Tumgik
suciitawake · 4 months
Text
Mengenang Jogja Kembali
Tulisan kali ini persis sesuai judulnya. Wkwk.
Hanya akan berisi catatan perjalanan bersama toddler ke Yogyakarta! Horaayy!
Mungkin akan ada beberapa bagian karena sekarang sudah hampir tengah malam & aku mulai mengantuk.
🦉
Mari kita mulai dengan.. Kereta Api!
Yap, kami bertiga berangkat ke Yogyakarta dengan naik Argo Wilis pukul 08.15 pagi dari Stasiun Gubeng.
Karena kami rakyat Sidoarjo, jadi pagi pagi sekali harus sudah mandi & order taksi online (ke tetangga sendiri) untuk mengantar kami.
Happy! akhirnya naik kereta (jarak jauh) lagi setelah sekian lama. Apalagi aku bahkan terakhir ke Jogja tuh sekitar 4/5 tahun lalu. Lama sekalii sungguuuh.. (Suamiku? Beuh dia bisa 2x ke Jogja dalam sebulan karena urusan pekerjaan).
Agak kepagian deh pas itu. Aku sempat beli tuna pastry dan ayam goreng CFC buat anakku.
Ngango ngango. Liatin ikan di kolam. Dengerin pengamen bernyanyi. Lihatin kucing kelesotan di taman. Sampai akhirnya: waktunya masuk kereta!!
Karena si Tara belum genap 3 bulan, jadi dia masih gratisan.. Lumayan, kan. Ini jadi salah satu alasanku untuk kekeuh pergi sebelum dia berusia tiga: biar hemat, kak!
Apalagi kursi depan kami kosong di sepanjang perjalanan. Jadi seringnya, aku duduk berdua Tara sedangkan Bapaknya duduk di depan.
🐘
Oiya, aku suka deh. Pas booking tiket di Aplikasi KAI Access, kami bisa sekalian order makanan.
Pas itu aku order dua selat Viens dan satu sup galantin. Pas di Solo Balapan, pesanan kami diantar langsung ke kursi.
Aku? Waaah belum sampai Jogja sudah bahagia.
Lamaaa sekali ngga makan selat Viens dan dia bisa ada di depan mata, tanpa aku perlu menjejakkan kaki di Surakarta.
---
Sekitar pukul dua belas siang. Kami sampai di Stasiun Yogyakarta!
Stasiun dengan tumpukan kenangan.
---
Bersambung. Aku ngantuk. Dadah.
0 notes
suciitawake · 4 months
Text
Selebrasi Sendiri (?)
Malam ini aku mengingat kembali, suatu malam tanggal enam belas november tahun lalu, ketika anakku dinyatakan sakit TB Paru. Positif berdasar hasil foto rontgen & tes mantoux.
Iya, anak yang baru genap berusia dua, menyimpan bakteri-bakteri jahat di parunya. Entah tertular siapa.
Rasanya?
Wah.. Meleyot di bangku ruang tunggu.
Ku tahan-tahan air mata agar tidak jatuh.
Anaknya tentu nampak biasa saja. Seperti banyak anak lainnya yang diam-diam digerogoti sakit dari dalam dan berat badan yang jauuh dari ideal.
Aku merasa gagal menjadi ibu, bahkan baru di tahun keduaku. Sungguh cupu!
Gimana bisa anak bayi dua tahun itu tertular penyakit seperti itu? Gimana selama ini penjagaanku? Pengasuhanku? Aku bahkan tidak punya kehidupan lain selain membersamainya. Aku tak punya karir. Aku tak punya teman. Aku jauh dari keluarga. Tapi aku selalu membersamainya. 24 jam dalam hari-harinya.
Aku yang memang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kesehatannya, atas berat badannya, atas tumbuh kembangnya. Tapi saat itu aku sejenak lupa.
Bagaimanapun juga, dia adalah makhluk titipan Allah Ta'ala.
Iya. Dia hanya titipan. Aku hanya perlu menjaganya. Karena ada kuasa dan pengawasan-Nya yang selalu ada. Bahkan yang bisa mengambil titipannya: kapan saja!
---
Enam bulan berselang.
Setelah berbagai drama minum obat yang membuatku menangis tergugu sampai tertawa gembir saat berupaya memasukkan obat TB ke mulut kecilnya. Kadang ia menolak dengan tegas. Aku harus membawa ke rumah tetangga untuk bersama-sama memaksa obat itu masuk ke tenggorokannya. Pernah aku harus mengundang Masku & Bulekku untuk membantuku.
Pernah juga aku lelah. Dan membiarkan Bapaknya memberi obat dia. Tapi akhir-akhir ini ia pintar. Mungkin karena sudah biasa.
Beberapa hari lalu kami kembali ke Rumah Sakit, untuk periksa dan foto rontgen.
Ternyata masih dinyatakan TB Paru.
Aku sedih. Dan memendamnya diam-diam. Sendiri. Menangis sendiri.
Tapi dokter bilang: "...memang tidak bisa langsung hilang TB Paru anak ibu. Tapi pengobatan harus dihentikan, karena sudah enam bulan. Khawatir akan membawa efek samping ke liver. Bercak putih di parunya sudah banyak berkurang ini. Nanti tiga bulan lagi kontrol ya, Bu."
Tapi lalu anakku dikasih surat pengantar untuk mengambil susu SGM tinggi kalori gratis di Puskesmas dekat rumah. Susu program pemberantasan stunting pemerintah.
Iya. Selain TB Paru, anakku juga bermasalah dalam kenaikan Berat Badan. Entah kenapa, dia susaaaah sekali makan.
Kalo kata Bapaknya, mungkin aku tidak happy saat ngasih makan anakku. (Sakit hati ga tuh dikatain gitu?). Ga papa. Aku pendam saja diam-diam.
Terpenting Yang Kuasa tahu, seberapa keras aku berusaha menjaga titipan-Nya. Meski nampak banyak salah di mata-mata manusia.
---
Malam ini, obat terakhir dari paket ratusan obat TB Paru yang harus dikonsumsi akhirnya habis tandas masuk ke mulutnya.
Lega.
Dan haru, tentu.
Akhirnya malam ini datang juga.
(semoga) Malam terakhir dari perjalanan pengobatan parunya.
