkin suatu saat ummat Islam sudah tidak berperang lagi. Tidak akan lagi harta rampasan perang. Maka harta tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan generasi selanjutnya.
Dulu, saya berpikir bahwa setelah saya membaca sebuah buku, saya bisa berpendapat tentang apa yang ada dalam buku. Nyatanya tidak. Membaca buku hanya membantu kita untuk merumuskan pertanyaan dengan lebih baik serta memandu kita agar tahu siapa saja orang yang bisa kita tanyai.
Kebijakan publik punya banyak pertimbangan. Pada kitab-kitab klasik, kita menemukan banyak cabang dalam ilmu fiqih mulai dari fiqih siyasah, fiqih muamalah, fiqih waris dan yang lain sebagainya.
Menjadikan Quran dan Hadis sebagai landasan hidup tak lantas membuat kita bebas mengutip ayat Al Quran untuk permasalahan yang kita hadapi. Semua ada kaidahnya. Andaikata kutipan kita yang serampangan menghasilkan kesimpulan yang benar, itu berarti kesimpulannya kebetulan aja benar. Tapi dari sisi metodologi, keputusan kita loncat-loncat. Hal ini juga akhirnya membuat kita tidak biasa menanyakan semua pada ahlinya karena kita merasa cukup dengan asumsi kita sendiri.
Apakah ini berbahaya?
Di level individu tidak akan terasa. Tapi kalau kita dikasih amanah yang lebih luas akan bahaya. Bagaimana kalo kita berasumsi bahwa setiap yang berzina harus dihukum karena AlQuran mengatakan demikian. Lantas, kita jadi menghentikan bantuan supply obat untuk penderita HIV karena lagi-lagi kita punya asumsi bahwa orang HIV itu berzina. Andaikata memang iya, apa kita berhak menelantarkan orang sakit? Again, fiqih itu punya banyak sekali variabel.
Islam sebenarnya tidak serumit itu. Sebagai individu, melaksanakan apa yang ada dalam rukun islam saja cukup. Tapi ketika dibawa ke level masyarakat, shalih saja tidak cukup. Harus berilmu dan punya wawasan luas di bidangnya. Harus rendah hati dan mendengarkan masukan dari orang lain.
Intuisi itu kadang bisa membantu. Kadang bisa menjebak. Memahami metodologi riset pada bidang yang kita tangani adalah ikhtiar maksimal untuk membebaskan diri dari bias kognitif dalam membuat keputusan. Selebihnya, semoga Allah mengampuni kekeliruan yang diakibatkan keterbatasan kita sebagai manusia.
20 notes Β· View notes
say-hai Β· 4 years
Photo
Tumblr media
Mungkin bulan depan bisa ke sana lagi, atau bulan depannya lagi, atau bulan-bulan depannya lagi(?) Entahlah. Yang jelas, semoga kita senantiasa dalam lindunganNya. Aamiin. πŸ’š In frame: 1. Pantai Balekambang - Malang 2. Pantai Goa Cina - Malang 3. Pantai Coro - Tulungagung 4. Teluk Love - Jember 5. Pantai Payangan - Jember 6. Pantai Papuma - Jember 7. Pantai Parangtritis - Jogjakarta Beberapa foto diambil oleh teman, ya namanya kan liburan bareng, gak liburam sendiri 🀣 https://www.instagram.com/p/CAzVScID-BW/?igshid=kbdtavv1l0qa
10 notes Β· View notes
say-hai Β· 4 years
Photo
Tumblr media
Setiap orang punya cara untuk bersyukur dan menentramkan diri. Ini caraku. Dengan menatap langit dan menyadari bahwa dunia begitu luas, begitu indah dan kita bukan siapa-siapa tanpaNya. (at Pasuruan) https://www.instagram.com/p/B_90mpkjPkP/?igshid=1i8lbcluzbwov
0 notes
say-hai Β· 4 years
Text
The thing that everyone has
What do you think that everyone has?
Themselves? It could be tomorrow they passed away.Β 
Their happiness? Ah, that's very short. It could be happy now, then a few seconds later it's gone.Β 
Their difficulty? Usually, this is what makes someone remember the Creator. But sure even their difficulties belong to them?Β 
The answer is no.Β 
I think no.Β 
Nobody really has something.
0 notes
say-hai Β· 4 years
Text
Mengapa masih ada apakah ketika kau sudah tahu kebenarannya?
Mengapa masih ada akankah ketika kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan?
