Tumgik
senangmembahas-blog · 7 years
Text
Keberadaan Rilisan Fisik Di Era Digital
Tumblr media
Writer : Adetri
Musik merupakan salah satu bentuk jati diri seseorang, penikmat musik seakan bangga dengan musik pilihanya. Seiring berkembangnya teknologi para penikmat musik tak perlu repot pergi ke toko musik untuk membeli album dan mendengarkan musik kesukaanya, cukup dengan mengunduh di portal – portal musik berbayar. Era digital memang membawa cukup banyak perubahan dalam dunia musik yaitu, munculnya perilisan musik digital yang kini ramai dicari melalui media streaming.
Kembali ke beberapa dekade, jauh sebelum adanya teknologi penikmat musik harus sedikit berusaha untuk mendengarkan musik, seperti harus membeli alat pemutar musik, dan membeli album yang ingin di dengarkannya, hal ini yang dilakukan oleh Irham Vickry di masa mudanya, pria kelahiran Aceh berusia 48 tahun ini merupakan seorang kolektor kaset pita dan piringan hitam yang sudah ia lakukan sejak duduk dibangku SMP, koleksi pertama yang ia miliki adalah sound track flashdance milik Iren Kara yang ia beli seharga 1250 rupiah, hobinya itu terus berkembang hingga sekarang.  Berkat hobinya tahun 2000 akhirnya Vickry dapat membuka toko jual beli kaset pita dan piringan hitam di Kota Bandung.
Pria lulusan Sastra Rusia Unpad ini menyukai banyak genre musik, dari rock hingga klasik ia dengarkan, band yang menjadi favoritenya adalah A.K.A (apotik kali asin), superkid, the rollies, deep purple, led zepplelin, dan yes. Kecintaanya pada musik klasik ia tunjukan pada anak pertamanya, yang bernama Punteka Vivaldi Dzikri, nama tengahnya diambil dari seorang pastor dan komponis musik barok dari Itali, Anthonio Vivaldi dikenal sebagai maestro alat musik biola.  
Tokonya yang terletak di jalan Dipatiukur, Dago Bandung nampak tak terlalu ramai kala itu, sesampainya di toko DU 68 Music, saya langsung di suguhkan musik lawas dari super grup Indonesia bernama Dara Puspita yang di putar oleh Vickry melalui Turntable miliknya. Kaset pita, CD dan piringan hitam yang ia jual, terjejer rapih dalam dua rak besar yang menempel di tembok tokonya. Mulai dari album tahun 70an hingga 2016, dari musisi Indonesia hingga Luar Negeri dapat kita temukan.
Buat penggila rilisan fisik mungkin tempat ini menjadi surga bagi mereka yang ingin melengkapi koleksinya dirumah. Salah satunya adalah kolektor muda Yosaera Thoriq Ramadhan, pria 24th ini masih setia mengumpulkan piringan hitam,menurutnya suara yang dihasilkan oleh piringan hitam jauh lebih bagus daripada kaset dan Cd, ukuran fisik yang lebih besar membuat lebih enak untuk dikoleksi, menurut pria kelahiran jakarta ini dengan mengoleksi vinyls, cd, dan kaset tanpa disadari dapat membuka wawasan musik kita lebih luas.
Selain menjual album toko DU 68 Music juga menjual alat pemutar musik, antara lain turntable, walkman, tape, dan discman yang sudah jarang kita temui di era tekhnologi seperti ini. pelanggan yang datang ke toko ini biasanya berasal dari komunitas, mahasiswa, dan kolektor dari dalam negeri hingga luar negeri.
Musik dan musisi pada era 60,70,90 memang dikenal abadi, musik pada era itu lebih terdengar natural dan real karena para musisi membuat musik secara jujur dan sesuai keinginan, menurut Vickry anak muda zaman sekarang cenderung jenuh dengan berbagai genre musik yang di tawarkan, sehingga tak heran jika anak muda zaman sekarang tidak sedikit yang lebih memilih musik lawas.
