Tumgik
sekilasrasa · 8 days
Text
I hate the way I feel like I'm starting to lose you after everything. The way we start drifting even if we're just ten centimeters away from each other.
Am I too harsh? Or am I too strong for you? Am I too much? Am I draining your energy?
Are you bored of me? Do you think we don't have any chemistry anymore? Did you ever thought that we were actually never meant to be friends?
We do have so many different things. We do have so many different perspectives.
I was an ambitious person and you were a perfectionist. I was a sarcastic person and you were someone with a soft heart. I was a person with a busy life while you were someone who did everything you like.
Or maybe, if you want to try with someone new. Let's just keep a distance for a while. I bet you're tired to keep me company everytime.
I hope you don't left me without anything to hold. I hope you tell me before you go. I hope you don't give a bad farewell.
I'll stay if you want me to. I'll go if it's good for you.
Because maybe...
Just maybe...
You thought of how I'm being careless about your feelings. Maybe you thought how free you we're when I'm not by your side. How free you are when you express everything you like.
Or maybe...
you had enough of my ego. You had enough of all the things I hold back. To all the things I didn't want so say sorry to because I feel embarrassed to even say to you.
Go on, set yourself free. I'm no longer holding you. Take your own step. Run, run as fast as you can from this monster in me
1 note · View note
sekilasrasa · 21 days
Text
Aku mendengar seseorang baru menyukaimu. Ia seseorang yang begitu baru di duniamu. Anak itu, anak pindahan yang dulu kukenal ketika wawancara agenda tahunan sekolah.
Apakah aku takut jika suatu saat, dalam waktu dekat ini, aku tidak akan merasakan hal yang sama lagi? Dari dulu, jika ada orang lain yang menyukai sosok yang sama, aku terbiasa mengalah. Takut sekali melakukan hal bodoh yang tidak berguna. Tapi aku sayang dengan projekku. Aku juga "berjuang" untuk bisa kau lirik.
Aku tau ketikanmu beda di grup pertemanan dari apa yang ada di roomchat ku. Kau cenderung lebih bebas berekspresi. Yah, tentunya tidak sesopan jika bersamaku. Karena aku juga, aku juga begitu. Ingin menampilkan seberapa pantas aku di dalam radarmu.
Tapi selama seperti itu, bukankah berarti aku punya harapan? Peduli amat tentang kabar kecil itu. Aku tidak mau mengalah lagi. Aku ingin bertahan sebentar sampai akhir. Katakanlah sampai lulus dan berdiri di jalanku sendiri.
Tidak apa, tidak apa. Setiap manusia punya hak untuk mencinta. Dan tak ada yang bisa menghentikan mereka selama lengkungan kuning itu tak ada di depan rumah.
Lagipula, aku pun bukan siapa-siapa. Silent bonding tidak lantas membuatku dapat menggaungkan namamu selamanya.
0 notes
sekilasrasa · 1 month
Text
Catatan Mimpi, 18/08/24
Floral balcony? Tempat yang sering ada di film-film buatan disney. Dandananku sudah selayaknya seorang putri. Dress bewarna violet yang terkembang menyelimuti diri.
"Sekalipun ada pilihan princess di situ, menurutku kamu ga cocok. Ya itu, kalo ga witch ya soldier." (menulis ini, mendapat mimpi seperti ini, membuatku mengingat bubble chat seseorang, beruntungnya kita sudah asing)
Tapi, ini kan ini sebuah mimpi. Mimpi KU. Aku lebih dari berhak dari siapapun untuk berada di sana. Maka kubiarkan saja alur melanjutkan setiap scenery-nya.
Rasa-rasanya aku ingin duduk di sana selama yang aku bisa. Melarikan diri dari semua hal yang siap menerjang. Oh, betapa cantiknya bunga-bunga ungu yang berjatuhan! Sulur-sulurnya menjuntai, memenuhi pelataran.
Lantas, kedua tanganku memungut beberapa yang berserakan. Merangkainya menjadi sebuah mahkota bunga. Tersenyum, menunjukkan hasil karyaku pada seorang teman. Entahlah, aku tak tau dia teman dari dimensi yang mana.
Ah, the fact that I'm Laura. This multiverse, It's okay. I'm so happy to be here.