Mengapa masih ada bisakah ketika kau sudah tahu bahwa jawabannya jelas tidak?
Kita hidup bersama dengan jutaan manusia lainnya. Jangankan tegur sapa, kemungkinan untuk berjarak satuan kilo pun rasanya 'tak bisa.
Bagimu memang kita memiliki tujuan yang sama, tapi bagiku tujuan kita jelas berbeda.
Adalah suatu kebijaksanaan untuk saling menghargai. Adalah suatu kesabaran untuk saling mengerti. Tapi sampai kapan? Sampai kapan kita berjalan beriringan di jalan yang 'tak satu tujuan?
Berhenti!!! Jangan! Melajulah dulu! Jangan beriringan di seberang!
Atau jika tidak, aku yang akan melaju mendahuluimu. Tapi sulit bagiku. Saat kupacu, kadang aku masih ingin menunggu. Menurukan kecepatanku dan kita bertemu.
Jadi tolong, melajulah. Hingga aku tak mampu menemukanmu di seberang sana.
0 notes
say-hai Β· 4 years
Text
Kebermanfaatan
Uda 3 minggu gue wfh. Ya kebetulan rumah gue bisa dibilang deket dari tempat kerja, makanya pas ada pemberitahuan buat wfh gue langsung cabut aja buat pulang. Gue bukan tipe orang yang bisa tinggal di kosan sendirian berhari-hari sih, makanya lebih milih pulang.
Pas di rumah, ternyata bapak gue gak wfh, jadi tetep kerja kayak biasa. Yaiya sih, beliau kan kerja di pabrik, gak semua orang punya privilege buat wfh, kan? Nah karena jarak pabrik bapak sama rumah itu sekitar 40km, beliau milih buat naik bus. Dari pemberhentian bus, beliau naik ojek ke rumah.
Suatu hari pas bapak uda di rumah gue tanya,Β β€œPak, kenapa gak minta jemput adik aja dari pemberhentian bus?”. Bapak menyahut, ”Gak usah, kasihan tukang ojeknya. Meskipun gak begitu seberapa kalo gini kan bapak bisa bagi-bagi rejeki ke mereka”. Gue diem, speechless sih. Gak nyangka aja bakal dapet jawaban itu. Setau gue bapak emang pendiem banget, kalo gak penting gak bakal ngomong. Tapi sejauh ini memang bapak yang nyontohin gue buat bermanfaat ke orang lain, meskipun dalam hal-hal kecil. Pun ibu gue, sering banget bantu tetangga di rumah. Gue bersyukur banget sih dilahirin dari keluarga sederhana ini. Hidup memang bukan tentang seberapa banyak yang kita punya, kan? Tapi tentang seberapa bermanfaat kita bagi orang lain. ;)
Tetap sehat yaa semua, semoga kita bisa melewati wabah ini.
1 note Β· View note
say-hai Β· 4 years
Photo
Tumblr media
sesuka ini sampai ganti wallpaper dari sekian lama XD
0 notes
say-hai Β· 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Mereka itu keren. Carol & Nathan di webtoon Tweening =)
0 notes
say-hai Β· 5 years
Text
Tumblr media
KEDEWASAAN EMOSI
Salah satu topik yang agak jarang diangkat di Indonesia adalah kedewasaan emosi (emotionally mature).
Yang saya lihat, kebanyakan orang di Indonesia beranggapan bahwa kedewasaan emosi ini akan berjalan seiring dengan umur.
Padahal, berdasarkan pengalaman diri sendiri, kalau nggak sering-sering dikulik, kita jarang sadar bahwa secara emosi, kita kurang dewasa.
Tumblr media
Setidaknya, ada 20 tanda kedewasaan emosi seseorang, diantaranya adalah:
1. Sadar bahwa kebanyakan perilaku buruk dari orang lain itu akarnya adalah dari ketakutan dan kecemasan – bukan kejahatan atau kebodohan.
2. Sadar bahwa orang gak bisa baca pikiran kita sehingga akhirnya kita tau bahwa kita harus bisa mengartikulasikan intensi dan perasaan kita dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tenang. Dan, gak menyalahkan orang kalau mereka gak ngerti maksudnya kita apa.
3. Sadar bahwa kadang-kadang kita bisa salah – dan bisa minta maaf.
4. Belajar untuk lebih percaya diri, bukan karena menyadari bahwa kita hebat, tapi karena akhirnya kita tau kalau bahwa semua orang sebodoh, setakut, dan se-lost kita.
