Text
POV.
Dari dulu, foto akan selalu jadi hal yg wajib di manapun berada. Waktu masih SMP, berpikir bahwa mengabadikan momen dalam kamera itu penting, "Biar nanti kalo liat ini lagi jadi inget waktu itu lg ngapain dan ngerasa apa." Sampai minta hadiah kamera biar bisa buat ngefoto. Tapi, sayangnya karena suka bosen, jadi lupa dan akhirnya ga lagi.
Kamera handphone sekarang udah canggih banget. Bahkan, resolusinya udah bisa setara dengan kamera. Perkara point of view, emang sejak lama selalu ambil gambar dengan "potrait", dengan resolusi dari 1:1 lalu beralih ke 16:9.
Sekian waktu berlalu, setelah banyak hal terjadi. Terutama banyak "kenangan" yang tersimpan di album, pada akhirnya dengan sengaja mengganti pov untuk mengambil gambar jadi "landscape".
Sama halnya melihat hidup, akan berubah dengan sendirinya ataupun disengaja melalui cara pandangnya. Sejauh ini menyimpan dengan cara "potrait" mungkin banyak hal yg—terasa menyakiti, mungkin. Namun, bukan berarti cara "potrait" akan dilupakan dan tidak digunakan. Hanya saja, akan lebih jarang dan perlahan dikurangi.
0 notes
Text
Oportunis?
Manusia itu idealnya saling mengasihi bukan? Kalau jawabannya iya, tentu tidak ada rasa benci atau rasa marah satu sama lain. Kenyataannya, manusia enggak begitu. Bahkan, kadang ada yang sengaja untuk menyakiti satu sama lain. Entah dilakukan secara sadar atau tidak sadar.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, sungguh lucu, hmm tapi lebih menjurus ke ironi. Berbuat baik itu bisa dilakukan setiap orang tapi enggak bisa dilakukan ke semua orang. Ternyata, pada akhirnya tertampar pada prinsip itu.
Semakin kita beranjak dewasa, ide atau hasil yang original itu mahal. Ketika kita punya niat membantu seseorang, pasti kita menggunakan akal untuk mencari jalan keluar dari masalah orang tersebut. Sayangnya, terkadang kita tidak beruntung dan akhirnya bertemu orang yang oportunis. Hilanglah keaslian dari ide yang kita bagikan tadi dan berujung dia memoles atau bahkan mengakui gagasan yang kita punya.
Lebih menyebalkan lagi, orang-orang tersebut dengan bangga mengaku bahwa dia mempunyai kemampuan lebih dari kita. Bukankah itu memuakkan? Oh tentu. Memang kadang hasil sangat mungkin mengkhianati usaha. Tapi, tidak boleh berkecil hati. Sebab, di kemudian hari, kita akan menemui manusia-manusia yang lebih unik lagi, hehehe.
Ini sekedar refleksi diri, jadi jangan diambil pusing.
0 notes
Text
Tentang Makan
Enggak doyan makan, bukan berarti nggak suka makanannya. Kadang, ada alasan yang lebih dari itu. Makanan sesederhana apapun, rasanya akan enak kalau dimakan pas suasana hatinya nyaman. Terus, kalau enggak? Ya, rasanya akan biasa aja. Mungkin bagi beberapa orang juga makan adalah salah satu "penyembuh". Dulu, bagiku juga demikian. Tapi, sekarang rasanya udah nggak mempan.
Kadang, rasa lapar dan punya keinginan spesifik untuk makan itu anugerah. Semakin gede, semakin nggak punya itu. Padahal, itu hal yang menyenangkan. Apalagi sampai punya ada effort buat bisa makan itu. Sayangnya, kalau hati lagi enggak baik-baik aja, bisa lapar aja itu udah bagus. Kenyataannya, lapar aja nggak pernah dirasa samapi akhirnya perut kerasa perih dan baru sadar ternyata belum makan. Saking frustrasinya, kadang orang akan nyari rasa lapar itu tapi ironisnya nggak pernah kejadian. Misalkan, orang yang lagi nggak baik-baik aja itu akhirnya makan, dia juga akan merasa biasa aja kadang juga nggak seasik itu juga buat menikmati.