Merasakan hangat matahari yang menerpa langsung wajahku. Menyipitkan mata, menghindari cahayanya. Netra mataku menangkap sesosok laki-laki yang berdiri di hadapanku. Rambutnya coklat kemerahan. Namun sosoknya itu tembus pandang. Hanya aku yang dapat merasakan dan melihatnya keberadaannya.
"Luxor?" Bibirku bergumam menyebut namanya.
Ia mengangguk. Berjalan mendekat. Meraih bunga-bunga yang masih utuh. Kemudian duduk tak jauh di belakangku.
Tangannya menyisir halus rambutku. Mengibaskan dedaunan yang menempel. Begitu lihai ia mengambil dua bagian kecil di kanan dan kiri. Lantas mengepangnya seolah ia seorang ahli.
"Nah, sudah. Cantik sekali."
Kurasakan tangannya yang besar melingkar di leherku. Semakin lama, sosoknya yang samar itu, menjadi lebih jelas. Cahaya berwarna kuning mengelilinginya. Begitu pula dengan rasa hangat yang semakin lama terasa karena dekapannya.
-dan selesai
(aku bangun dari tidur sore setelahnya)
0 notes
sekilasrasa · 2 months
Text
mau throwback ke bulan september di mana aku pamitan berangkat exchange pake vn trus dibales km pake vn juga. km tau g si? vn itu aku save sampe sekarang. terdownload, kumasukin laptop.
aku inget bgt sebuah bagian di mana km ngomong, "Semoga dapet good memories, ya…bad memories pun juga ga apa."
disitu aku ga pernah nyesel pernah nglakuin itu. I got that vn. it's for me., bukan forwadan humas dri anakku, bukan dari temenku. itu khusus buat aku. dan hal yg aku seneng bgt, km sempetin ngomong disitu. jelasin di dlm jawaban hbs latian flashmob monaco taun lalu.
"maaf baru bales, aku barusan latian flashmob"
0 notes
sekilasrasa · 2 months
Text
Hei, aku tau bgt km ga bakal baca smua tulisanku buat km yg tersebar di berbagai sosial media. Mungkin km bingung knp aku harus sgt" berdedikasi bikin itu smua. km kira aku tau? i was clueless too. temen"ku juga bingung knp aku ga udah" knp ga capek"
di mata temen"ku km cenderung org biasa pdhl. apa spesialnya? bahkan sebagian org bilang km makhluk menybalkan. i did admit that. tp aku gtau. gtau letaknya spesialnya dmn. but i did admit that saat itu aku kesandung omonganku sendiri. Jatuh terjerembab dan masih ragu mau jalan lagi atau ga. Harusnya aku tinggal berdiri aja kan ya? its easy as people said.
butuh berapa phase denial lagi? empat kah? lima kah? 7 bulan terakhir ga cukup kah? tambah lagi sama 3 bulan awal. 7 bulan, setelah itu aku kaya org tenggelem. latian gambarkm sampe mabok, bahkan di turki sekalipun. nulis cerita what if kaya suatu hari kita bakal ketemu lagi. saying to myself at X, harusnya km ke singapura aja. harusnya km ga kuliah di jogja. terus nyangkal lagi. bilang jangan ding. di jogja aja. please stay. whoever you'll end up with. karna aku yakin, aku bakal lupa dengan sendirinya. karena sibuk atau untuk cari pengalaman baru yang pernah aku impikan.
FK sama FEB rada jauh kok. kita ga akan ketemu. mungkin suatu saat juga km udah punya cwe. aku? ya gapapa. bagusnya kalo udahan ya udahan kan? I mean, people tend to stop when there's nothing to do anymore.
aku bkn cegil kok. aku cuma bingung aja. bingung harus digimanain biar berhenti. apakah harus cari yang lain lagi? atau i have to replace you with something i really want?
masa...UGM? beda. kalo yg itu harga mati. klo km 50 persen menduduki. berharap apa aku sm masa putih abu? ga. ga ada.
i did pray to God, don't let me have slight interaction with you. but sometimes He gave your scenery after i have thoughs of you. ini ujian kan? ini ujian kalo aku kuat nahan diri kan? Aku org labil. I'm indecisive, I'm confuse by my own feelings. because it goes up and down. it goes around and around. are you really friendly? or are you some sort of introvert yg berusaha ekstro demi kepentingan sosial? will you let me ask all the things in your head? because i have no idea.
