sifaasifaasifaa
sifaasifaasifaa
Ruang Cerita
89 posts
Self Reminder & Penampung Rindu
Don't wanna be here? Send us removal request.
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Ha ha ha.
Hampir dua tahun menemani suami sekolah, membuat saya benar-benar mengerti rasanya jadi Mama, yang seumur hidupnya setelah menikah memutuskan untuk tidak bekerja. Mama pun merantau jauh dari keluarga, pindah-pindah kota jauh pula. Dan sebagian besar waktunya, Mama menjalani perannya tanpa bantuan asisten rumah tangga. Tentu saja dulu belum ada go-food, belum marak jasa laundry, tidak ada warung yang menjual lauk-pauk, dan seringkali commuter marriage sama Bapak (sampai sekarang pun begitu). Kini pula, akhirnya saya tahu mengapa jam 8 malam Mama biasanya sudah tepar di kasur. Saya -yang tentu saja bodoh kala itu- bertanya dengan polosnya,”Mama, kok jam segini udah ngantuk sih?” Ha ha ha. Rasakan kau, Nin. Macam-macam mulutmu bertanya pada orang yang mengajarimu bicara.
Iya, sekarang saya tahu rasanya. Hampir 24 jam berada di rumah, dengan aktivitas yang monoton, itu jujur lebih menguras tenaga dan pikiran daripada kala dulu rasanya aktivitas seabrek keluar jam 4 pagi, pulang jam 12 malam hampir tiap hari. 
Maka, jika beberapa hari yang lalu, –bodoh lagi memang saya scrolling Instagram– saya menemukan postingan selebgram(?) yang mengatakan bahwa pikiran seorang Ibu yang tidak bekerja itu tidak terlalu berat, saya cuma bisa ketawa, ha ha ha. Serius. Benar-benar ketawa. Mungkin orang ini kurang tamasya keliling kota, tolong diajak piknik kalau ada yang kenal. #iykwim ha ha. 
Beranjak dari sana, saya makin yakin, tampaknya untuk belajar menjadi orang tua itu, alih-alih ‘meneladani’ para influencer zaman now, lebih cocok berguru pada para orang tua yang anak-anaknya sudah dewasa (atau bahkan sudah seumur saya). Karena dari beliau-beliau, kita bisa tahu secara komprehensif (asumsi) hubungan antara pola pendidikan yang diterapkan dengan karakter anak-anaknya, atau bahkan mungkin pelajaran dari perjalanan hidup mereka dan anak-anaknya.
Tentang keterbaharuan ilmu (secara teknis), juga rasanya lebih cocok ‘qerja qeras bagai quda’ dengan mencari dan membaca artikel ilmiah, dibandingkan dengan cara instan jadi makmum nya para influencer di instaghram. Mari kita berdayakan segenap akal yang diberikan Allah secara cuma-cuma pada kita. Subhanallah. 
Sekian, ini tulisan yang dimaksudkan untuk mengekspresikan perasaan –agar tidak menjadi endapan di otak haha— jangan lupa istigfar 70x hari ini, haha. :D
Delft, 2 Juli 2018
43 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Tuhan tetap sayang
Dan malulah diriku atas kasih sayangnya yang selalu tercurah meski diri ini  sering berbelok dari jalanya.
Ya rabb... ya rabb, semoga Engkau selalu menjaga kami  agar selalu dalam keteguhan iman dan islam
0 notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
WONDERFUL MUSLIMAH : Say No to Feminism
Bismillahirrohmanirrokhim.....
Semoga Allah senantiasa menjaga kita serta tiada henti memberikan karuniaNya kepada kita, aamiin....
Sebelum saya tuliskan resume kajian, adakah yang sudah familiar dengan kata feminism ?
Ya. Feminism menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (sebelumnya sudah berusaha mencari di KBBI namun belum beruntung menemukannya), adalah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.  Feminism juga memiliki arti sebagai advokasi kesetaraan hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial dan ekonomi.
Jika dibaca dari artinya, menurut saya sebetulnya feminism itu sendiri bagus, tentang kesetaraan. Kenapa sih Say No to Feminism ?  apa yang salah dengan Feminism ?  Awalnya saya berfikir seperti itu. Tapi ternyata Feminism disini yang dimaksud adalah wanita yang ingin menunjukkan keindahan diri kepada yang seharusnya tidak diperbolehkan menikmati keindahan dirinya. Intinya kesetaraan untuk eksis. Padahal dalam ajaran Islam sendiri sangat menjaga dan memuliakan wanita.  In shaa Allah semoga di lain kesempatan dapat bisa menulis resume terkait bagaimana seharusnya wanita menjaga kemuliaannya. Mohon Doanya....
Kembali pada topik wonderful muslimah. Kali ini tidak akan saya cantumkan terkait definisi dari wonderful muslimah, tetapi mari kita belajar dari empat wanita panutan kita dan wonderful muslimah sejati. Beliau adalah :
1.       Istri Al Hatab
2.       Ibu Khadijah
3.       Fatimah
4.       Asiyah
5.       Ibu Maryam
Bukan nama-nama yang asing kan ?
Yah, Istri Al Hatab sejujurnya masih jarang saya dengar nama Beliau. Tapi  mashaa Allah rupanya beliau adalah wanita yang begitu mulia. Beliau begitu totalitas dalam melayani suami. Sebelum suami terbangun, telah ia siapkan air hangat, makanan dan segala keperluan suaminya. Beliau selalu tampil prima ketika menyambut suaminya, sejak suaminya membuka mata dan  menutup mata untuk beristirahat. Mashaa Allah, semoga kelak kita dapat menyambut suami kita seperti istri Al-Hatab.
Yag Kedua adalah ibu Khadijah. Adakah yang belum tau beliau ? saya rasa semua telah mengenal dekat beliau. Beliau adalah istri rasul. Wanita yang tidak ragu menawarkan dirinya untuk dinikahi oleh Baginda Rasul. Sungguh wanita yang luar biasa menjaga diri dan  merelakan hartanya untuk dakwah. Jadi, kelak jika kita  telah bersuami jangan marah ya sholehah kalau suami kita ingin bersedakah untuk dakwah. Harusnya justru kita dukung beliau.  
