Tumgik
#Gus Logie
finnickodaair · 2 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
LEE TIGER HALLEY as GUS BELL 1.01 Boy Smells Rat | Boy Swallows Universe (2024)
18 notes · View notes
niasafira · 2 years
Text
Terlahir di keluarga NU, tak lantas membuat hati dan pikiran saya condong ke NU waktu itu. Saat kecil, saya hanya tahu kalau saya ini NU karena subuhan-nya pakai qunut dan tarawihnya duapuluh. Hanya sebatas itu. Tak pernah benar-benar mengerti apa itu NU.
Disamping tetap mengaji kitab ta'lim, safinah dan kawan-kawannya, dulu saat SMA, saya sempat sering membaca buku-buku mereka dari 'golongan lainnya'. Yang saat itu, akhirnya banyak mempengaruhi cara berfikir saya. Berlangsung lama hingga saya kuliah.
Rasanya masih tergambar jelas, saat Kyai Marzuki menerangkan tentang NU dengan begitu antusiasnya. Lalu saat saya tercengang dengan pemandangan 'Antrian salim ala santri' yang tetap ada bahkan hingga di bangku kuliah. Pemandangan yang cukup asing bagi saya yang notabenenya tak pernah mondok sebelumnya.
Lalu, saat pertama kalinya ziarah Wali lima. Saat itu saya berangkat dengan hati setengah. "Buat apa capek ziarah, toh doa dari rumah pun tak ada bedanya. Sampai juga kan katanya?!".
Juga saat presentasi mata kuliah studi fiqh kalau ndak salah. Saya sempat bersungut-sungut membahas "Ber-madzhab itu apa hukumnya? Kalau wajib, wajibnya menurut madzhab siapa?"
Hahaha, saat itu sampai segitu-nya pemikiran saya.
Tapi bukan tanpa alasan Tuhan menakdirkan saya kuliah di sana, kemudian (baru) mondok setelahnya, dan terakhir kemarin mengabdi di pondok atau khidmah istilahnya. Perjalanan saya bertemu orang-orang hebat di mulai dari sana.
Kyai Marzuki, Kyai Chamzawi, Ustadz Sbobah dan dosen-dosen lainnya - saat kuliah. Abah Ibrahim Ammari dengan akhlak sederhana - saat saya mondok selepas kuliah. Gus Amak dan Ning Widad dengan pemikiran-pemikiran plus penyampaian yang selalu keren dan logis-nya - tepat kemarin saat berkhidmah.
Itulah beberapa nama yang berjasa menyadarkan saya, kalau ternyata semua salah-paham saya, SEBAB BELUM TAHU SAJA ILMUNYA. Nilai-nilai dan cara NU berdakwah ternyata begitu indah. Walhasil merubah keraguan-keraguan saya jadi cinta.
Sejak itu, bukan berarti saya berhenti bertanya tentang keraguan dan lain sebagainya. Hanya saja, saat 'momen kritis' itu tiba, ritual saya jadi bertambah, yakni berdo'a,
Ya Allah, Saya hanya belum tahu ilmunya saja kan palingan? Oke, tetap saya lakukan. Tapi tolong pertemukan saya dengan guru yang bisa bikin saya bilang "Oh ini ta ternyata, NU-punya-alasan?!" Pertemukan saya dengan mereka yang membuat saya lega karena begitu 'klik' dengan jawaban yang mereka berikan.
Dan Alhamdulillah Allah juga takdirkan Gus Baha' dan Habib Ja'far jadi terkenal.
Jadi, sejak saat itu, saya bisa dibilang NU secara berdaulat kalau kata Habib Ja'far. Bukan lagi hanya NU warisan.
4 notes · View notes
Note
IM SO SORRY FOR CALLING CEEYARTEE A BITCH. I don’t actually think that I think they are a bitch. Sorry I’m so sorryz.
OF COU RS E YOURE SORR Y. LIA R LIAR L IAR TH EY ALW AYS APO LOGI ZE AF TE R ITS S AID AND DONE. IT S TOO LATE JU ST CR AWL AW AY AL READY.
.. … APO LOGY WASN T TOO BA D THOU GH. I GU ESS
0 notes
nydaafsari · 1 year
Text
Tumblr media
Ini sudah Sabtu lagi. Belakangan ini aku jarang keluar kamar. Kebingunganku semakin melanda. Saat sendiri, entah mengapa pemrosesan nama Rama dan segala kenangannya itu lebih cepat daripada saat aku tengah disibukkan dengan pekerjaanku. Aku terus mencari apa yang kurang dalam diriku. Pun aku terus mencari jawaban dari alasan logis mengapa Rama melakukannya. Ya, tak berselang lama setelah perpisahan kami, Rama dan perempuan itu resmi menjalin hubungan romantis. Sedang aku? Sama seperti aku saat ini, mengurung diriku di kamar dalam kegelapan.
Kamu tahu apa yang aku rasakan? Seperti sampah, dibuang begitu saja. Tak pernah diharapkan untuk kembali. Lantas kamu tahu apa yang aku lakukan? Anehnya, semarah apapun aku kepada Rama, aku masih bersikeras menghubunginya. Memastikan kabarnya baik-baik saja. Ikut memberikan selamat pada kelulusannya. Apa lagi ini kalau bukan cinta? Aku tak pernah sadar sampai detik ini aku baru memahaminya bahwa sebenarnya aku berharap Rama kembali kepadaku. Mengucap maaf dan meminta aku kembali dengannya, karena dia tak bisa hidup tanpaku. Aku ingin dihargai.
Tok tok tok.
“Ya?” jawabku pelan dari dalam kamar.
“Na, makan yuk,” itu suara serak khas milik Resha.
Kubuka kunci kamar dengan lunglai. Kembali duduk di kasur dan Resha mengikutinya. Resha menutup pintu dan menghidupkan lampu baca. Mengambil beberapa buku berserakan di lantai dan merapihkannya. Lalu duduk di sampingku.
“Lo kenapa lagi sih Na?” tanyanya langsung ke inti pembicaraan.
Yang ditanya hanya termenung.
Resha memelukku siang itu. Tangisku pecah.
“Tumpahin aja semuanya Na, nggak papa. Gue bisa terus peluk lo. Gue nggak akan kemana-mana.”
Mendengar kalimat menenangkannya saja membuatku semakin histeris. Dalam tangisku, Resha hanya menepuk punggung dan rambutku. Tak ada satupun kalimat meluncur dari mulutnya, pertanda ia memberikan ruang untukku.
“Sha.. ke-kena-napa Ra-Rama ja-jahat sa-sama gu-gue.”
Resha mengeratkan pelukannya. Tak menimpali satu kalimatpun.
“Kurang apa gue buat dia Sha?” ucapku setengah menjerit.
Tiga puluh menit berlalu dan suara yang tersisa hanyalah deru tangisku. Aku melepaskan pelukan Resha sambil mengusap air mata di kedua pipiku.
“Minum dulu ya Na,” dengan tangkas Resha langsung mengambil botol minumku di nakas.
Resha dengan telaten merawatku. Dia tak pernah menanyaiku satu pertanyaan, tidak juga menghakimiku atas kebebalanku ini.
“Sekarang tarik napas dulu pelan-pelan. Atur napas dulu,” Resha memanduku dengan penuh kesabaran. “Tenang Una sayang. You will be okay.”
Napasku sudah mulai teratur.
“Thanks, ya Sha. Kalo nggak ada lo dua tahun ini, gue nggak bisa jamin masih ada di sini.”
Resha hanya tersenyum simpul.
“That’s what friends are for, Na. Udah lebih tenang?”
Aku mengangguk. Menegak lagi air dalam botol minumku.
“Sekarang coba cerita sama gue. Lo lagi mikir apa sih Na belakangan ini?”
“Gue bingung Sha, sebenernya apa mau gue. Ini udah dua tahun tapi kenapa gue susah banget ngelupain Rama. Padahal Rama udah jahat banget sama gue. Tapi nggak bisa dipungkiri kalo sebenernya gue sayang sama dia, sama mama papanya. Gue terus mikir, sebenernya apa yang jadi kekurangan gue sampe Rama selingkuh dari gue. Dia bahkan gak mau merjuangin gue lagi.”
