Text
Baginya aku monster besar
Kasar dan tajam
Gelap dan panas
Kalau ada yang pergi, itu pasti karena aku
Tak sehalus yang lain
Tak senyaman yang lain
Tak seterang yang lain
Tak sesejuk yang lain
0 notes
Text
Berhenti sebentar saja. Biarkan ku tertidur.
6/12/19
2 notes
·
View notes
Text
Si anjing, aku mencintainya.
Merasa tidak cukup hanya dengan bilang "aku mencintainya" jadi ku tambahkan "anjing".
11 notes
·
View notes
Quote
Rindu dengan rapi mendatangi Pagi ini kupeluk erat dengkul ku sendiri Dengan bibir bibir bekas di bibir gelas Apa yang hidup dan tak bernyawa? Bayangmu
2 notes
·
View notes
Quote
Kadang, ingin kubenturkan kepalamu dengan kepalaku.
Agar kau mengerti, bahwa saling berkeras kepala hanya akan menyakiti kita.
1 note
·
View note
Quote
Memang lebih baik bersama orang yang tidak punya pilihan lain. Dia cuma punya kita. Susah atau senang. Kita bukan alternatif.
0 notes
Text
?
Aku ingin aku jatuh cinta. Bersalaman, duduk berlama-lama di kursi taman. Bicara tentang penghidupan yang sulit, atau harga cabai yang naik. Tertawa pada candaan yang tak lucu, lalu diam menghela napas. Memberi jeda pada takdir yang berkata “habis ini, kalian mau apa lagi?” Aku ingin aku jatuh cinta. Merasakan kata “ya sudah, sampai ketemu lagi ya,” seakan pertemuan selanjutnya akan jadi makna. Aku ingin aku jatuh cinta. Bergandengan tangan, berpelukan, jiwel-jiwelan pipi, cemburu, bahkan marah hanya karena diabaikan sepersekian detik. Aku ingin aku jatuh cinta, lalu patah hati. Ditinggalkan karena kalah cantik atau kurang uang, digantikan dengan perempuan lain yang lebih segalanya. Merasakan lagi tulang-tulang yang sekejap dingin lalu tidak. Jalan terseok, ambruk, duduk dilantai dapur, mendekap erat lutut sendiri, menangisi kenapa dulu aku ingin aku jatuh cinta. Aku ingin aku jatuh cinta. Lalu patah. Lalu kembali jatuh cinta.
0 notes
Quote
Menghapusmu seperti menghapus diriku sendiri. Betapa ingin, namun tak mungkin.
Aku menyayangimu seperti kusayangi diriku sendiri. Bagaimana bisa kita ingin pisah dengan diri sendiri?
0 notes
Text
Senandung senja
Waktu tergelincir sudah. Tak hilang bayangan lembut jemarinya. Menyeka deras air mata, redakan isak tangisku.
Canda nada ceritanya, tak luput dari telinga dan menggema. Mengusik derai duka lara, antarku melawan lelah.
Berpuluh kali musim lalu tinggal kisah yang tergores dan terujar di akal ku. Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu. Mampukah berbait syair melantunkan rasa rindu?
1 note
·
View note
Text
Maaf jika kau tak kucintai 'apa-adanya', terlalu biasa saja sepertinya.
Ketika yang lain ingin mencintaimu dengan 'sederhana' seperti apa yang dikatakan Sapardi Djoko Damono dalam penggalan puisinya, aku tidak. Bagiku, mencintaimu tak cukup hanya dengan 'sederhana'. Lebih dari itu, aku ingin mencintaimu dengan 'tulus', seperti Ibu Teressa yang mencintai kaum papa di Kolkata hingga tutup usia. Aku ingin mencintaimu dengan 'langgas', seperti Mangunwijawa dalam setiap pemikiran dan tindakannya akan cinta tanpa sekat hingga detik akhir kehidupannya. Aku ingin mencintaimu dengan 'egaliter' dan 'militansi positif', seperti sikap Tan Malaka saat berjuang dan melakukan pencerdasan ke daerah-daerah. Aku ingin mencintaimu dengan 'nekat', seperti Pramoedya Ananta Toer yang bertaruh dan menghabiskan hampir setengah hidupnya di penjara karena prinsip-prinsip hidupnya dalam balutan kemanusiaan. Aku ingin mencintaimu dengan perpaduan itu semua, tanpa mengorbankan integritas serta keunikan masing-masing.
0 notes
Quote
Aku tak suka masa lalumu, terlebih masa laluku.
Suka sekali membangkit-bangkitkan masa lalu orang lain, mencela, mencekam. Padahal, masa lalu sendiri seperti kotoran di bawah bantal. Jelas bau, jelas busuk.
1 note
·
View note
Quote
Kau tau niskala paling absah? Cinta. Tapi kau tak memilikinya. Habis. Dirampas waktu.
0 notes
Photo

Apa yang berbeda dari perpindahan tahun? Engkau semakin jauh, sementara kenangan semakin dekat. Lihat, langit dipenuhi kembang api, yang meledak-ledak di hatiku tetap saja sepi.
0 notes
Quote
Celana ku makin longgar. Kupikir aku makin kurus. Rupanya karetnya udah molor.
Jakarta, 02 Agustus 2016
1 note
·
View note