Aku bersyukur sekali. Bersyukur dalam hati berkali-kali. Berselebrasi sendiri merayakan malam ini. Meski sambil usap-usap air mata sendiri.
Alhamdulillahi robbil 'alamin.
Terima kasih.
Sungguh terima kasih.
Telah mau meminum obat pahit itu setengah tahun ini.
Telah mau bersabar dengan naik turunnya emosi Ibu saat mengasuh dan merawatmu.
Ibu sering sedih. Merasa tak punya apa-apa di dunia yang sementara ini. Tak punya kehidupan yang dulu nampak menyenangkan. Sekarang hampir selalu sendirian. Tapi tak apa. Sungguh. Eksistensimu barangkali adalah alasan ibu untuk terus tumbuh. Terus belajar manjadi hamba yang baik akhlaknya agar dapat menjadi contoh bagimu di hari-hari ke depannya. Meski suka marah-marah, mungkin karena bosan hidup hampir selalu di rumah (mertua), tapi tentu saja aku selalu sayang. Selalu cinta.
Semoga hidup lekas berubah ke arah kebaikan. Kemaslahatan. Kesehatan. Kewarasan. Dan hal-hal baik lainnya.
---
Gresik, 16 Mei 2024.
Tumblr media
0 notes
suciitawake · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
suciitawake · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes
suciitawake · 3 years
Text
Bayi 40 Hari.
Kepada anak yang baru berusia 40 hari,
yang sedang tidur di hadapan Ibunya,
yang sudah ahli mencakar pipinya sendiri sampai memerah,
semoga kamu tumbuh menjadi anak baik yang shalihah.
Terima kasih telah memberi pangalaman hidup yang luar biasa di ujung bulan Juni lalu, ya.
Reka ulang adegan:
29 Juni di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.
Setelah dilakukan pemeriksaan di Poli Kandungan, lalu cek darah di Laboratorium, hingga mlipir sebentar ke IGD,
maka diputuskan bahwa Ibu Suci perlu masuk ke Ruang VK (Verlos Kamer).
Kisaran ba'da isya' masih sempat mandi sebelum kemudian dipasang infus dan disuntik obat entah apa yang katanya untuk membuka mulut rahim.
Rasanya? Hahahaha. Auto cubit kenceng suami di sebelah. Padahal konon itu BELUM APA APA 😹
Gilak sih. Kayak langsung PYARRR!! sakitnya..
30 Juni pagi hari.
(tentu saja hanya berdua dengan suami karena pandemi). Siang sebelumnya ke Rumah Sakit diantara Bapak Mertua dan Adik yang spesial datang mengantar dari Sidoarjo ke Gresik bahkan menginap di hotel Pesonna Gresik demi menanti cucu ke empat.
Semalaman di Ruang VK dengan deretan empat kasur pasien dan pasien sebelah datang silih berganti.
Ada yang lahir di parkiran.
Ada yang miscariage.
Ada yang janinnya kembar.
Ada yang sedang kontraksi.
Dan kami hanya dibatasi gorden, jadi tentu saja segala suara terdengar telinga.
Muka suami nampak antara lelah, ngantuk dan seperti waspada takut dicakar istrinya jika tiba-tiba sakit perut.
Ternyata, bahkan setelah disuntik dosis pertama obat induksi di saluran infus, pembukannya tidak bertambah.
Justru detak jantung janin yang berfluktuasi tinggi rendah dan air ketuban yang semakin sedikit karena telah melewati HPL-nya.
Ngomongin pembukaan,
kenapa nggak pernah ada yang cerita ke aku kalo cek pembukaan se-menyakitkan itu? :(
Mulai Bu Dokter sampai Mbak Bidan, memasukkan aja jarinya ke mulut rahim dan itu sakitnya luar biasa sampai pas pertama kali diperiksa, langsung berdarah.
Akhirnya..
Pukul 08.00 pagi, dokter obgyn memutuskan untuk operasi dengan pertimbangan detak jantung janin yang berfluktuasi di luar ambang batas wajar (kamu ikut deg-degan ya Nak?) dan jumlah air ketuban.
Aku? Tiba-tiba panik lah.
Padahal jauh jauh hari sudah menyiapkan mental jika opsi ini dipilih karna pernah divonis Plasenta Previa.
Segalanya berjalan terlalu cepat.
Bahkan sangat cepat.
Tiba-tiba aku sudah ada di ruang transisi sebelum masuk ruang operasi.
Dan ku kira, seperti di instagram artis-artis, suami boleh menemani.
Oh ternyata salah.
Aku hanya boleh masuk sendiri.
Mulai menyeka nyeka air mata.
Tiba-tiba berasa takuut sekali.
Banyak pikiran masuk ke kelapa.
Bagaimana jika..
Bagaimana jika..
Masih nangis sesenggukan saat Mbak Perawat meminta suami keluar. Belum pernah se-takut itu di seumur hidupku.
Ruangan operasi nampak seperti di film-film.
Peralatan dan pencahayaannya.
Ada kasur operasi di tengah.
Para perawat.
Dokter obgyn, Dokter anak dan Dokter anestesi sudah ready.
Entah apa saja yang ditempelin di badan.
Dokter anestesi menyuntik sesuatu di punggungku lalu separuh badan terasa lumpuh.
Masih terdengar obrolan di antara mereka. Dan terasa seperti gerakan gerakan aneh di tubuh bawahku.
Hingga 10-15 menit kemudian.
Ada tangisan bayi terdengar!
Aku: bengong bengong bego.
"Lah cepet amat ini bocah keluarnya?"
😱
Semacam belum siap.
Lah, udah jadi ibu nih?
Resmi?
Bayinya didekatkan ke wajahku yang menahan nahan haru.
Subhanallah. Wal hamdulillah.
Proses selanjutnya berjalan cukup lama. Terlebih di ruang observasi. Bengong hampir 3 jam.
Hanya suara alat monitor detak jantung yang terdengar. Sesekali ada perawat yang datang untuk melihat kondisi terkini. Menyuruhku tidur.
Aku? Awalnya biasa saja.
Lama lamaa..
Kok perih ya?
Oke bagus.
Biusnya udah habis! 😑
Pas dibawa ke ruang rawat inap, makin terasa perihnya.
Seumur hidup tak pernah aku merasa se-perih ini.
Segala sakit yang pernah aku alami, tak sebanding sama sekali!
