Text
saya tidak nyaman dengan sikap anda yang dapat memojokkan saya ke tepi jurang, yang saya sesalkan adalah kenyataan bahwa anda tidak mendorong saya ke jurang itu tetapi juga tidak membiarkan saya pergi dari situasi tersebut.
6 notes
·
View notes
Text
di padang gulana yang berwarna abu terik, seseorang itu menepis iri marah tamak — siapsiap memanggil tuhan — bersihkan hati sebelum sembahyang. ia tengok langit tenggaktenggak, ia pikir kekuatan langit hanya mitos sebab mujarab doa tak pernah menemuinya, “siapa berani di langit sana yang tumpah ruahkan galau padaku?” tanya dalam hati. selama ini, seseorang itu mencari tuhan yang rela memercikkan api harapan nadinya. namun tuhan tak pernah ada—seseorang itu tak pernah ada.
0 notes
Text
di tanggal yang dimerahkan oleh tuhan, ia menurunkan hujan berwarna biru memar awan tak diciuminya dan mengapa kau tetap jomblo? awan yang hujan tidaklah jomblo, ia adalah pasangan bagi setiap manusia kehausan.
0 notes
Text
aku berenang di tepian bibirmu, basah merah diriku oleh gincumu. aku memanjat menuju puncak payudaramu, jatuh bangun aku sebab licin mulus kulitmu. bergelombanglah deburan berbagai desah suaramu, bertikai dengan senyap yang menghunjam nafsu. lalu terdiamlah kita dari segala arah gelap ruang, mata yang saling menyapa telah mewakili segalanya. bercinta dengan urat yang timbul terlihat di permukaan kulit, begitulah kita pada malam jumat yang akan datang nanti, kekasih.
2 notes
·
View notes
Text
bagaimana cara berdamai tikai tak kudapat petunjuk ia cuma nunjuk-nunjuk gunduk gundukan ketakut-takutan para ikan di gelapnya palung laut dalam seperti atlantis tak keluarkan izin kapal selam menyebrang samudra itu biru? sungguh biru? biru layak merah daging yang membeku? biru layak pesan-pesan whatsappku?
1 note
·
View note
Text
malam adalah kemerdakaan pertama sedari malam dosa kita tuhan ciptakan tak jajahi rindu air pun gemas peradaban menggili pemburu gemulai liur temu mengupah pakaian merahmu pesona pesona pesona dunia tajuk cinta bercinta kita abadi.
0 notes
Text
ada orang di gua itu
kala itu matahari sudah tak terasa, tapi ada unggun kecil di jantung mulut gua, terasa lumayan hangat. dan meskipun di luar sedang turun hujan, tak cukup mampu membuatnya padam. gua itu tidak dingin, tidak juga panas, hangatnya biasa saja, terasa hambar. di gua itu, ada seseorang yang usianya pas-pasan, sedang menghuni. sore tadi, ia berniat pulang dari pasar di kaki bukit, setiap hari ia mengemis di pasar tersebut dan pulang sore hari ke gua itu. gua yang sudah menjadi rumahnya. begitulah ia sehari-harinya. tak ada yang istimewa dari cerita ini, hanya ada kehangatan yang biasa saja, dan seorang pengemis yang usianya pas-pasan. tamat
1 note
·
View note
Text
kita diam di dinding yang sama pada sisi yang berbeda lalu kau lalu aku melubanginya lalu dada kita hilang tiada entah dilubangi siapa sialnya kita.
0 notes
Text
tidak terlewat percuma membuang udara perlu api cinta guraunya tak mampu dihindari meteor menggetar bumi rindu menghunjamku sialan kau.
1 note
·
View note
Text
ada kekasih di matamu ada aku dalam rencanamu bilik angkasa hancur menimpa negeri kita dibayangi kematian ia menunggu tak mengumpat kehadirannya terasa seperti tali yang tak pernah ada melingkar di leher apakah kau rasakan kehausan akan mati sebab langit telah runtuh raja-raja mengadu para nabi bangkit angin berputar kencang kematian tak jumpa menjemput bayangi mata dan cinta kepedihan apakah itu perbuatanmu tuhan?
2 notes
·
View notes
Text
aku terlalu sibuk mengasah belati tuk menikam semua kawanku, sehingga lengah telah ditikam lebih dulu.
0 notes
Text
kegelisahan macam apa tak renggut ambisiku ceriaku perlukan mendung dan laut tuk minta menampungnya.
0 notes
Text
seseorang itu mencari tuhan yang rela memercikkan api harapan nadinya. namun tuhan tak pernah ada—seseorang itu yang tak pernah ada.
1 note
·
View note
Text
adakah cinta yang tak menanti gugur daun sampai daun tak berwarna hijau seperti anggur menjadi merah darah seperti terluka namun sesaat ia tumbuh lesap seperti embun bernyanyi pada pagi hari ia tak bisu malam ia tak buta seperti itukah cinta yang kau cari duhai pujangga?
0 notes
Text
cerita: kekasih imajiner
setiap malam ia bercinta di kamarnya dengan kekasih yang berada jauh dalam imajinasinya. saking jauhnya — dengan pikirannya yang paling tajam pun — ia tak dapat membayangkan wajah kekasihnya itu. tetapi ia tahu kekasihnya pastilah rupawan. kerupawanannya tiada batas. kerupawanan yang tak menjumpai klimaks. dan ia pun sempat berpikir, bahwa mungkin saja kekasihnya adalah pemilik dari seluruh wajah yang ada di muka bumi, yang telah mati dan yang akan lahir nanti. ia mencintai kekasihnya seperti ia mencintai dirinya. dan ia tidak butuh tubuh atau raga untuk mencintainya.
5 notes
·
View notes
Text
awan di mana gumpalan sedu sedanmu kusukai warna abu gelap jangan jawab itu ada di mataku cerah tak pernah mendung tak kenal hujan tapi aku suka kamu yang hujan kangen basah tidakkah kamu kangen aku?
2 notes
·
View notes
Text
sapardi aku mendengar desau kelopak dari maret hingga kini — bahkan dari tahun lalu — sepanjang masa kalau boleh dikata ku telah mendengarnya namun tak kujumpai cakrawala suaranya bahkan di matahari di sumur di sagara di samudra sapardi adakah di puisimu yang bijak nan arif itu ia bersembunyi?
2 notes
·
View notes