Tumgik
summertosca · 1 year
Text
"Kita hanya saling tidak tau perjuangan masing-masing. Kita hanya saling tidak tau luka masing-masing. Kita hanya saling tidak tau keresahan masing-masing. Jadi ayo saling menghargai satu sama lain dan saling bersikap baik."
@terusberanjak
290 notes · View notes
summertosca · 2 years
Text
Tentang Rasa Sakit
Rasa sakit memberi pelajaran hidup yang “lebih” dari rasa senang. Tidak ada yang mengharapkan untuk merasakannya, namun fakta ini harus diterima. Tidak perlu melarikan diri rasa sakit, ikhlaskan, relakan, maafkan. Harapannya, Ia berikan maaf dan pengampunan saat di yaumul hisab nanti.
1 note · View note
summertosca · 3 years
Text
Still not feeling ready to start over the conversation. I'm affraid if I make everything worse.
0 notes
summertosca · 3 years
Text
pak, maaf blm bisa bahagiain bapak. maaf gak bisa jaga bapak dari virus ini, malah tertular dari aku sendiri. maaf pak...
0 notes
summertosca · 3 years
Text
capek banget
0 notes
summertosca · 3 years
Text
malaikat yg sama menghampirimu
semoga kali ini kau tak abai, ya
make sure she can count on you next time
0 notes
summertosca · 3 years
Text
Kecondongan hati yang tak bisa dibohongi
Asy-syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
الإنسان إذا علم أنك تحبه أحبك مع أن القلوب لها تعارف وتآلف وإن لم تنطق الألسن كما قال النبي صلى الله عليه وسلم الأرواح جنود مجندة ما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها ائتلف.
"Apabila seseorang mengetahui engkau mencintainya, niscaya dia juga akan mencintaimu karena hati itu akan saling cenderung dan berdekatan (kepada yang sejenisnya) sekalipun tidak diucapkan oleh lisan, sebagaimana kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 'Roh-roh itu seperti pasukan yang banyak. Yang cocok di antara mereka akan saling sepakat dan yang tidak cocok akan saling menjauh'.”
[Syarh Riyadh al-Shalihin, Jilid 2, hlm. 290] — t.me/surawsalafiyyin
118 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
apakah masih saatnya menentukan sendiri?
yg ku takutkan, hanya salah langkah. soal menerima dampak dari pilihan yg salah, saya sudah khatam insya Allah (:
0 notes
summertosca · 3 years
Text
astaghfirullah sombongnya aku hari ini
faghfirli.. wa'fuanni
0 notes
summertosca · 3 years
Photo
Tumblr media
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya,
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia.
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.
Semoga terinspirasi…
✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )
🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu
4K notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
493
atas nama cinta dan ketetapan Allah pemilik semesta rasa
Terima kasih telah memilihku di antara banyak manusia yang menawarkan berbagai macam warna,
Terima kasih telah memilih dan menghabiskan waktu bersamaku yang tak bisa menjanjikan apa-apa,
Terima kasih telah memilih berjuang bersamaku meski kita tak pernah tahu akhirnya akan seperti apa,
Terima kasih telah memilih untuk menemaniku dalam segala peristiwa yang bahkan tak pernah kita duga,
Terima kasih telah memilih untuk mengukir kisah bersamaku merasakan manis dan pahitnya dunia,
Sekali lagi, terima kasih karena telah membuatku percaya, bahwa cinta adalah hal besar yang memang pantas untuk diperjuangkan.
— Uwais El Marosy
https://www.instagram.com/p/CNcIO17hIAk/?igshid=19hkbxiekrfnv
28 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
ketika kesempatan beasiswa master terbuka, yg ada di pikiran : ambil atau tinggalkan. tujuan utama, aku pingin improve ilmu. ketika sudah diputuskan untuk mengambil, ternyata pilihan-pilihan lain berdatangan : ambil master untuk tujuan lebih luas dgn waktu belajar lebih panjang, atau ambil sertifikasi dgn fokus lebih sempit dan waktu belajar lebih cepat.
ternyata jadi dewasa kurang enak ya, pertimbangan jadi makin banyak, nggak bisa jadi egosentris dan kepala batu lagi kayak dulu, karena ujung2nya akan banyak ngaruhnya ke keluarga kecilku kelak. gimana bekal ilmuku membawa ku ke pekerjaan macam apa nantinya.. harapan terbesar saat ini sih, ambil master lulus jadi dosen. kenapa dosen? di kepalaku, jadi dosen nggak akan banyak makan waktu di luar jam kerja, insya Allah gak ganggu family time lah ya..
