Tumgik
sudutceritaku · 3 months
Text
dalam diam manusia itu menengadah ke langit-langit. ya, langit-langit bukan langit. manusia itu masih terjebak dalam ruang bercat putih berukuran 3 x 3 meter. empat tahun sudah ia menghuni ruangan itu. dua lembar kertas kuning berisi kewajiban dan larangan yang ia karang saat pertama kali sampai masih ada. cita-cita manis yang ia simpan dalam jiwa pun juga masih ada. hanya saja cita-cita manis itu mulai tergusur keinginan baru yang tak kalah manis juga. bukan menyerah, ia hanya mengubah sedikit arah tujuannya. karena hidup tak ingin membuatnya terdiam terlalu lama. sekali lagi, di ruang bercat putih berukuran 3 x 3 meter itu, ia mencoba mimpi baru.
0 notes
sudutceritaku · 3 months
Text
menyapa kembali dengan harapan debaran itu kembali lagi.
halo saya yang suka bermain kata! perkenalkan ini saya yang setengah dewasa.
0 notes
sudutceritaku · 2 years
Text
mengharapkan sebuah jeda seperti tanda koma di tengah kalimat sebelum berlanjut ke kata berikutnya.
8 notes · View notes
sudutceritaku · 2 years
Text
Melepaskanmu
Senja yang memerah. Angin yang tak terarah. Rumput yang merebah. Kaki yang melemah. Kepala yang merendah. Hati yang menyerah.
Saat itu melepaskanmu adalah sebuah keharusan, bukan lagi sebuah pilihan.
.
.
-meráki #23
1 note · View note
sudutceritaku · 2 years
Text
Dini Hari (2)
Ketika dini hari sedang menimangmu dalam permainan bunga tidur. Saat itu aku tengah berserah, mengharap hal baik selalu membersamaimu. Juga berharap aku salah satu hal baik itu.
Tidur yang nyenyak yaa^^
-meráki 22
0 notes
sudutceritaku · 2 years
Text
Berencana
Sering kita membuat rencana yang indah dan rapi untuk masa depan. Dari jauh-jauh hari sudah kita susun dan pikirkan dengan matang. Namun, siapa yang kira mendekati hari yang telah ditunggu. Banyak kejadian yang akhirnya membuat kita gagal menunaikannya.
Usut punya usut, rupanya kita lupa melibatkan Allah di setiap susunan rencana kita. Kita terlalu sibuk dan sombong sehingga berpikir semua ada dalam kendali. Padahal ada Allah yang lebih berhak mengendalikan dibandingkan tangan mungil kita.
Kita bisa berencana. Tapi Allah tahu mana yang terbaik untuk kita. Maka libatkan Allah dalam setiap susunan rencana.
-meráki #21
0 notes
sudutceritaku · 2 years
Text
Guling
Seperti biasa, malam ini kamu datang lagi dengan banyak keresahan. Dan tanpa izin langsung berbaring di sampingku.
Kamu bilang "Dingin."
Tanpa basa-basi 'ku selimuti tubuhmu. Lalu 'ku peluk erat dari belakang dan 'ku bisikan di telingamu "Tenang saja, ada aku."
Lalu kita berdua tertidur pulas hingga dingin pagi berani membangunkan kita. Aih, betapa nikmatnya!
.
.
-meráki #19
Hari ini kembali membagikan tulisan lama :)
Ditulis sekitar tahun 2018 akhir - 2019 awal
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Pulang. (2)
Tumblr media
Kamu mungkin merasa lelah, sedangkan kamu berada jauh. Kamu sering bertanya tentang apa, kenapa, bagaimana, kapan dan dimana. Tapi anehnya kamu tak bertanya tentang siapa. Karena sebenarnya kamu tahu siapa. Hanya saja kamu ragu dan malu untuk menanyakannya. Kalau begitu, perlukah 'ku tanyakan jalan pulang untukmu?
-meráki #16
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Dipeluk
Dalam peluk yang kau beri aku meringkuk
Merapat ingin didekap lebih erat
Memejamkan mata berharap kau kecup tiba-tiba
Malam ini, aku ingin diperlakukan seperti aku biasa memperlakukanmu
.
.
-meráki #15
hari ini pendek dan lelah, wkwkw
1 note · View note
sudutceritaku · 3 years
Text
Di Luar Perkiraan
Apa yang tidak kita inginkan terkadang malah menjadi sebuah ketetapan. Entah disadari atau tidak ternyata hal seperti itu mendewasakan. Membawa pada hal-hal baru di luar perkiraan. Seperti sebuah petualangan yang memberi banyak pelajaran. Pelajaran tentang kehidupan, penerimaan dan merelakan.
-meráki #13
Tumblr media
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Tumblr media
Aku, laut, pantai, pohon cemara dan gelombang (asmara) air berbuih yang tersenyum bahagia.😁
-meráki #11
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Bintang Tidak Menyukai Orang yang Menjadi Tua dan Menyebalkan
Di tepi pantai, bergulung berbuih ombak pasang dan surut. Bermain-main ceria di antara dua pasang kaki yang sedang berhadapan. Tak seperti biasanya, suasana pantai begitu sepi. Hanya ada aku dan sepasang kekasih yang kakinya sedang digelitik oleh ombak. Aku tersenyum melihat mereka bermesraan. Mereka cemberut karena 'ku lihat ketika sedang bermesraan. Akhirnya mereka pergi menjauh.
