Tumgik
setyasri · 2 years
Text
Orbit
“Rizki, kamu boleh menyampaikan isi kepalamu ya” “Kamu boleh membaginya dengan teman-temanmu di sini, dan tidak perlu memendamnya sendiri”
~
“Apa yang sebenarnya kamu takutkan jika berada dalam kondisi itu, rizki?” “Aku takut ga bisa menyampaikan dengan baik mbak, karena aku telah terbiasa menyaksikan pola komunikasi lebih baik dipendam kemudian meledak pada akhirnya, bagiku sampai saat ini, komunikasi yg baik masih sulit untuk dilakukan”
~~~
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh, hati baik.. :) Semoga dalam keadaan baik, Meski sedang tidak baik pun tak mengapa, semoga dapat menghadapinya dengan baik :D *tetep aja pressure buat jadi baik yak wkwk
Dua kalimat pembuka di atas jaraknya sekitar 3-4 tahun :) Menyadarkan bahwa meski telah hitungan tahun berganti si rizki ini masih perlu belajar untuk hal yang sama Terus apa kaitannya sama judul ya? Ehe sebenarnya tulisan ini sudah usil pengen muncul ke permukaan sejak akhir bulan lalu Namun dipaksa ngantri, karena ada tulisan lain yg lebih prioritas Hasilnya ga nahan lagi dia mendesak untuk dikeluarkan karena yang prioritas malah macet ki piye, oh jadi kamu yg sabotase yaa Sempat diniatkan untuk tidak dituliskan sebab khawatir mungkin ada yg menemukan tulisan ini justru terluka dengan apa yg akan ditemui nanti Khawatir emosi terlampau mendominasi sehingga pesan yang sesungguhnya justru terkelabui Kemudian sedih sendiri, bahkan di portal yang dirasa paling aman untuk menuangkan pun masih saja mengutamakan apa yg mungkin orang lain rasa Kemudian teringat nasihat ketus dari salah satu hati baik, (iya kamu :p)
Kamu yang bisa kontrol pikiran dan emosimu sendiri kik, tapi ga bisa kontrol orang lain <3
Lah kitanya suka heboh bener yak gimana agar si dia tidak merasa ini, gimana agar si doi merasa ini, mon maap ni, perasaan-perasaan dia, kenapa kita yang bertanggungjawab? Kita lebih bertanggungjawab terhadap kondisi kita, tapi juga tidak bisa mengabaikan perasaan orang lain sepenuhnya Masih belajar menyeimbangkan dua sisi ini dan masih sering bingung seberapa taraf aman untuk keduanya Dan juga karena masih belajar dari isu yang tertuang di dua kalimat pembuka di atas, jadi mencoba menuangkan dalam tulisan, karena merasa jika secara langsung mungkin lagi-lagi akan membuat terluka, meski sama sekali tidak diniatkan untuk demikian :’)
Jadi ide tulisan ini pertama muncul akhir bulan lalu, belum secara utuh Saat mulai lebih lengkap, ada kekhawatiran akan melukai pihak tertentu Saat semakin dipendam, ternyata dia menyabotase aliran tulisan lain yang lebih penting Hingga akhirnya ledakan lain datang lagi dan bismillah diputuskanlah untuk dituangkan Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari puteran-puteran kalimat yg kemana-mana ini ya, dan semoga jika nanti saat membacanya ada yg merasa terluka, Allah ganti dg sebaik-baik kondisi di hari akhir nanti <3
Ini mau mulai nulis aja masih ragu makanya muter-muter dulu sepanjang itu wkwkwk Hmm.. mulai dari mana ya, Oh, dari pertama munculnya aja kali ya, Pertama denger dari seorang kakak yang bilang, bahwa relasi dengan siapapun yang kita temui itu seperti persimpangan dalam perjalanan masing-masing Makanya ada momen pertemuan, kebersamaan, dan bila waktunya tiba ada momen perpisahan. Momen pertemuan selalu menarik bagi saya, bagaimana bisa bertemu suasana segar di luar kebiasaan, hal baru yg begitu menarik Akhir-akhir ini ternyata melebihi apapun saya sangat menikmati kebersamaan. Banyak momen-momen kebersamaan yg kuat-kuat ingin saya ikat lekat-lekat Alhasil yg sejak dulu selalu saya takutkan, selalu terasa berat bagi saya adalah momen perpisahan Sering berkali-kali menangisi momen-momen perpisahan Putus cinta ya kak? Engga sih lebih tepatnya saat musti berpisah jalan dengan seorang rekan perjalanan, ya karena momennya untuk dia melanjutkan perjalanannya, dan saya melanjutkan perjalanan saya,
Kau melanjutkan perjalananmu~ Ku melanjutkan perjalananku~~ *tuuu kan, putus cinta ya kak? XD
Sampai akhir bulan lalu saat kami berlima bertemu kembali setelah pernah kurang lebih lima tahun berproses bersama di bawah atap yang sama dan lima tahun terpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing Awalnya saya cukup pesimis, akan ada kesempatan bagi kami untuk bertemu lagi ga ya, Mengingat ya jalan kami saat ini bisa dibilang berbeda Dan perbedaan itu simply karena memang jatah perjalanan kami berbeda satu sama lain Alhamdulillah, tanpa disangka-sangka begitu ya, menurut logika kita, akhir bulan lalu kami diberi rejeki untuk bertemu kembali Tak lama dan tak banyak yang sebenarnya kita lakukan saat itu Tapi yang membuat terkagum, berkesan, bahwa meski kita telah berpisah, telah melanjutkan perjalanan masing-masing, eh kok masih nyambung ya, eh kok rasanya tetap sama ya Bisa haha hihi tanpa takut melukai Bisa jadi diri yang sok tahu dan ya mereka ngangguk-ngangguk menyimak saja tanpa curiga disesatkan wkwkwk Bisa nakal godain temen dan bikin dia bersungut-sungut tapi tetap dimaklumi sebagai candaan tanpa perlu menjelaskan panjang lebar :’) Nyaman luar biasa, terasa seperti isi ulang sampai terasa kelebihan energi untuk berangkat tidur wkwk Halo kalian aku rasa kalian ngrasa lah ya kalau menemukan tulisan ini Terima kasih ya, telah bersedia menerima sisi-sisi nyebeli dari seorang rizki yg dg keras kepala bilang kalau dia susah memperbaiki, emang minta dicinta dijitak ini anak :D
Pulang dari sana dapat pemahaman baru Aah, ternyata indahnya perpisahan adalah adanya harapan untuk bisa ketemu lagi Adanya harapan saat bertemu lagi akan ada cerita menarik apa lagi ya dari perjalanan masing-masing Menyenangkan memang saat dalam perjalanan kita ada yang menemani, Tapi menyimak cerita dari perjalanan lain, ternyata tak kalah seru Dan adanya pemahaman bahwa meski kita sibuk bergulat dg perjuangan di perjalanan masing-masing, mereka masih bersedia menyisihkan waktu, energi, dan kesediaan untuk meluangkan secuil kesempatan berbagi, menanyakan kabar setelah perjalanan panjang masing-masing yang tidak mudah itu, ternyata jadi sesuatu yang berharga juga :) Terima kasih telah berhenti sejenak, melambat, menyesuaikan untuk memberi ruang persimpangan dimana kita dapat bertemu lagi.. :)
Dari pertemuan tersebut, terbayang sebuah perjalanan, untuk sebagian orang kita bisa bertemu di beberapa persimpangan dengan sensasi yang sama. Untuk beberapa pengalaman, atau kejadian kita memiliki kekuatan untuk saling tarik-menarik agar dapat tetap berjalan bersisian, atau bertemu di titik-titik tertentu. Namun ada juga meski dalam ruang dan waktu yang sama, kita tidak memiliki ketertarikan dan keterikatan sama sekali
Seperti sebuah planet yang memiliki kekuatan tarik-menarik dengan benda-benda di sekitarnya dan memiliki lintasan perjalanan masing-masing, ada kalanya kita berotasi bersisian, bertemu dan sejajar dalam titik tertentu Selama kita mengelilingi, mendekat pada pusat yang sama, rasa-rasanya kita memiliki ketertarikan yang sama Kekuatan itu yang mungkin berkali-kali menarik kita pada satu keadaan tertentu untuk bertemu *halah opo sih abstrak banget yak
Misalnya, saat kita menjadikan uang sebagai pusat titik gerak kita, maka kita akan bertemu juga dengan mereka yang menjadikan uang sebagai tujuan utama bergerak dalam lintasan Karena pertemuan kemarin saya rasa kita dipertemukan dalam ikatan ketertarikan yang mirip Mungkin itu yang menjelaskan bahwa kita akan bertemu dengan orang-orang yang mirip dengan kita(?) *kok ragu wkwk Makanya ada nasihat juga ketika kita ingin baik maka berkumpullah dengan orang baik, bukan? Begitupun saat kita berusaha mendekati kebaikan, maka orang-orang baik yang hendak mendekati kebaikan bertemu dalam orbit yang sama bukan? *iya kali haha
Lantas apa yang terjadi jika terlalu mendekat? Ledakan. Tabrakan. Hancur. Berkeping-keping. Daya tarik yg terlalu kuat akan saling mengikat terlalu kuat? Bergesekan hingga tanpa sadar mungkin akan saling melukai.
Jika pusat pergerakan yang menarik kita untuk satu tujuan bisa jadi hal-hal material seperti uang, atau nilai-nilai kebaikan, maka saya rasa ada lagi satu hal yang juga tak kalah kuat tarik-menarik diri kita dengan orang-orang yang akhirnya kita temui dalam perjalanan kita Perjalanan sebelumnya, atau pengalaman masa lalu, yang sayangnya banyak dari kita menyakini sebagai luka masa kecil :’) Padahal bisa jadi pengalaman tersebut pengalaman netral saja, pengalaman pada umumnya yang dialami oleh seorang anak. Jadi teringat sebuah pesan saat mengikuti sebuah kelas, bahwa
Seorang anak adalah observer terbaik, namun sebagai interpreter yang terburuk
Dan sayangnya, interpretasi tersebut terbawa terus hingga ia menghidupi kehidupan dewasanya, untuk berkali-kali menengok dan menyalahkan masa-masa yang telah terlewati, Orang-orang yang terlibat dalam perjalanannya, padahal mereka dalam mendampingi pun juga telah berusaha mati-matian sedemikian rupa memberikan yang terbaik. Dan satu-dua kejadian seolah-olah membenarkan kita untuk menyematkan label bahwa mereka sumber luka, menuntut kata maaf, mengabaikan ribuan pengorbaan lain, tanpa kesediaan menilik, memeriksa bahwa yang sebenarnya perlu berbenah ialah dirinya sendiri *oke maaf, telah terbawa emosi ^^v
Karena interpretasi yang terbawa hingga dewasa tersebut, maka kita perlu siasat dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita, agar tetap sama-sama aman, tak menoreh luka, eaa Pernah melihat sebuah drama korea yang mengibaratkan interaksi dua orang itu seperti mencari jarak aman bagi landak untuk bermain dengan teman-temannya. Landak dan orang-orang di sekitarnya perlu menentukan seberapa jarak aman untuk berinteraksi tanpa terluka. Landak tak perlu menjadi kura-kura atau kepiting hanya untuk diterima oleh orang-orang di sekitarnya Dan orang-orang disekitarnya pun juga perlu menerima bahwa begitulah adanya landak berbulu tajam, tanpa menuntut untuk merubahnya menjadi bulu halus duselable seperti kucing atau panda.
Jarak aman itu kami menyebutnya dalam bahasa alien sebagai Boundaries. Batasan dimana kita saling berinteraksi dengan aman. Saya aman menunjukkan sisi-sisi yang mungkin mengejutkan namun kira-kira masih bisa diterima, Kamu aman menerima dan menyampaikan apa yang kamu rasa tanpa luka Bisa saja jalan tengah yang dipilih adalah tidak semua sisi-sisi sengaja tidak aku tampilkan, karena mungkin jika aku tunjukkan, kamu akan rasa tak nyaman Maka, harapannya mungkin tidak semua juga bisa kamu sampaikan hanya untuk agar kamu terasa nyaman, tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin kurasa :)
Nah, susah kan ngira-ngira mana yang bisa ditunjukkan, mana yang bisa disampaikan? Maka perlu kunci penting dalam relasi, yaitu komunikasi. Resep setiap orang berbeda dalam mengomunikasikan bahwa aku tidak nyaman disentuh pada area tertentu Bahwa kamu tidak sadar menyentuh area terlarangku Tapi komunikasi juga tidak bisa serta merta dilakukan hanya berangkat dari sudut pandang aku harus menyampaikan, tidak sehat bagiku jika memendam, tanpa memperhatikan kondisi lawan bicara Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum dilaksanakan Apakah situasinya memungkinkan untuk kita bicara saat ini? Apakah kamu sedang available untuk bicara tentang ini saat ini? Kalau langsung tembak yaaa terkapar Tadinya ga masalah, gapapa, ga terjadi apa-apa malah bisa jadi ledakan *kok nulisnya juga sambil meledak~
Maka keterampilan dasar yang selalu tertanam dari guru-guru kami adalah self-awareness Kesadaran pada kondisi diri sendiri Kemampuan mengobservasi diri sendiri Tapi.. hati-hati untuk tidak terlarut, tenggelam dalam euforia diri Sebab tujuan self-awareness ini menjadi peka terhadap kondisi diri untuk kemudian juga peka dengan kondisi orang lain, bukan justru egois yg semata-mata hanya mementingkan kondisi diri dan mengesampingkan kemungkinan kondisi yang dialami orang lain karena reaksi kita.
Setiap sensasi emosi yang kita rasakan itu valid, Artinya kita boleh merasakan apapun, marah, kecewa, terluka, menyesal, bersalah, bahagia, bersyukur, haru, tenang, senang, gembira, antusias namun, kita tetap perlu memperhatikan reaksi seperti apa yang tidak hanya sehat untuk diri kita, tapi juga orang-orang di sekitar kita, terlebih orang yang ada di dekat kita, ataupun yang kita sayangi Karena justru orang-orang terdekat inilah yang biasanya paling banyak melihat, menerima, dan memaklumi sisi-sisi busuk(?), sisi-sisi kurang baik yang tidak pada semua orang nyaman kita tunjukkan
Aaah.. kejadian hari-hari ini, dan pada akhir penulisan ini pun membawa pada rasa syukur dan terima kasih kepada para hati baik yang telah terseleksi, telah bersedia bertahan untuk peduli, menerima, menguatkan tanpa menyalahkan, bertumbuh tanpa menghakimi, dan mendorong dengan apresiasi, Terima kasih hati baik, yakin tidak ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan dari Yang Maha Mensyukuri lagi Maha Baik <3
Ternyata perlu mencerna untuk memahami dan menerima bahwa satu bulan terakhir bukanlah perjalanan yang mudah Hingga badan meminta haknya, hingga diberi waktu khusus sepuluh hari untuk bermesraan dg diri, pun masih memaksakan diri Sampai kesadaran menyapa bahkan tulisan untuk menumpahkan sisa-sisa pembuangan yang biasanya tuntas dalam sekali duduk pun kali ini hanya mampu diselesaikan separuhnya dalam waktu satu hari Boleh terus melangkah, tanpa melupakan pentingnya ambil jeda, ya kik
Semoga perjalanan-perjalanan yang telah kau tempuh dapat memahamkanmu tentang dirimu, tentang orang-orang yang kau pilih untuk boleh membersamai langkahmu, tentang cara-cara yang baik dan boleh kamu lakukan dalam menghadapi suatu tantangan. Meski masih sulit tercerna, meski masih sulit dibedakan, perlahan dan bertahap kita terus lanjutkan langkah ya Kurang-kurangi keras kepalanya kurang-kurangi misuh-misuh, ngeluh-ngeluhnya Lebih-lebihkan lagi sabar dan empatinya ya kik.. <3
Terima kasih telah menahan diri Terima kasih telah memilih untuk meredakan dan mencernanya baik-baik sebelum secara reaktif bertindak tanpa memikirkan kondisi orang lain, dan terutama kondisimu :) Selamat melanjutkan perjalanan~ Jangan lupa sediakan pula kesempatan untuk rehat sebelum dipaksa untuk ambil jeda XD
Yogyakarta, 14-15 November 2022 Pada masa isolasi untuk berjumpa lagi dengan diri.
0 notes
setyasri · 2 years
Text
Konsekuensi
Seorang gadis remaja duduk bersila, Termenung di temaram lampu kamar yang sengaja tidak ia nyalakan Langit abu menuju biru tua sedikit semburat jingga perlahan menggelap Daun pintu dibiarkan memberi sedikit celah untuk lampu ruang keluarga berdesak menjejal untuk mengabarkan malam sebentar lagi tiba
Deru napas memberat Genggam tangan pada pena menguat Gemetar tangan yang lain menjadi tumpuan secarik kertas kusut “Pak.. Buk..” Dua kata pertama patah-patah coba ia berani untuk tuliskan Hingga saat amarah tak lagi mampu dibendung meluncurlah kalimat-kalimat yang tak pernah dapat ia sampaikan dengan langsung Gelap emosi menutupi keseluruhan ingatannya Yang tersisa secuil harapan sederhana Permintaan hati kecilnya yang masih sangat polos tak memahami dunia yang begitu rumit Satu pintanya untuk dua orang yang begitu amat menyayanginya, “Izinkan aku merasakan perihnya tertusuk duri” “Izinkan aku rasakan sensasi jatuh melayang ke dalam jurang” “Biarkan aku rasakan gelap dasar jurang yang kata orang begitu dalam” “Agar aku paham apa yang harus aku lakukan saat sakit itu datang” “Agar aku mengerti apa yang harus kulakukan untuk mempertahankan diri saat gelap mengelilingi”
~~~
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh, Hati Baik! Ehe, bingung yak openingnya tetiba ada begituan Iya tuh, ada titipan cuilan memori dari Si Bungsu yang akhir-akhir ini sedang sering menyeruak Kayaknya dia getol banget biar kita bisa belajar bareng dia di fase ini :D
Well, anyway apa kabar?? :D Terakhir kita ketemu sekitar 3 bulanan lalu ya, Setelah aku liat lagi ternyata emang jaraknya sekitar 3-4 bulanan ya buat aku ber-ritual nyampah di sini hehe Jujur satu bulan terkahir, hmm.. engga sih, dari terakhir  nyampah  nyapa di sini sampai hari ini, buanyaaaakkkkk, buaaanyyaaaakkkkk banget kejadian magic yang mampir Bahkan saking banyaknya sampai bingung mana dulu nih yaa yang mau dititipin ke sini, hehe Ada satu tulisan yang sepertinya sangat membekas buat aku, tapiii sepertinya buat berbagi sama temen-temen di sini kayaknya perlu izin sama yang bersangkutan, ehe berasa yang baca berapa juta gitu yaa Mbuhlah, meski yang menemukan ini nanti cuma kamu seorang, iya kamu, :D Semoga manfaatnya terus mengalir yaa
Aku bingung iki ameh masook ke intinya gimana, hehe Like always yaa.. (nyari emot monyet nutup mata)
Alhamdulillah ni temen-temen Si Bungsu sedang perlahan belajar mengenal realita.. Wiih.. piye kuwi, emang selama ini dia hidup diawang-awang? Sadly, maybe iya (tolong emot monyet nutup mata insert here XD) Hmm.. realita yang selama ini ia pahami adalah dunia yang begitu aman, dunia yang begitu nyaman, (backsound: Dunia Tipu-Tipu XD), dunia yang apapun maunya, saat itu juga bisa tersedia tanpa dia susah payah Woh! Wuenak bianget dong ya :D
Tapi ya dasar Si Bungsu feat Si Keras Kepala maybe ya di sini, Anehnya dia sok-sokan banget tu belagak protes “Kenapa siiihhhh??!! Aku tu pengen ngrasain eksplore kayak yang lain! Sekolah yang jauh, hidup bebassss tak terkekang~~” Lucu sih kalau diliat sekarang, kayak pengen jitak sambil bilang “Heh, mbok ya bersyukur, hidupmu tu wueeenaak pooll lho, apa-apa ada, mau ini itu tinggal bilang, sim salabim langsung jadi, bahkan seringnya lebih dari yang kamu minta” Yaaah.. Si Bungsu The Explorer ya, memang sepertinya dia perlu berkelana buat paham makna #MengejaMakna #NowPlayingKelana | Kita kemana.. Mau kemana.. Hendak mencari apa~
Sampailah Si Bungsu bergesekan dengan Realita itu tadi.. Bertemu pada satu titik bahwa ia perlu melakukan sesuatu untuk mencapai yang ia mau Berkali tanya membentur kepala “Ini kan yang beneran aku mau?” “Kenapa berat ya?” “Emang ada apa sih?” Ternyata dia pengen segera bertemu ujung yang dihalukan(?) yang ada dalam bayangannya, Tapiiii…. Tanpa mau melalui tahapan demi tahapan yang perlu ia lalui, yang sayangnya, ternyata tidak senyaman itu bagi dirinya
Merasa payah Berulang kali menyalahkan diri Berjuta kali tak terhingga membandingkan dengan mereka yang juga melalui tahapan ini dengan terlihat begitu smooth like butter criminal under cover XD TAPI KENAPA BAGI DIA INI BEGITU BERAT DAN BERLIKU???!!!!!!
Geeemmmmeeezzz ya pemirsa.. :D Akhirnya dia mencari-cari sendiri tu dalam kepala Banyak “Kenapa??!!” yang ia putar berkali-kali, berkali-kali dalam kepala Akhirnya? Yaaa.. Mumet XD Jawaban pendeknya mengantarkan ia pada secuil memori di awal tulisan ini :) Dia menemukan kambing hitam Tidak tanggung-tanggung DUA lagi kambing hitamnya XD “Ah.. gara-gara mereka niih”, pikirnya, “Kan… sekarang aku jadi kayak gini kan..” “Coba kalau dulu ga gini, pasti sekarang aku ga gini nih!” Gak tanggung-tanggung kawan, pemahaman pendeknya ia suarakan pula, keras-keras kepada para tertuduh Aduh, maaf ya, para tertuduh.. Semoga Allah balas dg ampunan tak berbatas :’)
Anehnya, yaa ga aneh sih, memang skenarionya begitu ya Dua kambing hitam ini juga dengan begitu lapang mengiyakan, mengakui kesalahan yang mungkin tidak mereka sengaja lakukan, Kesalahan yang kalau boleh dikatakan hanya efek samping dari begitu besar rasa yang mereka miliki untuk Si Bungsu “Iya, kami yang salah nak, kami yang salah” Legakah Si Bungsu mendengar pernyataan itu? Semakin memuncaklah frustrasinya Kok ga membaik siiiih gejolak rasa di dada? Apa lagi yang salah?!
Meski sambil bersungut-sungut, sambil terseok-seok Keagungan Yang Maha Berilmu berkenan menitipkan setetes, hmm sepersekian milyar dari setetes mungkin ya, ilmunya pada Si Pemikir feat Si Pembelajar Bahwa ternyata..