Menurut Vickry yang sudah menjadi penikmat musik selama 48 tahun,ia melihat setiap 20 tahun sekali terjadi perputaran musik karena memoribilia yang kuat dan membuat generasi pada zamanya ingin mengulang kembali.
1 note · View note
senangmembahas-blog · 7 years
Text
Fazerdaze pulang ke kampung halaman
Teks : Adetri
Jika sebelumnya kalian menganggap bahwa fazerdaze adalah sebuah band, maka hal itu salah karena Fazerdaze sejatinya adalah proyek musik milik amelia murray wanita berumur 24 tahun asal auckland, new zealand, amelia murray merupakan wanita keturunan Indonesia, ibu murray adalah orang indonesia sedangkan ayahnya dari eropa.
Saat merilis album pertamanya, murray mengerjakan semuanya sendiri. Dari rekaman hingga membungkus cd EP-nya, ia mengaku bahwa lebih cocok rekaman dengan seadanya dibandingkan rekaman di studio yang proper, ia pernah melakukan sesi rekaman di studio tetapi hasil yang didapat tidak sesuai.
Wanita berdarah indonesia ini pertama kali mempelajari musik piano namun tidak sesuai dengan yang di harapkan, dan ia mulai mempelajari gitar elektrik yang dibeli ayahnya untuk sang kakak, ia bertekat untuk bisa memainkannya.
Setelah merilis album fazerdaze-ep pada 2014, fazerdaze mebuat kembali album kedua bertajuk morningside. Album kedua ini merupakan masa-masa karrir yang cemerlang bagi fazerdaze, murray mengaku bahwa album ini dikerjakan ketika ia sedang di tempat tidur, dari 10 lagu dalam album morningside 2 diantaranya menjadi lagu andalan single album ini, secara pribadi menurut saya lucky girl dan misread.
Pada lucky girl kita akan menemukan kata kata yang mudah diingat dan diksi yang sama di ulang berkali - kali dalam kalimat “i know im lucky girl im lucky girl girl girl” serta suara gitar yang cukup datar, dalam lagu lucky girl ini membuat kami wanita percaya bahwa “yes we are lucky girl”, lagu lucky girl hanya berdurasi 2 menit 51 detik.
Yang kedua adalah misread, lagu ini menceritakan tentang seseorang yang mempunyai double-side personality. Ini jelas tergambar pada liriknya
“I hate the way you talk about yourself as if you’re someone else.”
“I hate the way you try to hide the things you want to say.”
Album morningside dengan mudah menjadi album yang menyenangkan, sederhana dan mudah diingat bahkan saat pertama kali mendengarnya.
Pada 21 oktober 2017 kemarin, fazerdaze berhasil menyelesaikan tour asianya yang berakhir di jakarta, tepatnya di rossi musik fatmawati, jakarta selatan. Terdapat 3 kolektif musik di balik kedatangan fazerdaze ke jakarta, mereka ialah studi0rama, noisewhore, dan six thirty records. Dalam waktu 4 hari penjualan tiket yang dilakukan melalui aplikasi Goers ludes dibeli penggemar fazerdaze di indonesia.
Penampilannya di jakarta di awali oleh band pembuka yang tak kalah keren yaitu sharesprings salah satu indie pop jakarta terbaik dan grrrl gang band muda potensial asal yogjakarta. Penampilan fazerdaze dimulai dengan membawakan lagu “half figured”, sesekali murray menyapa penonton dan mengutarakan perasaanya bahwa ia senang sekali bermain di jakarta, di sela lagu amelia murray sempat meminum anggur merah di atas panggung dan dilanjutkan dengan lagu “take it slow”, diakhir performan fazerdaze mambawakan lagu “lucky girl” yang dikumandangkan dan disambut oleh riuhnya suara penonton, sempat terjadi beberapa crowdsurfing. Teriakan - teriakan “we want more we want more” membawa fazerdaze kembali naik ke panggung dan memainkan satu lagu lagi yaitu “little uneasy” yang menjadi salam perpisahan di malam itu.