“Na, lo pernah mikir nggak? Selama kalian pisah, emang Rama mikirin lo? Coba lihat. Apa dia masih care sama lo?”
“Enggak sih Sha.”
“Lalu, apa yang lo harepin dari dia?”
“Ya gue jengkel aja kenapa Rama nggak mau cerita sama gue tiap dia ada masalah. Bawaannya kabur terus. Udah gue bilangin berkali-kali tapi tetep aja gitu. Dan kenapa dia berubahnya setelah udah nggak sama gue? Gue cuman pengen jadi rumahnya dia Sha, gak lebih.”
“Oke, lo pengen jadi tempat nyaman Rama buat cerita. Tapi masalahnya Rama mau nggak ngelakuinnya?”
“Hampir selalu enggak sih Sha. Terus gue salah apa ya Sha? Kenapa susah banget.”
“Aluna, lo mungkin nggak salah, harusnya nggak susah. Lo lagi nggak sama orang yang tepat aja. Percaya sama gue.”
“Terus gue harus gimana Sha? Rasanya pengen ngerengek ke Rama buat ngajakin dia balikan. Tapi responnya kayak ada benteng tinggi antara kami.”
“Na, sekarang gue tanya. Lo butuh pasangan yang kayak gimana sih?”
“Yang mau saling terbuka Sha, yang setia.”
“Terus, menurut lo Rama udah sesuai belom?”
“Hm..” aku bergumam lama. Sulit untuk mengakui bahwa memang Rama tak pernah bisa seterbuka aku padanya.
“See? Lo ragu buat jawab artinya ada keraguan lo ke dia.”
Aku hanya menunduk.
“Na, lihat gue!” Resha menyentuh daguku.
“Lo tahu apa yang Rama lakukan ke lo? Selingkuh, Na. Dimana-mana selingkuh itu gak bisa dibenerin. Kalopun lo emang nyumbang kesalahan, tapi kalo Rama mau merjuangin lo, harusnya dia balik ke lo. Ngapain? Ngobrolin apa yang dia mau. Bukan malah nyari ke cewek lain.”
Kupasang muka cemberut.
“Aluna, lo mungkin ngorbanin enam tahun yang lo kata itu investasi. Tapi lo akan lebih lama hidup sama Rama. Kira-kira lo bisa jamin nggak, kalo dia nggak akan ngulangin kesalahannya di masa depan?”
“Nggak bisa sih Sha. Itu kan ada di kendali dia.”
“Terus, bayangin kalo itu terjadi lagi saat kalian menikah. Gimana kondisi lo saat itu? Baru pertama kali aja lo sering ngurung diri di kamar. Apalagi nanti?”
Rasanya seperti ditusuk tetap di inti jantungku.
“Lo pengen punya suami kayak gitu? Emang itu hubungan yang lo harepin selama ini?”
“Enggak Sha,” aku tertunduk sambil sesenggukan.
“Gue yakin sebenernya lo udah tahu musti ngapain. Gue cuma bisa ngedukung lo. Mau lo sedih, seneng, gue akan ngedukung lo jalan ke impian lo.”
“Iya Sha, makasih banyak ya,” ucapku sambil menariknya dalam pelukanku.
“Siniin ponsel lo.”
“Buat apa Sha?”
“Udah, sini buruan.”
Kuserahkan ponselku tanpa perlawanan. Kulihat Resha sedang memblokir nomor Rama begitu juga semua media sosialnya.
“Na, lo pengen hapus semua chat sama foto kalian kan sejak lama?”
“Kok lo tau sih Sha?”
“Taulah, gue gitu. Calon cenayang hahaha” iya, dia anak psikologi. Pantas saja tahu gerak gerikku.
“Dasar lo! Hm… Ini udah waktunya ya Sha?” tanyaku ragu.
Yang ditanya hanya mengangguk mantap. “Gue temenin. Lagian lo mau sampe kapan sih meratapi nasib kayak begini? C’mon, mulai hidup baru Na.”
“Capek sih Sha gini terus. Kayak gak punya hidup baru rasanya.”
Kupandangi layar ponselku. “Oke, I’ll do it!”
Hanya butuh lima belas menit untuk menghapus semua kenangan indah bersama Rama. Tapi kuyakin tak semudah itu menghapusnya dalam ingatanku. Memangnya aku bisa melupakan orang ini?
“Yeyy! Selamat! Lo udah bebas dari jeratan masa lalu! Sekarang lo mau apa?” tantangnya. Agaknya Resha paham bahwa aku menyukai tantangan baru dalam hidupku.
“Hm, gue sebenernya udah kepikiran sih Sha, gue mau ngapain. Bener sih kata lo, deep down gue udah punya solusinya, tapi ragu aja ngelakuin.”
“So?”
“Gue pengen ke Bali Sha. Sendirian. Gue pengen ngabisin cuti akhir tahun gue bulan depan.”
“Go ahead Na! Bakal jadi perjalanan yang nyenengin selama lo bener-bener pengen ngelakuinnya. Inget Na, perjalanan menemukan pasangan itu sejatinya dimulai dari perjalanan menemukan diri lo sendiri. Aseeekk~”
Hanya gelak tawa yang tersisa di ruangan itu. Hatiku lega. Aku tahu apa yang harus kulakukan.
---
Di sini lah aku kini, memandang lautan sunyi dan jingga merona matahari tenggelam. Tepat satu bulan setelah pertengkaran batinku selesai. Apakah sudah benar-benar selesai? Jawabannya tentu tidak. Ada masa dimana hari-hariku teramat ringan untuk dijalani. Bertemu dengan banyak orang, membicarakan segala hal dengan mudah, menyantap kudapan yang kusuka, membaca novel sepuas yang kumau, dan kembali ke rumah untuk lebih dekat dengan ibu bapak.
Namun ada malam yang rasanya panjang sekali. Penuh sesak. Mimpi buruk tak berhenti silih berganti. Peluh keringat sudah jadi teman baikku setiap malamnya. Kantung mata juga ikut bergabung menjadi sahabatku. Pikiran-pikiran negatif tak mau berhenti saat aku begitu ingin terlelap. Mempertanyakan banyak hal yang ada di masa depan. Juga menyesali banyak hal di masa lampau.
“Perjalanan bertumbuh dari luka, tak pernah terasa mudah. Kadang naik, kadang memang harus turun. Supaya kamu memahami bahwa proses ini sulit dan lebih menghargai dirimu sendiri. Karena itu yang kau miliki satu-satunya. You are worthy, you are special, and you deserve happiness. Just remember it!”
Paling tidak itu adalah rentetan kalimat yang terus kuingat hingga kini. Kalimat menenangkan dari sebuah papan iklan di tepi jalan. Sedang menyuarakan kampanye self-love dan pentingnya mencari pertolongan professional. Aku jadi bisa memahami kalimat itu karena aku turut merasakannya sendiri.
Alih-alih memilih untuk mencari pengganti Rama, kupilih diriku sendiri. Kali ini, aku ingin memenangkannya. Sekalipun kadang rasanya sepi, ingin menyerah, namun aku tahu ini untuk diriku sendiri. Maka aku tak ingin menyerah begitu saja. Kamu pikir saat sendiri, aku tidak rindu Rama? Ah sudah ribuan kali aku merindukannya. Tapi belakangan aku bertanya kepada diriku. Apa yang sebetulnya aku rindukan dari Rama? Figurnya kah? Kebiasaannya kah? Atau apa? Ternyata jawabannya adalah kebiasaannya. Sekarang, bahkan sejak dua tahun lalu kami berpisah, aku masih merindukan kebiasaan kami. Kosong rasanya tanpa Rama.
Tenang Aluna. Kamu hanya belum terbiasa menghabiskan waktu dengan dirimu sendiri.
Afirmasi itu yang kutulis pada jurnal bersambul tulip sore itu. Ya, aku mulai menulis lagi, menulis banyak hal. Masa lalu, masa depan, apapun yang ada dalam kepalaku. Aku menulis bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri. Aku juga mulai menulis apa saja kesalahanku saat bersama Rama, apa yang perlu kuperbaiki, dan apa yang perlu kupertahankan. Begitu pula aku merumuskan figur pasangan seperti apa yang aku butuhkan. Agar aku bisa mencapai impianku, menjadi ‘rumah’ ternyaman dan teraman bagi pasanganku kelak.