Ya, begitulah bagian dari perjalanan seorang manusia,
 Wkwkwk kezel bets ga sih, ujungnya begitu doang
Bahwa perjalanan-perjalanan sebelumnya bukan untuk diubah, bukan untuk disesali, bukan untuk berulang kali diputar, karena selamanya ia letakknya di belakang, tak tersentuh Dan hanya menyita energi, waktu jika kita terjebak di dalamnya Bahwa dari sanalah penjelasan-penjelasan tentang apa yang saat ini kita alami Penjelasan tentang apa yang terjadi pada diri kita Petunjuk tentang apa yang saat ini bisa kita perbaiki :)
Hah? Gimana tuh? Iya, misalnya dari secuil memori Si Bungsu di atas Kejadiannya hanya mengabarkan bahwa ia terbiasa hidup, bisa dibilang tanpa usaha untuk mendapatkan apa yang ia mau, saat itu juga, semudah itu, seinstan itu Itulah yang kemudian menjadi penjelasan mengapa Si Bungsu merasa begitu berat saat ternyata realita menuntut ia untuk mengusahakan yang ia mau, Saat ternyata cara kerja realita usaha dulu baru.. belum tentu juga sih kamu dapat yang kamu mau, haha Potek lagi tuh dia Menjadi penerang, petunjuk tentang cara berpikirnya Aah.. karena selama ini ia bekerja tidak bekerja, usaha tidak usaha selalu tersedia apa yang dia mau, maka ia kesulitan untuk membedakan apa yang terjadi jika ia bekerja, apa jadinya jika ia tidak berusaha Dan realita hits her so hard
Runtuh Jatuh tersungkur Berkeping-keping Berantakan Tak karuan Badddhhhhaaaaiiiii, kalau salah satu guru kami bilang :D Semua yang selama ini tertata begitu rapih, nyatanya tak berguna, tak bisa ia gunakan untuk bertransaksi dengan kenyataan “Tidak seperti itu nak, cara kerjanya”, sapa lembut si realita yang bagai petir menyambar bagi Si Bungsu, Kelabakan, tertatih mulai ia menata lagi Hmm.. meski masih sering dengan ngedumel yhaa Si Kenapa ga mau jauh-jauh dari dia sepertinya, haha
Si Bungsu sedang diminta untuk memahami Apa yang terjadi jika ia tak bekerja Apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan yang ia mau Meski seringnya setelah ia tertatih serius mengusahakan pun belum tentu dapat yang ia rencanakan Si Bungsu sedang diingatkan Bahwa semua ini tidak hanya tentang dirimu nak, Bahwa ada Kekuatan Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Kuasa, Yang Tak Pernah Melesat Perhitungannya, berbeda dengan perkiraan dan pemahamanmu yang alpha dibanyak sekali sisi :) Si Bungsu sedang diajak mengerti bahwa setiap pilihan termasuk pula dengan teman akrabnya, yang bernama Konsekuensi Bahkan saat ia memilih untuk tidak memilih :D
Si Bungsu sedang diberi kesempatan untuk menyadari sebuah sisi yang perlu ia perbaiki Sedang diajak belajar untuk memahami konsekuensi dari kesadaran yang telah ia temui Oke, setelah paham, apa yang selanjutnya akan kamu lakukan? :D
Kabar baiknya, Si Bungsu telah bersepakat dengan teman-teman lainnya, Si Keras Kepala, Si Pemikir, Si Pembelajar, Si Petualang, Si Pemberani, Si Bijaksana, Si Mandiri, bahkan Si Inferior, untuk perlahan kembali memahami, untuk sekali lagi mencoba menapaki bagian perjalannya Tambah sedikit bumbu dari Si Hamba yang menguatkan dengan
Jika memang ini menjadi bagian perjalanan yang perlu ditempuh untuk mendekat pada Sang Maha Cinta, maka akan kami berikan usaha terbaik yang bisa kita lakukan untuk melaluinya
Yhaaaa meskipun tetap terasa BEERRRAAAAATTT yha bhoook XD
Maka, jika kamu juga sedang dalam perjalanan, sama seperti Si Bungsu dan teman-temannya, Mari kita berjalan beriringan dalam perjalanan masing-masing :) Dengan cerita perjalanan sebelumnya yang masing-masing kita miliki, yang mungkin tidak selalu pahit tapi juga asam manis, agar di masa kini tinggal kita tambah saja sama ikan gurami fillet crispy kan jadi nikmat tuh, ehe Semangat menyadari setiap sisi yang memerlukan perbaikan Selamat menikmati setiap perjalanan yang semoga niat baiknya selalu terjaga
Salam Hangat dan Peluk Erat untuk setiap Hati yang tengah berjuang Semoga kita bertemu, berkumpul, dan terjaga dalam kebaikan Yogyakarta, 31 Agustus 2022 Dari Si Juru Ketik yang bingung sebenarnya apa yang mau disampaikan Si Bungsu Tapi semoga ada kebaikan, meski secuil, yang bisa jadi bekal perjalanan teman-teman yaa~~~ :D
0 notes
setyasri · 2 years
Text
Akhir yang Baik
“Kamu tu endurance-nya rendah banget ya kik” Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh, Tulisan yang telah mengendap, karena ada tulisan lain yang menjadi prioritas, akhirnya tak kuasa lagi meronta untuk dirangkai Tulisan yang kemunculannya karena teringat kalimat di atas dan hasil training dari 29 plus 6 hari Mumpung dua masa training belum benar-benar habis, saat ini tengah memasuki pekan terakhir dari dua bulan masa training, yaitu Ramadhan dan Syawal, insyaAllah. Semoga tulisan yang tersusun nantinya dapat jadi pengikat insight yang telah didapat sejauh ini, dan jadi bekal untuk langkah-langkah kedepannya. Nah, bingung ni mau mulai dari mana :D Dalam suatu masa, saat kita melakukan sesuatu, terdapat naik turun itu hal yang wajar. Sama seperti Ramadhan kemarin, awalnya begitu menggebu, bersyukur karena akhirnya boleh bertemu, tak ingin melewatkan kesempatan baiknya sedikit pun Memasuki pertengahan, mulai muncul kelelahan. Biasanya kalau lelah mulai muncul pertanyaan, Kenapa sih? Haha Memasuki akhirnya, mulai terdengar nasihat-nasihat Kebaikan suatu pekerjaan, atau amal, Baik tidaknya suatu amal dinilai pada akhirnya Karena kondisi akhir merujuk pada konsistensi Menunjukkan pada usaha pelaku untuk terus menjaga kebaikannya, tidak hanya pada awal masa, tidak lengah pada pertengahannya, namun juga terus menjaganya hingga akhir. Maka nasihat tersebut menjadi sebuah motivasi, penggerak untuk mengusahakan yang dilakukan pada masa akhirnya merupakan yang terbaik Mengupayakan apapun yang, bahkan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan untuk menjadi lebih baik semakin mendekati pada akhirnya. Usaha yang dilakukan perlahan membawa kesadaran bahwa Diri ternyata selama ini tak pernah bergerak sendiri Ada Yang Maha Dekat yang selalu menemani Maka dalam bisik lirihnya pada bumi, sepenggal harap disampaikan Wahai Pemilik Hari Akhir, berkahilah kami akhir yang baik Kumpulkan kelak kami dalam kebaikan kasih sayang abadiMu Usaha dan harapan tersebut kemudian terbawa pada apa yang fisik tengah lakukan Sederhana saja, dalam persiapan gegap gempita Raya, diri mendapat tugas mempersiapkan sebuah kudapan Kudapan khas keluarga, favorit kesayangannya Maka diri menyediakan waktu, tenaga, dan kesabaran yang begitu lapang dalam menjalani satu persatu tahapannya Saat akhirnya menikmati akhirnya, diri pun terkesima Tak menyangka akan sebaik itu, pun dikuatkan dengan sepenggal kalimat, “Pinter yang rela melalui pertahapnya dengan baik” Kesadaran itu pun terbawa pula pada amal, pekerjaan yang lain Pekerjaan fisik yang ternyata melibatkan pikiran dan tentu saja perasaan Semakin menyadari bahwa saat ini tengah memasuki masa akhirnya Maka dengan niatan untuk mengakhirinya dengan baik, diri mengusahakan lagi untuk bangkit Ternyata, masih saja terasa berat Berulang kali mengucap mantra untuk sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi Dimampukan, diberi kekuatan, diberi kelapangan saat mengusahakan akhir yang baik Berulang kali terhenti, berulang kali terisak, berulang kali sesak.. Kenapa masih saja terasa sempit begitu menghimpit bahkan saat niatan sudah ada? Tanpa sadar diri memaksakan untuk segera mencapai hasilnya Lupa jika kata kuncinya adalah Sabar menjalani setiap tahapnya dengan baik Lupa jika suatu niatan telah terucap, maka perlu ujian untuk membuktikannya Saat diri kembali muncul kebiasannya, Terbiasa terlindungi dari segala rasa tidak nyaman Memiliki ambang rasa tidak nyaman yang begitu rendah Memicu reaksi untuk segera mengakhiri rasa tidak nyaman saat itu juga dengan jalan pintas Saat kondisi ternyata memintanya untuk berteman dengan rasa tidak nyaman Reaksi pertama yang muncul adalah marah-marah, mempertanyakan banyak hal Dan kini lihat! Lihat lebih dekat nak, Diri yang masih dengan ambang ketidaknyamanan begitu rendah, telah bersedia untuk belajar menerima menikmati ketidaknyamanan Telah bersedia untuk mencoba menghadapinya dan mengusahakan akhir yang baik Tak lagi memilih jalan pintas untuk segera mengakhirinya, tanpa peduli baik atau tidak Maka Kebaikan dari Maha Baik, semoga senantiasa menjaga Hati Baik Maka Hati Baik semoga senantiasa menjaga dirinya agar selalu dalam kebaikan Setiap diri tengah menjalani tahapannya nak, Tahapan yang telah begitu terukur, tak pernah melesat sedikit pun, khusus untuk yang menajalaninya Maka tak mengapa jika tahapan yang terlihat berbeda dengan yang tengah orang lain jalani Karena jalannya, terbuat khusus untuk yang menjalani Jadi sudah jelas berbeda
Dekatkan pandangmu pada persamannya nak Bahwa semua sama sedang berjuang menjalani tahapannya sebaik semampunya Begitu pula dengan mu bukan? Saat lagi-lagi terasa berat dan menyesakkan Menepilah.. Alih-alih menghindar dan menyudahi dengan paksa, Hayatilah.. Tugas kita hanyalah sebatas menjalani setiap tahapnya dengan baik dan ingat jalan ini tak pernah kamu jalani sendiri Ada Kekuatan Yang Maha Besar yang senantiasa dekat dan mendengarkan..
Menepi boleh Berhenti jangan.. Akhirilah kik, dengan kebaikan..
Yogyakarta, 25 Mei 2022 Menepi setelah berhari-hari memaksa berlari dengan cara orang lain
0 notes
setyasri · 3 years
Text
Ruang
Di Ruang rindu, kita bertemu.. ~~~ Beri juga aku Ruang bebas dan sendiri Jangan datang terus Aku butuh tahu seberapa ku butuh kamu Percayalah, Rindu itu baik untuk kita..
---
Tak tahu musti memulai dari mana untuk sesuatu yang telah berputar begitu lama hingga salam pun terlupa :D
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh Pagi tadi pengeras suara masjid masih mengabarkan kepergian Semoga teman-teman masih selalu terjaga dan menjaga kebaikan Tak mengapa jika sedang seperti diri yang tengah kembali goyah dalam perjalannya, mengupayakan kebaikan Lagi memasuki masa tak sadar diri, hingga jemari kembali mengantarkan pada tempat ini Halo yang terkasih, apa yang sedang kamu butuhkan? :’) Sebuah ruang sepi untuk menepi Sebuah ruang lapang untuk mengutarakan Maka sampaikanlah nak, yang selama ini sibuk berputar memenuhi pikiran, tanpa kuasa melewati secelah lisan.. Tak kan apa jika belum ada tempat yang dirasa tepat Hanya ingin kau tahu, suara mu pun berharga untuk diperdengarkan :)
Kembali berawal dari resah yang begitu lekat Tak jua pergi meski telah begitu banyak cara dicoba untuk menangani Berpura sigap, berpura berapi, berpura riang, bersembunyi dalam dendang, teredam gelak tawa yang menggelegar hingga saat riuh kembali bertemu senyap Sesak kembali hadir membuncah memenuhi dada Halo Sesak, terima kasih telah mengabarkan kedatangan Terima kasih telah menjadi pertanda untuk diri duduk dengan rapi, menyadari nafas dan kembali menyadari serabut pikir Apa yang sedang kamu rasakan sayang? Apa yang sejatinya tengah kau inginkan?
LARI
Bukan, bukan lari yang selama ini kita ketahui Bukan lari yang selama ini kita kuasai dalam menghadapi setiap yang membawa tak nyaman Lari yang serupa, berangkat dari hal yang sama tapi untuk arah yang berbeda
Untuk diri, untuk menjemput nyaman Tapi tidak dengan menghindari ketidaknyamanan Tapi dengan mencoba menghadapinya
Lihat, betapa telah bertumbuhnya dirimu nak, Lihat Si Berani yang berhasil kamu panggil kembali Bukan untuk bertahan tanpa pandangan Tapi untuk berperan sewajarnya Terima kasih telah mengusahakannya dengan baik ya nak :) Lantas apa yang kau butuhkan nak? Apa yang masih membuatmu duduk termangu disini?
RUANG
Bukan ruang hampa sepenuhnya Ruang dimana tempat membebaskan untukku lari dengan gayaku dengan kemampuanku dengan caraku meski aku lari dengan kedua tangan bukan dengan kedua kaki meski bagi mereka lari dengan kaki akan lebih cepat tapi dengan tangan aku menemukan yang aku butuhkan
Sebuah ruang dimana warnaku dari ruang sebelumnya bisa mewarnai Sebuah ruang dimana warna dari ruang baru tak sepenuhnya membutakan warnaku aslinya Sebuah ruang dimana ruangku sebelumnya aman tak terjamah mereka yang tak diijinkan Sebuah ruang dimana aku tak perlu memasuki ruang milikmu sepenuhnya Sebuah ruang tengah, ruang baru yang menerimaku dengan segala warnamu Ku harap kau pun membawa warnamu yang sebenarnya Kita warnai ruang baru ini Perlahan, bersamaan, tanpa paksaan Aku dengan caraku Kamu dengan caramu Seimbang, tanpa timpang
Mungkin satu dua warna dariku mengejutkanmu Mungkin banyak warna yang tak sepenuhnya ingin ku perlihatkan padamu Begitupun mungkin tak semua warnamu bisa ku terima Mungkin banyak warna yang sebelumnya tak ku kenal, hingga aku membutuhkan beberapa waktu untuk memahaminya
Sebuah ruang interdependensi Dimana tak selamanya aku bergantung padamu tapi juga ada saatnya kau merebah padaku Bukan pula ruang yang hanya aku yang mewarnai Ruang yang kita bangun dengan cara kita masing-masing Aku dengan segala keanehanku dalam berlari
Dan bahkan mungkin saat kau perlu lari tanpaku Selama kita masih saling menjaga ruang ini untuk tak saling menyakiti
Tidak semua ruang untuk semua orang Tidak semua ruang dengan warna yang lain Mungkin ruang denganmu mudah terbangun Tapi ada pula yang meski telah bertahun, ia tak terbentuk Maaf untuk yang belum bisa memasukinya atau untuk yang pernah didalamnya, namun tak lagi merasa aman
Sama seperti diri Ruang ini masih terus bertumbuh Hanya jika arah tumbuhnya tak lagi sama, Maka semoga tak lagi saling memberi luka
Sama seperti diri yang berhak atas sebuah kebaikan Ruang pun berhak memilih tamunya Mungkin terasa pahit Tapi kadang itulah yang justru menyembuhkan Maka bijaksanalah memilah pahitnya Karena tak semua pahit membawa kebaikan Pun tak semua manis membawa kebahagiaan.
Terima kasih telah memberi ruang untuk dirimu kik, Terima kasih telah selalu membangun ruang untuk mereka bertandang dengan nyaman Kebaikan kik, yang perlu diusahakan Bukan semata kenyamanan Tapi selama kebaikan dan kenyamanan bisa saling berdampingan Maka semoga kelak bisa kau pertimbangkan
Kamu selalu bisa memilih kik, namun ingat untuk selalu meluruskan niat dalam menjatuhkan pilihan Bukan untuk semata pembenaran atas nama kenyamanan Namun selama kenyamanan membuatmu bertahan pada kebaikan Semoga pilihanmu tak melenakan
Mencukupkan dengan segala kerendahan hati Semoga mendewasakanmu dalam merasa, menyadari, menyuarakan dan kemudian menerima setiap paket nyaman tak nyaman dengan hati lapang Terima kasih telah menepi Mencipta ruang untuk diri Terima kasih telah menyadari Kapan menjeda dan kapan memulai lagi :)
Selamat melanjutkan perjalanan kik Semoga kali ini pun kau selamat mencapai tujuan :D Selamat menikmati liku, lapang, turun, naik, badai, sengat, dan segala macam sensasinya Saat diri lelah Ingat untuk kembali :)
Teriring rintik mendung menyejukkan yang berubah menjadi deras menghujam turut memeriahkan langkah, bukan untuk medamkannya Yogyakarta, 20 Januari 2022 Yang selau merindu untukmu kembali, Diri
0 notes
setyasri · 3 years
Text
Hujan
Hujan, kau ingatkan aku tentang satu rindu Di masa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu Terbayang satu wajah penuh cinta, penuh kasih Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan Kau, Ibu.
Beberapa hari ini langit Jogja kembali ditemani hujan seharian Sejenak mereda untuk kemudian menghujam demikian deras Setiap kali hujan, tak hanya air yang terbawa Entah, kenangan dan segala rasa turut mengalir
Irama di atas selalu terngiang saat rintik mulai mengalun Kelabu langit entah bagaimana turut membawa hati kelabu Selalu penasaran mengapa halilintar, riuhnya suara hujan dan gelap langit memunculkan perasaan tak nyaman Pada titik tertentu pernah mengantarkan pada perasaan tak tenang yang selalu memburu untuk segera pulang, mendekam di tempat aman Semengancam itukah hujan?
Ya, mungkin sama seperti kebanyakan, hujan terkadang mengantarkan pada rasa tentram Menurunkan banyak sekali kenangan Mengalirkan berbagai gambaran pengalaman yang telah lalu Bagi saya, hujan juga memunculkan perasaan sebal, gloomy, stuck, tak berdaya, frustrasi Hujan seolah membuat saya terhenti dalam melakukan segala aktivitas saya Hujan seolah selalu menuntut perhatian saya dan tidak mengizinkan saya melakukan apapun selain menyimaknya dengan khidmat penuh perhatian Hujan tak memberi pilihan dan saya benci perasaan itu Saya sangat tidak menyukai perasaan dimana saya tidak memiliki pilihan Saya sangat frustrasi saat menyadari saya tidak bisa bergerak bebas kecuali menerima dan menunggu dengan sabar Situasi-situasi itu saya temukan setiap kali hujan, menanti satu-satunya jalur bus yang melewati tujuan saya, dan anehnya hujan mengingatkan saya pada dua wajah
Entah karena lirik lagu di awal tulisan ini Entah karena hujan memunculkan perasaan yang sama saat saya mengingat sosoknya atau entah mungkin ini hanya asosiasi bebas saya yang tak mendasar Tapi wajah pertama yang terlintas adalah Ibu dengan segala sikap yang begitu teguh memegang nilai yang ia anut Sayangnya dalam memori terbatas saya, sikap dan segala nilainya membatasi keinginan saya yang berapi-api Pun dengan segala keterbatasan pemahaman saya, yang bisa jadi justru tanpa sikapnya mungkin kini saya tengah tertelan bulat-bulat oleh baranya Hanya saja rasa yang selama ini tak mampu saya akses, tak kuasa saya amati dengan baik untuk kemudian saya kenali berkali-kali muncul saat hujan turun Ternyata saya benci saat tak bisa melakukan apapun, merasa tak mampu mengusahakan yang bisa dilakukan saat menghadapi suatu situasi dan sayangnya, dewasa membawa kita pada banyak sekali hal yang tidak kita inginkan, namun tetap perlu dihadapi Menjadi dewasa ternyata berkali-kali dihadapkan pada hal-hal yang kita benci, berulangkali terbentur pada hal yang begitu kita takutkan, namun tak ada jalan selain dihadapi Termasuk dihadapkan pada sisi-sisi diri yang begitu kita benci, dihadapkan pada monster dalam diri yang selama ini kita pendam, kita kubur dalam-dalam Ironisnya semakin kita menghindar, semakin tak ingin dihadapi, ketakutan tersebut justru hanya semakin membesar, mengetuk lebih kencang, menuntut untuk segera diselesaikan :) Tak kemana-mana, tak berubah menjadi apapun, semakin membesar, semakin tak terkendali Hingga mengantarkan kita pada satu kejadian tak terelakkan, yang meski begitu terasa pedih, tapi semoga membawa pada kesadaran
Sama seperti sosok yang entah bagaimana pernah saya kaitkan pula dengan hujan Bagi saya memandangi ia dari kejauhan mendatangkan ketentraman Menikmati suaranya, penampakannya dari tempat persembunyian begitu menyenangkan Bermain riak sesekali untuk kemudian kembali pada tempat aman namun tidak saat harus sepenuhnya terguyur hujan sangat tidak nyaman saat tanpa perlindungan, tanpa jaminan sepenuhnya menengadah dibawah hujan muncul begitu banyak ketakutan dalam pikiran saat mencoba bermain hujan Bagaimana jika nanti sakit? Betapa repot mencuci baju yang basah Betapa tidak nyaman saat baju yang basah menempel pada badan yang berkeringat Lembab, berat, dan melelahkan Hingga menjelang usia 25 baru menyadari, saat itulah pertama kali memberanikan diri Memperbolehkan diri berbalut jaket seadanya bebas menerima guyuran hujan ditengah riuh rendah nyanyian Hah.. ternyata cukup menyenangkan Melelahkan memang setelahnya, lembab sudah pasti, lapar tak tertahan tak bisa terhindarkan namun ternyata cukup menenyangkan dan melegakan dan ternyata tak hanya jadi kenangan tapi juga pembelajaran yang cukup berarti
Haaaah… Kalau sudah melewati memang ya bisa kita kenang dengan senyuman Tapi saat menjalani, Luaaarrrr biasaaaaa begitu mengurasssss segala macam kekuatan yang ada dalam diri kita Pertama kali memberanikan diri mendekat lebih erat pada riak sosok yang dikaitkan pula dengan hujan, si pemilik wajah kedua Rasa-rasanya tidak hanya hujan badai saat itu, haha topan? Badai? Halilintar? Guntur? Semua menjadi satu Berkecamuk dalam dada, tidak hanya satu-dua hari, berhari-hari, dan tanpa dikenali Hanya terasa tanpa tau sebenarnya apa Hingga sebuah kesadaran menyapa Ternyata saya tidak cukup berani untuk sepenuhnya, seutuhnya bermain hujan bersamanya, kala itu dan ketika akhirnya takdir memberi kami permainan masing-masing, yang tidak lagi menempatkan kami pada arena yang sama apa yang terjadi? Meledak-ledaklah ia, haha Berupaya sekuat tenaga mempertanyakan KENAPA?! Apakah aku tidak cukup pantas? Bukankah sejauh ini telah ku usahakan segal yang terbaik dari dalam diri? Meskipun sudah berusaha sedemikian kerasnya aku masih tidak pantas? Apakah boleh mengharapkan kesempatan lain? Bagaimana bisa ia begitu bahagia di arena permainan barunya, Sedangkan aku disini meratapi arena permainan tanpanya? Oh, lihat! Teman sepermainannya pun nampak bahagia Inikah saatnya aku merelakan? Inikah memang saatnya kita melanjutkan perjalanan masing-masing?
Satu pun tak ada jawaban pada saat itu Satu hal yang diketahui hanya cukup dengan terus berjalan apapun yang terjadi Menjeda boleh, tapi tidak untuk sepenuhnya berhenti Perlahan.. dengan begitu lembut.. Satu persatu kenyataan terlihat lebih jelas Satu dua menampar dengan perih tapi sama-sama menyadarkan Meskipun dengan pengulangan berkali-kali, berkali-kali, yang bahkan setelah berkali-kali pun masih terus berulang..
Haha, sangat abstrak ya? Lantas apa hubungannya? Hujan yang saya kaitkan pada wajah pertama membuat saya merasa tak kan bisa kemana-mana, tak bisa apa-apa Satu-satunya jalan agar saya bisa bergerak, meski bukan sesuai dengan yang saya sukai, ialah dengan menuruti segalanya, tanpa tapi, tanpa petisi karena jika tidak, saya akan kehilangan tempat aman saya saya akan ditinggalkan sosok aman saya Hujan yang saya kaitkan pada wajah kedua membawa saya pada rasa aman yang bersyarat Saya berpikir jika saya ingin merasa aman, maka saya perlu bersikap, berperilaku seperti yang ia mau Dan yah selama kurang lebih, hm.. 10 tahun, haha saya hanya bersikap, bereaksi yang kira-kira ia sukai, sama sekali tak memikirkan apakah itu menyiksa bagi saya, atau bahkan berpikir apakah itu baik untuk saya. Keren ya bisa menyadari itu? Bagi saya proses yang perlu dilalui, dan kenyataan bahwa hal itu bisa terlalui lah yang membuatnya keren Kesadaran ini saya dapatkan setelah sekali lagi saya tenggelam dalam sebuah pusara yang amat menyesakkan
Sosok ketiga wajah ketiga, yang sebenarnya ga terkait amat sih sama hujan, tapi ternyata tanpa saya sadari sangat erat dengan wajah pertama Randomly, haha, atau itu yang saya kira, saya temui baru-baru ini Hmm, tapi setelah dipikir-pikir kalau mau dihubung-hubungkan dengan hujan ya bisa sih Dia datang sesuka hati dia Mendadak Tanpa peduli apakah kita siap atau tidak Dia mau datang ya datang aja dengan pemberitauan secukupnya, Guntur misal, awan mendung mungkin Tanpa peduli saat itu kita sedang menginginkan dia datang atau tidak Persis seperti hujan akhir-akhir ini Bodo amat meski kemarin sudah seharian menderas Pokoknya hari ini aku mau datang lagi Bodo amat kemarin kamu basah kuyub dan sekarang masih mengeringkan diri Pokoknya aku menghujani kamu lagi, haha Daaan.. saat udara mengering Suhu naik, debu berterbangan, saat kita kegerahan yang kita cari? Es, haha, minuman dingin tanpa sadar kita merasa tidak mengharapkan hujan datang karena biasanya pada masa itu kita cukup tau bahwa dia tidak datang saat kita menginginkannya Cukup heran saat kini melihatnya lagi Why? Mau-maunya sih kiiik mempertahankan sosok seperti itu? Bahkan saat kesadaran untuk melepaskannya pun, saya tidak serta merta melepaskannya Tapi somehow aku tetep butuh hujan kok Meski mendadak, tapi tetap menyegarkan kok dan alasan lainnya..