Tumblr media
0 notes
senangmembahas-blog · 7 years
Text
Terakhir: Album lokal baru dan sedikit problematika.
Saya kembali dengan penuh kepuasan setelah sibuk mendengarkan album-album terbaru dari band local yang kebetulan banyak sekali merilis album terbaru mereka. Banyak album yang saya dengarkan pada tahun ini seperti album milik Bin Idris, Heals, Mooner, Mr. Sonjaya, dan album yang paling saya tunggu milik Jason Ranti berjudul Akibat Pergaulan Blues. Senang rasanya dapat mendengarkan materi baru milik mereka. Materi yang mereka bawakan terkesan baru tetapi khusus untuk Mooner mereka mungkin masih terjebak pada band yang mereka gemari tetapi sebuah suguhan musik baru di Indonesia dengan memainkan musik rock yang ditambah banyak scale unik yang diadaptasi dari musik India. Bin Idris dan Heals masih tetap pada jalur mereka tetapi tidak bisa dibohongi bahwa mereka sudah menemukan titik nyaman mereka bermain musik. Dengan materi yang tidak muluk-muluk dan bermain cukup aman, mereka sudah mendapatkan hasil yang maksimal pada album terbaru mereka. Mr. Sonjaya juga tetap pada jalurnya memainkan musik folk yang hangat dan enak untuk di dengar, tak terlalu rumit dalam pemilihan musik dan diksinya dan dapat dimengerti dengan mudah adalah ciri khas dari Mr. Sonjaya. Mungkin beliau tak ingin rumit dengan pemilihan musik dan diksi hahaha tetapi sejauh beliau memainkan musik seperti ini saya akan tetap suka dengan Mr. Sonjaya karena materi yang sungguh sejuk. Dan yang terakhir orang yang sepertinya sangat hangat bernama Jason Ranti. Saya bisa memprediksi dia akan menjadi orang besar pada industri musik Indonesia karena materinya sangat bagus. Akibat Pergaulan Blues menjadi album favorit saya karena banyak faktor. faktor utama adalah pemilihan diksi yang penuh problematika tapi dikemas dengan sangat aneh dan tidak akan terpikirkan oleh pendengar. nuansa folk dicampur dengan rock n roll serta blues pada album ini mampu menyesuaikan dengan tema dari lagu yang ada dalamnya sehingga suasana pesan terhadap lagupun mampu dimengerti secara baik oleh pendengar (harusnya hehehe).
terakhir saya ingin menyampaikan keresahan terhadap cara pandang penggemar atau penikmat psychedelic. banyak yang beranggapan bahwa psychedelic adalah musik yang dikaitkan dengan ketidaksadaran. menurut saya, jelas hal ini tidak sesuai karena seharusnya orang yang dalam keadaan sadar pun dapat merasakan makna psychedelic itu sendiri. memang, pada awalnya psychedelic mulai terangkat pada era woodstock karena pada saat itu sedang gemparnya kaum hippies yang banyak menggunakan “itu” untuk menikmati musik ditambah sebagian pengisi acaranyapun juga menggunakan “itu” sendiri tetapi yang harus diketahui dari psychedelic bukan berarti dikaitkan dengan hal “itu”. pada dasarnya psychedelic adalah bagaimana pendengar dapat tenggalam kedalam satu alur lagu itu sendiri. dan harusnya dapat dikatakan bahwa semua musik adalah psychedelic. psychedelic tidak melulu berhubungan dengan banyaknya suara aneh dalam suatu lagu tertentu. jadi jika anda menilai psychedelic ada pada era 60an menurut saya anda salah. psychedelic tergantung dari cara anda berpikir, ketika anda beranggapan anda tak dapat mengikuti alur lagu dan terbawa pada mood yang dibangun pada lagu tersebut sah-sah saja jika anda menyebutkan bahwa itu bukan psychedelic. contoh penyanyi yang tidak banyak menggunakan banyaksuara aneh tetapi lagu tersebut masuk kedalam playlist lagu psychedelic adalah david bowie. dia cukup memainkan mood untuk mengangkat lirik sehingga maknanya pun selalu kena.
