Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Waktu yang berlalu
Dulu yg tertutup tirai buram
Dan kini tersingkap menjadi nyata

Aku menganut paham, bahwa semua masih bisa dibatalkan selama belum ijab Qabul. Sekalipun lamaran, semuanya belum terikat betul-betul. Boleh membatalkan lamaran ketika kita menemukan kesalahan yang fatal yang ada pada calon pasangan.
Lebih baik gagal lamaran. Daripada memaksakan ijab qobul lalu menderita seumur hidup.
Lamaran tidak menandakan kakimu terikat dengannya. Semua masih bisa dibatalkan jika kamu lihat ada kesalahan fatal yang ada pada calon pasangan. Jangan memaksakan dengan menutup mata. Menutup mata dari kesalahannya hanya akan membuatmu menderita dengannya seumur hidup.
Menikah itu gak hanya sehari atau dua hari. Ini ibadah terlama. Dan membutuhkan sabar yang luas. Jadi, bukan karena nggak enak sama keluarga besar lalu kamu mengorbankan dirimu dengan menderita bersamanya seumur hidup..
Sendu || 11.35
285 notes
·
View notes
Text
Malam sungguh sangat terasa panjang
Entah kenapa mata ini tak kunjung mengantuk
Ingin rasanya aku bisa membuat isi kepala diam sebagaimana mulut yg tak mengeluarkan sebisik suarapun
Berisik sekali di dalam sana. Seperti ada perang.. yg tak kunjung selesai
"apa seberat ini menjadi seorang istri?"
"kenapa orang2 terlihat malah bahagia setelah menikah?"
"dia bukan org yg tepat?"
"apa setelah menjadi istri, jadi tak perlu dihargai?'
Haaaa.. berat rasanya
Katanya perempuan itu dimuliakan dan katanya istri itu wasiat
Mungkin seperti sebuah pajangan. Jika dilihat indah, tp ketika sudah memiliki tentu beda lagi nilainya
Entah harus terus berjalan walau kaki telah patah dan terseok, atau harus berhenti dan mencari tumpangan lain. Bukan, kenapa harus menumpang? Harusnya bisa berdiri sendiri.
Apa sebegitu rendahnya nilai seorang anak perempuan yang kemudian menjadi seorang istri dan mengabdi hingga melahirkan anaknya? Hingga tak kau pedulikan entah lapar atau hauskah ia? Entah lelah letih dan mengantuk kah? Entah itu hanya sekedar lelah hatinya?
Apa seorang istri hanya harus terus mengabdi tanpa harus berbalas? Rasanya islam pun tak merendahkan wanita. Pernikahan pun diatur -perjanjian yg berat.
Bukankah pernikahan terjadi karena dua belah pihak? Tapi kenapa dalam perjalanannya terasa sepi, sendiri dan sunyi? Oh tak lupa juga penuh dg kesedihan dan uraian air mata.
Menyedihkan sekali hidup ini hanya
0 notes
Text
Hai malam.
Akhirnya kita bertemu lagi, dan setelah sekian purnama akhirnya kata demi kata akan tertulis lagi.
Di malam ini.
Tidak ada yang spesial. Hanya saja, ketika melihat satu demi satu foto foto bayi kecil ku, teringat lagi luka yang telah lama namun tak kunjung sembuh.
Bayi kecilku sudah berusia 8 bulan 2 minggu hari ini. Hmm, luka itu juga seusia dgn nya. Mgkin hanya berbeda 4 atau 5 hari.
Mungkin ini akan panjang. Sungguh inginku meluapkan semuanya. Semoga saja bisa jadi penyembuh (?)
Beberapa hari yg lalu aku membaca tulisan. 3 orang yg tidak boleh dilupakan. Yg nomor 2 orang yg meninggalkanmu disaat kamu kesakitan. Kurang lebih seperti itu. Hmm. Sepertinya bukan tak boleh dilupakan. Tapi memang tak bisa dilupakan.
Beban rasanya harus mengingat dan membenci terus menerus. Untuk dendam rasanya tidak. Sungguh. Tapi seperti out of control, kejadian itu, berulang dan terus terulang.
Setiap kali teringat. Aku selalu bertanya tanya. "Salahku dimana?", "Apa salah anakku?", "Kenapa?", "Apa aku tak pantas utk disayang bahkan dalam kondisi spt itu?", "Aku istri atau pembantu kah?"
Berat rasanya. Sungguh. Bahkan sampai saat ini pun. Luka itu tak kunjung sembuh. Yang membuat luka pun, ntah berusaha utk menyembuhkan ntah tidak.
Apa ilmu agama yg selama ini dikaji hanya sebatas mendengar, menulis, tanpa dipahami?