Sampai pada titik lagi-lagi badai Tanpa sepenuhnya paham apa yang sebenarnya terjadi Hanya tau tidur tak lagi mengobati lelah Dada begitu bergemuruh tanpa tau apa yang sebenarnya sedang riuh Hanya tau perasaan asing ini muncul setelah interaksi dengan wajah ketiga Maka keputusan sementara yang diketahui sebatas Wajah ketiga tidak sepenuhnya aman untuk berlindung Bahkan dia juga mirip sekali dengan wajah kedua Datang untuk mengacak-acak apa yang telah sekuat tenaga telah ditata dalam dada Begitu mudah baginya datang, mengobrak-abrik segalanya, kemudian pergi begitu saja Membiarkan diri pada pusara sekuat tenaga menata ulang yang porak poranda untuk lagi-lagi dia datang seperlunya, tanpa pemberitahuan, dan lagi-lagi mengacak-acak semau dia Apakah tidak lelah kik? Iya sih relasi yang sejauh ini ku ketahui beginilah modelnya Apa iya tak ada model yang lain? Apa iya, inikah satu-satunya jalan untuk merasa aman? Semenyiksa inikah untuk layak dicintai?
Yap, begitulah saat pada akhirnya telah kita lalui Arena permainan yang sebenarnya juga saya pilih sendiri secara sadar tapi pada awalnya, sampai sekarang juga sih sebenarnya, haha Kerap sekali saya rutuki Penuh dengan segala keluh Betapa melelahkan, begitu kejam tanpa ampunan, begitu menyiksa, begitu pedih, begitu menyesakkan, begitu gelap dan menyeramkan Satu sisi ternyata juga begitu melegakan, begitu penuh dengan rasa haru yang begitu teduh, berlapis sykur yang tiada habis Banyak sekali, banyaaaak sekali kebaikan yang dipertemukan meski melalui pertemuan-pertemuan tak terduga yang mungkin terasa tak nyaman pada awalnya namun ternyata berbuah obat? Hm.. atau mungkin hadiah terindah lebih tepatnya
Salah satu hadiah terindah yang saya temui adalah Kesempatan berproses bersama wajah keempat, sosok keempat Apakah ada kaitannya dengan hujan? atau wajah-wajah sebelumnya? Hmm.. kalau dirasa-rasa sepertinya ada, :D Awal hadirnya terasa seperti hujan Menyejukkan? Hmm sepertinya bukan itu, haha Kesan yang saya tangkap adalah dingin, kikuk, bingung Persis saat hujan datang, cukup membuat saya kebingungan apa yang bisa saya lakukan? dan anehnya pada momen-momen tertentu, hadirnya mengingatkan pada sosok wajah pertama Kehadirannya, menemani disisi memberi rasa aman yang serupa saya rasakan saat bersama wajah pertama. Rasa aman tanpa syarat. Hadir begitu saja tanpa menuntut usaha berlebih.
Dengan seizin Pemilik Arena Permainan, sepanjang saya bermain dengan sosok wajah keempat ini, perlahan kami menyadari Terdapat seuntai rantai yang membayang di belakang kita Tidak semua mata rantai berawal dari hal baik Dan sayangnya jika dibiarkan mata rantai itu pun akan berlanjut menyambung ketidakbaikan yang terus terjalin melalui diri kita Permainan yang sangat memikat saya, yang sangat saya nikmati hingga lupa waktu, hingga kelelahan karena saking serunya, ialah permainan pemikiran. Luasnya arena yang saya miliki bisa dengan apik dan mudahnya ia isi dengan sangat cantik melalui kekayaan wawasannya yang menjadikannya seru justru hal itu sama sekali tak nampak dari sederhana tampilannya Kekayannya hanya bisa dilihat oleh mereka yang benar-benar mau mendengar Sangat beruntung, mendengar menjadi salah satu keberkahan dari Sang Maha Baik yang berkenan dititipkan pada orang yang senang sekali bermain-main ini, :D
Melalui permainan-permainan yang banyaknya kami jalani di arena masing-masing, anehnya saat kami saling bertukar, kami merasakan hal yang sama, seolah melalui arena yang sama dengan versi kami masing-masing Maka bertemu dengannya seolah menguatkan lagi hasil yang diperoleh selama melalui arena permainan yang kebanyakan terasa tidak mudah, memeras otak dan segala macam energi Bersyukur dengan bertukar cerita perjalanan dengannya saya mengenal salah satu peran kita disini saat ini Kita adalah perentara Jembatan dari panjangnya untaian rantai yang sama sekali tak kita ketahui asal mulanya Banyak hal yang kita terima sejauh ini merupakan untaian dari yang sudah-sudah Sadar tidak sadar disampaikan, turun temurun dari para pendahulu kita Baik tidak baik semua terbawa oleh arus masa Tak terpelakan memang, satu dua hal yang sampai pada kita tanpa bisa kita ubah Kabar baiknya kita selalu bisa memilah dan memilih Mana yang akan kita putus mata rantainya Mana yang akan kita pertahankan sambungannya atau mana saja yang perlu kita perbaiki kaitannya atau mungkin kita ganti dengan mata rantai yang baru Kita selalu bisa mengusahakan mata rantai yang lebih baik untuk diteruskan pada generasi setelah kita, atau jika itu terlalu jauh Selalu bisa kita pilih untuk kita tularkan, bagikan dengan mereka yang saat ini berada disekitar kita Jelas dengan syarat dan ketentuan yang berlaku Salah satunya adalah Sadar
Sadar menjadi mata uang yang sangat mahal untuk menukar pemahaman-pemahaman yang telah kita miliki dengan pemahaman baru Tapi itu sepadan dengan kelapangan, kelegaan, syukur, haru, yang akan kita dapatkan dengan meluasnya pemahaman demi pemahaman dengan segala keterbatasan yang kita miliki. aaah, pada akhirnya setiap arena permainan yang kita sambangi sebenarnya melatih ketajaman kesadaran kita Hanya saja kemudian kembali kepada kita Kita yang selalu bisa memilih ini Apakah mau memilih mengusahakan kebaikan dari pemahaman-pemahaman yang dititipkan..
Sesedarhana misalnya, dengan menyadari ternyata tidak semua bekerja dengan formulasi aku harus cukup tersiksa untuk layak dicintai tapi orang-orang yang kutemui hanya bekerja dengan formulasi itu apakah lantas kita akan bertahan dengan formulasi yang sudah ada, atau berpindah untuk menemui orang-orang yang lebih tepat atau Hanya karena kita pernah pada posisi harus tersiksa terlebih dahulu untuk merasa layak dicintai apakah kemudian kita akan menempatkan orang lain dalam keadaan tersiksa terlebih dahulu agar layak mendapatkan cinta dari kita? Enak aja ya kan, dia dapat cinta semudah itu sedangkan kita harus tersiksa terlebih dahulu, haha atau pemahaman yang mengantarkan pada aah.. ternyata meskipun aku sudah begitu tersiksa untuk menunjukkan cintaku padanya, aku tidak mendapatkan cinta yang selama ini aku harapkan dari dia apakah kita akan bertahan dengan cara itu, atau menyadari cara itu telah usang dan kini sudah saatnya cara baru perlu digunakan..
Haha, begitulah kira-kira permainan yang sering saya mainkan saat diarena permainan pikiran :D Tak kerasa, hah, bohong banget, padahal kerasa bangeeeet, haha Saat ini, telah sampai pada tahap akhir arena permainan yang saat ini tengah saya jalani Pada titik ini meski menengok lagi tetap terasa beratnya, tetap terasa melelahkannya, tetap terasa tidak mudah, tapi anehnya semakin berlapis-lapis pula rasa bersyukurnya Bersyukur pernah babak belur di arena permainan ini Bersyukur pernah bersitegang dengan mereka teman sepermainan di arena ini Sebagian dari kami pun pada akhirnya telah melanjutkan pada arena permainan mereka selanjutnya Saya? Haha Pernah bertahan denga pemahaman sejauh apapun kalian melangkah, aku tetap disini! aku akan tetap bertahan meskipun kalian tinggalkan! Haha Masih merasa berat meninggalkan arena ini begitu saja Tapi semakin bertahan juga terasa semakin berat Lagi, pusara masa tak membiarkan kita berlama-lama padanya Meski banyak sekali hal-hal yang menguras tenaga, tapi juga tak terkira kenangan indah didalamnya Menyenangkan, menenangkan, memahamkan
Jika ada pilihan mengakhirinya begitu saja, rasa-rasanya ingin menyudahi disini Sudah Cukup Tutup Selesai Habis Tapi.. Lagi-lagi arena ini sepertinya masih menyuguhkan satu permainan terakhirnya Tentang bagaimana mengakhirinya dengan baik dalam batas waktu yang ditentukan Bagaimana menutupnya dengan layak dalam standar yang telah ditentukan dan kemampuan yang kita miliki Meski sama sekali masih belum tau akan seperti apa pada akhirnya Yang jelas sama seperti yang selalu saya gunakan pada permainan-permainan sebelumnya Saya masih memilih untuk terus melangkah, untuk sekali lagi mencoba berjuang, untuk lagi dan lagi bertahan agar terus berjalan Meski tertatih, meski tergopoh, arena ini tak pernah memberi pilihan untuk berhenti.
Maka dengan segala kerendahan hati dan sepenuh harap Sekali lagi semoga Sang Muara Segala Harap berkenan menguatkan dan memampukan untuk menampilkan permainan terbaik yang bisa dilakukan di tahap akhir ini. dengan segala dinamika di tahapan ini dengan perjuangan para teman sepermainan yang juga pada tahap ini dengan versinya masing-masing
Selamat melangkah lagi, diri Selamat menikmati sajian terakhir dari arena permainan kali ini dengan khidmat Selamat mengakhiri segala hal yang telah diawali dan dijalani dengan sangat baik, sejauh ini Sama seperti arena sebelumnya dan juga arena ini yang tak pernah kita ketahui bagaimana kedatangannya, bagaimana akhirannya, bagaimana pelajaran yang akhirnya kita dapatkan selain dengan kita menjalaninya setahap demi setahap Setiap awal akan berakhir Begitupula setiap akhir merupakan sebuah permulaan Selagi masih diberi kesempatan oleh Sang Maha Pemelihara, maka peliharalah dirimu dengan sebaik semampumu..
Sama seperti tulisan ini yang pada awalnya sangat susah untuk memulai berulang kali terhenti dan memulai lagi selama proses penyusunannya pada akhirnya saat kamu memutuskan untuk tetap mengerjakan dan tidak menyerah pun bertemu pula pada ujungnya dan panggil kembali setiap rasa yang kamu sadari pada setiap ujungnya lega dan syukur mendalam karena telah memilih untuk menjalani dengan baik saat ada banyak jalan untuk menyerah dan mengakhirinya begitu saja Maka ingat lagi setiap wajah yang menguatkan dan pandangi lagi wajah diri yang selalu menanti kebaikan demi kebaikan lahir dari dirinya serta tundukan wajah dihadapan Sang Pemilik Segala Wajah bahwa tak akan ada diri, wajah, arena permainan, teman sepermainan, mata uang kesadaran, maupun pemahaman tanpa kehendakNya.
Selamat berjuang diri, untuk setiap kebaikan yang kau rindukan Ambil kembali jeda dan temui lagi melalui tulisan atau apapun yang menenangkan saat perjalanan melelahkan Boleh rehat tapi tidak terhenti dari yang selalu mendukungmu sepenuh hati Yogyakarta, 14 November 2021 berteman selarik cahaya senja setelah seharian mendung dan berhari-hari hujan
0 notes
setyasri · 3 years
Text
Syukur
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh 2021 memasuki akhir pertengahan pertamanya dan masih saja berdebar saat melirik angka yang menunjukkan tanggalnya Hari-hari ini semakin berdebar dengan kabar semakin banyak Rumah Sakit yg sedang tidak dapat menampung lebih banyak pasien Meskipun telah menambahkan tenda darurat dan menempatkan pasien pada setiap ruang yang memungkinkan Pandemi bagi Ibu Pertiwi belum berakhir Semoga Anak Bangsanya masih selalu diberi kekuatan, kelapangan hati, dan empati dalam memaksimalkan ikhtiar pada perannya masing-masing
Satu tahun ini nampaknya berat ya buat kita, buat seluruh dunia mungkin ya Bagi saya cukup terasa berat Apalagi sebelum pandemi juga mengalami “ledakan” personal Yang yaa mau tidak mau dijalani tertatih Meski terasa sangat berat, Toh buktinya kita telah sampai pada hari ini Apapun keadaannya Penuh luka, compang-camping, sedang dalam masa penyembuhan, atau masih perih segar, haha Meski sama sekali tidak mudah, nyatanya kita masih diberi kesempatan hingga saat ini Entah dengan cara bertahan, menghindar, melawan atau hanya terhenti tanpa melakukan apapun :’)
Merasa telah melakukan banyak hal Sekaligus merasa tak kemana-mana, tak mencapai apa-apa Bundet. Semakin berusaha membebaskan diri, semakin terikat erat Tahu musti terus berjalan tetapi bingung mau memulai dari mana atau, tahu memulai dari mana tapi hanya berhadapan dengan ruang hampa Terhimpit dari berbagai arah tapi tak ada ruang untuk melangkah Silau dengan perasaan-perasaan yang diciptakan sendiri oleh pikiran Saking sesaknya, setahun lalu, saya hanya memiliki satu harapan Menjalani apapun yang memang harus dijalani dengan hati penuh rasa syukur Bukan karena merasa bersalah, bukan karena tertekan Berpikir bagaimana segala sesak yang dirasa dapat berubah menjadi sesuatu yang ringan dalam menjalaninya Saat itu, saya kira jawabannya adalah dengan hati penuh syukur
“Oke. Kalau begitu Syukur itu apa?”, tanya seorang kakak, seorang perantara yang membantu saya menyadari, mengenali, dan menerima keruwetan dalam diri Jawaban terbaik yang bisa saya sampaikan pada saat itu adalah, “Menerima segala sesuatu apa adanya, tanpa mencela, tanpa mengharap lebih.” “Bolehkah saya menyampaikan sudut pandang saya?”, lanjutnya. “Syukur adalah saat dimana dengan apapun yang ada pada diri kita, bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.”
Jeda. Bahkan dalam penulisan ini pun terjadi lagi jeda.
Tertampar dan bengong. Mulia sekali pemikiran itu. Apakah mungkin saya lakukan? Yang pada saat itu menyadari apa yang dipunya pun masih tertatih Baikla jika itu standarnya, pikir saya saat itu Tapi saat ini saya masih berjuang dengan penerimaan dengan kondisi saya Jadi saya pikir, saya selesaikan dulu PR menerima ini Baru nanti perlahan saya menuju kesana Begitu kira-kira dialog yang terjadi dalam diri saya
Hari berganti hari Bulan berganti bulan Masih sama keinginan saya Menjalani semua yang memang harus saya jalani dengan hati ringan, dengan penuh rasa syukur Apakah terjadi? Seringnya tidak.
Sibuk sekali menyalahkan kondisi-kondisi di luar diri saya yang menempatkan saya pada situasi yang sulit. Sepeda motor yang melintas dengan suara knalpotnya. Perbaikan aliran listrik yang memutus saya dari kehidupan digital. Awan mendung yang membuat saya merasa tidak bersemangat. Celoteh anak-anak, obrolan seru ibu-ibu kompleks di mamang sayur keliling yang membuyarkan konsentrasi saya. Kipas angin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya saat suasana panas atau Kipas angin yang justru terlalu berisik setelah diperbaiki. Hujan deras yang entah bagaimana terasa mencekam dengan menghadirkan segala pikiran-pikiran kalut yang selama ini sebisa mungkin dipendam. Atap yang tidak menaungi dari hujan. Pertemuan dengan seorang teman yang justru membawa “petaka”. Repotnya harus mempersiapkan makanan untuk sekedar bisa disantap dengan seadanya. Harga jasa pesan antar yang semakin tidak masuk akal Apapun. Apapun. Sekecil apapun terasa begitu mengusik dan membebani. Sehingga semakin mendorong saya untuk menghindarinya. Sekecil apapun situasi tak nyaman cukup bagi saya untuk menjadi alasan menghindar dengan bermalas-malasan. Berjam-jam memeriksa kehidupan orang lain. Kelelahan dan kemudian beristirahat dengan berjam-jam mencari video yang bisa menentramkan. Tentram yg datang karena teralihkan dari rasa tidak nyaman. Saat kembali menghadapi realitas, beban bertumpuk-tumpuk seakan kembali menghadang. Satu hari begitu sangat cepat. Kelelahan melarikan diri saat siang hari untuk istirahat malam yang tidak tenang. Berharap berlalunya hari, secara otomatis akan mengurangi beban yang selama ini dirasakan
Sayangnya beban tersebut sedikitpun tak berkurang dan semakin hari justru semakin menggunung Satu, dua kali peristiwa melegakan mengabarkan bahwa beban yang harus dihadapi, mendapat penangguhan, untuk beberapa waktu Waktu yang diberikan pun tidak untuk mengejar mengurangi beban yang dirasa, tapi justru digunakan untuk semakin jauh bersembunyi.
Hingga mendapatkan tawaran pelarian Pada awalnya cukup waspada dengan membatasi waktu tertentu agar tak terlalu jauh melarikan diri, agar tau jalan pulang, agar siap hadapi lagi kenyataan Pada akhirnya, totalitas menenggelamkan diri Kapan lagi dalihnya, padahal yang sebenarnya adalah ingin melupakan kenyataan Pada saat penutupan Pada saat akhirnya kembali lagi pada kenyataan, Menangislah tersedu sedan Betapa perih dan berat pada dada Banjir air mata seolah sama sekali tak meringankan Meringkuk sedalam apapun sedikitpun tak memberi rasa aman
Semenakutkan itukah kenyataan?
Tangisnya pecah saat pemahaman-pemahaman yang menamparnya sepanjang pelarian Orang-orang yang melangkah bersamanya, dalam pelarian baginya itu ialah mereka yang dipandang memiliki kelebihan nikmat. Padahal orang-orang yang memiliki kemiripan memiliki kecenderungan untuk berkumpul dalam satu lingkaran Maka diri pun pada akhirnya menyadari kelebihan nikmat yang dimiliki. Kembali pada pengertian syukur yang ia dapat dari Sang Perantara, “dengan kelebihan nikmat itu kik, apa yang sudah kamu lakukan?” Bak petir menyambar segala macam bentuk pelarian pun berkelebat nyata.
Kesadaran ini bahkan belum sepenuhnya mau diterima Sebab bagian sisi diri masih menginginkan untuk lari Karena baginya, lari terasa lebih nyaman, hanya karena lupa, tidak menyadari ketidaknyamanannya. Lantas apakah akan selesai jika begitu seterusnya? Kesadaran ini masih belum sepenuhnya diterima, Sebab ia paham betul ada hal yang perlu dilakukan bersamaan kesadaran yang didapatkan.
Tulisan ini bukan untuk glorifikasi Melebihkan, menyombongkan suatu proses berpikir, maupun kesadaran yang dicapai Tulisan ini justru sebagai sarana untuk diri melepaskan dari arus pikir yang mengukungnya Tulisan ini juga sebagai upaya mengabadikan ingatan yang mudah teralih
Memang semua membutuhkan proses kik Justru karena membutuhkan proses itulah, kamu perlu memulainya sekarang Mungkin aka nada banyak sekali hal tak terduga di depan sana Tapi justru dengan banyak sekali hal yang tak terduga itu kita perlu mempersiapkannya sekarang Tak ada yang kita miliki kik, tak ada yang bisa kita lakukan, selain saat ini. Masa lalu sama sekali tak kan mampu kita ubah kik, Meskipun pemahaman-pemahamannya masih bisa terus kita perbaiki pada masa kini Masa depan sama sekali tak ada yang bisa menggenggam namun kita selalu bisa mengusahakannya dari masa kini
Cukup sadari apa yang kamu lakukan saat ini apakah mendukung tujuanmu dimasa depan Cukup sadari apakah masa lalu terus membayang lantaran masih saja terus kau bawa Tak kan mampu kik Tak akan mampu kita arungi segalanya Maka melepaskan sejatinya menyerahkan pada Yang Maha Segala Mampu Maka melepaskan sejatinya meringankan diri pada hal-hal yang ia mampu
Terima kasih masih terus berjalan dan berproses Baik dalam gelap maupun dalam berat Selama kamu memang sungguh-sungguh menuju kebaikan Yakinlah kamu akan sampai pada yang kau niatkan..
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (QS. Al Insyiqaaq 84 : 6)
Leher tercekat Mata berkaca Dada memberat Langit kelabu dan udara dingin Yogyakarta, 28 Juni 2021
0 notes
setyasri · 3 years
Text
Safe
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh.. Apa kabar teman-teman, memasuki 4/12 dari 2021? Membaik atau sama saja dengan 2020? Atau malah memburuk? Semoga perjuangan dan persiapan apapun yang tengah dilakukan, Diliputi dengan segala kebaikan ya..
Hari ini langit Jogja cerah sekali, (yang sebenarnya satu bulan lalu haha) Biru nyaris tak berawan, sejauh mata memandang Udaranya pun terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya Semestinya saya membuka dokumen lain Namun setelah membukanya Dan lantunan penyambut musim panas melenakan saya untuk menepi sejenak
Keinginan menepi yang urung akhirnya pun memanggil kembali Beberapa hari ini langit Jogja kembali menggelap Kabar datangnya hujan berkali-kali membuat penduduk Bumi terpaku Riuh air hujan terkadang tak terbendung hingga memaksa kami berhenti sejenak dari aktivitas kami Entah berteduh atau sekadar memandangi keriuhan air menjemput tanah yang terdengar begitu merindu
Saat hujan menyapa, dimanakah lokasi favorit teman-teman untuk berteduh? Atau adakah tempat menepi yang selalu dituju saat hujan tiba? Kalau saya sederhana saja, haha Pembaringan dan segala pirantinya Terutama si penghangat yang membalut dengan kelembutan haha
Anehnya beberapa tempo waktu terakhir tempat favorit ini tak lagi memberi rasa aman, Kenapa kah? Berkali mempertanyakan, rasa-rasanya ada yang tidak semestinya Saya tahu ada yang perlu dibenahi Saya telah berkali mencoba kemungkinan-kemungkinan untuk menjadi lebih baik Berkali pula terjebak pada rasa lelah dan menyerah.. Untuk kemudian tersadar, Kadang yang terasa melelahkan ialah suatu hal yang baik untuk kita Hingga kembali terjebak, manakah yang sebaiknya dilakukan? Mengupayakan atau Menyerah? Seberapa banyak upaya dan seberapa porsi untuk diserahkan..
Begitu terasa resah dan serba salah Pertemuan demi pertemuan akhirnya mengantarkan pada pemahaman Terkadang kik, yang perlu diubah tidak hanya perilaku atau perbuatan Lebih dalam dari itu Kadang hal penting yang perlu diubah adalah cara pikir, pola pikir, sudut pandang Apapun kondisimu Apapun perubahan yang telah diusahakan Jika pola pikir yang terus menerus mengkritik diri, komentar jahat senantiasa menemani, akan selalu membuat diri merasa salah atas segala yang tengah diperjuangkan. Merasa tidak sedang menuju suatu kondisi yang lebih baik Tapi justru berkali-kali terjebak pada prasangka-prasangka tak berujung pada diri sendiri yang sedihnya, sedang kepayahan berjuang menerima dan menghadapi kenyataan
Kesadaran ini menyentak saat senyum sumringah seorang teman melebar di wajah leganya, “Huhu, makasih ya kik udah mau jadi temenku..” “Makasih ya kik udah dengerin ceritaku..” Betapa baik hati sekali “Kikik” sebagai teman ini? Betapa mulianya dia?! Haha Dan terlintas sebuah pikiran, Betapa beruntung teman-teman “Kikik”, memiliki “Kikik” sebagai teman yang baik Meanwhile, si “Kikik” bahkan tidak bisa menjadi teman yang baik untuk dirinya sendiri
Paras sumringah yang amat lega begitu terekam dalam kenangan “Kikik” ingin ada lebih banyak lagi wajah sumringah itu terpancar di sekitarnya Mulailah pontang-panting kian kemari ia sibuk sekali memastikan setiap wajah memancarkan sinar terbaiknya Hingga ia lupa, ada satu sinar yang terabai, Padam tak ingin, Bersinar pun tidak.. Redup sekali Bukan remang yang menenangkan, namun mengkhawatirkan Duhai Cahaya, apa yang terjadi padamu?