"gaboleh", i said to myself every single day when i get hyped. kaya gini itu jalannya rahasia. gabisa kaya gini. ga mungkin segampang ini. maybe you're not the one. i cant spill the big feelings di sini kan? it's not even the right time. aku masih harus nunggu enam, tujuh tahun lagi.
ustadzah bilang tangki cinta itu bakal berkurang kalo diungkapin sekarang. nanti ga sisa buat org yang bakal datang di masa depan. it was just an analogi. but sometimes i hold on to those words just in case.
0 notes
sekilasrasa · 3 months
Text
Catatan : mimpi ke delapan
Sabtu 06/07/24
Aku tak tahu apa yang aku lakukan sehingga mendapat nomor ibumu. Workshop kah? Sesuatu yang menyangkut profesi dokter kah?
Entahlah. Intinya di mimpi malam itu aku mendapatkannya. Kelelahan di jalan, dan iseng membuka status sosial media milik ibumu. Lucu sekali, pasutri satu ini. Beliau me mention akun ayahmu.
Ya. Aku terbawa lagi. Ke mimpi yang memperkenalkanku dengan keluargamu. Tanpa menyinggung namamu. Tanpa memberi hint bahwa aku mengenalmu. Dan beliau, membuka lebar-lebar kesempatan itu.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ku. Di saat itu aku tak sengaja mengirim akun ayahmu ke ibumu. Oh man, beliau sampai-sampai menjawab dengan voice note.
Bahkan, gilanya, mengajakku mengunjunginya. Ah, padahal aku tak pernah bertemu beliau sama sekali. Nyata sekali rasanya, tidak jauh beda dari mimpi sebelum-sebelumnya.
.
.
.
Kata mereka yang tahu bagaimana ibumu, mereka bilang beliau orang yang tegas ya? Yah, bisa ditelusuri dari bagaimana beliau mendidik anaknya sih.
Maybe just maybe, if we know her without all this highschool things, she wouldn't be that scary. I mean, she IS a doctor. Kerjanya sama anak-anak. Berjasa bgt nangis😭
Tapi smua org juga berjasa di masing-masing kok. Buktinya anaknya berjasa, membuatku punya ide bikin cerita.
Maaf ya om tanteee, padahal kita ga pernah kenal...
Kalo mau berharap jadi calonnya masih kurang sana-sini. Saya masih SMA. Jadi mungkin doanya belum sampe sana, ga berani saya.
Semoga anaknya dapet nilai bagus. Semoga jalannya pendidikannya dimudahkan...
0 notes
sekilasrasa · 3 months
Text
Catatan : Mimpi Keenam, Mimpi Ketujuh
Mimpi keenam, mimpi ketujuh. Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan. Hanya sekilas screentime yang diberikan.
Acap kali aku berpikir, ada apa dengan pikiranku sampai kau datang berkali-kali? Karena sungguh yang aku lakukan hari itu hanya memandangi wajah para player CoC yang marak di sosial media.
"Apa arti nama tengahmu?" Kuingat benar pertanyaan yang ku lontarkan di atas kasur yang begitu tinggi. Jika dilihat mungkin kasur itu terletak di ruang kesehatan? Apakah aku kurang tidur karena tidur larut dan terlambat sekolah?
Aku tidak yakin. Tapi ku yakini kesadaranku cukup untuk mendengar suaranya menjawab dari samping ku. Berbatas pagar kayu yang memisahkan tempat kami duduk.
Jawabannya jauh dari apa yang aku tahu selama ini. Jawaban darinya lebih condong pada namaku sendiri.
"Air?"
Tidak mungkin.
Samar memang. Aku juga tak yakin apakah ia mengucapkan kata 'hadiah,' arti asli dari namanya (berdasarkan pencarian ku tentu saja, tidak tau yang asli orang tuanya).
Tapi namanya mimpi yang benar biasanya hanya sebagian. Mimpi bukanlah Google yang sewaktu-waktu bisa mengoreksi kekeliruanku. Sekalipun terkadang, mimpi menghadirkan wajah orang belum pernah kutemui. Dan tatkala aku bangun menemukan bahwa pernyataan itu fakta adanya.
Mimpi ketujuh. Apa ini? Aku bahkan tidur siang dengan posisi setengah sadar. Aku masih bisa mendengar suara dengkur Mbah dari balik tirai hijau rumah sakit. Namun di sisi lain aku juga melihat gedung sportorium yang bersebelahan dengan rumah sakit. Di mana aku? Kenapa aku banyak melihat anak dari sekolah?