Selanjutnya adalah sosok Fatimah, beliau adalah muslimah yang begitu kokoh dalam menjaga auratnya. Bahkan beliau berpesan bahwa ketika beliau meninggal yang boleh memandikannya hanya sahabatnya asma dan suami beliau. Demi untuk menjaga auratnya, beliau adalah orang pertama yang kerandanya ditutupi kain. Mashaa Allah, terenyuh sekali ya, teladan beliau dalam menjaga auratnya. Terkait menutup aurat, teman-teman bisa buka surat Al Ahzab ayat 59. Yuuuk semangat baca qur’an dan artinya J
Perilaku wonderful muslimah dalam diri Fatimah lainnya adalah, ketika suami beliau pulang beliau menyiapkan 3 hal yaitu air hangat, kipas angin dan cambuk. Kok cambuk sih ? buat apa sih ? jadi bertanya-tanya kan ? Nah, disinilah semakin saya kagum dengan beliau. Beliau menyipkan cambuk dan mempersilahkan suaminya untuk mencambuknya jika pada hari itu dirasa Fatimah melakukan kesalahan yang membuat suaminya tidak ridho. Serius merinding deh. Tapi kata Ust, jangan coba-coba dipraktekan menyiapkan cambuk untuk suami di jaman sekarang hehehe. Laki-laki jaman sekarang mah sudah beda hehhe.
Berikutnya, mari kita belajar dari Asiyah. Beliau adalah istri fira’un. Begitu wonder muslimahnya beliau ketika Beliau tetap bertaqwa kepada ALLAh meskipun suaminya mengaku Tuhan. Jadi, Bagaimanapun kondisi suami kita kelak jangan sampai menghalangi kita untuk bertaqwa kepada Allah ya sholihah 
Sosok selanjutnya adalah Ibu Maryam. Beliau adalah wanita yang cantik jelita dan dapat menjaga diri dengan luar biasa. Beliau adalah wanita yang kuat menghadapi kehamilan luar biasa  dengan kuasa ALLAH.
 Oke.
Wonderful Muslimah juga jangan lupa ya untuk menundukkan padangan. Temen-temen bisa baca surat An-nur ayat 30 terkait menundukkan pandangan . Yuk sekali lagi jangan sungkan buat baca qu’an dan artinya.  
Btw, menundukkan pandangan itu bagaimana sih ? apa harus kalau jalan sambil dungkruk-dungkruk eh nabrak tiang deh. Bukan bukan begitu, maksudnya adalah menundukkan pandangan dari aurat. Baik aurat lawan jenis maupun aurat dari sejenis.
 Nah, Alhmdulillah berakhir sudah resumenya ya sholihah, semoga bermanfaat.
Mohon maaf bila dalam penulian kurang begitu mengupas tuntas. Tentunya resume ini sudah saya parafrase dan saya sampikan dengan bahasa saya sendiri. Beberapa juga saya sisipkan pendapat pribadi.Saya menyadari ada beberapa bahasan yang saya skip karena ketertinggalan mencatat dan kondisi waktu kajian yang tiba-tiba nge-bleng. Mohon maaf yaa, manusiawi kadang-kadang fokus mendengarkan tiba-tiba hilang. Hehehe.
Saya juga sangat berterimaksih apabila teman-teman berkenan memberikan masukan untuk saya tekait penulisan resume atau sikap pribadi.
sumber : Kajian bersama ust. Ransi Al Indragiri
 Terimakasih
Wassalamualaikum
Yogyakarta,  9 April 2018 | @sifaaf 
2 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Proses (+4)
Ada hal berharga bernama proses, yang seringkali diabaikan dalam rangka menggapai tujuan. Sejak memiliki anak, saya semakin sadar, bahwa manusia yang hidup adalah kumpulan proses; bukan hasil. Bayangkan saja, untuk bisa berlari, seorang manusia setidaknya melalui proses merayap, merangkak, lalu berdiri, hingga akhirnya bisa berlari. Namun, bersediakah kita melewatkan tahapan-tahapan tersebut pada anak kita, seandainya ada pilihan untuk langsung bisa berlari? Tentu tidak; karena yang kita nikmati adalah prosesnya. Gelak tawanya saat pertama kali ia bisa berdiri, tangis kagetnya saat ia belum bisa mengontrol keseimbangan dirinya hingga terjatuh. 
Begitu pula pada perjalanan hidup kita. Percayalah, kawan, tak pernah ada momen kita berhenti menginginkan sesuatu, selama kita masih hidup. Maka bila ada saat dimana kita gundah, lantas bimbang melangkah; rasakan, lalu nikmati saja. Ada momen berharga bernama proses disana. Proses; perjalanan menjadi lebih baik. Karena jika kita lelah menjalani suatu proses untuk mendapatkan, atau berada di satu titik yang kita inginkan, percayalah, ketika kita sudah sampai di titik yang kita inginkan, akan selalu bermunculan titik-titik baru yang ingin kita capai. 
Maka mari kita menghargai diri sendiri yang seang berproses. Kita bantu diri kita sendiri untuk menikmati pahit getir lara perjuangan. Biarkan jiwa kita mendewasa dengan tempaan rintangan di sepanjang perjalanan. Tak perlu mengerdilkan diri dengan menganggapnya tak mampu. Ingatlah, Ibumu membesarmu dengan makanan bernama harapan.Maka tersenyumlah, dan yakini selalu; ada kasih sayang yang jauh lebih besar dari apa yang kau dapat dari Ibumu; yakni dari Tuhanmu.
Selamat berproses, wahai diri.
Delft, 31 Maret 2018
23 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Penerimaan
Dalam perjalanan bermasyarakat ada kalanya akan kita temukan perasan tidak diterima. Entah itu hanyalah suatu perasaan semata atau sebuah kenyataan yang membuatmu  harus introspeksi diri.
Tiada salahnya kita berkaca, mungkin kita yang tidak bisa menerima kehadiran mereka sehingga kita yang merasa tidak diterima. 
Pada intinya, berinteraksi dalam masyarakat yang dibutuhkan adalah penerimaan. Saling menghargai. Bukan berusaha saling meredupkan.  
3 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Melangit
Menyelaraskan langkah dalam irama yang Allah karuniakan. 
Tidaklah aku ingin terburu-buru. Langkah kaki ku tetap dalam irama yang sama. Menikmati ukiran sepatu diatas pasir. INDAH . Dan aku baru saja menyadarinya. 
