Tumgik
shofiyah-anisa · 14 days
Text
Koma kemudian Titik.
"Kemaren katanya koma," celetuk adik suami. "Berarti saiki titik e," jawab suami. Perbincangan pagi itu tentang orang meninggal yang sebelumnya koma. Iya juga. Hidup dan mati itu kaya tulisan. Diawali dengan huruf yang akan menjadi kata, kemudian kalimat, kemudian paragraf, kemudian kisah satu bab, 1 buku dll. Yang pasti pada akhirnya diakhiri dengan titik diakhir buku. Lanjut pada biografi penulis diakhir buku bukan?
Bagaimana kita mengisi buku tersebut, bagaimana kita menulis kisah kita, hanya kita yang faham. Seluruh konflik yang mungkin ada bisa saja memenuhi seluruh isi buku, yang akan berakhir pada kedewasaan berfikir akan konflik tersebut. Sebuah perjalanan yang penuh dengan seni terkumpul rapi dalam buku.
Terkadang harus kembali menengok sedikit ke halaman sebelumnya untuk refleksi diri, namun bisa membantu loncat lagi ke halaman yang lebih jauh. Itulah seni hidup yang bisa hampir sama dengan buku.
2 notes · View notes
shofiyah-anisa · 14 days
Text
Kemaren bude habis meninggal. Bude itu kakaknya rahimahalloh ibu mertua. Sebelum meninggal memang sudah sakit lamaa. Sampai tidak bisa bicara. Beberapa bulan sebelum meninggal sangat sehat, walaupun masih dalam keadaan belum bisa bicara. Saat puasa mungkin BB nya mulai turun, katanya ndak sudah tidak nafsu makan. Lalu setelahnya mulai drop dan diinfus dari rumah.
Lalu karena kondisi yang semakin drop, bulik purbalingga datang membawa mbah uyut ke rumah bude. Yapp, mbah uyut, ibunya almarhumah bude dan ibu masih hidup alhamdulillah. Bulik datang ke rumah bude H-2 sebelum bude ndak ada.
Kalau kata bapak, suami, adek ipar "mungkin bude nunggu ibunya dulu". Kataku "betul juga". Setua-tua nya ibu, se nggak ingat-ingatnya ibu sama anak, anak itu akan terus berharap bahkan akan selalu senang jika ibunya berada di sampingnya. Begitupun orang tua, apalagi ibu,pasti selalu ingin berada didekat anaknya.
Dulu waktu ibu mertua meninggal, masih sempat membersamai 2 bulanan. Yang paling terpukul suami. Kalau kata orang "iya, ibu menunggu suami menikah". Haha, doi emang rada terlambat menikah. Dilain memang pasti karena sudah qodho' Allah ibu meninggal kan.
Maka sebetulnya, apa yang sebenarnya mengejar kita? Adalah umur orang tua. Maka, semakin besar kini, semakin ingin selalu dekat dengan orangtua, jika dirantau inginnya selalu pulang ke rumah sekedar melihat apakah ibu masih ada.
Dulu, waktu kecil, kerap sekali saat ibu tidur memperhatikan nafas ibu. Khawatir sekali.
Bersyukur sekali hingga kini. Mamak, maafkan anakmu, di umur segini masih tidak bisa selalu berada di sisi. Doakan anakmu selalu mak, sehat selalu untuk emak bapak.
Untuk yang sudah berada di sisi Allah, jangan lupa untaian doanya untuk yang disana. Karena do'a anak sholih/sholihah tidak akan terputus. Aamiin
70524
8 notes · View notes
shofiyah-anisa · 1 month
Text
Di penghujung jalan.
Usai sudah ia hadir untuk tahun ini. Menemani kita selama 30 hari. Banyak yang memiliki kesempatan untuk bercumbu dengannya, namun tak sedikit yang biasa saja bahkan mengabaikannya. Ramadhan karim ramadhan mubaarak.
Ya Allah, untuk waktu yang sedikit ini. Izinkan hamba berdoa untuk lagi dipertemukan dengannya di kesempatan yang akan datang. Dengan semangat yang lebih baik. Ya Allah jangan kau tutup ramadhan ini kecuali nama-nama kami telah tertulis didalam lembaran catatan orang-orang yang terbebas dari api neraka.