Ujian yang sesungguhnya dimulai sehari setelahnya saat kateter dilepas dan harus berjalan ke kamar mandi yang hanya berjarak beberapa senti.
Ya Allaah.. sakitnya luar biasa.
Cuma bisa nangis dan bengong saking sakitnya sampai sempat mikir: ini aku ngapain? Serius bikin setengah gila sakitnya. Mungkin itu gejala awal dari baby blues jika kemudian tak ada bantuan.
Sungguh aku berterima kasih kepada Afrizal Triwidiyanto yang membantuku melewati itu semua.
Beserta segala jenis drama yang ada.
Dua hari pertama ASI tak keluar sama sekali.
Karna caesar, jadi tak ada adegan Inisiasi Menyusui Dini.
Saat bidan membantu mengeluarkan ASI, makin makin bertumpuk sakit di tubuh ini.
Lihat si bayi juga antara kasian takut kehausan tapi menyusui juga ternyata sebuah PR besar.
Ketika akhirnya Bapak mertua menjemput kami untuk pulang, di perjalanan saat ada geronjalan rasanya mau nangiis aja. Mana rumah sakitnya cukup jauh dari rumah.
Kelakuanku sejak di rumah sakit ya cuma nangis nangis aja..
Hamdalah, 40 hari kami lewati.
Ya, kami.
Aku dan suami.
Partner parenting.
Tentu ini hanyalah ujung kecil awalan menjadi Bapak dan Ibu bagi si putri pertama,
perkenalkan, kami menamaninya: inisial A ❤️
dan sepakat memanggilnya: Tara!
Seperti ekspresi terkejut dan gembira saat menerima hadiah.
Tara! Terima kasih telah menjadi hadiah di hampir setahun pernikahan Bapak dan Ibu yaa 🎀
(ditulis sambil nungguin bocahnya berjemur, dan bapaknya di kamar sedang zoom meeting).
0 notes
suciitawake · 3 years
Text
Minggu ke 27
Semacam sangat tak terasa, tiba-tiba ada makhluk bergerak di dalam perut saya.
Meski banyak ketidaknyamanan yang membersamainya, tapi semoga segalanya berjalan baik seperti rencana.
Tak nyaman dengan mood swing yang terparah sepanjang sejarah kehidupan saya.
Muntah-muntah.
nyeri-nyeri,
jadi makanan sehari-hari.
Baik-baik ya di dalam sana..
Berkembanglah senyamannya. Tak apa.
0 notes
suciitawake · 4 years
Text
Hari ke-41
Pemilihan diksi yang tepat barangkali memang sebuah hal sederhana yang bisa menenangkan hati yang sering berfluktuasi.
Pagi ini,
ketika dadar jagung yang diminta ternyata ‘overcooked’ karna si perempuan alpa memperhatikannya. Dia hanya berkata: “kompormu kebesaran?”, daripada berkata “ih dadar jagungnya gosong”.
Pertanyaan yang tidak menyudutkan. Tidak terkesan mengadili kenapa wujudnya seperti ini. 
Sehingga simply,
aku menyukai.
0 notes
suciitawake · 6 years
Text
Ada hati-hati yang perlu dijaga agar tak patah. Milik Ibu dan Ayah.
mengerti, ya?
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Mengenang Tokyo (Termijn Ketiga)
Sabtu pagi di musim semi.
Pukul 10 pagi, setelah check out, kami muter-muter nyari Keisei Ueno Station.
Padahal stasiun itu sudah kami lewati pas dari Ueno Park 😅
Kami naik kereta menuju Bandara Narita 💕
Keretanya bagus..
Melewati pemandangan kota Tokyo dari balik jendela, apartemen abu-abu, bunga sakura, sawah, sampai sungai bersih seperti tempat main Nobita.
Kami sampai di Bandara Narita sekitar jam 12 siang.
Saya makan siang pudding 'fuji' dengan hiasan emotikon (lucu pudingnya!) dan roti beli di Lawson. Sungguh berbakat tinggal di luar negeri tanpa makan nasi. Hahahaha 🤣
Asline yo sik ngelih.
🌸
Kami terbang menuju Bandara Kansai di Osaka.
Sebenernya pengen explore bandara Narita tapi karena waktunya sudah mepet jadi mungkin di lain kesempatan.
Naik apa ke Osaka? Naik Jetsar.
Kenapa? Karna paling murah.
Pas lagi terbang.
Pilotnya ngomong sesuatu berbahasa jepang. Mbalela bilang: "Cik lihat jendela!"
Ternyata..
Kami terbang tepat diatas gunung Fuji 😍
Puncak gunung Fuji yang selalu tertutup salju nampak jelas terlihat.
Aah.. mana trip Jepang kali ini kami memang tidak mengagendakan ke Gunung Fuji.
Jadi seneng rasanya pas bisa lihat langsung meski dari atas awan. Apalagi saat itu pesawat Jetstar tidak terbang cukup rendah.
🌸
Sesampainya di Bandara Kansai Osaka, kami segera mencari praying room untuk sholat.
Alhamdulillah ada. Bersih dan ngga ribet kayak di Bandara Haneda.
🌸
Kami naik kereta dari Bandara menuju pusat kota.
FYI, bandara Kansai ini dibangun di atas pulau buatan. Dari bandara, kereta yang kami naiki melewati jembatan yang cukup panjang menuju mainland.
Kami sempat salah beli tiket kereta, jadi bayar lebih mahal dari semestinya.
Tapi sadarnya pas di tengah jalan karena ternyata kami bisa turun di beberapa Stasiun lebih awal dari tiket yang kami beli.
Sayangnya ngga bisa refund.
Padahal kalau kami kebablasan stasiun, kami harus melakukan 'penyesuaian harga' alias bayar lagi baru bisa tap ticket keluar stasiun. Huh.
Tapi tak apa. Yang penting bahagia sampai Osaka. Ekekekekek 😃
🌸
Saya lupa sih waktu itu turun stasiun mana. Hari sudah gelap saat kami jalan sempoyongan kelelahan mencari hotel.
Mbalela sampai beberapa kali nanya ke penduduk lokal karna hotel yang kami cari nampaknya kurang terkenal.
Ada kakek-kakek nyapa kami: "KUARA RUMPURU? KUARA RUMPURU?"
Saya: "Iyee' Indonesia. Jakarta."