Sebuah pantulnya mengingatkan bahwa redup sinarnya yang begitu rapuh telah menandakan betapa rakus, betapa besar keinginannya untuk memastikan banyak hal yang jelas-jelas tidak pasti Betapa payah setiap pancaran sinarnya berusaha mengendalikan segala sesuatu yang begitu jauh di luar kendalinya Mati-matian mengejar sempurna dari seonggok daging yang benar nyata bahwa ia tak sempurna.. Berkeras masih banyak sekali yang kurang atas segala kebaikan yang telah diusahakan.. Besar pasak daripada tiang Besar sekali keinginannya Tanpa kemampuan “Mudah kok! Perbesar saja kemampuannya! Beres kan!”, sanggah si Keras Kepala
Kadang nak, melepaskan bukan berarti menyerah Melepaskan nak, justru menyerahkan segala hal di luar mampumu kepada Yang Maha Mampu Beri ruang nak untuk Yang Maha Kuasa bekerja Tidak semua tempat, semua kemungkinan kau ambil sendiri Beri ruang untuk diri mu rehat Beri pendar pada cahayamu sendiri.. Tapi cahaya ini begitu keciil, mampukah? bisakah ia memberi terang? sanggupkah ia menyalurkan kehangatan?
Cahaya itu akan redup dan kemudian padam selama ia tak menemukan sumbernya bukan? Dimanakah sumber dari segala sumber? Yang Maha Tak Tetandingi, Pemilik Seluruh Alam Raya Janjinya Yang Maha Benar, tak pernah sedetikpun meninggalkanmu.. Sudahkah kau selama ini mendekat padaNya? Atau justru peluh dan keluhmu yang menjauhkan? Yang Maha Pengampun lagi Maha Pemelihara Maka ampunilah dirimu sendiri nak, dan berikan pemeliharaan terbaik penuh kasih untuk hatimu yang mungkin tengah perih menapaki jalan penuh duri
Bagaimana dengan wajah lain yang mungkin tak akan bersinar lagi jika pendar ini tak sampai menghangatkan mereka? Lantas bagaimana akan terasa hangat hingga jauh keluar sana, jika yang terdalam dan terdekat pun tak mampu merasakannya Bagaimana menebarkan kepedulian, saat yang paling dekat justru terabai? Bagaimana akan menentramkan saat yang paling akrab justru tengah resah? Lepaskanlah nak.. Untuk hal-hal yang membuatmu goyah, membuat dirimu sendiri tidak aman Jadilah tempat aman untuk dirimu sendiri pulang..
Dalam perjalanannya saat kau berpapasan lagi dengan berbagai wajah Sambutlah dengan senyum terbaikmu Saat wajah lain yang berada di luar jangkaumu nampak muram durja Peluklah dengan doa-doa terbaik Semoga Yang Maha Baik kelak mengirimkan Teman Terbaik bagi dirinya untuk pulang dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri..
Ingat selalu safety first ya kik! Haha Dah gitu aja, karena masih ada banyak kalimat yang perlu disusun untuk diserahkan kepada yang telah memberi amanah berproses di jalan ini Terima kasih telah mengupayakan banyak sekali proses dalam diri ya kik.. Jika terasa susah justru itu tandanya kamu tengah berjuang Sebab mustahil merasakan kepayahannya, saat kamu tidak berjuang :) Semangat jalan terus untuk hal-hal baik selanjutnya ya kik.. Bi idznillah.. Bismillah..
Duhai Cahaya, Terima aku.. Aku ingin kau lihat yang kau punya Aku ingin kau, Kembali bisa Percaya pada Diri dan Mampumu - Cahaya, @palawija -
Langit cerah, udara dingin dan nyanyian musim panas yang entah akan bertahan berapa lama, Yogyakarta, 8 April 2021
0 notes
setyasri · 4 years
Text
Genggam
Stop redam amarah mu Namun jangan berlalu Hentikan tangismu Lenyapkan ragumu Yang selalu lupakan Semuanya t'lah termaafkan Tataplah hari baru Berlari bersamaku Jangan menyerah ku di sini Genggam erat tanganku.. Jangan sembunyi, ku di sini Genggam erat jiwaku..
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh.. Alhamdulillah 2021 memasuki bulan Februari :) Februari biasanya diidentikan dengan bulan kasih sayang, berhubungan dengan orang lain, dan lebih utama lawan jenis Bagaimana dengan hubungan kasih sayang dengan diri? Ehe, aneh ya, baru pertama kali dengar? Apa yang ada dalam pikiran teman-teman saat membacanya? Jomblo ya mbaknya, gitu kah? Atau.. Kasian bet dah mbaknya kesepian kali yak, ga punya temen, muahahaha
Mungkin sebagian pernyataan tersebut ada benarnya Tapi tahukah kawan, kadang kita sibuk membangun hubungan di luar diri kita, Sibuk mengamankan hubungan kita dengan orang lain Sibuk ingin diterima dan blending dengan lingkungan-lingkungan tertentu Sampai akhirnya kita lupa.. Ada yang selalu ada, menanti kita sapa 24 jam membersamai kita, yg selama itu pula kita abaikan.. Diri kita sendiri. Sudahkah kita membangun hubungan baik dengan diri kita sendiri? Sudahkan kita memberikan kasih sayang terbaik selayaknya yang kita lakukan pada teman terbaik kita, untuk diri kita sendiri? Terdengar sangat Selfish dan egois? Haha
Kesadaran ini menghantam saya sangat telak pada bulan Desember lalu.. Awalnya saya niatkan mengikuti kegiatan ini agar bergerak dengan ringan dan penuh rasa syukur Untuk mencapai kesana, ternyata perlu meruntut lagi apa yang pernah terjadi melalui perjalanan ke dalam diri Aah.. ternyata temanya masih seputar perjalanan dalam diri ya.. Setahun berlalu, kadang membuat saya merasa stuck, tidak kemana-mana karena hanya berkutat dengan itu-itu saja Tapi nyatanya saya merasa perlu menyelesaikan itu dulu untuk kemudian bisa berjalan ke depan Kalau kata teman baik saya,
Mungkin selama ini kita berharap untuk segera nampak menjulang tinggi Tapi bisa jadi, saat ini kita tengah mengakar kuat ke dalam Mengokohkan diri, agar saat kelak menjulang, tak mudah roboh tertiup angin..
Yakinlah kita sama-sama berproses dan berprogres meski tak nampak dengan salah satu standar :)
So, kesadaran apakah yang menghantam itu? Sebuah proses perjalanan ke dalam diri membawa saya menemui sisi diri yang selama ini begitu dalam tersembunyi.. Aah.. saat menuliskannya pun leher saya kembali tercekat dan air mata membendung.. Hingga hari itu saya sama sekali tidak menyadari apa yang sebenarnya ia rasa, ia pikirkan, dan apa yang ia butuhkan. Perjalanan yang tidak mudah sekitar satu tahun lalu, membantu saya menyadari kehadirannya, mengenalinya, dan menyematkan sebuah nama padanya Si Cemas. Selama ini saya pikir ia penghambat terbesar dalam diri saya Yang tidak membiarkan saya bergerak dengan bebas menjemput mimpi-mimpi saya Nyatanya justru saya yang berkali-kali selama bertahun-tahun menghambat pemenuhan kebutuhannya..
Si Cemas hadir karena ingin diterima dengan baik oleh semua orang Ia cemas, khawatir jika ditinggalkan lagi.. Perasaan Si Cemas membawa saya pada interpretasi pengalaman penting dalam hidup saya.. Sekira 5 tahun lalu, saya menyadari adanya perasaan kehilangan sosok aman dalam hidup saya ketika mulai membandingkan kondisi diri dengan orang-orang di sekitar saya Perasaan kehilangan sosok aman itu, sederhana saja melalui sebuah cerita yang mengantarkan saya pada pemahaman, saya tidak pernah memiliki kenangan belajar memasak bersama ibu di dapur Sesederhana itu, tapi rasanya ada lubang yang begitu menganga di dada kala itu.. Terlebih kemudian saya menyadari saya tidak memiliki kesempatan itu lantaran ibu musti berangkat kerja pagi hari dan baru pulang dengan amat kelelahan pada siang hari. Sorenya beliau masih beraktivitas untuk kegiatan sosial kemasyarakatan Mayoritas memori saya tentang kegiatan ibu di rumah adalah tidur :)
Potongan kenangan tersebut kembali membawa saya pada masa TK, sekitar usia 4 tahun Awalnya memori ini begitu lekat, tanpa perasaan apapun Di usia 25 an saya masih melihat kenangan tersebut dengan jelas di kepala Sebuah potongan adegan saat bapak dan ibu berangkat bekerja mengendarai sepeda motor Ibu melambai dengan senyum terbaiknya kepada saya yang duduk di teras tetangga di lingkungan perumahan kami yang masih sangat sepi, lantaran orang-orang belum memulai hari mereka.. Saya lengkap dengan pakaian seragam TK yang mustinya dikenakan dua atau tiga jam setelahnya Kemudian saya ke rumah teman sebaya saya yang masih dengan baju tidur tengah di suapi ibunya, dibantu mempersiapkan diri untuk ke sekolah Awalnya saya hanya melihat potongan memori itu tanpa emosi Kini saat menuliskannya pun kembali air mata membanjiri Teringat sebuah pertanyaan diajukan pada saya setelah proses itu “Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan saat itu?” Lari. Mengejar bapak dan ibu. Kemudian ibu turun. dan memeluk saya. sembari bilang “Jangan khawatir nak, ibu disini.” Aaah.. belum cukup mereda ternyata perih itu.. Pandangan saya kali ini kabur Nafas saya berat dan beberapa aliran membahasi pipi :)
Kesadaran yang tidak mudah untuk dihadapi Sesaat setelah menemukannya pun saya masih bengong Masak sih gitu doang? Kok aku ngrasa biasa aja ya? Apa bener itu? Tapi juga sekaligus memberi beragam penjelasan Penjelasan yang beberapa bulan lalu, masih lebih sering membuat saya marah Marah karena telah menempatkan saya menjadi korban Korban yang tidak diberi ruang kesempatan.. Menjadi ujung setiap alasan dari apa-apa yang saya hadapi saat ini Semakin membuat saya frustrasi karena nyatanya, mau bagaimanapun, sedikit pun tak mampu saya ubah dan perbaiki sesuatu yang telah terjadi. Lagi-lagi seorang teman baik mengingatkan
Boleh kita merasa menjadi korban Tapi ingat, kita juga perlu menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri Pahlawan yang berjuang menyelamatkan diri kita sendiri
Nyatanya kita kini telah dewasa Tak bisa lagi menyandarkan kebutuhan kita pada orang lain Karena kita bertanggung jawab penuh atas kondisi kita masing-masing
Perlahan meski berat, meski sampai sekarang masih sesekali mengeluh masih berulang kali mempertanyakan adakah jalan lain yang lebih mudah untuk ditempuh? sembari terus mencoba untuk melangkah Melangkah menjemput hari baru sekaligus melangkah pada penerimaan yang lebih utuh tentang masa lalu.. Hingga Desember lalu, sebuah informasi mengabarkan, mungkin saya bisa menguatkan langkah dengan mengikuti serangkaian programnya. Sebuah program yang awalnya saya pikir akan mengajarkan secara teknis mengenai bagaimana menata langkah yang baik dan benar Ternyata prosesnya.. Perjalanan ke dalam diri terlebih dahulu untuk kemudian baru bisa melangkah keluar..
Kesadaran selanjutnya pun lagi-lagi menggemparkan.. Membuat sebuah ruang dalam pikiran.. Tanpa disangka salah satu prosesnya membawa saya menemui Si Cemas.. Kala itu ia nampak begitu berantakan dan tidak terawat Pertama kali melihatnya saya kaget bukan kepalang Teriris.. Miris sekali kondisinya.. Timbul rasa kasihan dan dorongan yang kuat untuk memeluknya Sembari bertanya, “Bagaimana bisa kamu seperti ini sayang?” Dia hanya tersenyum dengan mata berkaca Sebuah kesadaran pun muncul.. Bertahun-tahun lamanya.. Ternyata diri begitu repot, begitu sibuk kesana kemari berusaha memenuhi kebutuhan orang lain Memastikan orang lain bahwa diri disini Bahwa mereka tidak ditinggalkan Bahwa diri siap menemani Nyatanya kesibukannya justru meninggalkan sisi diri lain yang juga memiliki kebutuhan untuk diterima dan didengar.. Diri yang tidak ingin ditinggal dan yang tak mampu meninggalkan karena merasa paling tahu bagaimana perihnya, sakitnya ditinggalkan yang ternyata, lagi-lagi secara telak menempatkan sisi diri mengalami pengalaman menyakitkan untuk kedua kalinya Kini ia ditinggalkan untuk segenggam rasa aman yang diharapkan dari orang lain Lupa jika nyatanya, terlalu menggenggam justru menyakitkan..
Pandemi mengajarkan untuk melepaskan.. Ada kalanya lepas justru membebaskan, meringankan.. Bahwa ada kalanya lepas justru membuat kita melihat lebih baik hal-hal yang penting untuk dipertahankan.. Bahwa nyatanya melepaskan bukan berarti menyerah.. Namun justru berserah pada Sang Maha Mampu.. Sembari berjalan.. Perlahan membuat jalan baru, sedikit menyelisihi jalan lama yang telah kuat membekas Sesekali terjatuh pada jalan yang sama meski telah berkali memantapkan hati di jalan yang baru Berulang kali mencoba kembali setelah bekali-kali terjebak lagi dengan pemahaman lama.. Sebuah keputusan tentang perjalanan yang tidak mudah pun mengantarkan kembali pada sebuah pemahaman baru..
Keputusan yang tidak mudah dalam menjalaninya.. Berulang kali merutuki mengapa memilih jalan berat ini Berkali-kali membuat daftar yang menguatkan pemilihan jalan ini setiap goyah menggetar langkah Titik kritis menggoyah ketika muncul pertanyaan, “Yakinkah dirimu dengan pilihan ini kamu tidak membalas dendam meninggalkan bapak ibumu yang mungkin saat ini tengah membutuhkanmu?” Saat pertanyaan itu muncul, seribu langkah mundur serasa ingin sekali ditempuh Sebuah hela napas mengabarkan untuk tenang Untuk perlahan memandangnya dengan lebih jernih.. Bukankah apa yang kamu alami saat ini persis seperti apa yang mungkin mereka alami saat meninggalkan mu? Ya. secara fisik mungkin mereka meninggalkanmu Tapi lihat, saat secara fisik kamu meninggalkan mereka, nyatanya hati, pikiran dan terutama doa selalu berisi tentang mereka Sama persis seperti apa yang kamu alami saat ini Ya. Secara fisik mungkin kamu meninggalkan mereka. Tapi kamu selalu membawa mereka, selalu bersama mereka dalam hatimu, pikiranmu, dan yang lebih penting adalah doa-doa panjangmu. Persis seperti yang mereka lakukan puluhan tahun silam Dan bahkan hingga hari ini, dan tentu saja hingga tahun-tahun kedepan.. Terlebih kamu melakukannya untuk kebaikan bersama, persis seperti yang mereka lakukan demi untuk kebaikan bersama.. Sebuah puzzle pun nampak lebih jelas Benar sebuah kabar yang menyatakan
Anak adalah pengamat terbaik namun penerjemah yang paling buruk..
Kabar baiknya kik, kebaikan bersama yang tengah kamu perjuangkan berlandas pada kebutuhanmu.. Maka saat situasi kembali menggoyah.. Perlahan amati kembali.. Apa sejatinya yang tengah kamu butuhkan saat ini.. Apa yang bisa kamu lakukan untuk memenuhinya saat ini? Apakah saat melakukannya kamu tengah mendekatkan diri pada kebaikan? Meski dalam pandangmu kamu tidak menyukai, bukan berarti itu buruk bukan? Dan meski pandangmu menyukainya, bukan berarti itu baik bukan?
Ambillah jeda kik.. Saat banyak yang mengabarkan untuk segera bergegas Jangan lupa untuk berhenti sejenak agar jernih pandangmu Lakukan satu persatu Dan nikmati setiap prosesnya ya..
Selamat melanjutkan perjalanan kik.. Dan jangan lupa nikmati pemandangannya ;)
Teruntuk hati yang mudah goyah dan lelah Terima kasih telah berulang kali memantapkan langkah Setiap awalan pasti memiliki akhir Meski kita tak tahu dimana posisinya Yang jelas kita bisa mengusahakan segala sesutu yang ada pada masa kini disini..
Dalam naungan awan redup dan hati membiru.. Yogyakarta, 9 Februari 2021
0 notes
setyasri · 4 years
Text
Ashamed
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
Apa kabar 1/12 dari 2021? Mengawali bulan dan tahun ini dengan tekad dan semangat baru Nyatanya tak semua sejalan dengan keinginan Berulangkali pun menguatkan pada diri bahwa naik turun adalah hal biasa, nyatanya menjalaninya tak semudah kata :)
Kembali terupuruk pada ide buruk betapa payah diri yang masih saja tertatih tak jua berlari Lagi merutuki langkah kaki yang terhenti untuk kesekian kali dan berat untuk memulai Tak kunjung bosan segala kecamuk kembali bertandang tanpa tahu akankah kelak lekang? Berbagai cara telah kembali dicoba, satu dua yang kemarin baik dirasa, nyatanya tak memberi efek jera Saat semua tak mendatangkan jua, maka tempat meluapkan ini pun menyapa..
Entah memulai dari mana, kenangan dua tahun lalu pun kembali membayang Seusai memaparkan penjelasan di depan kelas, seorang guru menyampaikan nasihatnya, “Rizki, kamu boleh menyampaikan apapun yang ada dalam pikiranmu. Kamu tidak harus menyimpan semuanya sendirian dan boleh membaginya dengan teman-temanmu disini.” Bingung. Meski berulang kali kami diyakinkan bahwa tak pernah ada kemampuan membaca pikiran tapi guru-guru kami sering sekali memamerkan keahliannya, haha Spontan saya menjawab, “Wah, jadi ingin meluap-luapkannya..” “Boleh.. Tapi izin dulu ya, Hai Teman, aku mau meluapkannya, boleh ya?” Saat itu sama sekali kosong yang saya rasa Tak mengerti darimana pernyataan itu keluar dan kenapa ditujukan pada saya. Saat ini saya mengetiknya sambil berkaca-kaca, haha
Beberapa bulan kemudian semenjak peristiwa itu Sesuatu yang tidak saya sangka terjadi Gemetar sekujur badan Cengkeraman kuat tangan pada lipatan bawah baju Pandangan kabur menampung segala rasa yang tak sabar ingin menumpah dalam aliran deras mengarungi pipi Leher kering yang amat tercekat berapa kalipun usaha menelan dilakukan Saat seperti itu biasanya menyendiri menjadi pilihan utama saya Mengunci dalam kamar berpenerangan redup disebalik selimut dan meringkuk Atau dalam sujud panjang yang penuh linangan. Namun, senja itu berbeda..
“Mbak Kikik, aku sama yang lain udah di basecamp yah, ayok kalau mau gabung.” Sebuah pesan singkat tiba-tiba datang Reflek ingin menjawab dengan “Engga dulu deh aku lagi butuh sendi..” Seketika balasan itu saya hapus dan terganti dengan “Boleh aku gabung? Tapi aku sedang membawa muatan emosi yang sangat negatif. Sebaiknya kalian mengumpulkan sebanyak mungkin energi positif hingga aku sampai sana ya..” “Oh, iya gapapa, datang aja. Mau sekalian pesan makan?” Dalam segala kekacauan, semakin tak lagi dapat kendali..
Meski berjalan sebiasa mungkin, nyatanya dada sedang gemetar hebat Langit senja Jogja kala itu kabur, tak jelas tertangkap pandangan Disebalik punggung berjaket hijau, sepoi angin mengabarkan sesuatu yang dingin telah menetes, tak terbendung Berharap cahaya senja mengaburkan pula pandang para pengendara hingga tak sempat melirik dua mata sipit yang berlinang..
Malam itu menjadi saksi isakan pertama yang dibagikan pada para Hati Baik untuk pertama kali dalam hidupnya.. Tak ada kata hanya anggukan kepala Kami pun tak tahu ujung jalan ini, tapi kami disini bersamamu Sekali dua kali usapan menguatkan..
Beberapa hari dua kenangan itu kembali membayang dengan rasa yang tak jauh beda Membawa diri melihat kembali apa yang sebenarnya terjadi Mengapa begitu susah melangkah Mengapa begitu gigih berkata semua baik-baik saja Mengapa justru begitu kelimpungan saat uluran berkali menyapa dari berbagai tangan..
Sepuluh hitungan bulan mau tak mau menempatkannya pada tempat ia bertumbuh Menguak satu persatu yang ia anggap sebagai luka Meski bagi yang lain mungkin itu adalah anugerah terindah.. Kembali mengenali apa yang dipelajari Apa yang sebaiknya mulai untuk tidak dipelajari Dan hal-hal yang perlu dipelajari lagi untuk pemaknaan yang baru..
Satu pemahaman yang didapat sejauh ini adalah kebiasan untuk dipermalukan dan perasaan yang dikesampingkan Perasaan bersalah yang sejatinya telah hadir terbiasa untuk begitu dikuatkan dengan cibiran yang menekankan pada kesalahannya Rasa kecewa yang datang tak pernah mendapat tempat untuk ia yang harus tampil baik-baik saja Kebiasaan mengubur puluhan tahun ternyata telah membawanya begitu dalam Tak lagi dapat dikenali Apa lagi dikelola dengan baik
Hingga saat satu dua kejadian membawa pada buntu Hampa, kosong yang terasa Hilang arah tak tahu apa yang dirasa Terlebih saat kejadian yang mengabarkan tentang kesalahan atau kegagalan Maka bertubi kritik muncul dalam diri, wujud dari apa yang telah tertanam puluhan tahun berulang kali Maka harap pada waktu kan memulihkan dan menguatkan untuk memulai kembali
Sayangnya kawan, waktu tak memulihkan apapun Waktu tak menyembuhkan apapun Dan kebiasaan yang tertanam tak akan lekang Saat kita tak mengupayakannya untuk pulih Bahkan upaya untuk pulih pun menjadi perjalanan panjang yang mungkin sangat melelahkan saat kemauan dan kesiapan kita terbatas pada kebiasaan lama yang telah membekas..
Seorang kawan pernah menyampaikan, Mungkin iya separuh perjalanan yang sedang kita tempuh tak lagi mampu kita ubah keadaannya Separuh perjalanan itu membawa kita pada titik ini dengan segala apa yang kini tengah kita bawa Tetapi kita selalu bisa memilih membawa apa yang hendak kita bawa Kita bisa memilih untuk meninggalkan apa yang memberatkan Dan kita bisa mengupayakan yang selama ini tak kita dapatkan Mungkin tidak semua yang kita harap dapatkan dari mereka Tapi kabar baiknya, saat ini kita bisa mengupayakan yang lebih baik untu diri kita Dan tentu saja dalam Kuasa Yang Maha Lembut lagi Maha Bijaksana..
Mungkin kita tak akan pernah bisa memilih untuk terlahir dan bertumbuh dengan cara ini Karena nyatanya kita adalah pilihan Kita yang terpilih berproses di jalan ini Tak ada yang bilang bahwa perjalanan ini akan mudah Tapi pasti bisa terlalui Terlebih dari itu, perjalanan telah memilih pengelananya Maka sepeser pun tak akan meleset sebuah perhitungan dari Sang Maha Teliti
Ya. Perjalanan ini berat. Ya. Kepayahan tengah membersamai. Tapi pasti bisa terlalui Dengan seizin Yang Maha Menyayangi..
Saat satu langkah tak mudah Dan dunia pun tak ramah Maka paling tidak sadari dan terima apa yang dirasa.. Jika paham apa yang dirasa atas apa yang dialami Paling tidak bersikaplah penuh kasih pada diri yang tengah berupaya memperbaiki..
Terima kasih untuk tidak memilih untuk berhenti Terima kasih untuk tidak memilih melarikan diri Dan Terimakasih telah mencoba belajar untuk menghadapi..
