Tumgik
#7harimenulissuratcinta
hutamidies · 7 years
Text
Cuanki Serayu
Dear Cuanki Serayu,
It’s a bit weird. I know. But you are all i’m thinking of right now.
Dear Cuanki Serayu,
Dari jaman Bandung masih dingin, yang kalo pagi-pagi kamu gak pake jaket bisa langsung sakit perut, aku udah jadi penggemar kamu loh. Dari jaman kamu gak sepenuh sekarang, yang kalo dateng bisa langsung makan, aku udah setia sama kamu.
Dear Cuanki Serayu,
Dulu aku kira kamu gak ada bedanya sama cuanki-cuanki lainnya. Alah, paling rasanya sama aja kayak cuanki lainnya. Tapi ternyata aku salah. Sekali nyobain kamu, pasti  kalo pengen cuanki, pengennya cuma kamu.
Dear Cuanki Serayu,
Kamu tuh bisa jadi obat sedih aku loh. Kayak, sedihnya aku bisa ilang kalo ketemu mangkok bergambar ayam yang didalemnya ada bakso,  tahu putih yang diisi aci, siomay, pangsit rebus, pangsit goreng, dan bakso goreng terus disiram sama kuah kaldu panas.
Dear Cuanki Serayu,
Kamu tuh comfort food banget. Kamu gak pernah salah. Apalagi kalo lagi hujan gini. Makinlah aku kangen kamu.
Dear Cuanki Serayu,
Aku ingin kamu.
2 notes · View notes
agrevinna-blog · 7 years
Text
Agrevinna Selalu 'Do' Taher
Hidup ini penuh irama. Ada nada di setiap suara. Ada lagu untuk setiap peristiwa. Tidak semua merdu, tidak semua indah, tapi ada.
Aku termasuk seseorang yang sangat menghargai lagu sebagai pengantar kegiatan manusia. Kerap hanyut dalam liriknya. Hmmm… Apa perlu aku jelaskan seberapa suka aku melantunkan lagu? Sudah cukup jelas, bukan? Aku bahkan rela membayar hanya agar bisa bernyanyi a.k.a. karaoke, bertolak belakang dengan penyanyi profesional yang dibayar tiap manggung.
Sayang seribu sayang, kegemaranku ini tidak disertai kapasitas pita suara dan musikalitas yang mumpuni. Dulu, aku kira suaraku bagus. Aku tak mengerti apa itu nada. Aku heran kenapa orangtua dan guru-guruku kesal mendengarku bernyanyi. Sampai akhirnya, ada teman yang menjelaskan bahwa suaraku sumbang. Tidak bisa padu dengan musik. Setelah aku mendengar rekaman suara sendiri, akhirnya aku sadar betapa buruknya aku. Aku turut berduka cita dan ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang terpaksa mendengar nyanyianku. Seorang teman bahkan menjulukiku Agrevinna Selalu ‘Do’ Taher. Iyah, semua nada jadi ‘Do’ kalau Agrevinna yang nyanyi.
Tapi, apa salah menyukai sesuatu yang tidak kita bisa? Sebagian orang bernyanyi untuk melupakan masalah, tapi bagaimana kalau masalah utamaku malah kemampuanku bernyanyi?
Jangan salah, aku pernah ikut kelompok paduan suara kantor. Itu karena yang mau ikut memang sedikit dan aku (dengan usaha mati-matian dan berlatih keras) mulai bisa mengikuti teman-teman yang lain. Aku belajar dengan mengingat, bukan karena peka sama musiknya. Kalau disuruh solo, nadanya tetap jauh dari apa yang ada di partitur.
Aku suka menyanyi, suka sekali, orang-orang yang tidak suka mendengar aku bernyanyi. Maaf ya, aku suka. Mau bagaimana lagi?
1 note · View note
sisakemaren · 7 years
Text
Untuk Gita
Untuk : Gita
Dari : Biru
“ Jika sepi menyapamu, tengoklah langit utara. ada senyum yang dititipkan disana. Seseorang yang menyimpan rindunya.”