Dia manggut manggut.
Kalo saya bilang saya dari Gresik, nampaknya tak paham dia. 😅
🌸
Inget banget nama hotel kami: Hotel Kaga. Tarifnya? Sekitar Rp.180.000 per malam. Haha.
Murah ya?
Ya iyalah! Hasil ubek-ubek booking.com
Hamdalah kami nemu hotelnya. Semacam hotel kelas melati receh gitu lah kalo di Yogya.
Sebelum masuk loby, kami harus meletakkan sepatu kami di rak dan petugas hotel memberi kami sandan selop gitu untuk dipakai selama di dalam hotel.
🌸
Kaga Hotel ini lucu!
Lantainya pakai tatami kayak di film-film Jepang. Boboknya pakai futon yang dilipat.
Aah.. berasa Jepang banget lah.
Kamarnya kecil jadi satu kamar hanya untuk satu orang.
Sempat agak takut juga sebenernya. Mana lorongnya gelap dan kamar mandinya shared bathroom di bagian yang agak jauh. Terus tengah malam kebelet pipis. Ah! Sebel!
Kan ngga mungkin ketok-ketok kamar Mbalela dan minta anter dia.
Mau diletakkan di mana harga diri saya sebagai wanita dewasa? 😏
Kamar mandinya bagus dan bersih banget banget. Shared bathroom tapi dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Ada hair dryer juga.
🌸
Malam itu, penghangat ruangan nggak terlalu hangat tapi happy karna tidur dengan futon diatas tatami.
Meskipun kebahagian itu sementara karena kemudian ada musibah di Osaka :(
(bersambung)
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Perempuan ini.
Perempuan ini telah menjalani 28 kali rotasi bumi. Ribuan kali terbit dan tenggelamnya matahari.
Perempuan ini, setengah dua dini hari tepat tanggal enam januari, membangunkan diri dan merapal terlalu banyak doa.
Atas segala pinta yang belum diijabah.
Perempuan ini memperoleh doa-doa yang di-amin-kan segera.
Pun berbagai nasihat untuk menjalani hidup ke depannya.
Salah satunya dari Febrina. Kawan karib sejak kuliah.
Febrina berkata pada Perempuan Ini (setelah diawali dengan harapan Semoga segera dipertemukan dengan pasangan hidup dunia akhirat).
"Cik, mungkin ini cuma pengamatanku saja, tapi aku sudah melakukannya.
Jadi, sawang-sinawang itu beneran terjadi, dan kalau kita terus-terusan melihat apa yang nggak bisa kita raih,
kita nggak akan bisa tahu tujuan kita sebenarnya apa.
Jadi kayak terus nggamblang (melayang).
Ikhlaskan apa yang tidak bisa kamu dapatkan. Seperti apa yang orang lain dapati, contohnya: kuliah di luar negeri.
Carilah tujuan yang bisa selaras dengan ibumu, ayahmu dan tentunya yang bisa kamu terima.
Wes tah, nanti lak di perjalanan, kamu akan menemukan jalanmu sendiri,
dan kalau kamu melakukannya dengan ikhlas
bahagia,
subhanallah rasanya.
Sudah nggak ngurus lah orang lain itu bisa gini gitu,
dan kamu,
Tidak terus-terusan kehilangan kepuasan batin.
Batinmu terpuaskan, insyaAllah.
Dulu ada jaman ketika aku kayak kamu.
Kayak nggak tau harus apa,
dan nggak bisa apa-apa,
kehilangan kepercayaan diri dll.
Rasanya sediiiih banget, bingung.
Semangat ya cik...
Tentukan tujuan sebenarnya apa,
Terus dilakoni pelan-pelan, sembari berdoa semoga dimudahkan.
insyaAllah nanti lak dikasih jalannya lancaaaar 🤗
Pokoke seng ikhlas ya...
Jangan rumput tetangga leboh hijau, nggak semua rumput hijau itu berkah kok 😂
Semoga bermanfaat yaaa.
Hwakaakkakaka"
Dia menulis sepanjang itu di chat whatsapp!
Ditulis ulang dengan perubahan bahasa (dari Jawa ke Bahasa), di-post dengan seizin dia.
Terharu bacanya..
Terima kasih Allah untuk karunia berupa kebaikan teman-teman,
dan Febrina salah satunya :")
Tumblr media
(sosok Perempuan ini)
0 notes
suciitawake · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Malang Rasa Jepang (?)
0 notes
suciitawake · 7 years
Photo
Tumblr media
Mengesampingkan segala review yang beredar di pasaran. Akhirnya! Saya datang naik kereta Mutiara Selatan seharga 45 ribu rupiah, ke Malang demi nonton film AAC2 (Alay-Alay Cinta 2). Mmm.. Overall memang sinetron banget. Parah. Parah. Entah lah. Ada tanda 17+ mungkin karna ada beberapa adegan seram. Apalagi pas adegan Aisha face-off, ngelupasin wajah Hulya ditempelin di wajah Aisha. Atau pas adegan Aisha merusak wajahnya dan kewanitaannya, agar tak diperkosa Israel. Atau pas randomly Bahadur (inget kan?), datang ke Inggris dan menusuk Hulya. Tapi saya tetep bahagia nontonnya, bahkan sampai nangis pas adegan Aisha menyaksikan Fahri menikahi Hulya. Sedih. Sedih banget 😢 Paling fokus pas shoot bagian latar tempat shootingnya sih. Edinburgh kece banget gitu ya kotanya. Eksotik! Cantik! Menarik! Tertarik! Artistik! Dan.. Fedi Nuril makin tampan. *ditabok* Pulang ke rumah teman, hujan, dengerin lagu-lagu mellow, salah satunya lagunya Johnny Stimson - Honeymoon. *yaelah padahal perginya sama Mba Dhita* 😅 Ikhlas kok hari ini bayar 25 ribu ke Cinemaxx di Matos. Plus 25 ribu Es Milo terfavorit. Tonton lah film ini. Oke kok. Paling rada geli sikit. Sama mikir: "Kenapa Fedi Nuril sama Dewi Sandra peluk-pelukan? Bukan Muhrim. Ewrr"
0 notes
suciitawake · 7 years
Photo
Tumblr media
Foto ini nampak sederhana sebenarnya. Tapi makna yang dibawa, luar biasa.