Magelang, 24 Januari 2021 Teriring segala harapan akan kebaikan, Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
0 notes
setyasri · 4 years
Text
Nerima
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh..
Apa kabar hati? Tak terasa ya 2020 sudah mendekati akhir Haha, sebenarnya kalimat sebelumnya merupakan kalimat yang paling saya benci Kalimat reminder tentang betapa cepatnya waktu berlalu Yang seringnya membuat kita eh saya ding, enak aja ngajak-ngajak, hehe merasa tidak melakukan apapun hanya karena hasilnya tidak terlihat atau diakui oleh standar kebanyakan orang Waah.. gimana tuh, hehe
Beberapa tahun sebelumnya saya pikir 2020 akan penuh dengan pencapaian-pencapaian yang ditandai dengan simbol-simbol dan perayaan.. Penuh dengan terbukanya kesempatan-kesempatan baru, rencana-rencana baru, dan langkah awal dari sesuatu yang kelak akan saya bangun Nyatanya tidak Saat sesuatu yang sangat besar terjadi di luar kendali kita Baru menyadari bahwa nyatanya kita kecil saja di luasnya muka bumi ini Lantas apakah dengan tidak adanya simbol-simbol pencapaian, tidak adanya perayaan-perayaan yang gegap gempita kemudian menihilkan pencapaian kita? Apakah kemudian dengan tidak adanya kesempatan-kesempatan yang kita kira akan terbuka maka benar-benar hilang segala yang telah kita bangun? Apakah lantas kemudian saat semua terasa berhenti, diri kita juga turut terhenti Ditambah seolah-olah orang-orang disekitar kita nampak dengan mudahnya terus berjalan menghadapi hidup mereka.
Nyatanya 2020 menjadi titik yang penting bagi saya dalam perjalanan saya Bukan perjalanan yang nampak mungkin bagi orang lain Bukan pencapaian yang mungkin dapat terukur bagi standar orang kebanyakan Dan lagi-lagi seperti yang pernah saya sampaikan disini Sejatinya ujung panjang perjalanan ini, sejauh yang saya ketahui adalah menerima Menerima bahwa memang beginilah adanya diri, penuh rumpang sana-sini Menerima bahwa setiap rumpang yg berusaha diperbaiki kadang justru semakin menjadi-jadi hingga yang bisa dilakukan hanyalah menerima Menerima proses yang musti dihadapi Menerima bahwa menerima butuh proses Menerima bahwa untuk mencintai lebih baik hal yang bisa dilakukan adalah menerima tanpa drama
Pemahaman ini saya dapatkan dalam sebuah perjalanan yang baru saja saya mulai Awalnya saya pikir saya hendak memperbaiki sesuatu yang sangat besar Nyatanya untuk melakukannya hal pertama yang perlu dilakukan adalah dari hal-hal sederhana, mulai dari diri, mulai dari sekarang Perjalanan tersebut mengajarkan saya pada lima prinsip yang terkandung dalam makna CINTA
Cari Cara Ingat Impian Tinggi Nerima Tanpa Drama Tidak Takut Salah Asik Bermain Bersama
Lima hal tersebut awalnya saya kira untuk membentuk sesuatu diluar diri saya Untuk sesuatu yang sangat besar dan jangka panjang Ternyata justru saya sendiri yang paling membutuhkan Saat tengah dalam persimpangan bagaimanalah cara mencintai diri tanpa mengelabui Bagaimana cinta yang sesungguhnya Bagaimana cinta yang selayaknya dilakukan termasuk kepada diri sendiri
Membuka diri, terus mencoba, membuka kemungkinan-kemungkinan lain dan tidak ngotot dengan satu cara yang sejauh ini saya temukan dari makna Cari Cara
Sepanjang perjalanannya tentu tidak mudah, lebih sering tergiur dengan apa yang selama ini telah menjadi kebiasaan. Sering rasa ingin menyerah menyelinap disetiap rasa lelah. Saat itu terjadi maka tali Ingat Impian Tinggi kelak tunjukkan arah.
Saat beberapa kali mencoba. Saat telah mengusahakan yang terbaik dengan hasil yg tak sesuai harap. Saat ada hal diluar kendali tiba-tiba datang mengacaukan, maka kekuatan yang mungkin bisa dipanggil ialah Nrima Tanpa Drama. Memang begitulah adanya, kemampuan manusia terbatas.
Memang lima hal itu tak ada yang mudah. Bagi saya yang paling menantang adalah Tidak Takut Salah. Saat terbiasa semua harus dalam kendali, harus berjalan sesuai kehendak, maka kritik senantiasa membersamai. Tanpa sadar sesuatu yang tidak ada menjadi begitu menakutkan. Atau bahkan sekuat tenaga menghindari sesuatu yang sejatinya baik untuk diri. Jelas manusia pasti ada salahnya. Bukan karena tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar, tapi karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuannya. Maka bukan lagi tentang salah apa tapi tentang bagaimana menghadapinya dengan bijak.
Setelah sekian kerja keras hal yang juga boleh kita lakukan saat bertumbuh adalah Asyik Bermain Bersama. Istirahat atau melakukan hal yang menyenangkan secara seimbang juga baik adanya. Tidak harus selalu tangguh tapi juga riuh derai tawa diperlukan dalam perjalanannya. Nilai ini pun mengajarkan untuk menikmati setiap prosesnya.
Catatan ini untuk menegaskan pada diri Mungkin kita belum bisa menuai apa yang kita tanam saat ini Mungkin waktu panen kita berbeda dengan mereka yang telah kerja keras sejak dulu Kita tak bisa memaksa benih yang baru ditanam untuk berbuah pada saat itu juga hanya karena orang lain telah menikmati buahnya Mungkin pencapaian kita bukanlah pohon rimbun atau buah yang ranum Pencapaian terbesar kita mungkin “hanya” kesadaran untuk memulai menanam Kemudian apakah yang tak nampak bukan pencapaian?
Maka berproseslah bukan untuk sebuah pencapaian Namun berproseslah untuk menjemput dan memeluk versi diri terbaikmu yang telah lama menanti yang tak pernah jauh darimu hanya masih tersembunyi Terimakasih meski tertatih dalam kepayahan namun selalu mengarahkan langkah dalam kebaikan, diri Terimakasih telah berjuang meski tak gaduh dengan pencapaian, senyap dalam gemuruh dada, cekat tenggorokan, serta deras air mata yang tak jarang mendatangkan cibiran semata Kamu paling tahu dengan prosesmu Jika ini adalah suatu kebaikan, Maka usahakan lebih untuk menuju kebaikan Aku menunggumu diriku Untuk menerima segala yang telah lalu dan menjemput hari baru.. Peluk, Sayang dari yang selalu menemanimu dalam setiap prosesmu.
Magelang, 9 Desember 2020 Pada hari yang direncanakan penuh riang namun berubah menjadi sendu 
2 notes · View notes
setyasri · 4 years
Text
DEWASA
Andai aku t'lah dewasa Apa yang 'kan kukatakan Untukmu idolaku tersayang.. Ayah...
Andai usiaku berubah Kubalas cintamu Bunda Pelitaku, penerang jiwaku Dalam setiap waktu
Kutahu kau berharap dalam doamu Kutahu kau berjaga dalam langkahku Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu Oh Tuhan, Kau kupinta Bahagiakan mereka sepertiku
Andai aku t'lah dewasa Ingin aku persembahkan Semurni cintamu, Setulus kasih sayangmu Kau s'lalu kucinta
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh, teman-teman kesayangan apa kabar? Masih semangat Ramadhan #dirumahaja nya? :) Biar makin semangat aktivitas #dirumahaja selama Ramadhan nya kita nyanyi dulu, sebelum bahas yang Dewasa Dewasa, hahaha Bahaya banget yak.. Hayoo siapa yang semangat nyimaak.. haha
Tulisan ini teman-teman, saya tulis dalam rangka beberapa jam menuju usia baru :D Iya, saya tahu, setiap harinya kita menjelang usia yang bertambah Bahkan setiap detik yang kita lewati, mengantarkan kita pada usia yang semakin menua Mungkin karena kita pelupa, makanya perlu hari-hari spesial untuk mengingatnya agar tak kehilangan makna :) Saya sendiri sih udah lupa yak, pertama kali mengunjungi Bumi ini kek mana rasanya Tapi nampaknya hari itu begitu spesial bagi dua orang spesial saya, buktinya hingga memasuki tahun ke 26 mereka masih detail sekali mengenang setiap momennya dan begitu antusias mengingat hari itu Ritualnya adalah menyebutkan kejadian pada setiap jamnya XD Well, karena nampaknya perayaan ini begitu istimewa bagi mereka Maka baiklah coba kita usahakan tulisan ini menjadi persembahan untuk mereka ya, dengan menjadikan mereka topik utama tulisan ini muahahahahaha (tertawa jahat ceritanya) Panjang amat pembukanya, dari tadi ga mulai-mulai yak Biar jadi gambaran buat teman-teman, biar berasa saya lagi cerita gitu Muka saya senyum-senyum ga jelas, Mata sesekali berkaca, hehe dan.. kedua tangan diiiiiinggggiiiiiiin banget! Wkwk Bismillah.. Here we go..
Bingung ini saya sebenarnya mau mulai darimana, hehe mm.. Mungkin dari awal tahun ini dulu kali ya Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, saya yang memandang sebelah mata resolusi pun pada akhirnya turut menuliskan beberapa baris harapan
Tumblr media
Salah satu barisnya, berbicara tentang Rencana Perjalanan kedalam Diri Yap! Tidak jauh beda dengan teman-teman yang amat suka dengan jalan-jalan, Saya merencanakan juga sebuah Perjalanan Agak aneh ya, saat yang lain sibuk mencari informasi dan menyiapkan Perjalanan ke Luar Negri Saya malah merencanakan perjalanan Kedalam, Diri lagi wkwk Mistis gimanaaa gitu yak pasti tebakannya temen-temen, hihi Perjalanan ini sebenarnya sudah saya rencanakan sejak Akhir Tahun lalu Jadi sekitar tengah hingga akhir tahun lalu saya sempet icip-icip diajak merasakan ketemu sama Diri Sendiri Dan yaah.. seperti dugaan temen-temen, saya ketagihan, hehe Ternyata Si Diri ini merasa ditinggalkan, merasa dibiarkan berjuang sendirian, dan sangaaaat rindu untuk sekedar bertemu, Sekadar mendengar seungkap apresiasi dan sebuah pemaafan.. :) Well.. saya tidak akan icip-icip rasa luar biasa itu tanpa adanya satu-dua pemicu Maha Besar Sang Skenario Kehidupan ya.. Semua begitu tertata rapi dan indah, Meski satu-dua terasa menyesakkan dan menguras air mata, haha Tersebab akhir tahun lalu masih ada serangkaian kegiatan yang cukup padat dan melelahkan secara fisik dan mental, XD Maka saya hanya dapat melakukan perjalanan-perjalanan singkat Tahun ini juga masih ada amanah sih, hehe Alhamdulillah.. kalau udah ga ada, udah “Diminta Pulang” kali ya, hehe Tapi amanah tahun ini lebih bisa disiasati sesuai kebutuhan, Nah, karena saya merasa memiliki kebutuhan selain menyelesaikan amanah saat ini Maka saya juga merencanakan Perjalanan Kedalam Diri yang lebih tumakninah Eh, apa ya istilahnya? Agar lebih nyaman setiap sesinya, perlu kesediaan waktu, tenaga, pikiran, dan yah.. dana yang lumayan cukup, selain tentunya kondisi fisik dan mental yang prima! :D Sebab, tidak terlalu berbeda jauh dengan Perjalanan Ke Luar Negri yang perjalanannya tidak jarang sangat menguras fisik Menyenangkan dan sangat memuaskan memang, tentu dengan sebuah harga bukan? :) Waktu yang cukup untuk pemulihan setelah perjalanan itu misalnya.. Awalnya saya pikir, mungkin akan ada efek fisik yang luar biasa Ada sih.. satu kali yang disadari, tapi secara umum saya malah mempertanyakan Bener ga sih ini Perjalanan Saya, kok ga ada emosi yang berderai-derai ya Kok masih fit aja setelah melakukan perjalanan itu? Mungkin karena begitu menyenangkan dan memuaskan kali ya.. hehe
Perjalanan bisa terlaksana 2 atau 3 kali yang sesuai rencana, Yaa meskipun dengan beberapa kali penyesuaian dan perjuangan agar tetap terlaksana tentunya, hehe Hingga.. Sesuatu yang sangat besar, tidak terduga, dan begitu cepat menginfeksi Bumi Pertiwi.. Perjalanan ke 4 yang semula direncanakan pun ditunda sehari sebelum pelaksanaannya.. Awalnya saya pikir demikian.. Ternyata.. Perjalanan itu justru dimulai ketika semua orang #dirumahaja XD
Satu.. Dua.. situasi-situasi yang dirasa tidak nyaman mulai muncul Satu momen membutuhkan waktu pemulihan beberapa hari Belum pulih betul, muncul lagi momen yang lain.. Seperti yang sudah sudah, saat momen ini muncul saya lebih memilih untuk melarikan diri Menemukan Rumah lain saat Rumah tak lagi terasa seperti Rumah Menciptakan Rumah Sendiri untuk menghindar, sembunyi sedalam mungkin, sejauh mungkin, mengejar yang selama ini saya anggap sebagai “nyaman” Hingga saat bosan dalam persembunyian, Saat nyaman justru mulai terasa tidak nyaman, sebuah suara terdengar Suara anak kecil yang begitu lekat menemani Masa Warna-warni Penuh Gelak Tawa Wadaw, suara apaan tuh?? Salah satu yang terdengar, bait-bait pada awal tulisan ini Awalnya, masih mengikuti kata per katanya Perlahan.. dengan begitu lembut.. mulai ada sesuatu yang mengusik dalam pikiran Kemudian mulai disadari ada yang menggenang Akhirnya turut bersuara meski begitu sumbang begitu lantang memecah kesadaran
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78) 
Bukankah masa-masa ini, yang saat itu kata orang-orang disebut sebagai Dewasa, begitu tidak sabar ingin segera saya jelang? Saat itu, belajar dari bait-bait di atas, saya begitu ingin segera menjadi Dewasa agar segera bisa mengatakan dan membalas pada kedua idola yang senantiasa menjadi penerang jiwa saya Lantas, mengapa saat saya telah sampai pada masa ini, saya berubah begitu jauh, begitu berkebalikan dari yang selama ini saya impikan? Sedangkan mereka, sedalam apapun saya bersembunyi dengan memalingkan hati Sedikitpun tidak merubah rapalan doanya, harapan penjagaannya, dan kasih sayangnya Maka apa makna dari kalimat yang sehari-hari saya ulang-ulang bacaannya setiap seusai menyungkurkan wajah? Apakah pantas meminta pada Tempat Meminta Segala Sesuatu, sedangkan saya justru melakukan sebaliknya? Lantas, Dewasa kapan lagi yang saya nanti? untuk membalas semurni cinta mereka, setulus kasih sayang mereka jika bukan sekarang? Tapi Bagaimana? Apa susahnya? Mengapa harus sedemikian drama jika bisa sederhana? Maka izinkan saya mengajak teman-teman memahaminya dari sudut pandang saya..
Sekira sewindu lalu, perjalanan saya menemui permulaannya Perjalanan mengenal sisi-sisi manusia yang begitu beragam Mengenal lapisan-lapisan persona yang manusia gunakan pada setiap kondisi yang berbeda Mencoba memahami bagaimana persona-persona tersebut terbentuk dan atas dasar apa manusia menggunakannya.. Hingga sebuah penjelasan membentur akal Membawa pertama kali melihat pada diri dan lingkungan terdekatnya Dari sana kemudian dipahami tabiat-tabiat ini tidak terjadi begitu saja Gerak lakunya terbentuk jauh sebelum pemahaman tentang diri tercipta Seolah berperan menjadi korban, lantaran lingkungan terdekat begitu ambil bagian Si Keras Kepala mulai memahami darimana asalnya Si Pencemas menemukan awal mulanya Si Penuntut mulai menyalahkan mereka sebagai tertuduh yang mengakibatkan segala kekacauan dalam diri..
Dimulailah Dinamika yang begitu indah itu, kawan.. Entah sejak kapan Dua Idola itu justru mulai dipandang sebagai Dua Pelaku Utama atas segala ketidaknyamanannya Berbagai upaya dilakukan Mulai dari menghindar begitu jauh, Hingga berteriak menyalahkan keadaan Menggunakan ilmu yang bahkan seujung kuku pun belum genap dipahami sebagai tameng bertahan dan melawan Dua Orang Rumpang yang selalu mengusahakan kesempurnaan dalam mendampinginya belajar Sayang.. tak kunjung jua bertemu ujung yang diharap Hingga sebuah pengakuan kerendahan hati dari Dua Manusia yang mati-matian berjuang sebagai Malaikat berucap  “Iya. Keterbatasan dan Kekurangan kami dalam membersamai proses belajarmulah yang pada akhirnya tak pelak lagi membawamu menjadi seperti ini.” Namun, apalah yang bisa kita lakukan atas hal-hal yang telah terjadi?
Waktu terus berjalan.. Perlahan terabaikan.. Mulai tertumpuk.. Tanpa sadar kemudian tertutup begitu rapihnya Senantiasa terselimut rapat dengan sungging senyum di permukaan Yang bahkan tetap terpasang saat mata berkaca Berkata tak mengapa, semua baik-baik saja Kebiasaan yang membawa kesadaran tak mampu lagi menemukan luka yang terkubur
Hingga sesuatu yang begitu menggugah banyak orang terasa begitu mengganggu Sebuah Kisah yang diceritakan pada hari nanti, memantik kembali memori Saat kebanyakan tergugu merasa begitu terwakilkan, Si Gengsi angkuh membuang muka Cih..! Lantas mengapa jika kita telah tahu asal mula segala ini? Tak bisa lah menerus menyalahkan keadaan! Sungguh heroik! Hanya untuk bertemu buntu, tiada jalan pula yang terlihat terbuka Selayak jalan panjang gulita, tak berbekas cahaya
Maha Penerima Ampunan lagi Maha Kasih Sayang Menuntun diri yang begitu gelap pada bulan penuh cahaya Dengan Segala Kelembutan dan Kesantunan Melalui berbagai perantaranya Si Pemberani diberi kesempatan untuk menguji kekacauan dalam dirinya Lantas Mengapa jika telah diketahui sesuatu yang retak jauh pada asal mulanya? Bantulah Dirimu dengan melapangkan dadamu untuk menerimanya Bagaimana bisa menerima disaat begitu terasa menyesakkan, mencekat, dan serba tidak nyaman?! Bantulah Dirimu dengan melapangkan pandangmu agar temu berujung pada makna yang terserak Lapangkanlah dadamu untuk menerima mana arenamu dan mana arena Sang Kuasa Rayulah dirimu untuk perlahan memperbaiki arenamu sebaik semampumu Rendahkan hatimu dan pahami keterbatasanmu Maka lepaskanlah apa-apa yang berada di luar arenamu pada Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Bijaksana Maka sandarkanlah segala kelemahan, ketidakberdayaan pada Dia Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, lagi Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu
Satu Dua Pemahaman perlahan terbuka Paham membawa pada rasa syukur yang begitu membuncah pada tempat belajar luar biasa, Dua Guru Terbaik Sepanjang Masa Jika masa sebelumnya banyak ragu membelenggu Maka semoga langkah perbaikan tak bertemu jemu
Selamat bertumbuh diri, pada usia yang bertambah Selamat berteman makna pada sebalik fakta Ikat kuat pada Doa agar selalu dalam Penjagaannya Pada akhirnya perjalanan ini tak sebatas pada perjalanan mereka berdua Tapi perjalanan mimpi yang dititipkan pada langkah-langkah kecil untuk terhimpun kembali dalam kasih sayangNya yang abadi
1 jam menjelang mengenang perjumpaan pertama setelah beberapa catatan sebelumnya tak pernah usai Magelang, 3 Mei 2020 23:14
                                    -------------------------------------------
Seperti yang telah disebutkan di atas Tulisan ini bukanlah tulisan pertama yang saya susun dalam perayaan menyambut angka baru Tulisan perayaan yang tidak usai sebelumnya saya tulis dalam ketakutan saya bertambah usia berarti bertambah pula peran yang musti saya emban Menjelang usia 19 sepertinya cukup membuat saya takut menjemput amanah dalam hidup saya
Tulisan ini saya niatkan sebagai catatan untuk diri saya sendiri Tidak menyangka seseorang yang takut dengan kemungkinan peran yang akan diemban, beberapa tahun setelahnya justru mensyukuri telah bertemu dengan apa yang ingin dituju.. Mungkin akan saya bagikan juga ditulisan berikutnya Tulisan ini bukan untuk menyombongkan diri Membuktikan saya mampu melewati proses ini Mungkin sekedar informasi tambahan, saya pun belum selesai dengan proses ini Masih ada beberapa hal yang semestinya segera saya kelola untuk menyelaraskan apa yang ada dalam angan dan hal-hal yang sebaiknya segera saya lakukan dalam kenyataan.
Tulisan ini saya tulis dalam kurun waktu seharian dengan mengenang perjalanan hidup saya sejauh ini Efeknya setengah jam menjelang berbuka, perut saya sakit tiada terkira Hingga saya jatuh tertidur karena tak mampu menahan lilitannya Malamnya badan berkeringat hebat dan penuh gemetar Paginya tenggorokan mulai terasa susah untuk menelan, hidung mulai sesak untuk bernapas, suara mulai terdengar aneh Halo Influenza! Senang berjumpa dengan Anda! Jangan lama-lama mampirnya ya! Salam aja buat sodara yang lain, tidak perlu mampir XD Bahkan tulisan yang biasanya saya titipkan disini akan saya baca ulang beberapa kali untuk memastikan tulisannya mudah dipahami teman-teman Namun tulisan ini baru mampu saya hampiri lagi beberapa hari setelahnya Mempublikasikannya pun butuh pertimbangan berkali-kali Khawatir tentang satu dua hal yang nantinya justru menjauhkan dari niatan awal saya Maka, bismillah dengan niatan sebagai perantara para Pejuang lain yang tengah berproses semoga tulisan panjang ini dapat turut melapangkan dada dalam perjalanan yang terasa pelik..
Bukan berarti saya ingin mengagungkan perjalanan proses saya dan menganggap proses lain lebih mudah Setiap proses sama berharganya, sama menantangnya, sama menguras seluruh energi Saya yakin setiap orang dimanapun, dalam kondisi apapun tengah berproses dengan dirinya Sama dengan proses lain yang tengah dijalani teman-teman, dalam proses saya ini saya tidak berjalan sendirian Tulisan ini juga diniatkan sebagai Penghargaan dan Penghormatan, Apresiasi tiada terkira kepada hati - hati yang telah bersedia menemani diri ini berproses Terkhusus Dua Hati Manusia Terbaik yang senantiasa sabar membersamai proses ini Terimakasih juga kepada Para Perantara yang melalui nasihat, penjelasan, dan penerimaan tanpa penghakiman turut membantu saya perlahan membuka pemahaman-pemahaman tentang Pencipta Tidak tertinggal terimakasih pula kepada Para Penopang yang senantiasa dalam lelah mereka, dalam riuh kehidupan mereka sendiri masih senantiasa memberikan dukungan terbaiknya dalam membersamai dan menyemangati proses saya dengan cara masing-masing yang begitu indah.. :’) Dan tentu saja Kepada Sang Maha Memiliki Seluruh Alam Raya Beserta Isinya, Sang Maha Hidup Yang Memiliki Kehidupan Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang Maha Lembut lagi Maha Santun Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana Sebesar apapun rasa syukur terbendung, tak kan mampu menandingi Sang Maha Mensyukuri HambaNya
Bersama tulisan ini pula teman-teman, Izinkan saya turut belajar meniru salah seorang yang dijamin masuk Surga dengan mengusahakan kehadiran saya pada proses yang tengah teman-teman jalani Jika hal itu dirasa teman-teman dapat membantu dalam proses perjalanannya.. :’) Hingga kelak saat saya membawa Catatan Perjalanan Pulang ini Kepada Sang Pemilik Hidup, saya dapat menunjukkan catatan perjalanan yang mengantarkan saya pada Kasih Sayang Abadinya..
Lewat tulisan ini pula teman, Saya ingin menyakinkan bahwa teman-teman tidak sendirian dalam setiap proses yang tegah dijalani.. Dan yakinlah perjalanan panjang yang mungkin tengah terasa berat suatu hari nanti akan berakhir Maka semoga ujung perjalanan ini kelak mempertemukan kita dengan versi Diri Kita yang Lebih Baik
Dan apabila teman-teman yang menemukan tulisan ini, memutuskan menghubungi saya, namun tak mampu saya bersamai Semoga teman-teman dimudahkan untuk memahami bahwa akan selalu ada Dia Yang Maha Dekat, membersamai kapan pun, dan dalam kondisi apapun
Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” - QS. As Saffat 37 : 99 -
Semangat Berproses Kawan Saya disini jika dibutuhkan untuk membersamai proses kalian
Tumblr media
0 notes
setyasri · 4 years
Text
Kenalan Yuk!