Entah ini akan butuh waktu berapa lama, tapi satu hal yang kuyakini sejak keputusan ini kuambil. Aku tahu ini baik untuk diriku. Teruntuk aku yang dulu, memaafkannya. Teruntuk aku saat ini, memperjuangkannya. Serta teruntuk aku di masa depan, tak memadamkan impiannya.
Sendiri, bukan berarti aku kalah. Aku sedang memenangkan diriku atas segala hal lainnya. Paling tidak itu yang terbaik saat ini, sampai aku merasa benar-benar siap bersama orang lain. Toh aku juga sedang bergerak. Karena aku tak pernah percaya bahwa waktu akan menyembuhkan luka tanpa aku mengupayakan yang terbaik yang kumampu.
Hai Rama, mari berjalan bersama untuk diriku yang akan mekar suatu hari nanti. Terima kasih sudah hadir. Berkatmu, aku mendewasa.
Salam hangat, Aluna.
0 notes
newscountryindia · 4 years
Text
Cricket West Indies invites fresh applications for women's head coach role
Cricket West Indies invites fresh applications for women’s head coach role
[ad_1]
Cricket West Indies (CWI) has revealed that it has begun the process within the Caribbean to recruit new head coach for the national side’s women team.
“Developing Women’s cricket through the region is a vital part of the CWI strategic plan, and this role remains pivotal as the West Indies Women’s team performances are an inspiration to the next generation of female cricketers across the…
View On WordPress
0 notes
scotianostra · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Logie Parish Church.
One of the most interesting graves in the first cemetery I visited yesterday was this one.
It reads at the top "FEITHAD GU FAILTE  CHOIR MO CHRAID"  a rough translation is  "waiting for the welcome of my heart"
  That is the only gaelic on the stone, the grave of 
"Maude Beloved Wife of Archibald Alexander Gordon Jessamine Bridge of Allan who died there 13th July 1929
I thank my God of every remembrance of you. Archibald Alexander Gordon who died 9th August 1949 so he bringeth them unto their desired haven
26 notes · View notes
farizhadi · 3 years
Text
Tulisan ramadhan : hari 15/ Ustadz tanda tanya
Memang dalam keseharian, aku di panggil seorang ustadz. Maklum saja, aku mengajarkan membaca Al quran bagi anak anak Sekolah Menengah Pertama. Secara etimologi ustadz itu berasal dari bahasa Arab, yang artinya guru. Tapi di indonesia sendiri kata ustadz, telah terjadi pengembangan makna. Dari yang awalnya guru, menjadi seorang bijak nan soleh, berpengetahuan luas tentang agama, seorang yang sangat di hormati, dan mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan.
Jika pemberian makna ustadz adalah yang kedua. Dan itu disematkan kepada diriku, maka panggilan ustadz kepada diriku, merupakan sebuah hoax yang besar, sebuah kemunafikan, dan sebuah kebohongan publik. Otomatis jika itu sebuah penipuan, maka murka Allah dengan mudah di undang kepada diriku.
Aku hanya anak yang baru saja, lulus dari sebuah pesantren kemarin sore. Keilmuan ku tidak mumpuni, dari segi ilmu apapun itu. Kebiasaan ku hanya mencomot comot sedikit ilmu. Sehingga arah ku terkadang di anggap kurang jelas. Menjadi ulama ya tidak cocok, pasalnya akhlak ku kurang baik. Menjadi seorang karyawan ya tidak cocok juga, menjadi seorang ilmuan apalagi. Akhirnya aku terombang ambing dalam kehidupan dunia. Hidupku hanya mencari dan mencari. Sampai pada suatu titik aku menemukan moment yang tepat dan situasi yang tepat.
Jika ada orangtua murid memanggil diriku ustadz, akal mulai kembali disibukkan oleh pertanyaan. Apa yang di maksud orangtua ini, dengan memanggil ku ustadz. Ia memanggil aku sebagai seorang guru, atau sebagai orang yang bijak ? Akhirnya aku menjadi tidak fokus ketika berbicara dengan seseorang, ketika aku dipanggil ustadz.
Sampai aku pernah berpikir, untuk berhenti mengajarkan Al quran, hanya karena aku dipanggil ustadz. Aku menemukan diriku pada titik kesadaran, bahwa aku memang jauh dari Allah, ilmu ilmu untuk menyampaikan ayat Allah masih tidak mumpuni. Ayat yang aku maksud di sini, bukan hanya ayat yang kontekstual, tapi termasuk dengan ayat ayat yang non kontekstual. Jika abu bakar berdakwah dengan kelemah lembutan nya dan umar dengan ketegasan nya. Maka aku, aku masih bingung berdakwah dengan apa ? logis matematika ku tergolong rendah, ucapanku kurang fasih, dan sikapku tidak mencermikan seorang yang mempunyai peringai yang baik.
Aku masih mempertanyakan, ustadz macam apa aku ini, jika memang benar orang orang memanggil aku ustadz. Terkadang aku mempunyai sebuah keinginan, untuk bisa percaya diri seperti ustadz ustadz kondang yang ada. Yang berbicara dengan lancar, yang dengan mudahnya memaparkan ayat ayat tuhan. Tidak perlu hafal Al quran, hafal hadist, memahami tafsir atau ahli dalam mustalahul hadist, para ustadz ustadz itu dengan gagah dan mudahnya, memberikan fatwa fatwa. Aku bertanya kepada diriku sendiri “Apakah aku harus seperti mereka ?” walau diriku juga menjawab “Untuk apa ?” ketika diriku menjawab pertanyaan awalku, dengan pertanyaan lagi, aku malah kebingungan.
Hal yang paling dasar dan paling aku takut kan, adalah kemarahan Allah atas diriku. Aku takut ketika Allah memberikan cap kaburamaktan ‘indallah antaquluu ma la taf’aluun ( sangatlah dibenci di sisi Allah, jika kamu mengatakan apa apa yang kamu tidak kerjakan) kepadaku. Dalam berbicara aku harus mulai menimbang nimbang, apakah itu sesuai dengan apa yang aku kerjakan atau tidak.
Di dalam dunia maya, aku perhatikan sudah mulai muncul ustadz ustadz baru. Ustadz di sini dalam artian pertama dan kedua. Guru juga iya, orang yang bijak juga iya, sepertinya. Karena dalam kehidupannya, dunia maya di jejali orang yang saling guru menggurui. Saling memberikan fatwa satu sama lain. Bahkan saling membaca raport diri satu sama lain. Lebih parahnya lagi, setelah membaca raport orang lain, raport itu dibacakan ke khalayak. Entah apa tujuannya, memberi tahu kesalahan orang lain, atau memang mencari pendukung pendukung dengan menjatuhkan orang lain. Yang aku rasakan, memang itu sedikit meresahkan. Maka memang ada benarnya kata Gus dur, bahwa beberapa tahun ke depan akan bermunculan ustadz ustadz dadakan. Dan itu perlahan lahan terbukti. Jangan kan ustadz, di dunia maya pun telah tercipta setan setan yang bergentayangan. Yang kerjanya membisik bisik manusia, mengajak, bahkan menyelewengkan manusia dari yang baik. Maka tidak heran komen netizen, bisa menyakitkan hati kita, tapi wujud makhluk yang memberi komen tadi tidak terlihat dan tidak ketahui.
Kembali kepada diriku. Lantas siapa diriku ini ? Apakah aku benar benar ustadz yang seperti orang lain anggap, atau ustadz ini hanya panggilan kultural saja, yang menandakan seorang guru ngaji. Jika memang panggilan ustadz ini, sebagai panggilan kultural saja. Setidaknya aku bisa bernafas lega, artinya pertanggung jawaban diriku terhadap Tuhan, hanya sebatas pengajaran saja. Karena aku sendiri tidak berani, untuk melangkah lebih jauh, menuju ustadz dengan artian orang ‘alim, bijak, dan mempunyai kedekatan dengan Tuhan. Itu semua tidak aku lakukan, maka jauhlah aku dari ustadz dengan makna itu. Biarkan orang lain saja, yang berani dan percaya diri menjadi ustadz dengan artian orang ‘Alim, bijak, dan mempunyai kedekatan dengan Tuhan. Dan aku relakan orang lain saja, yang berani dan percaya diri memberikan fatwa fatwa dan hukum hukum terhadap sesuatu. Dan aku biar menjadi ustadz tanda tanya saja. Yang selalu bertanya terhadap sesuatu.