Rupanya tidak harus melulu  berlari mengejar. Nyatanya, menstabilkan langkah dan menikmatinya lebih membuatku tenang. 
Tiada perlu risau. 
Dia Yang Maha tau apa yang terbaik untukku 
Kukira....
Menikmati hari dengan bijaksana, adalah hal terbaik yang dapat ku lakukan.
Biar impian-impian itu tetap bergaung dalam hati. Terlantun dalam do’a. Melangit dalam sepertiga malam. 
Aku yakin, saat itu Dia sedang tersenyum padaku. 
“Teruslah meminta kepaKU”, kataNya . 
3 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Mylog : Pergi Melamar
Hari kemarin setahun lalu, aink pergi melamar.
Berangkat dari Bandung sama keluarga inti dan beberapa kerabat trus ketika nyampe majalengka, saudara-saudara mamah yang orang pribumi juga ikut mengiringi lamaran. Alhamdulillah lamaran diterima.
Kalo dipikir pake logika dan kondisi dompet saat itu, kok aink berani ngelamar? Dengan modal yang kata sebagian orang seadanya, aink maju ngelamar. Bukan karena aink nyepelein pernikahan sehingga bawa modal seadanya, tapi sebisa-bisa aink ngemodal harta ketika itu ya emang segitu.
Alhamdulillah, menjelang hari lamaran dan pernikahan semua kebutuhan yang di atas kertas masih kosong pendanaannya tiba-tiba cukup. Aink jadi menikah. Disini aink bilang tiba-tiba karena memang aink dan istri yang waktu itu masih calon memang ga punya dana yang mencukupi. Kami cuma siapin planning, butuh apa aja, acaranya gimana, cuma kayak gitu. Itu kami persiapkan dari awal pacaran sebelum tujuh bulan kemudian resmi menikah.
Ketika proses, satu persatu to-do-list mulai kami cicil. Kenalan sama keluarga inti, ramah tamah dengan keluarga besar, planning lamaran dan nikah, sampai minta restu sama wali. Semua dikebut tujuh bulan, dengan keyakinan Allah yang nanti menyiapkan dananya.
Nekat? Engga, kalo kata ustad Hanan, ini namanya Faith.
Ketika mengusahakan sesuatu yang baik karena Allah, modal utamanya bukan ikhtiar tapi keyakinan. Ikhtiar yang terbaik cuma kewajiban kita. Belum tentu berkorelasi dengan hasil untuk bisa dijadikan modal.
Selama proses, aink cukup stress. Sebagaimana lelaki pada umumnya yang hendak menikahi anak orang lain, aink selalu bertanya-tanya. Gimana nafkahinnya ntar, dapet darimana modal nikahnya, tinggal dimana ntar, kalo usaha ga lancar gimana dst,. dll,. wr.wb..
Ketika itu, istri yang masih calon selalu mengingatkan “Allah pasti nolong, kita ga akan dibiarin gitu aja. Sesusah apapun insya Allah ga akan ampe ga makan”. (ini nih calon istri idaman, daebak. Coba ditiru ya akhwat-akhwat).
Dan begitulah, ucapannya terbukti. Se-ga-punya-uang-gimana juga kita masih tetep bisa makan. Meskipun sebab-sebab rejeki yang kasat mata seperti bekerja dan berdagang hasilnya lagi ga bagus, rejeki tetap jalan terus. Sering banget di rumah tiba-tiba banyak makanan tanpa harus keluar uang.
Kayak minggu kemarin, istri pengen makan buah-buahan. Besoknya beli jambu batu sekilo (ini ikhtiarnya), besok-besoknya tiba-tiba datang alpukat mentega, dukuh, kedongdong, manggis dan pepaya. Yang diikhtiarin segimana, yang dikasih segimana. Ga meching emang.
Sama kayak lagi usaha. Uda nyoba ini itu, uda ikhtiar segala dicoba tapi kalo belum waktunya rejeki turun ya omset segitu-gitu aja. Tapi ketika ga diusahain, rejeki malah dateng.
Jangan berpikiran sempit dengan menyimpulkan kalo rejeki datang dengan meninggalkan ikhtiar. Rejeki kapan turun dan segimana banyaknya harus diyakini terserah Allah. Suka-suka Allah. Manusia ikhtiar sebagai pemenuhan kewajiban dan ladang amal.
Bisa aja ada orang ga kerja tapi bisa hidup 80 tahun tanpa kekurangan makanan. Tapi nanti di hari akhir dia ga punya pahala dari kerja keras mencari penghidupan yang halal di dunia. Padahal kata nabi ada dosa yang ga bisa dihapus kecuali dengan bekerja keras mencari nafkah.
Yakin dan paham konsep ini ga bisa sekali jadi. Aink pun masih terbata-bata dalam memahami ini. Tapi sekalinya paham betul, insyaAllah ujian hidup ga akan jadi beban. Kaya miskin nikmatin aja.
Sama halnya dengan menikah,.
Kalau memang uda punya keinginan yang baik dan mau menjalani prosesnya, InsyaAllah dibantu. Aink ga bisa ngasi banyak tips ke temen-temen aink yang belum dan pengen nikah.  Cuy, perihal keyakinan ga bisa disampaikan semata via lisan.
Banyak kok yang lebih berada dari aink menunda nikah karena merasa belum cukup modal meski uda ada calon. Atau uda punya modal tapi belum juga nemu calon. Kebanyakan menetapkan ‘standar’ sendiri yang cenderung menyulitkan dan belum tentu berdampak besar ke kehidupan pasca pernikahan. Satu tips dari aink, sebaik apa pun orang punya persiapan sebelum nikah, ujian pasca nikah akan selalu ada.
Ada yang mesti punya kerjaan tetap baru mau nikah. Eh, ternyata baru beberapa lama nikah di-PHK. Ada yang ga punya kerjaan tetap, serabutan dan masih kuliah, trus nikah eh sekarang uda punya anak dua dan hidup tenang.
Planning memang mesti ada. Wajib. Tapi menggantungkan nasib sama sebab-sebab duniawi melebihi rasa percaya kita sama Allah itu yang ga boleh.