Tahun ini Allah menghendaki untuk sholat Idul fitri nya bareng seluruh negri. Baik yang menggunakan metode hisab, ru'yat hilal lokal maupun ru'yat hilal global. Maha suci Allah atas kehendakNya akan hal itu. Terbayang betapa rianya pada zaman kekhilafahan dari masa Rasululloh Muhammad hingga kekhilafahan terakhir turki Utsmani yang mana selalu serempak untuk penentuan 1 Romadhon dan 1 Syawal. Betapa sangat bahagia dan sukaria seluruh umat muslim saat menyambutnya. MaasyaaAllah Tabaarokalloh.
Harapan hari ini untuk diri dan seluruh negri, semoga seluruh umat muslim mampu merayakan raya ini dengan penuh suka ria dan hati gembira. Kembali ke fitrah. Dan setelahnya semakin giat dalam beribadah kepada Allah. Dan juga Khilafah sebagai junnah dan pemersatu umat segera hadir di tengah-tengah kita semua, sehingga akan selalu serempak untuk penentian hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Taqobbalallohu Minna wa Minkum, Shiyaamanaa wa Shiyaamakum, Kullu 'Aamiin wa Antum bi Khoirin.
1 Syawal 1445 H.
3 notes · View notes
shofiyah-anisa · 2 months
Text
Ibadah Terlama, Bukan Menikah
Menikah memang ibadah jangka panjang, tapi bukan berarti adalah ibadah terlama.
Jadi, beberapa waktu lalu aku melihat video anak-anak Palestina yang penampilannya lusuh berlumuran noda sisa peperangan. Namun sinar wajah mereka begitu memancarkan keteguhan dan keyakinan.
Sang pengambil video mengajukan beberpa pertanyaan padanya, pertanyaan khas kanak-kanak seperti:
"Siapa tuhanmu?"
Allah
"Apa agamamu?"
Islam
"Siapa nabimu?"
Muhammad, shalallahu 'alaihi wassalam
"Apa kitabmu?"
Qur'an
"Apa ibadah yang paling utama?"
Jujur, aku kaget pas denger jawaban anak-anak kecil itu ketika ditanya tentang "Apa ibadah paling utama?"
Karena ternyata, jawaban mereka bukan shalat, bukan puasa, bukan zakat, sedekah, haji apalagi menikah.
Jawaban mereka adalah, Tauhid.
Yup! Tauhid.
Ibadah paling utama sekaligus paling lama. Karena menjalaninya perlu waktu seumur hidup. Gak peduli kamu masih bujang, gadis, menikah, gak menikah, janda, duda, selama kamu masih bernyawa, selama itu pulalah kamu wajib memegang erat tauhid.
Eh, kamu paham gak maksudnya? Bukan, ini bukan perkara murtad gak murtad aja.
Gini, ketika kamu hidup bertauhid. Ketika kamu yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, yang tidak membutuhkan siapa-siapa, yang maha berkuasa atas segalanya,
Maka, ketika suatu saat nanti kehidupan kamu berada di titik terendah yang paling rendah sekali pun, kamu gak akan pernah terpikir untuk bunuh diri, untuk menyerah.
Karena kamu yakin bahwa Allah pasti akan menolong kamu, entah bagaimana pun caranya. Akhirnya kamu dipaksa ikhlas untuk melepaskan semuanya... dan hanya berpasrah kepada-Nya.
Inilah kenapa surat Al-Ikhlas (Qul huwallahu Ahad) justru isinya tentang tauhid, bukan tentang 'ikhlas'.
Karena esensi dari kata 'ikhlas' sendiri akan merujuk pada tauhid. Dzat yang tunggal. Dzat yang nasib semua makhluk bergantung pada-Nya. Dzat yang tidak mempunyai sifat seperti makhluk-Nya (beranak dan diperanak). Dzat yang tidak ada sesuatu apa pun yang bisa setara dengan-Nya.
Iya, karena hanya ketika kita berada di titik terbawah sajalah kita baru menyadari tentang betapa kecilnya diri kita. Betapa kita membutuhkan Yang Lebih Besar dari kita, yang hanya satu-satunya, yang mampu menolong kita, suatu Dzat yang lebih besar, yang tidak terjangkau oleh akal makhluk-Nya, tapi dapat menjangkau seluruh urusan makhluk-Nya.