mungkin ini akan menjadi tulisan terakhir karena banyak sekali faktor yang menghambat saya jadi tidak mempunyai waktu untuk menulis kembali.
terima kasih kawan-kawan sudah banyak berpartisipasi dalam karya kecil saya.
1 note · View note
senangmembahas-blog · 8 years
Text
5 album musisi indie zaman ini yang wajib dimiliki semua pecinta musik.
1. KELOMPOK PENERBANG ROKET - TERIAKAN BOCAH
Album ini termasuk album yang sangat penting untuk dimiliki karena pendatang baru ini menyuguhkan karya dengan tema rock tahun 60-70an. sound mereka juga cukup lo-fi dan menambah kesan vintage itu sendiri.
2. THE TREES AND THE WILD - ZAMAN, ZAMAN
Album ini adalah salah satu album penting yang wajib dimiliki oleh ppecinta musik karena album ini TTATW memainkan musik yang berbeda dibandingkan dengan album sebelumnya. album ini juga menuai banyak ujian karena kualitasnya memang juara. tidak ada yang aneh dari album ini, sederhana tapi tetap luar biasa.
3. THE S.I.G.I.T - DETOURN
Yap, lagi lagi album satu ini masuk ke deretan list saya. album yang menurut saya cukup penting karena perpindahan musik mereka dari rock n roll ke psychedelic rock stoner. salah satu album paling diburu juga di indonesia. jadi untuk mendapatkan album ini lumayan harganya tapi setimpal dengan apa yang mereka suguhkan di album tersebut.
4. EFEK RUMAH KACA - SINESTESIA
Ini salah satu album yang membuat saya selalu bertanya-tanya mengapa ERK secerdas ini dalam membuat album sinestesia. album yang tidak terlalu rumit untuk di dengar, dan permainan musik mereka yang teradaptasi dari musisi prog. rock tahun 70an membuat album ini mempunyai durasi yang lama. bisa dibilang ini album terbaik musisi indonesia yang pernah dibuat.
5. PAYUNG TEDUH - DUNIA BATAS
Apa yang mereka pikirkan sampai membuat album ini? salah satu album yang saya suka karena kesederhanaan mereka dalam menyampaikan pesan dan kesan rendah hati yang ditimbulkan dari album ini menjadikan album ini spektakuler, mungkin orang-orang akan menilai bosan dengan band yang satu ini. satu pesan saya untuk orang-orang yang bosan dengan album ini gunakan semua indera karena album ini bukan berisi tentang cinta. 
2 notes · View notes
senangmembahas-blog · 8 years
Text
Jason Ranti, bercanda tetapi menikam di hati.
Tumblr media
Kali ini berbeda dengan tulisan saya sebelumnya karena kali ini seseorang yang berasal dari Tanggerang ini belum mempunyai album tetapi sudah mempunyai banyak lagu yang lucu tetapi menikam di hati. Jason Ranti belakangan hadir hanya sendri tidak dengan teman-teman Stairway to Zinna. Jujur saya lebih suka Jason Ranti dengan konsep soloistnya menyanyikan karya yang sungguh luar biasa.