Pagi ini saya ikut kakak sepupu menjemput putranya di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet - Mojokerto.
Setelah macet-macetan karena se-banyak itu wali santri yang akan menjemput puteranya untuk liburan semester 10 hari. Akhirnya kami nunggu si bocah di hall asrama, dan ada poster ini.
Awalnya saya sempat loading beberapa detik. Kalimat syair apa ya ini? Bukan firman Allah bukan sabda Rasul.
Voila! Ingat! Ternyata! Isi kitab Ta'liimul Muta'allim! Kitab yang saya pelajari saat mengaji dulu pas kecil di Madrasah Diniyah dekat rumah. Kitab wajib para pelajar! Dulu bacanya pakai irama. Susah dijelaskan irama-nya, tapi irama itu yang tadi pagi membuat saya mengingat lagi bait ini.
تعلم فان العلم زين لا هله
Apalagi saat posisi sedang pengangguran belum bekerja lagi dan totally doing nothing begini. Resolusi 2018 adalah belajar sambil mencari kerja. Belajar apa? Rahasia. Sudah dirancang di kepala. Tinggal eksekusi dan ridho keluarga. Haha
“Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya”
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Suci ketika 2017
Alhamdulillah Allah sangat baik, memberi saya kesempatan untuk berjumpa tahun 2018 dan meninggalkan 2017 dengan menyenangkan 😊
2017 barangkali adalah tahun titik balik bagi hidup saya ke depannya.
Tahun di mana saya berani mengambil sebuah keputusan maha besar: berhenti menjadi bankir! Setelah 4 tahun 8 bulan.
Campur aduk rasanya. Sedih dan bahagia. Excited sekaligus deg-degan, hidup macam apa nanti yang akan saya jalani.
Padahal menjadi bankir menyenangkan. Menganalisa bisnis dan keuangan nasabah itu menarik. Sungguh. Saya bahkan sempat meyakinkan diri dengan ikut seminar talent mapping. Hasilnya? Urusan angka-angka dan analisa memang suitable dengan otak saya.
Tapi hidup selalu memberikan saya pilihan. September 2017, saya memilih berhenti dan pulang ke rumah. Berbakti ke ibu dan ayah sebelum nanti suatu hari (insyaAllah) berbakti pada suami (yang entah siapa).
Jika ditilas balik kembali, 2017 terasa secepat kilat terjalani.
JANUARI.
Segalanya masih terasa misteri. Sempat cuti untuk perpanjangan passpor di Imigrasi Gresik yang ternyata cukup mudah, hanya saja harus extra sabaar mengantri dari jam setengah 9 pagi sampai setengah 3 sore. Gila ya? Haha. Waktu itu sempat nawaitu rajin donor darah, kok sekarang lupa. (Akan diagendakan segera!)
FEBRUARI.
Merasakan jadi bankir yang diaudit oleh Internal Auditor dari kantor pusat. Antara deg-degan campur khawatir banyak temuan, padahal selama bekerja saya selalu mencoba sesuai prosedur yang ada. Haha. Sempat ke Salatiga mengantar auditor ke pabrik nasabah, lalu dikasih wejangan disuruh lekas menikah.
Ada waktu di mana auditornya bertanya dengan curiga yang berlebihan tentang sesuatu yang mereka anggap salah. Ya saya jawabnya woles lah. "Beneran mbak suci nggak bohong?". Dengan tatapan sangat interogatif. Yaelah ngapain gitu kan ya saya bohong ke mereka? Ada juga cuma dosa. Ya nggak takut lah. Tips jika ada bankir pemula yang baca ini: jangan pernah bohong ke auditor. Kayaknya mereka bisa paham deh kalo ada yang bohong. Jadi jujur aja. Kerja susah-susah kalo bohong nanti ngga berkah.
MARET.
Sooo excited ketika bulan maret tiba. Kenapa? Karena ke Padang! Salah satu kota di Sumatera Barat yang sangat ingin saya datangi. Kenapa? Karena saya fans Nasi Padang garis keras! Hari pertama sampai Padang, kami (saya dan saudari saya si Niah) naik travel menuju Bukittinggi dan menginap tepat di sebelah Novotel. Ya Ampun, kota Bukittinggi cantik sekali! Sejuk. Menyenangkan mendengar orang-orang berbicara dengan dialek Minang. Sempet muter-muter pasar nyari Nasi Kapau Uni Lis. Legendaris!
Selain nongkrong malam di Jam Gadang, lihat orang-orang menari minang, kami pun sempat berkunjung ke Panorama Ngarai Sianok, Lembah Harau (Lembah terbaik yang pernah saya datangi!), Kelok Sembilan, Lobang Jepang (tapi takut masuk), dan ke Istana Pagaruyung. Jangan lupa foto pakai baju adat khas Pagaruyung ya! Bayar tapi lupa berapa. Haha.
Sungguh lah saya merekomendasikan kalian untuk berlibur ke Sumatera Barat. Bagus banget alamnya dan enak banget makanannya. Karena hanya jalan berdua, waktu itu kami sewa mobil + supir yang merangkap tour guide. Sewanya sama Edo, adiknya teman kuliah saya yang asli Payakumbuh. Jadi aman dan terjamin. Kalo butuh, bisa whatsapp saya, nanti saya kasih kontak dia. Baik lah dia mengantar si kakak-kakak random ini sampai Padang pula.
Karena musik di mobil Edo, pulang-pulang saya ketagihan lagu melayu, Rayola - Lapeh Raso 😂
Pas di Padang, kami menginap di salah satu hotel syariah yang konon milik keluarga Marshanda. Haha. Sofyan inn. Ada Al Quran di dalam kamarnya, plus sajadah. Masih agak kurang lama rasanya pas di kota Padang karena kami pergi ke pinggiran, tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Ada pantai bagus, namanya Suwarnadwipa dan satu lagi lupa tapi. Haha. Kami ke dua pulau itu, main banana boat dan snorkeling.
Paginya kami ke sana naik taxi, 90 ribu kalau nggak salah karna cukup jauh. Lalu bertemu agen one day trip, naik kapal sekitar 45 menit bersama rombongan open trip lain. Pantainya baguuus, sepi berpasir putih. Pulangnya kami naik kapal lagi dan pas sampai dermaga, ternyata tidak ada angkot balik ke Kota Padang 😂
Kami pun.. naik ojek bayar 50 ribu per orang tanpa helm! Gila. Saya pergi 1 km aja pakai helm ke mana-mana.