Sungguh tak ada yg paham niat dan maksud manusia kecuali Sang Pencipta.
0 notes
Text
Wanita Setenang Doa
Satu hal yang akan selalu saya sampaikan pada istri saat pulang kampung, "Mas minta maaf ya, kalau di rumah nanti bukan kamu yang menjadi prioritas utama mas dalam membantu urusan rumah, izinkan mas mengeluarkan semua khidmah mas untuk umi".
Benar, berbulan-bulan saya merantau di tempat dan negeri orang, sibuk dengan belajar dan semua lika-liku juga warna-warni rumah tangga. Sedikit membuka diri, bahwa saya akan sangat menjadi orang yang paling bawel ketika sudah berada di rumah ibu di Ponorogo.
Saya "mengharamkan" umi untuk menyentuh sapu, pel-pelan dan semua peralatan rumah kecuali masak. Biarlah saya dan adik-adik juga kakak saya yang membantu dan menyelesaikan urusan rumah. Biarkan kami semua yang terlalu banyak merantau ini mengais berkah dan menambal rindu dengan khidmah kepada umi dan abi.
Saya biasa membagi tugas dari pagi sampai malam untuk adik dan kakak saya, jangan sampai umi kecapean atau mengeluh. Anak laki-laki nyapu ngepel dan beresin pekerjaan rumah? Iya.
Satu hal yang saya selalu sampaikan pada adik dan kakak saya, "Meskipun kita di rumah kampung ini setiap hari lelah, selalu ingat saja kalau umi itu sujudnya saat sholat selalu lama, umi setiap malam bangun dan sholat di saat kita semua tidur dan malas bangun, barangkali sukses dan mudahnya kita ini sumbernya dari situ, biarkan umi yang mengetuk pintu-pintu langit dan keberkahannya untuk kita semua"
Wanita setenang doa itu umi, sumber kebahagiaan di rumah manakala umi tidak lelah dan capek dan bisa bermain dengan anak dan cucunya.
Untukmu yang masih di kampung halaman atau yang setiap hari bersama ibu, maksimalkan bakti, ya.
@jndmmsyhd
621 notes
·
View notes
Text
Banyak - banyak
Alhamdulillāhilladzi bini'matihi tatimushsholihāt
Memang ketika melihat sesuatu pun butuh kacamata berbeda. Kacamata sendiri. Butuh kacamata yang ga harus sependapat sama orang lain. Ini dalam hal-hal yang bukan menuntut pemahaman, ya, bukan hal-hal yang kalau itu hanya dipahami sendiri tanpa tau kebenaran maksud sebenarnya akan berujung sesat. Bukan. Ini menurutku, kita tak harus sepaham, kok.
Setelah membuang-buang waktuku untuk berselancar di dunia maya nan fana, batinku berbisik, "tak ada yang perlu disesali, bukan? Kalau kau menyesal, sungguh lucu.", "Ah, ya, aku hanya perlu banyak-banyak menutup mata.", "Oh, sungguh aku harusnya banyak-banyak bersyukur.", "Haaa, sudahlah, kau hanya perlu banyak-banyak bersabar dan berdoa dan bersiap dan kemudian berbenah."
Yaaa, benar sekali. Yang harus dilakukan hanya perlu "banyak-banyak", bersyukur, menutup mata, bersabar, berdoa, dan beristighfar.
1 note
·
View note
Text
But,
Untuk segala salah, kurang, dan kelemahan, saya yakin masing-masing kita akan terus berusaha, berubah, dan berbenah untuk menjadi hamba, pribadi, anak, pasangan, dan orang tua (in syaa Allaah) yang lebih baik lagi.
Untuk kebaikan diri dan bersama, tentunya.
0 notes
Photo




You’re not behind. You’re right on track, on your personal path which might look totally different from anyone else’s.
I admit I tend to feel like I’m running out of time, especially with how much I accomplish with my art. But at the end of it all, there’s no timeline and certainly no finish line. It’s hard because there’s always so much more I want to create, and there’s only a limited amount of time in between working full-time as an engineer, so I always feel like my art is moving slower than I want it to. But there’s no point in rushing myself if it’s a detriment to my mental health. I can enjoy the journey while creating and accomplishing more of my goals at a sustainable pace. 🙏 I hope this helps anyone feeling like they’re behind. We have plenty of time, so there’s no rush. 💛
Chibird store | Positive Pin Club | Webtoon
8K notes
·
View notes
Text
Teman : Nis, apa yang akan kau lakukan, jika ada seseorang yang sedang dekat denganmu memberimu ketidakpastian?
Aku : kau bertanya padaku, fi?
Teman: iya. Aku bertanya serius, nis.
Aku hanya tertawa (dalam hati bingung mau jawab apa)
Teman: Apakah perasaan sebercanda itu nis?