1 note · View note
ambrose-d · 5 years
Text
We’re all having fun here!
Words: 3181
Murder Mystery human au!
Don’t look in the tags if you don't want to be spoiled for who the murder is!
“So...it was you..?...”His voice broke as he said it, emotion and heartbreak bleeding through his words.
“Mhm!  But don’t you worry, you’ll meet them again soon enough!” As he said that...
He lunged.
~~
It was Roman’s idea to go to an abandoned amusement park.  Roman Prince was 21 years old, and was full of idiocy.  He had green eyes and tan skin, along with dark blonde hair.  He always wore a white shirt with white jeans and a red ascot tie, you know, like a cartoon character.  He was the perfect boy, being athletic, pretty, and having an angelic singing voice.  Girls flocked to him like moths to a flame.  Except Roman wasn’t a fan of any of them.  He just wanted to be an actor in Broadway, being famous for his acting and singing, not his appearance. Roman had a twin.  The twin’s name was Remus Duke, as their parents wanted to give them different last names.  Remus was less than a cute baby, and they hadn’t wanted their perfect, cute child to seem related to Remus.  Remus was able to grow a mustache, purely to annoy Roman.  Remus had green eyes and super pale skin, sometimes wearing toxic green tight tube tops and very short shorts.  That is what he was wearing right now.  Remus had dark blonde hair as well, but had dyed a streak of it in the front gray.  Objectively, he was an on-fire garbage can.  Figuratively, of course.  Remus was very much alive and not on fire.  He was all for going to the theme park, thinking that he could do all kinds of stupid and gross stuff. Speaking of big words such as objectively and figuratively, the only person in the group that actually comprehended how much of an idiotic idea it was to go to the park.  Logan Croft was his name, and he was 22 years old.  He had ultramarine blue eyes and black, slicked-back hair.  He wore a black polo and a blue tie.  In addition to that, he wore square glasses and khakis. He was kind of stuck up and knew more words than you could even imagine.   Logan was also best friends, though he begged to differ, with a man named Patton Hart.  Patton was a bubbly kind of guy and was 20 years old.  He wore circle glasses and a light blue polo shirt with a gray cardigan wrapped around his shoulders, in addition to jeans.  He had light blue eyes and curly light blond hair.  He was the innocent type, the kind of person people want to protect.  Everyone liked him, even people who usually hated everyone. Emile Picani was the innocent type as well, in the same way.  Emile was 23 years old and was studying to become a therapist.  He was already very empathetic, so it was easy.  He wore a beige cardigan and a baby blue tie.   Joan Marco and Talyn Blattea were almost inseparable. Joan was 21 years old and wore an orange beanie, a t-shirt, and jeans.  Talyn was 20 years old and wore a sweatshirt tucked into some jeans.  They both were in love with each other, though would never admit it.
Damien Mendax was a pathological liar.  The left side of his face was burned and scarred, making him blind in his left eye.  This was caused by a house fire, and he went back inside to get his pet snake.  Damien wore a long sleeve, black shirt, and long black jeans. As the eight entered the park, Logan was looking very unimpressed by this whole thing.  As it was stated, Logan was very stuck up and serious, so it was no wonder that he was not enjoying this trip.  It was Roman that noticed it first. “What’s gotten on your mind in a freak, Bill Nye the Science Guy?” Roman asked, taking a break from spinning Patton so he could talk to Logan in clarity.  Also, something else about Roman’s character.  He can and will call the others nicknames that he thought of.  The others don’t mind, so Roman continued to do it. “Oh, I am just contemplating how much it is an injudicious proposition it was to do this,” Logan said dryly.   “In English!  You know I don’t understand the big, fancy words you use,” Roman complained. “I was thinking about how much of a stupid idea it was do come here,” Logan corrected. “Well, I think it’s a great place to be!  It’s fun and we’ll be able to explore what was once here!  Don’t you like looking around old places, Logie Bear?”Patton chimed in, making a sour face.  As he said that, a single magpie flying above them and cawing.  “Ooooooo, that’s a pretty bird!!”He exclaimed as he pointed at the Pica Pica. Logan sighed at how scatterbrained Patton was.  He looked up at the bird, deciding to just go with it.  “Ah, yes, a Eurasian magpie.  It is a lovely bird.  Very intelligent, too.”As he said that, the gates of the amusement park swung open.  That was because Remus pushed them open.  Logan simply rolled his eyes.  Only Remus could be that immature, wanting to be the first person to be inside the theme park.   “Oooo!!  It looks super duper spooky in there!!”Remus exclaimed, grinning.  Remus was very immature, “Remus, if you want to explore it, go ahead and explore it,” Damien said.  Damien spent the most time with Remus, so he was used to Remus’s immaturity.  It did get tiring after a while, so when he got annoyed with it, he’d just send him off to annoy Roman or Logan.  The task was easy enough, and Remus loved to annoy them both, separately or together.  Remus went inside the theme park, a huge grin on his face.  Damien and Logan simply sighed. “Let’s go inside, alright?”Talyn asked Joan, who they had been walking with and was trailing behind the rest of the group. “Which ride do you want to try and ride first?  The rides may still work, by some miracle luck.” Joan thought for a couple moments.  “The rollercoaster seems fun,” They said, shrugging.  “I always like the rollercoaster.  It is so exciting and fun.” As they said that, Patton looked at the two of them.  “Joan, could I talk to you for a bit?  And Talyn, you can’t listen to this, sorry.” Talyn and Joan looked very confused by this, but they both nodded.  “Thanks!” Talyn caught up with the group, still looking confused. “Do you guys know if Patton has any beef with Joan?  He wanted to speak with them privately...Emile, do you know anything?  You’re a therapist, so maybe you could’ve seen something?”Talyn asked, looking at Emile.  Emile simply shook his head. “No, I didn’t notice anything.  Sorry.  Maybe Joan borrowed some money and never returned it?”Emile suggested, shrugging.  He honestly did not know of anything happening, thinking innocently about it. Logan pursed his lips before saying, “It is most likely something personal, so I suggest that we do not question it anymore.  At any rate, shall we explore the park more?  Perhaps the rides and the park still have electricity going through the wires, but it hadn’t been turned on.” “Joan said that they wanted to go on the rollercoaster, so why don’t we find it and wait for Patton and Joan on the coaster?’ asked Talyn.  They all nodded, setting off to find the rollercoaster.  They found it after a while, boarding on to the cart.  They waited a couple minutes for the two before the park sparked to life like the night sky on the Fourth Of July, lights turning on all around them. “Ah, it appears I was right.  But that would mean that the roller coASTER-” Logan began to say before being cut off with the coaster turning on and starting to move. “Put on your safety measures, everyone!!”He yelled, clearly panicking at the rollercoaster turning on by itself.  Who wouldn’t, though?  The rollercoaster hiked up a hill before going steady on a level surface.  The people in the front, Roman and Logan, saw something in the middle of the tracks...or should I say..someone.
It was Joan, tied up and hopefully unconscious.  The roller coaster was going to run straight through them.