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh teman-teman! Tulisan ini merupakan tulisan yang tidak direncakan seperti yang sudah-sudah hehe Jadi hari Selasa 14 April 2020 kemarin saya berkesempatan mengikuti sharing session Sharing session ini diadakan oleh @temanbaik_kamu dengan pembicara Psikolog kece @annisappratiwi Tema sharing sessionnya adalah Mengenal Diri, Mulainya darimana? Nah tulisan ini jadi semacam notulensinya gitu dengan bumbu ala saya tentunya yaa.. Awalnya hanya mau sharing ke teman saya tidak kebagian kuota saat itu Setelah dipikir-pikir kenapa ga dipost disini saja sekalian, mungkin ada teman-teman lain yang membutuhkan :) Mungkin beberapa dari teman-teman ada yang merasakan terlalu teoritis atau bertele-tele Nah, bagi teman-teman yang mau mencoba memahami dengan meluangkan cukup waktu menyimak tulisan panjang berikut, monggo boleh sekali melanjutkan membaca :) 
Proses Mengenal Diri ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana Misalnya dengan menyadari nafas Sebab dari menyadari nafas ini, kita bisa explore banyak hal Menyadari perasaan yang sedang kita rasakan.. Menyadari pikiran yang sedang ramai.. Dan bahkan menyadari pula pola perilaku kita..
Berangkat dari menyadari nafas ini, kita juga bisa belajar mengenali alarm tubuh kita Alarm tubuh setiap orang beda-beda Misalnya seseorang yang sedang berada dalam posisi tidak nyaman, akan lebih peka mendengar hal-hal yang tidak diinginkan Atau sangat mudah terganggu dengan melihat hal-hal yang membuat semakin tidak nyaman Bisa jadi, misalnya dalam situasi tertentu yang mungkin belum dikenali, Merasa deg-degan, tangan keringetan, perut mules Saat alarm tubuh itu mulai dirasakan, bisa jadi tubuh kita sedang ingin menyampaikan sesuatu
Hal yang bisa dilakukan ketika kondisi itu terjadi, adalah dengan mengambil jarak, mengambil jeda Tenangkan diri dulu.. Perlahan.. kemudian kenali kira-kira respon apa yang bisa diambil Lakukan terus menerus dengan perlahan, mengenali proses yang terjadi setiap kali mulai merasakan ketidaknyamanan itu..
Setiap perilaku atau hal-hal yang terjadi pada diri kita, merupakan perpaduan interaksi antara nature dan nurture Bakat atau keturunan genetis dan lingkungan yang membentuk kita Misalnya jika orangtua memiliki kecenderungan cemas, maka anak memiliki faktor resiko yang lebih besar untuk mengembangkan bakat cemas Mungkin iya, banyak yang tidak bisa kita kontrol baik bakat maupun lingkungan Tapi ada yang selalu bisa kita kontrol, respon kita terhadap situasi-situasi itu
Maka memahami apa yang bisa kita kontrol dan apa yang tidak bisa kita kontrol sangat membantu dalam Proses Mengenal Diri ini.. :) Tapi tunggu dulu! Apa yang akan kita kontrol kalau kita belum mengenalinya?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya Proses Mengenal Diri dapat dimulai dari Mengenal Perasaan Menyadari Pola Respon yang kita tunjukkan dalam menghadapi suatu situasi Feedback atau masukan dari orang lain Nah seberapa besar sih masukan orang lain yang harus kita dengarkan?
Terdapat sebuah quadran yang mampu membantu kita mengenali diri kita berkaitan dengan pandangan orang lain Namanya Johari Window Quadran I : Open Area Pada area ini terdapat sisi diri kita yang telah kita kenali dan orang lain juga mengetahuinya
Quadran II : Hiden Area Sisi diri kita yang sudah kita sadari, namun orang lain tidak mengetahui Bisa jadi sisi ini memang sengaja kita tutupi Nah, Proses Mengenal Diri bisa dimulai dengan eksplorasi pada area ini Jika memang ada sisi yang masih kita tutupi, tidak ingin orang lain mengetahui Kita bisa mengeksplorasinya dengan menanyakan kenapa kita menutupi sisi itu Apa tujuan dari diri kita menutupi sisi itu dari orang lain
Quadran III : Blind Area Sisi diri kita yang belum kita sadari, namun justru telah dikenali orang lain Nah, dari area ini pun kita bisa eksplorasi untuk Mengenal Diri kita lebih baik Misalnya dengan mengamati respon kita terhadap pendapat orang lain Misal teman karib kita menyampaikan pendapat mengenai salah satu sifat yang awalnya belum kita ketahui Kenali respon kita saat mendengar pendapat itu seperti apa? Apakah fight atau flight? Salah satu yang dinilai baik untuk dilakukan ialah dengan menghadapinya atau fight Namun, Fight pun juga perlu dilakukan dengan pertimbangan baik-baik, tidak asal hajar Tujuannya agar eksplorasi diri tersebut bisa terpenuhi Eh, kenapa ya, kok dia bisa menilai aku seperti itu? Apa ya, yang dia lihat dari diriku sampai dia bisa menilai seperti itu? Apakah kemudian flight dengan menyangkal, menutupi atau menghindar itu tidak baik? Mungkin memang beberapa dari kita memberikan respon pertama dengan menyangkal “Masa sih? Aku gitu ya?”, “Enggak ah, perasaan aku ga kayak gitu..” Maka flight ini pun bisa kita jadikan sebagai tempat untuk eskplorasi mengenal diri Kenali lagi dengan perlahan mencari tahu, kenapa ya respon itu yang saya munculkan Atau kenapa saya menyangkal sifat itu? Apa tujuan kita menyangkal sifat itu? Atau kekhawatiran apa sih yang kita miliki dengan adanya sifat itu dalam diri kita? Perlahan terus digali..
Quadran IV : Unknown Area Sisi diri kita yang belum kita sadari dan orang lain pun juga tidak mengenalinya Nah.. ini juga bisa di eksplore, tapi mungkin membutuhkan banyak effort
Proses Mengenal Diri ini merupakan suatu Long Life Learning Artinya butuh waktu seumur hidup bagi kita untuk terus belajar mengenal diri kita sendiri Namanya juga belajar, sangat wajar jika kemudian kita melakukan kesalahan, maupun mengalami kegagalan Maka jangan lupa sediakan stok sabar yang luar biasa agar saat gagal bisa coba lagi, saat jatuh berdiri lagi :) Ingat, kita selalu bisa memilih dalam merespon Termasuk dalam merespon kegagalan Kita bisa menjadikan kegagalan sebagai tempat belajar mengakui kesalahan, Belajar memahami keterbatasan diri Dengan tidak menyangkal atau menutup-nutupi Kita bisa mencoba memaknai kembali kesalahan yang kita lakukan Melakukan evaluasi terhadap respon kita terhadap situasi yang kita hadapi Atau bisa juga introspeksi diri, perlahan melihat kembali prosesnya Agar esok lusa, kesalahan atau kegagalan itu tidak terulang..
Kenapa sih kita musti Mengenal Diri? Apa Pentingnya? Teman-teman pernah merasakan sesuatu yang tidak nyaman? Ndak tau datangnya darimana, kayak ada yang mengganjal tapi ga tau juga itu apa, Bahkan saking tidak nyamannya menggangu kita dalam melakukan aktivitas harian, Atau tau harus melakukan suatu aktivitas, tapi kok rasanya berat banget ya ngerjainnya? (ini sih saya, hehe) Bisa juga mungkin saat sudah terlalu nyaman dengan aktivitas yang berulang, Tapi terasa hampa, atau kita terpaksa melakukannya Dan kondisi-kondisi tidak nyaman itu, terus berulang Rasanya kok seperti berlarut-larut dalam rasa tidak nyaman itu Mungkin juga tanpa sadar selama ini kita memendam rasa bersalah yang teruss mengikuti Paling tidak dengan Mengenal Diri, kita bisa perlahan menyadari pula kondisi apa yang membuat kita tidak nyaman atau apa yang membuat kita terus merasa bersalah Dan yang terpenting, Ternyata ujung dari Mengenal Diri ini adalah Proses Pengenalan juga dengan Pencipta kita.. :’) Dengan perlahan mengenal diri kita, kita bisa belajar menerima bahwa apapun yang ada dalam diri kita, apapun kondisi lingkungan kita, apapun yang terjadi pada kita adalah suatu hal yang sangat baik bagi kita yang telah Allah siapkan untuk kita..
Selain manfaat itu, seorang ilmuwan bernama Daniel Goleman menyampaikan dampak dari Proses Mengenal Diri dalam 4 tahap Self Awareness Kondisi dimana kita kenal betul dengan diri kita Menyadari setiap proses yang terjadi dalam diri kita
Self Management Setelah kenal betul siapa diri kita, apa yang kita inginkan, apa tujuan kita Perlahan kita akan belajar untuk mengelola respon dari diri kita atas setiap kondisi yang dialami Misalnya sedih, oke menangis, seberapa intens, seperti apa dalam meluapkan kesedihan, kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi itu..
Social Awareness (Emphaty) Setelah pengamatan pada diri sendiri sudah biasa kita lakukan Pengamatan kita biasanya akan meluas pada lingkungan sekitar kita Pada interaksi yang terjadi di sekitar kita Tidak hanya pada interaksi antara manusia, tapi juga semesta Sebab dengan kita terbiasa belajar mengamati diri sendiri Kita juga kemudian bisa belajar memahami mengapa seorang memberikan respon tertentu dalam suatu situasi tertentu Mungkin kita juga menjadi perlahan belajar mencoba memahami kemungkinan yang orang lain itu rasakan dalam kondisi tertentu Disitulah muncul yang namanya empati Maka sangat wajar ketika kita menemui seseorang yang tidak dapat mengerti kondisi orang lain, karena bisa jadi dia belum paham betul dengan dirinya..
Social Skill Dengan kita memahami siapa kita, memahami orang lain yang akan kita ajak interaksi Maka interaksi sosial yang kita bangun pun akan semakin terasa nyaman, baik untuk diri kita maupun orang lain Sebab dari proses pengamatan yang terus kita latih dapat membantu kita memposisikan diri saat berinteraksi dengan orang lain
Keempat tahap tersebut, meskipun tidak dijelaskan oleh Daniel Goleman, pada akhirnya mengantarkan pada pengamatan diri kita yang lebih luas Yakni mengenai pengamatan interaksi diri kita dengan Pencipta Alam Semesta Masih ingat tentang menyadari apa yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kita kontrol? Bagian yang tidak bisa kita kontrol, Itulah Bagian Sang Pencipta Kita pasrahkan kepadaNya Pasrah bukan berarti kemudian menyerah Kita masih punya bagian yang bisa kita kontrol, Kita masih selalu bisa untuk terus perlahan mengeksplorasi bagian-bagian yang bisa diperbaiki Jika buntu, cari sudut pandang baru Bisa dengan misalnya menghubungi orang terdekat yang kita percaya Karena dalam interaksi dengan orang lain, sejatinya kita sedang bercermin, baik itu interaksi  yang nyaman maupun tidak nyaman Perlahan cari tahu, kira-kira potensi apa dalam diri kita yang sedang orang lain itu pantulkan Atau cari tahu lagi sejatinya dia sedang mengajarkan apa Sisi dari diri kita bagian mana yang tengah ia beri kesempatan untuk diperbaiki Jika ternyata usaha-usaha tersebut masih bertemu buntu, Maka siapkan keberanian lebih untuk langkah berikutnya, Berbesar hati membuka diri untuk mencari bantuan profesional jika memang itulah hal terbaik yang dirasa perlu untuk dilakukan :)
Perlahan langkah kita pun akan berujung pada Hati yang Bersyukur Seperti apa itu Bersyukur? Tidak hanya terhenti pada keyakinan bahwa apa yang ada pada diri kita ialah yang terbaik dari Pencipta Tapi juga tentang dengan apa yang ada pada kita, apa yang bisa kita lakukan Dampak apa yang akan kita berikan dengan keberadaan kita Lantas Bagaimana cara memulai Proses Mengenal Diri ini? Tenang Saat suatu situasi tidak nyaman menghampiri Saat kalut begitu ribut Perlahan ambil jeda Menyadari nafas.. Relaks.. Persiapkan diri sebagai pengamat objektif, bukan sebagai korban maupun pelaku Perlahan mulai disadari perasaan apa yang sedang berebut ingin diperhatikan Kemudian sadari reaksi tubuh yang muncul Perlahan kenali pula pikiran-pikiran yang datang Diterima saja.. Tanpa dihakimi, tanpa ditolak keberadaannya Perlahan kembali sadari kejadian apa yang menimbulkan reaksi-reaksi tersebut Kembali diterima saja dulu, tanpa penilaian Kemudian kenali kecenderungan perilaku yang kita munculkan untuk merespon situasi tersebut Perlahan cari tahu alasan dari munculnya perilaku itu Apa yang melandasi Apa tujuannya muncul perilaku itu Dengan tetap menyadari bagian yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kita kontrol, maka pilihan apa yang akan kita lakukan selanjutnya Pertimbangkan pula Konskuensi Positif dan Konskuensi Negatifnya Dengan kebebasan memilih yang kita miliki, Maka sepatutnya dibersamai pula keberanian untuk bertanggungjawab atas setiap pilihan yang telah kita tentukan Maka perlahan realisasikan pilihan solusi kita tersebut dalam suatu aksi nyata..
Pada proses tersebut, sejatinya kita tengah memberi kesempatan untuk bertemu dengan diri kita sendiri Terdapat sisi-sisi dalam diri kita, jika boleh diibaratkan layaknya seperti anak-anak yang gemar sekali tantrum Anak-anak ini ramai sekali saling berlomba mencari perhatian Tak jarang, tanpa sadar kita meresponnya dengan mencari pemenuhan kebutuhan mereka melalui orang lain Padahal sebenarnya mereka sedang mencari perhatian kita Misalnya karena kita merasa tidak cukup berharga lantas serta merta menyalahkan orang lain dengan dalih mereka tidak cukup menghargai kita, atau terus menerus menuntut penghargaan dari orang lain yang, mungkin sedikit banyak mulai tidak masuk akal.. Maka dengan menyadari kehadiran anak-anak tersebut Kita bisa menyadari dan mengelola untuk Go Within bukan Go Outside Perlahan kita temui anak-anak ini Apa yang sebenarnya dia butuhkan Apa yang bisa membuat dia nyaman Perlahan mulai bersahabat baik dengan diri sendiri Bisa dengan melakukan aktivitas yang kita sukai misalnya
Atau bisa juga dengan melakukan Self Talk Self Talk yang seperti apakah yang bisa membantu kita mengelola diri? Usahakan saat melakukan perbincangan dengan diri sendiri dengan pemilihan kata yang lebih membangun Sebisa mungkin hindari mengkritik diri, menyalahkan diri, atau justru menjatuhkan diri sendiri.. :) Sudah terlalu banyak netijen yang rajin mengkritik kita (eh) Maka yuk mari imbangi dengan kita tetap berusaha membangun diri kita menjadi lebih tangguh demi perkembangan diri ini.. :)
Dengan tetap menyadari bahwa proses ini memerlukan waktu seumur hidup, Maka bersabarlah.. Perlahan.. Tak Perlu memburu dan tergesa, menuntut untuk segera selesai Tidak mudah memang perlahan melepas topeng satu persatu yang telah bertahun-tahun biasa kita gunakan Membuka lapisan demi lapisan yang setiap prosesnya semakin membawa air mata berlinang..
Dengan menyadari betul bahwa proses ini merupakan proses seumur hidup yang tidak mudah Maka belajarlah pula untuk membiasakan mengapresiasi diri terhadap hal-hal yang mungkin kita anggap kecil Tentu karena ini perjalanan panjang, mengambil jeda pun boleh dilakukan Tapi ingat, bersegeralah untuk kembali memulai.. :)
Perjuangan panjang dan tidak mudah itu, tentulah kelak akan berbuah, dengan seizin Allah.. Paling tidak pada suatu pemahaman Semoga perlahan demi perlahan semakin membawa kita memahami peran apa yang sebenarnya tengah Sang Pencipta titipkan melalui kehadiran kita di muka bumi ini.. Bukan justru untuk mengasihani diri sendiri Atau bahkan untuk berlarut-larut bertahan dengan cara yang mungkin sudah usang
Semangat Bertemu Kembali dan Berteman Baik dengan Diri, Kawan! <3
Magelang, 15 April 2020 15:39 Pencarian Peran dan Upaya Perbaikan Diri dalam Kungkungan Pandemi
0 notes
setyasri · 5 years
Text
Rumah
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh, Senang bisa menjumpai teman-teman kembali melalui portal ini :) Sebenarnya tulisan ini sudah hampir pernah tersusun, mungkin sekitar satu pekan lalu Tapi sayangnya dalam penulisannya, puff.. jadilah ladang gandum coklat lezat, hilang maksudnya hehe, tidak tersimpan dengan baik, sehingga saya perlu menuliskan ulang, :)
Sama seperti tulisan sebelumnya, saya rasa penyusunan tulisan kali ini juga tidak dapat selesai sekali duduk Sebenarnya saya dulu, wkwk, beberapa waktu lalu, lebih menyukai menyelesaikan sesuatu dalam satu kali duduk Terlihat keren? Atau terlihat rajin? Enggak ya.. Yang sebenarnya terjadi ialah karena saya merasa cukup pemalas, merasa ya, belum tentu iya kan, hehe Sebelumnya saya akan menyelesaikan sesuatu dengan menumpuk semuanya menjadi satu, dan dalam waktu yang sudah saya tentukan, biasanya saya akhirkan, hehe baru saya kerjakan semuanya sekali duduk. Misalnya, cuci baju, cuci piring, wkwk, bisa dibayangkanlah betapa joroknya kamar kosan saya, hehe Mohon jangan ditiru kawan-kawan Budiman.. <3 Saya ga tau, kenapa kebiasaan ini muncul, kalau sejak kapannya, sepertinya sejak kos pertama kali di Solo tahun 2012, hmm.. sudah lama juga ya ternyata, sudah saatnya coba ganti gaya baru kan? :D
Well, akhir-akhir ini saya tengah dibenturkan dengan beberapa style saya dalam menghadapi masalah, kalau teman-teman keren saya biasa menyebutnya dengan coping strategy, yang sudah mulai usang Means, tak lagi efektif digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi masalah deh, kalau teman-teman termasuk dalam aliran yang menganggap bahwa masalah harusnya dihadapi tidak harus diselesaikan, sebab yaa mungkin saja kalau masalah kita di dunia selesai, berarti selesai juga urusan kita di dunia.. :)
Intinya banyak kebiasan, banyak cara yang selama ini saya gunakan, ternyata salah kalau bahasa kasarnya, Bahasa halusnya, sudah tidak lagi bisa maksimal dalam penggunaannya Salah satunya menyelesaikan suatu tugas dalam sekali duduk :) Cara baru yang sedang ditawarkan oleh lingkungan saya adalah melakukannya secara bertahap, atau orang jawa menyebutnya dengan istilah nyicil bukan mecicil ya, soalnya mereka beda makna hehe Kata pertama itu kata kerja, kata kedua merupakan kata sifat yang artinya menyebalkan wkwk Mungkin karena makna dua kata itu berdekatan dalam benak saya, Jadi, bagi saya yang masih berproses ini, melakukan sesuatu secara bertahap itu menyebalkan wkwkwk Apalagi di awal-awal saya mencobanya, namanya juga masih amatiran yak, belum menemukan ritmenya dan justru bertemu dengan pengalaman yang tidak mengenakkan Wajar juga sebenarnya kalau dipikir sekarang, ya namanya belajar naik sepeda misalnya, toh biasanya juga akan terjatuh dulu kan? Hanya saja saat ini lutut saya belum sembuh benar, atau saya takut jatuh lagi, sehingga saya belum memulai mencobanya lagi, dasar banyak alasaaaan haha
Teman-teman bisa bayangkan? Ketika cara lama sudah dinilai tidak efisien, tapi cara baru masih belum mahir dilakukan. Apa yang teman-teman lakukan? Saya? Kalau saya ya.. stag. Berhenti. Kemudian menghindar wkwk. Ini juga jangan ditiru yaa.. hehe Bukannya segera menyelesaikan, saya justru berputar-putar, melihat-lihat, mencari-cari cara menyelesaikannya Alhasil, saat semua tengah berlomba, saat semua tengah bersiap memulai fase baru, Saya masih disini-sini aja, masih belum berani maju, (tersenyum getir)
Parahnya, dalam prosesnya saya sempat marah, mempertanyakan kepada Yang Maha Memberi Hidup Kenapa sih saya harus hidup seperti ini? Mau sampai kapan saya bergelimangan harta  dalam ketidakpastian ini? Akankah usai bisa segera saya temui? Akankah kelak ada perbedaan yang saya jumpai? Maha Besarnya Yang Maha Hidup, Dia memberi jawaban dengan membawa saya sedikit mengintip hidup orang lain Dalam perjalannya saya tertegun, GR sekali saya, jika menganggap hanya saya yang berproses di sini Setiap orang tengah berdarah-darah berjuang mengenal diri mereka sendiri Mungkin iya, saat ini saya tak menemukan jawabannya Tapi bisa jadi kita tengah dilindungi dari hal yang sangat membahayakan hidup kita.. :)
Diantara banyaknya pertanyaan yang berputar di kepala saya, salah satu diantaranya adalah Mengapa saat ini, saya rasakan sebagai proses yang berat Setelah beberapa kali merenung, berdiskusi, mengamati Sejauh yang saya temukan adalah karena apa yang selama ini saya pahami Apa yang selama ini saya yakini efektif dilakukan Selama 25 tahun tidak masalah menggunakannya, telah menemukan masa usangnya Memang, saat ini tengah mencoba cara baru yang kata orang efektif Tapi dalam mencobanya diperlukan segala kesediaan dan kesiapan, yang nyatanya cukup mahal harganya Sebab artinya kita harus bersedia meninggalkan hal-hal yang selama ini kita anggap nyaman pun kita juga harus siap dengan ketidaknyamanan yang mungkin akan kita hadapi :)
Hingga suatu obrolan dengan seorang teman mengantarkan pada perumpamaan
“Coba kalau bayi merasa nyaman dengan duduk, tanpa merasa perlu belajar jalan Coba kalau dalam prosesnya belajar jalan, ia terjatuh dan tak mau mencoba lagi Mungkin seumur hidupnya ia tidak bisa berjalan”
Padahal saat ia belajar berjalan, bisa saja dia tak paham, bahwa dengan berjalan ia dapat menjumpai dirinya dalam versi yang lebih baik, ia akan mampu mengeksplorasi lingkungannya dengan lebih leluasa Kenapa semangat pantang menyerah itu kini memudar? Bukankah kita sama saja dengan para bayi itu?
Mungkin kita hanyalah bayi yang tengah belajar menjalani kehidupannya.. :)
Haah.. Obrolan-obrolan dengan mereka yang mau mendengarkan tanpa menghakimi, Menguatkan tanpa membuat merasa lemah, yang kemudian memantik munculnya tulisan ini Saya merasakan penerimaan apa adanya itu, terasa sama seperti Rumah.. :)
Rumah bagi saya merupakan suatu tempat dimana saya mampu meletakkan segala resah Mengumpulkan kembali segala asa yang terserak Tempat saya kembali saat tak tau lagi kemana arah langkah kaki Beberapa kesempatan saya temukan pada mereka yang mau mendengarkan pikiran-pikiran aneh saya Seringnya saya temukan pada bentuk fisik yang selama ini saya kenal dengan sebutan Rumah Salah satunya saya temukan pula pada portal ini.. :)
Awalnya menemukan portal ini sebagai tempat segala muara keluh kesah Makanya beberapa tulisan panjang, yang beberapa kali saya sampaikan, fungsinya lebih kepada tempat mengurai pikiran kusut saya Sempat berpikir semoga diantara kusutnya pikir dapat satu dua hal yang bisa membawa pada pemaknaan yang baik, bukan malah mengajak semakin kusut ya, hehe Namun dalam perjalanannya, banyak pikiran kusut lain yang menyertai Kenapa malah nulis panjang disini? Bukankah ada hal lain yang lebih penting untuk ditulis? Yakin proses ini bermanfaat buat dirimu? Atau pelarian aja? Bukankah keluh kesah sebaiknya disimpan? Kenapa malah diumbar? Bagaimana jika busukmu diketahui “orang asing”? Dan pemikiran-pemikiran lain yang mau ga mau dipengaruhi oleh penilaian dari lingkungan Sejauh pemahaman saya saat ini, paling tidak dengan mengurai kusut disini, ada satu dua pemahaman baru yang muncul Harapannya, pemahaman itu pun dapat ditemukan bagi “orang asing” yang secara random menemukan tulisan ini, :) Awalnya sedih juga saat portal ini “sepi”, tidak banyak tanggapan yang saya dapatkan setelah meletakkan resah disini Semakin kesini, saya menyadari justru kenyamanan ini yang saya butuhkan Salah satu yang menjadikan portal ini sebagai Rumah
Rumah juga saya temukan pada mereka teman-teman baik yang Allah kirimkan dalam perjuangan kali ini Masya Allah merasa beruntung sekali setiap waktu luang dan telinga yang tanpa bosan mereka siapkan Bahkan tak jarang berbonus pelukan hangat.. :’) Terlebih dari semua itu yang saya rasakan adalah penerimaan atas pemikiran-pemikiran yang kadang aneh bagi mereka, namun bisa mereka terima, kalau kelewat aneh ga jarang mereka tantang sih, hehe Jadi dapat pemahaman baru lagi setiap seusai berbagi dengan mereka. Masyaa Allah, Alhamdulillahi thatimusholihaat..