0 notes
dearachet · 7 years
Photo
Tumblr media
Untuk Semut. Entah semut hitam atau merah pokonya semut aja. Semut, kamu sebut dirimu semut tapi kamu ga pernah jelasin kamu semut warna apa. Kamu manusia tampan, tapi kenapa menyebut dirimu semut? Katamu, cintamu padaku diibaratkan seperti seekor semut yang mencintai gula. Kamu sebut aku gula, katamu aku manis. Tapi hey, aku ini gula apa? Gula putih atau gula merah? Entah gula putih entah gula merah, entah kamu semut hitam atau semut merah. Terimakasih pernah jadi teman ngayal paling gila. Kita harus selalu bahagia ya, semut. Janji? :)
0 notes
susyillona-blog · 7 years
Text
Kepada Tuan yang Gemar Sekali Mencela
Tumblr media
Malam ini malam minggu, kalau Tuan masih menghabiskan malam ini sendirian; kita sama. Jadi tak perlulah Tuan mengatakan bahwa saya ini kesepian dan kasihan.
Hari ini hari libur, kalau Tuan hanya berdiam diri di kamar; tidur-bangun-tidur-dan bangun lagi atau sedang jalan-jalan tetapi sendirian; kita sama. Jadi tak perlulah Tuan mengatakan saya butuh piknik agar tak terlalu menyebalkan.
Tuan, kadang-kadang saya ingin bertanya mengapa Tuan gemar sekali mencela saya, apakah menjadi menyebalkan ialah cara Tuan agar selalu saya rindukan?
Tuan, kadang-kadang saya bingung jika saat saya bersedih, Tuan gemar sekali mengatakan saya cengeng. Bukankah seorang lelaki seharusnya mengusap air mata perempuan lalu memeluknya erat-erat? apakah menjadi mengesalkan ialah cara Tuan agar selalu saya butuhkan?
Tuan yang sangat menyebalkan dan mengesalkan, boleh saya mengatakan satu hal? Tuan berhasil membuat saya terus menerka-nerka keisengan apa lagi yang akan Tuan lakukan tiap kali kita sedang bersama, dan itu membahagiakan.
Tuan, saya rindu. Rindu untuk sekedar berbincang hal-hal yang tak penting, kebodohan-kebodohan juga celaan yang ada hentinya. Apa Tuan juga?
Tuan, di kotaku sedang musim jatuh cinta, tak inginkah kau berkunjung lalu memetik satu buahnya untuk kau bawa pulang?
Jakarta, 29 Juli 2017
Surat ke-4 #7harimenulisSuratCinta #NyincingDaster
dalam project menulis bersama @nyincingdaster
10 notes · View notes
hutamidies · 7 years
Text
Hello Again
Kepada kamu yang sudah lama tak jumpa. Hello again.
Rasanya aku hampir lupa gimana rupamu. Gimana rasamu.
Aku bahkan sempet mikir, mungkin aku ga akan pernah ketemu kamu lagi. Ya gimana, kamu susah sih ditemuinnya. Syarat, kondisi, dan keadaannya harus pas, baru kamu mau nongol.
Bertahun-tahun kondisinya gak pernah pas. Aku yang sibuk dengan urusanku, dan kamu yang pergi entah kemana. Jujur sih, aku sempet ga kepikiran juga sama kamu, asyik sama kehidupanku sendiri.
Terakhir ketemu kamu itu..... ah bahkan aku udah lupa deh kapannya. Tapi yang jelas, aku inget kok, kalo ketemu kamu itu gak mungkin gak seneng, dan yang jelas, gak mungkin gak senyum!
Aku kangen sih sama kamu, tapi ya mau gimana lagi? Mungkin emang jalannya begini. Aku udah ikhlas kok kalo gabisa ketemu kamu lagi.
Sampai kemarin kamu datang.  Tiba-tiba.
Gapake pengumuman, gapake pemberitahuan. Whatsapp atau line kek, kan aku bisa siap-siap dulu. Huh.
Tapi yaa, that’s who you are. Munculnya tiba-tiba, terus bikin orang mesem-mesem sendiri. Huh dasar.