tapi jika ambil master, nggak bisa juga jadi pegawai full time. ambil sertifikasi tetap bisa kerja dan sudah pasti juga gak keluar biaya, tapi aku nggak yakin bisa betah dengan pekerjaan ini dalam waktu yg lama. tahun ini dapet amanah join direksi, prestisius sih memang, tp benefitnya kurang fair dan tanggung jawabnya cukup besar 🤯. dengan capaian yg sudah hampir setengah jalan, kayaknya gak akan achieve target dan harapan bonus perlu disingkirkan jauh2.
karna sama2 gak keluar biaya, terlihat agak seimbang ya posisinya.. hmm.. tapi... masih terlalu takut ambil keputusan besar, mengingat studi sarjanaku tidak dapat membawaku ke pekerjaan yg membuatku cukup percaya diri menghadapi dunia. takut mengulangi kesalahan yg sama - atau lebih parah. takut salah mengabaikan nasihat. takut bias antara keinginan daripada kebutuhan. takut, tapi harus tetap melangkah..
0 notes
summertosca · 3 years
Text
8 Things to Stop Worrying About
1. Other peoples’ expectations for you. At the end of the day, it’s your life – not theirs- so just be yourself, and set your own personal goals.
2. What other people say and do. It’s not up to us to control other people, or to change how they act, or to influence their decisions.
3. Aiming for perfection. It’s unrealistic to aim for perfection. You’ll just be disappointed and discouraged all the time.
4. Getting it wrong. We all make mistakes in our journey through life. That’s part of learning. It’s normal and human.
6. Fitting in. Although social skills matter, and it’s good to fit in, you also need to be yourself - a unique individual. Also, conformity can kill individuality.
7. Being right. This is highly over-rated and can cause a lot of stress. If you’re confident and real you don’t need to prove you’re right.
8. Life being out of control. At the end of the day, there’s not much we can control – except our own reactions and our attitudes to life. So change what you can change – and then relax and enjoy life.
739 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
“Ask yourself if what you’re doing today is getting you closer to where you want to be tomorrow.”
— Unknown
815 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
Rene Sudarhono jg pernah sampaikan ini di salah satu sesi careertalk nya : bisa jadi kita di Indonesia ini jg sedang menghadapi ujian, walau terlihat adem ayem, tidak seperti Palestina.
Tumblr media
بسم الله الرحمن الرحيم
UJIAN PALING BERAT BERNAMA : KEMUDAHAN
Ust. Hasan Al-Jaizy
1. Kehamilan dan persalinan yang mudah, lancar, normal cenderung tanpa kesulitan. Sering membuat mencemooh yang susah hamilnya, penuh resiko, atau bermasalah dengan kata-kata mandul, manja, dll
2. Anak-anak yang cenderung sehat, serba normal, penuh aktivitas, mudah di urus, penuh kasih sayang. Sering menimbulkan rasa riya' merasa diri ibu sempurna hingga merendahkan ibu yang lain dan enggan belajar.
3. Suami yang setia, ndak neko-neko, romantis dan begitu perhatian, membuat terlena untuk memperbaiki diri dan akhlak agar terus menjadi bidadari surga dan bukan pencela pasangan lain yang bermasalah.
4. Keuangan yang stabil, bahkan berlebihan, kadangkala membuat terlupa menengok ke bawah, lupa rasanya bersyukur, mudah menghakimi yang lain pemalas dan tak mau kerja keras layaknya dirinya.
5. Orangtua dan mertua yang pengasih, mudah beradaptasi, membuat kita merasa sempurna sebagai anak, sering membuat kita mudah menghakimi mereka yang bermasalah dengan orangtua dan mertua sebagai anak durhaka, tak tau terima kasih.
6. Ilmu yang tinggi, pengetahuan yang luas tanpa sadar membuat kita merasa lebih mumpuni, malas mengejar ilmu-ilmu yang lain, akhirnya merendahkan dan menyepelekan mereka yang kita anggap tak seluas kita ilmu dan pengetahuannya.
7. Kemudahan dalam ibadah, sholat yang kita anggap tak pernah lalai, puasa yang tak putus, zakat milyaran rupiah, shodaqah tak terhitung, haji dan umroh berkali-kali, membuat kita merasa paling alim dan takwa, tanpa sadar tidak lagi mau belajar dengan alim ulama, enggan bergaul dengan mereka yang kita anggap pendosa.
Kemudahan itu ujian yang berat, melenakan sering mendatangkan penyakit hati tanpa disadari, berhati-hatilah.
Dari : Ustadz Hasan Al-Jaizy
#selfreminder ✍️
35 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
“If outside validation is your only source of nourishment, you will hunger for the rest of your life.”
— Unknown
663 notes · View notes
summertosca · 3 years
Text
Tumblr media
0 notes