Throwback setahun lalu ketika mau nikah. Kalo dipikir-pikir, modal utama aink menikah memang bukan harta benda. Tapi, kerelaan untuk diuji dan kesiapan untuk berbaik sangka pada Allah. Modal yang ga aink kumpulin sendiri tapi dirintis dan dikumpulin bareng-bareng sama calon istri yang sekarang uda jadi istri.
942 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Quote
ada suara bahagia nan merdu di seberang sana ketika ku kabarkan "bu alhamdulillah aku lolos"
tiada pernah terfikir, pagi ini akan kudengar suara bidadariku yang begitu bahagia. Mashaa Allah, tiada yang lebih berarti bagiku selain kebahagian dan ridho orangtua. 
Ya, hari ini aku mendapat notification bahwa aku lolos untuk berkarya di salah satu bagian di suatu fakultas kesehatan. Tempat aku menimba ilmu dan bertumbuh. 
Dan, hari ini Allah beri aku kesempatan untuk tetap tinggal disini dan memberikan kontribusi bukan dengan status student lagi. Mashaa Allah, Mashaa Allah, Mashaa Allah. 
Berkah ini adalah harapan dan hasil dari doa-doa orangtuaku....
Tak terasa, air mata menetes begitu saja. Ternyata, Allah ingin memberiku kesempatan untuk merekahkan senyum mereka terlebih dahulu sebelum memperjuangakan apa inginku. 
Dan hari ini, tetap akan aku simpan apa yang menjadi impianku. Semoga suatu saat , impian itu juga akan merekahkan senyum dan melahirkan suara bahagia mereka. 
Sedikit cerita, Berkarya adalah harapan yang begitu besar orangtuaku kepada diriku. Meski dalam hati rasanya ingin sekali melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Tapi Allah maha tau yang terbaik, Ia beri aku kesempatan untuk merekahkan senyum mereka. Semua ini tiada lain adalah karunia yang engkau berikan....
semoga suatu hari ini, engkau berkenan memberiku kesempatan untuk mewujudkan cita-cita  ini Ya Rabb. 
Yogyakarta, Januari 2018 @Sifaaf
1 note · View note
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
Sawang-Sinawang
Minggu pagiku terasa berwarna berkat kaos kaki sepuluh ribu empat di Sunday Morning kawasan UGM, Kampus kecintaanku. Kaos kaki sepuluh ribu empat, gamis enam puluh ribuan dan celana kulot tiga puluh ribuan. huh... seratus ribuku melayang. yahh.... inilah calon emak-emak korban diskonan. but Trust me, ketiga barang itulah yang sedang saya butuhkan sodara-sodara. 
Tidak lupa, minggu pagi ini terasa spesial karena aku tidak kemana-kemana sediri lagi. Pagi ini aku kedatangan kawan dari jauh yang sedang berlibur ke jogja. Dalam hati, alhmdulillah ada gandengan kemana-kemana untuk sementara. But, tenang-tenang, tangan ukhti kok yang digandeng. 
Karena lama tak jumpa, terjerumuslah kami pada percakapan tentang si A B C dan D. in shaa Allah memberitakan kabar baik tentang mereka. Lalu tiba-tiba terbahaslah pandangan salah sorang teman kami tentang aku yang diceritakan kepada temanku tersebut. Awalnya teman ku tersebut tak ingin terlalu membahas, tapi aku yang memaksa dengan harapan aku dapat introspeksi diri kedepannya. 
Cerita berawal dari mereka kondangan bersama kemudian datanglah godaan setan buat ngomongin A B C. Nahlo, siapa nih yang juga suka begini wkkwkwk. Lalu tibalah seseorang tersebut membahas aku. ya ampun, sepenting dan semenarik  itukah kehidupanku untuk dibahas. mohon maaf ya guys , mungkin dulu aku pernah jadi orang penting jaman sekolah kali ya hehe, peace :) 
oke intinya adalah.... suatu judgement seseorang tentang diriku berdasarkan apa yang aku tampilkan dalam postingan media sosial dan penilaian dia terhadapku lewat kacamata pribadinya. Mungkin tampak WoW bagi dia dan Mungkin aku yang tampak A B C D dan seterusnya. 
but, oke aku tidak akan membahas tentang aku yang jadi “Bahan obrolan di kondangan” , aku ga akan marah seperti dedek emesh yang bakal ngelabrak temennya karena sudah di gunjingin di perosotan . aku ga marah karena aku diomonginnnya di kondangan. Coba kalau mereka ngomongin aku di prosotan . Aku Labrak juga deh ....hhehehe ga deh. Becanda kok. (fyi : masih inget kan video anak kecil yang ngelabrak temennya karena digunjingin di perosotan, serius itu video viral dan lucu bgt)
Oke back to  temen ku yang mengangap kehidupan ku penting banget buat dia. Melihat fenomena tersebut, aku jadi tersadar bahwa netijen mudah sekali tertipu dengan apa yang tampak pada layar. Satu gambar atau satu video yang tampak di sosmed tersebut sekarang sudah dianggap  menjadi sumber tervalid bagi mereka untuk menilai kehidupan seseorang. Menilai status sosial, kehidupan berkeluarga, kasta pertemanan (*eh emang ada ya ? ) dan bahkan isi hati  pemilik akun media sosial yag sedang jadi “Topik ngobrol ketika kondangan ya” 
Fakta kedua adalah pepatah “Rumput tetangga terlihat  lebih hijau” dan “semut diseberang lautan tampak dan gajah dipelupuk mata tak tampak”, ternyata masih banyak  manusia yang menganutnya.  Mari kita beristighfar bersama......
Ketiga, aku jadi makin setuju sama lirik lagunya Sherina Munaf  yang kurang lebih begini “ Lihat segalanya  lebih dekat dan kau akan mengerti “. Kita tidak bisa menilai orang lain jikalau kita tak benar-benar dekat dengan dia. Dalam artian berteman baik dan akrab. Tapi bukanlah menilai diri sendiri sebagai bentuk introspeksi diri lebih baik dari pada menilai orang lain , setuju ?
The last but not least, alhmdulillah Allah beri petunjuk agar kita lebih  berhati- hati dalam bertindak. salah satunya  ketika memperlihatkan kehidupan kita pada khalayak ramai atau kata anak jaman now adalah nitijen. Mari kita pilah mana yang dapat kita bagikan dengan tujuan kebermanfaatan serta mana yang perlu kita simpan untuk diri sendiri atau teman terdekat saja. 