Herannya, semua orang tuh seneng kalo ada kamu. Kamu tuh beda dari yang lain. Gak bikin marah, gak bikin keki, gak bikin sedih, tapi gak bikin girang banget juga. Pokoknya, bikin senyum-senyum sendiri!
Terus senyum-senyumnya tuh awet banget, sampe orang-orang tuh tau aku abis ketemu kamu. Seneng banget akhirnya bisa ketemu kamu lagi.
Jangan pergi dulu ya, aku masih mau ketemu kamu.
Duh, jadi ngalor ngidul. Anyway, aku cuma mau bilang,
It was nice feeling you again, and thanks for making me smile.
Dear Butterflies in my tummy.
2 notes · View notes
agrevinna-blog · 7 years
Text
Tak Pernah Sampai
Rasa yang tak pernah sampai, mungkinkah ia usai? Rindu ini kapan selesai? Ketergantunganku padamu harus diapakan biar terurai?
Semua tanyaku mengawang, tak pernah sampai padamu. Aku heran pada Si Bodoh ini. Kenapa dia bisa terpikat pada orang yang nyaris tak ada? Sekali. Kita bertemu hanya sekali, setelah hujan minggu siang di bulan Desember yang kelabu. Tapi hingga kini, Si Bodoh ini masih mengharap sekali saja kau mengingatnya.
Pesan singkat. Hanya itu yang ada di antara kita. Tapi entah kenapa, itu semua membuatku tergila-gila. Bodoh bukan?
Sahabatku bahkan marah padaku, gemas melihat tingkahku.
“He didn’t take you anywhere. He didn’t promise you anything. He didn’t try to get close with your mom. Why can’t you move on?” omelnya.
Huh. Sial. Dia menelanjangi apa yang selama ini aku kulum bulat-bulat. Aku harus apa?
Percayalah. Tak terhitung kali aku berdiri di depan kaca, berbicara pada diri sendiri. Meyakinkan diri betapa tidak berharganya kau. Bahwa sesungguhnya kaulah yang rugi ketika kita tidak bersama. Aku tahu pasti aku tidak jelek. Aku terus merapal mantera agar Si Bodoh ini sadar bahwa dia adalah wanita yang layak. Kau juga bukan satu-satunya lelaki di dunia ini. Aku juga tidak kekurangan teman lelaki sama sekali.
But the heart wants what it wants, doesn’t it? Setelah semua ketidaksopananmu padaku, hati kecil ini tetap berharap padamu.
Dulu, aku berdoa pada Tuhan, bilang bahwa aku menginginkanmu. Minta Dia memudahkan jalan aku dan kamu menjadi kita atau memisahkan aku dan kamu ke dalam dua dunia berbeda sekaligus. Keesokan harinya, kau memberi tahu dunia bahwa kau punya kekasih baru. Jawaban yang sangat lugas dari Dia yang Mahatahu. Kalau aku masih mengharapkanmu, lancang sekali aku mengabaikan Tuhan, bukan?
Saat kau putus dengannya dan mulai cari perhatian lagi di media sosial, aku memutus semua komunikasi denganmu. Sebab aku tahu, aku lemah. Dengan mudahnya aku akan mencari pembenaran apapun untuk kembali menyerah pada pesonamu. Padahal, aku tahu kau tak ada hati untukku.
Kini, kudengar kau punya kekasih baru lagi. Kau punya berbagai cara untuk kembali padaku yang jelas-jelas menginginkanmu, tapi kau memilih bersama yang lain. Jelas, kau tak menginginkanku.
Setelah semua ini, masih saja Si Bodoh ini memupuk rindu. Kau memang tak pernah membawaku ke mana pun. Tak pernah menjanjikan apapun atau mencoba mendekati ibuku. But, i wish you did. I really do.
Aku memang sangat bodoh, tapi tidak cukup bodoh untuk melupakanmu. Tapi, aku yakin aku cukup kuat untuk hidup baik-baik saja tanpa hadirmu. Memangnya kau siapa?