5. Akhirnya bisa memaafkan orang tua kita karena akhirnya kita sadar bahwa mereka gak bermaksud untuk membuat hidup kita sulit – tapi mereka juga bertarung dengan masalah pribadi mereka sendiri.
6. Sadar bahwa hal-hal kecil seperti jam tidur, gula darah, stress – berpengaruh besar pada mood kita. Jadi, kita bisa mengatur waktu untuk mendiskusikan hal-hal penting sama orang waktu orang tersebut sudah dalam kondisi nyaman, kenyang, gak buru-buru dan gak mabuk
7. Gak ngambek. Ketika orang menyakiti kita, kita akan (mencoba) menjelaskan kenapa kita marah, dan kita memaafkan orang tersebut.
8. Belajar bahwa gak ada yang sempurna. Gak ada pekerjaan yang sempurna, hidup yang sempurna, dan pasangan yang sempurna. Akhirnya, kita mengapresiasi apa yang 'good enough'.
9. Belajar untuk jadi sedikit lebih pesimis dalam mengharapkan sesuatu - sehingga kita bisa lebih kalem, sabar, dan pemaaf.
10. Sadar bahwa semua orang punya kelemahan di karakter mereka – yang sebenarnya terhubung dengan kelebihan mereka. Misalnya, ada yang berantakan, tapi sebenernya mereka visioner dan creative (jadi seimbang) – sehingga sebenernya, orang yang sempurna itu gak ada.
11. Lebih susah jatuh cinta (wadaw). Karena kalau pas kita muda, kita gampang naksir orang. Tapi sekarang, kita sadar bahwa seberapa kerennya orang itu, kalau dilihat dari dekat, ya sebenernya ngeselin juga πŸ˜‚ sehingga akhirnya kita belajar untuk setia sama yang udah ada.
12. Akhirnya kita sadar bahwa sebenernya diri kita ini gak semenyenangkan dan semudah itu untuk hidup bareng
13. Kita belajar untuk memaafkan diri sendiri – untuk segala kesalahan dan kebodohan kita. Kita belajar untuk jadi teman baik untuk diri sendiri.
14. Kita belajar bahwa menjadi dewasa itu adalah dengan berdamai dengan sisi kita yang kekanak-kanakan dan keras kepala yang akan selalu ada.
15. Akhirnya bisa mengurangi ekspektasi berlebihan untuk menggapai kebahagiaan yang gak realistis – dan lebih bisa untuk merayakan hal-hal kecil. Jadi lebih ke arah: bahagia itu sederhana.
16. Gak sepeduli itu sama apa kata orang dan gak akan berusaha sekuat itu untuk menyenangkan semua orang. Ujung-ujungnya, bakal ada satu dua orang kok yang menerima kita seutuhnya. Kita akan melupakan ketenaran dan akhirnya bersandar pada cinta.
17. Bisa menerima masukan.
18. Bisa mendapatkan pandangan baru untuk menyelesaikan masalah diri sendiri, misalnya dengan jalan-jalan di taman.
19. Bisa menyadari bahwa masa lalu kita mempengaruhi respons kita terhadap masalah di masa sekarang, misalnya dari trauma masa kecil. Kalau bisa menyadari ini, kita bisa menahan diri untuk gak merespon dengan gegabah.
20. Sadar bahwa ketika kita memulai persahabatan, sebenernya orang lain gak begitu tertarik sama cerita bahagia kita – tapi malah kesulitan kita. Karena manusia itu pada intinya kesepian, dan ingin merasa ada teman di dunia yang sulit ini.
Written by @jill_bobby
Referensi: https://youtu.be/k-J9BVBjK3o
4K notes Β· View notes
say-hai Β· 5 years
Photo
Tumblr media
0 notes
say-hai Β· 5 years
Text
Me Ra Sa
Kadang kita merasa tidak enak pada orang lain, merasa orang lain menjauhi kita, merasa bersalah, dan lain sebagainya. Wajar, sebagai manusia kita dikaruniai perasaan, tentunya dengan tingkat kepekaan yang berbeda-beda.
Untuk beberapa kasus kita perlu menggubris apa yang kita rasakan, tapi bukan berarti tindakan yang kita lakukan terhadap orang lain hanya mengikuti apa yang kita rasakan kepadanya. Perlu konfirmasi, perlu klarifikasi, perlu kejelasan.