Jadi, orang nggak doyan makan apalagi hampir semua makanan bukan berarti dia nggak suka makanannya atau nggak enak. Coba sesekali tanya, apakah kamu lagi merasa okay?
Semoga suatu saat, kenikmatan makan itu akan balik lagi ya.
0 notes
Text
“I’m slowly learning that some people aren’t good for me, no matter how much I love them.”
— Unknown
6K notes
·
View notes
Text
Breath In and Out
Kali ini aku bakal bahas tentang pengelolaan emosi. Akhir-akhir ini emosiku parah banget alias bisa banget tiba-tiba sedih dan marah. Ya pastinya ada penyebabnya, cuma lucunya kadang hal-hal yang dibuat sama pikiran diri sendiri. Jeleknya, kadang ditambah self sabotage dan berujung jadi merasa nggak layak buat apapun dan siapapun. Padahal, harusnya bangga nggak sih? sejauh ini bisa ngelakuin apapun secara mandiri karena mengusahakan diri sendiri. Sayangnya, ternyata bersandar itu melemahkan. Iya melemahkan kekuatan diri sendiri. Walaupun efek sampingnya juga bagus sih karena jadi paham apapun bisa kok dibagi dan minta tolong ke orang lain bahkan dibantu orang lain.
Tapi, kenyataannya efek ke diri jadi melemahkan dan merasa diri tambah nggak layak buat siapapun. Sebenernya, di sisi lain kalau lagi waras ada masa bounce back dari masa kelam, kelam banget nih? Nah, karena semua kejadian dari yang awalnya punya keteguhan "apapun akan ku lakukan sendiri dan tak perlu berbagi" terus malah jadi "oke lah aku bagi dikit-dikit kalik ya, oh ternyata dibantu nggak semenakutkan itu" dan berakhir jadi "aku menyedihkan dan merepotkan". Dampak dari semuanya yaitu "emosi yang buruk".
Beberapa kali kejadian yang emang bikin jengkel udah sampai berimbas ke fisik, misalnya pusing, mual, nafas tidak beraturan, dada sesak, dan pandangan kabur. Semua efek itu akhirnya membawa diriku ini ke pencarian-pencarian untuk tau caranya gimana mengelola emosi yang baik. Akhirnya, ya ketemu beberapa cara yang sebenernya bisa bekerja tapi butuh waktu, caranya yaitu mengatur nafas dengan membayangkan mengeluarkan hal-hal buruk yang ada di pikiran. Jadi, tarik nafas panjang lewat hidung lalu dikeluarkan lewat mulut dan dilakukan berkali-kali sampe ngerasa better.
Selain itu, ada satu cara yang bener-bener itu jitu yaitu memasak, tapi kan nggak bisa ya semua situasi harus release dengan masak. Jadi, bisa ngerasa tenang setelah masak hanya berlaku di rumah dan ketika ada bahan yang dimasak. Well, mungkin ini singkat, tapi semoga bisa jadi reminder juga buat kemudian hari. Keep breath in and out!
0 notes
Text
Sajak Seumur Hidup
Pada pengharapan-pengharapan yg ku langitkan dan belum ku ketahui apakah akan sampai. Aku mencoba untuk menunggu walapun dengan kepastian yang tidak tentu. Mungkin jalan hidupku harus berkawan dengan kesabaran yg luas dan tanpa henti. Semoga aku tidak padam dengan harapan pada dirimu yg penuh dengan kerisauan. Akan ku usahakan bahwa seumur hidup itu tidaklah sulit. Akan ku kenalkan bahwa berjuang tidaklah semenakutkan itu. Jika aku seumur hidup harus berkali-kali mengulang hal yang sama padamu, aku bertaruh akan mampu. Tapi, tak ada yg tau sejauh apa hati dan pikiranku akan berjalan, kemudian kau juga selalu memegang teguh keraguanmu. Lalu, bolehkah aku merasa takut? Kalaupun saja aku tak pernah bertemu denganmu, aku tak akan belajar sebanyak ini tentang manusia dan rasa yg serumit ini. Tapi, tak pernah ku sesali setiap jengkal yg ku ketahui. Memang berat, tapi tak ada yg tak bisa dilakukan jika mengambil langkah sedikit demi sedikit. Ku katakan aku sanggup menunggumu dan menemanimu sepanjang masa dan masamu.