Tapi.. pas senja melewati Teluk Bayur, ada pelangi 😍😢
Terharu. Bagus banget senja di Teluk Bayur..
Esoknya kami hanya sempat mampir ke Taplau (Tapi Lauik), pantai gitu sama ke Masjid Agung Sumatera Barat yang epic! Epic banget parah parah!
Bulan Maret itu juga saya ada acara family gathering kantor ke Kabupaten Banjarnega - Jawa Tengah. Tipikal daerah yang sejuk gitu dan aku suka!
APRIL.
Saya ikut seminar Talent Mapping yang sangat bermanfaat bersama Abah Rama :)
Seempat juga mampir ke Yogyakarta, diajak teman yang punya free voucher menginap gratis di The Alana Hotel. Salah satu hotel terbaik di Yogyakarta!
MEI.
😢
JUNI.
Menjadi bagian dari gerakan sosial perbaikan jembatan di Pekalongan. Menjadi bermanfaat itu menyenangkan!
Pas pulang lebaran ke Sragen, menjadi momen terakhir kali bertemu Budhe (kakak Ayah) yang waktu itu sakit dan bulan lalu meninggal dunia..
JULI.
Menjalani hari-hari menjadi pegawai bank. Normal. Dan baik-baik saja.
AGUSTUS.
Menyatakan kepada pimpinan bahwa saya mengundurkan diri dari perusahaan.
Aah, tak tergambarkan rasanya.
Semoga bakti ini tak sia-sia.
SEPTEMBER.
Akhirnya meninggalkan Pekalongan dan segala kenangan.
Sempat menangis sesenggukan pas meluk satu-satu teman (perempuan) pas pamitan. Terima kasih untuk semua orang di Pekalongan yang baik selama ini ke saya. Bahkan unit sebelah yang suka resek pun, menyempatkan untuk mengajak saya ke Dieng karna kapan lagi saya bisa ke sana? Seriously, terima kasih.
OKTOBER - DESEMBER.
Ternyata menjadi pengangguran itu ada enaknya ada enggak enaknya. Haha.
Enaknya saya bisa liburan, ke Banyuwangi, ke Madura, ke Yogyakarta. Bahkan ikut nengokin adek sepupu di Pesantrennya di Mojokerto sana.
Engga enaknya? Uang tabungan makin menipis cuy! 😁
Saya berani memutuskan untuk berhenti menjadi bankir setelah merasa "I have done with my self". Sudah cukup piknik dan jalan jalannya. Waktunya tinggal di rumah. Tak ke mana-mana. Disimpan uangnya untuk hal lain yang lebih berguna. Alhamdulillah saya sudah ke kota yang saya ingin kunjungi. Kecuali satu: AMSTERDAM. Tak apa belum disinggahi. Mungkin nanti? 😙
2018.
Semoga saya menjadi pribadi yang lebih baik hati. Tak lagi suka menunda-nunda dan disiplin pada diri sendiri. Lebih rajin beribadah wajib - sunnah dan lebih serius manata masa depan, ya! I am ready for a new lyfe this year 😍
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Nanti.
Nanti ketika aku punya usaha jasa katering sehat tapi nikmat atas nama sendiri,
akan kuberikan "Makanan Suci" sebagai panggilan.
Nampak menjual, kan?
Lalu ketika aku berhasil fotoin makanannya yang nampak lezat menggoda, beserta resep semi-rahasia, maka akan kusematkan tagar #ResepSuci. Captured by: #sucigraphy
Hingga akhirnya ada beberapa menu andalan yang hanya akan disajikan jarang-jarang (biar dirindukan),
akan diberi tag "holygrail". Cawan Suci.
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Mengenang Tokyo (Termijn Kedua)
Kira-kira jam setengah 6 pagi. Udara masih dingin sekali. Kami naik kereta dan turun di Ginza Station. Ginza ini kawasan bisnis dengan gedung menjulang dan pusat perbelanjaan. Trotoar di kawasan Ginza sangat lebar dan belum terlalu dipadati pejalan kaki. Pinggir-pinggirnya banyak tanaman berbunga warna-warni pertanda musim semi masih belum pergi 🌸 Saya suka kawasan Ginza. Sisi modern Tokyo ada di sana. 🌸 Jalan sekitar 950 meter. Kami pun sampai di Tsukiji Nippon Fish Port Market. Kata internet dan kata Ayah, di sini kalo subuh-subuh ada pelelangan Tuna. Tapi karna kami sampai di sana jam 6 lewat, fish auctionnya sudah bubar. Tapi saya dan mbalela emang ngga minat juga ikut auctionnya. Kemudian kami bingung, masuknya lewat mana? 😁 Kami pun berjalan pelan-pelan menelusuri Tsukiji, pasar ikan terbesar di dunia ini. 🌸 Subhanallah ikan yang dijual mulai dari ukuran mini sebesar ikan mujaer di pasar Cerme sampai ikan tuna maha besar yang dipotongnya pake alat kayak gergaji. Satu hal yang saya kagumi: pasarnya bersih! Beneran bersih. Nggak amis. Lebih bau pasar Podosugih Pekalongan. Seriously. Heran deh. Kok bisa sebersih itu. Banyak turis-turis seliweran di Tsukiji yang seperti saya. Hanya jalan bengong tanpa belanja. Sungguh Tsukiji epic sekali. Sebagai manusia yang gemar makan ikan, pengalaman keliaran di Tsukiji bikin makin pengen makan ikan! 🌸 Lalu, kami beli strawberry. Strawberry-nya besar dan manis. Sebungkus paling isinya cuma 10 biji dengan harga 600 yen. Ke pasar ikan tapi beli strawberry? Sungguh kami anti-mainstream! 🌸 Saya memutuskan untuk sarapan di Pasar Tsukiji. Berdasar hasil googling, makan sashimi di Tsukiji adalah salah satu kenikmatan HQQ. Ada beberapa warung sashimi yang antriannya panjaaaang. Literally panjang. Pasti enak! Tapi malas antri (toh ikan mentah di mana mana rasanya sama kan?). Saya masuk ke salah satu warung sashimi. Cukup rame tapi yang tanpa antri. Pesan nasi putih yang diatasnya bertopping irisan daging ikan mentah dan kepiting rebus. Eh ada cumi mentah deh kalo ngga salah. Pas pesenan saya datang.. Mbalela memalingkan muka. Kaga doyan dia. Haha. Tapi dia baik hati. Hanya masuk dan duduk nungguin saya makan aneka jenis daging ikan super segar dengan nasi plus sup rumput laut. Yaampun enak banget loh. Beneran. Worth the pricey price 2.400 yen lah. Sashimi di Sushi Tei aja rasanya nggak se-segar sashimi di warung ini. 