Dan menurut saya, hidup itu sawang- sinawang. Mungkin ketika kita melihat A, wah si A begini ya. Dia mah enak karena X Y Z. Duh pengen deh jadi seperti si A. Tapi pernah ga si kalian berfikir kalau dibalik apa yang dicapai A ada kerja keras dan pengorbanan yang tidak pernah kalian bayangkan ? Mungkin si A sedang berjuang ketika kamu bobok nyenyak. Mungkin si A sedang menangis mengadu pada Rabb nya tentang bagaimana dia akan berperan dalam keluarganya, sementara kamu sedang duduk-duduk ngobrol tak tau arah di cafe yang sedang hits di kalangan anak jaman now. 
Pada dasarnya Allah sudah kasih kita rejeki dengan sangat amat adil. Tinggal bagaimana kita ikhtiar padaNYa dan yang terpenting adalah bersyukur. karena tanpa rasa syukur, nikmat yang begitu luar biasa tidak akan ada artinya bagi kita.
Semoga Allah selalu menjaga kita dari sifat kufur. Semoga Allah senantiasa beri kita  kekuatan dan hidayah dalam menjaga iman dan islam
2 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Text
HIJRAH ? : Sebelum Pertemuan
Sore itu, seperti biasanya selepas berkegiatan di Rumah Sakit yang cukup menguras tenaga dan pikiran bagi mahasiwa praktikan sepertiku. Aku melemparkan tubuhku dia atas kasur. Rasanya pegal di punggung dan kaki sedikit berkurang. Aku sengaja merebahkan tubuhku 30 sampai 1 jam sebelum membereskan kamar. Rebahan rasanya kurang afdol kalau tidak dengan main hp, buka instagram, kepo-kepo tidak jelas. Kalau sudah bosan gantian buka timeline atau facebook. Begitu terus sampai target waktu istiharat terkadang molor hingga  30 menit.
Ketika itu, aku iseng scrool timeline. Siapa tau ada postingan mahasiswa jaman now yang lagi hits. Maklumah aku super kudet, karena hidup hanya di kontrakan dan rumah sakit. Begitu terus. Terkadang terasa sangat membosankan.
Tiba-tiba aku melihat postingan salah seorang teman yang sedang mencari mentor baru untuk semacam kelompok mengaji atau kemuslimahan di fakultasku.  Aku sendiri tidak tau apa nama organisasi mereka. Karena jujur saja, dulu semasa menempuh pendidikan S1, aku paling anti ikut kegiatan yang berbau agama atau organisasi agama. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan. Alasanya adalah pikiranku yang tidak bijak dan terlalu takut terjerumus dalam golongan-golongan yang ku khawatirkan melenceng dari syariat.
Alih-alih ingin terhindar dari golongan yang demikian, Namun aku justru terperangkap dalam kehidupanku yang tidak mengenal kajian, jarang sekali membaca qur’an. Langkah kaki ke masjid hanya untuk sholat fardhu dan apabila ada kajian, aku tidak berniat untuk duduk lebih lama di masjid dan mendegarkan ustd ceramah. Aku justru memilih menyelesaikan urusan duiawi.  Betapa menyedihkan hidupku
Sepertinya dulu hidupku hanya untuk duniawi semata. Astaghfirllah......
Kembali lagi  tentang postingan seorang teman yang sedang mencari mentor untuk kelompok mengaji nya. Tiba-tiba terbesit keinginan untuk ikut mengaji dengan mereka.
Lalu aku kirim pesan kepada temanku tersebut. Nekad saja, karna walaupun satu fakultas dan beda jurusan, aku jarang berkomunikasi dengan dia. Kita hanya pernah satu divisi organisasi dan kepanitiaan di awal tahun kuliah . Selebihnya, sudah lupa kapan terakir kita berkomunikasi hingga kini kami sedang menempuh pendidikan profesi masing-masing.
Lewat pesan yang aku kirim kepadanya, aku utarakan keinginanku untuk belajar agama. Untuk mengaji. Kemudian aku ingin mengikuti kelompok mentoring yang sebelumnya dia menjadi mentor. Aku utarakan juga padanya bahwa tidak  masalah bagiku jika aku harus satu kelompok  dengan adek angkatan yang jauh di bawahku. Saat itu aku hanya ingin memiliki kelompok mengaji. Memiliki lingkaran pertemanan yang sholehah.
Qodarullah, lewat temanku tersebut aku diberikan nikmat yang luar biasa. Aku diberi kontak person seorang mentor mengaji. Kemudian ku hubungi beliau dan disambut dengan luar biasa keinginanku untuk belajar agama.
Dan taukah kamu, pada saat itu barulah aku tahu tentang Liqo dan apa itu murobi. Astghfirllah.... Selama ini hidup ini  ku habiskan untuk apa ?
Luar biasa godaan bagi pemula sepertiku yang ingin memulai memperbaiki diri. Ada saja godaan datang, mulai dari diri sendiri yang merasa sangat takut untuk bergabung dengan mereka yang sudah sholehah dan aku hanyalah wanita yang ilmu agamanya belum ada seujung kuku.
  Mohon doanya ya, semoga dimudahkan jalanku, jalan kita mendekatiNya.....