The scene seemed to go in slow motion, Logan and Roman trying to stop the cart and failing while the others looked so very very confused.  The sickening crunch of bones and the gushing of blood, freely flowing from the now open wounds.  The sounds of Joan’s death were so loud, even against the sound of the coaster.  It was screaming from Joan, probably instinctually.  Talyn was the third person to realize what had happened, just after Logan and Roman.  Talyn was sobbing, and the others realized like a domino effect.  First Emile, then Damien, and finally Remus.  It was not a pretty sight, them all coming to the understanding that their friend was dead. The ride was silent except for the sound of the ride and Talyn crying.  They all got off the ride and tried to comfort Talyn, though it was very hard because Talyn’s closest friend just got run over by a roller coaster.  Death wasn’t really something that you could fix, especially like that.  If you had a heart attack or something along those lines, fine.  But not like that. Just as they were comforting the person, Patton came strolling up like nothing.  “Hey, kiddos!  What’re you all doing?  Talyn, why are you crying?  What happened?”Patton asked, cocking his head to the side innocently. “Jo-Joan’s DEA-DEAD!!”Talyn howled out, burying their face in Roman’s shoulder.  Roman ran his fingers through their hair to potentially comfort them. “That’s horrible!  I was just talking to them, and I said that I would be right back, and when I came back, they were gone!  I guess I know where they went to!”Patton said, his grin turning to a frown. “Logically, we should contact the police and get out of here.  If someone killed Joan, they have the potential to kill other people,” Logan said.  Damien took out his phone and tried to dial 911.  He waited for an answer from authorities, though it never came.   “It appears that we cannot reach the internet, which means that whoever the killer is most likely made it so there is no internet in this area,” Logan conspired, shrugging a bit.  Talyn sniffled, pulling away from Roman. “Tha-Thanks, gu-guys..I-I’m gon-gonna g-go wa-walk arou-around to tr-try a-an’ cle-clear my he-head,” Talyn stuttered out, shuffling away from the others and towards the game section.  The others decided to head their separate ways for the time being.
After a bit, Remus was just going around, seeing if anything was in the claw machines.  He saw something large in one of them, so he walked over to that claw machine.  What was in that machine chilled him to the bones, something that made him scream.
It was Talyn’s head.
Almost immediately, the others came running.  They all looked worried and panicked, Damien and Logan appearing to already know that another murder took place.  Why else would Remus of all people scream at something that wasn’t major?  Once they were all there, it was dead silent.  Patton covered his mouth, Roman felt tears going down his cheeks, and Emile sobbed silently.  Logan and Damien remained stoic, but you could see the despair in their eyes.  You could see the despair in their expressions.   Pairs, they had decided.  Pairs of people to explore.  Logan and Patton, Damien and Remus, and finally Roman and Emile. Logan and Patton went around to the kiddie games and rides, much to Logan’s displeasement and Patton’s enjoyment.  Patton was humming a joyful tune as they walked, Patton keeping Logan’s hand in his own.  Logan kept his face stoic and emotionless as always, pushing up his glasses with his free hand. Suddenly, Patton released Logan’s hand and pointed in the direction of a ride.  “Imma go over there and see if that still works!  Stay here, Lolo!”Patton said, skipping over to the ride. “That defeats the purpose of pairs- okay he can’t hear me.  I minus well stay here,” grumbled Logan, looking forward and not at the ride. Suddenly, someone pushed him from behind, his glasses coming off in the struggle.  The person stepped on the glasses as the two moved, and his attacker pushing his head down.  They were right in front of a rubber duck pond, where little children played games to try and win prizes.  He struggled to breathe, though the person kept his head pushed under the water.  The world started to spin as he was forced to inhale the murky water.  He didn’t know how long he was under the water, but it was about a minute from what he remembered from his books.  His books didn’t matter anymore, he was drowning.  After the minute was up, the world faded to black... A scream rang out through the park.  Everyone came running like it was Black Friday and there was a really important and really good sale.  They all showed up to see Patton looking terrified, standing at the exit of a kiddie ride, pointing at the rubber ducky pond.  Bent over the pond was Logan, deathly still.  His glasses were about a foot away, shattered like they were garbage.   “I wa-was jus-just goi-going o-on th-the rid-ride bu-but h-he did-didn’t wan-want t-to g-go o-on th-the ri-ride s-so h-he wai-waited ou-out her-here an-and no-now he-he’s de-dead!”Patton babbled. Roman went over to comfort the man.  “Shh...It’s alright, Padre.  It isn’t your fault..it’s okay,” The twin said, soothing Patton’s hair. “Bu-But i-it i-is m-my fau-fault..!  I-If I-I had-hadn’t go-gone o-on th-the ri-ride..h-he’d b-be he-here no-now!”Patton sobbed out, clutching Roman’s shirt. So now they had two groups, Roman and Patton, then Emile, Remus, and Damien.  Damien would switch groups so each group had three members for equal amounts of time.  But, in the present moment, Roman and Patton were walking around the game section, looking for something to play.  If the rides still worked, maybe the games still worked.  They came across a high striker game, commonly known as the strong man game.   “Do you think I can hit the bell?”Roman asked as he picked up the mallet, or, well, tried to.  The mallet wasn’t there.  Roman turned around to see the hammer swinging straight for his head.  
Damien was walking around the game section, humming.  He was looking for Roman and Patton so he could join their group and make it equal.  Despite the situation they were in, it was peaceful.  He was enjoying this peace. No one to disturb him..oh..oh no.  He looked at a strong man game, seeing Roman, bleeding from his head and thrown over the lever like the dead man was the mallet.  From the bloody mallet beside Roman, it was safe to assume that the hammer was the murder weapon.  He could never, ever tell Remus this.  He did question where Patton was, though that wasn’t his biggest concern.
Damien walked back to his group, ushering Emile away from Remus.  “Roman is dead,” Damien whispered, making sure that Remus could not hear him.  Emile’s face turn from bright and bubbly to terrified. “You-You’ve got to be joking..?  Please tell me you’re joking,” Emile asked quietly, utterly petrified for his and the other’s safety.  Damien simply shook his head. “I wish I was joking...You go with Patton, I’ll go with Remus,” Damien suggested, receiving a nod from Emile as a response.  He turned back around to Remus.  “Alright, you’re going to explore with me and Emile will explore with Patton,” He explained.  Remus nodded. Damien and Remus set off to explore the food shacks, coming across one for fries and pizza. “Ten bucks that I’ll eat a slice of pizza!”Remus giggled as he said that.  Damien just looked tired, pulling out a ten-dollar bill and nodding. “Go for it, buddy,” Damien said with so much enthusiasm that it should’ve belonged to a dead man. Remus was idiotic.  That was very apparent based on the fact that he was eating God knows how old pizza for $10.  Remus ate the whole pizza and Damien gave him his ten dollars.  However, almost immediately after, Remus lost consciousness.  Damien caught him and checked for a heartbeat.  
There was no pulse against his hand.   Damien freaked out.  Remus, too?  Why Remus?  Remus already suffered from dumbass-ery, so why exaggerate that fact by doing something to the food?  Who knew that Remus was going to actually eat the food?  It had to be the murder. Damien felt hot tears start to leak down the sides of his face.  Remus was the only one that would actually give him a chance.  Someone had to take that away, but why?  What did the murderer have against them?  The man let Remus fall out of his arms, standing up.  He wiped his tears away and went to go find Patton and Emile. Once he had found them, they were just preparing to get on a drop tower. “Why don’t you join us?”Asked Patton, offering Damien a seat right next to him. Damien agreed.  How bad could it be?  As they all boarded the drop tower, his seat wouldn’t lock.  Before he could change seats, the ride suddenly shot up, leaving him glued to his seat because of gravity.  Once they reached the top, he panicked.  The only reason he was still on this was because gravity was working.  The ride let itself free fall, basically pushing Damien off of it.  Damien’s body hit the ground with a splat. Once the ride had finished, Emile got off immediately and went to go check on Damien.  Damien, of course, was very much dead.  Emile stood up and looked at Patton with terror in his eyes.
“So...it was you..?...”Emile’s voice broke as he asked it, emotion and heartbreak bleeding through his words.
“Mhm!  But don’t you worry, you see the others again soon enough!” As Patton said that, he pulled out a broken off carousel pole.  There were jagged and rough edges, perfect for murder.
Patton lunged at Emile, the pole right in front of him.
Patton was faster than Emile, because of course he was.  Patton was almost immediately in front of Emile, holding the jagged pole to his neck. “Say hi to Roman for me, he was always my favorite!”Patton chirped before running the sharp part of the broken off pole against Emile’s neck, blood filling the therapist’s throat and mouth.  “Sorry ‘bout that Emile, it was necessary!” Patton let Emile’s limp body fall to the ground as he walked away.
Patton was gone, leaving behind all his past friends that had passed on.  He couldn’t say he was sorry, either.  
10 notes · View notes
screenhilarbees · 5 years
Photo
Tumblr media
screenhilarbees master post
~ my main blog * gif reblogs * gifs made by me * my art blog ~
I decided to make a master post listing / linking to all of my screencap posts so I don’t have to continually edit my posts to keep them up-to-date. Instead I can just edit this one! I’ve also put “rules” and request information. The list is below, read on my friend~
I will periodically reblog this until I find an easier way to work a featured post.