Setiap kali saya mendengar karyanya saya selalu berpikir apa yang ada di dalam kepala Jason Ranti hahaha. Perpaduan antara Bob dylan tetapi ada juga Syd Barrettnya dicampur lagi dengan “kegilaan” Jason Ranti sendiri. Sudah lama saya tidak mendengar musik seperti ini setelah sebelumnya ada penyanyi asal Bandung bernama Sir Dandy kini Jason Ranti hadir dengan musiknya yang khas. Lirik yang tajam namun disajikan dengan konyol, permainan gitar sederhana tetapi pas dipadukan dengan harmonika. sudah banyak lagunya yang saya dengarkan contohnya seperti Doa Sejuta Umat, Kafir, Suci Maksimal, Variasi Pink, Lagunya Begini Nadanya Begitu, Kadang Jakarta Jadi Ungu, Bahaya Komunis, Stephanie Anak Seni, dan masih ada lagi. Diantara lagu-lagu tersebut saya masih memfavoritkan Doa Sejuta Umat dan Kafir, karena menurut saya lagu itu penuh dengan sindiran keras.
Saya menunggu kapan albumnya akan keluar (walaupun ga tau kapan keluarnya). God bless Jason Ranti hahaha.
0 notes
senangmembahas-blog · 8 years
Text
Ketika Mata dan Jiwa dipersatukan.
Tumblr media
Salah satu duo yang menarik untuk disimak karyanya. Jelas Anda Perdana dan Reza Achman tahu yang mereka lakukan, memainkan musik yang jujur, gila, dan mereka tampaknya selalu menikmati musiknya ketika di atas panggung. Hahaha saya selalu ingin berkata kasar ketika mendengarkan musik mereka. Pikir saya “Anjing banget ini album!”. Mungkin untuk band segila ini saya tidak akan menutupi apa yang saya rasakan ketika mendengarkan musik yang mereka mainkan. Matajiwa memperkenalkan bukti keganasan mereka lewat album bertajuk “1″.
Awal saya mengenal mereka lewat Youtube dan menonton salah satu lagu mereka berjudul Semesta yang mereka mainkan di SAE (agak telat sih emang padahal ini band udah lama). Mereka berhasil membuat saya bungkam dengan apa yang mereka mainkan. Sound yang detail, set perkusi yang “ampun-ampunan”, dan sound gitar yang gahar (gitarnya mahal cuy parah wkwk), dan tentu saja permainan mereka yang terbilang “eksperimental” pasalnya ketika saya mendengarkan mereka bermain secara live benar-benar beda dengan yang mereka mainkan pada saat rekaman.
The Journey Begins membuka album “1″. Suara gesekan korek api, bara rokok, dan minuman yang dituang ke dalam gelas membuat kesan tersendiri terhadap album ini. Dilanjut dengan INTI, Mata Jiwa, Gili Reggae yang selalu disambungkan dengan suara salah satu cymbal kecil milik Reza Achman dan juga ada suara tapak kaki kuda di antara lagu Mata Jiwa dan Gili Reggae. Masuk ke lagu berjudul sama seperti albumnya “1″, ini adalah salah satu lagu yang menjadi masterpiece di album ini. Sebelum masuk ke lagu tersebut seperti biasa Reza Achman memberi suara cymbal kecilnya di lanjut dengan dengungan suara Orang mengaji, Nyanyian di gereja, dan acara agama yg lainnya menambah kesan hangat akan persatuan.
Untuk keseluruhan album ini mempunyai banyak kelebihan salah satunya terdapat pada sound yang detail (btw album yang saya beli formatnya kaset pita) walaupun di kaset pita pun soundnya detail apalagi kalo mereka merilis dalam bentuk vinyl haha mungkin soundnya akan lebih “anjing” lagi. Segan untuk duo Ethnic Psychedelic Rock yang satu ini. Saya kira “1″ mendapat nilai 8,5/10. 
1 note · View note
senangmembahas-blog · 8 years
Text
Buku bersuara berjudul “All My Demons Greeting Me As A Friend” dari daratan Norwegia.