🌸🌸🌸
Jadi, please tolong jangan lagi bilang kalau "menikah adalah ibadah terlama", dan kalau ada yang posting kata-kata kayak gitu, tolong diingetin, dikasih tau.. please... karena efeknya fatal banget..
Ketika seseorang menganggap bahwa "menikah adalah ibadah terlama", maka yang belum menikah jadi takut buat menikah. Dan yang sudah menikah tapi malah saling mendzalimi sesama, jadi takut untuk bercerai.
Padahal cerai itu halal lho. Cerai itu solusi, bukan parameter kualitas diri.
🌸🌸🌸
Ketika kita paham bahwa tauhid adalah ibadah paling utama dan paling lama, maka kita gak akan mempermasalahkan lagi apakah seseorang itu bisa membina rumah tangga atau malah gagal, karena kita tahu bahwa takdir setiap manusia itu digenggam Allah.
Mempertahankan keutuhan rumah tangga itu perbuatan yang mulia, tapi tolong diingat bahwa kehidupan, dan planet Bumi ini, bukan hanya milik orang-orang yang menikah.
Hey, menikah bahkan gak termasuk rukun Islam?!
277 notes · View notes
shofiyah-anisa · 3 months
Text
Jujur itu Sulit.
Kiranya kaalimat itu untuk tema hari ini. Beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 2 Maret 2024, sedang jaga ujian di salah satu SMP Swasta di Solo. Terlaksanalah ujian disana dengan khidmat, muter sana, muter sini, kedepan ke belakang, ngecek siswa yahh selayaknya para guru pengawas mengawasi pelaksanaan ujian saja. Tiba-tiba tangan kiriku di tarik oleh salah satunya, dia ingin menunjukkan kepadaku bahwa ada temannya yang mencontek. "Us si A, habis lihat google nomor ini, dan ini" katanya. Apakah aku lantas menegur si A? Sayangnya tidak. Kubiarkan dulu ia. Sambil kupasanga kamera Hpku yang mengarah padanya. Hingga saat ini ku berfikir "kenapa aku harus punya bukti?" Mungkin orang2 bertanya "sudah di tegur us?" Apa jawabku? "Itu kejadian di detik akhir us, saat saya mengambil lembar jawab siswa, saya ndak bisa menegur tanpa tahu sebenarnya." Iya,
Banyak siswa yang ingin nilainya bagus tanpa usaha, namun juga tidak memiliki otak secemerlang albert einsten, hahahaha. Sehingga menempuh cara2 mengerikan untuk menggapainya. Di kurikulum merdeka, tidak boleh ada nilai dibawah angka 75. Guru di tuntut untuk menaikkan nilai sedemikian rupa hingga mencapai batas minimum pada angka 75. Jika ada hal seperti di atas? Bagaimana kami memberikan nilai? Bukankah tetap ada pengurangan nilai sebab perbuatannya yang di luar nurul.
Maka benar, jujur itu sulit. Banyak orang murni mengerjakan ujian tanpa embel2 babibu. Namun tidak sedikit yang mengerjakan ujian dengan bantuan blablabla. Maka kesimpulannya adalah kerjakan apapun dengan kemampuan kita. Kapasitas manusia tentu berbeda2. Jeleknya nilai mungkin tetap tertoleran daripada attitude nol.
5 maret 2024
7 notes · View notes
shofiyah-anisa · 3 months
Text
Pagi ini berkabut, cukup tebal. Bulan tampak remang bersinar. Tetap berjuang untuk terlihat meski tampak buram oleh pandangan mata. Kabut menutupi sinarnya. Hingga langit berubah menjadi terang, kabut tetap enggan untuk beranjak. Menyisakan kedongkolan pada insan yang masih ingin menjadikan kasur sebagai sandaran.
Temaram lampu desa sedikit mendeskripsikan bahwa ia berwarna putih. Melihatnya seperti melihat lorong waktu yang sangat indah perjalanannya. Ingatanku kembali pada masa silam, jauh, hingga tak sadar bahwa ada butiran jatuh di pelupuk mata.
