Orbit
“Rizki, kamu boleh menyampaikan isi kepalamu ya”
“Kamu boleh membaginya dengan teman-temanmu di sini, dan tidak perlu memendamnya sendiri”
~
“Apa yang sebenarnya kamu takutkan jika berada dalam kondisi itu, rizki?”
“Aku takut ga bisa menyampaikan dengan baik mbak, karena aku telah terbiasa menyaksikan pola komunikasi lebih baik dipendam kemudian meledak pada akhirnya, bagiku sampai saat ini, komunikasi yg baik masih sulit untuk dilakukan”
~~~
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh, hati baik.. :)
Semoga dalam keadaan baik,
Meski sedang tidak baik pun tak mengapa, semoga dapat menghadapinya dengan baik :D
*tetep aja pressure buat jadi baik yak wkwk
Dua kalimat pembuka di atas jaraknya sekitar 3-4 tahun :)
Menyadarkan bahwa meski telah hitungan tahun berganti si rizki ini masih perlu belajar untuk hal yang sama
Terus apa kaitannya sama judul ya?
Ehe sebenarnya tulisan ini sudah usil pengen muncul ke permukaan sejak akhir bulan lalu
Namun dipaksa ngantri, karena ada tulisan lain yg lebih prioritas
Hasilnya ga nahan lagi dia mendesak untuk dikeluarkan karena yang prioritas malah macet ki piye, oh jadi kamu yg sabotase yaa
Sempat diniatkan untuk tidak dituliskan sebab khawatir mungkin ada yg menemukan tulisan ini justru terluka dengan apa yg akan ditemui nanti
Khawatir emosi terlampau mendominasi sehingga pesan yang sesungguhnya justru terkelabui
Kemudian sedih sendiri, bahkan di portal yang dirasa paling aman untuk menuangkan pun masih saja mengutamakan apa yg mungkin orang lain rasa
Kemudian teringat nasihat ketus dari salah satu hati baik, (iya kamu :p)
Kamu yang bisa kontrol pikiran dan emosimu sendiri kik, tapi ga bisa kontrol orang lain <3
Lah kitanya suka heboh bener yak gimana agar si dia tidak merasa ini, gimana agar si doi merasa ini, mon maap ni, perasaan-perasaan dia, kenapa kita yang bertanggungjawab?
Kita lebih bertanggungjawab terhadap kondisi kita, tapi juga tidak bisa mengabaikan perasaan orang lain sepenuhnya
Masih belajar menyeimbangkan dua sisi ini dan masih sering bingung seberapa taraf aman untuk keduanya
Dan juga karena masih belajar dari isu yang tertuang di dua kalimat pembuka di atas, jadi mencoba menuangkan dalam tulisan, karena merasa jika secara langsung mungkin lagi-lagi akan membuat terluka, meski sama sekali tidak diniatkan untuk demikian :’)
Jadi ide tulisan ini pertama muncul akhir bulan lalu, belum secara utuh
Saat mulai lebih lengkap, ada kekhawatiran akan melukai pihak tertentu
Saat semakin dipendam, ternyata dia menyabotase aliran tulisan lain yang lebih penting
Hingga akhirnya ledakan lain datang lagi dan bismillah diputuskanlah untuk dituangkan
Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari puteran-puteran kalimat yg kemana-mana ini ya, dan semoga jika nanti saat membacanya ada yg merasa terluka, Allah ganti dg sebaik-baik kondisi di hari akhir nanti <3
Ini mau mulai nulis aja masih ragu makanya muter-muter dulu sepanjang itu wkwkwk
Hmm.. mulai dari mana ya,
Oh, dari pertama munculnya aja kali ya,
Pertama denger dari seorang kakak yang bilang, bahwa relasi dengan siapapun yang kita temui itu seperti persimpangan dalam perjalanan masing-masing
Makanya ada momen pertemuan, kebersamaan, dan bila waktunya tiba ada momen perpisahan.
Momen pertemuan selalu menarik bagi saya, bagaimana bisa bertemu suasana segar di luar kebiasaan, hal baru yg begitu menarik
Akhir-akhir ini ternyata melebihi apapun saya sangat menikmati kebersamaan.
Banyak momen-momen kebersamaan yg kuat-kuat ingin saya ikat lekat-lekat
Alhasil yg sejak dulu selalu saya takutkan, selalu terasa berat bagi saya adalah momen perpisahan
Sering berkali-kali menangisi momen-momen perpisahan
Putus cinta ya kak? Engga sih lebih tepatnya saat musti berpisah jalan dengan seorang rekan perjalanan, ya karena momennya untuk dia melanjutkan perjalanannya, dan saya melanjutkan perjalanan saya,
Kau melanjutkan perjalananmu~
Ku melanjutkan perjalananku~~
*tuuu kan, putus cinta ya kak? XD
Sampai akhir bulan lalu saat kami berlima bertemu kembali setelah pernah kurang lebih lima tahun berproses bersama di bawah atap yang sama dan lima tahun terpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing
Awalnya saya cukup pesimis, akan ada kesempatan bagi kami untuk bertemu lagi ga ya,
Mengingat ya jalan kami saat ini bisa dibilang berbeda
Dan perbedaan itu simply karena memang jatah perjalanan kami berbeda satu sama lain
Alhamdulillah, tanpa disangka-sangka begitu ya, menurut logika kita, akhir bulan lalu kami diberi rejeki untuk bertemu kembali
Tak lama dan tak banyak yang sebenarnya kita lakukan saat itu
Tapi yang membuat terkagum, berkesan, bahwa meski kita telah berpisah, telah melanjutkan perjalanan masing-masing, eh kok masih nyambung ya, eh kok rasanya tetap sama ya
Bisa haha hihi tanpa takut melukai
Bisa jadi diri yang sok tahu dan ya mereka ngangguk-ngangguk menyimak saja tanpa curiga disesatkan wkwkwk
Bisa nakal godain temen dan bikin dia bersungut-sungut tapi tetap dimaklumi sebagai candaan tanpa perlu menjelaskan panjang lebar :’)
Nyaman luar biasa, terasa seperti isi ulang sampai terasa kelebihan energi untuk berangkat tidur wkwk
Halo kalian aku rasa kalian ngrasa lah ya kalau menemukan tulisan ini
Terima kasih ya, telah bersedia menerima sisi-sisi nyebeli dari seorang rizki yg dg keras kepala bilang kalau dia susah memperbaiki, emang minta dicinta dijitak ini anak :D
Pulang dari sana dapat pemahaman baru
Aah, ternyata indahnya perpisahan adalah adanya harapan untuk bisa ketemu lagi
Adanya harapan saat bertemu lagi akan ada cerita menarik apa lagi ya dari perjalanan masing-masing
Menyenangkan memang saat dalam perjalanan kita ada yang menemani,
Tapi menyimak cerita dari perjalanan lain, ternyata tak kalah seru
Dan adanya pemahaman bahwa meski kita sibuk bergulat dg perjuangan di perjalanan masing-masing, mereka masih bersedia menyisihkan waktu, energi, dan kesediaan untuk meluangkan secuil kesempatan berbagi, menanyakan kabar setelah perjalanan panjang masing-masing yang tidak mudah itu, ternyata jadi sesuatu yang berharga juga :)
Terima kasih telah berhenti sejenak, melambat, menyesuaikan untuk memberi ruang persimpangan dimana kita dapat bertemu lagi.. :)
Dari pertemuan tersebut, terbayang sebuah perjalanan, untuk sebagian orang kita bisa bertemu di beberapa persimpangan dengan sensasi yang sama.
Untuk beberapa pengalaman, atau kejadian kita memiliki kekuatan untuk saling tarik-menarik agar dapat tetap berjalan bersisian, atau bertemu di titik-titik tertentu.
Namun ada juga meski dalam ruang dan waktu yang sama, kita tidak memiliki ketertarikan dan keterikatan sama sekali
Seperti sebuah planet yang memiliki kekuatan tarik-menarik dengan benda-benda di sekitarnya dan memiliki lintasan perjalanan masing-masing, ada kalanya kita berotasi bersisian, bertemu dan sejajar dalam titik tertentu
Selama kita mengelilingi, mendekat pada pusat yang sama, rasa-rasanya kita memiliki ketertarikan yang sama
Kekuatan itu yang mungkin berkali-kali menarik kita pada satu keadaan tertentu untuk bertemu
*halah opo sih abstrak banget yak
Misalnya, saat kita menjadikan uang sebagai pusat titik gerak kita, maka kita akan bertemu juga dengan mereka yang menjadikan uang sebagai tujuan utama bergerak dalam lintasan
Karena pertemuan kemarin saya rasa kita dipertemukan dalam ikatan ketertarikan yang mirip
Mungkin itu yang menjelaskan bahwa kita akan bertemu dengan orang-orang yang mirip dengan kita(?)
*kok ragu wkwk
Makanya ada nasihat juga ketika kita ingin baik maka berkumpullah dengan orang baik, bukan?
Begitupun saat kita berusaha mendekati kebaikan, maka orang-orang baik yang hendak mendekati kebaikan bertemu dalam orbit yang sama bukan?
*iya kali haha
Lantas apa yang terjadi jika terlalu mendekat?
Ledakan.
Tabrakan.
Hancur. Berkeping-keping.
Daya tarik yg terlalu kuat akan saling mengikat terlalu kuat?
Bergesekan hingga tanpa sadar mungkin akan saling melukai.
Jika pusat pergerakan yang menarik kita untuk satu tujuan bisa jadi hal-hal material seperti uang, atau nilai-nilai kebaikan, maka saya rasa ada lagi satu hal yang juga tak kalah kuat tarik-menarik diri kita dengan orang-orang yang akhirnya kita temui dalam perjalanan kita
Perjalanan sebelumnya, atau pengalaman masa lalu, yang sayangnya banyak dari kita menyakini sebagai luka masa kecil :’)
Padahal bisa jadi pengalaman tersebut pengalaman netral saja, pengalaman pada umumnya yang dialami oleh seorang anak.
Jadi teringat sebuah pesan saat mengikuti sebuah kelas, bahwa
Seorang anak adalah observer terbaik, namun sebagai interpreter yang terburuk
Dan sayangnya, interpretasi tersebut terbawa terus hingga ia menghidupi kehidupan dewasanya, untuk berkali-kali menengok dan menyalahkan masa-masa yang telah terlewati,
Orang-orang yang terlibat dalam perjalanannya, padahal mereka dalam mendampingi pun juga telah berusaha mati-matian sedemikian rupa memberikan yang terbaik.
Dan satu-dua kejadian seolah-olah membenarkan kita untuk menyematkan label bahwa mereka sumber luka, menuntut kata maaf, mengabaikan ribuan pengorbaan lain, tanpa kesediaan menilik, memeriksa bahwa yang sebenarnya perlu berbenah ialah dirinya sendiri
*oke maaf, telah terbawa emosi ^^v
Karena interpretasi yang terbawa hingga dewasa tersebut, maka kita perlu siasat dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita, agar tetap sama-sama aman, tak menoreh luka, eaa
Pernah melihat sebuah drama korea yang mengibaratkan interaksi dua orang itu seperti mencari jarak aman bagi landak untuk bermain dengan teman-temannya.
Landak dan orang-orang di sekitarnya perlu menentukan seberapa jarak aman untuk berinteraksi tanpa terluka.
Landak tak perlu menjadi kura-kura atau kepiting hanya untuk diterima oleh orang-orang di sekitarnya
Dan orang-orang disekitarnya pun juga perlu menerima bahwa begitulah adanya landak berbulu tajam, tanpa menuntut untuk merubahnya menjadi bulu halus duselable seperti kucing atau panda.
Jarak aman itu kami menyebutnya dalam bahasa alien sebagai Boundaries.
Batasan dimana kita saling berinteraksi dengan aman.
Saya aman menunjukkan sisi-sisi yang mungkin mengejutkan namun kira-kira masih bisa diterima,
Kamu aman menerima dan menyampaikan apa yang kamu rasa tanpa luka
Bisa saja jalan tengah yang dipilih adalah tidak semua sisi-sisi sengaja tidak aku tampilkan, karena mungkin jika aku tunjukkan, kamu akan rasa tak nyaman
Maka, harapannya mungkin tidak semua juga bisa kamu sampaikan hanya untuk agar kamu terasa nyaman, tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin kurasa :)
Nah, susah kan ngira-ngira mana yang bisa ditunjukkan, mana yang bisa disampaikan?
Maka perlu kunci penting dalam relasi, yaitu komunikasi.
Resep setiap orang berbeda dalam mengomunikasikan bahwa aku tidak nyaman disentuh pada area tertentu
Bahwa kamu tidak sadar menyentuh area terlarangku
Tapi komunikasi juga tidak bisa serta merta dilakukan hanya berangkat dari sudut pandang aku harus menyampaikan, tidak sehat bagiku jika memendam, tanpa memperhatikan kondisi lawan bicara
Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum dilaksanakan
Apakah situasinya memungkinkan untuk kita bicara saat ini?
Apakah kamu sedang available untuk bicara tentang ini saat ini?
Kalau langsung tembak yaaa terkapar
Tadinya ga masalah, gapapa, ga terjadi apa-apa malah bisa jadi ledakan
*kok nulisnya juga sambil meledak~
Maka keterampilan dasar yang selalu tertanam dari guru-guru kami adalah self-awareness
Kesadaran pada kondisi diri sendiri
Kemampuan mengobservasi diri sendiri
Tapi.. hati-hati untuk tidak terlarut, tenggelam dalam euforia diri
Sebab tujuan self-awareness ini menjadi peka terhadap kondisi diri untuk kemudian juga peka dengan kondisi orang lain, bukan justru egois yg semata-mata hanya mementingkan kondisi diri dan mengesampingkan kemungkinan kondisi yang dialami orang lain karena reaksi kita.
Setiap sensasi emosi yang kita rasakan itu valid,
Artinya kita boleh merasakan apapun, marah, kecewa, terluka, menyesal, bersalah, bahagia, bersyukur, haru, tenang, senang, gembira, antusias namun, kita tetap perlu memperhatikan reaksi seperti apa yang tidak hanya sehat untuk diri kita, tapi juga orang-orang di sekitar kita, terlebih orang yang ada di dekat kita, ataupun yang kita sayangi
Karena justru orang-orang terdekat inilah yang biasanya paling banyak melihat, menerima, dan memaklumi sisi-sisi busuk(?), sisi-sisi kurang baik yang tidak pada semua orang nyaman kita tunjukkan
Aaah.. kejadian hari-hari ini, dan pada akhir penulisan ini pun membawa pada rasa syukur dan terima kasih kepada para hati baik yang telah terseleksi, telah bersedia bertahan untuk peduli, menerima, menguatkan tanpa menyalahkan, bertumbuh tanpa menghakimi, dan mendorong dengan apresiasi, Terima kasih hati baik, yakin tidak ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan dari Yang Maha Mensyukuri lagi Maha Baik <3
Ternyata perlu mencerna untuk memahami dan menerima bahwa satu bulan terakhir bukanlah perjalanan yang mudah
Hingga badan meminta haknya, hingga diberi waktu khusus sepuluh hari untuk bermesraan dg diri, pun masih memaksakan diri
Sampai kesadaran menyapa bahkan tulisan untuk menumpahkan sisa-sisa pembuangan yang biasanya tuntas dalam sekali duduk pun kali ini hanya mampu diselesaikan separuhnya dalam waktu satu hari
Boleh terus melangkah, tanpa melupakan pentingnya ambil jeda, ya kik
Semoga perjalanan-perjalanan yang telah kau tempuh dapat memahamkanmu tentang dirimu, tentang orang-orang yang kau pilih untuk boleh membersamai langkahmu, tentang cara-cara yang baik dan boleh kamu lakukan dalam menghadapi suatu tantangan.
Meski masih sulit tercerna, meski masih sulit dibedakan, perlahan dan bertahap kita terus lanjutkan langkah ya
Kurang-kurangi keras kepalanya
kurang-kurangi misuh-misuh, ngeluh-ngeluhnya
Lebih-lebihkan lagi sabar dan empatinya ya kik.. <3
Terima kasih telah menahan diri
Terima kasih telah memilih untuk meredakan dan mencernanya baik-baik sebelum secara reaktif bertindak tanpa memikirkan kondisi orang lain, dan terutama kondisimu :)
Selamat melanjutkan perjalanan~
Jangan lupa sediakan pula kesempatan untuk rehat sebelum dipaksa untuk ambil jeda XD
Yogyakarta, 14-15 November 2022
Pada masa isolasi untuk berjumpa lagi dengan diri.
0 notes
Konsekuensi
Seorang gadis remaja duduk bersila,
Termenung di temaram lampu kamar yang sengaja tidak ia nyalakan
Langit abu menuju biru tua sedikit semburat jingga perlahan menggelap
Daun pintu dibiarkan memberi sedikit celah untuk lampu ruang keluarga berdesak menjejal untuk mengabarkan malam sebentar lagi tiba
Deru napas memberat
Genggam tangan pada pena menguat
Gemetar tangan yang lain menjadi tumpuan secarik kertas kusut
“Pak.. Buk..”
Dua kata pertama patah-patah coba ia berani untuk tuliskan
Hingga saat amarah tak lagi mampu dibendung meluncurlah kalimat-kalimat yang tak pernah dapat ia sampaikan dengan langsung
Gelap emosi menutupi keseluruhan ingatannya
Yang tersisa secuil harapan sederhana
Permintaan hati kecilnya yang masih sangat polos tak memahami dunia yang begitu rumit
Satu pintanya untuk dua orang yang begitu amat menyayanginya,
“Izinkan aku merasakan perihnya tertusuk duri”
“Izinkan aku rasakan sensasi jatuh melayang ke dalam jurang”
“Biarkan aku rasakan gelap dasar jurang yang kata orang begitu dalam”
“Agar aku paham apa yang harus aku lakukan saat sakit itu datang”
“Agar aku mengerti apa yang harus kulakukan untuk mempertahankan diri saat gelap mengelilingi”
~~~
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh, Hati Baik!
Ehe, bingung yak openingnya tetiba ada begituan
Iya tuh, ada titipan cuilan memori dari Si Bungsu yang akhir-akhir ini sedang sering menyeruak
Kayaknya dia getol banget biar kita bisa belajar bareng dia di fase ini :D
Well, anyway apa kabar?? :D
Terakhir kita ketemu sekitar 3 bulanan lalu ya,
Setelah aku liat lagi ternyata emang jaraknya sekitar 3-4 bulanan ya buat aku ber-ritual nyampah di sini hehe
Jujur satu bulan terkahir, hmm.. engga sih, dari terakhir nyampah nyapa di sini sampai hari ini, buanyaaaakkkkk, buaaanyyaaaakkkkk banget kejadian magic yang mampir
Bahkan saking banyaknya sampai bingung mana dulu nih yaa yang mau dititipin ke sini, hehe
Ada satu tulisan yang sepertinya sangat membekas buat aku, tapiii sepertinya buat berbagi sama temen-temen di sini kayaknya perlu izin sama yang bersangkutan, ehe berasa yang baca berapa juta gitu yaa
Mbuhlah, meski yang menemukan ini nanti cuma kamu seorang, iya kamu, :D
Semoga manfaatnya terus mengalir yaa
Aku bingung iki ameh masook ke intinya gimana, hehe
Like always yaa.. (nyari emot monyet nutup mata)
Alhamdulillah ni temen-temen Si Bungsu sedang perlahan belajar mengenal realita..
Wiih.. piye kuwi, emang selama ini dia hidup diawang-awang?
Sadly, maybe iya (tolong emot monyet nutup mata insert here XD)
Hmm.. realita yang selama ini ia pahami adalah dunia yang begitu aman, dunia yang begitu nyaman, (backsound: Dunia Tipu-Tipu XD), dunia yang apapun maunya, saat itu juga bisa tersedia tanpa dia susah payah
Woh! Wuenak bianget dong ya :D
Tapi ya dasar Si Bungsu feat Si Keras Kepala maybe ya di sini,
Anehnya dia sok-sokan banget tu belagak protes
“Kenapa siiihhhh??!! Aku tu pengen ngrasain eksplore kayak yang lain! Sekolah yang jauh, hidup bebassss tak terkekang~~”
Lucu sih kalau diliat sekarang, kayak pengen jitak sambil bilang
“Heh, mbok ya bersyukur, hidupmu tu wueeenaak pooll lho, apa-apa ada, mau ini itu tinggal bilang, sim salabim langsung jadi, bahkan seringnya lebih dari yang kamu minta”
Yaaah.. Si Bungsu The Explorer ya, memang sepertinya dia perlu berkelana buat paham makna
#MengejaMakna #NowPlayingKelana | Kita kemana.. Mau kemana.. Hendak mencari apa~
Sampailah Si Bungsu bergesekan dengan Realita itu tadi..
Bertemu pada satu titik bahwa ia perlu melakukan sesuatu untuk mencapai yang ia mau
Berkali tanya membentur kepala
“Ini kan yang beneran aku mau?”
“Kenapa berat ya?”
“Emang ada apa sih?”
Ternyata dia pengen segera bertemu ujung yang dihalukan(?) yang ada dalam bayangannya,
Tapiiii….
Tanpa mau melalui tahapan demi tahapan yang perlu ia lalui,
yang sayangnya, ternyata tidak senyaman itu bagi dirinya
Merasa payah
Berulang kali menyalahkan diri
Berjuta kali tak terhingga membandingkan dengan mereka yang juga melalui tahapan ini dengan terlihat begitu smooth like butter criminal under cover XD
TAPI KENAPA BAGI DIA INI BEGITU BERAT DAN BERLIKU???!!!!!!
Geeemmmmeeezzz ya pemirsa.. :D
Akhirnya dia mencari-cari sendiri tu dalam kepala
Banyak “Kenapa??!!” yang ia putar berkali-kali, berkali-kali dalam kepala
Akhirnya? Yaaa.. Mumet XD
Jawaban pendeknya mengantarkan ia pada secuil memori di awal tulisan ini :)
Dia menemukan kambing hitam
Tidak tanggung-tanggung DUA lagi kambing hitamnya XD
“Ah.. gara-gara mereka niih”, pikirnya, “Kan… sekarang aku jadi kayak gini kan..”
“Coba kalau dulu ga gini, pasti sekarang aku ga gini nih!”
Gak tanggung-tanggung kawan, pemahaman pendeknya ia suarakan pula, keras-keras kepada para tertuduh
Aduh, maaf ya, para tertuduh.. Semoga Allah balas dg ampunan tak berbatas :’)
Anehnya, yaa ga aneh sih, memang skenarionya begitu ya
Dua kambing hitam ini juga dengan begitu lapang mengiyakan, mengakui kesalahan yang mungkin tidak mereka sengaja lakukan,
Kesalahan yang kalau boleh dikatakan hanya efek samping dari begitu besar rasa yang mereka miliki untuk Si Bungsu
“Iya, kami yang salah nak, kami yang salah”
Legakah Si Bungsu mendengar pernyataan itu?
Semakin memuncaklah frustrasinya
Kok ga membaik siiiih gejolak rasa di dada?
Apa lagi yang salah?!
Meski sambil bersungut-sungut, sambil terseok-seok
Keagungan Yang Maha Berilmu berkenan menitipkan setetes, hmm sepersekian milyar dari setetes mungkin ya, ilmunya pada Si Pemikir feat Si Pembelajar
Bahwa ternyata..
Ya, begitulah bagian dari perjalanan seorang manusia,
Wkwkwk kezel bets ga sih, ujungnya begitu doang
Bahwa perjalanan-perjalanan sebelumnya bukan untuk diubah, bukan untuk disesali, bukan untuk berulang kali diputar, karena selamanya ia letakknya di belakang, tak tersentuh
Dan hanya menyita energi, waktu jika kita terjebak di dalamnya
Bahwa dari sanalah penjelasan-penjelasan tentang apa yang saat ini kita alami
Penjelasan tentang apa yang terjadi pada diri kita
Petunjuk tentang apa yang saat ini bisa kita perbaiki :)
Hah? Gimana tuh?