2 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
PUJIAN dan KEJUJURAN Hari ini, seperti biasanya selepas kelas aku meminta feedback dari beliau. Dan disampaikanlah bahwa aku perlu belajar lagi terkait pengucapan. Fyi, Sore ini aku bersusah payah mengucapkan kata "bernafas" dan "nafas" (in english). Dari situlah dimulai diskusi tentang pujian . misalnya "kamu sudah cukup bagus, sudah baik dll", Konotasi dari kalimat yg aku dapatkan sore ini wkwwkwk. But, ,aku sangat bahagia dan bersyukur masih diberi pemantik untuk terus belajar. Dan , beruntungnya aku bertemu beliau. Kembali lagi tentang pujian. Aku jadi teringat diskusi dengan seseorang. Dulu aku pernah bertanya pada seseorang tsb karena saking keselnya " kenapa si gapernah memuji atas usaha dan setitik pencapaianku ? " . Lalu dengan tenang dijawabnya " nanti, belum waktunya ," Tapi hari ini aku mengerti betapa pujian itu tak selamanya baik bagiku. Ternyata, dibalik wajah tenangmu, kamu ingin aku berjuang lebih keras lagi, memberiku ruang untuk terus bertumbuh. Dan menjadi orang yg lebih bijak menghadapi pujian. Terimaksih teacher dan KAMU @30haribercerita #30haribercerita #30hbc1801 #30hbc180108 #tulisan #cerita #ruangcerita
1 note · View note
sifaasifaasifaa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
-MENUJU- Teriring doa dalam dekap Dia yang maha segalanya Kusebut sebuah nama Meski mulut masih terbata Tergiang sebuah pesan dan harapan Di sore itu... Sebelum langkah kaki memisahkan raga. Sebelum rindu menjadi raja. Kini aku bersusah payah menemukan wajah teduh mu, Menemukan pelukan terhangat di dunia ini. Aku tau, ada rindu yg teramat besar disana. Hanya saja, dengan begitu pintar disimpanya rapat- rapat. Agar aku tiada bersedih Agar aku tiada goyah. Teruntuk pemilik kelembutan hati dan percetakan kasih sayang. Terimakasih..... Telah mengijinkanku berjalan menuju baktiku di sisa usiaku. #tulisan #30haribercerita
0 notes
sifaasifaasifaa · 8 years ago
Text
RTM: Lima Fase Adaptasi dalam Pernikahan
Tumblr media
Sudah memasuki tahun pernikahan yang ke berapa? Sorry, tidak bermaksud membuat yang belum menikah bersedih. Aku hanya mau berbagi yang aku baca tadi waktu nyiapin presentasi untuk acara seminar Ibuku. Lagipula setelah baca ini, yang belum menikah (dan sedang ngebet ke pelaminan) mungkin akan berhenti menganggap pernikahan sebagai jalan keluar ajaib dari satu problematika dan krisis dewasa awal: kesepian.
Ketika menikah, ada banyak hal yang harus disesuaikan. You name it: dari kebiasaan kecil kayak gaya nyimpen sendal; menghadap depan atau belakang, sampai prinsip-prinsip penting kayak pengasuhan. Nah, menurut hasil observasinya Mbak Michele Weiner Davis selama jadi konselor pernikahan, ada lima tahapan adjustment yang dilalui pasangan setelah menikah.
Tahap 1–Euforia perasaan
Ini pas pernikahan baru seumur seminggu dua minggu, sebulan dua bulan. Ada perasaan semacam, “Yeay, I’m lucky! Pasanganku perfect. Baik, romantis, pengertian. Aku ngga salah nikah sama dia!” Di tahap ini, jelas pasangan saling menerima dengan mudah. Wong yang diperlihatkan baru yang enak-enaknya aja.
Tahap 2–Mempertanyakan
Di tahap ini, mulai nih ketahuan keburukan-keburukan pasangan yang bikin ngga sreg. Muncul deh bisikan2 kayak, “Ih ternyata dia orangnya ga asik. Kok dulu aku mau ya nikah sama dia?” Ada godaan untuk menyesali pilihan kita untuk menikah. Ada keraguan apakah kita menikahi orang yang tepat? Mulai nih ada guncangan. Konflik. Jedar jeder boom.
Tahap 3–Mengubah
Muncul deh kebiasaan natural manusia untuk merasa dirinya paling benar, sehingga pasangan mesti ikut cara dia, pasangan mesti berubah karena dia inginnya gitu. Titik. Tutup buku. The end. Nah akhirnya muncul tuntutan, “Kamu nggak boleh gini kalau mau kita bertahan. Kamu harus berubah!”
Berubah jadi lebih baik itu emang perlu. Tapi ngga dengan mengendalikan, merendahkan, menganggap diri sudah final, menganggap diri paling benar. Cara yang baik sih memulai dari diri sendiri. Evaluasi bersama, apa yang bikin berantem. Tidak mungkin terjadi konflik kalau kedua pihak tidak ngotot merasa yang paling benar. Jadi pasti dua pihak punya kontribusi dalam konflik.
Tahap 4–Menerima
Di tahap ini, mungkin karena proses pembelajaran dan pertambahan perspektif, pasangan mulai ngeh bahwa ada hal yang bisa diubah, tapi ada juga hal yang ngga bisa diubah dari pasangannya. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan menerimanya plus sedikit santai, “Yaa dia emang bawel sih orangnya. Tapi gimana ya, aku terlanjur sayang…”
Tahap 5–Melanjutkan hidup bersama apa adanya
Di tahap ini, semua tuntutan2 itu sudah lapur. Tertelan oleh penerimaan, pemaafan, dan pemahaman. Penerimaan utuh atas pasangan benar-benar tercapai.
Apapun yang terjadi, kamu dan pasangan hanya ingin tetap jadi pasangan selamanya…..sampai maut memisahkan.
Perlu banyak humor dan kemampuan menertawakan masalah untuk bisa sampai ke tahap ini.
Pssst….dan kata Empunya observasi ini, hanya 50% pasangan yang bisa sampai ke tahap ini. Deziqq.
Tumblr media
(foto dari pinterest)
Jadi happy ending dalam pernikahan itu ada? Ada. Tapi lihat dulu jalannya. Yang jelas ngga semulus yang diceritakan dongeng-dongeng. Happy ending dalam pernikahan itu lahir dari proses yang panjang. Dan mendaki. Bukan pula berupa rangkaian cerita manis setiap saat. Tapi justru melalui kekacauan, konflik, perbedaan, huru-hara, perang dunia, tapi di akhirnya pasangan tetap bisa tertawa sambil berkata, “Aku tetep sayang!”
....
Have a safe journey!
641 notes · View notes
sifaasifaasifaa · 8 years ago
Text
Bayangin m** yg bilang gini
Menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia.
Kecantikanmu itu berbeda. Aku melihatnya setiap hari dengan mata kepalaku. Cantikmu itu mengalir dalam sifat, seperti ketaatan, keikhlasan, kesabaran, dan hal-hal yang membuatku merasa tentram.
Aku sengaja menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia. Sebab, dunia kita adalah dunia yang kita bangun dengan kepercayaan bahwa yang kita lihat dengan mata ini adalah fana. Semuanya akan berakhir, cantik akan menua, kekayaan takkan dibawa mati, dan hal-hal lain yang akan berakhir.