The “rules” are here, which are simply these: 
If you want to use my screens for anything go right ahead and do it! No problem, I don’t mind. If you would like to link back here, then this post or my tumblr url are just fine. 
I’m not going to beg, but please don’t claim my screens as your own. I spend more time than I should editing them, and more often than not I do not place a watermark, because if people want to use them for graphics, then I’d like them to be able to. 
If you come across one you want to use and are wondering if tumblr messed with the quality, then just message me and I’ll let you know if I have any better quality versions on my PC, which I would be happy to send to you via your preferred method, given I have the ability to do so.
If you have any suggestions or requests, drop me a line anytime at all! I’d be happy to do what I can!
I do this at my leisure. There is no schedule. I have some mental health issues going on and when things get tough, I usually completely vanish from social media. I also jump between focusing on gifs or art. But I enjoy doing these and I will try to post a photo set a day when I’m active, if I can get them edited in time. I do have a life, after all. Well, sort of.
Lists of Screencaps
Sailor Moon Classic:
Episode 001: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4
Episode 002: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4
Episode 003: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4
Episode 004: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Extras
Episode 005: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6 - Part 7
Episode 006: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6
Episode 007: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6 - Part 7 - Part 8 - Extra 1 - Extra 2
Episode 008: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6 - Extra 1 - Extra 2
Episode 009: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6
Episode 010: Part 1 - Part 2 - Part 3 - Part 4 - Part 5 - Part 6
Either once I’ve finished Sailor Moon Classic or once I’ve finished the first half (if I feel like taking a break from Sailor Moon... which I probably won’t >u<), then I’ll be working on Yoroiden Samurai Troopers / Ronin Warriors. One Piece is the reason I’m still alive (quite possibly), so I tend to take breaks and re-watch One Piece when I’m feeling down, so I will probably throw up some caps of that from time to time if I feel up to it. Here’s a sampling of what I have available to cap for those of you looking to make requests (this is just what’s immediately available on my PC, I have sooo much more on DVD/BD):
Cardcaptor Sakura: Clear Card-hen 1-22
Digimon Savers Movie: Ultimate Power! Activate Burst Mode!!
One Piece - the entirety of this show, I usually stay up-to-date getting the new episodes... aaaand most of the movies, I’m missing some of the newer ones
Pokemon - several of the movies... I haven’t watched pokemon movies in ages, these are my husband’s. If you are curious, you’ll have to ask because I’m too lazy to list them.
Sailor Moon Crystal: Season 1 Episodes 1-9 (I’m not really sure what happened to the rest of this show, because I know I had it)
Digimon Adventure tri 1-26 or 1-6, depending on how you look at it
Tonari no Kaibutsu-kun / My Little Monster
Magi: The Labyrinth of Magic: Season 1 (used to have S2 hanging around somewhere as well... hmm)
Pokemon Origins
Atelier Escha & Logy: Alchemists of the Dusk Sky
Black★Rock Shooter: The anime series, not the movie. Although, wait, no, wait--I DO have the movie! Much less beheading!
.hack//GU trilogy: uuuhh i have this for some reason...??
Love Live! Sunshine!!
Bokura Ga Ita / We Were There
Blade and Soul - I got this recently, I have no idea what this even is.
Flip Flappers - I also don’t have any idea what this is... >_>
Fruits Basket 2019: Episode 1 - Current
Paradise Kiss
Red Data Girl
Telepathy Shoujo Ran / The Telepathy Girl Ran
The iDOLM@STER
Space Pirate Captain Harlock: The 2013 CGI Film
Ouran High School Host Club
Hyouka (this is my favorite anime ever fyi)
Free!
Kuragehime / Princess Jellyfish
Super Seisyun Brothers
Naruto Shippuden Movie 6: Road to Ninja
Sailor Moon Classic
Sailor Moon R
Sailor Moon S
Sailor Moon SuperS
Sailor Moon Stars
I have lots and lots that’s just not immediately available on my PC, as well, like most of Naruto, Tsubasa Chronicle, Dragon Ball, Dragon Ball Z, Bleach, so much Studio Ghibli, Marvel movies, DC movies (animated!), Batman and Superman the Animated Series, other Batman cartoons, TMNT (the previous Nick cartoon), Cowboy Bebop, Samurai Champloo, Samurai Jack, Star Wars everything, Avatar: The Last Airbender, The Legend of Korra, like... all Disney Movies, even Disney Fairies, and that’s not even really scratching the surface. I have so much crap it’s not even funny. Someone stop me and save my money from this addiction TTATT~~ At this time, I won’t be taking any requests for the stuff that’s not on my PC, but I will let you know when I’m ready to!!
9 notes · View notes
axis24x7 · 4 years
Text
Cricket West Indies invites fresh applications for women's head coach role
Cricket West Indies invites fresh applications for women’s head coach role
Cricket West Indies (CWI) has revealed that it has begun the process within the Caribbean to recruit new head coach for the national side’s women team.
“Developing Women’s cricket through the region is a vital part of the CWI strategic plan, and this role remains pivotal as the West Indies Women’s team performances are an inspiration to the next generation of female cricketers across the…
View On WordPress
0 notes
444names · 2 years
Text
hobbies + emotions BUT similar to "bilbo"
Ading Adner Afting Agice Aging Agity Aics Aief Ailisc Aing Airs Alding Aling Allety Alorse Amarts Aming Amming Ammism Amping Ance Ancess Anch Ancing Ancity Andess Anes Aness Aning Anism Ante Aphy Aright Arking Armety Arspe Arts Assing Aston Ation Autere Auton Awell Awing Bacing Badism Baling Ball Bation Beage Beago Beery Bilis Bilt Bing Bingon Birse Bleery Boares Boart Boary Bodef Boort Brosc Buise Calf Canise Card Cary Catill Cating Ching Chvolf Cling Coft Coing Colart Colf Coll Colles Colley Comy Cony Corell Coross Cort Coss Cost Couphy Coute Cred Crent Cress Croarm Croast Croll Cron Crones Crypt Cult Curts Cycley Cycoll Dandow Dang Daning Dant Dard Darity Dart Debary Delar Delint Dell Delt Deng Deon Deping Derner Dery Dess Dight Ding Dingef Dion Disc Discur Dism Disoll Divent Dower Drafti Drappy Ecting Elay Elry Embass Ement Emess Emet Emon Eness Entern Enting Ention Equete Euphy Eury Exaste Exathy Excia Excing Exhi Exhing Fang Fanity Fant Faston Fasult Fate Fation Feepre Fery Feth Fics Fing Fism Fispe Fite Fity Flogy Fooder Fooke Fooker Foom Fort Foss Fruse Gamety Garde Glad Glarts Gler Glest Gling Glity Goll Gong Gonge Grunt Guing Gung Gunspe Gunt Guss Gusy Haph Happy Hation Helass Henes Hent Hines Hiness Hing Hoch Hock Hockey Hority Horts Hoss Humilt Huming Hung Hunt Huntme Hurby Hures Icking Icling Ingo Ining Inling Ireds Ires Irria Ishite Jigern Jight Jogy Joll Jong Joving Jubt Judogy Judowe Jugby Juming Jumpy Karts Kating Kation Kaying King Knes Kning Knity Lading Lard Larm Larmy Larts Latint Layang Leass Lecomy Liall Ling Loarad Loga Logy Loning Louton Loving Lucing Lunsm Lunt Macing Making Maleag Mall Mards Mati Mating Maying Mening Ment Menvy Miling Ming Morong Morts Mount Mouphy Moust Nego Nesion Nespoi Ness Nowing Ophy Ordge Orking Orring Orts Pacing Paing Pando Pash Pating Pering Phing Ping Pingon Plecs Poing Poking Poll Polley Polove Poly Porag Port Ports Poting Potong Pred Predo Pring Puting Ques Quill Raging Rating Reag Realon Redow Reds Rego Reldi Relry Rese Resion Ress Rete Revull Rewing Roarm Roing Rolf Ross Runes Sading Sadis Saing Sancy Saning Saphy Sating Sation Satort Scgo Scoi Scolo Scomy Screst Scubt Scull Scur Sebadi Sent Serige Shelia Shing Shkey Shom Shomy Shoss Siling Sion Skarts Skeer Sket Skety Sking Slity Snes Soaph Sockey Soft Soll Splon Sques Staing Stass Sting Stion Ston Stres String Sult Surfis Surry Suss Swing Swirs Taing Tair Tairry Taless Tall Teriet Thing Thlogy Toning Torice Toring Torts Tourry Trath Treass Trell Tria Trient Tross Unhort Unning Unsilt Unting Untion Uress Urfing Vacars Vating Viness Ving Wating Wation Werapt Whami Whing Woomy Woraft Woring Wormy Wort Worts Wria Wrics Wrism Yogy Zeaser Zemary Zess