Iya, misalnya dari secuil memori Si Bungsu di atas
Kejadiannya hanya mengabarkan bahwa ia terbiasa hidup, bisa dibilang tanpa usaha untuk mendapatkan apa yang ia mau, saat itu juga, semudah itu, seinstan itu
Itulah yang kemudian menjadi penjelasan mengapa Si Bungsu merasa begitu berat saat ternyata realita menuntut ia untuk mengusahakan yang ia mau,
Saat ternyata cara kerja realita usaha dulu baru.. belum tentu juga sih kamu dapat yang kamu mau, haha
Potek lagi tuh dia
Menjadi penerang, petunjuk tentang cara berpikirnya
Aah.. karena selama ini ia bekerja tidak bekerja, usaha tidak usaha selalu tersedia apa yang dia mau, maka ia kesulitan untuk membedakan apa yang terjadi jika ia bekerja, apa jadinya jika ia tidak berusaha
Dan realita hits her so hard
Runtuh
Jatuh tersungkur
Berkeping-keping
Berantakan
Tak karuan
Badddhhhhaaaaiiiii, kalau salah satu guru kami bilang :D
Semua yang selama ini tertata begitu rapih, nyatanya tak berguna, tak bisa ia gunakan untuk bertransaksi dengan kenyataan
“Tidak seperti itu nak, cara kerjanya”, sapa lembut si realita yang bagai petir menyambar bagi Si Bungsu,
Kelabakan, tertatih mulai ia menata lagi
Hmm.. meski masih sering dengan ngedumel yhaa
Si Kenapa ga mau jauh-jauh dari dia sepertinya, haha
Si Bungsu sedang diminta untuk memahami
Apa yang terjadi jika ia tak bekerja
Apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan yang ia mau
Meski seringnya setelah ia tertatih serius mengusahakan pun belum tentu dapat yang ia rencanakan
Si Bungsu sedang diingatkan
Bahwa semua ini tidak hanya tentang dirimu nak,
Bahwa ada Kekuatan Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Kuasa, Yang Tak Pernah Melesat Perhitungannya, berbeda dengan perkiraan dan pemahamanmu yang alpha dibanyak sekali sisi :)
Si Bungsu sedang diajak mengerti bahwa setiap pilihan termasuk pula dengan teman akrabnya, yang bernama Konsekuensi
Bahkan saat ia memilih untuk tidak memilih :D
Si Bungsu sedang diberi kesempatan untuk menyadari sebuah sisi yang perlu ia perbaiki
Sedang diajak belajar untuk memahami konsekuensi dari kesadaran yang telah ia temui
Oke, setelah paham, apa yang selanjutnya akan kamu lakukan? :D
Kabar baiknya, Si Bungsu telah bersepakat dengan teman-teman lainnya, Si Keras Kepala, Si Pemikir, Si Pembelajar, Si Petualang, Si Pemberani, Si Bijaksana, Si Mandiri, bahkan Si Inferior, untuk perlahan kembali memahami, untuk sekali lagi mencoba menapaki bagian perjalannya
Tambah sedikit bumbu dari Si Hamba yang menguatkan dengan
Jika memang ini menjadi bagian perjalanan yang perlu ditempuh untuk mendekat pada Sang Maha Cinta, maka akan kami berikan usaha terbaik yang bisa kita lakukan untuk melaluinya
Yhaaaa meskipun tetap terasa BEERRRAAAAATTT yha bhoook XD
Maka, jika kamu juga sedang dalam perjalanan, sama seperti Si Bungsu dan teman-temannya,
Mari kita berjalan beriringan dalam perjalanan masing-masing :)
Dengan cerita perjalanan sebelumnya yang masing-masing kita miliki,
yang mungkin tidak selalu pahit tapi juga asam manis, agar di masa kini tinggal kita tambah saja sama ikan gurami fillet crispy kan jadi nikmat tuh, ehe
Semangat menyadari setiap sisi yang memerlukan perbaikan
Selamat menikmati setiap perjalanan yang semoga niat baiknya selalu terjaga
Salam Hangat dan Peluk Erat untuk setiap Hati yang tengah berjuang
Semoga kita bertemu, berkumpul, dan terjaga dalam kebaikan
Yogyakarta, 31 Agustus 2022
Dari Si Juru Ketik yang bingung sebenarnya apa yang mau disampaikan Si Bungsu
Tapi semoga ada kebaikan, meski secuil, yang bisa jadi bekal perjalanan teman-teman yaa~~~ :D
0 notes
Akhir yang Baik
“Kamu tu endurance-nya rendah banget ya kik”
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh,
Tulisan yang telah mengendap, karena ada tulisan lain yang menjadi prioritas, akhirnya tak kuasa lagi meronta untuk dirangkai
Tulisan yang kemunculannya karena teringat kalimat di atas dan hasil training dari 29 plus 6 hari
Mumpung dua masa training belum benar-benar habis, saat ini tengah memasuki pekan terakhir dari dua bulan masa training, yaitu Ramadhan dan Syawal, insyaAllah.
Semoga tulisan yang tersusun nantinya dapat jadi pengikat insight yang telah didapat sejauh ini, dan jadi bekal untuk langkah-langkah kedepannya.
Nah, bingung ni mau mulai dari mana :D
Dalam suatu masa, saat kita melakukan sesuatu, terdapat naik turun itu hal yang wajar.
Sama seperti Ramadhan kemarin, awalnya begitu menggebu, bersyukur karena akhirnya boleh bertemu, tak ingin melewatkan kesempatan baiknya sedikit pun
Memasuki pertengahan, mulai muncul kelelahan.
Biasanya kalau lelah mulai muncul pertanyaan,
Kenapa sih? Haha
Memasuki akhirnya, mulai terdengar nasihat-nasihat
Kebaikan suatu pekerjaan, atau amal,
Baik tidaknya suatu amal dinilai pada akhirnya
Karena kondisi akhir merujuk pada konsistensi
Menunjukkan pada usaha pelaku untuk terus menjaga kebaikannya, tidak hanya pada awal masa, tidak lengah pada pertengahannya, namun juga terus menjaganya hingga akhir.
Maka nasihat tersebut menjadi sebuah motivasi, penggerak untuk mengusahakan yang dilakukan pada masa akhirnya merupakan yang terbaik
Mengupayakan apapun yang, bahkan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan untuk menjadi lebih baik semakin mendekati pada akhirnya.
Usaha yang dilakukan perlahan membawa kesadaran bahwa
Diri ternyata selama ini tak pernah bergerak sendiri
Ada Yang Maha Dekat yang selalu menemani
Maka dalam bisik lirihnya pada bumi, sepenggal harap disampaikan
Wahai Pemilik Hari Akhir, berkahilah kami akhir yang baik
Kumpulkan kelak kami dalam kebaikan kasih sayang abadiMu
Usaha dan harapan tersebut kemudian terbawa pada apa yang fisik tengah lakukan
Sederhana saja, dalam persiapan gegap gempita Raya, diri mendapat tugas mempersiapkan sebuah kudapan
Kudapan khas keluarga, favorit kesayangannya
Maka diri menyediakan waktu, tenaga, dan kesabaran yang begitu lapang dalam menjalani satu persatu tahapannya
Saat akhirnya menikmati akhirnya, diri pun terkesima
Tak menyangka akan sebaik itu, pun dikuatkan dengan sepenggal kalimat,
“Pinter yang rela melalui pertahapnya dengan baik”
Kesadaran itu pun terbawa pula pada amal, pekerjaan yang lain
Pekerjaan fisik yang ternyata melibatkan pikiran dan tentu saja perasaan
Semakin menyadari bahwa saat ini tengah memasuki masa akhirnya
Maka dengan niatan untuk mengakhirinya dengan baik, diri mengusahakan lagi untuk bangkit
Ternyata, masih saja terasa berat
Berulang kali mengucap mantra untuk sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi
Dimampukan, diberi kekuatan, diberi kelapangan saat mengusahakan akhir yang baik
Berulang kali terhenti, berulang kali terisak, berulang kali sesak..
Kenapa masih saja terasa sempit begitu menghimpit bahkan saat niatan sudah ada?
Tanpa sadar diri memaksakan untuk segera mencapai hasilnya
Lupa jika kata kuncinya adalah
Sabar menjalani setiap tahapnya dengan baik
Lupa jika suatu niatan telah terucap, maka perlu ujian untuk membuktikannya
Saat diri kembali muncul kebiasannya,
Terbiasa terlindungi dari segala rasa tidak nyaman
Memiliki ambang rasa tidak nyaman yang begitu rendah
Memicu reaksi untuk segera mengakhiri rasa tidak nyaman saat itu juga dengan jalan pintas
Saat kondisi ternyata memintanya untuk berteman dengan rasa tidak nyaman
Reaksi pertama yang muncul adalah marah-marah, mempertanyakan banyak hal
Dan kini lihat!
Lihat lebih dekat nak,
Diri yang masih dengan ambang ketidaknyamanan begitu rendah,
telah bersedia untuk belajar menerima menikmati ketidaknyamanan
Telah bersedia untuk mencoba menghadapinya dan mengusahakan akhir yang baik
Tak lagi memilih jalan pintas untuk segera mengakhirinya, tanpa peduli baik atau tidak
Maka Kebaikan dari Maha Baik, semoga senantiasa menjaga Hati Baik
Maka Hati Baik semoga senantiasa menjaga dirinya agar selalu dalam kebaikan
Setiap diri tengah menjalani tahapannya nak,
Tahapan yang telah begitu terukur, tak pernah melesat sedikit pun, khusus untuk yang menajalaninya
Maka tak mengapa jika tahapan yang terlihat berbeda dengan yang tengah orang lain jalani
Karena jalannya, terbuat khusus untuk yang menjalani
Jadi sudah jelas berbeda
Dekatkan pandangmu pada persamannya nak
Bahwa semua sama sedang berjuang menjalani tahapannya sebaik semampunya
Begitu pula dengan mu bukan?
Saat lagi-lagi terasa berat dan menyesakkan
Menepilah..
Alih-alih menghindar dan menyudahi dengan paksa,
Hayatilah..
Tugas kita hanyalah sebatas menjalani setiap tahapnya dengan baik
dan ingat jalan ini tak pernah kamu jalani sendiri
Ada Kekuatan Yang Maha Besar yang senantiasa dekat dan mendengarkan..
Menepi boleh
Berhenti jangan..
Akhirilah kik, dengan kebaikan..
Yogyakarta, 25 Mei 2022
Menepi setelah berhari-hari memaksa berlari dengan cara orang lain
0 notes
Ruang
Di Ruang rindu, kita bertemu..
~~~
Beri juga aku Ruang bebas dan sendiri
Jangan datang terus
Aku butuh tahu seberapa ku butuh kamu
Percayalah,
Rindu itu baik untuk kita..
---
Tak tahu musti memulai dari mana
untuk sesuatu yang telah berputar begitu lama
hingga salam pun terlupa :D
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
Pagi tadi pengeras suara masjid masih mengabarkan kepergian
Semoga teman-teman masih selalu terjaga dan menjaga kebaikan
Tak mengapa jika sedang seperti diri
yang tengah kembali goyah dalam perjalannya, mengupayakan kebaikan
Lagi memasuki masa tak sadar diri,
hingga jemari kembali mengantarkan pada tempat ini
Halo yang terkasih, apa yang sedang kamu butuhkan? :’)
Sebuah ruang sepi untuk menepi
Sebuah ruang lapang untuk mengutarakan
Maka sampaikanlah nak, yang selama ini sibuk berputar memenuhi pikiran, tanpa kuasa melewati secelah lisan..
Tak kan apa jika belum ada tempat yang dirasa tepat
Hanya ingin kau tahu, suara mu pun berharga untuk diperdengarkan :)
Kembali berawal dari resah yang begitu lekat
Tak jua pergi meski telah begitu banyak cara dicoba untuk menangani
Berpura sigap, berpura berapi, berpura riang, bersembunyi dalam dendang, teredam gelak tawa yang menggelegar
hingga saat riuh kembali bertemu senyap
Sesak kembali hadir membuncah memenuhi dada
Halo Sesak, terima kasih telah mengabarkan kedatangan
Terima kasih telah menjadi pertanda untuk diri duduk dengan rapi, menyadari nafas dan kembali menyadari serabut pikir
Apa yang sedang kamu rasakan sayang?
Apa yang sejatinya tengah kau inginkan?
LARI
Bukan, bukan lari yang selama ini kita ketahui
Bukan lari yang selama ini kita kuasai dalam menghadapi setiap yang membawa tak nyaman
Lari yang serupa, berangkat dari hal yang sama tapi untuk arah yang berbeda
Untuk diri, untuk menjemput nyaman
Tapi tidak dengan menghindari ketidaknyamanan
Tapi dengan mencoba menghadapinya
Lihat, betapa telah bertumbuhnya dirimu nak,
Lihat Si Berani yang berhasil kamu panggil kembali
Bukan untuk bertahan tanpa pandangan
Tapi untuk berperan sewajarnya
Terima kasih telah mengusahakannya dengan baik ya nak :)
Lantas apa yang kau butuhkan nak?
Apa yang masih membuatmu duduk termangu disini?
RUANG
Bukan ruang hampa sepenuhnya
Ruang dimana tempat membebaskan untukku lari dengan gayaku
dengan kemampuanku
dengan caraku
meski aku lari dengan kedua tangan bukan dengan kedua kaki
meski bagi mereka lari dengan kaki akan lebih cepat
tapi dengan tangan aku menemukan yang aku butuhkan
Sebuah ruang dimana warnaku dari ruang sebelumnya bisa mewarnai
Sebuah ruang dimana warna dari ruang baru tak sepenuhnya membutakan warnaku aslinya
Sebuah ruang dimana ruangku sebelumnya aman tak terjamah mereka yang tak diijinkan
Sebuah ruang dimana aku tak perlu memasuki ruang milikmu sepenuhnya
Sebuah ruang tengah, ruang baru yang menerimaku dengan segala warnamu
Ku harap kau pun membawa warnamu yang sebenarnya
Kita warnai ruang baru ini
Perlahan, bersamaan, tanpa paksaan
Aku dengan caraku
Kamu dengan caramu
Seimbang, tanpa timpang
Mungkin satu dua warna dariku mengejutkanmu
Mungkin banyak warna yang tak sepenuhnya ingin ku perlihatkan padamu
Begitupun mungkin tak semua warnamu bisa ku terima
Mungkin banyak warna yang sebelumnya tak ku kenal, hingga aku membutuhkan beberapa waktu untuk memahaminya
Sebuah ruang interdependensi
Dimana tak selamanya aku bergantung padamu
tapi juga ada saatnya kau merebah padaku
Bukan pula ruang yang hanya aku yang mewarnai
Ruang yang kita bangun dengan cara kita masing-masing
Aku dengan segala keanehanku dalam berlari
Dan bahkan mungkin saat kau perlu lari tanpaku
Selama kita masih saling menjaga ruang ini untuk tak saling menyakiti
Tidak semua ruang untuk semua orang
Tidak semua ruang dengan warna yang lain
Mungkin ruang denganmu mudah terbangun
Tapi ada pula yang meski telah bertahun, ia tak terbentuk
Maaf untuk yang belum bisa memasukinya
atau untuk yang pernah didalamnya, namun tak lagi merasa aman
Sama seperti diri
Ruang ini masih terus bertumbuh
Hanya jika arah tumbuhnya tak lagi sama,
Maka semoga tak lagi saling memberi luka
Sama seperti diri yang berhak atas sebuah kebaikan
Ruang pun berhak memilih tamunya
Mungkin terasa pahit
Tapi kadang itulah yang justru menyembuhkan
Maka bijaksanalah memilah pahitnya
Karena tak semua pahit membawa kebaikan
Pun tak semua manis membawa kebahagiaan.
Terima kasih telah memberi ruang untuk dirimu kik,
Terima kasih telah selalu membangun ruang untuk mereka bertandang dengan nyaman
Kebaikan kik, yang perlu diusahakan
Bukan semata kenyamanan
Tapi selama kebaikan dan kenyamanan bisa saling berdampingan
Maka semoga kelak bisa kau pertimbangkan
Kamu selalu bisa memilih kik,
namun ingat untuk selalu meluruskan niat dalam menjatuhkan pilihan
Bukan untuk semata pembenaran atas nama kenyamanan
Namun selama kenyamanan membuatmu bertahan pada kebaikan
Semoga pilihanmu tak melenakan
Mencukupkan dengan segala kerendahan hati
Semoga mendewasakanmu dalam merasa, menyadari, menyuarakan dan kemudian menerima setiap paket nyaman tak nyaman dengan hati lapang
Terima kasih telah menepi
Mencipta ruang untuk diri
Terima kasih telah menyadari
Kapan menjeda dan kapan memulai lagi :)
Selamat melanjutkan perjalanan kik
Semoga kali ini pun kau selamat mencapai tujuan :D
Selamat menikmati liku, lapang, turun, naik, badai, sengat, dan segala macam sensasinya
Saat diri lelah
Ingat untuk kembali :)
Teriring rintik mendung menyejukkan yang berubah menjadi deras menghujam
turut memeriahkan langkah, bukan untuk medamkannya
Yogyakarta, 20 Januari 2022
Yang selau merindu untukmu kembali,
Diri
0 notes
Hujan
Hujan, kau ingatkan aku tentang satu rindu
Di masa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu
Terbayang satu wajah penuh cinta, penuh kasih
Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan
Kau, Ibu.
Beberapa hari ini langit Jogja kembali ditemani hujan seharian
Sejenak mereda untuk kemudian menghujam demikian deras
Setiap kali hujan, tak hanya air yang terbawa
Entah, kenangan dan segala rasa turut mengalir
Irama di atas selalu terngiang saat rintik mulai mengalun
Kelabu langit entah bagaimana turut membawa hati kelabu
Selalu penasaran mengapa halilintar, riuhnya suara hujan dan gelap langit memunculkan perasaan tak nyaman
Pada titik tertentu pernah mengantarkan pada perasaan tak tenang yang selalu memburu untuk segera pulang,
mendekam di tempat aman
Semengancam itukah hujan?
Ya, mungkin sama seperti kebanyakan, hujan terkadang mengantarkan pada rasa tentram
Menurunkan banyak sekali kenangan
Mengalirkan berbagai gambaran pengalaman yang telah lalu
Bagi saya, hujan juga memunculkan perasaan sebal, gloomy, stuck, tak berdaya, frustrasi
Hujan seolah membuat saya terhenti dalam melakukan segala aktivitas saya
Hujan seolah selalu menuntut perhatian saya dan tidak mengizinkan saya melakukan apapun selain menyimaknya dengan khidmat penuh perhatian
Hujan tak memberi pilihan
dan saya benci perasaan itu
Saya sangat tidak menyukai perasaan dimana saya tidak memiliki pilihan
Saya sangat frustrasi saat menyadari saya tidak bisa bergerak bebas kecuali menerima dan menunggu dengan sabar
Situasi-situasi itu saya temukan setiap kali hujan, menanti satu-satunya jalur bus yang melewati tujuan saya, dan anehnya hujan mengingatkan saya pada dua wajah
Entah karena lirik lagu di awal tulisan ini
Entah karena hujan memunculkan perasaan yang sama saat saya mengingat sosoknya
atau entah mungkin ini hanya asosiasi bebas saya yang tak mendasar
Tapi wajah pertama yang terlintas adalah Ibu
dengan segala sikap yang begitu teguh memegang nilai yang ia anut
Sayangnya dalam memori terbatas saya, sikap dan segala nilainya membatasi keinginan saya yang berapi-api
Pun dengan segala keterbatasan pemahaman saya, yang bisa jadi justru tanpa sikapnya mungkin kini saya tengah tertelan bulat-bulat oleh baranya
Hanya saja rasa yang selama ini tak mampu saya akses, tak kuasa saya amati dengan baik untuk kemudian saya kenali berkali-kali muncul saat hujan turun
Ternyata saya benci saat tak bisa melakukan apapun, merasa tak mampu mengusahakan yang bisa dilakukan saat menghadapi suatu situasi
dan sayangnya, dewasa membawa kita pada banyak sekali hal yang tidak kita inginkan, namun tetap perlu dihadapi
Menjadi dewasa ternyata berkali-kali dihadapkan pada hal-hal yang kita benci, berulangkali terbentur pada hal yang begitu kita takutkan, namun tak ada jalan selain dihadapi
Termasuk dihadapkan pada sisi-sisi diri yang begitu kita benci, dihadapkan pada monster dalam diri yang selama ini kita pendam, kita kubur dalam-dalam
Ironisnya semakin kita menghindar, semakin tak ingin dihadapi, ketakutan tersebut justru hanya semakin membesar, mengetuk lebih kencang, menuntut untuk segera diselesaikan :)
Tak kemana-mana, tak berubah menjadi apapun, semakin membesar, semakin tak terkendali
Hingga mengantarkan kita pada satu kejadian tak terelakkan,
yang meski begitu terasa pedih, tapi semoga membawa pada kesadaran
Sama seperti sosok yang entah bagaimana pernah saya kaitkan pula dengan hujan
Bagi saya memandangi ia dari kejauhan mendatangkan ketentraman
Menikmati suaranya, penampakannya dari tempat persembunyian begitu menyenangkan
Bermain riak sesekali untuk kemudian kembali pada tempat aman
namun tidak saat harus sepenuhnya terguyur hujan
sangat tidak nyaman saat tanpa perlindungan, tanpa jaminan sepenuhnya menengadah dibawah hujan
muncul begitu banyak ketakutan dalam pikiran saat mencoba bermain hujan
Bagaimana jika nanti sakit?
Betapa repot mencuci baju yang basah
Betapa tidak nyaman saat baju yang basah menempel pada badan yang berkeringat
Lembab, berat, dan melelahkan
Hingga menjelang usia 25 baru menyadari, saat itulah pertama kali memberanikan diri
Memperbolehkan diri berbalut jaket seadanya bebas menerima guyuran hujan ditengah riuh rendah nyanyian
Hah.. ternyata cukup menyenangkan
Melelahkan memang setelahnya, lembab sudah pasti, lapar tak tertahan tak bisa terhindarkan
namun ternyata cukup menenyangkan dan melegakan
dan ternyata tak hanya jadi kenangan tapi juga pembelajaran yang cukup berarti
Haaaah…
Kalau sudah melewati memang ya bisa kita kenang dengan senyuman
Tapi saat menjalani,
Luaaarrrr biasaaaaa begitu mengurasssss segala macam kekuatan yang ada dalam diri kita
Pertama kali memberanikan diri mendekat lebih erat pada riak sosok yang dikaitkan pula dengan hujan, si pemilik wajah kedua
Rasa-rasanya tidak hanya hujan badai saat itu, haha
topan? Badai? Halilintar? Guntur? Semua menjadi satu
Berkecamuk dalam dada, tidak hanya satu-dua hari, berhari-hari, dan tanpa dikenali
Hanya terasa tanpa tau sebenarnya apa
Hingga sebuah kesadaran menyapa
Ternyata saya tidak cukup berani untuk sepenuhnya,
seutuhnya bermain hujan bersamanya, kala itu
dan ketika akhirnya takdir memberi kami permainan masing-masing,
yang tidak lagi menempatkan kami pada arena yang sama
apa yang terjadi?
Meledak-ledaklah ia, haha
Berupaya sekuat tenaga mempertanyakan
KENAPA?!
Apakah aku tidak cukup pantas?
Bukankah sejauh ini telah ku usahakan segal yang terbaik dari dalam diri?
Meskipun sudah berusaha sedemikian kerasnya aku masih tidak pantas?
Apakah boleh mengharapkan kesempatan lain?
Bagaimana bisa ia begitu bahagia di arena permainan barunya,
Sedangkan aku disini meratapi arena permainan tanpanya?
Oh, lihat! Teman sepermainannya pun nampak bahagia
Inikah saatnya aku merelakan?
Inikah memang saatnya kita melanjutkan perjalanan masing-masing?
Satu pun tak ada jawaban pada saat itu
Satu hal yang diketahui hanya cukup dengan terus berjalan apapun yang terjadi
Menjeda boleh, tapi tidak untuk sepenuhnya berhenti
Perlahan..
dengan begitu lembut..
Satu persatu kenyataan terlihat lebih jelas
Satu dua menampar dengan perih
tapi sama-sama menyadarkan
Meskipun dengan pengulangan berkali-kali, berkali-kali, yang bahkan setelah berkali-kali pun masih terus berulang..
Haha, sangat abstrak ya?
Lantas apa hubungannya?
Hujan yang saya kaitkan pada wajah pertama membuat saya merasa tak kan bisa kemana-mana, tak bisa apa-apa
Satu-satunya jalan agar saya bisa bergerak, meski bukan sesuai dengan yang saya sukai, ialah dengan menuruti segalanya, tanpa tapi, tanpa petisi
karena jika tidak, saya akan kehilangan tempat aman saya
saya akan ditinggalkan sosok aman saya
Hujan yang saya kaitkan pada wajah kedua membawa saya pada rasa aman yang bersyarat
Saya berpikir jika saya ingin merasa aman, maka saya perlu bersikap, berperilaku seperti yang ia mau
Dan yah selama kurang lebih, hm.. 10 tahun, haha saya hanya bersikap, bereaksi yang kira-kira ia sukai, sama sekali tak memikirkan apakah itu menyiksa bagi saya, atau bahkan berpikir apakah itu baik untuk saya.
Keren ya bisa menyadari itu?
Bagi saya proses yang perlu dilalui, dan kenyataan bahwa hal itu bisa terlalui lah yang membuatnya keren
Kesadaran ini saya dapatkan setelah sekali lagi saya tenggelam dalam sebuah pusara yang amat menyesakkan
Sosok ketiga
wajah ketiga, yang sebenarnya ga terkait amat sih sama hujan, tapi ternyata tanpa saya sadari sangat erat dengan wajah pertama
Randomly, haha, atau itu yang saya kira, saya temui baru-baru ini
Hmm, tapi setelah dipikir-pikir kalau mau dihubung-hubungkan dengan hujan ya bisa sih
Dia datang sesuka hati dia
Mendadak
Tanpa peduli apakah kita siap atau tidak
Dia mau datang ya datang aja
dengan pemberitauan secukupnya, Guntur misal, awan mendung mungkin
Tanpa peduli saat itu kita sedang menginginkan dia datang atau tidak
Persis seperti hujan akhir-akhir ini
Bodo amat meski kemarin sudah seharian menderas
Pokoknya hari ini aku mau datang lagi
Bodo amat kemarin kamu basah kuyub dan sekarang masih mengeringkan diri
Pokoknya aku menghujani kamu lagi, haha
Daaan.. saat udara mengering
Suhu naik, debu berterbangan, saat kita kegerahan
yang kita cari?