Tumblr media
Penyanyi muda yang sedang digandrungi banyak penikmat musik sekarang karena suara yang luar biasa, aksi panggung yang memikat, dan kejeniusan dalam mengkomposisi lagu inilah yang membuat saya tertarik untuk membahas albumnya yang muncul pada tanggal 11 Maret 2016. Album yang penuh kejutan didalamnya dan ini termasuk album yang harus di dengarkan oleh seluruh pecandu musik. Yap, dia adalah gadis berumur 20 tahun asal Norwegia bernama Aurora Aksnes atau banyak orang mengenalnya dengan AURORA. Setelah sukses pada debut EPnya, AURORA  langsung meluncurkan debut LP pertamanya berjudul All My Demons Greeting Me As A Friend.
Kebetulan sekali saya mendapatkan rilisan digital yang deluxe edition yang didalamnya berisi 17 track lagu. Sejak saya mendengarkan EP pertamanya saya menjadi kecanduan untuk menelusuri karyanya. Tidak banyak perubahan juga di Album ini pada EP sebelumnya. Tetap bernuansa Electropop dipadukan dengan kesan Folk ala Norwegia.
Album ini sebagian tracknya di ambil dari EP sebelumnya. Pertama yang saya ingin katakan adalah album ini sangat menyegarkan di tengah musik-musik yang biasanya seragam atau mungkin terkesan membosankan karena banyak band-band yang berbeda tapi kelihatannya mereka memainkan musik yang hampir mirip. Kedua, album ini termasuk album yang cukup liar tapi tidak terlalu liar, pas pada komposisinya, tidak kurang namun juga tidak kelebihan menjadikan album yang satu ini adalah album yang sangat berbahaya. Paduan suara AURORA dengan musik seperti berada di alam terbuka inilah yang menjadikan album ini menarik untuk di dengar. Tidak cukup sampai disitu, didalam album ini AURORA mendaur ulang lagu milik Oasis yang berjudul Half The World Away menjadi sangat sederha dan dengan caranya AURORA sendiri.
Untuk debut LP pertamanya ini suatu yang mengejutkan. Saya terus menunggu album-album selanjutnya dari penyanyi yang satu ini. Saya rasa tidak ada alasan untuk tidak menikmati lagu-lagu dia dan saya rasa album ini pantas mendapatkan nilai 8,5/10.
1 note · View note
senangmembahas-blog · 8 years
Text
“Kekacauan” The Piper At The Gates of Dawn milik Pink Floyd.
1967 tahun dimana lahir “anak pertama” dari band asal Inggris bernama Pink Floyd. Beranggotakan Syd Barrett, Roger Waters, Richard Wright, dan Nick Mason bersama-sama merekam 11 track yang “kacau”.  The Piper At The Gates of Dawn sendiri adalah satu-satunya album dibawah pimpinan Syd Barrett. Album ini keluar menggegerkan ranah musik underground pada tahun tersebut. Album bergenre Psychedelic Rock ini berhasil menghipnotis pendengar mereka.
Dibuka dengan Astronomy Domine, dimana pada lagu tersebut diawali dengan suara yang seakan-akan seperti berada diluar angkasa ditambah dengan riff yang kasar membuat lagu Astromy Domine seakan-akan mengajak para pendengar untuk berpetualang di angkasa. Track-track selanjutnya memainkan efek-efek yang berbahaya, delay yang kacau, ditambah banyak suara-suara bising yang menambah kesan psychedelic itu sendiri menjadi sungguh menakjubkan. Hingga sampailah pada Lagu terakhir yaitu Bike. Suasana riang tertuang pada awal lagu hingga pertengahan lagu, hingga pada akhirnya Bike sendiri berubah suasananya menjadi “menyeramkan”. banyak suara-suara asing seperti, bel sepeda, langkah kaki, suara pintu, dan suara bising lainnya yg tak beraturan menambah kesan psychedelic yang sungguh berbahaya.
Pada dasarnya  The Piper At The Gates of Dawn adalah album Psychedelic Rock yang wajib di dengar. Menurut saya album ini mendapat nilai 9/10.
3 notes · View notes