0 notes
Text
Info Tempat Pkl Di Daerah Tangerang Ô8౩I~45ÔᏮ~Ô5ÔÔ(whatsApp)
Tumblr media
Halaman berikut ini merupakan halaman yang mengandung pengetahuan mengenai aneka jenis produk barang info tempat pkl di daerah tangerang. Begitu penuh perihal yg menjadikan pengetahuan ini sangat dibutuhkan. Mungkin bagi putra-putri pendidikan, riset, mandat ataupun hanya sebagai memuat tempo luang aja. Website berikut ini begitu di sarankan supaya insan mudah dalam mengakses produk yang dihasratkan. Terdapatnya sains yang semakin rumit saat ini, insan sangat gampang untuk menemukan sesuatu yg dia-dia inginkan. Tidak terkecuali orang-orang pedalaman, dia-dia juga dg gampang memiliki apa yg dia-dia inginkan, sebab sumber tehonologi sudah tersebar diberbagai daerah mana saja. Bagi itu, monggo baca web ini, dimanasaja / tempo sembarang waktu, sebab pengetahuan berikut ini begitu singkat, terang, praktis dipahami, dan tiada memakan banyak tempo. Apabila dikau ingin menyediakan masukan ataupun teguran, silakan tulis pada kolom komentar, karna kami senantiasa berharap kritikan / masukan dari anda, agar wacana berikut ini kedepannya lebih baik. / dikau serta bisa mengkontak kita dg cara telfon sms di nomor yg telah tersedia di halaman situs kita. Laporan praktik kerja lapangan psg merupakan produk penyajian murid setalah melakukan praktek fungsi lapangan prakerin berpedoman referensi yg pada peroleh dan dituangkan pada fasad pembahasan ilmiah. Mendorong siswa supaya mampu mengembangkan / mengutarakan pikiran dan pendapatnya serta mampu menuangkannya dalam model ulasan yang sistematis, logis, dan dengan menggunakan bahasa indonesia yang bagus dan tepat. Meninggikan daya kreativitas pelajar dalam penulisan yg bersikap objektif dan ilmiah.
tempat pkl di depok jurusan ap
Untuk pertanggungjawaban siswa yangb sudah melaksanakan mandat praktek kinerja lapangan pkl yang berkaitan dengan program keahliannya masing- masing. Sebagai keliru esa bukti bahwasanya siswa yang bersangkutan sudah melakukan praktik fungsi lapangan magang denagn baik. Beriringan berkembangnya era, kebutuhan akan info-info terhadap sudut kebutuhan / eksistensi semakin pesat. Keliru satunya adalah produk tempat pkl kabupaten tangerang. Kita faham bahwa hasil-hasil sekarang berikut ini kian banyak dan bervariasi. Oleh karna itu, artikel kali ini akan menjunjung tema mengenai tempat pkl kabupaten tangerang alasan kenapa tulisan ini diperlukan karena berikut ini merupakan salahsatu unsur penting untuk sebagian kalangan. Jadi referensi mengenai aneka ragam produk dan manfaatnya diharapkan mampu mengampu menyumang banyak insan yang sedang mencari informasi / wacana baru terkoneksi perihal tersebut. Mampu juga menyumang para mahasiswa / murid yang tengah menggali material sebagai riset, mandat madrasah / sekedar menggali hiburan guna yang senang menonton. Begini manfaat yg lain serta demi pembaca lagi gesit mempunyai wacana yang diburu. Karena di zaman sains tempo ini sangat mudah mengakses wawasan dari yg mana aja sampai menuju pedalaman desa pun, janji mampu terhubung dengan jaringan online dan mendapatkan perkakas bagi mengakses online. Dg begitu para pengamat mampu mendatangi situs berikut ini kapan saja dan dimanapun kamu berkehendak. Pemirsa serta bisa memajukan atau memberikan masukan pula banyak apabila mendapatkan pendapat, pandangan, / komentar edan maupun ide-ide beda tentang ulasan yg kami ketik. Pengamat dapat membuat sampai atau mengetik ide-ide, sanggahan, pendapat ide-ide serta sepertinya pada tabel yang telah disediakan. Dapat serta mengkontak kami lewat nomor yang telah tercantum di website ini, yg dapat kami muat serta kami majukan pada penyajian ulasan berikutnya demi pula bervariasi serta cocok dg selera pemirsa.
waktu dan tempat pelaksanaan pkl smk
Sebagai pelajar smk ataupun pelajar perguruan tinggi aktifitas prakerin / psg tentunya berevolusi sebuah kegiatan yang utama. Kegiatan prakerin / praktek fungsi lapangan tumbuh keliru tunggal syarat kelulusan baik guna pelajar perguruan tinggi ataupun murid smk. Tiada main-main, aktifitas psg / magang dijadikan guna tolak ukur apa skill misalpun ilmu yg didapat selama menempuh sekolah di smk maupun perkuliahan udah berjalan dg baik. Tak hanya skill akan tetapi serta etika ataupun attitude pada bekerja dan bersosialisasi juga diperhitungkan dalamkegiatan ini.
0 notes
noerzeinhidayati · 3 years
Text
Jurnal Hati (Komunikasi Harmonis)
1. Beberapa hal yang menjadi perdebatan dalam rumah tangga kami.
Disclaimer: Aku menuliskan ini bukan dalam rangka mengeluh dan menyebar aib ya teman-teman. Ini sekedar sharing. Semoga bisa diambil hikmahnya. Baiklah berikut top 3 hal-hal yang sering jadi perdebatan dalam rumah tangga kami:
1.1. Seperti yang sudah saya kerjakan di tugas jurnal hati identifikasi masalah. Perbedaan cara pandang kami tentang hidup (terutama rezeki) itu sangat jauh berbeda. Saya yang logis dibenturkan suami yang fatalis. Saya merasa suami kurang berusaha (belum mengusahakan lebih) perihal nafkah keluarga. Ego saya menginginkan kemerdekaan finansial. Sering saya meradang jika keadaan finansial mulai buruk. Tapi suami selalu meyakinkan "Dinda jangan terlalu takut dan terlalu banyak memikirkan hal itu, itu urusanku". Ya bukan gimana tapi memang jadinya gregetan wkwk. Jadi kesannya ikut campur. Suami bukan orang yang pelit, kebutuhan apapun silahkan dibelanjakan, gak usah banyak mikir. Begitu selalu. Tapi saya punya banyak planning agar semuanya cukup. Suami berprinsip itu malah hanya mempersempit jalannya rezeki jika kita berpikir semua hanya dari gaji. Saya menemukan sosok mas "Setiaji Wijaya" di Facebook. Dan banyak belajar dari beliau untuk menghadapi suami yang berpikiran sejalan dengan beliau. Juga dari "Gus Banan" yang sepertinya ilmu beliau semuanya tengah dipraktekkan suami. Saya hanya belum besar hati menerima. Suami sangat marah jika saya membicarakan tentang uang. Saat ini saya tengah berusaha untuk mengurangi dan menahan diri membahasnya.
1.2. Suami yang introvert sering kali menyendiri dan kurang mau berkumpul dengan keluarga besar. Pada acara apapun selalu "based on his feeling". Saat dirasa nyaman akan datang dan berkumpul dan jika tidak ya sudah menghindar dengan dunianya sendiri. Sering saya marah karena merasa suami kurang menganggap keluarga saya adalah keluarganya. Sangat berbeda dengan saya yang supel dan mudah cair. Tapi di sisi lain, dia selalu peduli dengan caranya sendiri. Ia menyiapkan hal apapun untuk menyambut keluarga, jika ada acara akan membantu persiapan agar lebih nyaman, tapi ya itu sulit kumpul-kumpul. Saya sering menerima komentar dari keluarga karena suami yang gak mau kumpul-kumpul.