Es, haha, minuman dingin
tanpa sadar kita merasa tidak mengharapkan hujan datang
karena biasanya pada masa itu kita cukup tau bahwa dia tidak datang saat kita menginginkannya
Cukup heran saat kini melihatnya lagi
Why? Mau-maunya sih kiiik mempertahankan sosok seperti itu?
Bahkan saat kesadaran untuk melepaskannya pun, saya tidak serta merta melepaskannya
Tapi somehow aku tetep butuh hujan kok
Meski mendadak, tapi tetap menyegarkan kok
dan alasan lainnya..
Sampai pada titik lagi-lagi badai
Tanpa sepenuhnya paham apa yang sebenarnya terjadi
Hanya tau tidur tak lagi mengobati lelah
Dada begitu bergemuruh tanpa tau apa yang sebenarnya sedang riuh
Hanya tau perasaan asing ini muncul setelah interaksi dengan wajah ketiga
Maka keputusan sementara yang diketahui sebatas
Wajah ketiga tidak sepenuhnya aman untuk berlindung
Bahkan dia juga mirip sekali dengan wajah kedua
Datang untuk mengacak-acak apa yang telah sekuat tenaga telah ditata dalam dada
Begitu mudah baginya datang, mengobrak-abrik segalanya, kemudian pergi begitu saja
Membiarkan diri pada pusara sekuat tenaga menata ulang yang porak poranda
untuk lagi-lagi dia datang seperlunya, tanpa pemberitahuan, dan lagi-lagi mengacak-acak semau dia
Apakah tidak lelah kik?
Iya sih relasi yang sejauh ini ku ketahui beginilah modelnya
Apa iya tak ada model yang lain?
Apa iya, inikah satu-satunya jalan untuk merasa aman?
Semenyiksa inikah untuk layak dicintai?
Yap, begitulah saat pada akhirnya telah kita lalui
Arena permainan yang sebenarnya juga saya pilih sendiri secara sadar tapi pada awalnya, sampai sekarang juga sih sebenarnya, haha
Kerap sekali saya rutuki
Penuh dengan segala keluh
Betapa melelahkan, begitu kejam tanpa ampunan, begitu menyiksa, begitu pedih, begitu menyesakkan, begitu gelap dan menyeramkan
Satu sisi ternyata juga begitu melegakan, begitu penuh dengan rasa haru yang begitu teduh, berlapis sykur yang tiada habis
Banyak sekali, banyaaaak sekali kebaikan yang dipertemukan meski melalui pertemuan-pertemuan tak terduga yang mungkin terasa tak nyaman pada awalnya namun ternyata berbuah obat? Hm.. atau mungkin hadiah terindah lebih tepatnya
Salah satu hadiah terindah yang saya temui adalah
Kesempatan berproses bersama wajah keempat, sosok keempat
Apakah ada kaitannya dengan hujan?
atau wajah-wajah sebelumnya?
Hmm.. kalau dirasa-rasa sepertinya ada, :D
Awal hadirnya terasa seperti hujan
Menyejukkan? Hmm sepertinya bukan itu, haha
Kesan yang saya tangkap adalah dingin, kikuk, bingung
Persis saat hujan datang, cukup membuat saya kebingungan apa yang bisa saya lakukan?
dan anehnya pada momen-momen tertentu, hadirnya mengingatkan pada sosok wajah pertama
Kehadirannya, menemani disisi memberi rasa aman yang serupa saya rasakan saat bersama wajah pertama. Rasa aman tanpa syarat. Hadir begitu saja tanpa menuntut usaha berlebih.
Dengan seizin Pemilik Arena Permainan, sepanjang saya bermain dengan sosok wajah keempat ini, perlahan kami menyadari
Terdapat seuntai rantai yang membayang di belakang kita
Tidak semua mata rantai berawal dari hal baik
Dan sayangnya jika dibiarkan mata rantai itu pun akan berlanjut menyambung ketidakbaikan yang terus terjalin melalui diri kita
Permainan yang sangat memikat saya, yang sangat saya nikmati hingga lupa waktu, hingga kelelahan karena saking serunya, ialah permainan pemikiran.
Luasnya arena yang saya miliki bisa dengan apik dan mudahnya ia isi dengan sangat cantik melalui kekayaan wawasannya
yang menjadikannya seru justru hal itu sama sekali tak nampak dari sederhana tampilannya
Kekayannya hanya bisa dilihat oleh mereka yang benar-benar mau mendengar
Sangat beruntung, mendengar menjadi salah satu keberkahan dari Sang Maha Baik yang berkenan dititipkan pada orang yang senang sekali bermain-main ini, :D
Melalui permainan-permainan yang banyaknya kami jalani di arena masing-masing, anehnya saat kami saling bertukar, kami merasakan hal yang sama, seolah melalui arena yang sama dengan versi kami masing-masing
Maka bertemu dengannya seolah menguatkan lagi hasil yang diperoleh selama melalui arena permainan yang kebanyakan terasa tidak mudah, memeras otak dan segala macam energi
Bersyukur dengan bertukar cerita perjalanan dengannya saya mengenal salah satu peran kita disini saat ini
Kita adalah perentara
Jembatan dari panjangnya untaian rantai yang sama sekali tak kita ketahui asal mulanya
Banyak hal yang kita terima sejauh ini merupakan untaian dari yang sudah-sudah
Sadar tidak sadar disampaikan, turun temurun dari para pendahulu kita
Baik tidak baik semua terbawa oleh arus masa
Tak terpelakan memang, satu dua hal yang sampai pada kita tanpa bisa kita ubah
Kabar baiknya kita selalu bisa memilah dan memilih
Mana yang akan kita putus mata rantainya
Mana yang akan kita pertahankan sambungannya
atau mana saja yang perlu kita perbaiki kaitannya
atau mungkin kita ganti dengan mata rantai yang baru
Kita selalu bisa mengusahakan mata rantai yang lebih baik untuk diteruskan pada generasi setelah kita, atau jika itu terlalu jauh
Selalu bisa kita pilih untuk kita tularkan, bagikan dengan mereka yang saat ini berada disekitar kita
Jelas dengan syarat dan ketentuan yang berlaku
Salah satunya adalah Sadar
Sadar menjadi mata uang yang sangat mahal untuk menukar pemahaman-pemahaman yang telah kita miliki dengan pemahaman baru
Tapi itu sepadan dengan kelapangan, kelegaan, syukur, haru, yang akan kita dapatkan dengan meluasnya pemahaman demi pemahaman dengan segala keterbatasan yang kita miliki.
aaah, pada akhirnya setiap arena permainan yang kita sambangi sebenarnya melatih ketajaman kesadaran kita
Hanya saja kemudian kembali kepada kita
Kita yang selalu bisa memilih ini
Apakah mau memilih mengusahakan kebaikan dari pemahaman-pemahaman yang dititipkan..
Sesedarhana misalnya, dengan menyadari ternyata tidak semua bekerja dengan formulasi aku harus cukup tersiksa untuk layak dicintai
tapi orang-orang yang kutemui hanya bekerja dengan formulasi itu
apakah lantas kita akan bertahan dengan formulasi yang sudah ada, atau berpindah untuk menemui orang-orang yang lebih tepat
atau
Hanya karena kita pernah pada posisi harus tersiksa terlebih dahulu untuk merasa layak dicintai
apakah kemudian kita akan menempatkan orang lain dalam keadaan tersiksa terlebih dahulu agar layak mendapatkan cinta dari kita?
Enak aja ya kan, dia dapat cinta semudah itu sedangkan kita harus tersiksa terlebih dahulu, haha
atau
pemahaman yang mengantarkan pada
aah.. ternyata meskipun aku sudah begitu tersiksa untuk menunjukkan cintaku padanya, aku tidak mendapatkan cinta yang selama ini aku harapkan dari dia
apakah kita akan bertahan dengan cara itu, atau menyadari cara itu telah usang dan kini sudah saatnya cara baru perlu digunakan..
Haha, begitulah kira-kira permainan yang sering saya mainkan saat diarena permainan pikiran :D
Tak kerasa, hah, bohong banget, padahal kerasa bangeeeet, haha
Saat ini, telah sampai pada tahap akhir arena permainan yang saat ini tengah saya jalani
Pada titik ini meski menengok lagi tetap terasa beratnya, tetap terasa melelahkannya, tetap terasa tidak mudah, tapi anehnya semakin berlapis-lapis pula rasa bersyukurnya
Bersyukur pernah babak belur di arena permainan ini
Bersyukur pernah bersitegang dengan mereka teman sepermainan di arena ini
Sebagian dari kami pun pada akhirnya telah melanjutkan pada arena permainan mereka selanjutnya
Saya? Haha
Pernah bertahan denga pemahaman sejauh apapun kalian melangkah, aku tetap disini!
aku akan tetap bertahan meskipun kalian tinggalkan!
Haha
Masih merasa berat meninggalkan arena ini begitu saja
Tapi semakin bertahan juga terasa semakin berat
Lagi, pusara masa tak membiarkan kita berlama-lama padanya
Meski banyak sekali hal-hal yang menguras tenaga, tapi juga tak terkira kenangan indah didalamnya
Menyenangkan, menenangkan, memahamkan
Jika ada pilihan mengakhirinya begitu saja, rasa-rasanya ingin menyudahi disini
Sudah
Cukup
Tutup
Selesai
Habis
Tapi..
Lagi-lagi arena ini sepertinya masih menyuguhkan satu permainan terakhirnya
Tentang bagaimana mengakhirinya dengan baik dalam batas waktu yang ditentukan
Bagaimana menutupnya dengan layak dalam standar yang telah ditentukan dan kemampuan yang kita miliki
Meski sama sekali masih belum tau akan seperti apa pada akhirnya
Yang jelas sama seperti yang selalu saya gunakan pada permainan-permainan sebelumnya
Saya masih memilih untuk terus melangkah, untuk sekali lagi mencoba berjuang, untuk lagi dan lagi bertahan agar terus berjalan
Meski tertatih, meski tergopoh, arena ini tak pernah memberi pilihan untuk berhenti.
Maka dengan segala kerendahan hati dan sepenuh harap
Sekali lagi semoga Sang Muara Segala Harap berkenan menguatkan dan memampukan untuk menampilkan permainan terbaik yang bisa dilakukan di tahap akhir ini.
dengan segala dinamika di tahapan ini
dengan perjuangan para teman sepermainan yang juga pada tahap ini dengan versinya masing-masing
Selamat melangkah lagi, diri
Selamat menikmati sajian terakhir dari arena permainan kali ini dengan khidmat
Selamat mengakhiri segala hal yang telah diawali dan dijalani dengan sangat baik, sejauh ini
Sama seperti arena sebelumnya dan juga arena ini yang tak pernah kita ketahui bagaimana kedatangannya, bagaimana akhirannya, bagaimana pelajaran yang akhirnya kita dapatkan selain dengan kita menjalaninya setahap demi setahap
Setiap awal akan berakhir
Begitupula setiap akhir merupakan sebuah permulaan
Selagi masih diberi kesempatan oleh Sang Maha Pemelihara, maka peliharalah dirimu dengan sebaik semampumu..
Sama seperti tulisan ini yang pada awalnya sangat susah untuk memulai
berulang kali terhenti dan memulai lagi selama proses penyusunannya
pada akhirnya saat kamu memutuskan untuk tetap mengerjakan dan tidak menyerah
pun bertemu pula pada ujungnya
dan panggil kembali setiap rasa yang kamu sadari pada setiap ujungnya
lega dan syukur mendalam karena telah memilih untuk menjalani dengan baik saat ada banyak jalan untuk menyerah dan mengakhirinya begitu saja
Maka ingat lagi setiap wajah yang menguatkan
dan pandangi lagi wajah diri yang selalu menanti kebaikan demi kebaikan lahir dari dirinya
serta tundukan wajah dihadapan Sang Pemilik Segala Wajah
bahwa tak akan ada diri, wajah, arena permainan, teman sepermainan, mata uang kesadaran, maupun pemahaman tanpa kehendakNya.
Selamat berjuang diri, untuk setiap kebaikan yang kau rindukan
Ambil kembali jeda dan temui lagi melalui tulisan atau apapun yang menenangkan saat perjalanan melelahkan
Boleh rehat tapi tidak terhenti
dari yang selalu mendukungmu sepenuh hati
Yogyakarta, 14 November 2021
berteman selarik cahaya senja setelah seharian mendung dan berhari-hari hujan
0 notes
Syukur
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
2021 memasuki akhir pertengahan pertamanya
dan masih saja berdebar saat melirik angka yang menunjukkan tanggalnya
Hari-hari ini semakin berdebar dengan kabar semakin banyak Rumah Sakit yg sedang tidak dapat menampung lebih banyak pasien
Meskipun telah menambahkan tenda darurat dan menempatkan pasien pada setiap ruang yang memungkinkan
Pandemi bagi Ibu Pertiwi belum berakhir
Semoga Anak Bangsanya masih selalu diberi kekuatan, kelapangan hati, dan empati dalam memaksimalkan ikhtiar pada perannya masing-masing
Satu tahun ini nampaknya berat ya buat kita, buat seluruh dunia mungkin ya
Bagi saya cukup terasa berat
Apalagi sebelum pandemi juga mengalami “ledakan” personal
Yang yaa mau tidak mau dijalani tertatih
Meski terasa sangat berat,
Toh buktinya kita telah sampai pada hari ini
Apapun keadaannya
Penuh luka, compang-camping, sedang dalam masa penyembuhan, atau masih perih segar, haha
Meski sama sekali tidak mudah, nyatanya kita masih diberi kesempatan hingga saat ini
Entah dengan cara bertahan, menghindar, melawan atau hanya terhenti tanpa melakukan apapun :’)
Merasa telah melakukan banyak hal
Sekaligus merasa tak kemana-mana, tak mencapai apa-apa
Bundet.
Semakin berusaha membebaskan diri, semakin terikat erat
Tahu musti terus berjalan tetapi bingung mau memulai dari mana
atau, tahu memulai dari mana tapi hanya berhadapan dengan ruang hampa
Terhimpit dari berbagai arah tapi tak ada ruang untuk melangkah
Silau dengan perasaan-perasaan yang diciptakan sendiri oleh pikiran
Saking sesaknya, setahun lalu, saya hanya memiliki satu harapan
Menjalani apapun yang memang harus dijalani dengan hati penuh rasa syukur
Bukan karena merasa bersalah, bukan karena tertekan
Berpikir bagaimana segala sesak yang dirasa dapat berubah menjadi sesuatu yang ringan dalam menjalaninya
Saat itu, saya kira jawabannya adalah dengan hati penuh syukur
“Oke. Kalau begitu Syukur itu apa?”,
tanya seorang kakak, seorang perantara yang membantu saya menyadari, mengenali, dan menerima keruwetan dalam diri
Jawaban terbaik yang bisa saya sampaikan pada saat itu adalah,
“Menerima segala sesuatu apa adanya, tanpa mencela, tanpa mengharap lebih.”
“Bolehkah saya menyampaikan sudut pandang saya?”, lanjutnya.
“Syukur adalah saat dimana dengan apapun yang ada pada diri kita, bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.”
Jeda.
Bahkan dalam penulisan ini pun terjadi lagi jeda.
Tertampar dan bengong.
Mulia sekali pemikiran itu.
Apakah mungkin saya lakukan?
Yang pada saat itu menyadari apa yang dipunya pun masih tertatih
Baikla jika itu standarnya, pikir saya saat itu
Tapi saat ini saya masih berjuang dengan penerimaan dengan kondisi saya
Jadi saya pikir, saya selesaikan dulu PR menerima ini
Baru nanti perlahan saya menuju kesana
Begitu kira-kira dialog yang terjadi dalam diri saya
Hari berganti hari
Bulan berganti bulan
Masih sama keinginan saya
Menjalani semua yang memang harus saya jalani dengan hati ringan, dengan penuh rasa syukur
Apakah terjadi?
Seringnya tidak.
Sibuk sekali menyalahkan kondisi-kondisi di luar diri saya yang menempatkan saya pada situasi yang sulit.
Sepeda motor yang melintas dengan suara knalpotnya.
Perbaikan aliran listrik yang memutus saya dari kehidupan digital.
Awan mendung yang membuat saya merasa tidak bersemangat.
Celoteh anak-anak, obrolan seru ibu-ibu kompleks di mamang sayur keliling yang membuyarkan konsentrasi saya.
Kipas angin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya saat suasana panas
atau Kipas angin yang justru terlalu berisik setelah diperbaiki.
Hujan deras yang entah bagaimana terasa mencekam dengan menghadirkan segala pikiran-pikiran kalut yang selama ini sebisa mungkin dipendam.
Atap yang tidak menaungi dari hujan.
Pertemuan dengan seorang teman yang justru membawa “petaka”.
Repotnya harus mempersiapkan makanan untuk sekedar bisa disantap dengan seadanya.
Harga jasa pesan antar yang semakin tidak masuk akal
Apapun. Apapun. Sekecil apapun terasa begitu mengusik dan membebani.
Sehingga semakin mendorong saya untuk menghindarinya.
Sekecil apapun situasi tak nyaman cukup bagi saya untuk menjadi alasan menghindar dengan bermalas-malasan.
Berjam-jam memeriksa kehidupan orang lain.
Kelelahan dan kemudian beristirahat dengan berjam-jam mencari video yang bisa menentramkan.
Tentram yg datang karena teralihkan dari rasa tidak nyaman.
Saat kembali menghadapi realitas, beban bertumpuk-tumpuk seakan kembali menghadang.
Satu hari begitu sangat cepat.
Kelelahan melarikan diri saat siang hari untuk istirahat malam yang tidak tenang.
Berharap berlalunya hari, secara otomatis akan mengurangi beban yang selama ini dirasakan
Sayangnya beban tersebut sedikitpun tak berkurang
dan semakin hari justru semakin menggunung
Satu, dua kali peristiwa melegakan mengabarkan bahwa beban yang harus dihadapi, mendapat penangguhan, untuk beberapa waktu
Waktu yang diberikan pun tidak untuk mengejar mengurangi beban yang dirasa, tapi justru digunakan untuk semakin jauh bersembunyi.
Hingga mendapatkan tawaran pelarian
Pada awalnya cukup waspada dengan membatasi waktu tertentu agar tak terlalu jauh melarikan diri, agar tau jalan pulang, agar siap hadapi lagi kenyataan
Pada akhirnya, totalitas menenggelamkan diri
Kapan lagi dalihnya, padahal yang sebenarnya adalah ingin melupakan kenyataan
Pada saat penutupan
Pada saat akhirnya kembali lagi pada kenyataan,
Menangislah tersedu sedan
Betapa perih dan berat pada dada
Banjir air mata seolah sama sekali tak meringankan
Meringkuk sedalam apapun sedikitpun tak memberi rasa aman
Semenakutkan itukah kenyataan?
Tangisnya pecah saat pemahaman-pemahaman yang menamparnya sepanjang pelarian
Orang-orang yang melangkah bersamanya, dalam pelarian baginya itu ialah mereka yang dipandang memiliki kelebihan nikmat.
Padahal orang-orang yang memiliki kemiripan memiliki kecenderungan untuk berkumpul dalam satu lingkaran
Maka diri pun pada akhirnya menyadari kelebihan nikmat yang dimiliki.
Kembali pada pengertian syukur yang ia dapat dari Sang Perantara,
“dengan kelebihan nikmat itu kik, apa yang sudah kamu lakukan?”
Bak petir menyambar segala macam bentuk pelarian pun berkelebat nyata.
Kesadaran ini bahkan belum sepenuhnya mau diterima
Sebab bagian sisi diri masih menginginkan untuk lari
Karena baginya, lari terasa lebih nyaman, hanya karena lupa, tidak menyadari ketidaknyamanannya.
Lantas apakah akan selesai jika begitu seterusnya?
Kesadaran ini masih belum sepenuhnya diterima,
Sebab ia paham betul ada hal yang perlu dilakukan bersamaan kesadaran yang didapatkan.
Tulisan ini bukan untuk glorifikasi
Melebihkan, menyombongkan suatu proses berpikir, maupun kesadaran yang dicapai
Tulisan ini justru sebagai sarana untuk diri melepaskan dari arus pikir yang mengukungnya
Tulisan ini juga sebagai upaya mengabadikan ingatan yang mudah teralih
Memang semua membutuhkan proses kik
Justru karena membutuhkan proses itulah, kamu perlu memulainya sekarang
Mungkin aka nada banyak sekali hal tak terduga di depan sana
Tapi justru dengan banyak sekali hal yang tak terduga itu kita perlu mempersiapkannya sekarang
Tak ada yang kita miliki kik, tak ada yang bisa kita lakukan, selain saat ini.
Masa lalu sama sekali tak kan mampu kita ubah kik,
Meskipun pemahaman-pemahamannya masih bisa terus kita perbaiki pada masa kini
Masa depan sama sekali tak ada yang bisa menggenggam
namun kita selalu bisa mengusahakannya dari masa kini
Cukup sadari apa yang kamu lakukan saat ini apakah mendukung tujuanmu dimasa depan
Cukup sadari apakah masa lalu terus membayang lantaran masih saja terus kau bawa
Tak kan mampu kik
Tak akan mampu kita arungi segalanya
Maka melepaskan sejatinya menyerahkan pada Yang Maha Segala Mampu
Maka melepaskan sejatinya meringankan diri pada hal-hal yang ia mampu
Terima kasih masih terus berjalan dan berproses
Baik dalam gelap maupun dalam berat
Selama kamu memang sungguh-sungguh menuju kebaikan
Yakinlah kamu akan sampai pada yang kau niatkan..
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (QS. Al Insyiqaaq 84 : 6)
Leher tercekat
Mata berkaca
Dada memberat
Langit kelabu dan udara dingin
Yogyakarta, 28 Juni 2021
0 notes
Safe
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh..
Apa kabar teman-teman, memasuki 4/12 dari 2021?
Membaik atau sama saja dengan 2020?
Atau malah memburuk?
Semoga perjuangan dan persiapan apapun yang tengah dilakukan,
Diliputi dengan segala kebaikan ya..
Hari ini langit Jogja cerah sekali, (yang sebenarnya satu bulan lalu haha)
Biru nyaris tak berawan, sejauh mata memandang
Udaranya pun terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya
Semestinya saya membuka dokumen lain
Namun setelah membukanya
Dan lantunan penyambut musim panas melenakan saya untuk menepi sejenak
Keinginan menepi yang urung akhirnya pun memanggil kembali
Beberapa hari ini langit Jogja kembali menggelap
Kabar datangnya hujan berkali-kali membuat penduduk Bumi terpaku
Riuh air hujan terkadang tak terbendung hingga memaksa kami berhenti sejenak dari aktivitas kami
Entah berteduh atau sekadar memandangi keriuhan air menjemput tanah yang terdengar begitu merindu
Saat hujan menyapa, dimanakah lokasi favorit teman-teman untuk berteduh?
Atau adakah tempat menepi yang selalu dituju saat hujan tiba?
Kalau saya sederhana saja, haha
Pembaringan dan segala pirantinya
Terutama si penghangat yang membalut dengan kelembutan haha
Anehnya beberapa tempo waktu terakhir tempat favorit ini tak lagi memberi rasa aman,
Kenapa kah?
Berkali mempertanyakan, rasa-rasanya ada yang tidak semestinya
Saya tahu ada yang perlu dibenahi
Saya telah berkali mencoba kemungkinan-kemungkinan untuk menjadi lebih baik
Berkali pula terjebak pada rasa lelah dan menyerah..
Untuk kemudian tersadar,
Kadang yang terasa melelahkan ialah suatu hal yang baik untuk kita
Hingga kembali terjebak, manakah yang sebaiknya dilakukan?
Mengupayakan atau Menyerah?
Seberapa banyak upaya dan seberapa porsi untuk diserahkan..
Begitu terasa resah dan serba salah
Pertemuan demi pertemuan akhirnya mengantarkan pada pemahaman
Terkadang kik, yang perlu diubah tidak hanya perilaku atau perbuatan
Lebih dalam dari itu
Kadang hal penting yang perlu diubah adalah cara pikir, pola pikir, sudut pandang
Apapun kondisimu
Apapun perubahan yang telah diusahakan
Jika pola pikir yang terus menerus mengkritik diri, komentar jahat senantiasa menemani, akan selalu membuat diri merasa salah atas segala yang tengah diperjuangkan.
Merasa tidak sedang menuju suatu kondisi yang lebih baik
Tapi justru berkali-kali terjebak pada prasangka-prasangka tak berujung pada diri sendiri
yang sedihnya, sedang kepayahan berjuang menerima dan menghadapi kenyataan
Kesadaran ini menyentak saat senyum sumringah seorang teman melebar di wajah leganya,
“Huhu, makasih ya kik udah mau jadi temenku..”
