#Hashimi Habibi

[sidiabdullah]

Istighfar Kabir Sayyidi Ahmad Ibn Idris Al Hasani

Di dalam halaman muka buku wird kami ada formula wird yang ditambahkan oleh mursyid kami Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti,  formula wird itu disebut Al Azimiyya atau Istighfar Al Kabir dari Sayyid Ahmad Ibn Idris Al Hasani, yang penjelasannya sebagai berikut: Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha…

[thinktoughtworldword]

if you would ascend the path of the lovers, then, with sincere love, visit Layla on the way.

And pay no heed to those who blame you for loving her and journey to lovers in everyland.

Were sincere love a reality within you, you would see.

those lovers withoutjourney. (Diwan Shaykh Muhmmad lbn AI Habib, Shadhili Darqawi Habibi Hashimi, page 83, Editorial Qasida)

[sufismandsufis]

Allahuma salli’ala Sayyidina Muhammadin’abdika wa rasulika n-nabiyyi ‘l-’ummiyi wa-‘ala ‘alihi wa-sahbihi wa-sallim taslima, ‘adada khalqika wa-rida nafsika wa-zinata ‘arshika wa-midada kalimatik

― With sanad and idhin, Miftah Al wird, Shadhili-Darqawi-Habibi-Hashimi

[bijikopi-bijilogam]

One of the brothers said to me, "I am nothing." I told him, "Do not say 'I am nothing.' Do not say 'I am something.' Do not say 'Something concerns me.' Do not say 'Nothing concerns me.' Say 'Allah' and you will see wonders." (Moulay Al Arabi Ad Darqawi - Sanad of Shadhili Darqawi Habibi Hashimi)

[sidiabdullah]

Abu Ali ad-Daqqaq —rahimahullah— mengatakan: “Seseorang tidak akan mampu suluk di tarekat kaum sufi tanpa seorang guru. Sebab perjalanan ini menempuh kegaiban atau gaibnya kegaiban. Ibarat sebatang pohon apabila tumbuh dengan sendirinya tanpa ada orang yang menanamnya maka tidak ada seorang pun yang bakal memanfaatkan buahnya sekalipun tumbuh bersemi dan daunnya rindang, bahkan bisa jadi tidak akan berbuah untuk selamanya. Coba anda perhatikan wahai saudaraku, Tuan dari para rasul, Muhammad Saw., bagaimana dengan jibril yang menjadi perantara antara beliau dengan Tuhannya dalam menyampaikan wahyu. Dengan demikian anda tahu, bahwa menjadikan seorang guru adalah suatu keharusan bagi murid yang tidak bisa ditinggalkan.”

[sidiabdullah]

Adab tidak dicapai melalui membaca buku-buku atau mencapai gelar universitas dalam studi Islam. Adab adalah hadiah yang Allah anugerahkan kepada pencari ilmu yang Dia tuntun ke kaki Para Ulama dan Shaykh yang menghubungkan hati mereka dengan hati Waliullah.

Sidi Abdullah

[sidiabdullah]

Tassawuf dimulai atas dua hal: Pertama adalah bermurah hati dan berpergian. Bermurah hati memiliki arti bahwa seorang fuqara lebih mengutamakan kepentingan muslim lain daripada dirinya sendiri, dia tidak terbatas memikirkan kepentingan dirinya, dia tidak dibatasi hanya urusan rumah tangganya, anaknya dan hal keuangan, ketika seorang bergantung dengan apa yang dia punya dan yang dia tidak punya, saat itulah ia telah membuat ‘penjara’ baginya sendiri, ketika kamu bergantung (takut) pada selain Allah, maka semua menjadi sulit dan tidak mungkin baginya, maka akhirnya tinggalah dia dalam penjara kebodohannya, sedangkan para sufi berjalan untuk melampaui segala bentuk kebergantungan selain Allah, sehingga dia dapat lebih mengenali tabiat dunia ini. Hal kedua adalah berpergian, ini memiliki arti untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki. Para sufi tidak hirau akan diri mereka sendiri, mereka lebih mengutamakan keperluan orang muslim lainnya, para sufi tidak sibuk dengan keperluan pribadinya dia terus berubah, dan ini menjadikan semuanya lebih mudah baginya, karena akan makin banyak pertolongan.