Aku menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia, biar orang melihat dan merasakan kecantikanmu dari akhlakmu. Bukan dari hasil riasan berjam-jam dan baju kekinian yang kemudian kamu pajang di halaman media sosialmu. Orang akan mengenalmu dari kebaikan budi, kebermanfaatan, peran, pemikiran, kecerdasan, sumbangsihmu pada umat, dan hal-hal lain yang jauh lebih bermakna dari pakaian dan riasan.
Aku akan menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia. Agar kamu bisa menjadi dunia yang terbaik bagi anak-anak kecil yang lahir di rumah tangga kita. Menjadi dunia yang layak untuk tumbuh besar mereka. Dunia yang akan mengajarkan mereka dan membuat mereka tumbuh menjadi manusia yang lebih baik.
Biar dunia kita ini sunyi, sepi.
Kita tidak harus dikenal banyak orang untuk bisa menjadi lebih bermanfaat, untuk memiliki nilai lebih sebagai manusia. Kita hanya perlu menjadi orang baik, berbuat baik, membantu banyak orang, berkata-kata yang baik, lemah lembut terhadap semua makhluk, bekerja dengan ikhlas, berbakti kepada orang tua, berbuat baik pada tetangga, menyanyangi anak-anak, dan semua kebaikan lain yang bisa kita lakukan tanpa harus berdandan terlebih dahulu, tanpa harus memiliki kuota internet untuk memuatnya dalam live video.
Kita tidak perlu mencatatnya, dua malaikat kecil di sisi kita sudah melakukannya untuk kita. Setiap hari, tanpa lelah.
Untuk itu, izinkan aku untuk menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia, istriku :)
Yogyakarta, 7 November 2017 | ©kurniawangunadi
3K notes · View notes
sifaasifaasifaa · 8 years ago
Text
Jangan berkarya sendirian !
Gara gara baca tulisan temen yang baru nikah. Kemudian Long distance Married (LDM ) lalu istrinya nangis terus belum bisa terbiasa dgn kondisi tsb. Alih-alih rewelnya istri jadi membuat suami ga tenang dan bisa juga menggangu pikiran suami yg sedang tugas belajar. Pertama, istri ga salah juga sih kalau kadang rewel-rewel kangen. Maklum masih pasangan baru. Masih pengen ditemenin kemana -mana. Ibaratnya lagi anget-angetnya terus harus pisah, kan sedih ga si ? Oke, intinya soft respon aja. Jangan ikutan panik sama sikap istri. Tapi jadilah suami yang menenangkan. Jangan ikut terhanyut sama euforia awal-awal LDM. Kalau istri lagi kumat rewelnya cukup di dengarkan saja. Kedua, kalau istri sering rewel-rewel karena kangen sampai nangis ya mungkin memang yang ada di pikiran dan hati dia cuma ada suaminya. Suami kepikiran ga untuk membuat fokus istri tidak hanya pada satu titik ? Misalnya memberikan dia kesibukan / aktivitas lain, bisa juga menyarakan dan mendukung istri untuk buka usaha. Apakah suami sudah mencoba diskusi dengam istri untuk membuka usaha di rumah ? Misalnya buka toko bunga, catering, tempat makan, toko baju, atau apapun sesuatu yg baru dan istri menyukainya. Dengam begitu diskusi suami-istri di tlp tidak hanya tentang kangen -kangenan yang membawa melow sampai istri nangis. Isi diskusi suami -istri bisa terselip terkait perkembangan usaha yang mulai dirintis. Kuncinya adalah, salurkan energy istri untuk melakukan hal-hal yang positif sehingga emerginya tidak habis hanya untuk meratapi LDM. Dengan begitu, suami bisa berkarya dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan tenang da istripun bisa semakin bertumbuh dan menebar kebermanfaatan pada sekitarnya. Semoga bermanfaat ya! Yogyakarta, 26 Oktober 2017 -Dari yg sedang berproses-
1 note · View note
sifaasifaasifaa · 8 years ago
Text
Apakah ?
Apakah menyematkan harapan untuk segera menggenapkan di tengah-tengah ketidaksempurnaan itu diperbolehkan ? Apakah ini nafsu yg terburu-terburu untuk menggenapkan ? Ataukah ini jalan yang ditunjukkan olehnya, Namun kita terlena dengan mempertimbangkan ketidakmapuan-ketidakmpuan yg membayangi kita ? Apakah kita akan selalu merasa tak siap ? Mungkin hari ini kita merasa tak cukup mental untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. Dan besok, mungkin kita akan berfikir untuk menunda menggenapkan karena ada orang lain yang perlu kita jaga hatinya. Kemudian kita akan berfikir, finansial kita belum mampu untuk mengarungi bahtera rumah tangga atau masih ada urusan urusan lain yg harus diprioritaskan ? Lalu, kapan kita dikatankan telah siap untuk memulai kehidupan bersama ? Dan demikianlah, mungkin alasan-alasan itu adalah godaan syaitan agar kita terus mengulur waktu. Agar kita terjebak dalam permainannya. Zina hati. Sekalipun mungkin tak bertatap tapi hati kita saling merasa. Ada aku dipikiranmu dan ada kamu di pikiranku. Tiba-tiba aku merasa takut akan semua ini. Aku takut Allah murka. Dan aku sudah terlalu banyak dosa. Tapi, aku juga takut keinginan untuk segera menggenapkan ini justru melukai hati orang-orang terkasih. Beliau-beliau yg menyimpan harapan kepada kita. Aku juga takut, keinginan untuk segera menggenapkan ini justru membuat hatimu risau. Kata orang, Kita harus cukup bekal untuk membangun bahtera rumah tangga. Yang menjadi pertanyaan adalah..... Bekal seperti apa yang perlu kita persiapkan ? Kondisi psikologis untuk menghadapi masalah rumah tangga ? Kemapanan finansial ? Kemampuan mengurus rumah ? Kemampuan menjadi calon ibu / ayah yg baik ? Menurutku, kita hanya perlu berbekal iman, ilmu dan keberanian. Ada Allah yang akan membersamai kita. Semoga harapan yg diusahakan ini adalah bentuk Taqwa kita padanya. Semoga harapan ini bukan suatu keegoisan. Semoga GENAP ini kelak menjadi berkah untuk orang-orang disekitar kita. Semoga Allah Ridho Semoga Allah mudahkan jalan kita.