“Makasih ya kik udah dengerin ceritaku..”
Betapa baik hati sekali “Kikik” sebagai teman ini?
Betapa mulianya dia?! Haha
Dan terlintas sebuah pikiran,
Betapa beruntung teman-teman “Kikik”, memiliki “Kikik” sebagai teman yang baik
Meanwhile, si “Kikik” bahkan tidak bisa menjadi teman yang baik untuk dirinya sendiri
Paras sumringah yang amat lega begitu terekam dalam kenangan
“Kikik” ingin ada lebih banyak lagi wajah sumringah itu terpancar di sekitarnya
Mulailah pontang-panting kian kemari ia sibuk sekali memastikan setiap wajah memancarkan sinar terbaiknya
Hingga ia lupa, ada satu sinar yang terabai,
Padam tak ingin, Bersinar pun tidak..
Redup sekali
Bukan remang yang menenangkan, namun mengkhawatirkan
Duhai Cahaya, apa yang terjadi padamu?
Sebuah pantulnya mengingatkan bahwa redup sinarnya yang begitu rapuh telah menandakan betapa rakus, betapa besar keinginannya untuk memastikan banyak hal yang jelas-jelas tidak pasti
Betapa payah setiap pancaran sinarnya berusaha mengendalikan segala sesuatu yang begitu jauh di luar kendalinya
Mati-matian mengejar sempurna dari seonggok daging yang benar nyata bahwa ia tak sempurna..
Berkeras masih banyak sekali yang kurang atas segala kebaikan yang telah diusahakan..
Besar pasak daripada tiang
Besar sekali keinginannya
Tanpa kemampuan
“Mudah kok! Perbesar saja kemampuannya! Beres kan!”,
sanggah si Keras Kepala
Kadang nak, melepaskan bukan berarti menyerah
Melepaskan nak, justru menyerahkan segala hal di luar mampumu kepada Yang Maha Mampu
Beri ruang nak untuk Yang Maha Kuasa bekerja
Tidak semua tempat, semua kemungkinan kau ambil sendiri
Beri ruang untuk diri mu rehat
Beri pendar pada cahayamu sendiri..
Tapi cahaya ini begitu keciil,
mampukah?
bisakah ia memberi terang?
sanggupkah ia menyalurkan kehangatan?
Cahaya itu akan redup dan kemudian padam selama ia tak menemukan sumbernya bukan?
Dimanakah sumber dari segala sumber?
Yang Maha Tak Tetandingi, Pemilik Seluruh Alam Raya
Janjinya Yang Maha Benar, tak pernah sedetikpun meninggalkanmu..
Sudahkah kau selama ini mendekat padaNya?
Atau justru peluh dan keluhmu yang menjauhkan?
Yang Maha Pengampun lagi Maha Pemelihara
Maka ampunilah dirimu sendiri nak, dan berikan pemeliharaan terbaik penuh kasih untuk hatimu yang mungkin tengah perih menapaki jalan penuh duri
Bagaimana dengan wajah lain yang mungkin tak akan bersinar lagi jika pendar ini tak sampai menghangatkan mereka?
Lantas bagaimana akan terasa hangat hingga jauh keluar sana, jika yang terdalam dan terdekat pun tak mampu merasakannya
Bagaimana menebarkan kepedulian, saat yang paling dekat justru terabai?
Bagaimana akan menentramkan saat yang paling akrab justru tengah resah?
Lepaskanlah nak..
Untuk hal-hal yang membuatmu goyah,
membuat dirimu sendiri tidak aman
Jadilah tempat aman untuk dirimu sendiri pulang..
Dalam perjalanannya saat kau berpapasan lagi dengan berbagai wajah
Sambutlah dengan senyum terbaikmu
Saat wajah lain yang berada di luar jangkaumu nampak muram durja
Peluklah dengan doa-doa terbaik
Semoga Yang Maha Baik kelak mengirimkan Teman Terbaik bagi dirinya untuk pulang dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri..
Ingat selalu safety first ya kik! Haha
Dah gitu aja,
karena masih ada banyak kalimat yang perlu disusun untuk diserahkan kepada yang telah memberi amanah berproses di jalan ini
Terima kasih telah mengupayakan banyak sekali proses dalam diri ya kik..
Jika terasa susah justru itu tandanya kamu tengah berjuang
Sebab mustahil merasakan kepayahannya, saat kamu tidak berjuang :)
Semangat jalan terus untuk hal-hal baik selanjutnya ya kik..
Bi idznillah..
Bismillah..
Duhai Cahaya,
Terima aku..
Aku ingin kau lihat yang kau punya
Aku ingin kau,
Kembali bisa
Percaya pada Diri dan Mampumu
- Cahaya, @palawija -
Langit cerah, udara dingin dan nyanyian musim panas yang entah akan bertahan berapa lama,
Yogyakarta, 8 April 2021
0 notes
Genggam
Stop redam amarah mu
Namun jangan berlalu
Hentikan tangismu
Lenyapkan ragumu
Yang selalu lupakan
Semuanya t'lah termaafkan
Tataplah hari baru
Berlari bersamaku
Jangan menyerah ku di sini
Genggam erat tanganku..
Jangan sembunyi, ku di sini
Genggam erat jiwaku..
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh..
Alhamdulillah 2021 memasuki bulan Februari :)
Februari biasanya diidentikan dengan bulan kasih sayang, berhubungan dengan orang lain, dan lebih utama lawan jenis
Bagaimana dengan hubungan kasih sayang dengan diri?
Ehe, aneh ya, baru pertama kali dengar?
Apa yang ada dalam pikiran teman-teman saat membacanya?
Jomblo ya mbaknya, gitu kah? Atau..
Kasian bet dah mbaknya kesepian kali yak, ga punya temen, muahahaha
Mungkin sebagian pernyataan tersebut ada benarnya
Tapi tahukah kawan, kadang kita sibuk membangun hubungan di luar diri kita,
Sibuk mengamankan hubungan kita dengan orang lain
Sibuk ingin diterima dan blending dengan lingkungan-lingkungan tertentu
Sampai akhirnya kita lupa..
Ada yang selalu ada, menanti kita sapa
24 jam membersamai kita, yg selama itu pula kita abaikan..
Diri kita sendiri.
Sudahkah kita membangun hubungan baik dengan diri kita sendiri?
Sudahkan kita memberikan kasih sayang terbaik selayaknya yang kita lakukan pada teman terbaik kita, untuk diri kita sendiri?
Terdengar sangat Selfish dan egois? Haha
Kesadaran ini menghantam saya sangat telak pada bulan Desember lalu..
Awalnya saya niatkan mengikuti kegiatan ini agar bergerak dengan ringan dan penuh rasa syukur
Untuk mencapai kesana, ternyata perlu meruntut lagi apa yang pernah terjadi melalui perjalanan ke dalam diri
Aah.. ternyata temanya masih seputar perjalanan dalam diri ya..
Setahun berlalu, kadang membuat saya merasa stuck, tidak kemana-mana karena hanya berkutat dengan itu-itu saja
Tapi nyatanya saya merasa perlu menyelesaikan itu dulu untuk kemudian bisa berjalan ke depan
Kalau kata teman baik saya,
Mungkin selama ini kita berharap untuk segera nampak menjulang tinggi
Tapi bisa jadi, saat ini kita tengah mengakar kuat ke dalam
Mengokohkan diri, agar saat kelak menjulang, tak mudah roboh tertiup angin..
Yakinlah kita sama-sama berproses dan berprogres meski tak nampak dengan salah satu standar :)
So, kesadaran apakah yang menghantam itu?
Sebuah proses perjalanan ke dalam diri membawa saya menemui sisi diri yang selama ini begitu dalam tersembunyi..
Aah.. saat menuliskannya pun leher saya kembali tercekat dan air mata membendung..
Hingga hari itu saya sama sekali tidak menyadari apa yang sebenarnya ia rasa, ia pikirkan, dan apa yang ia butuhkan.
Perjalanan yang tidak mudah sekitar satu tahun lalu, membantu saya menyadari kehadirannya, mengenalinya, dan menyematkan sebuah nama padanya Si Cemas.
Selama ini saya pikir ia penghambat terbesar dalam diri saya
Yang tidak membiarkan saya bergerak dengan bebas menjemput mimpi-mimpi saya
Nyatanya justru saya yang berkali-kali selama bertahun-tahun menghambat pemenuhan kebutuhannya..
Si Cemas hadir karena ingin diterima dengan baik oleh semua orang
Ia cemas, khawatir jika ditinggalkan lagi..
Perasaan Si Cemas membawa saya pada interpretasi pengalaman penting dalam hidup saya..
Sekira 5 tahun lalu, saya menyadari adanya perasaan kehilangan sosok aman dalam hidup saya ketika mulai membandingkan kondisi diri dengan orang-orang di sekitar saya
Perasaan kehilangan sosok aman itu, sederhana saja melalui sebuah cerita yang mengantarkan saya pada pemahaman, saya tidak pernah memiliki kenangan belajar memasak bersama ibu di dapur
Sesederhana itu, tapi rasanya ada lubang yang begitu menganga di dada kala itu..
Terlebih kemudian saya menyadari saya tidak memiliki kesempatan itu lantaran ibu musti berangkat kerja pagi hari dan baru pulang dengan amat kelelahan pada siang hari.
Sorenya beliau masih beraktivitas untuk kegiatan sosial kemasyarakatan
Mayoritas memori saya tentang kegiatan ibu di rumah adalah tidur :)
Potongan kenangan tersebut kembali membawa saya pada masa TK, sekitar usia 4 tahun
Awalnya memori ini begitu lekat, tanpa perasaan apapun
Di usia 25 an saya masih melihat kenangan tersebut dengan jelas di kepala
Sebuah potongan adegan saat bapak dan ibu berangkat bekerja mengendarai sepeda motor
Ibu melambai dengan senyum terbaiknya kepada saya yang duduk di teras tetangga di lingkungan perumahan kami yang masih sangat sepi, lantaran orang-orang belum memulai hari mereka..
Saya lengkap dengan pakaian seragam TK yang mustinya dikenakan dua atau tiga jam setelahnya
Kemudian saya ke rumah teman sebaya saya yang masih dengan baju tidur tengah di suapi ibunya, dibantu mempersiapkan diri untuk ke sekolah
Awalnya saya hanya melihat potongan memori itu tanpa emosi
Kini saat menuliskannya pun kembali air mata membanjiri
Teringat sebuah pertanyaan diajukan pada saya setelah proses itu
“Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan saat itu?”
Lari.
Mengejar bapak dan ibu.
Kemudian ibu turun.
dan memeluk saya.
sembari bilang
“Jangan khawatir nak, ibu disini.”
Aaah.. belum cukup mereda ternyata perih itu..
Pandangan saya kali ini kabur
Nafas saya berat
dan beberapa aliran membahasi pipi :)
Kesadaran yang tidak mudah untuk dihadapi
Sesaat setelah menemukannya pun saya masih bengong
Masak sih gitu doang?
Kok aku ngrasa biasa aja ya?
Apa bener itu?
Tapi juga sekaligus memberi beragam penjelasan
Penjelasan yang beberapa bulan lalu, masih lebih sering membuat saya marah
Marah karena telah menempatkan saya menjadi korban
Korban yang tidak diberi ruang kesempatan..
Menjadi ujung setiap alasan dari apa-apa yang saya hadapi saat ini
Semakin membuat saya frustrasi karena nyatanya, mau bagaimanapun, sedikit pun tak mampu saya ubah dan perbaiki sesuatu yang telah terjadi.
Lagi-lagi seorang teman baik mengingatkan
Boleh kita merasa menjadi korban
Tapi ingat, kita juga perlu menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri
Pahlawan yang berjuang menyelamatkan diri kita sendiri
Nyatanya kita kini telah dewasa
Tak bisa lagi menyandarkan kebutuhan kita pada orang lain
Karena kita bertanggung jawab penuh atas kondisi kita masing-masing
Perlahan meski berat,
meski sampai sekarang masih sesekali mengeluh
masih berulang kali mempertanyakan adakah jalan lain yang lebih mudah untuk ditempuh?
sembari terus mencoba untuk melangkah
Melangkah menjemput hari baru
sekaligus melangkah pada penerimaan yang lebih utuh tentang masa lalu..
Hingga Desember lalu, sebuah informasi mengabarkan, mungkin saya bisa menguatkan langkah dengan mengikuti serangkaian programnya.
Sebuah program yang awalnya saya pikir akan mengajarkan secara teknis mengenai bagaimana menata langkah yang baik dan benar
Ternyata prosesnya..
Perjalanan ke dalam diri terlebih dahulu untuk kemudian baru bisa melangkah keluar..
Kesadaran selanjutnya pun lagi-lagi menggemparkan..
Membuat sebuah ruang dalam pikiran..
Tanpa disangka salah satu prosesnya membawa saya menemui Si Cemas..
Kala itu ia nampak begitu berantakan dan tidak terawat
Pertama kali melihatnya saya kaget bukan kepalang
Teriris..
Miris sekali kondisinya..
Timbul rasa kasihan dan dorongan yang kuat untuk memeluknya
Sembari bertanya, “Bagaimana bisa kamu seperti ini sayang?”
Dia hanya tersenyum dengan mata berkaca
Sebuah kesadaran pun muncul..
Bertahun-tahun lamanya..
Ternyata diri begitu repot, begitu sibuk kesana kemari berusaha memenuhi kebutuhan orang lain
Memastikan orang lain bahwa diri disini
Bahwa mereka tidak ditinggalkan
Bahwa diri siap menemani
Nyatanya kesibukannya justru meninggalkan sisi diri lain yang juga memiliki kebutuhan untuk diterima dan didengar..
Diri yang tidak ingin ditinggal dan yang tak mampu meninggalkan karena merasa paling tahu bagaimana perihnya, sakitnya ditinggalkan
yang ternyata, lagi-lagi secara telak menempatkan sisi diri mengalami pengalaman menyakitkan untuk kedua kalinya
Kini ia ditinggalkan untuk segenggam rasa aman yang diharapkan dari orang lain
Lupa jika nyatanya, terlalu menggenggam justru menyakitkan..
Pandemi mengajarkan untuk melepaskan..
Ada kalanya lepas justru membebaskan, meringankan..
Bahwa ada kalanya lepas justru membuat kita melihat lebih baik hal-hal yang penting untuk dipertahankan..
Bahwa nyatanya melepaskan bukan berarti menyerah..
Namun justru berserah pada Sang Maha Mampu..
Sembari berjalan..
Perlahan membuat jalan baru, sedikit menyelisihi jalan lama yang telah kuat membekas
Sesekali terjatuh pada jalan yang sama meski telah berkali memantapkan hati di jalan yang baru
Berulang kali mencoba kembali setelah bekali-kali terjebak lagi dengan pemahaman lama..
Sebuah keputusan tentang perjalanan yang tidak mudah pun mengantarkan kembali pada sebuah pemahaman baru..
Keputusan yang tidak mudah dalam menjalaninya..
Berulang kali merutuki mengapa memilih jalan berat ini
Berkali-kali membuat daftar yang menguatkan pemilihan jalan ini setiap goyah menggetar langkah
Titik kritis menggoyah ketika muncul pertanyaan,
“Yakinkah dirimu dengan pilihan ini kamu tidak membalas dendam meninggalkan bapak ibumu yang mungkin saat ini tengah membutuhkanmu?”
Saat pertanyaan itu muncul, seribu langkah mundur serasa ingin sekali ditempuh
Sebuah hela napas mengabarkan untuk tenang
Untuk perlahan memandangnya dengan lebih jernih..
Bukankah apa yang kamu alami saat ini persis seperti apa yang mungkin mereka alami saat meninggalkan mu?
Ya. secara fisik mungkin mereka meninggalkanmu
Tapi lihat, saat secara fisik kamu meninggalkan mereka, nyatanya hati, pikiran dan terutama doa selalu berisi tentang mereka
Sama persis seperti apa yang kamu alami saat ini
Ya. Secara fisik mungkin kamu meninggalkan mereka.
Tapi kamu selalu membawa mereka, selalu bersama mereka dalam hatimu, pikiranmu, dan yang lebih penting adalah doa-doa panjangmu.
Persis seperti yang mereka lakukan puluhan tahun silam
Dan bahkan hingga hari ini, dan tentu saja hingga tahun-tahun kedepan..
Terlebih kamu melakukannya untuk kebaikan bersama, persis seperti yang mereka lakukan demi untuk kebaikan bersama..
Sebuah puzzle pun nampak lebih jelas
Benar sebuah kabar yang menyatakan
Anak adalah pengamat terbaik
namun penerjemah yang paling buruk..
Kabar baiknya kik,
kebaikan bersama yang tengah kamu perjuangkan berlandas pada kebutuhanmu..
Maka saat situasi kembali menggoyah..
Perlahan amati kembali..
Apa sejatinya yang tengah kamu butuhkan saat ini..
Apa yang bisa kamu lakukan untuk memenuhinya saat ini?
Apakah saat melakukannya kamu tengah mendekatkan diri pada kebaikan?
Meski dalam pandangmu kamu tidak menyukai, bukan berarti itu buruk bukan?
Dan meski pandangmu menyukainya, bukan berarti itu baik bukan?
Ambillah jeda kik..
Saat banyak yang mengabarkan untuk segera bergegas
Jangan lupa untuk berhenti sejenak agar jernih pandangmu
Lakukan satu persatu
Dan nikmati setiap prosesnya ya..
Selamat melanjutkan perjalanan kik..
Dan jangan lupa nikmati pemandangannya ;)
Teruntuk hati yang mudah goyah dan lelah
Terima kasih telah berulang kali memantapkan langkah
Setiap awalan pasti memiliki akhir
Meski kita tak tahu dimana posisinya
Yang jelas kita bisa mengusahakan segala sesutu yang ada pada masa kini disini..
Dalam naungan awan redup
dan hati membiru..
Yogyakarta, 9 Februari 2021
0 notes
Ashamed
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
Apa kabar 1/12 dari 2021?
Mengawali bulan dan tahun ini dengan tekad dan semangat baru
Nyatanya tak semua sejalan dengan keinginan
Berulangkali pun menguatkan pada diri bahwa naik turun adalah hal biasa, nyatanya menjalaninya tak semudah kata :)
Kembali terupuruk pada ide buruk betapa payah diri yang masih saja tertatih tak jua berlari
Lagi merutuki langkah kaki yang terhenti untuk kesekian kali dan berat untuk memulai
Tak kunjung bosan segala kecamuk kembali bertandang tanpa tahu akankah kelak lekang?
Berbagai cara telah kembali dicoba, satu dua yang kemarin baik dirasa, nyatanya tak memberi efek jera
Saat semua tak mendatangkan jua, maka tempat meluapkan ini pun menyapa..
Entah memulai dari mana, kenangan dua tahun lalu pun kembali membayang
Seusai memaparkan penjelasan di depan kelas, seorang guru menyampaikan nasihatnya,
“Rizki, kamu boleh menyampaikan apapun yang ada dalam pikiranmu. Kamu tidak harus menyimpan semuanya sendirian dan boleh membaginya dengan teman-temanmu disini.”
Bingung. Meski berulang kali kami diyakinkan bahwa tak pernah ada kemampuan membaca pikiran tapi guru-guru kami sering sekali memamerkan keahliannya, haha
Spontan saya menjawab,
“Wah, jadi ingin meluap-luapkannya..”
“Boleh.. Tapi izin dulu ya, Hai Teman, aku mau meluapkannya, boleh ya?”
Saat itu sama sekali kosong yang saya rasa
Tak mengerti darimana pernyataan itu keluar dan kenapa ditujukan pada saya.
Saat ini saya mengetiknya sambil berkaca-kaca, haha
Beberapa bulan kemudian semenjak peristiwa itu
Sesuatu yang tidak saya sangka terjadi
Gemetar sekujur badan
Cengkeraman kuat tangan pada lipatan bawah baju
Pandangan kabur menampung segala rasa yang tak sabar ingin menumpah dalam aliran deras mengarungi pipi
Leher kering yang amat tercekat berapa kalipun usaha menelan dilakukan
Saat seperti itu biasanya menyendiri menjadi pilihan utama saya
Mengunci dalam kamar berpenerangan redup disebalik selimut dan meringkuk
Atau dalam sujud panjang yang penuh linangan.
Namun, senja itu berbeda..
“Mbak Kikik, aku sama yang lain udah di basecamp yah, ayok kalau mau gabung.”
Sebuah pesan singkat tiba-tiba datang
Reflek ingin menjawab dengan
“Engga dulu deh aku lagi butuh sendi..”
Seketika balasan itu saya hapus dan terganti dengan
“Boleh aku gabung? Tapi aku sedang membawa muatan emosi yang sangat negatif. Sebaiknya kalian mengumpulkan sebanyak mungkin energi positif hingga aku sampai sana ya..”
“Oh, iya gapapa, datang aja. Mau sekalian pesan makan?”
Dalam segala kekacauan, semakin tak lagi dapat kendali..
Meski berjalan sebiasa mungkin, nyatanya dada sedang gemetar hebat
Langit senja Jogja kala itu kabur, tak jelas tertangkap pandangan
Disebalik punggung berjaket hijau, sepoi angin mengabarkan sesuatu yang dingin telah menetes, tak terbendung
Berharap cahaya senja mengaburkan pula pandang para pengendara hingga tak sempat melirik dua mata sipit yang berlinang..
Malam itu menjadi saksi isakan pertama yang dibagikan pada para Hati Baik untuk pertama kali dalam hidupnya..
Tak ada kata hanya anggukan kepala
Kami pun tak tahu ujung jalan ini, tapi kami disini bersamamu
Sekali dua kali usapan menguatkan..
Beberapa hari dua kenangan itu kembali membayang dengan rasa yang tak jauh beda
Membawa diri melihat kembali apa yang sebenarnya terjadi
Mengapa begitu susah melangkah
Mengapa begitu gigih berkata semua baik-baik saja
Mengapa justru begitu kelimpungan saat uluran berkali menyapa dari berbagai tangan..
Sepuluh hitungan bulan mau tak mau menempatkannya pada tempat ia bertumbuh
Menguak satu persatu yang ia anggap sebagai luka
Meski bagi yang lain mungkin itu adalah anugerah terindah..
Kembali mengenali apa yang dipelajari
Apa yang sebaiknya mulai untuk tidak dipelajari
Dan hal-hal yang perlu dipelajari lagi untuk pemaknaan yang baru..
Satu pemahaman yang didapat sejauh ini adalah kebiasan untuk dipermalukan dan perasaan yang dikesampingkan
Perasaan bersalah yang sejatinya telah hadir terbiasa untuk begitu dikuatkan dengan cibiran yang menekankan pada kesalahannya
Rasa kecewa yang datang tak pernah mendapat tempat untuk ia yang harus tampil baik-baik saja
Kebiasaan mengubur puluhan tahun ternyata telah membawanya begitu dalam
Tak lagi dapat dikenali
Apa lagi dikelola dengan baik
Hingga saat satu dua kejadian membawa pada buntu
Hampa, kosong yang terasa
Hilang arah tak tahu apa yang dirasa
Terlebih saat kejadian yang mengabarkan tentang kesalahan atau kegagalan
Maka bertubi kritik muncul dalam diri, wujud dari apa yang telah tertanam puluhan tahun berulang kali
Maka harap pada waktu kan memulihkan dan menguatkan untuk memulai kembali
Sayangnya kawan, waktu tak memulihkan apapun
Waktu tak menyembuhkan apapun
Dan kebiasaan yang tertanam tak akan lekang
Saat kita tak mengupayakannya untuk pulih
Bahkan upaya untuk pulih pun menjadi perjalanan panjang yang mungkin sangat melelahkan saat kemauan dan kesiapan kita terbatas pada kebiasaan lama yang telah membekas..
Seorang kawan pernah menyampaikan,
Mungkin iya separuh perjalanan yang sedang kita tempuh tak lagi mampu kita ubah keadaannya
Separuh perjalanan itu membawa kita pada titik ini dengan segala apa yang kini tengah kita bawa
Tetapi kita selalu bisa memilih membawa apa yang hendak kita bawa
Kita bisa memilih untuk meninggalkan apa yang memberatkan
Dan kita bisa mengupayakan yang selama ini tak kita dapatkan
Mungkin tidak semua yang kita harap dapatkan dari mereka
Tapi kabar baiknya, saat ini kita bisa mengupayakan yang lebih baik untu diri kita
Dan tentu saja dalam Kuasa Yang Maha Lembut lagi Maha Bijaksana..
Mungkin kita tak akan pernah bisa memilih untuk terlahir dan bertumbuh dengan cara ini
Karena nyatanya kita adalah pilihan
Kita yang terpilih berproses di jalan ini
Tak ada yang bilang bahwa perjalanan ini akan mudah
Tapi pasti bisa terlalui
Terlebih dari itu, perjalanan telah memilih pengelananya
Maka sepeser pun tak akan meleset sebuah perhitungan dari Sang Maha Teliti
Ya. Perjalanan ini berat.
Ya. Kepayahan tengah membersamai.