1.3. Kami berdua adalah orang yang sama-sama tidak suka dipaksa. Dan saya terutama bukanlah seorang istri penurut. Tingkat ngambek saya pada suami sangat tinggi, padahal saya bukan orang yang suka merajuk di depan orang lain. Saya seorang yang kuat. Mungkin karena saya suka dibujuk dan diperhatikan. Sehingga saya sulit melepas sikap ini. Tapi suami bilang itu sangat mengganggunya. Saya khawatir ini menjadi kebiasaan dan sulit mengubahnya ke depannya.
2. Mengajak komunikasi baik-baik dengan 5 kaidah.
Tumblr media
Saya selalu mengingat-ingat quote ini setiap kali berhadapan dengan top 3 masalah di atas. Dan saya sudah mengusahakan dengan mencoba cari jalan tengah lewat kaidah 2C, choose the right time (biasanya sambil pijat-pijat atau berpelukan), dan saya juga bertanggung jawab pada hasil komunikasi kami. Untuk poin 1 memang sulit dirubah. Karena itu sudah believe system yang sudah suami yakini dan tidak bisa diganggu gugat. Hingga hari ini saya masih sering mempertanyakan konsep rezeki yang belum saya terima dengan nalar. PRnya adalah semoga saya bisa menemukan jalan lain sehingga saya tidak perlu memaksakan prinsip saya sama dengannya.
3. Identifikasi Bahasa Cinta
Perolehan tes bahasa Cinta pasangan:
Saya vs suami
A = 0 vs 2
B = 3 vs 7
C = 5 vs 7
D = 11 vs 8
E = 11 vs 6
Dengan demikian saya memiliki bahasa cinta pelayanan dan sentuhan, sementara suami sentuhan/hadiah dan pelayanan. Sejak tes bahasa cinta saya bilang pada suami "saya mau praktek". Hehe.
4. Tangki cinta untuk kami
Pantas saja saya yang suka ngambek pasti luluh setiap suami bilang "Dinda... Kanda pijetin ya... Dinda mau martabak?" Wkk. Pijat (sentuhan dan pelayanan), martabak (sebenarnya hadiah ya) hehe. Tapi saya pribadi selalu marah jika suami tidak peka membantu saya.
Sementara saya kepada suami. Saya yang gak suka mijetin orang, demi praktek mau memijat suami selama 1 jam. Hehe. Saya juga biasakan keperluan suami disiapkan. Nah ini sulit bagi saya karena dulunya saya mantan feminis yang merasa tidak perlu melakukan itu karena nanti diinferiorkan, dan semakin mengembangkan budaya patriarki, ogah nurut-nurut dan melayani. Lalu lama-lama saya belajar, juga dapat dari tugas ini untuk meruntuhkan ego itu, karena saya lihat ternyata indah loh suami istri yang saling melayani itu. Huhuhuhu.
Sambil mijet-mijet terakhir kali saya nanya "gimana perasaan kanda Dinda begini?" Katanya senang dan minta saya begitu terus. Moga aja istiqomah huhu.
5. Surat cinta untuk mas
Tumblr media
Setelah mengirimkan surat lalu saya menagih tanggapan suami. Suami hanya jawab "iyaa... Dijalani saja". Karena gak puas sayapun minta nasehat. Katanya "Dinda jangan banyak mengeluh dan jangan suka ngambek" hehehe. Demikianlah. Semoga selalu bisa merawat cinta. Aamiin
1 note · View note
eudaimoniasword · 5 years
Text
Titik
"Aku boleh ya nginep kosmu malam ini ? aku lagi jenuh banget mau pulang rumah, kata Leka".
"Ngapain? Entar kalo aku di telfon ibumu gimana, Le?, jawab Hilda".
"Bilang aja aku ketiduran ngak bisa dibangunin oke, kata Leka".
"It's oke, Le, tapi ngak gratis yaaa, besok harus traktir kopi di persimpangan, kata Hilda".
"Yahhh kopi lagi, taulah aku ngak doyan kopi, tapi demi aku nginep sini ngak papa deh, baik bu bos besok saya traktir kopi sesukamu, kata Leka"
Malam semakin pekat, bulan pun semakin terasa sinarnya. Mereka berdua enggan mengawali tidurnya, malah saling curhat soal gebetan hingga permasalahan hidup masing-masing. Setiap manusia selalu butuh tempat curhat meskipun itu bukan teman curhat. Tak apa yang penting unek-unek di kepala bisa keluar tak berjejalan di dalam menyumbat jalan oksigen yang mengalir penuh fokus.
"Hil, aku pengen ngomong sesuatu tapi takut kamu kaget sama aku (sambil tarik napas) aku pengen lepas jilbab, gimana boleh ngak?, tanya Leka".
"Yaelah Le, kek begituan aja kamu masih bilang takut aku kaget, Le asal kamu tahu, semua orang itu butuh diterima di lingkungannya tanpa ada beban tanpa adanya toxic. Kalo aku ya Le, ya terserah kamu itu hakmu, kamu mau pakek jilbab berapa meter pun terserah, kamu mau pakek atau ngak itu juga terserah, kamu nyamannya yang mana? Aku ngak akan nanya apa alasanmu karena aku tahu kamu pasti punya alasannya. Semua orang berhak atas apa yang dia lakuin buat dirinya sendiri, bukannya dengerin apa yang dibilang sama orang lain. Malah itu bikin diri kita sebenernya merasa tertekan, ngak nyaman tapi dipaksain. Kalo itu maumu ya ngak papa, Le. Tapi menurutku lebih baik kamu tidak di lingkungan yang dimana orang-orang mengenalmu sebab kita ngak pernah tahu persepsi mereka gimana, ya mungkin ada yang oke ada yang ngak daripada ngebuat kamu kepikiran dan ngak leluasa itu sih alasanku, kata Hilda".
"Wiihhh very good nih temenku satu ini, ku kira kamu bakalan kaget trus marahin aku gitu, Hil, " sahut Leka dengan senyum dan tepuk tangan".
"Jaman sekarang tu banyak orang yang udah aware soal beginian karena banyak juga yang tiba-tiba jadi ninja hatori tapi ngak tahu deh itu isinya apaan hahahahaha, " celoteh Hilda".
"Iya sih, Hil. Aku tu pengen tahu sebenernya agama tu kayak gimana sih, aku tu pengen menata diriku dari awal, aku ngak mau kalo agamaku sekedar keturunan dari nenek moyang. Katanya rukun iman ada 6, lah yang pertama aja belom dilakuin ngapain loncat-loncat? Kan harusnya berurutan, kayak kita pas masih TK dulu hafalannya aja harus urut kenapa ngelakuinnya enggak?, kata Leka"
"Iya sih, Le. Tenang, aku bakal support kamu, nyatanya putri-putrinya kyai besar seperti Gus Dur, Quraish Shihab juga ngak pada jilbaban, jilbab kan juga bukan tolak ukur keimanan seseorang, Le. Ngak tahu kenapa ya, setelah aku baca-baca banyak sudut pandang dari berbagai sumber aku rasa diriku lebih realistis dan logis hehehehe, kata Hilda".
"Idih mulai sok-sokan nih anak, sahut Leka".
#ujarspidol
0 notes
tumbledsom · 5 years
Photo
Tumblr media
Former Batsman Gus Logie Appointed Interim Coach of West Indies Women’s Team Former West Indies batsman Gus Logie will take over as interim coach of the West Indies women's team. via Top CricketNext News- News18.com
0 notes
masif3110 · 6 years
Photo
Tumblr media
👌)_____(#cricketBYasif)_____(👍 Former West Indies batsman and part of the @windieswomen management Gus Logie sums up the #PAKWvWIW T20Is and recalls some magical moments of playing Pakistan as a batsman including one special yorker by @waqyounis99 📽 https://t.co/EKzNLDc3HO #cricket|#ODI|#T20|#T10|#testCricket|#Pakistan http://bit.ly/2BtsjAH
0 notes