Namun, satu tanya yang terus menggangguku. Kenapa? Kenapa kau datang dalam kehidupanku yang memang sudah kacau ini? Bersikap seolah kau juru selamat yang bisa memberi warna baru dalam kanvas kelabu Si Bodoh ini. Gak sopan.
1 note · View note
agrevinna-blog · 7 years
Text
Terima Kasih, (Pos)Cinta
Hai, PosCinta. Ini kali pertama aku ikut menulis surat cinta dan aku bahagia. Terima kasih buat acara tujuh hari menulis cintanya. Aku jadi semangat menulis lagi, setidaknya tujuh hari ini. Walaupun kadang bingung mau menulis surat untuk siapa lagi, aku tidak punya banyak cinta soalnya. (insert tears here)
Terima kasih juga buat Bosse, Alm. Om Em, yang sudah jadi pelopor acara ini. Kegiatan ini keren banget, Om. Aku memang tidak sempat mengenal Om Em, tapi semangat menebarkan cinta lewat tulisan Om Em juga sudah kena aku nih.
Terima kasih juga buat Teh Iyin, tukang posku yang ajaib. Kadang kalo Teh Iyin kasih kepsyen, ku harus mikir dulu itu plesetannya apa.
Lewat surat-surat cinta ini, ada banyak rasa yang dicoba ungkap dalam kata. Ada banyak luka yang selama ini diperam dibuka paksa dengan harapan ia cukup abadi dalam tulisan saja. Tidak usah tiba-tiba terkuak dan menganga.
Ada banyak cerita yang membuat haru. Ada juga yang membuka mata, menyadarkan kita bahwa dunia ini masih punya banyak pecinta yang saling mencinta (atau tidak pakai saling?). Oase di tengah karut marutnya ujaran kebencian.
Terima kasih, PosCinta. Tetaplah menebarkan cinta dan menyembuhkan luka.
0 notes
agrevinna-blog · 7 years
Text
Rindu
Hai, selamat malam. Memang sih ini sudah pagi, tapi aku belum tidur. Belum dihitung besok kan kalau belum tidur? Mana besok Senin, huft. Aku lagi di kereta malam. Kelas eksekutif sih, dikasih selimut. Aku juga sudah bawa hoodie tebal. Namun memang dasarnya anak pantai, aku tetap tidak bisa tidur karena dinginnya menusuk tulang. Lemah memang. Di saat-saat beginilah, aku merasa sangat merindukanmu. Kehangatan yang kau janjikan seketika melintas di benakku. Tiba-tiba, perasaanku jadi penuh. Aku ingin kamu. Sekarang. Maksudku, di cuaca setidak ramah bagi makhluk berdarah panas sepertiku ini, kuahmu akan sangat membantu. Rempah-rempahmu juga menghangatkan. Apalagi cabemu, oke aku harus berhenti. Membayangkanmu membuat salivaku menumpuk di mulut, untung tidak ke luar. Hai, Mie Aceh Tumis Daging Telur Pedas Tanpa kol. Harusnya aku tidak menulis surat ini untukmu. Sekarang, aku bingung bagaimana memenuhi rindu padamu. Ini dini hari dan aku sedang berada di kereta jarak jauh. Semakin lama aku menulis surat ini, semakin sulit bagiku untuk menahan semua perasaan ini. Mungkin, aku akan berusaha memejamkan mata kembali. Berharap bahwa nanti, aku bisa bertemu kamu di mimpi. Sampai bertemu lagi nanti-nanti.
0 notes
agrevinna-blog · 7 years
Text
Pertemanan Posesip
Hai, De, Muik, Nyong! Pa kabar? ((CIHH)) Apa banget inih. Kaya ga tahu kabar masing-masing ajah. Mau nanya Abrar juga tapi dia mah udah jelas bahagia selama ga tiba-tiba ngajak ketemu saat itu juga.