Tapi pasti bisa terlalui
Dengan seizin Yang Maha Menyayangi..
Saat satu langkah tak mudah
Dan dunia pun tak ramah
Maka paling tidak sadari dan terima apa yang dirasa..
Jika paham apa yang dirasa atas apa yang dialami
Paling tidak bersikaplah penuh kasih pada diri yang tengah berupaya memperbaiki..
Terima kasih untuk tidak memilih untuk berhenti
Terima kasih untuk tidak memilih melarikan diri
Dan Terimakasih telah mencoba belajar untuk menghadapi..
Magelang, 24 Januari 2021
Teriring segala harapan akan kebaikan,
Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
0 notes
Nerima
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh..
Apa kabar hati?
Tak terasa ya 2020 sudah mendekati akhir
Haha, sebenarnya kalimat sebelumnya merupakan kalimat yang paling saya benci
Kalimat reminder tentang betapa cepatnya waktu berlalu
Yang seringnya membuat kita eh saya ding, enak aja ngajak-ngajak, hehe merasa tidak melakukan apapun hanya karena hasilnya tidak terlihat atau diakui oleh standar kebanyakan orang
Waah.. gimana tuh, hehe
Beberapa tahun sebelumnya saya pikir 2020 akan penuh dengan pencapaian-pencapaian yang ditandai dengan simbol-simbol dan perayaan..
Penuh dengan terbukanya kesempatan-kesempatan baru, rencana-rencana baru, dan langkah awal dari sesuatu yang kelak akan saya bangun
Nyatanya tidak
Saat sesuatu yang sangat besar terjadi di luar kendali kita
Baru menyadari bahwa nyatanya kita kecil saja di luasnya muka bumi ini
Lantas apakah dengan tidak adanya simbol-simbol pencapaian, tidak adanya perayaan-perayaan yang gegap gempita kemudian menihilkan pencapaian kita?
Apakah kemudian dengan tidak adanya kesempatan-kesempatan yang kita kira akan terbuka maka benar-benar hilang segala yang telah kita bangun?
Apakah lantas kemudian saat semua terasa berhenti, diri kita juga turut terhenti
Ditambah seolah-olah orang-orang disekitar kita nampak dengan mudahnya terus berjalan menghadapi hidup mereka.
Nyatanya 2020 menjadi titik yang penting bagi saya dalam perjalanan saya
Bukan perjalanan yang nampak mungkin bagi orang lain
Bukan pencapaian yang mungkin dapat terukur bagi standar orang kebanyakan
Dan lagi-lagi seperti yang pernah saya sampaikan disini
Sejatinya ujung panjang perjalanan ini, sejauh yang saya ketahui adalah menerima
Menerima bahwa memang beginilah adanya diri, penuh rumpang sana-sini
Menerima bahwa setiap rumpang yg berusaha diperbaiki kadang justru semakin menjadi-jadi hingga yang bisa dilakukan hanyalah menerima
Menerima proses yang musti dihadapi
Menerima bahwa menerima butuh proses
Menerima bahwa untuk mencintai lebih baik hal yang bisa dilakukan adalah menerima tanpa drama
Pemahaman ini saya dapatkan dalam sebuah perjalanan yang baru saja saya mulai
Awalnya saya pikir saya hendak memperbaiki sesuatu yang sangat besar
Nyatanya untuk melakukannya hal pertama yang perlu dilakukan adalah dari hal-hal sederhana, mulai dari diri, mulai dari sekarang
Perjalanan tersebut mengajarkan saya pada lima prinsip yang terkandung dalam makna CINTA
Cari Cara
Ingat Impian Tinggi
Nerima Tanpa Drama
Tidak Takut Salah
Asik Bermain Bersama
Lima hal tersebut awalnya saya kira untuk membentuk sesuatu diluar diri saya
Untuk sesuatu yang sangat besar dan jangka panjang
Ternyata justru saya sendiri yang paling membutuhkan
Saat tengah dalam persimpangan bagaimanalah cara mencintai diri tanpa mengelabui
Bagaimana cinta yang sesungguhnya
Bagaimana cinta yang selayaknya dilakukan termasuk kepada diri sendiri
Membuka diri, terus mencoba, membuka kemungkinan-kemungkinan lain dan tidak ngotot dengan satu cara yang sejauh ini saya temukan dari makna Cari Cara
Sepanjang perjalanannya tentu tidak mudah, lebih sering tergiur dengan apa yang selama ini telah menjadi kebiasaan. Sering rasa ingin menyerah menyelinap disetiap rasa lelah. Saat itu terjadi maka tali Ingat Impian Tinggi kelak tunjukkan arah.
Saat beberapa kali mencoba. Saat telah mengusahakan yang terbaik dengan hasil yg tak sesuai harap. Saat ada hal diluar kendali tiba-tiba datang mengacaukan, maka kekuatan yang mungkin bisa dipanggil ialah Nrima Tanpa Drama. Memang begitulah adanya, kemampuan manusia terbatas.
Memang lima hal itu tak ada yang mudah. Bagi saya yang paling menantang adalah Tidak Takut Salah. Saat terbiasa semua harus dalam kendali, harus berjalan sesuai kehendak, maka kritik senantiasa membersamai. Tanpa sadar sesuatu yang tidak ada menjadi begitu menakutkan. Atau bahkan sekuat tenaga menghindari sesuatu yang sejatinya baik untuk diri. Jelas manusia pasti ada salahnya. Bukan karena tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar, tapi karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuannya. Maka bukan lagi tentang salah apa tapi tentang bagaimana menghadapinya dengan bijak.
Setelah sekian kerja keras hal yang juga boleh kita lakukan saat bertumbuh adalah Asyik Bermain Bersama. Istirahat atau melakukan hal yang menyenangkan secara seimbang juga baik adanya. Tidak harus selalu tangguh tapi juga riuh derai tawa diperlukan dalam perjalanannya. Nilai ini pun mengajarkan untuk menikmati setiap prosesnya.
Catatan ini untuk menegaskan pada diri
Mungkin kita belum bisa menuai apa yang kita tanam saat ini
Mungkin waktu panen kita berbeda dengan mereka yang telah kerja keras sejak dulu
Kita tak bisa memaksa benih yang baru ditanam untuk berbuah pada saat itu juga hanya karena orang lain telah menikmati buahnya
Mungkin pencapaian kita bukanlah pohon rimbun atau buah yang ranum
Pencapaian terbesar kita mungkin “hanya” kesadaran untuk memulai menanam
Kemudian apakah yang tak nampak bukan pencapaian?
Maka berproseslah bukan untuk sebuah pencapaian
Namun berproseslah untuk menjemput dan memeluk versi diri terbaikmu yang telah lama menanti yang tak pernah jauh darimu hanya masih tersembunyi
Terimakasih meski tertatih dalam kepayahan namun selalu mengarahkan langkah dalam kebaikan, diri
Terimakasih telah berjuang meski tak gaduh dengan pencapaian, senyap dalam gemuruh dada, cekat tenggorokan, serta deras air mata yang tak jarang mendatangkan cibiran semata
Kamu paling tahu dengan prosesmu
Jika ini adalah suatu kebaikan,
Maka usahakan lebih untuk menuju kebaikan
Aku menunggumu diriku
Untuk menerima segala yang telah lalu dan menjemput hari baru..
Peluk, Sayang dari yang selalu menemanimu dalam setiap prosesmu.
Magelang, 9 Desember 2020
Pada hari yang direncanakan penuh riang namun berubah menjadi sendu
2 notes
·
View notes
DEWASA
Andai aku t'lah dewasa
Apa yang 'kan kukatakan
Untukmu idolaku tersayang..
Ayah...
Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu Bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu
Kutahu kau berharap
dalam doamu
Kutahu kau berjaga
dalam langkahku
Kutahu s'lalu cinta
dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta
Bahagiakan mereka sepertiku
Andai aku t'lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu,
Setulus kasih sayangmu
Kau s'lalu kucinta
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh,
teman-teman kesayangan apa kabar?
Masih semangat Ramadhan #dirumahaja nya? :)
Biar makin semangat aktivitas #dirumahaja selama Ramadhan nya kita nyanyi dulu, sebelum bahas yang Dewasa Dewasa, hahaha
Bahaya banget yak..
Hayoo siapa yang semangat nyimaak.. haha
Tulisan ini teman-teman, saya tulis dalam rangka beberapa jam menuju usia baru :D
Iya, saya tahu, setiap harinya kita menjelang usia yang bertambah
Bahkan setiap detik yang kita lewati, mengantarkan kita pada usia yang semakin menua
Mungkin karena kita pelupa, makanya perlu hari-hari spesial untuk mengingatnya agar tak kehilangan makna :)
Saya sendiri sih udah lupa yak, pertama kali mengunjungi Bumi ini kek mana rasanya
Tapi nampaknya hari itu begitu spesial bagi dua orang spesial saya, buktinya hingga memasuki tahun ke 26 mereka masih detail sekali mengenang setiap momennya dan begitu antusias mengingat hari itu
Ritualnya adalah menyebutkan kejadian pada setiap jamnya XD
Well, karena nampaknya perayaan ini begitu istimewa bagi mereka
Maka baiklah coba kita usahakan tulisan ini menjadi persembahan untuk mereka ya, dengan menjadikan mereka topik utama tulisan ini muahahahahaha (tertawa jahat ceritanya)
Panjang amat pembukanya, dari tadi ga mulai-mulai yak
Biar jadi gambaran buat teman-teman, biar berasa saya lagi cerita gitu
Muka saya senyum-senyum ga jelas,
Mata sesekali berkaca, hehe
dan.. kedua tangan diiiiiinggggiiiiiiin banget! Wkwk
Bismillah..
Here we go..
Bingung ini saya sebenarnya mau mulai darimana, hehe
mm.. Mungkin dari awal tahun ini dulu kali ya
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, saya yang memandang sebelah mata resolusi pun pada akhirnya turut menuliskan beberapa baris harapan
Salah satu barisnya, berbicara tentang Rencana Perjalanan kedalam Diri
Yap! Tidak jauh beda dengan teman-teman yang amat suka dengan jalan-jalan,
Saya merencanakan juga sebuah Perjalanan
Agak aneh ya, saat yang lain sibuk mencari informasi dan menyiapkan Perjalanan ke Luar Negri
Saya malah merencanakan perjalanan Kedalam,
Diri lagi wkwk
Mistis gimanaaa gitu yak pasti tebakannya temen-temen, hihi
Perjalanan ini sebenarnya sudah saya rencanakan sejak Akhir Tahun lalu
Jadi sekitar tengah hingga akhir tahun lalu saya sempet icip-icip diajak merasakan ketemu sama Diri Sendiri
Dan yaah.. seperti dugaan temen-temen, saya ketagihan, hehe
Ternyata Si Diri ini merasa ditinggalkan, merasa dibiarkan berjuang sendirian, dan sangaaaat rindu untuk sekedar bertemu,
Sekadar mendengar seungkap apresiasi dan sebuah pemaafan.. :)
Well.. saya tidak akan icip-icip rasa luar biasa itu tanpa adanya satu-dua pemicu
Maha Besar Sang Skenario Kehidupan ya..
Semua begitu tertata rapi dan indah,
Meski satu-dua terasa menyesakkan dan menguras air mata, haha
Tersebab akhir tahun lalu masih ada serangkaian kegiatan yang cukup padat dan melelahkan secara fisik dan mental, XD
Maka saya hanya dapat melakukan perjalanan-perjalanan singkat
Tahun ini juga masih ada amanah sih, hehe
Alhamdulillah.. kalau udah ga ada, udah “Diminta Pulang” kali ya, hehe
Tapi amanah tahun ini lebih bisa disiasati sesuai kebutuhan,
Nah, karena saya merasa memiliki kebutuhan selain menyelesaikan amanah saat ini
Maka saya juga merencanakan Perjalanan Kedalam Diri yang lebih tumakninah
Eh, apa ya istilahnya?
Agar lebih nyaman setiap sesinya, perlu kesediaan waktu, tenaga, pikiran, dan yah.. dana yang lumayan cukup, selain tentunya kondisi fisik dan mental yang prima! :D
Sebab, tidak terlalu berbeda jauh dengan Perjalanan Ke Luar Negri yang perjalanannya tidak jarang sangat menguras fisik
Menyenangkan dan sangat memuaskan memang, tentu dengan sebuah harga bukan? :)
Waktu yang cukup untuk pemulihan setelah perjalanan itu misalnya..
Awalnya saya pikir, mungkin akan ada efek fisik yang luar biasa
Ada sih.. satu kali yang disadari, tapi secara umum saya malah mempertanyakan
Bener ga sih ini Perjalanan Saya, kok ga ada emosi yang berderai-derai ya
Kok masih fit aja setelah melakukan perjalanan itu?
Mungkin karena begitu menyenangkan dan memuaskan kali ya.. hehe
Perjalanan bisa terlaksana 2 atau 3 kali yang sesuai rencana,
Yaa meskipun dengan beberapa kali penyesuaian dan perjuangan agar tetap terlaksana tentunya, hehe
Hingga..
Sesuatu yang sangat besar, tidak terduga, dan begitu cepat menginfeksi Bumi Pertiwi..
Perjalanan ke 4 yang semula direncanakan pun ditunda sehari sebelum pelaksanaannya..
Awalnya saya pikir demikian..
Ternyata..
Perjalanan itu justru dimulai ketika semua orang #dirumahaja XD
Satu.. Dua.. situasi-situasi yang dirasa tidak nyaman mulai muncul
Satu momen membutuhkan waktu pemulihan beberapa hari
Belum pulih betul, muncul lagi momen yang lain..
Seperti yang sudah sudah, saat momen ini muncul saya lebih memilih untuk melarikan diri
Menemukan Rumah lain saat Rumah tak lagi terasa seperti Rumah
Menciptakan Rumah Sendiri untuk menghindar, sembunyi sedalam mungkin, sejauh mungkin, mengejar yang selama ini saya anggap sebagai “nyaman”
Hingga saat bosan dalam persembunyian,
Saat nyaman justru mulai terasa tidak nyaman,
sebuah suara terdengar
Suara anak kecil yang begitu lekat menemani Masa Warna-warni Penuh Gelak Tawa
Wadaw, suara apaan tuh??
Salah satu yang terdengar, bait-bait pada awal tulisan ini
Awalnya, masih mengikuti kata per katanya
Perlahan.. dengan begitu lembut.. mulai ada sesuatu yang mengusik dalam pikiran
Kemudian mulai disadari ada yang menggenang
Akhirnya turut bersuara meski begitu sumbang begitu lantang memecah kesadaran
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78)
Bukankah masa-masa ini, yang saat itu kata orang-orang disebut sebagai Dewasa,
begitu tidak sabar ingin segera saya jelang?
Saat itu, belajar dari bait-bait di atas, saya begitu ingin segera menjadi Dewasa agar segera bisa mengatakan dan membalas pada kedua idola yang senantiasa menjadi penerang jiwa saya
Lantas, mengapa saat saya telah sampai pada masa ini, saya berubah begitu jauh, begitu berkebalikan dari yang selama ini saya impikan?
Sedangkan mereka, sedalam apapun saya bersembunyi dengan memalingkan hati
Sedikitpun tidak merubah rapalan doanya, harapan penjagaannya, dan kasih sayangnya
Maka apa makna dari kalimat yang sehari-hari saya ulang-ulang bacaannya setiap seusai menyungkurkan wajah?
Apakah pantas meminta pada Tempat Meminta Segala Sesuatu, sedangkan saya justru melakukan sebaliknya?
Lantas, Dewasa kapan lagi yang saya nanti?
untuk membalas semurni cinta mereka, setulus kasih sayang mereka jika bukan sekarang?
Tapi Bagaimana?
Apa susahnya?
Mengapa harus sedemikian drama jika bisa sederhana?
Maka izinkan saya mengajak teman-teman memahaminya dari sudut pandang saya..
Sekira sewindu lalu, perjalanan saya menemui permulaannya
Perjalanan mengenal sisi-sisi manusia yang begitu beragam
Mengenal lapisan-lapisan persona yang manusia gunakan pada setiap kondisi yang berbeda
Mencoba memahami bagaimana persona-persona tersebut terbentuk dan atas dasar apa manusia menggunakannya..
Hingga sebuah penjelasan membentur akal
Membawa pertama kali melihat pada diri dan lingkungan terdekatnya
Dari sana kemudian dipahami tabiat-tabiat ini tidak terjadi begitu saja
Gerak lakunya terbentuk jauh sebelum pemahaman tentang diri tercipta
Seolah berperan menjadi korban, lantaran lingkungan terdekat begitu ambil bagian
Si Keras Kepala mulai memahami darimana asalnya
Si Pencemas menemukan awal mulanya
Si Penuntut mulai menyalahkan mereka sebagai tertuduh yang mengakibatkan segala kekacauan dalam diri..
Dimulailah Dinamika yang begitu indah itu, kawan..
Entah sejak kapan Dua Idola itu justru mulai dipandang sebagai Dua Pelaku Utama atas segala ketidaknyamanannya
Berbagai upaya dilakukan
Mulai dari menghindar begitu jauh,
Hingga berteriak menyalahkan keadaan
Menggunakan ilmu yang bahkan seujung kuku pun belum genap dipahami sebagai tameng bertahan dan melawan Dua Orang Rumpang yang selalu mengusahakan kesempurnaan dalam mendampinginya belajar
Sayang.. tak kunjung jua bertemu ujung yang diharap
Hingga sebuah pengakuan kerendahan hati dari Dua Manusia yang mati-matian berjuang sebagai Malaikat berucap
“Iya. Keterbatasan dan Kekurangan kami dalam membersamai proses belajarmulah yang pada akhirnya tak pelak lagi membawamu menjadi seperti ini.”
Namun, apalah yang bisa kita lakukan atas hal-hal yang telah terjadi?
Waktu terus berjalan..
Perlahan terabaikan..
Mulai tertumpuk..
Tanpa sadar kemudian tertutup begitu rapihnya
Senantiasa terselimut rapat dengan sungging senyum di permukaan
Yang bahkan tetap terpasang saat mata berkaca
Berkata tak mengapa, semua baik-baik saja
Kebiasaan yang membawa kesadaran tak mampu lagi menemukan luka yang terkubur
Hingga sesuatu yang begitu menggugah banyak orang terasa begitu mengganggu
Sebuah Kisah yang diceritakan pada hari nanti, memantik kembali memori
Saat kebanyakan tergugu merasa begitu terwakilkan, Si Gengsi angkuh membuang muka
Cih..! Lantas mengapa jika kita telah tahu asal mula segala ini?
Tak bisa lah menerus menyalahkan keadaan!
Sungguh heroik!
Hanya untuk bertemu buntu, tiada jalan pula yang terlihat terbuka
Selayak jalan panjang gulita, tak berbekas cahaya
Maha Penerima Ampunan lagi Maha Kasih Sayang
Menuntun diri yang begitu gelap pada bulan penuh cahaya
Dengan Segala Kelembutan dan Kesantunan
Melalui berbagai perantaranya
Si Pemberani diberi kesempatan untuk menguji kekacauan dalam dirinya
Lantas Mengapa jika telah diketahui sesuatu yang retak jauh pada asal mulanya?
Bantulah Dirimu dengan melapangkan dadamu untuk menerimanya
Bagaimana bisa menerima disaat begitu terasa menyesakkan, mencekat, dan serba tidak nyaman?!
Bantulah Dirimu dengan melapangkan pandangmu agar temu berujung pada makna yang terserak
Lapangkanlah dadamu untuk menerima mana arenamu dan mana arena Sang Kuasa
Rayulah dirimu untuk perlahan memperbaiki arenamu sebaik semampumu
Rendahkan hatimu dan pahami keterbatasanmu
Maka lepaskanlah apa-apa yang berada di luar arenamu pada Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Bijaksana
Maka sandarkanlah segala kelemahan, ketidakberdayaan pada Dia Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, lagi Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu
Satu Dua Pemahaman perlahan terbuka
Paham membawa pada rasa syukur yang begitu membuncah
pada tempat belajar luar biasa, Dua Guru Terbaik Sepanjang Masa
Jika masa sebelumnya banyak ragu membelenggu
Maka semoga langkah perbaikan tak bertemu jemu
Selamat bertumbuh diri, pada usia yang bertambah
Selamat berteman makna pada sebalik fakta
Ikat kuat pada Doa agar selalu dalam Penjagaannya
Pada akhirnya perjalanan ini tak sebatas pada perjalanan mereka berdua
Tapi perjalanan mimpi yang dititipkan pada langkah-langkah kecil
untuk terhimpun kembali dalam kasih sayangNya yang abadi
1 jam menjelang mengenang perjumpaan pertama
setelah beberapa catatan sebelumnya tak pernah usai
Magelang, 3 Mei 2020
23:14
-------------------------------------------
Seperti yang telah disebutkan di atas
Tulisan ini bukanlah tulisan pertama yang saya susun dalam perayaan menyambut angka baru
Tulisan perayaan yang tidak usai sebelumnya saya tulis dalam ketakutan saya bertambah usia berarti bertambah pula peran yang musti saya emban
Menjelang usia 19 sepertinya cukup membuat saya takut menjemput amanah dalam hidup saya
Tulisan ini saya niatkan sebagai catatan untuk diri saya sendiri
Tidak menyangka seseorang yang takut dengan kemungkinan peran yang akan diemban, beberapa tahun setelahnya justru mensyukuri telah bertemu dengan apa yang ingin dituju..
Mungkin akan saya bagikan juga ditulisan berikutnya
Tulisan ini bukan untuk menyombongkan diri
Membuktikan saya mampu melewati proses ini
Mungkin sekedar informasi tambahan, saya pun belum selesai dengan proses ini
Masih ada beberapa hal yang semestinya segera saya kelola untuk menyelaraskan apa yang ada dalam angan dan hal-hal yang sebaiknya segera saya lakukan dalam kenyataan.
Tulisan ini saya tulis dalam kurun waktu seharian dengan mengenang perjalanan hidup saya sejauh ini
Efeknya setengah jam menjelang berbuka, perut saya sakit tiada terkira
Hingga saya jatuh tertidur karena tak mampu menahan lilitannya
Malamnya badan berkeringat hebat dan penuh gemetar
Paginya tenggorokan mulai terasa susah untuk menelan, hidung mulai sesak untuk bernapas, suara mulai terdengar aneh
Halo Influenza! Senang berjumpa dengan Anda! Jangan lama-lama mampirnya ya! Salam aja buat sodara yang lain, tidak perlu mampir XD
Bahkan tulisan yang biasanya saya titipkan disini akan saya baca ulang beberapa kali untuk memastikan tulisannya mudah dipahami teman-teman
Namun tulisan ini baru mampu saya hampiri lagi beberapa hari setelahnya
Mempublikasikannya pun butuh pertimbangan berkali-kali
Khawatir tentang satu dua hal yang nantinya justru menjauhkan dari niatan awal saya
Maka, bismillah dengan niatan sebagai perantara para Pejuang lain yang tengah berproses semoga tulisan panjang ini dapat turut melapangkan dada dalam perjalanan yang terasa pelik..
Bukan berarti saya ingin mengagungkan perjalanan proses saya dan menganggap proses lain lebih mudah
Setiap proses sama berharganya, sama menantangnya, sama menguras seluruh energi
Saya yakin setiap orang dimanapun, dalam kondisi apapun tengah berproses dengan dirinya
Sama dengan proses lain yang tengah dijalani teman-teman, dalam proses saya ini saya tidak berjalan sendirian
Tulisan ini juga diniatkan sebagai Penghargaan dan Penghormatan,
Apresiasi tiada terkira kepada hati - hati yang telah bersedia menemani diri ini berproses
Terkhusus Dua Hati Manusia Terbaik yang senantiasa sabar membersamai proses ini
Terimakasih juga kepada Para Perantara yang melalui nasihat, penjelasan, dan penerimaan tanpa penghakiman turut membantu saya perlahan membuka pemahaman-pemahaman tentang Pencipta
Tidak tertinggal terimakasih pula kepada Para Penopang yang senantiasa dalam lelah mereka, dalam riuh kehidupan mereka sendiri masih senantiasa memberikan dukungan terbaiknya dalam membersamai dan menyemangati proses saya dengan cara masing-masing yang begitu indah.. :’)
Dan tentu saja Kepada Sang Maha Memiliki Seluruh Alam Raya Beserta Isinya, Sang Maha Hidup Yang Memiliki Kehidupan
Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
Maha Lembut lagi Maha Santun
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Sebesar apapun rasa syukur terbendung, tak kan mampu menandingi Sang Maha Mensyukuri HambaNya
Bersama tulisan ini pula teman-teman,
Izinkan saya turut belajar meniru salah seorang yang dijamin masuk Surga
dengan mengusahakan kehadiran saya pada proses yang tengah teman-teman jalani
Jika hal itu dirasa teman-teman dapat membantu dalam proses perjalanannya.. :’)
Hingga kelak saat saya membawa Catatan Perjalanan Pulang ini Kepada Sang Pemilik Hidup, saya dapat menunjukkan catatan perjalanan yang mengantarkan saya pada Kasih Sayang Abadinya..