1 note · View note
sifaasifaasifaa · 8 years ago
Text
(un) fair (?)
being rich is sometimes being unfair too
gue pernah bahas ini bareng temen gue gara-gara ada temen yang kuliah ke kampus idaman di UK dibiayain ortu. Meanwhile temen gue punya tiga adek yang harus disekolahin jadinya dia yang sebenernya punya cita-cita ambil master harus menunda keinginan dan kerja di BUMN demi biayain sekolah adek-adeknya.
“kalo kayak gini jadinya ga bersyukur sama gaji ya, Day (?)”
“gue belom ngomong ~XD”
kami sama-sama tertawa.
“Iya beraninya gue ngomong kayak gitu meanwhile orang lain pada pengen banget masuk tempat kerja gue hari ini. Beraninya gue ngomong kayak gitu pas di luar sana banyak anak terlantar sementara gue dikasih kesempatan buat berbakti ke orang tua dengan ngurusin adek-adek gue”
sementara di pembicaraan lain, ada temen gue (sebut saja si A). Dia nyeritain si B yang emang udah turunan profesor dari generasi mbah buyutnya dia ~XD terus si B ini jadi dosen di salah satu kampus bergengsi di Indonesia.
si A komentar tentang si B
“Iya sih. Si B anaknya profesor. Wajar kalo bisa masuk ke sana. Aku alhamdulillah, meskipun anak daerah tetep bisa jadi dosen di kampus ku”
“Wajar sih mbak, kamu alumni kampus tempat kamu ngajar” *gue ngomong dengan nada terusik sebenernya ~XD
temen gue diem.
gue tau kalo gue jahat banget ngomong gitu. Tapi entah kenapa perasaan gue terusik tiap denger komentar yang kayak gini. Kita nggak pernah tau seberapa keras si A bekerja hingga dia layak jadi dosen.
even gue sebenernya juga pernah iri lihat orang sukses di dunia teknologi yang orang tuanya emang sarjana elektro. Jadi si anak ini udah akrab sama barang elektronik sejak kecil. Meanwhile gue pas kecil masih panjat-panjat pohon jambu -_-
ini emang kelihatan unfair. Tapi lebih unfair lagi kalo kita dengan dangkal meremehkan ikhtiar orang lain hanya karena di atas kertas seolah dia punya modal yang lebih banyak dari kita.
toh andai posisi si A dan si B di tukar, belom tentu pencapaian mereka akan sama. Karena modal harta dan modal sosial (meskipun itu emang ngaruh banget), bagaimanapun sifatnya cuma katalis. Kalo pemiliknya berjiwa kerdil, ya tetep aja ga bisa maju.
Allah itu maha merekayasa takdir. Modal beda tapi level bisa sama karena Allah menyediakan jalan. 
Unfair bagi gue adalah ketika kita berjuang dengan cara yang curang dan tikang-tikung orang.
Jadi selagi dia ga curang, ya oke-oke aja meskipun dia punya privelege dari modal sosialnya dan gue enggak.
Gue punya temen yang anak pejabat. Biasanya dimintain tolong buat nyebar proposal dana kalo ada kegiatan soalnya kalo yang nyebar anak-anak kayak gue, dapetnya lama banget. Tapi kalo yang nyebar dia, bisa cepet.
Mau iri sama yang kayak gitu? Gue sih enggak ~XD Toh kita ga pernah tahu secara utuh suka-dukanya jadi dia.
Gue inget dulu pas SMA, temen gue berbondong-bondong ambil les sementara bapak gue ga ngizinin gue ambil les. Pertama karena duitnya harus dihemat buat kuliah. Kedua, karena dulu fisik gue ringkih jadi ga boleh capek. Gue sempet ngomong ke Bapak:
“Temen-temen semuanya les. Aku nggak les. Ntar nilaiku jelek dong“
“Emang kalo mau nilainya bagus, harus les?“
“Kan butuh pelajaran tambahan“
“Pertama…dek, tempat lesnya jauh. Nanti kamu capek. Kedua, biaya lesnya mahal. Bisa dipake buat bayar kuliah kamu nanti. Kamu biasa belajar sendiri. Belajar sendiri aja“
gue belajar sendiri dan akhirnya lulus. Modal gue sama temen gue beda, bentuk usaha gue sama temen gue beda. Dan Alhamdulillah hasilnya sama.
jadi sejak bapak ga ngizinin gue les, gue dikasih buku soal bekas dari pasar blauran sampe tiga kardus. Gue dulu sampe hafal sama tipe-tipe soal unas dan spmb. Makanya pas TKD CPNS, nilai gue dulu bagus. Ngerjain Tes Intelegensia Umum ga pake mikir. Gue langsung telfon bapak dan bilang makasih banyak udah keras ngedidik sayah.
gitu tetep ada yang bilang:
“This is unfair. Otak lo udah cerdas dari sononya”
They don’t know kalo gue dulu ngerjain soal dari buku-buku sampe bukunya lecek. Tiap orang punya cerita perjuangan masing-masing.
gue, pas ngedaftar PENS itu ga kenal sama siapapun. Bukan alumni PENS dan ga pernah cumlaude,  ditambah lagi gue cewek yang kalo di dunia teknik sering diragukan kemampuannya.
it doesn’t mean gue keren bisa masuk dan ngajar di sana. 
Kalo bukan karena Allah yang gerakin hati gue buat daftar, kalo bukan karena Allah gerakin hati kaprodi gue buat say “Yes”, 
*
temen gue alumni PENS dan masuk karena rekomendasi dosen senior. It doesn’t mean temen gue ga keren karena masuk lewat rekomendasi.
Temen gue dulunya anak robot yang terkenal punya endurance kuat dan otak yang encer. Soalnya buat menang lomba robot harus kerja hampir 24 jam dan otaknya dipake mikir terus.
*
In the end, we are just different. Dan ga semua yang different itu bisa seenak-enaknya kita sebut unfair
*
manusia suka bilang takdir ga adil hanya karena ruang berpikirnya nggak luas.
*
kalau kita menginginkan sesuatu, jalan satu-satunya berjuang dan menahan diri dari membanding-bandingkan takdir kita sama takdirnya orang lain
295 notes · View notes