Sebenernya udah bingung mau nulis buat siapa lagi, tapi terima kasih Ade Tzarina Prisella Purnamasari untuk inspirasinya. Yah, dia bilang sendiri tulis ajah buat dia. Tapi emang gue masih perlu ngejelasin yak, De, perasaan gue ke elo? Nemu di mana lagi kan temen yang bisa diajak ngomong 4 bahasa, Minang, Indonesia, Inggris, ama Korea. Temen yang bisa diajak kabur pura-pura sakit dari sekolah dan ngata-ngatain guru (sekolah gue anak paling bandel aja tiap istirahat sholat dhuha, jadi kabur ke rumah sakit ajah udah bengal banget). Lo yang ikhlas-ikhlas ajah gue bombardir selfie tiap riasan gue lagi kece (Agrevinna anaknya ga pedean dan ngerasa ga ada faedahnya kalo ngepos selfie diri sendiri ke media sosial). Dikata-katain sih, tapi ya udahnya ajah kalo yang ngatain elo mah bodo amat. Rajin-rajin ke Jakarta gih, daftar makanannya masih banyak yang belom dicentang. Buruan kelar koas woy, kata lo mo nikah.
Muik, udah sehat belom? Cimuik mah selalu ada tapi ga pernah di-selalu-ada-in *peluk*. Inget, Muik, masih ada gue kok. I am only one text away. Sebenernya, Amma beliin lo tepung sala buat dimasak pas gue pulang tahun baru kemarin tapi gue lupa mulu bawa. Ntar kalo ketemu ingetin yak.
Nyong, udah nambah berat belom lo hari ini? Diet makan lima kali seharinya jalan ga? Sedih gue liat lo makin hari makin kaya tulang berjalan. Udah ah, Nyong, move on gih. Gue tempo hari dikirimin ini ama Ijet https://youtu.be/1CPaFisDuvE , mungkin bisa buat inspirasi lo. Gue tahu lo tangguh tapi dalemnya rapuh. Tetap bertahan, yak!
“Mau ke mane lo? Ngapain? Ama siapa? Yang waktu itu apa kabar?”
Gitu aja terus percakapan kita. Ga bisa banget kalo ga update soal hidup masing-masing. Apa malah ga rela kalo ada yang ‘maju’ duluan?
Betewe, makasih yak udah tahan sama kelakuan dan kelabilan Agrevinna. Ga tahu kita bisa kaya gini sampe kapan. Tapi sepuluh tahun ini, udah cukup lama buat ngebuktiin ikatan kita (okay, this one is disgusting). Kata rang-orang, kalo persahabatan bertahan lebih dari tujuh tahun, itu bakal bertahan selamanya. Semoga. Amin.
0 notes
sisakemaren · 7 years
Text
Surat Rindu
Hai,
Pagi ini Jakarta hujan lebih deras dari hari sebelumnya. Bajuku sampai basah, tak sampai kuyup tapi cukup membuat kusut. Ah, aku rindu.
“waktu tiada pernah bicara tentang, pertemuan Hingga musim selimuti hatinya tak tertahankan dari kepekatan rindu, igauan mesra yang lalu”
                                                                    -Pagi tadi-Moksa
Lalu jika sudah rindu bagaimana cara meredakannya?
Apakah pertemuan bisa? Semoga.
0 notes
agrevinna-blog · 7 years
Text
Bear with Me, Please?
Hai, ini aku. Lagi. Aku ingin menanyakan hal sama seperti hari-hari sebelumnya meski yakin jawabanmu belum akan berubah. Aku juga tahu kau pasti akan langsung memberi kabar jika kau punya hal baru untuk kuketahui.
Aku masih ingat beberapa hari lalu. Saat aku memintamu untuk bersabar denganku. Kubilang, aku takkan berhenti sampai dapat jawaban yang aku mau.
“Bear with me yak!” kataku.
“Will bear with you.” jawabmu.
Kita bahkan tak bicara soal cinta. Kita tak berdiskusi soal romansa. Tapi entah kenapa, jawabanmu memberiku rasa aman. Seolah, apapun yang kulakukan, kau akan sabar. Bertahan denganku. Senang rasanya ada yang akan berada di sisiku dalam masa sulit menyelesaikan segala kelumit ini. Dan aku tahu pasti, bersama aku bukanlah hal yang mudah. Bersabarlah, bertahanlah.