Kabut yang sama, masa yang berbeda. Belum mengenal apa itu malas, apa itu cinta. Bermain tiup kabut udah kaya di luar negri. Minta ibu membuatkan teh, karena hanya ingin melihat asap panas di tengah kabut. Sambil menunggu matahari terbit menyibak kawanan kabut dengan elegan. Sekali lagi indah. Bangga sekali ku critakan untuk mengisi pembicaraan dalan perjalanan.
Ada satu hal yang harus ku ingat. Kabut yang sama, suasana yang berbeda. Dalam keberbedaan masih indah kenangan masa silam. Yang betul tidak dapat terulang. Maka, mari hargai setiap detik perjalanan. Kita tidak bisa melulu menengok ke belakang untuk melihat apakah langkah kita sudah benar.
29 feb 2024
Kabut yang sama dan masa yang berbeda.
12 notes · View notes
shofiyah-anisa · 3 months
Text
Memilih
Tumblr media
@hardkryptoniteheart
Aku memilih menjadi diriku sendiri. Namun aku juga tidak akan menutup diri, untuk terus belajar menjadi seseorang yang lebih baik di setiap harinya. Kali ini, aku melakukannya atas kesadaranku sendiri. Kelak aku bersedia belajar mengerti dan memahami seseorang yang ditakdirkan menjadi teman hidupku. Aku berjanji terhadap diriku sendiri.
@padangboelan
Aku memilihmu sayangku, dengan segenap jiwa dan hatiku sebab aku mencintaimu dan akan terus begitu. Aku ingin berada di sisimu sayangku, dalam segala waktu. Saat ini, besok dan sepanjang adanya nafasku.
@yurikoprastiyo
Sebelumnya kita melangkah pada jalan yang sama-sama asing. Dua insan yang dipertemukan pada saat yang tidak direncanakan. Seperti anugrah yang diturunkan dari pucuk langit. Yang keduanya saling sadar bahwa satu sama lain adalah yang terbaik untuknya. Tanpa perlu saling berkata, kita sudah sama-sama saling memilih. Memilih berjalan bersama supaya langkah kaki lebih jauh lagi. Tetap bersama pada ribuan ketidaksepahaman. Saling mencintai dalam gelap dan terang. Dalam berat dan riang. Pada hari-hari yang dipatahkan dan ditinggikan. Dalam keyakinan bahwa seberat apapun dunia menghardik, memilih bersamamu hidup akan selalu terus baik. Pada sayang dan cinta yang kau berikan, setiap harinya selalu memberikan sepucuk harapan. Terus tumbuh cinta yang kita tanam bersama menjadi sebuah kebijaksanaan dari dua insan yang memilih bersama.
@gndrg
Hidup memang menyediakan beribu pilihan, namun sebenarnya kita tidak pernah benar-benar diizinkan untuk memilih. Apakah ada laki-laki yang memilih hidup tanpa perayaan dan dihajar habis-habisan oleh pertanggungjawaban? Atau perempuan yang memilih hidup terpenjara dibalik dinding dapurnya?Juga anak-anak yang menumbalkan diri sebagai persembahan mimpi orang tuanya? Lantas, apa artinya memilih jika pada akhirnya kita tidak benar-benar bisa memilih? Bukankah kita sama-sama tahu pada akhirnya takdirlah yang memenangkan semua pilihan, sebab keterlibatan campur tangan semesta dibaliknya?
@gizantara
Aku memilih diriku sendiri dan begitulah beberapa hubungan berakhir. Aku memilih Tuhanku, dan begitulah beberapa hubungan membaik. Dalam episode sebelumnya : Aku memilih semua orang, jadi aku kehilangan diriku sendiri.
@manusiafajar
Mereka bilang kita tidak bisa memilih dalam mencintai. Tapi menurutku itu salah, justru mencintai adalah bentuk pilihan itu sendiri. Dari awal kendali jatuh hati, beradaptasi, membuka lapang toleransi pada tiap kekurangan diri. Itu semua tugas sebuah kata kerja berjudul "memilih". Begitu pula pada waktu abadi mencintai, atau sebutan pada cinta sejati. Tidak ada yang berjalan begitu saja, mengikuti arah angin kemana mau membawa, tapi seluruhnya, seutuhnya, adalah mau tidaknya kita, akankah kuat hati mengikat setia? akankah tidak bosan hati memilih untuk terus berusaha berkali - kali jatuh cinta? Lagi dan lagi dengan objek yang sama? Dan ketika, rasa itu tiba - tiba tiada. Itu tidak "tiba - tiba menghilang begitu saja", ia adalah pilihan, ia adalah pilihanmu untuk tidak menjaga rasa.