Lewat tulisan ini pula teman,
Saya ingin menyakinkan bahwa teman-teman tidak sendirian dalam setiap proses yang tegah dijalani..
Dan yakinlah perjalanan panjang yang mungkin tengah terasa berat suatu hari nanti akan berakhir
Maka semoga ujung perjalanan ini kelak mempertemukan kita dengan versi Diri Kita yang Lebih Baik
Dan apabila teman-teman yang menemukan tulisan ini, memutuskan menghubungi saya, namun tak mampu saya bersamai
Semoga teman-teman dimudahkan untuk memahami bahwa akan selalu ada Dia Yang Maha Dekat, membersamai kapan pun, dan dalam kondisi apapun
Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
- QS. As Saffat 37 : 99 -
Semangat Berproses Kawan
Saya disini jika dibutuhkan untuk membersamai proses kalian
0 notes
Kenalan Yuk!
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh teman-teman!
Tulisan ini merupakan tulisan yang tidak direncakan seperti yang sudah-sudah hehe
Jadi hari Selasa 14 April 2020 kemarin saya berkesempatan mengikuti sharing session
Sharing session ini diadakan oleh @temanbaik_kamu dengan pembicara Psikolog kece @annisappratiwi
Tema sharing sessionnya adalah Mengenal Diri, Mulainya darimana?
Nah tulisan ini jadi semacam notulensinya gitu dengan bumbu ala saya tentunya yaa..
Awalnya hanya mau sharing ke teman saya tidak kebagian kuota saat itu
Setelah dipikir-pikir kenapa ga dipost disini saja sekalian, mungkin ada teman-teman lain yang membutuhkan :)
Mungkin beberapa dari teman-teman ada yang merasakan terlalu teoritis atau bertele-tele
Nah, bagi teman-teman yang mau mencoba memahami dengan meluangkan cukup waktu menyimak tulisan panjang berikut, monggo boleh sekali melanjutkan membaca :)
Proses Mengenal Diri ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana
Misalnya dengan menyadari nafas
Sebab dari menyadari nafas ini, kita bisa explore banyak hal
Menyadari perasaan yang sedang kita rasakan..
Menyadari pikiran yang sedang ramai..
Dan bahkan menyadari pula pola perilaku kita..
Berangkat dari menyadari nafas ini,
kita juga bisa belajar mengenali alarm tubuh kita
Alarm tubuh setiap orang beda-beda
Misalnya seseorang yang sedang berada dalam posisi tidak nyaman, akan lebih peka mendengar hal-hal yang tidak diinginkan
Atau sangat mudah terganggu dengan melihat hal-hal yang membuat semakin tidak nyaman
Bisa jadi, misalnya dalam situasi tertentu yang mungkin belum dikenali,
Merasa deg-degan, tangan keringetan, perut mules
Saat alarm tubuh itu mulai dirasakan,
bisa jadi tubuh kita sedang ingin menyampaikan sesuatu
Hal yang bisa dilakukan ketika kondisi itu terjadi, adalah dengan mengambil jarak, mengambil jeda
Tenangkan diri dulu..
Perlahan.. kemudian kenali kira-kira respon apa yang bisa diambil
Lakukan terus menerus dengan perlahan, mengenali proses yang terjadi setiap kali mulai merasakan ketidaknyamanan itu..
Setiap perilaku atau hal-hal yang terjadi pada diri kita, merupakan perpaduan interaksi antara nature dan nurture
Bakat atau keturunan genetis dan lingkungan yang membentuk kita
Misalnya jika orangtua memiliki kecenderungan cemas, maka anak memiliki faktor resiko yang lebih besar untuk mengembangkan bakat cemas
Mungkin iya, banyak yang tidak bisa kita kontrol baik bakat maupun lingkungan
Tapi ada yang selalu bisa kita kontrol, respon kita terhadap situasi-situasi itu
Maka memahami apa yang bisa kita kontrol dan apa yang tidak bisa kita kontrol sangat membantu dalam Proses Mengenal Diri ini.. :)
Tapi tunggu dulu!
Apa yang akan kita kontrol kalau kita belum mengenalinya?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
Proses Mengenal Diri dapat dimulai dari
Mengenal Perasaan
Menyadari Pola Respon yang kita tunjukkan dalam menghadapi suatu situasi
Feedback atau masukan dari orang lain
Nah seberapa besar sih masukan orang lain yang harus kita dengarkan?
Terdapat sebuah quadran yang mampu membantu kita mengenali diri kita berkaitan dengan pandangan orang lain
Namanya Johari Window
Quadran I : Open Area
Pada area ini terdapat sisi diri kita yang telah kita kenali dan orang lain juga mengetahuinya
Quadran II : Hiden Area
Sisi diri kita yang sudah kita sadari, namun orang lain tidak mengetahui
Bisa jadi sisi ini memang sengaja kita tutupi
Nah, Proses Mengenal Diri bisa dimulai dengan eksplorasi pada area ini
Jika memang ada sisi yang masih kita tutupi, tidak ingin orang lain mengetahui
Kita bisa mengeksplorasinya dengan menanyakan kenapa kita menutupi sisi itu
Apa tujuan dari diri kita menutupi sisi itu dari orang lain
Quadran III : Blind Area
Sisi diri kita yang belum kita sadari, namun justru telah dikenali orang lain
Nah, dari area ini pun kita bisa eksplorasi untuk Mengenal Diri kita lebih baik
Misalnya dengan mengamati respon kita terhadap pendapat orang lain
Misal teman karib kita menyampaikan pendapat mengenai salah satu sifat yang awalnya belum kita ketahui
Kenali respon kita saat mendengar pendapat itu seperti apa?
Apakah fight atau flight?
Salah satu yang dinilai baik untuk dilakukan ialah dengan menghadapinya atau fight
Namun, Fight pun juga perlu dilakukan dengan pertimbangan baik-baik, tidak asal hajar
Tujuannya agar eksplorasi diri tersebut bisa terpenuhi
Eh, kenapa ya, kok dia bisa menilai aku seperti itu?
Apa ya, yang dia lihat dari diriku sampai dia bisa menilai seperti itu?
Apakah kemudian flight dengan menyangkal, menutupi atau menghindar itu tidak baik?
Mungkin memang beberapa dari kita memberikan respon pertama dengan menyangkal
“Masa sih? Aku gitu ya?”, “Enggak ah, perasaan aku ga kayak gitu..”
Maka flight ini pun bisa kita jadikan sebagai tempat untuk eskplorasi mengenal diri
Kenali lagi dengan perlahan mencari tahu, kenapa ya respon itu yang saya munculkan
Atau kenapa saya menyangkal sifat itu? Apa tujuan kita menyangkal sifat itu? Atau kekhawatiran apa sih yang kita miliki dengan adanya sifat itu dalam diri kita?
Perlahan terus digali..
Quadran IV : Unknown Area
Sisi diri kita yang belum kita sadari dan orang lain pun juga tidak mengenalinya
Nah.. ini juga bisa di eksplore, tapi mungkin membutuhkan banyak effort
Proses Mengenal Diri ini merupakan suatu Long Life Learning
Artinya butuh waktu seumur hidup bagi kita untuk terus belajar mengenal diri kita sendiri
Namanya juga belajar, sangat wajar jika kemudian kita melakukan kesalahan, maupun mengalami kegagalan
Maka jangan lupa sediakan stok sabar yang luar biasa agar saat gagal bisa coba lagi, saat jatuh berdiri lagi :)
Ingat, kita selalu bisa memilih dalam merespon
Termasuk dalam merespon kegagalan
Kita bisa menjadikan kegagalan sebagai tempat belajar mengakui kesalahan,
Belajar memahami keterbatasan diri
Dengan tidak menyangkal atau menutup-nutupi
Kita bisa mencoba memaknai kembali kesalahan yang kita lakukan
Melakukan evaluasi terhadap respon kita terhadap situasi yang kita hadapi
Atau bisa juga introspeksi diri, perlahan melihat kembali prosesnya
Agar esok lusa, kesalahan atau kegagalan itu tidak terulang..
Kenapa sih kita musti Mengenal Diri?
Apa Pentingnya?
Teman-teman pernah merasakan sesuatu yang tidak nyaman?
Ndak tau datangnya darimana, kayak ada yang mengganjal tapi ga tau juga itu apa,
Bahkan saking tidak nyamannya menggangu kita dalam melakukan aktivitas harian,
Atau tau harus melakukan suatu aktivitas, tapi kok rasanya berat banget ya ngerjainnya? (ini sih saya, hehe)
Bisa juga mungkin saat sudah terlalu nyaman dengan aktivitas yang berulang,
Tapi terasa hampa, atau kita terpaksa melakukannya
Dan kondisi-kondisi tidak nyaman itu, terus berulang
Rasanya kok seperti berlarut-larut dalam rasa tidak nyaman itu
Mungkin juga tanpa sadar selama ini kita memendam rasa bersalah yang teruss mengikuti
Paling tidak dengan Mengenal Diri, kita bisa perlahan menyadari pula kondisi apa yang membuat kita tidak nyaman atau apa yang membuat kita terus merasa bersalah
Dan yang terpenting, Ternyata ujung dari Mengenal Diri ini adalah Proses Pengenalan juga dengan Pencipta kita.. :’)
Dengan perlahan mengenal diri kita, kita bisa belajar menerima bahwa apapun yang ada dalam diri kita, apapun kondisi lingkungan kita, apapun yang terjadi pada kita adalah suatu hal yang sangat baik bagi kita yang telah Allah siapkan untuk kita..
Selain manfaat itu, seorang ilmuwan bernama Daniel Goleman menyampaikan dampak dari Proses Mengenal Diri dalam 4 tahap
Self Awareness
Kondisi dimana kita kenal betul dengan diri kita
Menyadari setiap proses yang terjadi dalam diri kita
Self Management
Setelah kenal betul siapa diri kita, apa yang kita inginkan, apa tujuan kita
Perlahan kita akan belajar untuk mengelola respon dari diri kita atas setiap kondisi yang dialami
Misalnya sedih, oke menangis, seberapa intens, seperti apa dalam meluapkan kesedihan, kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi itu..
Social Awareness (Emphaty)
Setelah pengamatan pada diri sendiri sudah biasa kita lakukan
Pengamatan kita biasanya akan meluas pada lingkungan sekitar kita
Pada interaksi yang terjadi di sekitar kita
Tidak hanya pada interaksi antara manusia, tapi juga semesta
Sebab dengan kita terbiasa belajar mengamati diri sendiri
Kita juga kemudian bisa belajar memahami mengapa seorang memberikan respon tertentu dalam suatu situasi tertentu
Mungkin kita juga menjadi perlahan belajar mencoba memahami kemungkinan yang orang lain itu rasakan dalam kondisi tertentu
Disitulah muncul yang namanya empati
Maka sangat wajar ketika kita menemui seseorang yang tidak dapat mengerti kondisi orang lain, karena bisa jadi dia belum paham betul dengan dirinya..
Social Skill
Dengan kita memahami siapa kita, memahami orang lain yang akan kita ajak interaksi
Maka interaksi sosial yang kita bangun pun akan semakin terasa nyaman, baik untuk diri kita maupun orang lain
Sebab dari proses pengamatan yang terus kita latih dapat membantu kita memposisikan diri saat berinteraksi dengan orang lain
Keempat tahap tersebut, meskipun tidak dijelaskan oleh Daniel Goleman, pada akhirnya mengantarkan pada pengamatan diri kita yang lebih luas
Yakni mengenai pengamatan interaksi diri kita dengan Pencipta Alam Semesta
Masih ingat tentang menyadari apa yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kita kontrol?
Bagian yang tidak bisa kita kontrol, Itulah Bagian Sang Pencipta
Kita pasrahkan kepadaNya
Pasrah bukan berarti kemudian menyerah
Kita masih punya bagian yang bisa kita kontrol,
Kita masih selalu bisa untuk terus perlahan mengeksplorasi bagian-bagian yang bisa diperbaiki
Jika buntu, cari sudut pandang baru
Bisa dengan misalnya menghubungi orang terdekat yang kita percaya
Karena dalam interaksi dengan orang lain, sejatinya kita sedang bercermin, baik itu interaksi yang nyaman maupun tidak nyaman
Perlahan cari tahu, kira-kira potensi apa dalam diri kita yang sedang orang lain itu pantulkan
Atau cari tahu lagi sejatinya dia sedang mengajarkan apa
Sisi dari diri kita bagian mana yang tengah ia beri kesempatan untuk diperbaiki
Jika ternyata usaha-usaha tersebut masih bertemu buntu,
Maka siapkan keberanian lebih untuk langkah berikutnya,
Berbesar hati membuka diri untuk mencari bantuan profesional jika memang itulah hal terbaik yang dirasa perlu untuk dilakukan :)
Perlahan langkah kita pun akan berujung pada Hati yang Bersyukur
Seperti apa itu Bersyukur?
Tidak hanya terhenti pada keyakinan bahwa apa yang ada pada diri kita ialah yang terbaik dari Pencipta
Tapi juga tentang dengan apa yang ada pada kita, apa yang bisa kita lakukan
Dampak apa yang akan kita berikan dengan keberadaan kita
Lantas Bagaimana cara memulai Proses Mengenal Diri ini?
Tenang
Saat suatu situasi tidak nyaman menghampiri
Saat kalut begitu ribut
Perlahan ambil jeda
Menyadari nafas..
Relaks..
Persiapkan diri sebagai pengamat objektif, bukan sebagai korban maupun pelaku
Perlahan mulai disadari perasaan apa yang sedang berebut ingin diperhatikan
Kemudian sadari reaksi tubuh yang muncul
Perlahan kenali pula pikiran-pikiran yang datang
Diterima saja..
Tanpa dihakimi, tanpa ditolak keberadaannya
Perlahan kembali sadari kejadian apa yang menimbulkan reaksi-reaksi tersebut
Kembali diterima saja dulu, tanpa penilaian
Kemudian kenali kecenderungan perilaku yang kita munculkan untuk merespon situasi tersebut
Perlahan cari tahu alasan dari munculnya perilaku itu
Apa yang melandasi
Apa tujuannya muncul perilaku itu
Dengan tetap menyadari bagian yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kita kontrol, maka pilihan apa yang akan kita lakukan selanjutnya
Pertimbangkan pula Konskuensi Positif dan Konskuensi Negatifnya
Dengan kebebasan memilih yang kita miliki,
Maka sepatutnya dibersamai pula keberanian untuk bertanggungjawab atas setiap pilihan yang telah kita tentukan
Maka perlahan realisasikan pilihan solusi kita tersebut dalam suatu aksi nyata..
Pada proses tersebut, sejatinya kita tengah memberi kesempatan untuk bertemu dengan diri kita sendiri
Terdapat sisi-sisi dalam diri kita, jika boleh diibaratkan layaknya seperti anak-anak yang gemar sekali tantrum
Anak-anak ini ramai sekali saling berlomba mencari perhatian
Tak jarang, tanpa sadar kita meresponnya dengan mencari pemenuhan kebutuhan mereka melalui orang lain
Padahal sebenarnya mereka sedang mencari perhatian kita
Misalnya karena kita merasa tidak cukup berharga lantas serta merta menyalahkan orang lain dengan dalih mereka tidak cukup menghargai kita, atau terus menerus menuntut penghargaan dari orang lain yang, mungkin sedikit banyak mulai tidak masuk akal..
Maka dengan menyadari kehadiran anak-anak tersebut
Kita bisa menyadari dan mengelola untuk Go Within bukan Go Outside
Perlahan kita temui anak-anak ini
Apa yang sebenarnya dia butuhkan
Apa yang bisa membuat dia nyaman
Perlahan mulai bersahabat baik dengan diri sendiri
Bisa dengan melakukan aktivitas yang kita sukai misalnya
Atau bisa juga dengan melakukan Self Talk
Self Talk yang seperti apakah yang bisa membantu kita mengelola diri?
Usahakan saat melakukan perbincangan dengan diri sendiri dengan pemilihan kata yang lebih membangun
Sebisa mungkin hindari mengkritik diri, menyalahkan diri, atau justru menjatuhkan diri sendiri.. :)
Sudah terlalu banyak netijen yang rajin mengkritik kita (eh)
Maka yuk mari imbangi dengan kita tetap berusaha membangun diri kita menjadi lebih tangguh demi perkembangan diri ini.. :)
Dengan tetap menyadari bahwa proses ini memerlukan waktu seumur hidup,
Maka bersabarlah.. Perlahan.. Tak Perlu memburu dan tergesa, menuntut untuk segera selesai
Tidak mudah memang perlahan melepas topeng satu persatu yang telah bertahun-tahun biasa kita gunakan
Membuka lapisan demi lapisan yang setiap prosesnya semakin membawa air mata berlinang..
Dengan menyadari betul bahwa proses ini merupakan proses seumur hidup yang tidak mudah
Maka belajarlah pula untuk membiasakan mengapresiasi diri terhadap hal-hal yang mungkin kita anggap kecil
Tentu karena ini perjalanan panjang, mengambil jeda pun boleh dilakukan
Tapi ingat, bersegeralah untuk kembali memulai.. :)
Perjuangan panjang dan tidak mudah itu, tentulah kelak akan berbuah, dengan seizin Allah..
Paling tidak pada suatu pemahaman
Semoga perlahan demi perlahan semakin membawa kita memahami peran apa yang sebenarnya tengah Sang Pencipta titipkan melalui kehadiran kita di muka bumi ini..
Bukan justru untuk mengasihani diri sendiri
Atau bahkan untuk berlarut-larut bertahan dengan cara yang mungkin sudah usang
Semangat Bertemu Kembali dan Berteman Baik dengan Diri, Kawan! <3
Magelang, 15 April 2020
15:39
Pencarian Peran dan Upaya Perbaikan Diri
dalam Kungkungan Pandemi
0 notes
Rumah
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh,
Senang bisa menjumpai teman-teman kembali melalui portal ini :)
Sebenarnya tulisan ini sudah hampir pernah tersusun, mungkin sekitar satu pekan lalu
Tapi sayangnya dalam penulisannya, puff.. jadilah ladang gandum coklat lezat, hilang maksudnya hehe, tidak tersimpan dengan baik, sehingga saya perlu menuliskan ulang, :)
Sama seperti tulisan sebelumnya, saya rasa penyusunan tulisan kali ini juga tidak dapat selesai sekali duduk
Sebenarnya saya dulu, wkwk, beberapa waktu lalu, lebih menyukai menyelesaikan sesuatu dalam satu kali duduk
Terlihat keren? Atau terlihat rajin?
Enggak ya..
Yang sebenarnya terjadi ialah karena saya merasa cukup pemalas, merasa ya, belum tentu iya kan, hehe
Sebelumnya saya akan menyelesaikan sesuatu dengan menumpuk semuanya menjadi satu, dan dalam waktu yang sudah saya tentukan, biasanya saya akhirkan, hehe baru saya kerjakan semuanya sekali duduk.
Misalnya, cuci baju, cuci piring, wkwk, bisa dibayangkanlah betapa joroknya kamar kosan saya, hehe
Mohon jangan ditiru kawan-kawan Budiman.. <3
Saya ga tau, kenapa kebiasaan ini muncul, kalau sejak kapannya, sepertinya sejak kos pertama kali di Solo tahun 2012, hmm.. sudah lama juga ya ternyata, sudah saatnya coba ganti gaya baru kan? :D
Well, akhir-akhir ini saya tengah dibenturkan dengan beberapa style saya dalam menghadapi masalah, kalau teman-teman keren saya biasa menyebutnya dengan coping strategy, yang sudah mulai usang
Means, tak lagi efektif digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi masalah deh, kalau teman-teman termasuk dalam aliran yang menganggap bahwa masalah harusnya dihadapi tidak harus diselesaikan, sebab yaa mungkin saja kalau masalah kita di dunia selesai, berarti selesai juga urusan kita di dunia.. :)
Intinya banyak kebiasan, banyak cara yang selama ini saya gunakan, ternyata salah kalau bahasa kasarnya,
Bahasa halusnya, sudah tidak lagi bisa maksimal dalam penggunaannya
Salah satunya menyelesaikan suatu tugas dalam sekali duduk :)
Cara baru yang sedang ditawarkan oleh lingkungan saya adalah melakukannya secara bertahap, atau orang jawa menyebutnya dengan istilah nyicil bukan mecicil ya, soalnya mereka beda makna hehe
Kata pertama itu kata kerja, kata kedua merupakan kata sifat yang artinya menyebalkan wkwk
Mungkin karena makna dua kata itu berdekatan dalam benak saya,
Jadi, bagi saya yang masih berproses ini, melakukan sesuatu secara bertahap itu menyebalkan wkwkwk
Apalagi di awal-awal saya mencobanya, namanya juga masih amatiran yak, belum menemukan ritmenya dan justru bertemu dengan pengalaman yang tidak mengenakkan
Wajar juga sebenarnya kalau dipikir sekarang, ya namanya belajar naik sepeda misalnya, toh biasanya juga akan terjatuh dulu kan?
Hanya saja saat ini lutut saya belum sembuh benar, atau saya takut jatuh lagi, sehingga saya belum memulai mencobanya lagi, dasar banyak alasaaaan haha
Teman-teman bisa bayangkan? Ketika cara lama sudah dinilai tidak efisien, tapi cara baru masih belum mahir dilakukan.
Apa yang teman-teman lakukan?
Saya? Kalau saya ya.. stag. Berhenti. Kemudian menghindar wkwk.
Ini juga jangan ditiru yaa.. hehe
Bukannya segera menyelesaikan, saya justru berputar-putar, melihat-lihat, mencari-cari cara menyelesaikannya
Alhasil, saat semua tengah berlomba, saat semua tengah bersiap memulai fase baru,
Saya masih disini-sini aja, masih belum berani maju, (tersenyum getir)
Parahnya, dalam prosesnya saya sempat marah, mempertanyakan kepada Yang Maha Memberi Hidup
Kenapa sih saya harus hidup seperti ini?
Mau sampai kapan saya bergelimangan harta dalam ketidakpastian ini?
Akankah usai bisa segera saya temui?
Akankah kelak ada perbedaan yang saya jumpai?
Maha Besarnya Yang Maha Hidup, Dia memberi jawaban dengan membawa saya sedikit mengintip hidup orang lain
Dalam perjalannya saya tertegun,
GR sekali saya, jika menganggap hanya saya yang berproses di sini
Setiap orang tengah berdarah-darah berjuang mengenal diri mereka sendiri
Mungkin iya, saat ini saya tak menemukan jawabannya
Tapi bisa jadi kita tengah dilindungi dari hal yang sangat membahayakan hidup kita.. :)
Diantara banyaknya pertanyaan yang berputar di kepala saya,
salah satu diantaranya adalah
Mengapa saat ini, saya rasakan sebagai proses yang berat
Setelah beberapa kali merenung, berdiskusi, mengamati
Sejauh yang saya temukan adalah karena apa yang selama ini saya pahami
Apa yang selama ini saya yakini efektif dilakukan
Selama 25 tahun tidak masalah menggunakannya, telah menemukan masa usangnya
Memang, saat ini tengah mencoba cara baru yang kata orang efektif
Tapi dalam mencobanya diperlukan segala kesediaan dan kesiapan, yang nyatanya cukup mahal harganya
Sebab artinya kita harus bersedia meninggalkan hal-hal yang selama ini kita anggap nyaman
pun kita juga harus siap dengan ketidaknyamanan yang mungkin akan kita hadapi :)
Hingga suatu obrolan dengan seorang teman mengantarkan pada perumpamaan
“Coba kalau bayi merasa nyaman dengan duduk, tanpa merasa perlu belajar jalan
Coba kalau dalam prosesnya belajar jalan, ia terjatuh dan tak mau mencoba lagi
Mungkin seumur hidupnya ia tidak bisa berjalan”
Padahal saat ia belajar berjalan, bisa saja dia tak paham,
bahwa dengan berjalan ia dapat menjumpai dirinya dalam versi yang lebih baik,
ia akan mampu mengeksplorasi lingkungannya dengan lebih leluasa
Kenapa semangat pantang menyerah itu kini memudar?
Bukankah kita sama saja dengan para bayi itu?
Mungkin kita hanyalah bayi yang tengah belajar menjalani kehidupannya.. :)
Haah..
Obrolan-obrolan dengan mereka yang mau mendengarkan tanpa menghakimi,
Menguatkan tanpa membuat merasa lemah,
yang kemudian memantik munculnya tulisan ini
Saya merasakan penerimaan apa adanya itu, terasa sama seperti Rumah.. :)
Rumah bagi saya merupakan suatu tempat dimana saya mampu meletakkan segala resah
Mengumpulkan kembali segala asa yang terserak
Tempat saya kembali saat tak tau lagi kemana arah langkah kaki
Beberapa kesempatan saya temukan pada mereka yang mau mendengarkan pikiran-pikiran aneh saya
Seringnya saya temukan pada bentuk fisik yang selama ini saya kenal dengan sebutan Rumah
Salah satunya saya temukan pula pada portal ini.. :)
Awalnya menemukan portal ini sebagai tempat segala muara keluh kesah
Makanya beberapa tulisan panjang, yang beberapa kali saya sampaikan, fungsinya lebih kepada tempat mengurai pikiran kusut saya
Sempat berpikir semoga diantara kusutnya pikir dapat satu dua hal yang bisa membawa pada pemaknaan yang baik, bukan malah mengajak semakin kusut ya, hehe
Namun dalam perjalanannya, banyak pikiran kusut lain yang menyertai
Kenapa malah nulis panjang disini?