Aku: Aku tak pandai dalam hal ini, fi. Namun yang aku tahu dalam persoalan cinta, justru ketidakpastianlah yang sebenarnya menjadi tolak ukur kesetiaan seseorang.
Teman: aku gak paham apa yang kau bicarakan, nis. Bukankah seorang wanita butuh kepastian??
Aku: Memang,. Setiap wanita memang suka dan butuh sebuah kepastian. Namun, jika bertahan untuk menunggu pasti saja, aku pikir semua juga bisa. Tetapi kebahagiaan lebih terasa jika tidak didapatkan dengan mudah, bukan? Terkadang ada saatnya kita butuh tantangan, agar kita dapat bersabar dan menghargai proses untuk mencapai sesuatu, tidak hanya cinta saja. Tapi juga semua hal yang terjadi dalam hidup kita.
Kemudian kita saling terdiam, aku melihat dia tertunduk dan menangis. Ahhh, lagi-lagi aku membuat orang menangis. Sekali lagi terkadang perasaan bisa selucu ini.
Senja kantor yang pucat || 16.01 || @andromedanisa
150 notes
·
View notes
Text
Di penghujung hari, tidaklah menjadi suatu masalah siapa yang lebih kaya hari ini, lebih pintar hari ini, dan lebih tampan hari ini. Tetapi akan menjadi masalah jika kamu tidak bahagia menikmati hari ini. Sebab bahagia hanya milik mereka yang membuka dan menutup hari dengan syukur, sisanya biar Allah yang mencukupi.
478 notes
·
View notes
Text
"Kamu tahu... bungaku... Aku bertanggungjawab padanya. Dan ia begitu naif. Ia hanya mempunyai empat duri murahan untuk membela diri terhadap dunia..."
Little prince, Le Petit Prince
0 notes
Text
"Tetapi mata itu buta. Harus mencari dengan hati."
- Pangeran Cilik, Le Petit Prince
0 notes
Text
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 𝘙𝘢𝘩𝘪𝘮𝘢𝘩𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩 berkata,
“Dunia tidaklah panjang,
hari-harinya berlalu,
maka bersabarlah,
sampai menjumpai ketentuan Allah”.
Syarh Riyadhus Shalihin
90 notes
·
View notes
Text
Sebagian Ahli Hikmah berkata
"Dunia itu seperti air asin, semakin banyak seseorang meminumnya maka ia pun semakin haus".
-Sirojul Muluk hal 25
98 notes
·
View notes
Text
Ibnul Jauzi رحمه الله berkata dalam kitab Latho'if Al Ma'arif hal 304 :
"Wahai jiwa, berletih-letihlah sedikit (dalam beramal Shalih) maka engkau akan beristirahat yang banyak di surga firdaus."
Dan aku tak akan pernah tersiksa karena merindukanmu الجنة.
اللهم إني أسألك الجنة واعوذ بك من عذاب الجهنم..
193 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Siang yang Penat dan Malam yang Sendirian
Masalah-masalah yang kita hadapi, sejatinya hanya kita hadapi sendiri. Semua orang yang ada disekitar kita, mereka tidak benar-benar bisa merasakan apa yang kita rasakan. Meski, harus kita akui. Kehadirannya setidaknya membuat kita merasa tenang karena bisa bercerita.
Setelah kita berpisah dengan mereka, pulang ke rumah, menemukan kembali masalah-masalah yang berisik, berteriak di setiap sisi dinding, dari setiap sudut lantai. Aku segera berlari ke kamar, membanting pintu, menutup telingaku dengan bantal. Bahkan, saat malam yang harusnya aku bisa tidur dengan tenang. Pintu kamarku tak mampu menghalangi kebisingan itu, menembus pikiranku yang hendak tidur. Membuat mimpiku menjadi buruk, tidur yang gelisah.
“Kamu kapan nikah, udah mau 30 tahun lho, keburu ketuaan!” “Ngapain sih kerja mulu, ga kasihan apa sama anakmu?” “Kamu keasyikan kerja sih, kecapekan, makanya ga hamil-hamil.” “Ku kasih tahu nih gaya-gaya yang bisa dipakai, biar cepet hamil kayak aku.” “Kenapa ga nyicil rumah aja, daripada ngontrak mulu.” “Ga usah sekolah tinggi-tinggi, nanti juga didapur, nanti pada jiper tu cowok-cowok.” “Eh, jadi perempuan itu harus pinter biar bisa jadi madrasah buat anak-anak.” Lah tadi katanya ga boleh sekolah tinggi-tinggi?
* * * * * Aku ingin tidur nyenyak sekali saja, boleh? ©kurniawangunadi | yogyakarta, 24 juli 2020
597 notes
·
View notes