Eca yang bertanya di mana mikropon berada. Lantas mengambil mic portable yang terbelah menjadi dua. Tidak apa-apa, toh masih bisa dipakai.
Lalu kulihat rangkaian bunga berukuran besar ucapan selamat yang tertulis nama Auly. Ada apa? Acara apa ini? Orang-orang berdandan cantik sedangkan aku seperti lusuh. Masih menggunakan hoodie yang sama layaknya saat aku tertidur.
Dan tatapanku, terkunci pada seseorang yang berada beberapa meter dari tempatku berdiri. Dia. Lagi dan lagi. Begitu terus hingga aku sadar pakaiannya lebih rapi dari biasanya. Batik kah? Kemeja kah? Entahlah. Aku hanya bisa melihat dari tempatku. Tidak bisa dan tidak mau menghampiri.
Aku bangun. Begitu saja.
Lantas mendengar pertanyaan,"apakah Mbah sudah mandi?"
....
"Sudah."
Sudahlah, tidak tahu. Perawat memanggilku untuk menitipkan obat.
0 notes
sekilasrasa · 3 months
Text
Hingga kini, semoga cerita tak lekang oleh waktu
Kau harus tahu seberapa bingung aku dibuatnya. Kusadari bahwa aku ikut terlarut di dalamnya. Mungkin jika ini salah satu manhwa baru di lapak hijau, aku akan mengikutinya. Tapi ini? Sejelas ini, sampai berbekas rasanya.
Sungguh, jika aku tahu penyebabnya, aku akan lebih mencoba untuk menghindarinya. Pengarsipan kontak, percakapan panjang tentangnya, bahkan mungkin pembacaan pesan lama.
Alih-alih hanya membohongiku secara gamblang, rasanya aku seperti dibutakan oleh suatu sinyalir. Begitu jelas sampai aku tak bisa melupakannya dengan instan.
Empat kali, lima tanpa sosoknya.
Apakah aku yang menolak lupa? Apakah aku yang tak bisa meninggalkan sosok di dalam ketidaksadaran itu? Terkesan nyata nan bijaksana. Halus namun fana. Sebegitukah fiktifnya hingga terbawa?
0 notes
sekilasrasa · 5 months
Text
Aku suka kata "dahulu" mengenangnya terasa menyenangkan. Asal apa? Asal tidak ada yang akan terulang! Sejatinya aku suka cerita-cerita masa lampau, sejarah kehidupan. Tapi biar, biarkan kesalahan yang pernah ada menjadi pelajaran. Tidak perlu diulang. Tidak perlu dipraktikkan.
Sayangnya, hal tersebut tidak sama dengan kata "esok". Kata yang begitu menakutkan. Sebagaimana impian yang berterbangan layaknya layangan, tak pernah lepas dari tali kekhawatiran. Bagaimana, bagaimana aku sanggup membayangkan? Masa depan yang tak bisa diprediksi secara sempurna. Pilihan-pilihan rumit tanpa batas yang terlihat.
Gambaran itu akan selalu ada. Sebuah akhir bahagia. Sebuah fantasi. Tapi pada jalan takdir pun, tikungan tajam itu menunggu masanya. Masa di mana ia akhirnya menjadi yang tak terduga.
-aizara (26.04.24)
0 notes
sekilasrasa · 5 months
Text
Pada akhirnya, kita masih berlari dari kenyataan itu, iya kan?
Aku masih denial. Mengusahakan sebuah kejadian dengan hal yang tidak perlu. Menjadi terlalu senang karena hal teramat sederhana. Bagiku, itu hasil pancinganku. Kusimpan dalam arsip perjalanan ku. Tapi bagi dia? Yah, bisa jadi, pengganggu.
50-50? Siapa aku berani berharap? Usaha yang begitu besar ini kan karena tanganku bergerak secara spontan. Merangkai, menggambar, menulis untuk orang seperti dia. Aku suka caranya melakukan validasi. Aku suka membiarkan pesan terakhir yang ia kirim. Kapan ya, suatu hari aku tak perlu memancing lagi? Bisa saja, ketika aku sudah menyerah dengan coping mechanism ini.