Bukankah ada hal lain yang lebih penting untuk ditulis?
Yakin proses ini bermanfaat buat dirimu? Atau pelarian aja?
Bukankah keluh kesah sebaiknya disimpan? Kenapa malah diumbar?
Bagaimana jika busukmu diketahui “orang asing”?
Dan pemikiran-pemikiran lain yang mau ga mau dipengaruhi oleh penilaian dari lingkungan
Sejauh pemahaman saya saat ini, paling tidak dengan mengurai kusut disini, ada satu dua pemahaman baru yang muncul
Harapannya, pemahaman itu pun dapat ditemukan bagi “orang asing” yang secara random menemukan tulisan ini, :)
Awalnya sedih juga saat portal ini “sepi”, tidak banyak tanggapan yang saya dapatkan setelah meletakkan resah disini
Semakin kesini, saya menyadari justru kenyamanan ini yang saya butuhkan
Salah satu yang menjadikan portal ini sebagai Rumah
Rumah juga saya temukan pada mereka teman-teman baik yang Allah kirimkan dalam perjuangan kali ini
Masya Allah merasa beruntung sekali setiap waktu luang dan telinga yang tanpa bosan mereka siapkan
Bahkan tak jarang berbonus pelukan hangat.. :’)
Terlebih dari semua itu yang saya rasakan adalah penerimaan atas pemikiran-pemikiran yang kadang aneh bagi mereka, namun bisa mereka terima, kalau kelewat aneh ga jarang mereka tantang sih, hehe
Jadi dapat pemahaman baru lagi setiap seusai berbagi dengan mereka.
Masyaa Allah, Alhamdulillahi thatimusholihaat..
Meskipun pada prosesnya ya tidak mudah
Perlawanan, mm.. perjuangan menenangkan diri sendiri ketika awal memulainya dengan pemikiran-pemikiran yang asik riuh rendah bergelut
Mereka kan udah banyak pikiran kik, ngapain kamu tambahin?
Nambah-nambahin beban aja kamu tu..
Caper banget sih kik, pengen banget diperhatiin?
Ih gengsi dong, berarti kamu lemah dong, ga sekuat dia dong sampai minta bantuan pada orang lain?
Yakin mereka bisa dipercaya? Gimana kalau justru menceritakan pada orang-orang lain?
Namun, setelah mencoba memberanikan diri, yang saya terima justru tanggapan yang menenangkan, menghargai, dan bahkan mendukung..
Masyaa Allah.. selalu merasa beruntung Allah titipkan pada mereka..
Terimakasih yaa temaan..
Semoga Allah balas segala kebaikan teman-teman dengan kebaikan yang jaaaaauuuuh berkali-kali lipat.. :’)
Saya paham, tidak semua teman-teman seberuntung saya dengan menemukan lingkungan yang sedemikian baiknya..
Namun, kita bisa lho menciptakan lingkungan tersebut..
Pemikiran tersebut yang kemudian mengantarkan saya pada pemahaman, mungkin iya kita tidak bisa menuntut lingkungan agar seperti apa yang kita mau,
Namun kita bisa lho, setidaknya menjadi lingkungan yang seperti kita inginkan
Sehingga pada beberapa kesempatan, saya menempatkan diri sebagai Rumah bagi orang-orang terdekat saya
Rumah yang selalu ada, selalu siap didatangi
Selalu mendengarkan, menerima tanpa menghakimi
Rumah yang menyediakan apapun yang dibutuhkan termasuk di dalamnya bantuan jika diperlukan
Bahkan kawan, saya pernah menempatkan diri sebagai rumah bagi dia yang saya kira akan menetap, namun ternyata hanya singgah :’)
Sempat berbesar kepala, pergilah, tak mengapa, toh pada akhirnya esok lusa, aku tempatmu kembali
Nyatanya..
Tidak
Haha, bodoh.
Menyadari kebodohan-kebodohan yang pernah kita alami teman, membawa kita pada pemahaman baru
Mungkin memang iya kita bisa mengusahakan lingkungan yang baik untuk sekitar kita.
Namun jauh sebelum itu, sudahkah kita menciptkan lingkungan yang baik bagi diri kita sendiri?
Sudahkah kita menjadi Rumah bagi diri kita sendiri?
Sudahkah kita merasa nyaman, jujur pada diri sendiri, memberi kesempatan pada diri untuk menerima perasaan-perasaan yang mungkin tidak kita harapkan atas kejadian-kejadian di luar dugaan kita?
Sudahkah kita merasa nyaman dengan sisi-sisi, bagian dari diri kita yang mungkin tak sebaik yang kita harapkan..
Mungkin hal pertama yang bisa teman-teman lakukan adalah menerimanya
Baik.. ternyata saya tidak sepiawai mereka..
Oke.. ternyata saya tidak sesempurna dia..
Maka semoga dengan adanya penerimaan dan kesadaran yang telah kita lakukan, kita mampu kemudian untuk mengelola segala sumber daya dalam diri kita untuk menjemput versi diri kita yang lebih baik.. :)
Sebab sejauh yang saya pelajari kawan, dengan menjadi Rumah bagi diri kita sendiri
Paling tidak hal tersebut mampu membantu kita menyusun Rumah Impian kedepannya
Rumah dimana kelak kita mampu meletakkan segala resah
Rumah tempat kita tidak merasa keberatan untuk jujur dengan diri kita sendiri
Rumah dimana kita dapat menyusun satu persatu asa dan tempat kembali disaat perlahan kita menyusun rencana-rencana pencapaiannya.
Dan.. Well..
Sebuah pemikiran seolah meruntuhkan segala tulisan panjang di atas kawan
Sebuah pemahaman yang baik itu baik
Namun alangkah lebih baik jika ia diikuti dengan langkah riil pencapaiannya
Maka, semoga sedikit demi sedikit pemahaman yang mampu kita kumpulkan sejauh ini,
Mampu pula melipat jarak dengan realita yang mau tidak mau harus kita hadapi
Semangatlah berjuang kawan
Menepilah jika rehat dirasa perlu untuk dijumpai
Semoga hari demi hari yang kau lalui semakin menguatkan dan melindungimu dari rasa jemu dalam berproses
Tak perlu memburu
Cukup lakukan satu persatu dari sekarang
Perlahan demi perlahan
Cukup pastikan langkahmu tidak terhenti lama..
Dari aku yang bertumbuh bersamamu,
yang selalu menyanyangimu
Sepenuh hati mengutarakan maaf jika ternyata kemelut pikiran yang tertuang teramat panjang.. XD
Tersusun dalam 3 waktu dan 2 tempat yang berbeda
12 & 25-26 Februari 2020
Magelang - Yogyakarta
0 notes
Self Reminder
Halo Diri, senang menjumpaimu di 2020 ini :)
Bangga melihatmu, membersamaimu berproses dan berjuang sejauh ini
Terimakasih telah bertahan hingga sejauh ini, sungguh kamu hebat
Kelak jika kau menemukan tulisan ini semoga kau akan mengingat kembali bagian-bagian kecil yang sempat kau temukan dalam setiap perjalanannya..
Wahai Diri..
Saat mendung terlampau pekat menggelayut
Saat justru dinding suram menghadang yang kau temui
Saat tujuanmu nampak terlampau tinggi untuk digapai
Saat seolah segala cara yang kau coba, justru mengantarkanmu pada jalan buntu
Seolah secelah pun tak memberi pilihan selain menelanmu dalam gelap
Sebab seolah tak satu pun mampu kau lakukan hingga membawamu merasakan murka
Atau bahkan ketika semua seolah membawamu pada ketakutan yang tak pernah usai mengejar
Mengantarkanmu pada aroma busuk menjijikkan yang entah datang dari mana
Membuatmu semakin merasa kecil dan tertindas
Membuatmu menjadi terlampau peka dari dirimu yang terduhulu,
tak ingin terlihat oleh mereka yang sebelumnya mampu mengajakmu bersenang-senang..
Bahkan saat pertahanan diri terbaik melawan dirimu sendiri seolah tak lagi ampuh
Atau kesadaran yang menghantammu dengan telak, memaksa menerima sakit saat terpelanting menjauhkan dari perencanaan-perencanaan yang telah kau tata dengan begitu rapih
Memaksamu merelakan mereka yang saling berlomba mengepakkan sayap semakin menjauh, berbalut basahnya langit abu-abu
Tanpa terasa, satu dua selisih paham dan tekanan-tekanan rendah semakin membuatmu saling berjarak
Hingga dia yang selalu mengiringi langkah perjuangan, menghilang
Atau perjuangan yang selama ini kau lakukan demi menciptakan dunia indah untuk berdua, seolah tak bermakna bagi dia yang ternyata tengah asik dengan dunianya sendiri
Pekerjaan panjang tak memberimu jeda, sebanyak apapun yang telah kau lakukan, sebanyak itu pula antrian panjang tak pernah usai menuntutmu untuk segera diselesaikan
Pikiranmu sedikitpun tak membantu, bertubi-tubi mencoba mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan, benarkah segala daya upaya yang saat ini tengah dilakukan membawamu pada mimpi-mimpimu, atau justru tengah membuat mimpimu semakin menjauh?
Semua hal berkecamuk, berlomba untuk merasuk, meminta diutamakan, hingga membuatmu tak lagi paham, manakah yang seharusnya di atap atau di bawah
Maka, kenalilah lelahmu..
Saat satu senyuman membutuhkan begitu banyak usaha,
Saat hanya satu dua yang mampu kau kerjakan,
Seolah sedikitpun tak menyisakan apapun dalam raga
Terkadang yang hanya perlu kau lakukan adalah membukanya
Terlepas begitu banyak pertanyaan
Tak peduli beribu kemungkinan
Cobalah untuk sejenak membukanya..
Ambilah jeda,
Temukan tempat istirahat terbaikmu yang mungkin tersembunyi dalam semaraknya kekacauan pikirmu..
Ciptakanlah ruang damai terbaik versimu
yang tanpa kau sadari, mungkin selama ini sebenarnya selalu berada di dekatmu,
Maka dengan teriring satu dua helaan napas panjang dalam penantian kesendirianmu,
perlahan amatilah dengan lebih bijaksana..
Bukankah dengan memahami gelap,
membuatmu lebih mudah menghargai berkas-berkas cahaya penuh warna?
Bukankah dunia yang selama ini berdampingan, cukup membuatmu berteman dan memberimu ruang untuk menikmati perjuanganmu masing-masing, tanpa terlampau saling memberikan distraksi
Bukankah dalam rehat yang kau sempatkan untuk sayapmu justru mengantarkanmu pada mereka yang rela berbagi canda tawa?
Bukankah selisih paham, satu dua tekanan rendah itu justru merekatkan?
Mungkin kau terlampau sibuk dengan memusatkan pandang pada mimpi-mimpimu, hingga abai pada satu dua warna-warna lain yang coba mereka tunjukkan
Memang iya, tak seinci pun menyusutkan jarak dengan mimpi-mimpimu,
Paling tidak cukup untuk membuatmu tak lupa bagaimana caranya tersenyum
Bagaimana kesederhanaan dapat menghangatkan dalam perjuangan
Menularkan kekuatan saat lelah menyertai langkah
Maka ketika segala macam tengah saling berkecamuk,
Beri ruang untuk menikmati sisi-sisi keindahannya
Beri kesempatan dirimu untuk menerima dan menikmati hal-hal yang menyertai perjuanganmu
Hadirkan dengan penuh dan utuh dirimu dalam menyambutnya
Bahwa terkadang dalam perjalanan panjang yang melelahkan
Satu dua diantaranya melegakan, menenangkan, bahkan menguatkan
Semoga esok lusa kebijaksanaan tak enggan menghampiri untuk menuntunmu melihat yang tak hanya sebatas pandangmu..
Hingga buntu yang kau temui mampu kau perpanjang menjadi jalan perjuangan yang bersejarah
Dan.. seperti itulah dirimu sebelumnya, kik
Cekatan menemukan beribu alasan bahkan sebelum menggenapkan niat untuk mencoba
Memang tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi
Namun semakin tak kita ketahui, jika tidak mencobanya bukan?
Maka cukup pastikan setiap langkah yang kau ambil, beriringan dengan hati yang penuh, teguh
Biarkan mimpi-mimpimu berkembang kik..
Maka saat mampumu tak lagi mengikuti,
Teruslah memperlebarnya..
Terus tambahlah tiangnya jika memang kau impikan atap yang megah
Terimakasih telah berusaha jujur dengan dirimu kik,
Meski banyak yang membuatmu untuk tidak melakukannya
Terimakasih atas rekaman kenangan dan rekaman gambar luar biasa terkhusus untuk @jessicadhoria, @rahmona_, @dinaismi dan @amalia_tuasikal
Di atas segala rasa terimakasih, rasa syukur yang tak terkira kepada Sang Maha Mensyukuri HambaNya, yang selalu memberikan takaran tanpa sedikitpun melebihi kemampuan hambaNya
Sebuah upaya untuk jujur diantara tingginya ego
dalam himpitan batasan waktu dan sempitnya dada
Yogyakarta, 10 & 12 Januari 2020
1 note
·
View note
Allah’s timing
Tulisan ini sudah ngendon mungkin sekitar dua minggu lalu
judul awalnya pun bukan seperti itu
judul sebelumnya mungkin akan mengundang kontroversi wkwk, makanya diganti
langsung aja lah ya..
monggo..
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh :)
bisanya di jam jam mendekati tengah malam saya sudah terlelap
apalagi dalam dua pekan terakhir
entah malam ini, lampu kamar yang telah saya matikan, saya nyalakan kembali.. :)
Terlaluu banyak hal mengganggu, hmm.. terlalu banyak pikiran yang berdesakan
Itu tandanya sudah saatnya saya berbagi, menuangkannya sedikit dalam portal ini.. :)
Semoga kondisinya, kondisi pikiran saya, sedikit lebih damai untuk segera menyelesaikan hal lain wkwk
suatu kesadaran pun muncul
sejak SMA atau mungkin jauh sebelumnya saya selalu merasa ingin membuat orang lain merasa lebih baik
dan masa SMA itu membuatku sadar membuat orang lain merasa lebih baik itu ternyata tidak mudah
jadi, kalau itu susah, paling ga kita selalu bisa membuat diri kita sendiri merasa lebih baik, dengan cara kita sendiri :D
dan portal inilah salah satunya, wkwkwk
Alhamdulillah perjalanan proses besar menyangkut studi, karir, mungkin juga kehidupan yang musti saya jalani sudah memasuki fase baru
proses ini enaknya disebut apa ya?
kalau istilah dari kakak-kakak sebelumnya sih ‘ngangsu kawruh ing kawah candradimuka’
intinya belajar berproses di suatu tempat yang memang sangat luar biasa tidak mudah
Lebay mungkin ya, tapi ya memang kira-kira seperti itu apa yang sedang saya rasakan
Mungkin satu dua kakak-kakak yang pernah berproses di proses ini, ketika menemukan tulisan ini akan tersenyum simpul
“apa sih dek..”
jangankan kakak-kakak, mungkin teman seperjuangan yang tidak sengaja menemukan tulisan ini, dan orang lain yang terjebak, yang tidak sengaja menemukan tulisan ini pun mungkin akan berpikir, “apa sih kik, lebayatun..”
atau mungkin berpikir yang lain..
Bagi saya, proses ini tidak mudah
keseluruhannya
apa lagi momen-momen yang saat ini tengah saya jalani, menjadi bagian paling pentingnya
yaa bisa jadi ini pun lebay juga wkwk
biarkan saat ini saya menikmati kelebayan ini
untuk esok lusa tersenyum puas
Masya Allah.. Alhamdulillah sudah terlewati yaa :D
dan lagi-lagi apa yang ditemukan disini sangat terbatas sekali oleh sudut pandang saya
bisa jadi yang sebenarnya tidak selebay ini
atau bahkan sangat bertolak belakang dengan kondisi yang disampaikan disini
semua tergantung dari sisi mana kita mau melihatnya :)
Mungkin ini sudah kesekian kalinya juga ya menyebutkan kenapa proses ini tidak mudah
Sudah berkali-kali menyebutkan dalam tulisan sebelumnya
Mungkin juga sudah cukup membuat bosan, wkwk
bahkan diluar tulisan ini pun berkali-kali cerita ke orang-orang kalau prosesnya tidak mudah
Sungguh kelebayan yang haqiqi, yak yak o, nek orang jawa bilang
Biarkanlah..
Esok lusa, saya mungkin akan tersenyum saat menemukan kembali tulisan ini :)
Proses ini menjadi tidak mudah sebab didalamnya terjadi suatu proses mental besar-besaran, tentang berdamai dengan diri, berdamai dengan pribadi di luar diri kita, berdamai dengan keadaan
Kenapa berkali-kali saya bilang lebay,
sebab sejatinya dalam perjalanan hidup kita
Dimanapun proses hidupnya
maksudnya seperti apa pun kondisinya
Tidak harus di Kawah Candradimuka, masing-masing dari kita tengah berproses dengan kurang lebih hal-hal tersebut
Sejauh yang saya pahami saat ini.. :)
Anyway, perjalanan saya kali ini sedang memasuki 2 dari 3 fase!
karena tulisan ini kelamaan ngendon sekarang sudah melewati 2 dari 3 fase!
yey!
lebih yey lagi!!
tepuk tangaan! wkwk
dasar cah lebay
yaah.. meskipun fase sebelumnya belum benar-benar tuntas..
It’s ok
bagian dari proses juga menerima bahwa diri ini memiliki ritme tersendiri dalam menjalani setiap prosesnya
coba deh ctrl + f, ketik proses
udah berapa kata proses coba yang diketik sejauh ini? wkwk
intinya pada fase baru ini yang tengah berjalan separuh, atau udah ya,
di fase kedua ini saya menemukan sebuah pemahaman baru
pemahaman tentang peran besar menjadi orangtua, karena saya perempuan, terutama menjadi seorang ibu..
Pada fase ini, beberapa kakak menyampaikan bahwa perjalanannya mungkin akan lebih mudah dibandingkan fase sebelumnya
dari hitungan jumlah hari wajib hadirnya memang hanya berjumlah separuh
Nyatanya, justru kelelahan yang amat saya rasakan
ada satu masa saya merasa banyak waktu luang yang terbuang
namun, setelah saya liat kembali
sebenarnya pada fase awal justru saya sangat pontang panting karena menyelesaikan fase sebelumnya yang belum benar-benar tuntas
sampai sekarang pun, sebenarnya juga
well, sometime kita perlu apresiasi diri dengan fokus pada apa yang sudah kita lakukan daripada sibuk menghitung-hitung apa-apa yang belum dikerjakan
take a time, it’s ok to say,
“Terimakasih diri telah melakukan yang terbaik sejauh ini.”
separuh sisanya meski saya berangkat lewat tengah hari sejak paginya saya tidak melakukan apapun
bahkan pernah dalam satu hari benar-benar tidak melakukan apapun
anehnya saat malam tiba, sampai sekarang sebenarnya
ketika badan telah lelah
mata enggan terpejam
mungkin karena terlalu banyak kecamuk pikiran yang gusar
terus berputar entah apa maunya
salah satu pemicunya adalah
kisah dibalik setiap senyum adik-adik yang kami temui setiap harinya
saking mirisnya, bahkan ada satu adik yang dengan sengaja saya enggan mengetahui kisahnya bagaimana kami bisa bertemu di tempat yang sama
karena saya paham betul hati ini akan sungguh potek
sungguh nelangsa setiap mengetahui jalan yang pernah mereka tempuh
Tempat itu mempertemukan kami, saya dan 7 orang lain dengan 70an anak
berusia bayi hingga mendekati usia 20an
setiap dari mereka memiliki kisah masing-masing yang mengantarkan kepada tempat kami berjumpa
kisah yang sayangnya sangat menghujam dada kami
bahkan terdapat seorang anak, yang sebatas saat kami berinteraksi, hati terasa perih
kondisi mereka saat ini yang bisa dibilang tidak beruntung
bukan akibat ulah mereka
mungkin iya ada satu dua karena ulah mereka
tapi ulah mereka itu pun dipicu oleh ulah orang terdekat mereka
orang-orang pertama yang mereka percaya
orang-orang pertama dalam hidup mereka yang amat mereka andalkan
orang-orang pertama dalam hidup mereka yang amat mereka harapkan memberi perlindungan
tapi orang-orang pertama itu, dengan mudahnya justru menjadi yang sangat, melukai, menganiaya, menelantarkan, bahkan membuang mereka
orang-orang b*****t pertama itu yang sampai sekarang mereka kenal sebagai orangtua
sejauh menulis sampai disini saya baru menyadari satu hal
mungkin selama ini saya kelelahan karena muatan emosi yang saya dapatkan dari mereka, kemudian saya pendam, sangat kuat
minggu-minggu pertama saya disana
saat berkali-kali patah hati karena mendengar kisah mereka,
saya justru tidak bisa menangis
bahkan saat ditengah-tengahnya saya berkali-kali digempur dengan beberapa berita duka yang datang bersamaan
seingat saya
saya baru bisa benar-benar menangis saat hari-hari terakhir saya disana
dan terakhir kali saat menuliskan kisah mereka di atas
karena di tempat umum aja, jadi sambil jaim :’)
selain merasa kasihan dengan anak-anak
ternyata saya juga merasa sangat marah dengan mereka yang membuat anak-anak harus melewati jalan itu
yaah.. tau..
memang itu yang ditakdirkan Allah untuk anak-anak itu
saya pun ga marah sama Allah
karena lagi-lagi kita selalu bisa memilih mau menghadapi takdir kita dengan seperti apa
maka yang bisa kita lakukan ya kemudian bagaimana agar tidak melakukan seperti yang sudah mereka lakukan
hayoo mereka refers to siapaa
gitu lah ya..
proses ini menjadi tidak mudah bagi saya sebab
saya merasa sedang benar-benar berkali-kali ditanya Allah
seolah-olah Allah sedang bertanya, dengan caraNya yang saya tangkap, bisa jadi tidak seperti sebenarnya
wallahu’alam bishowab
hanya mencoba membahasakan pemaknaan yang saya tangkap
tanpa sedikitpun mengurangi kebesaran Allah
kira-kira seperti ini
Eh, katanya ada yang pengen nikah?
kalau udah nikah terus mau ngapain kik?
punya anak ya?
yakin udah siap punya anak?
banyak anak yang sangat terluka karena orangtua yang ga bertanggung jawab lho kik
yakin kamu sudah cukup bertanggung jawab?
gimana dengan tanggung jawab ke dirimu sendiri kik?
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang cukup membuat saya terhenti dan berpikir,
Alhamdulillah..
AllahuAkbar
Sebelum memasuki fase ini saya selalu mempertanyakan kepada Allah,
“Allah, kenapa sih si A udah Allah pertemukan dengan jodohnya?”
“Allah, apa sih yang membuat Engkau mempercayakan malaikat kecil pada si B dan pasangannya, kan mereka masih banyak kekurangan”
“Kenapa saya belum ya Allah?”
ada fase saya mendapat insight
ooh, ini to yang Allah ingin aku belajar dulu
kemudian memasuki fase
Ya Allah aku bisa ga ya jadi ibu yang baik, memilih ayah yang baik buat anak-anak nanti
Kemudian berhenti pada fase
Tenang itu bukan tugasmu
Tugas Allah untuk menentukan kamu siap dengan fase kehidupan tertentu
Jadi..
kalau saya liat lagi si A, atau si B, yang muncul dalam pikiran saya adalah
Allah telah menilai mereka mampu
maka Allah beri jatah itu :)
begitu juga dengan
jika saat ini kamu belum, mungkin menurut Allah kamu belum mampu
maka persiapkan dirimu sebaik mungkin untuk memantaskan dengan kriteria Allah meilhatmu mampu
dan.. yang terpenting
apa yang belum bagimu
pasti akan datang
saat kamu benar-benar telah siap
benar-benar telah mampu
menurut takaran Allah
karena..
Apa yang melewatkanmu tidak akan menjadi takdirmu
dan
Apa yang menjadi takdirmu tidak akan melewatkanmu
Pemahaman ini saya dapatkan dari mana?
youtube an saat nonton audisi Indonesian Idol wkwkwk
Sabar, nanti akan ada waktunya
waktu terbaik menurut Allah
kata Bunda Maia saat mengomentari seorang peserta wkwkwk
Jadi, lho kok jadi lagi padahal batre laptop selak entek
Kita bisa belajar darimana pun gaes
tak peduli seperti apa kondisinya
semoga Allah mudahkan kita untuk mengambil pelajaran terbaik dari setiap proses yang kita hadapi
jane ada satu poin lagi tapi takut ga nyandak e
mari kita coba aja lah ya
di proses Kawah Candradimuka ini kan saya bilang proses kehidupan kan ya
karena selain proses akademik dia juga melibatkan proses kehidupan
mungkin saya terlalu fokus dan mengagung-agungkan proses kehidupan
hingga pada titik tertentu saya sempat terlena dengan proses akademiknya
padahal itu juga tanggung jawab yang musti ditunaikan
jadi kik,
tetap harus seimbang yaa
Alhamdulillah,
yang selalu membuat saya tidak henti-hentinya bersyukur adalah
Allah memberkahi saya dengan lingkungan yang berisi teman-teman yang sangat baik, sangat supportif dalam membersamai saya berproses
pagi ini saya bertekad
bismillah, semoga saya pun esok lusa, segera bisa gantian yang menguatkan dan membantu teman-teman terdekat saya :)
bismillah..