@calonmanusia
Sayang, percayakah kalau manusia tidak bisa memilih?Memilih dari orang tua mana ia dilahirkan. izinkan aku mengutip potongan sebuah hadist yang artinya "Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah. Maka, bapak ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, atau menjadikannya Nasrani, atau menjadikannya Majusi" (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658) Betapa menjadi orang tua adalah hal yang amat berat, berat pertanggung jawabannya atas anak-anak mereka. Memang manusia tidak bisa memilih keadaan saat ia dilahirkan, namun, setelah ia mampu atas dirinya sendiri, tak mungkin ia lewat dari Maha Besarnya hidayah dari Sang Kuasa. Memang manusia tidak bisa memilih dari rahim siapa mereka dilahirkan, namun, jika sudah besar manusia mampu memilih berperilaku yang pantas untuk sang ibu. Aku tidak menyalahkan para orang tua terdahulu, hanya saja mengajak para calon orang tua tuk menentukan bagaimana anak-anaknya kelak. Sayang, izinkan aku mengajakmu untuk menjadikan anak-anak yang suatu saat tidak kecewa dengan keluarga yang telah melahirkannya. Terakhir, ada sebuah kutipan oleh Tia Setiawati, tulisnya: Namun bila nanti Tuhan mengizinkan kita menjadi orangtua, pilih dan putuskanlah untuk menjadi orangtua terbaik yang kita bisa. Lalu bersyukurlah. Karena setiap orang adalah anak, namun tidak semua adalah orangtua.
@shofiyah-anisa
Hidup kita sekarang adalah salah satu dari sekian pinta masa lalu kita, dan terbentuk pula dari pilihan kita pada masa silam. Terkadang pilihan tanpa didasari pemikiran yang matang, akan membuat kita tak nyaman dan tak senang. Namun terkadang pula, pilihan dengan pemikiran matang harus terhempas oleh permintaan banyak orang yang bla bla bla. Makanya mari tanamkan pada diri bahwa pilihan itu sesuai dengan akal kita saja, tak usahlah berubah karena manusia tak suka akan pilihan kita. Karena standar baik buruk yang tepat hanyalah standar baik buruknya Allah. Maka, selain memiliki pemikiran yang matang mendekatlah pada Tuhan yang berkuasa di seluruh Alam.
@afifaharyani09
Begitu banyaknya pilihan yang terpampang saat ini, dan kita harus memilih. Bukan, ini bukan hanya tentang pemimpin negara saja, tapi juga tentang resiko-resiko yang harus dipilih. Karna dalam hidup ini, kita juga harus pandai dalam memilih hal yang sedikit resiko buruknya. dalam kuru podcast dikatakan, bahkan dalam hidup ini kita tidak disuguhkan "percobaan" karna sama saja ibarat kita mencoba akun yootube premium selama satu bulan tanda "resiko" untuk membayar alias "gratis". ya kalau mau memilih "do it" dengan segala resikonya atau bahkan "leave it" dengan meninggalkan segala resikonya.
@isnahidayatifauziah
"Kalaupun dahulu kita mengambil pilihan yang berbeda dari apa yang sedang kita jalani saat ini, belum tentu kita akan lebih kuat menjalani konsekuensinya, akan lebih lapang menerima rintangannya." Fokuslah pada apa yang ada di hadapanmu saat ini. Karena bagaimanapun apa yang telah kita pilih di masa lalu adalah bagian skenario terbaik dari-Nya yang mengantarkan kita sampai di titik ini.
83 notes · View notes
shofiyah-anisa · 4 months
Text
Memulai
Tumblr media
@hardkryptoniteheart
Aku sendirilah yang memilih menapaki jalan ini sejak beberapa tahun lalu. Aku pun memulai sesuatu yang terasa asing dan baru ini dengan keberanian sampai kesempatan itu dihadirkan ke dalam hidupku. Meski aku memiliki ketakutan dan kekhawatiran, aku ingin mencoba menghadapinya. Bukankah aku tidak pernah dibiarkan untuk berjalan sendiri di dalam menjalani hidup ini?