Karena terkadang apa yang kita rasakan belum tentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Selalu ada alasan kenapa si A begini dan kenapa si B begitu.
Sebagai makhluk yang dikaruniai akhlak pula, harusnya kita berusaha menyelesaikan semuanya dengan hati dingin. Kalaupun tidak ada titik temu dari kedua pemikiran, lebih baik saling mengikhlaskan tanpa perlu ada pertengkaran.
Yaaa, ini self reminder buat aku sih, yang biasanya suka merasa lalu berasumsi tanpa kejelasan :'D
0 notes
say-hai Β· 5 years
Photo
Tumblr media
JEDA Kadang kita melangkah terlalu bersemangat, seperti hendak berlari agar segera sampai di tempat. Kadang kita melampaui batas saat memikul beban berat, merasa kuat padahal tubuh tersiksa sangat. Tanpa sadar kita butuh jeda dan istirahat. Ketika apa yang hadapi tak kunjung pergi. Ketika apa yang kita cari tak kunjung teraih. Jadikan jeda sebagai renungan. Jadikan jeda sebagai harapan. Untuk kita bangkit lagi, berjuang lagi. Dengan langkah yang lebih pasti. Dengan beban yang masih terkendali. Surabaya, 23 Mei 2019 https://www.instagram.com/p/Bxz8gDyFV09/?igshid=1gb2y1hk0sr3a
0 notes
say-hai Β· 5 years
Text
Mereka yang sering merindu, adalah mereka yang sering berdoa dan bahagia dengan doanya. Bukan karena tau doanya akan dikabulkan, tapi karena percaya bahwa doa dan rindunya pasti akan tersampaikan dengan jalan dan ketentuan dariNya. Dan yang pasti, doa dan rindunya akan sampai pada dia yang mau menerimanya. Jika kini kamu belum mengerti tentang apa itu rindu dan doa, maka belajarlah pada mereka yang selalu tenang dan percaya bahwa takdir itu semuanya baik, hanya saja kadang kamu memandangnya dengan nafsu dan ambisi, yang menjadikannya terlihat buruk untukmu. Rindu, doa, dan prasangka baik.
@jndmmsyhd
1K notes Β· View notes
say-hai Β· 6 years
Text
yaa gimana yaa xD
Seharusnya kehidupan yang sementara ini jangan dibuat rumit. Satu keluarga bercocok tanam buat makan sehari-hari, buka peternakan juga untuk sumber pangan, gausah ngejar karier, prestis dan duniawi, kayaknya udah cukup. Gausah repot repot s1, s2, s3. Iphone 6, 6s, 6s+.
Dunia tuh porosnya kenceng banget. Kalo mo dikejar semua ga akan dapet. Mending bobo yu sini, nunggu kiamat
133 notes Β· View notes
say-hai Β· 6 years
Text
I'm OK :)
Tumblr media
Percaya hatimu
Kuatkan dirimu
Tak pernah menyerah
Berani melangkah
Percaya tangismu
Dan perjuanganmu
Akan jadi kisah
Terbaik di hidupmu
Tak apa terjatuh
Bangkitlah dan tersenyumlah
Kita terus maju
(Yakini diriku, yakini dirimu)
Semesta 'kan bantu
(Merakit mimpiku, merakit mimpimu)
Melesatlah seperti peluru
-Yura-Merakit-
0 notes
say-hai Β· 6 years
Text
Pergi, Entah Kembali
Tumblr media
Tinggallah kasih seperti dulu
Sebelum abai dalam waktu
Namun yang hilang
Benar telah hilang
Tak semua yang pergi
Ditakdirkan untuk kembali
[Yura-Kata Hilang Makna]
0 notes
say-hai Β· 6 years
Text
Perjalanan
S : Apa yang kamu sukai dari perjalanan?
Y : Bertemu orang baru.
S : Lalu apa yang tidak kamu sukai dari perjalanan?
Y : Bertemu orang baru juga.
S : Maksudnya? (bingung)
Y : Perjalanan memberi peluang besar bagi kita untuk bertemu orang baru, dan setiap pertemuan pasti akan menambah pengalaman. Bisa jadi apa yang dialami orang tersebut belum pernah kurasakan, atau bahkan tidak akan terjadi padaku. Dari situ kita bisa belajar dan mengambil hikmah. Tapi setiap pertemuan pasti diiringi perpisahan, itu yang tak kusuka. Seperti kita pada akhirnya.
S : (hening)
1 note Β· View note