Kalau biasanya tulisan berakhir pada tengah malam
kini sepertinya akan saya sudahi setelah sedikit melewati tengah hari
suasana baru yang cukup nyaman, yang diaku-aku sebagai halaman depan rumah haha
sepertinya akan ada bahasan sendiri soal halaman belakang dan halaman depan rumah ini, hahaha
See you next post gaess
Alhamdulillah, Allah mampukan kita sampai pada proses ini
Bismillah smeoga Allah kuatkan kita pula pada proses-proses berikutnya!
Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
di tempat umum yang terasa privat,
Yogyakarta, 8 November 2019
12.05
1 note
·
View note
Self Healing
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh!
Alhamdulillah ya.. bisa bersua kembali, dalam suasana yang tidak banyak berbeda dari tulisan sebelumnya
Sabtu Sore, hehe
Sempat ga nyangka ternyata sudah tiga pekan kita tidak jumpa..
Hayoo siapa rinduuu, ngakuu~~
hehe, ga ada ya? gapapa..
ndak usah dipaksa.. :D
Mmm, tulisan yang akan saya bagikan ini, sepertinya sudah mengendap sejak sepekan lalu
Ada kaitannya dengan tulisan sebelumnya atau mungkin dua tulisan sebelumnya ya, mengenai release emosi atau biasanya disebut juga dengan self healing
Kenapa sih release emosi ini penting?
Kapan kita perlu melakukan self healing?
Self healing tu gimana?
semoga semakin kebawah nanti tulisan ini sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu yaa
yuk markimul, mari kita mulai wkwkwk
release emosi secara bahasa mengungkapkan atau menumpahkan emosi kita
eh, kok gitu?
kenapa e?
bukannya itu tu hal yang ga baik?
bukannya kita ga boleh marah-marah?
bukannya kalau kita nangis tu cengeng?
hmm.. gimana ya..
boleh kok kita merasakan marah,
sangat wajar kita nangis ketika sedih
yaa hal-hal itu yang membuat kita menjadi manusia yang tidak tumpul emosinya
Yaa paket lengkapnya manusia tu bisa merasakan emosi
lha, terus yang selama ini dinasihatkan ga boleh tu apa?
Ketika kita mengungkapkan emosi marah kita, sedih kita, kecewa kita pada waktu, tempat dan cara yang tidak tepat
Misalnya marah-marah, ngomelin ibu-ibu yang belok kanan setelah ngasih sign ke kiri
Waaah.. ga boleh itu, selain nanti kualat, percayalah kita pasti kalah, wkwk
Tapi, wajar ga sih kalau dalam kondisi kayak gitu kita marah?
boleh ga?
Marah yang seperti apa, yang seintens apa, dan seperti apa pengungkapannya..
kalau karena kepancing oleh hal kecil kemudian kita meledak-ledak, waah.. yaa perlu dicek lagi sih apakah ada sesuatu yang selama ini kita pendam dan belum kita keluarkan dengan baik-baik? :)
Banyak hal-hal kecil mm, sederhana yang terjadi dalam keseharian kita
Kejadiannya mungkin remeh, biasa gitu, tapi berulang, tapi terjadi di beberapa kali kesempatan, berkali-kali
atau rutinitas yang seperti itu aja, kitanya jadi bosen, jenuh, kok gini aja terus, ga ada habis-habisnya
ada jalan keluarnya ga sih?
boleh berhenti ga sih?
tapi dalam saat yang bersamaan kita paham betul bahwa satu-satunya jalan adalah dengan tetap dan terus menjalaninya
yak opo to gaess, lak mesti rasane judek banget, wkwk
Hal-hal sederhana, satu dua hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, menumpuk perlahan-lahan, kita pendem aja, kita abaikan aja, “yo wis lah, pancen urip ki lak yo ngene ki to”, “yaudah lah, jalani aja, lha mau gimana lagi?”
Tanpa sadar tumpukan-tumpukan grundelan, sambatan yang tertahan ini, tanpa kita sadari menumpuk di dada
Tiba-tiba, ga kenapa-napa dada kok terasa sesek..
badan kok terasa pegel-pegel
kepala berat, leher dan pundak kaku..
ooh ya.. mungkin sudah saatnya pakai ojek online, eh opo e malah ngiklan
tidur terganggu, makan ga teratur
lemes, ga berminat ngapa-ngapain
bosen aja, ga ada gairah buat menjalani hidup
atau bisa juga tiba-tiba pengen nangis tanpa tau sebabnya
kesenggol dikit mbacok, wah seremm..
maksudnya njuk gampang marah-marah
Ga jarang dari kita mengenalinya sebagai masuk angin
yaa, lagi ga sehat aja, lagi ga fit
Sedikit dari kita yang menyadari oh, iya mungkin aku stress
mungkin juga karena masih minimnya kesadaran kesehatan mental, :)
Ndakpapa PR kita bareng-bareng
Pelan-pelan kita garap bareng lah ya..
Parahnya ga sedikit yang menganggap yaudahlah itu tu bukan masalah
jalani aja hidup
jalani aja rutinitas yang selama ini telah dilakukan
tanpa tau tujuannya apa, arahnya kemana..
yang terjadi ya.. emptiness
tetap berfungsi dalam kehidupan sehari-hari namun tidak bermakna.. :’)
Sedih ya gaess
maka beruntunglah kita-kita yang memiliki kesadaran
memiliki alarm
oh, aku lagi capek nih
oh, aku lagi stress
oh aku lagi perlu healing
emotional release..
gimana caranya mengenal itu?
peka..
kenali lagi tanda-tanda tubuh yang sedang ingin ia sampaikan pada kita.. :)
Well, emosi-emosi yang menumpuk itu akan membentuk energi psikologis dalam tubuh kita
dan.. energi itu ga main-main lho..
pernah dengar cerita-cerita tentang kok bisa atlet masih bisa melanjutkan lari padahal udah cidera
atau pacar yang mutilasi pasangannya
bisa jadi itu merupakan salah satu pengaruh dari adanya energi-energi psikologis akibat menumpuknya emosi-emosi yang terpendam
Nah, bagi teman-teman yang telag menyimak 3 postingan sebelumnya, soal ekstrovert dan introvert mungkin akan bisa sedikit nyambung
Ada teori yang mengelompokkan tipe individu kedalam bagaimana strateginya dalam menghadapi stress
Individu digolongkan dalam tipikal eksternalizing dan internalizing
individu dengan tipikal eskternalizing jika marah ia akan memarahi orang lain di luar dirinya. Mungkin bisa saja tergambar dengan omongannya yang bisa saja sangat menyakitkan orang lain saat dia marah
Sedangkan individu dengan tipikal internalizing, ketika marah, dia akan memarahi dirinya sendiri, merasa bersalah sangat mendalam
Masing-masing memiliki potensi ke arah gangguan mental jika porsinya sangat berlebihan
masing-masing bisa berfungsi optimal, kita memerlukan keduanya pada takaran yang sesuai untuk berkembang menjadi lebih baik
Intinya tipikal eksternalizing itu yang menyampaikan sedangkan internalizing itu yang menyimpan
Kadang emosi-emosi yang ga sengaja masuk ke dalam diri kita itu perlu untuk dikeluarkan
sama halnya dengan makanan yang masuk kedalam perut kita
ga baik kalau lama-lama disimpan kan.. hehe
kalau kepenuhan juga perut ga enak kan rasanya, begah gitu
tapi.. mengeluarkan yang seperti apa yang baik?
Sama juga halnya dengan hati kita
kejadian-kejadian dalam keseharian, mau ga mau, tanpa sadar membuat kita memasukkan berbagai macam emosi
entah emosi yang dianggap positif maupun yang negatif
secara alamiah, ia juga memerlukan cara untuk keluar dari hati kita
nah itulah mengapa emotional release diperlukan
Apa sih ini kok muter-muter dari tadi wkwk
intinya release emosi penting untuk dilakukan wkwk
malah emosi
Sebenarnya yak tulisan ini awalnya bertujuan untuk share aja apa yang aku lakukan untuk self healing
Tapi kenapa muter-muter dulu panjang banget yak..
wkwk
ndak papa, suatu proses berpikir
Nah, dari kemarin tu kepikiran gitu untuk share, hal-hal apa aja sih yang kulakukan untuk membuatku merasa lebih baik
terus kemarin juga ada temen yang nanya self healing tu gimana sih, gitu
Nah, sekarang tiba-tiba kepikiran emotional release sama self healing tu sama ga sih? wkwk
Bingung meneh.. wkwk
Self Healing bisa dilakukan dengan banyak cara
Salah satunya dengan emotional release
tergantung healing apa yang diperlukan
Misal mules
nah mules karena diare atau mules karena konstipasi
diare juga kan ada yang sembuh saat racunnya keluar tubuh
ada yang perlu dihentikan diarenya dengan minum obat
konstipasi juga kadang perlu dimasukkan sesuatu dulu baru bisa keluar
Apa sih yaa
contohnya ga elegan banget..
semoga meski ga elegan, tetap bisa dipahami lah yaa wkwkwk
Wis lah, pokoknya berikut hal-hal yang saya lakukan untuk membuat merasa lebih baik
entah mau disebut emotional release atau self healing wkwk
Harapannya agar teman-teman ndak bingung juga ketika merasa perlu untuk melakukannya
Intinya lakukanlah hal-hal yang membuatmu senang
lah, udah gitu doang wkwk
memang akan ada aktivitas yang memakan waktu atau biaya
usahakan cost atau pengorbanan yang dilakukan itu sebanding dengan membaiknya kondisi teman-teman
dan.. pertimbangkan juga konskuensinya
bukan asal bahagia tapi merusak..
Postingan sebelumnya udah dibahas yak, menulis dan mendengarkan musik yang keluar saat saya ditanya apa hal yang menyenangkan bagi saya untuk melakukannya
Nah pekan lalu saya menyadari ada hal-hal lainnya yang setelah melakukannya saya merasa senang, hehe
Jajan
Soo classic ya.. wkwk. Tapi benar-benar jajan makanan bisa jadi moodbooster buatku, hehe. Bahkan sempat kepikiran jangan-jangan karena aku tipikal orang yang mendem dan susah mengeluarkan apa yang kuinginkan, sehingga kompensasinya adalah dengan mengeluarkan banyak uang buat jajan, wkwk. Jangan ditiru dan jangan sering-sering. bisa jadi sepulang jajan malah tambah stress.. wkwk
Naik Kereta Api
Tuut..tuut.. tuut... Sejak kecil aku selalu dipameri kalau Mas ku sejak bayi sudah terbiasa naik kereta antar kota. Aku si gadis desa liat kereta api aja udah girang tiada terkira, wkwk. pertama kali naik kereta api saat kuliah S1 men.. dan itu hanya berjarak kurang lebih satu jam perjalanan. itu sudah sangat membuat bahagia, omygod! wkwk. semakin kesini perjalanan dengan kereta api ternyata membawa banyak kenangan dan pemaknaan baru tentang perjalanan hidup, alah-alah..
Ngobrol dengan Orang
dengan teman dekat lebih tepatnya.. kegiatan ini baru kusadari dapat memperbaiki mood ku saat akhir-akhir S1 ketika sedang berjuang banget untuk menemukan sebenarnya aku mau ngapain. Ketemu lagi dengan teman lama, ngobrol berjam-jam tentang mimpi-mimpi kita, asumsi, pendapat kita, pengalaman kita baru-baru ini ternyata sangat bisa mengobati moodku yang saat itu sungguh sangat gloomy. dengan ngobrol kita dapat pandangan baru, perspektif baru. Kadang-kadang kita pusing karena terlalu asik berputar-putar dengan pikiran kita. Somehow kita perlu orang lain untuk menyadarkan ada sudut pandang lain yang mungkin bisa membuatmu lebih nyaman lhoo :)
Kondangan
wkwk, iya, serandom itu XD. Intinya sama sih, ketemu orang dan ngobrol. Dan entah ya dateng ke kawinan tu karena makanannya banyak dan enak-enak, ketemu orang dan suasana bahagia itu bisa memperbaiki mood banget sih. Tapi entah ya, apakah 5 atau 10 tahun lagi event kondangan ini masih memiliki efek yang sama untukku? wkwk. Paling berkesan tiap kondangan adalah muatan emosi yang sangat kaya, senang, haru, sedih. bahagia, nyampur-nyampur. Kondangan selalu bisa membuatku merasa aaaaaah... wkwk opo sih
Ternyata gaes, setelah coba aku list, banyak banget yang ketika setelah melakukannya bisa membuatku lebih baik. Ini nih daftarnya
Keluar Pagi Hari
Nonton
Masak
Membantu Orang Lain
Ketemu Anak Kecil
Tidur
Renang
Beberes Kamar
Mandi
Jalan
Baca
Tapi saat ini sedang tidak bisa aku bahas semua satu persatu
Karena ada hal lain yang musti kulakukan.. huhu
Daan, sebenarnya pun masih buuuuaaaannnyyuuuuaaaak banget aktivitas lain yang bisa membuatmu merasa lebih baik
Kenali perasaanmu saat melakukan kativitas-aktivitas tersebut
dan terus coba hal-hal baru di luar kebiasaanmu
Siapa tau satu dua aktivitas saat ini efektif namun tidak untuk beberapa waktu mendatang
Lakukanlah hal-hal itu jika memungkinkan untuk membuatmu merasakan lebih baik
Lakukan yang saat kamu membutuhkannya, paling mungkin untuk dilakukan :)
Simpel misalnya dengan melihat fotomu sendiri yang sedang tersenyum lebar saat kamu sedang down :)
Apapun yang saat ini sedang dijalani teman,
Percayalah tidak ada yang abadi di dunia ini
Kita saat ini, berada pada proses masing-masing
Telah ditakar kemampuan kita
Maka jalan ini, proses ini, path ini memang untuk diri kita menjadi lebih baik
Mungkin tidak ada yang mengatakan mudah
Cukup pastikan jangan berhenti
Cukup pastikan kaki kita selalu berada di depan kaki yang lain :)
Jika memang terasa sesak, terasa berat
Ambillah jeda sejenak dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa membuatmu merasa sedikit lega
Noted to my self
Tulisan ini sebenarnya dibuat sebagai pengingat diri sendiri ketika panik dan bingung apa yang harus dilakukan saat terasa penat :D
Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya
Mohon Maaf Lahir Batin
Masiiih aja banyak ga jelasnya
Semoga ada yang bisa diambil pelajarannya yaa
Menuju Gelapnya Malam Minggu
Mendekat tenggat waktu yang mencekat
Yogyakarta,
21 September 2019
18:32
Semoga seburuk apapun kondisi kita saat ini,
Masih terjaga paling tidak satu kebaikan di dalamnya
Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh! :*
1 note
·
View note
Cermin
Asslamu’alaykum warrahmatullah wabaraktuh!
Masyaa Allah..
Alhamdulillah ya.. meskipun tidak berjarak 4 hari dari tulisan terakhir, lumayan berjarak hampir 14 hari saja.. :)
Ingin menyapa lagi teman-teman, emang ada, haha
Ingin menulis lagi karena tempo hari ada yang menanyakan,
Hal apa yang saya suka dalam melakukannya
Entah mengapa saat itu yang tercetus adalah menulis
Padahal yak hasil tulisannya juga ga sesering itu, ga sebagus itu, ga sebanyak itu,
Anyway senang dalam melakukannya kan, bukan bagus dalam melakukannya hehe
Kenapa pertanyaan itu muncul?
Sebagai jawaban dari pertanyaan saya, apa yang bisa dilakukan untuk menstabilkan emosi
Ternyata teman-teman, melakukan suatu hal yang kita sukai dapat membantu kita release emosi..
Yah.. jadi ketauan deh..
Portal ini, ternyata portal egois, wkwk
Digunakan berdasarkan kebutuhan yang memiliki akun, bukan untuk khalayak umum, hehe peace ^^v
Tapi, meskipun niatan awalnya egois, semoga dari beberapa yang tertumpahkan ada hal baik yang bisa diambil yah..
Yaa.. minimal jadi tahu lah ya, mana yang ga boleh dijadikan contoh, wkwkwk
Selain menulis, saya juga menjawab dengan mendengarkan musik
And.. here i’am.. sabtu sore melakukan dua hal yang saya sukai
Sst, sore, senja juga satu masa yang saya sukai
dan.. wkwk penting banget sih, gapapa lah
tempatnya pun saya memilih tempat ternyaman bagi saya..
So.. let’s starts then..
Cerita yang akan saya bawa kali ini tentang Cermin :)
Kalau teman-teman merupakan sebagian yang mengikuti beberapa tulisan saya, dan mungkin penasaran, teman-teman bisa menemukan tulisan saya tentang Cermin di akun facebook saya.. :)
Iya, facebook, kalian ga salah baca
Dan iya.. sampai tahun 2019 ini, saya termasuk yang masih istiqomah mainan facebook :D
Apa? link nya?
Bisa ga sih di share disini,
coba ya..
maunya sih kalian yang nyari sendiri
(apasih kik.. ada yang baca aja syukur-syukur, wkwk)
https://www.facebook.com/notes/r-setyasri-n/cermin-wanita-dan-ibu/10152653617671822/
Tuu baik ga aku.. XD
Bagi yang malas baca, inti tulisan itu tentang pemahaman saya mengenai hubungan cermin, wanita dan ibu
Ternyata wanita dalam bahasa Arab diibaratkan seperti cermin yang menggambarkan kondisi suatu masyarakat
Kok bisa?
Penasaran?
Nah baca selengkapnya di link itu yaah, hehe
Malah promosi, :D
Perjalanan proses yang saat ini saya jalani,
Lagi-lagi
Apa siih..
Semoga kalian ga bosen yaa..
Mengantarkan saya pada pemahaman baru tentang cermin
Bukan pemahaman sih, tapi menjadikan cermin sebagai metafora dari suatu keadaan
Hayowis, pokok e ngono lah, kok le mubeng-mubeng, hehe
Paling engga, dalam proses ini ada dua sampai tiga kali kesempatan pemahaman bahwa pada akhirnya ujung perjalanan ini mengantarkan kita untuk belajar menjadi cermin
Satu momen yang saya ingat, ketika saya berproses dengan seseorang
Dia bilang, “Aku tu ngrasa kayak lagi bercermin setiap bertemu Mbak”
kira-kira gitu ya, saya agak lupa kalimat persisnya
Momen kedua apa ya, kok lupa
Ooh.. nasihat tentang menerima seseorng yang datang untuk berproses dengan kami apa adanya
Yaudah, dia yang datang seperti itu, diterima apa adanya, tanpa ada penghakiman, no judgement lah kalau kalian ga familiar sama bahasanya
Bukankah seperti itu apa yang dilakukan cermin?
Dia ga nambah-nambahi, ga mengurang-mengurangi
Yaa meskipun memiliki bidang pantul terbatas, tapi cermin memantulkan objek apa adanya
Hmm.. bisa juga dimaknai dengan memberikan sudut pandang lain?
Ternyata banyak juga ya filosofinya hehe
Nasihat yang saya terima kemarin, menunjukkan bahwa proses yang tengah dijalani ini, ternyata memang proses seumur hidup gaess
dan seyogyanya (bahasa opo kui ndesss, wkwk) dalam perjalanannya kita berproses menjadi cermin
Setiap bertemu dengan seseorang dalam suatu proses, tidak hanya ia yang datang yang bercermin
Tapi kita yang mendampingi pun juga cobalah untuk merefleksikan ke dalam diri kita
Kenapa saya bertemu dengan sosok ini,
Hal apa yang Allah takdirkan untuk saya belajar dari sosok atau kejadian ini
Harapannya dengan melakukan hal tersebut kita bisa terus berbenah
Selayaknya bercermin, Aah,, bajunya mereng
Aah.. Mukanya masih belepotan
Atau aah.. pass gini udah cantik dan rapih, tinggal senyum dikit :)
Hayoo siapa yang baca sambil senyuuum.. oke baik, ga ada yah XD
Sayangnya, teman-teman..
Cermin bisa saja berdebu..
Dan ketika ia berdebu, atau mungkin miring cantolannya, wkwk
Ia tidak bisa membenahi dirinya sendiri
Yaa mungkin bisa kalo tiba-tiba ada hujan nyembur atau cicak lewat secara ga sengaja benerin
Jika memang ingin benar-benar bersih, ia memerlukan kerendahan hati untuk mengakui bahwa ia memerlukan tangan orang lain untuk membantunya.. :)
Kenapa kerendahan hati itu diperlukan?
Karena ketika cermin berdebu, atau mungkin usang, ia tak lagi dapat memantulkan sesuatu di depannya secara jujur, apa adanya
Yang ada, yang terpantul justru debu-debu yang menempel itu sendiri
Jadi bias.. bingung, mana yang sebenarnya pantulan dari sesuatu di depannya, mana yang terpantul dari dirinya sendiri.. :)
Begitulah teman, kadang, kita perlu meninggalkan gengsi, meninggalkan rasa malu untuk mengakui bahwa kita tidak mampu
bahwa kita membutuhkan pertolongan
dan mencari pertolongan dari orang lain
Payah?
Lemah?
Menurut saya, justru itu suatu kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki oleh semua orang :)
Kenapa?
Karena itu bukanlah suatu hal mudah..
Ada seseorang yang bilang
Kenapa untuk menemui dan berproses dengan orang-orang yang telah melalui proses ini tu mahal?
Menurut dia karena untuk menjadi sosok seseorang yang seperti itu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah dan memang dengan biaya yang tidak murah :’)
Sedih ya, terus buat apa dong melalui proses berat itu kalau hanya untuk susah ditemui? :’)
Tidak totalitas melayani saat ditemui? :’)
Menurut saya, orang-orang yang menyadari dan berjuang untuk mencari hingga akhirnya menemukan sosok-sosok itu
Justru jauh telah melalui proses yang lebih panjang dan jauh tidak mudah :’)
Banyaak sekali
Banyak sekali tantangan, pertimbangan, hambatan yang sudah mereka lalui
Tak sedikit yang akhirnya langkah-langkahnya terhenti
Bukan,
Bukan karena willingness dan readiness nya rendah
Tapi kadang keadaan memang tak mengizinkan
Akhirnya?
Yaa.. dengan terpaksa mereka tertatih menjalani sisa hari
Beranggapan semua baik-baik saja,
Tidak ada yang perlu dirisaukan
Padahal ia tengah membawa bom waktu yang siap kapan saja meledak :’)
Maka teman-temanku yang budiman..
Duh kok mbrambang..
Mbrambang yaa bukan Bambang.. XD
Setiap mereka yang telah sampai pada kita
Setiap mereka yang menemui dengan pancaran mata penuh harap
Terimalah..
Terimalah dengan senyuman terhangat, teruntuh yang paling bisa kalian berikan
Bisa jadi, bisa saja, kita opsi terakhir mereka
Bisa jadi ada keputusan besar yang mungkin mereka ambil jika tidak bertemu dengan kita.. :’)
Yang kita tak pernah tahu apakah itu baik atau tidak bagi mereka..
Berikan layanan terbaik yang bisa kita lakukan
Tapi juga pahami batasan kita dalam memberikan bantuan terbaik untuk mereka
Bisa jadi dalam satu dua situasi “melepaskan” mereka justru hal yang lebih baik.. :)
Kesejahteraan mereka memang yang utama
Tapi..
Kita juga perlu memperhatikan kesejahteraan kita
Panggillah si rendah hati jika telah tiba masanya kita telah berdebu
Ketika kita tengah memerlukan bantuan orang lain untuk membersihkan diri.. :)
It’s really OK
not to be OK
Sejatinya, tulisan ini untuk diri saya sendiri wkwk
Tapi dibahasakan untuk teman-teman yang budiman, wkwk
Kalau menurut teori defense mechanism apa namanya teman-teman?
Iya.. betul sekali, displacement.. wkwk
Baiklah
Entah bagaimana bahasan Cermin bisa sampai sini bahasannya
Entah apakah nyambung dan bisa dipahami
atau justru loncat jauh dan tidak dapat ditemukan ujung pangkalnya, haha
Karena selama proses menulis ini sudah sampai menetes air mata
dan sudah mendekati Magrib, kita akhiri saja yah..
Terimakasih telah menjadi fasilitas release emosi saya..
Terimakasih telah membantu saya memaknai kembali proses yang saat ini tengah saya jalani
Jangan bosen menantikan sesi release emosi berikutnya yah!
Yogyakarta, 7 September 2019
17:38
Malam menuju Minggu yang berbeda dengan aku menuju kamu
Healaah..
Apasiih
Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabaraktuh! <3
0 notes