0 notes
sisakemaren · 7 years
Text
Surat #802
Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga Sampai pada suatu hari Kita lupa untuk apa
-    Sapardi Djoko Damono
Kamu tau aku tidak suka berlari, tapi kamu mengajakku berlari. Lomba estafet katamu kala itu, dimulai dari aku di garis start berlari menggenggam tongkat hingga ujung lintasan, lalu mengedarkannya padamu dan akan kau lanjutkan hingga garis finish. Menyelesaikannya bersama-sama. Waktu itu banyak keraguan, aku tidak pintar berlari. Membayangkannya saja aku malas. Pikirku kenapa aku harus ikut berlari, kenapa tidak kamu saja yang berlari, aku cukup menontonmu di pinggir lintasan sembari menyemangatimu dan membawakan sebotol air minum untukmu. Ah, tapi lomba estafet tidak boleh diikuti seorang diri ya?
Sekarang, setelah berapa waktu berlalu sudah aku bulatkan tekadku. Aku akan mengikuti lomba estafet itu bersamamu. Kita akan bekerja sama hingga garis finish nanti. Kali ini aku benar-benar akan keluar dari zonaku, berlari bersamamu. Hari itu sengaja aku memakai kaos berwarna senada denganmu, menguncir rambutku tinggi sembari mengecangkan pita dikepala aku berdiri di garis start, sekali-kali mengecek apakah tali sepatuku sudah cukup kencang atau belum. Sebelum menuju pergantian lintasan, kau menggenggam tanganku seolah menyalurkan energy positif dan meyakinkan bahwa aku pasti bisa menyelesaiakn bagianku dan menyalurkan tongkat estafet padamu di ujung lintasan itu. Kau tersenyum, mengelus puncak kepalaku. Baru aku tahu, kau memiliki sepasang mata yang teduh.
Aba-aba dari wasit mulai terdengar untuk bersiap, aku pun mulai mengambil posisi start jongkok memandang lurus kedepan sambil menggengam erat tongkat estafet. Peluit dibunyikan, aku mulai berlari sekencang yang aku bisa. Samar – samar aku melihatmu diujung lintasanku, tersenyum dan memamerkan sepasang matamu yang teduh. Aku tersenyum. Kueratkan genggaman tongkatku, aku bisa batinku. Aku pasti sampai diujung lintasan itu, menyalurkan tongkat estafet dan aku percaya hingga di garis finish kamu akan menyelesaikannya.
Hampir di tiga perempat lintasan, aku tidak lagi melihatmu disana. Di ujung lintasanku. Aku mulai gelisah, menajamkan penglihatanku mungkin aku yang salah lihat. Tapi, penglihatanku tidak salah. Tidak ada siapapun disana, di ujung lintasanku. Tidak ada seorang pun yang menungguku untuk menyelesaikan lintasan terakhir hingga garis finish. Aku mulai memelankan lajuku, masih tetap berlari sembari mengedarkan pandanganku mencari keberadaanmu. Tapi nihil, hingga akhirnya tiba di garis finish. Aku menyelesaikan lomba estafet itu sendiri.
Jika pada akhirnya aku menyelesaikan lintasan ini sendiri, lantas apa gunanya usahamu, usaha ku, usaha kita? Atau aku tidak sadar jika lintasan kita berbeda?
0 notes
sisakemaren · 7 years
Text
Pada Suatu Waktu
Untuk Biru, 
 Hai, bagaimana harimu hari ini? Aku kembali menulis surat untukmu, tidak berharap kamu membacanya karena aku cukup tau diri akan waktu terbatasmu itu. 
 Pagi-pagi sekali aku harus mengantar ibuku ke bandara, tempat terakhir kita bertemu. Kamu tau, pesawat yang akan dinaiki ibuku berada di terminal yang sama tempat 30 menit terakhir kebersamaan kita. Rasanya masih sama, sesak.