Meskipun pada prosesnya ya tidak mudah Perlawanan, mm.. perjuangan menenangkan diri sendiri ketika awal memulainya dengan pemikiran-pemikiran yang asik riuh rendah bergelut Mereka kan udah banyak pikiran kik, ngapain kamu tambahin? Nambah-nambahin beban aja kamu tu.. Caper banget sih kik, pengen banget diperhatiin? Ih gengsi dong, berarti kamu lemah dong, ga sekuat dia dong sampai minta bantuan pada orang lain? Yakin mereka bisa dipercaya? Gimana kalau justru menceritakan pada orang-orang lain? Namun, setelah mencoba memberanikan diri, yang saya terima justru tanggapan yang menenangkan, menghargai, dan bahkan mendukung..
Masyaa Allah.. selalu merasa beruntung Allah titipkan pada mereka.. Terimakasih yaa temaan.. Semoga Allah balas segala kebaikan teman-teman dengan kebaikan yang jaaaaauuuuh berkali-kali lipat.. :’)
Saya paham, tidak semua teman-teman seberuntung saya dengan menemukan lingkungan yang sedemikian baiknya.. Namun, kita bisa lho menciptakan lingkungan tersebut.. Pemikiran tersebut yang kemudian mengantarkan saya pada pemahaman, mungkin iya kita tidak bisa menuntut lingkungan agar seperti apa yang kita mau, Namun kita bisa lho, setidaknya menjadi lingkungan yang seperti kita inginkan Sehingga pada beberapa kesempatan, saya menempatkan diri sebagai Rumah bagi orang-orang terdekat saya Rumah yang selalu ada, selalu siap didatangi Selalu mendengarkan, menerima tanpa menghakimi Rumah yang menyediakan apapun yang dibutuhkan termasuk di dalamnya bantuan jika diperlukan
Bahkan kawan, saya pernah menempatkan diri sebagai rumah bagi dia yang saya kira akan menetap, namun ternyata hanya singgah :’) Sempat berbesar kepala, pergilah, tak mengapa, toh pada akhirnya esok lusa, aku tempatmu kembali Nyatanya.. Tidak Haha, bodoh.
Menyadari kebodohan-kebodohan yang pernah kita alami teman, membawa kita pada pemahaman baru Mungkin memang iya kita bisa mengusahakan lingkungan yang baik untuk sekitar kita. Namun jauh sebelum itu, sudahkah kita menciptkan lingkungan yang baik bagi diri kita sendiri? Sudahkah kita menjadi Rumah bagi diri kita sendiri? Sudahkah kita merasa nyaman, jujur pada diri sendiri, memberi kesempatan pada diri untuk menerima perasaan-perasaan yang mungkin tidak kita harapkan atas kejadian-kejadian di luar dugaan kita? Sudahkah kita merasa nyaman dengan sisi-sisi, bagian dari diri kita yang mungkin tak sebaik yang kita harapkan.. Mungkin hal pertama yang bisa teman-teman lakukan adalah menerimanya Baik.. ternyata saya tidak sepiawai mereka.. Oke.. ternyata saya tidak sesempurna dia.. Maka semoga dengan adanya penerimaan dan kesadaran yang telah kita lakukan, kita mampu kemudian untuk mengelola segala sumber daya dalam diri kita untuk menjemput versi diri kita yang lebih baik.. :)
Sebab sejauh yang saya pelajari kawan, dengan menjadi Rumah bagi diri kita sendiri Paling tidak hal tersebut mampu membantu kita menyusun Rumah Impian kedepannya Rumah dimana kelak kita mampu meletakkan segala resah Rumah tempat kita tidak merasa keberatan untuk jujur dengan diri kita sendiri Rumah dimana kita dapat menyusun satu persatu asa dan tempat kembali disaat perlahan kita menyusun rencana-rencana pencapaiannya.
Dan.. Well.. Sebuah pemikiran seolah meruntuhkan segala tulisan panjang di atas kawan Sebuah pemahaman yang baik itu baik Namun alangkah lebih baik jika ia diikuti dengan langkah riil pencapaiannya Maka, semoga sedikit demi sedikit pemahaman yang mampu kita kumpulkan sejauh ini, Mampu pula melipat jarak dengan realita yang mau tidak mau harus kita hadapi Semangatlah berjuang kawan Menepilah jika rehat dirasa perlu untuk dijumpai Semoga hari demi hari yang kau lalui semakin menguatkan dan melindungimu dari rasa jemu dalam berproses
Tak perlu memburu Cukup lakukan satu persatu dari sekarang Perlahan demi perlahan Cukup pastikan langkahmu tidak terhenti lama..
Dari aku yang bertumbuh bersamamu, yang selalu menyanyangimu Sepenuh hati mengutarakan maaf jika ternyata kemelut pikiran yang tertuang teramat panjang.. XD
Tersusun dalam 3 waktu dan 2 tempat yang berbeda 12 & 25-26 Februari 2020 Magelang - Yogyakarta
0 notes
setyasri · 5 years
Text
Self Reminder
Halo Diri, senang menjumpaimu di 2020 ini :) Bangga melihatmu, membersamaimu berproses dan berjuang sejauh ini Terimakasih telah bertahan hingga sejauh ini, sungguh kamu hebat Kelak jika kau menemukan tulisan ini semoga kau akan mengingat kembali bagian-bagian kecil yang sempat kau temukan dalam setiap perjalanannya..
Wahai Diri.. Saat mendung terlampau pekat menggelayut
Tumblr media
Saat justru dinding suram menghadang yang kau temui
Tumblr media
Saat tujuanmu nampak terlampau tinggi untuk digapai
Tumblr media
Saat seolah segala cara yang kau coba, justru mengantarkanmu pada jalan buntu
Tumblr media
Seolah secelah pun tak memberi pilihan selain menelanmu dalam gelap
Tumblr media
Sebab seolah tak satu pun mampu kau lakukan hingga membawamu merasakan murka
Tumblr media
Atau bahkan ketika semua seolah membawamu pada ketakutan yang tak pernah usai mengejar
Tumblr media
Mengantarkanmu pada aroma busuk menjijikkan yang entah datang dari mana
Tumblr media
Membuatmu semakin merasa kecil dan tertindas
Tumblr media
Membuatmu menjadi terlampau peka dari dirimu yang terduhulu, tak ingin terlihat oleh mereka yang sebelumnya mampu  mengajakmu bersenang-senang..
Tumblr media
Bahkan saat pertahanan diri terbaik melawan dirimu sendiri seolah tak lagi ampuh
Tumblr media
Atau kesadaran yang menghantammu dengan telak, memaksa menerima sakit saat terpelanting menjauhkan dari perencanaan-perencanaan yang telah kau tata dengan begitu rapih
Tumblr media
Memaksamu merelakan mereka yang saling berlomba mengepakkan sayap semakin menjauh, berbalut basahnya langit abu-abu
Tumblr media
Tanpa terasa, satu dua selisih paham dan tekanan-tekanan rendah semakin membuatmu saling berjarak
Tumblr media
Hingga dia yang selalu mengiringi langkah perjuangan, menghilang
Tumblr media Tumblr media
Atau perjuangan yang selama ini kau lakukan demi menciptakan dunia indah untuk berdua, seolah tak bermakna  bagi dia yang ternyata tengah asik dengan dunianya sendiri
Tumblr media
Pekerjaan panjang tak memberimu jeda, sebanyak apapun yang telah kau lakukan, sebanyak itu pula antrian panjang tak pernah usai menuntutmu untuk segera diselesaikan
Tumblr media
Pikiranmu sedikitpun tak membantu, bertubi-tubi mencoba mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan, benarkah segala daya upaya yang saat ini tengah dilakukan membawamu pada mimpi-mimpimu, atau justru tengah membuat mimpimu semakin menjauh?
Tumblr media
Semua hal berkecamuk, berlomba untuk merasuk, meminta diutamakan, hingga membuatmu tak lagi paham, manakah yang seharusnya di atap atau di bawah
Tumblr media
Maka, kenalilah lelahmu.. Saat satu senyuman membutuhkan begitu banyak usaha, Saat hanya satu dua yang mampu kau kerjakan, Seolah sedikitpun tak menyisakan apapun dalam raga
Tumblr media
Terkadang yang hanya perlu kau lakukan adalah membukanya Terlepas begitu banyak pertanyaan Tak peduli beribu kemungkinan Cobalah untuk sejenak membukanya..
Tumblr media
Ambilah jeda, Temukan tempat istirahat terbaikmu yang mungkin tersembunyi dalam semaraknya kekacauan pikirmu..
Tumblr media
Ciptakanlah ruang damai terbaik versimu yang tanpa kau sadari, mungkin selama ini sebenarnya selalu berada di dekatmu,
Tumblr media
Maka dengan teriring satu dua helaan napas panjang dalam penantian kesendirianmu, perlahan amatilah dengan lebih bijaksana..
Tumblr media
Bukankah dengan memahami gelap, membuatmu lebih mudah menghargai berkas-berkas cahaya penuh warna?
Tumblr media
Bukankah dunia yang selama ini berdampingan, cukup membuatmu berteman dan memberimu ruang untuk menikmati perjuanganmu masing-masing, tanpa terlampau saling memberikan distraksi
Tumblr media
Bukankah dalam rehat yang kau sempatkan untuk sayapmu justru mengantarkanmu pada mereka yang rela berbagi canda tawa?
Tumblr media
Bukankah selisih paham, satu dua tekanan rendah itu justru merekatkan?
Tumblr media
Mungkin kau terlampau sibuk dengan memusatkan pandang pada mimpi-mimpimu, hingga abai pada satu dua warna-warna lain yang coba mereka tunjukkan
Tumblr media
Memang iya, tak seinci pun menyusutkan jarak dengan mimpi-mimpimu, Paling tidak cukup untuk membuatmu tak lupa bagaimana caranya tersenyum
Tumblr media
Bagaimana kesederhanaan dapat menghangatkan dalam perjuangan
Tumblr media
Menularkan kekuatan saat lelah menyertai langkah
Tumblr media
Maka ketika segala macam tengah saling berkecamuk, Beri ruang untuk menikmati sisi-sisi keindahannya Beri kesempatan dirimu untuk menerima dan menikmati hal-hal yang menyertai perjuanganmu
Tumblr media
Hadirkan dengan penuh dan utuh dirimu dalam menyambutnya Bahwa terkadang dalam perjalanan panjang yang melelahkan Satu dua diantaranya melegakan, menenangkan, bahkan menguatkan
Tumblr media
Semoga esok lusa kebijaksanaan tak enggan menghampiri untuk menuntunmu melihat yang tak hanya sebatas pandangmu.. Hingga buntu yang kau temui mampu kau perpanjang menjadi jalan perjuangan yang bersejarah
Tumblr media
Dan.. seperti itulah dirimu sebelumnya, kik Cekatan menemukan beribu alasan bahkan sebelum menggenapkan niat untuk mencoba Memang tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi Namun semakin tak kita ketahui, jika tidak mencobanya bukan? Maka cukup pastikan setiap langkah yang kau ambil, beriringan dengan hati yang penuh, teguh
Tumblr media
Biarkan mimpi-mimpimu berkembang kik.. Maka saat mampumu tak lagi mengikuti, Teruslah memperlebarnya.. Terus tambahlah tiangnya jika memang kau impikan atap yang megah
Tumblr media
Terimakasih telah berusaha jujur dengan dirimu kik, Meski banyak yang membuatmu untuk tidak melakukannya Terimakasih atas rekaman kenangan dan rekaman gambar luar biasa terkhusus untuk @jessicadhoria, @rahmona_, @dinaismi dan @amalia_tuasikal
Di atas segala rasa terimakasih, rasa syukur yang tak terkira kepada Sang Maha Mensyukuri HambaNya, yang selalu memberikan takaran tanpa sedikitpun melebihi kemampuan hambaNya
Sebuah upaya untuk jujur diantara tingginya ego dalam himpitan batasan waktu dan sempitnya dada Yogyakarta, 10 & 12 Januari 2020
1 note · View note
setyasri · 5 years
Text
Allah’s timing
Tulisan ini sudah ngendon mungkin sekitar dua minggu lalu judul awalnya pun bukan seperti itu judul sebelumnya mungkin akan mengundang kontroversi wkwk, makanya diganti langsung aja lah ya.. monggo..
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh :)
bisanya di jam jam mendekati tengah malam saya sudah terlelap apalagi dalam dua pekan terakhir entah malam ini, lampu kamar yang telah saya matikan, saya nyalakan kembali.. :) Terlaluu banyak hal mengganggu, hmm.. terlalu banyak pikiran yang berdesakan Itu tandanya sudah saatnya saya berbagi, menuangkannya sedikit dalam portal ini.. :) Semoga kondisinya, kondisi pikiran saya, sedikit lebih damai untuk segera menyelesaikan hal lain wkwk
suatu kesadaran pun muncul sejak SMA atau mungkin jauh sebelumnya saya selalu merasa ingin membuat orang lain merasa lebih baik dan masa SMA itu membuatku sadar membuat orang lain merasa lebih baik itu ternyata tidak mudah jadi, kalau itu susah, paling ga kita selalu bisa membuat diri kita sendiri merasa lebih baik, dengan cara kita sendiri :D dan portal inilah salah satunya, wkwkwk
Alhamdulillah perjalanan proses besar menyangkut studi, karir, mungkin juga kehidupan yang musti saya jalani sudah memasuki fase baru proses ini enaknya disebut apa ya? kalau istilah dari kakak-kakak sebelumnya sih ‘ngangsu kawruh ing kawah candradimuka’ intinya belajar berproses di suatu tempat yang memang sangat luar biasa tidak mudah Lebay mungkin ya, tapi ya memang kira-kira seperti itu apa yang sedang saya rasakan Mungkin satu dua kakak-kakak yang pernah berproses di proses ini, ketika menemukan tulisan ini akan tersenyum simpul “apa sih dek..” jangankan kakak-kakak, mungkin teman seperjuangan yang tidak sengaja menemukan tulisan ini, dan orang lain yang terjebak, yang tidak sengaja menemukan tulisan ini pun mungkin akan berpikir, “apa sih kik, lebayatun..” atau mungkin berpikir yang lain..
Bagi saya, proses ini tidak mudah keseluruhannya apa lagi momen-momen yang saat ini tengah saya jalani, menjadi bagian paling pentingnya yaa bisa jadi ini pun lebay juga wkwk biarkan saat ini saya menikmati kelebayan ini untuk esok lusa tersenyum puas Masya Allah.. Alhamdulillah sudah terlewati yaa :D dan lagi-lagi apa yang ditemukan disini sangat terbatas sekali oleh sudut pandang saya bisa jadi yang sebenarnya tidak selebay ini atau bahkan sangat bertolak belakang dengan kondisi yang disampaikan disini semua tergantung dari sisi mana kita mau melihatnya :)
Mungkin ini sudah kesekian kalinya juga ya menyebutkan kenapa proses ini tidak mudah Sudah berkali-kali menyebutkan dalam tulisan sebelumnya Mungkin juga sudah cukup membuat bosan, wkwk bahkan diluar tulisan ini pun berkali-kali cerita ke orang-orang kalau prosesnya tidak mudah Sungguh kelebayan yang haqiqi, yak yak o, nek orang jawa bilang Biarkanlah.. Esok lusa, saya mungkin akan tersenyum saat menemukan kembali tulisan ini :)
Proses ini menjadi tidak mudah sebab didalamnya terjadi suatu proses mental besar-besaran, tentang berdamai dengan diri, berdamai dengan pribadi di luar diri kita, berdamai dengan keadaan
Kenapa berkali-kali saya bilang lebay, sebab sejatinya dalam perjalanan hidup kita Dimanapun proses hidupnya maksudnya seperti apa pun kondisinya Tidak harus di Kawah Candradimuka, masing-masing dari kita tengah berproses dengan kurang lebih hal-hal tersebut Sejauh yang saya pahami saat ini.. :)
Anyway, perjalanan saya kali ini sedang memasuki 2 dari 3 fase! karena tulisan ini kelamaan ngendon sekarang sudah melewati 2 dari 3 fase! yey! lebih yey lagi!! tepuk tangaan! wkwk dasar cah lebay yaah.. meskipun fase sebelumnya belum benar-benar tuntas.. It’s ok bagian dari proses juga menerima bahwa diri ini memiliki ritme tersendiri dalam menjalani setiap prosesnya coba deh ctrl + f, ketik proses udah berapa kata proses coba yang diketik sejauh ini? wkwk
intinya pada fase baru ini yang tengah berjalan separuh, atau udah ya, di fase kedua ini saya menemukan sebuah pemahaman baru pemahaman tentang peran besar menjadi orangtua, karena saya perempuan, terutama menjadi seorang ibu..
Pada fase ini, beberapa kakak menyampaikan bahwa perjalanannya mungkin akan lebih mudah dibandingkan fase sebelumnya dari hitungan jumlah hari wajib hadirnya memang hanya berjumlah separuh
Nyatanya, justru kelelahan yang amat saya rasakan ada satu masa saya merasa banyak waktu luang yang terbuang namun, setelah saya liat kembali sebenarnya pada fase awal justru saya sangat pontang panting karena menyelesaikan fase sebelumnya yang belum benar-benar tuntas sampai sekarang pun, sebenarnya juga well, sometime kita perlu apresiasi diri dengan fokus pada apa yang sudah kita lakukan daripada sibuk menghitung-hitung apa-apa yang belum dikerjakan take a time, it’s ok to say, 
“Terimakasih diri telah melakukan yang terbaik sejauh ini.” 
separuh sisanya meski saya berangkat lewat tengah hari sejak paginya saya tidak melakukan apapun bahkan pernah dalam satu hari benar-benar tidak melakukan apapun anehnya saat malam tiba, sampai sekarang sebenarnya ketika badan telah lelah mata enggan terpejam mungkin karena terlalu banyak kecamuk pikiran yang gusar terus berputar entah apa maunya
salah satu pemicunya adalah kisah dibalik setiap senyum adik-adik yang kami temui setiap harinya saking mirisnya, bahkan ada satu adik yang dengan sengaja saya enggan mengetahui kisahnya bagaimana kami bisa bertemu di tempat yang sama karena saya paham betul hati ini akan sungguh potek sungguh nelangsa setiap mengetahui jalan yang pernah mereka tempuh
Tempat itu mempertemukan kami, saya dan 7 orang lain dengan 70an anak berusia bayi hingga mendekati usia 20an setiap dari mereka memiliki kisah masing-masing yang mengantarkan kepada tempat kami berjumpa kisah yang sayangnya sangat menghujam dada kami bahkan terdapat seorang anak, yang sebatas saat kami berinteraksi, hati terasa perih
kondisi mereka saat ini yang bisa dibilang tidak beruntung bukan akibat ulah mereka mungkin iya ada satu dua karena ulah mereka tapi ulah mereka itu pun dipicu oleh ulah orang terdekat mereka orang-orang pertama yang mereka percaya orang-orang pertama dalam hidup mereka yang amat mereka andalkan orang-orang pertama dalam hidup mereka yang amat mereka harapkan memberi perlindungan tapi orang-orang pertama itu, dengan mudahnya justru menjadi yang sangat, melukai, menganiaya, menelantarkan, bahkan membuang mereka
orang-orang b*****t pertama itu yang sampai sekarang mereka kenal sebagai orangtua
sejauh menulis sampai disini saya baru menyadari satu hal mungkin selama ini saya kelelahan karena muatan emosi yang saya dapatkan dari mereka, kemudian saya pendam, sangat kuat minggu-minggu pertama saya disana saat berkali-kali patah hati karena mendengar kisah mereka, saya justru tidak bisa menangis bahkan saat ditengah-tengahnya saya berkali-kali digempur dengan beberapa berita duka yang datang bersamaan seingat saya saya baru bisa benar-benar menangis saat hari-hari terakhir saya disana dan terakhir kali saat menuliskan kisah mereka di atas karena di tempat umum aja, jadi sambil jaim :’)
selain merasa kasihan dengan anak-anak ternyata saya juga merasa sangat marah dengan mereka yang membuat anak-anak harus melewati jalan itu yaah.. tau.. memang itu yang ditakdirkan Allah untuk anak-anak itu saya pun ga marah sama Allah karena lagi-lagi kita selalu bisa memilih mau menghadapi takdir kita dengan seperti apa
maka yang bisa kita lakukan ya kemudian bagaimana agar tidak melakukan seperti yang sudah mereka lakukan hayoo mereka refers to siapaa gitu lah ya..
proses ini menjadi tidak mudah bagi saya sebab saya merasa sedang benar-benar berkali-kali ditanya Allah seolah-olah Allah sedang bertanya, dengan caraNya yang saya tangkap, bisa jadi tidak seperti sebenarnya wallahu’alam bishowab hanya mencoba membahasakan pemaknaan yang saya tangkap tanpa sedikitpun mengurangi kebesaran Allah
kira-kira seperti ini
Eh, katanya ada yang pengen nikah? kalau udah nikah terus mau ngapain kik? punya anak ya? yakin udah siap punya anak? banyak anak yang sangat terluka karena orangtua yang ga bertanggung jawab lho kik yakin kamu sudah cukup bertanggung jawab? gimana dengan tanggung jawab ke dirimu sendiri kik?
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang cukup membuat saya terhenti dan berpikir, Alhamdulillah.. AllahuAkbar
Sebelum memasuki fase ini saya selalu mempertanyakan kepada Allah, “Allah, kenapa sih si A udah Allah pertemukan dengan jodohnya?” “Allah, apa sih yang membuat Engkau mempercayakan malaikat kecil pada si B dan pasangannya, kan mereka masih banyak kekurangan” “Kenapa saya belum ya Allah?”
ada fase saya mendapat insight ooh, ini to yang Allah ingin aku belajar dulu kemudian memasuki fase Ya Allah aku bisa ga ya jadi ibu yang baik, memilih ayah yang baik buat anak-anak nanti
Kemudian berhenti pada fase Tenang itu bukan tugasmu Tugas Allah untuk menentukan kamu siap dengan fase kehidupan tertentu
Jadi.. kalau saya liat lagi si A, atau si B, yang muncul dalam pikiran saya adalah Allah telah menilai mereka mampu maka Allah beri jatah itu :) begitu juga dengan jika saat ini kamu belum, mungkin menurut Allah kamu belum mampu maka persiapkan dirimu sebaik mungkin untuk memantaskan dengan kriteria Allah meilhatmu mampu dan.. yang terpenting apa yang belum bagimu pasti akan datang saat kamu benar-benar telah siap benar-benar telah mampu menurut takaran Allah
karena..
Apa yang melewatkanmu tidak akan menjadi takdirmu dan Apa yang menjadi takdirmu tidak akan melewatkanmu
Pemahaman ini saya dapatkan dari mana? youtube an saat nonton audisi Indonesian Idol wkwkwk
Sabar, nanti akan ada waktunya waktu terbaik menurut Allah
kata Bunda Maia saat mengomentari seorang peserta wkwkwk
Jadi, lho kok jadi lagi padahal batre laptop selak entek Kita bisa belajar darimana pun gaes tak peduli seperti apa kondisinya semoga Allah mudahkan kita untuk mengambil pelajaran terbaik dari setiap proses yang kita hadapi
jane ada satu poin lagi tapi takut ga nyandak e mari kita coba aja lah ya
di proses Kawah Candradimuka ini kan saya bilang proses kehidupan kan ya karena selain proses akademik dia juga melibatkan proses kehidupan mungkin saya terlalu fokus dan mengagung-agungkan proses kehidupan hingga pada titik tertentu saya sempat terlena dengan proses akademiknya padahal itu juga tanggung jawab yang musti ditunaikan
jadi kik, tetap harus seimbang yaa
Alhamdulillah, yang selalu membuat saya tidak henti-hentinya bersyukur adalah Allah memberkahi saya dengan lingkungan yang berisi teman-teman yang sangat baik, sangat supportif dalam membersamai saya berproses pagi ini saya bertekad bismillah, semoga saya pun esok lusa, segera bisa gantian yang menguatkan dan membantu teman-teman terdekat saya :) bismillah..