@yustrialubna
Mari selesaikan apa yang semestinya diselesaikan.Terlalu banyak yang dipikirkan tak akan lantas membukakan jalan. Sudah cukup mencari alasan membuatnya terbengkalai, inilah saatnya untuk memulai.
@shofiyah-anisa
Mari kita awali tulisan ini dengan ayat Al-Qur’an 'Faidhaa Faroghta Fanshob', yang artinya “maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.)” (QS. Al-Insyiroh : 7). Di ayat tersebut ada perintah yang bisa menjadi motivasi untuk manusia supaya selalu produktif. Sedikit ataupun banyak agar selalu bergerak dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Selanjutnya mari kita kaitkan ayat ini dengan hadits Nabi “ ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhori no. 6412, dari Ibnu Abbas). Yap, sebuah motivasi yang sangat luar biasa bukan?
Memulai itu susah-susah gampang. Banyak yang pandai memulai, ngide, ataupun mempunyai banyak hal yang bisa di tulis dan dibicarakan. Namun tidak sedikit jua yang susah memulai. Mau nulis, bingung tema apa, bingung tentang apa, dll. Maka dari kedua hal diatas kita bisa membuat kesimpulan "udah mulai aja dulu, nanti pasti akan sampai." Oh iya saya ingat salah satu perkataan dari seorang teman "kita hanya butuh kebiasaan aja. Coba kamu nulis satu hari satu tulisan, nanti akan terbiasa, insyaaAllah ndak ada itu bingung dalam memulai menulis". Begitulah. Maka masalah 'memulai' adalah masalah saya masa silam. Seakan stagnan di proses "buka laptop atau memegang bolpen" tapi gak tau mau nulis apa.
Semoga dengan kedua potongan ayat al-Quran dan hadits Nabi diatas bisa memotivasi kita dan mendorong diri untuk menghadirkan niat terlebih dahulu. Sebelum akhirnya membuka laptop untuk mencoba menulis satu kata. Karena kebiasaan juga perlu dibangun bukan?
Mari lakukan.!
@rumelihisari
Tak apa jika baru memulai
Orang lain sudah mau wisuda dan memakai toga, sedang kamu baru memulai perjalanan menjadi mahasiswa ditengah kesibukan peran utama sebagai ibu muda
aku tahu kamu merasa tertinggal dari teman-temanmu. mereka terlihat seperti berlari begitu kencang mencapai berbagai impian, sedang dirimu masih ada di garis start dengan segala kekhawatiran yang mengintai.
Khawatir gagal, khawatir tak sampai pada tujuan, khawatir melalaikan kewajiban, khawatir menyerah di perjalanan, khawatir dengan cibiran orang-orang yang meremehkan.
Kamu tidak tertinggal, sayang. ini hanya perkara garis start yang berbeda dan tak perlu disamakan. Tidak apa jika baru kembali memulai disaat orang sudah dekat untuk mencapai tujuan.
Tidak ada yang terlambat. Kamu hanya perlu kembali menata diri, memulainya dengan niat yang benar, bahwa apa yang ingin kamu capai dan tengah kamu lakukan hanya untuk mencari dan mendapatkan rida' Allah saja. sehingga tak perlu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain, cukup membandingkan diri hari ini dengan hari sebelumnya. mencatat juga mengevaluasi diri supaya hari-hari berjalan dengan baik dan sesuai dengan jalanNya.
@cicakuaci
Tahun dua ribu dua puluh empat diawali dengan memulai hal baru dan hal lama. Hal baru ini benar-benar baru— yang ternyata merupakan bagian dari doa yang selalu dirapal dan diyakini dalam hati. Alhamdulillah, sangat bersyukur atas itu. Sedangkan pada hal lama, aku ingin melakukan sesuatu yang sudah sejak lama terencana tapi belum sempat dilakukan dan memulai kembali beberapa hal yang pernah terhenti. Semoga selalu diluruskan niat dan segala prasangka di dalamnya, ya. Hwaiting!
@padangboelan
Seringkali kita takut untuk memulai sesuatu. Padahal jika kita tidak memberanikan diri untuk memulainya, bagaimana mungkin kita akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?