Orang-orang yang terus saja membahas "takdir" ku, seakan aku akan bertemu dengannya besok. Biasa saja kan? Biasa saja. Banyak kan, orang tua yang seperti itu di hari raya. Membahas mertua, pernikahan. Aku masih menengah atas!! Aku masih harus kuliah, menyibukkan diriku dengan apapun di depan sana. Aku kesal. Menjadikanku terus menginginkan seseorang dalam angan.
Tapi, ini kan hanya aku yang tidak terbiasa. Aku saja yang terlalu membawanya dalam pikiran yang kini bagai badai topan.
Jangan bawa dia dalam mimpiku lagi Tuhan! Ketika bangun keesokan hari rasanya menyakitkan. Seperti ada yang hilang. Ada kata-kata manis namun bias yang dia katakan dalam alam bawah sadar.
"Aku antar kau pulang."
"Kujemput"
Bayangan samar itu bukan sosokmu. Aku selalu tahu, laki-laki itu hanya sebuah bagian dari mimpi yang begitu ambigu. Maka untuk apa bersedih karena itu?
0 notes
sekilasrasa · 6 months
Text
Aku akan sangat senang jika kita bisa bertemu lagi. Semua. Tidak hanya perorangan saja. Bukan sebagai teman sekelas, teman seangkatan, kakak kelas. Hanya sebagai kita yang kita.
Aku seharusnya bilang diawal, jika kita selesai dalam ranah kerja, bukan berarti kita selesai dengan hubungan. Tetaplah ada di dalam group chat kita. Itu sangat membantuku, yang setidaknya butuh dukungan moril dengan jabatan yang kuemban.
Sekalipun kita tak sedekat itu, sekalipun aku punya perasaan sepihak. Aku akan senang kita bertemu kembali dengan versiku yang baru. Aku yang selalu ingin bercerita bagaimana cara diriku melalui kisah yang kutiti saat ini.
Aku senang. Aku senang jika kalian membalas pesan panjangku, sekalipun begitu singkat. Sungguh, kalau saja ada kesempatan saat itu, seharusnya aku lebih berani mengungkapkannya. Menjaga seluruh profesionalitas dan prospek kerja di dalamnya.
Aku seharusnya lebih mengusahakannya, bukan?
It's not my fault. But i could've done better.
Aku bahagia tatkala kalian tetap menjawab private chat untuk saran perkembangan dan perubahan yang kugadang-gadang. Seluruh impianku. Terima kasih banyak. Aku harap bisa selalu melakukannya tanpa mengganggu ke depannya.
Lalu kenapa aku menulis ini? Tidak tahu.
Aku baru saja membuka drive-drive berisi foto-foto program kerja yang telah dilaksanakan. Lalu kemarin aku juga melaporkan sedikit perkembangan proker bulan lalu.
I should've tell you guys the first one dlu kann, baru yang kedua? And then yes, i feel it a bit late. But i finally feel being cared. It makes me emotional right before my eyes.
0 notes
sekilasrasa · 6 months
Text
Malam Senin, Tanggal Tiga
"Ada satu hal yang aku sesali dari masa kita dulu," ucap perempuan berhijab ungu itu meraih tanganku. Bola matanya berpendar di bawah remang cahaya lampu.
"Harusnya kita punya waktu lebih untuk deeptalk bahas-bahas regenerasi ya."
Aku menahan napas. Bingung bagaimana hendak menjawabnya. Sejujurnya, aku pernah memikirkannya sekali-dua. Hanya saja untuk mengetik di dalam kelompok kecil itu aku tak punya nyali mengatakannya. Terlanjur takut tak ada yang akan membalasnya.
Tidak masalah, kita semua terlampau sibuk untuk melakukannya kala itu.
"Sering-seringlah deeptalk sama anak-anakmu, berikan pengertian tentang rencana masa mendatang."
"Jangan sampai, periode berikutnya ga punya patokan yang bisa bimbing mereka, kaya kita dulu yang hilang arah."
Aku mengangguk, mengiyakan. Periode ini terlalu awal untuk sekadar membahas siapa yang aku melanjutkan periode atau tidak. Harapan darinya sama persis dengan harapanku bahwa semoga dari ketiganya, semua bisa melanjutkan.
"Maaf, aku ga lanjut, Za. Aku agak menyesal sebenarnya. Tapi, sisi baiknya, aku bisa lebih leluasa buat bantu-bantu saran sekarang."