Kalau biasanya tulisan berakhir pada tengah malam kini sepertinya akan saya sudahi setelah sedikit melewati tengah hari suasana baru yang cukup nyaman, yang diaku-aku sebagai halaman depan rumah haha sepertinya akan ada bahasan sendiri soal halaman belakang dan halaman depan rumah ini, hahaha
See you next post gaess Alhamdulillah, Allah mampukan kita sampai pada proses ini Bismillah smeoga Allah kuatkan kita pula pada proses-proses berikutnya! Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
di tempat umum yang terasa privat, Yogyakarta, 8 November 2019 12.05
1 note · View note
setyasri · 5 years
Text
Self Healing
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh!
Alhamdulillah ya.. bisa bersua kembali, dalam suasana yang tidak banyak berbeda dari tulisan sebelumnya Sabtu Sore, hehe Sempat ga  nyangka ternyata sudah tiga pekan kita tidak jumpa.. Hayoo siapa rinduuu, ngakuu~~ hehe, ga ada ya? gapapa.. ndak usah dipaksa.. :D
Mmm, tulisan yang akan saya bagikan ini, sepertinya sudah mengendap sejak sepekan lalu Ada kaitannya dengan tulisan sebelumnya atau mungkin dua tulisan sebelumnya ya, mengenai release emosi atau biasanya disebut juga dengan self healing
Kenapa sih release emosi ini penting? Kapan kita perlu melakukan self healing? Self healing tu gimana? semoga semakin kebawah nanti tulisan ini sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu yaa yuk markimul, mari kita mulai wkwkwk
release emosi secara bahasa mengungkapkan atau menumpahkan emosi kita eh, kok gitu? kenapa e? bukannya itu tu hal yang ga baik? bukannya kita ga boleh marah-marah? bukannya kalau kita nangis tu cengeng? hmm.. gimana ya.. boleh kok kita merasakan marah, sangat wajar kita nangis ketika sedih yaa hal-hal itu yang membuat kita menjadi manusia yang tidak tumpul emosinya Yaa paket lengkapnya manusia tu bisa merasakan emosi lha, terus yang selama ini dinasihatkan ga boleh tu apa? Ketika kita mengungkapkan emosi marah kita, sedih kita, kecewa kita pada waktu, tempat dan cara yang tidak tepat Misalnya marah-marah, ngomelin ibu-ibu yang belok kanan setelah ngasih sign ke kiri Waaah.. ga boleh itu, selain nanti kualat, percayalah kita pasti kalah, wkwk Tapi, wajar ga sih kalau dalam kondisi kayak gitu kita marah? boleh ga? Marah yang seperti apa, yang seintens apa, dan seperti apa pengungkapannya.. kalau karena kepancing oleh hal kecil kemudian kita meledak-ledak, waah.. yaa perlu dicek lagi sih apakah ada sesuatu yang selama ini kita pendam dan belum kita keluarkan dengan baik-baik? :)
Banyak hal-hal kecil mm, sederhana yang terjadi dalam keseharian kita Kejadiannya mungkin remeh, biasa gitu, tapi berulang, tapi terjadi di beberapa kali kesempatan, berkali-kali atau rutinitas yang seperti itu aja, kitanya jadi bosen, jenuh, kok gini aja terus, ga ada habis-habisnya ada jalan keluarnya ga sih? boleh berhenti ga sih? tapi dalam saat yang bersamaan kita paham betul bahwa satu-satunya jalan adalah dengan tetap dan terus menjalaninya yak opo to gaess, lak mesti rasane judek banget, wkwk
Hal-hal sederhana, satu dua hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, menumpuk perlahan-lahan, kita pendem aja, kita abaikan aja, “yo wis lah, pancen urip ki lak yo ngene ki to”, “yaudah lah, jalani aja, lha mau gimana lagi?” Tanpa sadar tumpukan-tumpukan grundelan, sambatan yang tertahan ini, tanpa kita sadari menumpuk di dada Tiba-tiba, ga kenapa-napa dada kok terasa sesek.. badan kok terasa pegel-pegel kepala berat, leher dan pundak kaku.. ooh ya.. mungkin sudah saatnya pakai ojek online, eh opo e malah ngiklan tidur terganggu, makan ga teratur lemes, ga berminat ngapa-ngapain bosen aja, ga ada gairah buat menjalani hidup atau bisa juga tiba-tiba pengen nangis tanpa tau sebabnya kesenggol dikit mbacok, wah seremm.. maksudnya njuk gampang marah-marah
Ga jarang dari kita mengenalinya sebagai masuk angin yaa, lagi ga sehat aja, lagi ga fit Sedikit dari kita yang menyadari oh, iya mungkin aku stress mungkin juga karena masih minimnya kesadaran kesehatan mental, :) Ndakpapa PR kita bareng-bareng Pelan-pelan kita garap bareng lah ya.. Parahnya ga sedikit yang menganggap yaudahlah itu tu bukan masalah jalani aja hidup jalani aja rutinitas yang selama ini telah dilakukan tanpa tau tujuannya apa, arahnya kemana.. yang terjadi ya.. emptiness tetap berfungsi dalam kehidupan sehari-hari namun tidak bermakna.. :’)
Sedih ya gaess maka beruntunglah kita-kita yang memiliki kesadaran memiliki alarm oh, aku lagi capek nih oh, aku lagi stress oh aku lagi perlu healing emotional release.. gimana caranya mengenal itu? peka.. kenali lagi tanda-tanda tubuh yang sedang ingin ia sampaikan pada kita.. :)
Well, emosi-emosi yang menumpuk itu akan membentuk energi psikologis dalam tubuh kita dan.. energi itu ga main-main lho.. pernah dengar cerita-cerita tentang kok bisa atlet masih bisa melanjutkan lari padahal udah cidera atau pacar yang mutilasi pasangannya bisa jadi itu merupakan salah satu pengaruh dari adanya energi-energi psikologis akibat menumpuknya emosi-emosi yang terpendam
Nah, bagi teman-teman yang telag menyimak 3 postingan sebelumnya, soal ekstrovert dan introvert mungkin akan bisa sedikit nyambung Ada teori yang mengelompokkan tipe individu kedalam bagaimana strateginya dalam menghadapi stress Individu digolongkan dalam tipikal eksternalizing dan internalizing individu dengan tipikal eskternalizing jika marah ia akan memarahi orang lain di luar dirinya. Mungkin bisa saja tergambar dengan omongannya yang bisa saja sangat menyakitkan orang lain saat dia marah Sedangkan individu dengan tipikal internalizing, ketika marah, dia akan memarahi dirinya sendiri, merasa bersalah sangat mendalam Masing-masing memiliki potensi ke arah gangguan mental jika porsinya sangat berlebihan masing-masing bisa berfungsi optimal, kita memerlukan keduanya pada takaran yang sesuai untuk berkembang menjadi lebih baik Intinya tipikal eksternalizing itu yang menyampaikan sedangkan internalizing itu yang menyimpan
Kadang emosi-emosi yang ga sengaja masuk ke dalam diri kita itu perlu untuk dikeluarkan sama halnya dengan makanan yang masuk kedalam perut kita ga baik kalau lama-lama disimpan kan.. hehe kalau kepenuhan juga perut ga enak kan rasanya, begah gitu tapi.. mengeluarkan yang seperti apa yang baik?
Sama juga halnya dengan hati kita kejadian-kejadian dalam keseharian, mau ga mau, tanpa sadar membuat kita memasukkan berbagai macam emosi entah emosi yang dianggap positif maupun yang negatif secara alamiah, ia juga memerlukan cara untuk keluar dari hati kita nah itulah mengapa emotional release diperlukan
Apa sih ini kok muter-muter dari tadi wkwk intinya release emosi penting untuk dilakukan wkwk malah emosi Sebenarnya yak tulisan ini awalnya bertujuan untuk share aja apa yang aku lakukan untuk self healing Tapi kenapa muter-muter dulu panjang banget yak.. wkwk ndak papa, suatu proses berpikir
Nah, dari kemarin tu kepikiran gitu untuk share, hal-hal apa aja sih yang kulakukan untuk membuatku merasa lebih baik terus kemarin juga ada temen yang nanya self healing tu gimana sih, gitu Nah, sekarang tiba-tiba kepikiran emotional release sama self healing tu sama ga sih? wkwk Bingung meneh.. wkwk
Self Healing bisa dilakukan dengan banyak cara Salah satunya dengan emotional release tergantung healing apa yang diperlukan Misal mules nah mules karena diare atau mules karena konstipasi diare juga kan ada yang sembuh saat racunnya keluar tubuh ada yang perlu dihentikan diarenya dengan minum obat konstipasi juga kadang perlu dimasukkan sesuatu dulu baru bisa keluar
Apa sih yaa contohnya ga elegan banget.. semoga meski ga elegan, tetap bisa dipahami lah yaa wkwkwk
Wis lah, pokoknya berikut hal-hal yang saya lakukan untuk membuat merasa lebih baik entah mau disebut emotional release atau self healing wkwk Harapannya agar teman-teman ndak bingung juga ketika merasa perlu untuk melakukannya Intinya lakukanlah hal-hal yang membuatmu senang lah, udah gitu doang wkwk memang akan ada aktivitas yang memakan waktu atau biaya usahakan cost atau pengorbanan yang dilakukan itu sebanding dengan membaiknya kondisi teman-teman dan.. pertimbangkan juga konskuensinya bukan asal bahagia tapi merusak..
Postingan sebelumnya udah dibahas yak, menulis dan mendengarkan musik yang keluar saat saya ditanya apa hal yang menyenangkan bagi saya untuk melakukannya Nah pekan lalu saya menyadari ada hal-hal lainnya yang setelah melakukannya saya merasa senang, hehe
Jajan
Soo classic ya.. wkwk. Tapi benar-benar jajan makanan bisa jadi moodbooster buatku, hehe. Bahkan sempat kepikiran jangan-jangan karena aku tipikal orang yang mendem dan susah mengeluarkan apa yang kuinginkan, sehingga kompensasinya adalah dengan mengeluarkan banyak uang buat jajan, wkwk. Jangan ditiru dan jangan sering-sering. bisa jadi sepulang jajan malah tambah stress.. wkwk
Naik Kereta Api
Tuut..tuut.. tuut... Sejak kecil aku selalu dipameri kalau Mas ku sejak bayi sudah terbiasa naik kereta antar kota. Aku si gadis desa liat kereta api aja udah girang tiada terkira, wkwk. pertama kali naik kereta api saat kuliah S1 men.. dan itu hanya berjarak kurang lebih satu jam perjalanan. itu sudah sangat membuat bahagia, omygod! wkwk. semakin kesini perjalanan dengan kereta api ternyata membawa banyak kenangan dan pemaknaan baru tentang perjalanan hidup, alah-alah..
Ngobrol dengan Orang
dengan teman dekat lebih tepatnya.. kegiatan ini baru kusadari dapat memperbaiki mood ku saat akhir-akhir S1 ketika sedang berjuang banget untuk menemukan sebenarnya aku mau ngapain. Ketemu lagi dengan teman lama, ngobrol berjam-jam tentang mimpi-mimpi kita, asumsi, pendapat kita, pengalaman kita baru-baru ini ternyata sangat bisa mengobati moodku yang saat itu sungguh sangat gloomy. dengan ngobrol kita dapat pandangan baru, perspektif baru. Kadang-kadang kita pusing karena terlalu asik berputar-putar dengan pikiran kita. Somehow kita perlu orang lain untuk menyadarkan ada sudut pandang lain yang mungkin bisa membuatmu lebih nyaman lhoo :)
Kondangan
wkwk, iya, serandom itu XD. Intinya sama sih, ketemu orang dan ngobrol. Dan entah ya dateng ke kawinan tu karena makanannya banyak dan enak-enak, ketemu orang dan suasana bahagia itu bisa memperbaiki mood banget sih. Tapi entah ya, apakah 5 atau 10 tahun lagi event kondangan ini masih memiliki efek yang sama untukku? wkwk. Paling berkesan tiap kondangan adalah muatan emosi yang sangat kaya, senang, haru, sedih. bahagia, nyampur-nyampur. Kondangan selalu bisa membuatku merasa aaaaaah... wkwk opo sih
Ternyata gaes, setelah coba aku list, banyak banget yang ketika setelah melakukannya bisa membuatku lebih baik. Ini nih daftarnya Keluar Pagi Hari Nonton Masak Membantu Orang Lain Ketemu Anak Kecil Tidur Renang Beberes Kamar Mandi Jalan Baca Tapi saat ini sedang tidak bisa aku bahas semua satu persatu Karena ada hal lain yang musti kulakukan.. huhu
Daan, sebenarnya pun masih buuuuaaaannnyyuuuuaaaak banget aktivitas lain yang bisa membuatmu merasa lebih baik Kenali perasaanmu saat melakukan kativitas-aktivitas tersebut dan terus coba hal-hal baru di luar kebiasaanmu Siapa tau satu dua aktivitas saat ini efektif namun tidak untuk beberapa waktu mendatang Lakukanlah hal-hal itu jika memungkinkan untuk membuatmu merasakan lebih baik Lakukan yang saat kamu membutuhkannya, paling mungkin untuk dilakukan :) Simpel misalnya dengan melihat fotomu sendiri yang sedang tersenyum lebar saat kamu sedang down :)
Apapun yang saat ini sedang dijalani teman, Percayalah tidak ada yang abadi di dunia ini Kita saat ini, berada pada proses masing-masing Telah ditakar kemampuan kita Maka jalan ini, proses ini, path ini memang untuk diri kita menjadi lebih baik Mungkin tidak ada yang mengatakan mudah Cukup pastikan jangan berhenti Cukup pastikan kaki kita selalu berada di depan kaki yang lain :) Jika memang terasa sesak, terasa berat Ambillah jeda sejenak dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa membuatmu merasa sedikit lega
Noted to my self
Tulisan ini sebenarnya dibuat sebagai pengingat diri sendiri ketika panik dan bingung apa yang harus dilakukan saat terasa penat :D
Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya Mohon Maaf Lahir Batin Masiiih aja banyak ga jelasnya Semoga ada yang bisa diambil pelajarannya yaa
Menuju Gelapnya Malam Minggu Mendekat tenggat waktu yang mencekat Yogyakarta, 21 September 2019 18:32
Semoga seburuk apapun kondisi kita saat ini, Masih terjaga paling tidak satu kebaikan di dalamnya Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh! :*
1 note · View note
setyasri · 5 years
Text
Cermin
Asslamu’alaykum warrahmatullah wabaraktuh! Masyaa Allah.. Alhamdulillah ya.. meskipun tidak berjarak 4 hari dari tulisan terakhir, lumayan berjarak hampir 14 hari saja.. :) Ingin menyapa lagi teman-teman, emang ada, haha Ingin menulis lagi karena tempo hari ada yang menanyakan, Hal apa yang saya suka dalam melakukannya Entah mengapa saat itu yang tercetus adalah menulis Padahal yak hasil tulisannya juga ga sesering itu, ga sebagus itu, ga sebanyak itu, Anyway senang dalam melakukannya kan, bukan bagus dalam melakukannya hehe Kenapa pertanyaan itu muncul? Sebagai jawaban dari pertanyaan saya, apa yang bisa dilakukan untuk menstabilkan emosi Ternyata teman-teman, melakukan suatu hal yang kita sukai dapat membantu kita release emosi.. Yah.. jadi ketauan deh.. Portal ini, ternyata portal egois, wkwk Digunakan berdasarkan kebutuhan yang memiliki akun, bukan untuk khalayak umum, hehe peace ^^v Tapi, meskipun niatan awalnya egois, semoga dari beberapa yang tertumpahkan ada hal baik yang bisa diambil yah.. Yaa.. minimal jadi tahu lah ya, mana yang ga boleh dijadikan contoh, wkwkwk
Selain menulis, saya juga menjawab dengan mendengarkan musik And.. here i’am.. sabtu sore melakukan dua hal yang saya sukai Sst, sore, senja juga satu masa yang saya sukai dan.. wkwk penting banget sih, gapapa lah tempatnya pun saya memilih tempat ternyaman bagi saya.. So.. let’s starts then.. Cerita yang akan saya bawa kali ini tentang Cermin :) Kalau teman-teman merupakan sebagian yang mengikuti beberapa tulisan saya, dan mungkin penasaran, teman-teman bisa menemukan tulisan saya tentang Cermin di akun facebook saya.. :) Iya, facebook, kalian ga salah baca Dan iya.. sampai tahun 2019 ini, saya termasuk yang masih istiqomah mainan facebook :D Apa? link nya? Bisa ga sih di share disini, coba ya.. maunya sih kalian yang nyari sendiri (apasih kik.. ada yang baca aja syukur-syukur, wkwk)
https://www.facebook.com/notes/r-setyasri-n/cermin-wanita-dan-ibu/10152653617671822/
Tuu baik ga aku.. XD
Bagi yang malas baca, inti tulisan itu tentang pemahaman saya mengenai hubungan cermin, wanita dan ibu Ternyata wanita dalam bahasa Arab diibaratkan seperti cermin yang menggambarkan kondisi suatu masyarakat Kok bisa? Penasaran? Nah baca selengkapnya di link itu yaah, hehe Malah promosi, :D
Perjalanan proses yang saat ini saya jalani, Lagi-lagi Apa siih.. Semoga kalian ga bosen yaa.. Mengantarkan saya pada pemahaman baru tentang cermin Bukan pemahaman sih, tapi menjadikan cermin sebagai metafora dari suatu keadaan Hayowis, pokok e ngono lah, kok le mubeng-mubeng, hehe
Paling engga, dalam proses ini ada dua sampai tiga kali kesempatan pemahaman bahwa pada akhirnya ujung perjalanan ini mengantarkan kita untuk belajar menjadi cermin Satu momen yang saya ingat, ketika saya berproses dengan seseorang Dia bilang, “Aku tu ngrasa kayak lagi bercermin setiap bertemu Mbak” kira-kira gitu ya, saya agak lupa kalimat persisnya Momen kedua apa ya, kok lupa Ooh.. nasihat tentang menerima seseorng yang datang untuk berproses dengan kami apa adanya Yaudah, dia yang datang seperti itu, diterima apa adanya, tanpa ada penghakiman, no judgement lah kalau kalian ga familiar sama bahasanya Bukankah seperti itu apa yang dilakukan cermin? Dia ga nambah-nambahi, ga mengurang-mengurangi Yaa meskipun memiliki bidang pantul terbatas, tapi cermin memantulkan objek apa adanya Hmm.. bisa juga dimaknai dengan memberikan sudut pandang lain? Ternyata banyak juga ya filosofinya hehe
Nasihat yang saya terima kemarin, menunjukkan bahwa proses yang tengah dijalani ini, ternyata memang proses seumur hidup gaess dan seyogyanya (bahasa opo kui ndesss, wkwk) dalam perjalanannya kita berproses menjadi cermin
Setiap bertemu dengan seseorang dalam suatu proses, tidak hanya ia yang datang yang bercermin Tapi kita yang mendampingi pun juga cobalah untuk merefleksikan ke dalam diri kita Kenapa saya bertemu dengan sosok ini, Hal apa yang Allah takdirkan untuk saya belajar dari sosok atau kejadian ini Harapannya dengan melakukan hal tersebut kita bisa terus berbenah Selayaknya bercermin, Aah,, bajunya mereng Aah.. Mukanya masih belepotan Atau aah.. pass gini udah cantik dan rapih, tinggal senyum dikit :) Hayoo siapa yang baca sambil senyuuum.. oke baik, ga ada yah XD
Sayangnya, teman-teman.. Cermin bisa saja berdebu.. Dan ketika ia berdebu, atau mungkin miring cantolannya, wkwk Ia tidak bisa membenahi dirinya sendiri Yaa mungkin bisa kalo tiba-tiba ada hujan nyembur atau cicak lewat secara ga sengaja benerin Jika memang ingin benar-benar bersih, ia memerlukan kerendahan hati untuk mengakui bahwa ia memerlukan tangan orang lain untuk membantunya.. :)
Kenapa kerendahan hati itu diperlukan? Karena ketika cermin berdebu, atau mungkin usang, ia tak lagi dapat memantulkan sesuatu di depannya secara jujur, apa adanya Yang ada, yang terpantul justru debu-debu yang menempel itu sendiri Jadi bias.. bingung, mana yang sebenarnya pantulan dari sesuatu di depannya, mana yang terpantul dari dirinya sendiri.. :)
Begitulah teman, kadang, kita perlu meninggalkan gengsi, meninggalkan rasa malu untuk mengakui bahwa kita tidak mampu bahwa kita membutuhkan pertolongan dan mencari pertolongan dari orang lain Payah? Lemah?
Menurut saya, justru itu suatu kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki oleh semua orang :) Kenapa? Karena itu bukanlah suatu hal mudah..
Ada seseorang yang bilang Kenapa untuk menemui dan berproses dengan orang-orang yang telah melalui proses ini tu mahal? Menurut dia karena untuk menjadi sosok seseorang yang seperti itu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah dan memang dengan biaya yang tidak murah :’) Sedih ya, terus buat apa dong melalui proses berat itu kalau hanya untuk susah ditemui? :’) Tidak totalitas melayani saat ditemui? :’)
Menurut saya, orang-orang yang menyadari dan berjuang untuk mencari hingga akhirnya menemukan sosok-sosok itu Justru jauh telah melalui proses yang lebih panjang dan jauh tidak mudah :’) Banyaak sekali Banyak sekali tantangan, pertimbangan, hambatan yang sudah mereka lalui Tak sedikit yang akhirnya langkah-langkahnya terhenti Bukan, Bukan karena willingness dan readiness nya rendah Tapi kadang keadaan memang tak mengizinkan Akhirnya? Yaa.. dengan terpaksa mereka tertatih menjalani sisa hari Beranggapan semua baik-baik saja, Tidak ada yang perlu dirisaukan Padahal ia tengah membawa bom waktu yang siap kapan saja meledak :’)
Maka teman-temanku yang budiman.. Duh kok mbrambang.. Mbrambang yaa bukan Bambang.. XD Setiap mereka yang telah sampai pada kita Setiap mereka yang menemui dengan pancaran mata penuh harap Terimalah.. Terimalah dengan senyuman terhangat, teruntuh yang paling bisa kalian berikan Bisa jadi, bisa saja, kita opsi terakhir mereka Bisa jadi ada keputusan besar yang mungkin mereka ambil jika tidak bertemu dengan kita.. :’) Yang kita tak pernah tahu apakah itu baik atau tidak bagi mereka.. Berikan layanan terbaik yang bisa kita lakukan Tapi juga pahami batasan kita dalam memberikan bantuan terbaik untuk mereka Bisa jadi dalam satu dua situasi “melepaskan” mereka justru hal yang lebih baik.. :)
Kesejahteraan mereka memang yang utama Tapi.. Kita juga perlu memperhatikan kesejahteraan kita Panggillah si rendah hati jika telah tiba masanya kita telah berdebu Ketika kita tengah memerlukan bantuan orang lain untuk membersihkan diri.. :)
It’s really OK not to be OK
Sejatinya, tulisan ini untuk diri saya sendiri wkwk Tapi dibahasakan untuk teman-teman yang budiman, wkwk Kalau menurut teori defense mechanism apa namanya teman-teman? Iya.. betul sekali, displacement.. wkwk
Baiklah Entah bagaimana bahasan Cermin bisa sampai sini bahasannya Entah apakah nyambung dan bisa dipahami atau justru loncat jauh dan tidak dapat ditemukan ujung pangkalnya, haha Karena selama proses menulis ini sudah sampai menetes air mata dan sudah mendekati Magrib, kita akhiri saja yah.. Terimakasih telah menjadi fasilitas release emosi saya.. Terimakasih telah membantu saya memaknai kembali proses yang saat ini tengah saya jalani Jangan bosen menantikan sesi release emosi berikutnya yah! Yogyakarta, 7 September 2019 17:38 Malam menuju Minggu yang berbeda dengan aku menuju kamu Healaah.. Apasiih Wassalamu’alaykum warrahmatullah wabaraktuh! <3
0 notes