@gndrg
Badai telah usai Barangkali, puas sudah ia membantai Sore itu, suasana kota begitu ramai Dipenuhi orang-orang yang bersantai menikmati jalan kota yang menjajakan mimpi-mimpi yang terburai Diselai kelakar renyah seolah menertawai kenyataan yang tak berperi Isi kepalaku pun sama ramainya Namun ia justru sibuk merencanai berbagai andai Membenahi yang terbengkalai Mengutuhkan yang tercerai berai Memulai kembali sesuatu yang hampir usai
@yurikoprastiyo
Jika ditanya penyesalan terbesar saat ini ialah tak berani memulai apa yang menjadi ambisiku sejak dulu. Berpikir bahwa akan tak siap menerima segala konsekuensi yang harus diterima. Memilih jalan yang berbeda, mengarungi ketidakpastian dan merasakan ketidaknyamanan.
Padahal jika memulainya sejak dulu mungkin saja aku sudah ditahap yang sedikit lagi sampai ditujuan atau barangkali sudah merasakan gagal atas apa-apa yang diupayakan. Bukankah tak apa merasakan kegagalan, ia memberitahu kita bahwa tak semua harapan harus terwujudkan.
Tetapi tanpa memulai aku tak bergerak sama sekali, bahkan tidak tau akan gagal atau berhasil karna tak sedikitpun berani mencoba. Meski mimpi itu telah tertidur tapi ia tidak benar-benar mati, seringkali ia bangun untuk menghantui. Bahwa penyesalan terbesar itu bukan gagal tapi takut memulai melangkahkan satu kaki.
@semangaaaatt
Bagaimana caraku memulainya? Kapan aku akan memulainya? Dimana aku bisa memulainya? Mengapa aku harus memulainya? Apakah aku sanggup memulainya? Jika aku tidak memulainya, lantas siapa?
49 notes · View notes
shofiyah-anisa · 4 months
Text
Mengawali tahun ini dengan mencoba.
Mencoba berdamai dengan rasa, mencoba berdamai dengan kegundahan dan mencoba berdamai dengan masalalu yang dirasa sangat memalukan untuk di ingat.
Beberapa evaluasi diri tertulis rapi dalam kertas. Dan tugasnya adalah mengubah semuanya menjadi lebih baik atau peningkatan.
Hufftt. Tarikan nafasnya udah berat ajaa. Semangat ya, mari berdamai.
90124
9 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Tumblr media
It's my 5 year anniversary on Tumblr 🥳
Uwahhh.,
1 note · View note
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Mari bercerita.
Tdi dapat berita lebih tepatnya gosip sih, 'aku kalau sidang tahfidz, mau sama us Anis aja' katanya. Lalu mereka guru-guru yang bertukar info menyampaikan "mungkin kamu kelihatan gak nakutin dan santai us". Aku? Biasa saja. Pikirku 'mereka ndak tau betapa kejamnya aku dalam memberikan nilai, jangan di fikir memberikan nilai sesuai perasaan -subjektif. Mungkin memang kadang-kadang ya. Tapi dalam hafalan, salah tetaplah salah, untuk nilainya tetap jelek. Dan jika lancar dan benar semua maka akan mendapat sesuai dengan apa yang di usahakan. Yakni bisa jadi nilainya bagus'. Dan ternyata ada beberapa guru yang setuju. Aku kejam dalam memberi nilai.
Itu benar. Bukan berarti subjektif atau menilai berdasarkan kemamuan. Semua ada SOP dan standar penilaiannya. Dan kita tidak bisa berlindung dibawah rasa "mungkin gurunya akan mengkasihani aku karena aku gak lancar", lantas dia tak berusaha. Walaupun kenyataannya sangat banyakk yang berusahaa, dengan alasan bla bla bla.
Pengen sekali ngomong "ndak usah berkelit, kalau gak bisa ya gak bisa aja. Ndak usah berlindung di bawah guru yang kamu anggap 'baik', dengan harapan akan baik dalam memberi nilai. kamu tidak akan dikasihani. Berusahalah semaksimalnya. Kalau ndak bisa ya semampunya".
40124
2 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Hi, Dear...
Seiring tahun yang berganti, kisah baru bertajuk 366 hari menanti. Semoga jejaring harapan ini bisa menjadi alasan untuk terus bertahan mewujudkan segala impian. Terakhir, dan tidak kalah penting semoga kita dipantaskan untuk hal-hal baik yang sudah atau belum direncanakan.