[sidiabdullah]

Instruksi Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti

Guru kami Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti, as Shadhili ad Darqawi, di Maroko menginstruksikan kepada murid-murid (fuqara) beliau di seluruh dunia dalam menghadapi wabah virus China ini, untuk menetapi dzikir:

Hasbunaallah wa'nimal wakil (313 kali). Cukuplah Allah sebagai penolong, Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Sesudah itu baca, sebanyak mungkin: 

Allahumma, laa Ilaha illa anta. Subhanaka, innii kunna (kuntu) minazh dzhalimin. Yaa Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini termasuk orang-orang yang dzalim’

[sidiabdullah]

Mawar

Mawar telah menjadi puncak perlambangan spiritual bagi hampir semua sufi dan para waliullah , khususnya Shahibul Mawar, Mawlana Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam sebuah kisahnya, pada saat Mawlana Abdul Qadir Al-Jailani. hendak masuk ke kota Bagdad di masa perpindahannya, setibanya beliau di perbatasan kota Bagdad, beliau didatangi oleh utusan para wali dari kota Bagdad. Setelah berjumpa , utusan wali berkata: “ Wahai Abdul Qadir Al-Jailani, engkau tidak mempunyai tempat di kota Bagdad, karena kota Bagdad telah di penuhi oleh para Wali-wali Allah“. Maka Mawlana Abdul Qadir Al-Jailani. berkata seraya menunjukkan gelas yang telah berisi penuh air bening“ Seperti inilah kota Bagdad itu, gelas adalah kota Bagdad dan airnya adalah para wali Allah ”, lalu Mawlana Abdul Qadir Al-Jailani. mengambil sekuntum Mawar Merah dari langit (dengan ijin Allah) kemudian beliau letakkan di tengah air dalam gelas itu, sambil berkata, “Aku adalah Mawar di antara para wali-wali Allah”. Pada saat itu juga wali utusan tersebut tersungkur lalu bersujud meminta ampunan kepada Allah atas kesombongannya dan mempersilahkan tuan Mawlana Abdul Qadir Al-Jailani memasuki kota Bagdad dengan sambutan yang meriah dari para wali di kota Bagdad. (IG. Kopi Sufi)

[sidiabdullah]

Kualifikasi dari mursyid yang dengan itu para pencari atau murid salik dapat dengan aman mempercayakan dirinya adalah berikut lima: Pengalaman spiritual yang tidak tercemar, pengetahuan lahiriah yang sehat, aspirasi langit, kondisi ruhani yang menyenangkan dan menembus persepsi batin

Shaykh Ahmad Zaruq

[sidiabdullah]

Siapapun yang memiliki salah satu dari lima berikut ini tidak dapat menjadi pembimbing spiritual sejati atau mursyid: Ketidaktahuan ilmu agama (kualifikasi alim ulama), mengabaikan penghormatan kepada Muslim lainnya, terlibat dalam masalah yang bukan urusannya, urusannya diikuti dengan kehebohan dan memperlihatkan perilaku buruk tanpa malu, tidak ada penyesalan.

Shaykh Ahmad Zaruq

[sidiabdullah]

Dalam kitab Al-Barzanji, karya Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, halaman 123, mengatakan: “Beliau mencintai fakir miskin, duduk bersama mereka, membesuk mereka yang sedang sakit, mengiring jenazah mereka, dan tidak pernah menghina orang fakir.”“Ya Allah, hidupkanlah dan matikanlah aku sebagai orang miskin dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.” (HR: At-Tirmidzi).

Barangsiapa berharap dikumpulkan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wassalam kelak di akhirat, hendaklah mencintai orang-orang miskin dan tidak mengabaikan mereka. Beliau  menaruh perhatian besar terhadap orang-orang miskin, tidak pernah menjauhi mereka dengan alasan apa pun.*Foto: Sayyidi Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti, mursyid Shadhili Darqawi Habibi Hashimi, Meknes, Maroko

[sidiabdullah]

Para fuqara pada masa dahulu hanya mencari apa yang dapat mematikan nafsu mereka dan menghidupkan hati mereka, sedangkan kamu berbuat sebaliknya. Kamu mencari apa yang mematikan hati kamu dan menghidupkan nafsu kamu.

[sidiabdullah]

Jangan sibuk dengan orang yang menyakitimu, sibuklah dengan Allah, niscaya akan dihilangkan tukang fitnah itu daripadamu. Sesungguhnya banyak orang terperosok dalam perkara ini, lalu mereka menyibukkan diri dengan orang yang menyakiti mereka. Maka berlanjutan kesakitan (yakni fitnah itu) berserta dosa, sehingga lalai daripada zikrullah. Tetaplah sibuk berdzikir kepada Allah, niscaya Allah menyelesaikan urusanmu dan akan dihilangkannya tukang fitnah itu dari kamu.

[sidiabdullah]

Moulay Al-Arabi Ad-Darqawi wrote: “Beware, beware lest you allow yourself to be deceived by someone, for how many there are who appear to be preaching for God when in reality they are only preaching for their desires.” (Shadhili Darqawi Habibi Hashimi)

[sidiabdullah]

Allahuma salli’ala Sayyidina Muhammadin’abdika wa rasulika n-nabiyyi ‘l-’ummiyi wa-‘ala ‘alihi wa-sahbihi wa-sallim taslima, ‘adada khalqika wa-rida nafsika wa-zinata ‘arshika wa-midada kalimatik (with idhin and sanad, Miftah Al wird, Shadhili-Darqawi-Habibi-Hashimi)