 Biru, sudah entah berapa lama 30 menit itu berlalu tapi masih lekat dalam ingatan bagaimana kamu menyapaku, baju apa yang kau kenakan waktu itu, dan janji kita untuk pertemuan selanjutnya. Yang mungkin janji itu telah menguap bersama dengan kerinduan-kerinduan yang tak kunjung diredakan. 
Kala itu, kita pernah berangan. Pada suatu waktu kita akan bertemu meredakan rindu di suatu warung kopi, dengan kepul kopi yang baru dihidangkan barista, iringan lagu-lagi banda neira, menceritakan apa saja buku yang selesai aku baca, film yang baru selesai aku tonton, perjalanan dan liburan yang baru saja kamu lakukan. 
 Ah, membayangkannya saja membuatku senyum-senyum sendiri. Eh, tapi aku tidak akan menagih itu sekarang. Aku cukup tau jika kamu sedang diburu waktu menyelesaikan semua persamaan-persamaan itu. Tapi, tak apa kan jika janji akan angan itu masih aku harapkan. Tidak sekarang, mungkin suatu waktu. 
 Semoga. 
 Tertanda. 
G.
0 notes
sisakemaren · 7 years
Text
Yang Pernah Mampir
Halo, apa kabar Tuan? Semoga kamu selalu baik-baik saja ya. Awalnya aku sedikit ragu mau menulis surat untukmu, butuh waktu hampir seharian hingga di 30 menit waktu terakhir aku memutuskan untuk menulis dan meminta kurir cinta mengantarnya. Semoga sampai tepat waktu ya. Terimakasih karena sempat mampir, sempat berkunjung walaupun banyak yang tidak berkenan. Semoga kamu menemukan kebahagian, bukan hanya sekedar mampir tapi juga menetap tinggal.
0 notes
sisakemaren · 7 years
Text
Surat Remeh
Untuk seseorang yang terburu waktu
Hey, apa kabar kamu hari ini? Sudah berapa malam kamu bermain dengan pressure, filtration loss, annulus, Dan BOP? 
Hari ini aku sengaja menulis surat untukmu, bukan untuk bertanya calon gubernur siapa yang kamu dukung? Atau bagaimana menyimulasikan subsea pipeline? Atau bagaimana soal komunitas flat earth? 
Aku cuma ingin menceritakan bagaimana pagiku tadi. Kamu tau, jakarta pagi ini sendu. Mungkin karena rindu. Aku pergi ke kantor sama seperti sebelumnya, masih saja harus berdesakan agar bisa masuk ke gerbong wanita commuter line, dan kali ini abang ojek online pesananku tidak semenyebalkan biasanya. Aku diturunkan tepat disamping pinggir pintu keluar, tidak seperti biasanya yang harus kena omel satpam karena abang ojek memarkirkan motornya tepat di depan gerbang pintu keluar, menghalangi mobil-mobil yang sedang antri keluar. Pagi ini juga aku tidak perlu kena omel boss karena lupa absen atau karena lupa menaruh tas di loker. Ah pagi sendu yang menenangkan. 
Hmmm, pasti kamu berpikir tulisanku ini gak penting ya. Hal remeh gini aja mesti dibicarain. Buang-buang waktu saja. Eh, tapi bukankah terkadang kita butuh hal remeh seperti ini? Aku tidak hanya perlu mendengarkan bagaimana kamu menyelesaikan berbagai persamaan bernoulli, berapa tekanan yang dibutuhkan atau menghitung water cement ratio. Atau bagaimana aku bisa menyelesaikan semua perhitungan hidroulik dan piping simulation. Aku perlu tau bagaimana tempat barumu disana? Apa masakan koki disana enak? Apa tidurmu nyaman? Atau sekedar berapa bintang yang berhasil kau hitung saat malam. Karena jakarta waktu malam tidak bisa lihat banyak bintang. 
Tenang saja, aku tidak meminta waktumu kok. Aku cuma mau menulis surat remeh ini untukmu, entah kamu baca atau tidak. Tapi, taukah kamu kalau aku suka mendengar hal remeh mengenaimu. Semoga ya, kita bisa punya banyak waktu untuk berbagi hal remeh itu. 
 Tertanda, 
G.
0 notes