3 notes
·
View notes
Text
Sajak tentang Bulan
Sesederhana aku menyukai senja dan sepertinya kamu juga sama. Sesederhana aku suka memandang langit, entah pagi buta, terik siang dengan gumpalan awannya, sore hari dengan jingganya, dan malam hari dengan gelapnya. Kamu akan selalu sama, cerah dan berbinar, sekalipun jauh di atas sana.
Karena bagiku kau sehangat mentari, sesejuk angin, sedingin hawa ketika hujan, dan seterang bulan saat malam. Sama seperti, aku hanya bisa merasakan kehangatanmu, merasakan ketenangan dan diammu, dan melihat pendar binarmu di kala gelap gulita.
Namun, sewajarnya pengagum, hanya sedekat angkasa dan bumi. Begitu luasnya kau, sampai aku tak bisa menjangkau.
1 note
·
View note
Text
None of Existence
Becoming helpless, is an unforgivable mistake. Being persistent, is the truth that always looks dumb. in another eye, even attached to them, it's the same, I'm silly. In his grey eyes, maybe I'm just wasted.
0 notes
Text
Perannya Jadi Pendamping.
Sejatinya dari dulu sudah sadar kalau perannya jadi penyabar, selain itu jadi tempat bersandar, ya meskipun kadang ada yang akhirnya pergi tidak kembali dan sekedar berbagi cerita. Ada juga yang frekuensinya tidak terhingga, datang membawa "bekal" untuk dibagi lalu ketika sudah habis pergi lagi sembari mengisi, entah itu bahagia atau hal yang buruk.
Sebenarnya tidak apa-apa, tidak merasa ada hal yang mengganggu juga, sudah merasa dipercaya untuk menjadi penampung ya diterima saja, toh bisa belajar juga dari orang lain. Pengalaman tidak melulu dirasakan sendiri, kan? Kadang yang menyesakkan juga, ketika melihat mereka merasakan sakit yang tidak bisa dijamah kecuali empati yang selalu diberikan. Pada akhirnya, memang tugasnya menjadi pendengar, penampung, dan pendamping. Mungkin memang ditakdirkan demikian, tapi ada saja dampaknya, misalnya menjadi kesepian dan berlebihan memberi perhatian, karena berpikir kalau seseorang kesepian butuh teman apalagi bantuan ya setidaknya ada untuk mendengarkan. Ya pada akhirnya, semua orang punya perannya masing-masing, kan? Sejauh ini, jadi seperti ini sudah sangat menyenangkan.
0 notes
Text
Nyala.
Ini adalah nyala pada hal yang berbeda.
Sudah ku janjikan bahwa aku akan ada.
Bahkan, ketika kamu tak ingin.
Ku pastikan kamu akan aman, tapi kau beranjak seolah tak nyaman.
Tak apa, aku akan selalu jatuh pada kerelaan yg sama dengan nyala yang berbeda.
0 notes
Text
Efek Minum Kopi
Pernah nggak merasa tiba-tiba hatinya berat? Campur aduk tapi nggak paham itu perasaan apa? Padahal, sebelumnya baik-baik aja, masih ketawa, banyak cerita, merasa punya banyak energi. Sebenarnya, wajar dialami semua orang. Ya manusia punya emosi yg selalu berubah.
Tapi, pasti rasanya nggak enak, kadang juga pengen banget buat nangis, akhirnya nggak bisa dan berujung pusing. Kalau sekarang namanya galau, ada yg bilang mixed feeling, ceilah.
Dari semua perasaan itu, bakal muncul rasa kesepian, tertinggal dengan orang sekitar, tidak berdaya, merasa tidak ada yg peduli. Ya, itu sering terjadi, ya siapa lagi kalau bukan diri sendiri.
Hari-hari kemarin sangat seru, bener-bener seru. Sibuk seharian, seneng seharian, full senyum kalau kata orang. Tapi, bangun tidur hari ini rasanya kayak amnesia. Lupa momen-momen seru kemarin, bukan berarti lupa trus beneran lupa, rasanya aja yg hambar. Mungkin rasanya lebih ke bangun tidur habis putus. Putus urat malunya, nggak bercanda doang. Putus cinta kayak patah hati gitu. Sedih, mellow, gloomy.