🌸 Selanjutnya kami pengen lihat Tokyo Tower. Pas jalan kaki, tiba-tiba nemu kuil. Namanya kuil Zojoji. Dari dalam kuil, Tokyo Tower terlihat lebih photogenic. Kami akhirnya masuk ke halaman kuil dan foto berlatar Tokyo Tower. Tipikal mandatory pics lah. Haha. By the way, Kuil Zojoji juga merupakan tempat peristirahatan terakhir jenderal-jenderal klan Tokugawa. Klan Tokugawa turut berperan penting dalam sejarah Jepang.  🌸 Masih tetap berjalan kaki dengan sepatu karet obralan andalan beli di depan kampus UNY Caturtunggal. Akhirnya! Kami sampai di The University of Tokyo! ❤ Antara senang dan sedih. Senang karna akhirnya bisa menginjakkan kaki ke kampus paling keren di Jepang, tempat kuliah orang-orang pintar pilihan Tuhan. Sedih karna kapasitas otak bankir seperti saya nampaknya tak cukup memadai untuk bisa sekolah di sana. Saya bengong pas jalan-jalan muterin kampus itu. Arsitekturnya bergaya Eropa gitu. Plus pohon pohon epic di sepanjang jalan. Aah.. sungguh keren! Itinerary ke TODAI ini usulan saya. Dan Mbalela mengiyakannya (terima kasih, ya!). Kebayang nggak, jika kami jalan-jalan ikut travel agent? Mana bisa sampai sana. Kami belum nemu travel yang bikin agenda jalan-jalan muterin kampus orang 😂 🌸 Pas lagi duduk di taman The University of Tokyo. Mbalela nanya password wifi ke salah satu mahasiswa. Katanya harus punya nomor induk mahasiswa buat log in. 😂😂 Hahaha. Selama di jepang kami memang hanya mengandalkan wifi gratisan dan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) untuk menemukan lokasi tujuan. Untungnya saya pergi bersama sarjana sastra Jepang alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang ahli sekali berbahasa jepang~ 🌸 Kami jalan lagi menuju Hongo-sanchome Station dan naik kereta menuju Ueno Park! Selama musim semi, taman di pinggiran trotoar Jepang banyak bunga bunga warna warni. Tulip, Azalea, dan lain lain entah apa. Tak ada bunga melati sih tapi. 🌸 Ueno Park ini tempat lihat bunga sakura. All praise to Allah! Meski bukan pas waktunya mekar optimal, kami masih bisa melihat dan memegang dan fotoin bunga sakura. Cantik. Cantik sekali. Ada yang putih dan merah muda. (By the way, I hate people who don't know the different between cherry blossom and plum blossom!). Tak semua pohon berbunga di Jepang itu pohon sakura ya! 🌸 Saya sempet beli cemilan berbentuk doraemon tapi rasanya kayak pukis di Ueno Park 😁 🌸 Pas itu saya sempet jalan sendiri, Mbalela lagi duduk-duduk di bawah pohon. Saya jalan sampai di ujung Ueno Park, dan nemu ada museum yang nampak keren dari luar. National Museum of Nature and Science. Tapi karena di luar itinerary yang telah kami susun, jadi hanya saya lewati. Terlebih tadinya pamit ke Mbalela mau jalan bentar ke ujung sana dan lihat bronze statue-nya Noguchi Hideyo. 🌸 Pas saya jalan itu, ada segerombolan anak sekolah. Seragamnya lucu kayak di dorama. Saya deketin, minta tolong potoin. Hahaha. 🌸 Kami lanjut jalan kaki ke AMEYAYOKOCHO. Semacam famous shopping street. Saya lupa deh waktu itu kenapa ke situ. Kayanya Mbalela nyari sesuatu. Sebelum waktu sholat untuk menjamak dhuhur dan ashar habis, kami segera balik ke hotel untuk sholat dan istirahat karna malamnya ada janji. 🌸 Malamnya, Mbalela janjian dengan Mark di kawasan Ginza. Mark lelaki Perancis yang kerja di Tokyo. Wajahnya kayak bule-bule di film Perancis. Dengan hidung yang terlalu mancung. Sebelumnya Mark pernah berkunjung ke Yogya dan berteman dengan Mbalela. Mark mengerti bahwa kami tidak makan babi dan tidak minum alkohol. Jadi dia mengajak kami masuk ke sebuah tempat dan memesan aneka menu seafood. Salad tuna, sup ikan super amis, sashimi, dan entah apalagi semeja. Dia pesan banyak sekali makanan. Saya kira kami tak mungkin menghabiskannya. Ternyata saya dan Mark sanggup memakan semua, Mbalela yang makan sedikit dan nampak menderita karna sebenarnya dia tak terlalu suka makanannya. Mark ternyata sangat talkative, dia cerita tentang pekerjaan dan kehidupannya di Jepang. Bagaimana dia hidup di Tokyo dan budaya kerja di sana, bagaimana dia ikut beberapa tradisi yang dijalankan orang Jepang karna pacarnya gadis Jepang. Kami mengobrolkan banyak hal sambil makan. Yang mana lama-lama saya merasa mulai kenyang dan ngantuk dan mulai nggak fokus si Mark ngomong apa dengan inggris aksen perancisnya itu. Kami kaget pas Mark minta bill. Habis hampir 8.000 yen malam itu. Padahal pas awal ketemu di depan stasiun, Mark sempat nanya ke kami. Mau anggaran dinner berapa? Kami bilang 1.000 yen per orang. Akhirnya si Mark bilang, kami tetep iuran masing-masing 1.000 yen, sisanya dia traktir. Wohoooo! Arigatou! 🌸 Sampai kamar hotel.. Mbalela muntah karna memaksakan diri makan seafood itu. Puk puk.. Dan dia bilang, kalo suatu hari nanti kami ke Jepang lagi, dia hanya akan menemaniku makan. Tak sudi bayar buat makan makanan Jepang 😂 🌸 (bersambung)
0 notes
suciitawake · 7 years
Text
Mengenang Tokyo (Termijn Pertama)
April 2015.
Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh dan goler-goler selonjoran lagi di kursi bandara Haneda. Kami mencari kereta menuju destinasi pertama.
Sangat excited! Atau mungkin terlalu excited even kedinginan semalaman. Tapi dasar orang kayak saya ini ‘tempel-molor’ jadi ya merem aja di manapun berada. Mbalela yang nampaknya agak nggak tidur.
Oke. Kami harus cari kereta bernama Keikyu Airport Line dengan tujuan Asakusa Station. Karna kami akan pergi ke kawasan Asakusa. Kalo ngga salah harga tiketnya 660 Yen. Di dalam kereta, (beberapa orang sempat menatap kerudung kami dengan aneh), saya melihat keluar jendela dan bilang ke diri sendiri: “Selamat Datang di Dunia Dorama, Ci!”.
Bangunan-bangunan di luar jendela kereta dan para penumpang kereta. Persis seperti yang saya lihat di dorama. Yang laki pada pake suit yang warnanya mayoritas hitam (man in suit is always looked good, huh?) yang perempuan pada pake long coat yang warnanya mayoritas krem/khaki gitu.
Sampai di Stasiun dan menitipkan barang bawaan di loker, (harga sewa loker 300 Yen), kami lalu jalan kaki menuju kawasan Asakusa.
Asakusa ini semacam tempat wajibul wajib yang mau liburan ke Tokyo. Emang apaan? Kuil. Haha. Kuil banget, nih? Engga sih. Banyak shopping streetnya. Kami sampai sana jam 6 lewat.
Krik. Krik. Krik. Sepi!
Toko-toko belum buka. Kuilnya masih dipakai beberapa orang berdoa. Halamannya ada nenek-nenek jalan sama anjingnya.
Tapi saya suka. Maksudnya, jadi bisa leluasa memperhatikan sekitaran Tennoji Temple pas benar-benar sepi. Hingga akhirnya.. Kami kelaparan dan masuk ke Lawson, beli onigiri dan baumkuchen (pertama kali makan baumkuchen! Dulu pernah lihat di tivi cara/proses bikinnya). Rasa baumkuchen? Kayak lapis legit.
🌸
Musim semi di pagi hari untuk warga Pantura macam saya? Bencana. Dinginnya nggak kira-kira.
Kami akhirnya masuk ke cafe kecil. Pesan 2 teh hangat dan cheesecake. Duduk bengong kedinginan. Isinya emak-emak Jepang lagi ngerumpi (kata Mbalela). Cafenya lucu. Agak-agak vintage gimana gitu. Sayangnya saya lupa mencatat nama cafe dan letaknya. Yang pasti dia doang yang buka pagi-pagi.
🌸
Keluar dari cafe.
Mulai rame banget di luar. Toko-toko sudah buka dan kami pun mulai lupa waktu. Tips: belanja oleh-oleh di sini aja. Sedikiiiiiit lebih murah dari tempat lainnya. Tapi ada yang mahal juga. Jadi harus dibandingin mana yang murah, baru beli. Saya beli semacam gantungan kunci, tempelan kulkas, sumpit, teapot keramik, dll di sini.
Termasuk tiba-tiba kami berdua beli jaket. Gimana lagi, yang kami bawa dari rumah sungguh sangat tidak mampu menghalau dinginnya udara. Kami menghabiskan terlalu banyak waktu di Asakusa situ. Harap jangan ditiru.
🌸
Kami pun balik ke Stasiun Asakusa, naik kereta bawah tanah “Tokyo Metro Subway” (oemji I miss that train). Menuju Inaricho Station lalu jalan kaki ke Oak Hotel tempat kami menginap. Hotelnya terletak di Higashi-ueno, Taito-ku, Tokyo. Nomer telponnya +81358280551. Beberapa menit jalan kaki dari Inaricho Station. Resepsionisnya mas-mas tampan yang ramah dengan bahasa Inggris beraksen Jepang, namanya Takumi! (Gile, masih ingat!) 😃
🌸
Malamnya kami balik lagi ke Inaricho Station andalan. Nyegat kereta Ginza Line jurusan Shibuya turun di Suericho Station (kalo tidak salah). Kami menuju AKIHABARA! Sebenernya saya bukan manga-geek atau game-addict. Apalagi fans AKB-48, tentu bukan. Tapi jalan-jalan ke Tokyo tanpa ke Akihabara barangkali akan terasa hampa 🐒
Akihabara ini beneran pusat game, manga dan elektronik. Segalanya ada deh game dan manga aneh aneh juga ada. Pas lagi masuk toko elektronik, ada segerombolan orang berbahasa Minang. Disapa sama Mbalela. Ternyata mereka orang Padang. Yahilaah, jauh-jauh ke Jepang ketemunya orang Padang 😁
🌸
Pas hari pertama di Tokyo, saya mengalami sebuah ‘tragedi’. Siapa bilang di Jepang nggak ada pengemis?
Jadi gini ceritanya. Saya lagi antri di mesin pembelian tiket. Mbalela sudah duluan beli. Tiba-tiba ada bapak-bapak lusuh nyamperin saya dan ikut-ikutan mencetin mesin pembelian tiket. Lalu uang koin kembalian saya, diambil semua sama dia! Dia bilang: “hangguri hangguri” (Maksud dia hungry, lapar). Mukanya seram! Karena baru hari pertama dan hanya memegang uang yen yang tak terlalu banyak. Akhirnya uang kembalian saya yang keluar dari mesin dan dia ambil, saya ambil semua koin di tangan dia. Saya kasih 30 yen doang. (Saya jahat sih kalo diingat ingat lagi, kasian dia). Saya langsung ke arah Mbalela. Nantinya, pas di Osaka, saya melihat lebih banyak kaum gelandangan Jepang.
🌸
Kembali ke Hotel dengan lelah tapi gembira! Oiya, mayoritas air keran di Jepang bisa langsung diminum ya. Jadi saya bawa tumblr, biar hemat. Kalo beli air di konbini, satu botol sedang harganya sekitar 50 yen (kalo ngga salah).
🌸
(bersambung)
0 notes