Sekarang, aku sendirian. Tersenyum melihat bintang bertebaran di penjuru langit. "Sudah lama aku tak melihatmu, bintang" Seruku, seraya mengacungkan minuman beralkohol ke atas kepalaku.
Sudah hampir 10 tahun aku pindah dan hidup di kota. Berusaha menata kehidupan baru yang mapan sembari melupakan masa lalu sedikit demi sedikit. Bekerja siang dan malam dan lembur di akhir pekan. "Supaya cepat kaya" dalihku. Jadi wajar, kalau sudah lama aku tak melihat bintang.
Aku suka bintang. Sedari kanak-kanak, aku sudah menyukainya. Setiap keluar di malam hari, selalu aku menengadah ke langit. Tersenyum jika langit cerah, kecewa kecil jika langit mendung.
Ketika beranjak remaja, aku masih menyukai bintang. Sama seperti ketika masih kecil, setiap keluar malam aku selalu menengadah ke langit. Tersenyum jika langit cerah, kecewa kecil jika langit mendung. Paling ajaib ketika bintang terlihat jelas di seluruh penjuru langit. Seketika berbagai masalah yang 'ku hadapi segera menghilang. Menyenangkan.
Itu alasanku, hari ini pergi ke pantai yang berjarak cukup jauh dari kota. Ingin melihat bintang, supaya berbagai masalahku segera menghilang. Tapi rupanya tidak, 'ku rasa bintang sekarang tidak ingin membantuku. Bintang hanya mau membantu diriku yang remaja dulu. Diriku yang masih suka tersenyum manis karena hal-hal sederhana.
Sekarang aku telah tumbuh menjadi dewasa, tua dan menyebalkan. Siapa yang sangka? Sosok manusia yang dulu paling 'ku benci, sekarang ada dalam diriku. Hah.. Sebuah ironi.
Dewasa itu, menjadi tua dan menyebalkan. Biarkan aku berpegang pada pendapatku ini. Jangan berani-berani mendebatnya! Oke? Oke!
-meráki #10
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Bukan Obrolan Empat Mata
"Bukankah kamu punya dua pilihan? Antara dia yang dulu pernah hadir namun tak sungguh dan aku yang baru hadir hadir namun sungguh-sungguh. Tinggal kamu ingin pilih yang mana?" Tanyaku.
"Tunggu, kenapa hanya ada dua pilihan? Bukankah terlalu sedikit?" Tanya sahabatmu.
"Benarkah? Bukankah dengan adanya banyak pilihan hanya membuat manusia semakin ragu?" Sahut sahabatku.
Lalu hening.
...
...
...
"Aku pilih kamu." Ucapmu tiba-tiba.
-meráki #9
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Bangun
Tiba-tiba aku terbangun dalam keadaaan bingung. 'Ku lihat jam menunjukkan pukul dua lebih dua puluh menit. 'Ku lihat jendela terang benderang melebihi terang lampu neon. "Bagaimana bisa dini hari seterang ini" Pikirku. "Mungkinkah ini kiamat. Bagaimana ini? Aku harus menyelamatkan diri. Tapi kenapa aku sulit berdiri. Aku harus lari... lari.. lari... lar.. la.. l..." Kesadaranku menipis.
.
.
-meráki #8
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Nasihat Kakak Kepada Adik di Pagi Hari
Tumblr media
Saat itu langit masih kusam, belum bersiap untuk menyambut pagi. Jika diperhatikan, sepertinya langit baru bangun dan hendak bersiap untuk mandi.
Lalu kita dengan congkaknya berteriak penuh amarah, menghardik adik kecil calon penerus negeri. Aish, memang tak beradab angkatan yang satu ini.
Tapi kalau ditelusuri kita bukan yang pertama, kita hanya meneruskan. Anehnya kenapa tidak ada inisiatif dari kita menghentikan, malah ikut membudayakan.
Aduh, semoga selepas pandemi hal seperti ini bisa dikaji lagi manfaat dan mudharatnya, diambil yang baiknya saja. Aamiin.
.
.
-meráki #7
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Melangkah
Sayup terdengar langkah di antara sepinya malam. Perlahan tapi tetap tak ingin ketinggalan. Hati-hati seolah sedang menyusuri jembatan selebar satu centi.
Kadang langkah itu terdengar takut. Kadang langkah itu juga terdengar ragu. Meski begitu, langkah itu selalu kembali melangkah.
Langkah itu selalu berusaha yakin dengan apa yang ia lalui. Meski harus melalui jalan panjang penuh misteri. Langkah itu pasti takkan berhenti.
***
Dia tahu langkah itu bisa berat, langkah itu juga bisa ringan. "Tak apa bila melangkah perlahan" Katanya. "Terpenting, jangan sampai berhenti di tengah jalan. Karena jalan masih panjang, jadi latih langkah itu terus supaya bisa menjadi yang terdepan." Sambungnya.
.
.
- meráki #5
agak muter-muter yaa :))
0 notes
sudutceritaku · 3 years
Text
Dini Hari
Lorong kost tua berwarna hijau tua itu mulai sepi. Semua pintu telah tertutup dan lampu-lampu pun telah mati. Sesekali, jika jeli, terdengar suara dengkur kecil dan igauan dari beberapa kamar yang berpenghuni. Tak ada suara kendaraan atau binatang, yang ada hanya sunyi. Kurasa ini adalah sebuah tanda jatuhnya dini hari. Waktunya istirahat untuk diri.
Siapa yang sangka? Di tengah kota yang penuh hingar-bingar bisa menjadi sangat sunyi, sangat sepi.
- meráki #4
0 notes