Hari ini beneran rasanya galau dan nggak bisa meluapkan itu, nyesek. Berat di hati. Dibilang capek, enggak juga. Terus ketemu kesimpulan, aku kesepian.
Kesepian sebenarnya sangat biasa dan udah terbiasa. Dan itu beneran nggak enak. Mungkin karena terlalu mellow. Pemicunya ya selalu blamming ke diri kalau nggak ada yg suka. Selalu nice try ke lawan jenis. Sama yg cewek aja ya dibandingin ke diri mereka.
Kadang yg ada di pikiran, am I worth for someone? Or they just want my kindness?
Jadi baik itu nggak cukup, bener-bener nggak cukup. Jadi smart juga nggak cukup. Harus sempurna apa ya? Selama ini, udah berusaha menampilkan diri yg terbaik. Tapi, tetep aja kurang. Kurang terus. Ya ini ranahnya ke lawan jenis ya, alias semuanya kenapa sih harus tipe-tipe? Pengen gebuk cowok yg bilang, kimi bikin tipiki, kimi bikin siliriki. Ya dikira sini indomie? Rumah?
Ngomongin rumah, emang seterbuka itu buat jadi rumah bagi orang-orang. Apalagi temen yg akhirnya mikir, dia kasihan ya. Tapi, nggak ada yg pernah tanya balik, Fira kenapa? Kabar baik?
Nggak ada.
Yaudah, akhirnya juga kata itu yg keluar buat menutup semua hari.
Yaudah. Besok dicoba lagi.
0 notes
Text
Baperan yang Berakhir Sama.
Tuhkan apa aku bilang? Sama saja kan? Sama bodohnya seperti yang sudah-sudah. Tapi, setidaknya kali ini aku belajar banyak. Belajar kalau laki-laki sama aja brengseknya wkwkwkwk. Nggak bohong kok, ada hikmahnya juga.
Minimal nih ya, minimal banget jadi tau gimana cara menghadapi kalau ada orang yg sama, ya amit-amit kayak gini lagi. Memang kadang atau harus ya, kita tuh nggak perlu tau sesuatu yg memang itu kita dari awal nggak tau.
Ya emang aku nggak cantik parah kayak cewek kue, cewek bumi, cewek permen, cewek apaan lagi lah tuh. Aku pakai baju ya karena nyaman, dandan karena suka, bukan buat orang lain biar kagum. Punya standar itu perlu, tapi bukan berarti bikin orang lain yg nggak sesuai standar kita jadi orang yg kesannya badut banget. Selama dia nggak bikin hal yg aneh ke kita juga nggak apa-apa deh.
Ya mungkin jadi tambah cuek kayaknya sama cowok, walaupun susah banget ya. Bener-bener susah. Harus merubah cara pandang aja sih ke cowok, biar nggak kejebak hal yg sama lagi, atau setidaknya bisa belajar buat menghadapi.
0 notes
Text
He is so sagacious with his dimple smile. Maybe like a fairy tale, he rides the white horse. Come to me like a prince. All feebleness he has visible to me. But, I see many excess. Truly fool, but then I choose to fall.
0 notes
Text
“No one can truly know what anyone thinks or feels.”
— Dir. Richard Ayoade
515 notes
·
View notes
Text
Tulisan Jenaka dari Orang Baperan
Aku selalu sama, sama bodohnya ketika diberi perhatian, sekalipun itu bagimu cuma bercandaan. Aku sayang, sepertinya sih. Sayangnya, kamu cuma kesepian. Aku suka semua caramu perhatian tapi ternyata tidak betulan. Rasanya aku cuma permainan, benar bukan?
Ah sudah biasa dianggap demikian. Saking terbiasanya, aku cuma bisa terbahak kalau sampai ini berakhir sama saja. Aku cuma berharap tidak mati rasa untuk orang yang suatu saat benar, hanya karena kamu orang yang belum tepat. Aku hanya orang baperan untuk kamu yang enggak beneran.
Semoga ya, peranku yang baperan ini akan bertemu orang yang beneran, beneran serius, beneran tulus, dan nggak cuma modus.
0 notes