Salam sayang,
Jejaring Biru
113 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Tumblr media
Saat ini, yang ingin aku lakukan adalah menanamkan kepada diri bahwa "akan aku pelajari dulu", untuk setiap pelajaran, untuk setiap pengalaman, untuk setiap ilmu yang baru yang mungkin kini belum aku temui.
Kecuali telah menemukan seseorang yang nyaman untuk di tanya. Hihi
Day12
7 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Aku akan mengingat kisah dalam tulisan. Ini mungkin bukan kisah, tapi hanya sebuah potongan cerita.
Aku adalah seorang guru tahfidz di salah satu SMP di Solo. Kriteria disana adalah kuantitas, jadi harus sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh kurikulum keagamaan sekolah. Nah, saat itu adalah hari2 pasca Sumatif 2. Karena masih banyak yang belum selesai target, maka diadakan karantina tahfidz, tujuannya adalah mencapai target yang telah di sepakati di awal.
Karantina adalah hari yang melelahkan, tapi saat itu ada 2 anak didikku yang target mereka memang kurang 2 surat juz 29. Sebut saja surat al-Haqqoh, kurang ½ halaman aja. Lalu tibalah saat perbincangan mereka yang menggelikan.
Jean : Nahla sampai mana ust .?
🧕 : Tanyalah dia.
Jean : Nahla sampai mana.?
Nahla : "Sampai al-Haqqoh, tapi tinggal dikit lagi", Katanya
Jean : Ayo dulu2an yok, siapa yang duluan selesai nanti yang menang yaa.
Nahla : Ayo, Beneran yaa
Jean : iya, Beneran. Tapi gak boleh curang yaaa.
Begitulah mereka berdua berbincang. Hingga tak sadar senyumku berkembang. Lucuu melihatnya. Anak-anak ini gigih, tapi saat di suruh hafalan ada aja alasannya. Tapi ingin berkompetensi. Tapi 'alaa kulli hal, mereka selesai di hari terakhir karantina. Alhamdulillah, lebih lucunya si Nahla di hari terakhir hanya memajukan 1 Ayat, gara2 di rumah udah malass. Aturlah nahlaaa.😆😁
Begitulah ceritanya. Ku simpan dalam tulisan ya nak. Lucu soalnya. Hihi
Day11
8 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Satu satu hal yang membuatku bersyukur adalah, kamu. Hihi
Day14
5 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Tumblr media
"Api api api tertiup mati" (bacanya pakai nada baca puisi yaa, hihi).
Waktu itu acara pentas di pondok. Ada kakak kelas yang membawakan, "katanyaa" puisi, tapi sajaknya ya hanya diatas. Awal keluar sudah sangat sakraal dan penuh penghayatan. Lalu setelahnya adalah gelak tawa. "Apalahh itu" kata merekaa.
Tapi ya gitu kehidupan, ketika waktunya hidup ya hidup, Allah kasih riski. Tapi ketika riskinya sudah Allah taqdirkan habis, ya saatnya kembali. Semua atas skenarionya. Sebaik2 pemeri**** negri konoha membuat skenario, Allah lah sebaik-baik pembuat skenario.
Day10
6 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Penantian
Ini adalah kisah tentang terbentuknya generasi. Kehidupan pra kelahiran dan pasca kelahiran semua tentang penantian. Menanti buah hati, menanti pasangan, menanti apapun itu.
Prosesnya? Tentu sangat indah. Dari usaha sendiri, sampai di dampingi orangtua dalam prosesnya. Tau gak apa yang dibutuhkan perempuan dalam hal penantian? Yeah,tentu kami sangat mahir. Saking mahirnya meskipun beribu hari akan tetap "terlihat" biasa saja, meskipun hatinya sudah terkoyak sedemikian rupa. Yang dibutuhkan adalah dukungan bukan celaan.
Ada satu peribahasa yang selalu aku ingat dalam hal ini "kalamunnas laa yantahi (perkataan manusia tidak akan ada habisnya)". Maka perempuan bukanlah makhluk lemah tanpa usaha, kami hanya menanti apa yang digariskan Allah akan datang disaat yang tepat.
Untuk kawan2ku "selamat menanti, Allah tidak tidur"
Day09
3 notes · View notes