-catatan 5 April 2024
0 notes
sekilasrasa · 7 months
Text
Ternyata, aku lebih nyaman kalo kamu ga ada
0 notes
sekilasrasa · 8 months
Text
Teks kultum 2/2/24
(Salam, pembukaan, puji syukur, shalawat)
Teman-teman yang saya sayangi,
Sebelum membahas lebih jauh tentang literasi, aku mau jelasin sedikit tentang literasi itu sendiri. Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. perintah untuk membaca juga terdapat pada Alquran surat Al-alaq ayat 1 yang berbuny i"iqro "yang berarti "Bacalah"
Sedangkan menulis sendiri memiliki peran sangat penting dalam penjagaan keaslian isi Alquran. Sehinggga Alquran yang saat ini kita baca masih sama isinya dengan yang dahuku dibaca oleh Rasulullah.
Makanya literasi dinilai sebagai aspek yang sangatlah penting. Khususnya bagi kita para remaja dalam menghadapi zaman kemajuan teknologi.
Karena dianggap sangat penting, literasi pasti punya banyak manfaat dong! Beberapa diantaranya: 1. temen-temen bisa memperluas wawasan dan pengetahuan.
2. Membantu berpikir kritis untuk mengambil keputusan.
3. Mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami suatu bacaan.
Namun sayangnya, peringkat literasi siswa indonesia masih terbilang rendah. Seperti yang dikutip dari data  Programme for International Student Assessment tahun 2022, Indonesia termasuk dalam 11 negara yang memiliki tingkat literasi terendah. Terus kalau udah gitu gimana dong ngatasinnya?
1. kalian harus mulai dari diri sendiri dulu! Tetapin tujuan kalian mau supaya menjadi lebih termotivasi untuk membaca
2. Buatlah jadwal dan target untuk membaca
3. Carilah teman untuk diajak challenge atau sharing tentang buku yang kalian baca, hal itu tidak hanya bisa meningkatkan minat baca melainkan juga untuk beropini secara kritis nah sebelum ditutup, aku mau ngasih tau kalian nih dari bidang PIP PR IPM SMA MUHI, akan mengadakan sebuah program yang blablablabla_
0 notes
sekilasrasa · 8 months
Text
24.01.24
Pada pertengahan Januari kita bertemu kembali
Takut? Jangan salah, aku sungguh berani
Berani mencoba untuk tidak menyiratkan peduli
Siap tidak siap, mau bagaimana lagi?
Ketidaktahuan akan keberadaan mu yang tak pasti
Aduhai, aku tidak suka cara ini!
Gugup yang ditabur rasa tegang
Hei, sudikah sedikit menyapa?
Cairkan tembok es tebal berlapis ganda
Anggap saja kertas itu tak pernah ada
Anggap saja memori itu tak nyata
Bukankah begitu, kita bukan siapa-siapa?
0 notes
sekilasrasa · 8 months
Text
And They Say It Was Enough
You say you wanna run
But turns out you still sat down
He said It's okay
So why do you still have to cry?
Go on, push him away
You'll never get the chance to stay!
Go on, let the feelings die
You know it doesn't meant to be there!
Thru the times that they said was gold
Thru the trust you manage to hold
Aren't you figuring stuff?
But you said it was love!
Do you finally believe it was lust all along?
Trapped inside the pure whistler of bird songs
Filled with light and bright stones
Wrapped with soft and this papers
The one that leads you to the wall of fame
There, there, it's giving you nothing but shame
So, go back to where you belong!
Because this place doesn't feels like home
0 notes
sekilasrasa · 8 months
Text
Hilang, biarlah hilang
Cahaya hidup yang kian meredup
Pasti bangkit tatkala kesempatan kembali terpampang nyata
Bukankah itu katamu,
Dahulu kau sendiri yang bilang padaku
Cahaya itu tidak jadi hilang, Lan!
Aku tak biarkan
T'lah aku kejar ke penjuru pikiran
Tapi, mengapa malah kau yang lenyap dalam pandang?
Terbawa oleh hiruk pikuk dunia
Melanglang buana,
Duhai, elok sekali rupamu kini
Sekian lama tak kulihat senyum jenaka yang dahulu kau sungging penuh hati
Wajah rupawan bak pangeran diatas sembrani
Kembali kau, Lan!
Di sini, ku tunggu kau datang
0 notes