Tumgik
#Rukman Rosadi
may8chan · 2 years
Photo
Tumblr media
Inang - Fajar Nugros 2022
26 notes · View notes
moviesandmania · 2 months
Text
KROMOLEO Indonesian horror - trailer and release date
Kromoleo is a 2024 Indonesian supernatural horror film based on an urban legend story set in the city of Magelang. Anggy Umbara (Vina: Sebelum 7 Hari; Siksa Neraka; I Know When You’re Dead: Suicide Village; Khanzab; Bloodlust Beauty; Satu Suro; Suzzanna: Buried Alive) directed the movie. The Imperial Pictures-Umbara Brothers Film-Pilar Film co-production stars Safira Ratu Sofya, Tio Pakusadewo,…
0 notes
movienized-com · 5 months
Text
Kultus Iblis
Kultus Iblis (2023) #BobbyPrasetyo #YasaminJasem #FadiAlaydrus #RukmanRosadi #AlitAryaniWillems #YayuAWUnru Mehr auf:
Jahr: 2023 (November) Genre: Horror Regie: Bobby Prasetyo Hauptrollen: Yasamin Jasem, Fadi Alaydrus, Rukman Rosadi, Alit Aryani Willems, Yayu A.W. Unru, Mian Tiara, Debo Andryos, Delia Husein, Emil Kusumo, Muhammad Kadavi, Viki Mairitrova, Muthia Almashudi, Davi Siumbing … Filmbeschreibung: Ein Zwillingspaar kommt in ein abgelegenes Dorf, um die Ursache für den seltsamen Tod ihres Vaters…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
natanyanya · 2 years
Text
Kelas Acting Tingkat I Komunitas Salihara Tahun 2022
 Kelasnya dimulai sejak bulan September sampai dengan bulan November, kami belajar dan berproses bersama di setiap hari Sabtu dan Minggu. Minimal 3 jam di setiap pertemuan. Beranggotakan 19 orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda, diajar oleh Mas Rukman Rosadi.
Aku ingat betul, 9 Mei 2018 pertama kali aku mengenal Mas Rossa (begitu panggilannya) melalui media sosial Instagram. Aku menelusuri setiap unggahan foto beliau dan membaca tulisan yang disematkan. Topiknya tentang dunia seni peran, aku sangat tertarik dan terkesima membaca tulisan-tulisan Mas Rossa waktu itu. Aku memutuskan untuk mengikuti Instagram Mas Rossa dan mengirimkan pesan tentang betapa inginnya aku suatu saat nanti berguru seni peran kepada beliau.
Agustus 2022, aku melihat unggahan Instagram Komunitas Salihara tentang pembukaan Kelas Acting Tingkat I secara tatap muka dengan menawarkan “Sistem Stanislavski”. Banyak pertimbangan waktu itu sehingga menahan diriku untuk langsung mendaftarkan diri. Ketakutan tidak akan mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, ketakutan jadwalnya akan mengganggu waktu bekerjaku nantinya (mengingat pekerjaanku kala itu mengharuskanku untuk bepergian keluar kota bahkan di hari Sabtu dan Minggu sekalipun), ketakutan waktu istirahat dan bermain di hari Sabtu dan Minggu akan berkurang, dan ketakutan biaya untuk mengikuti kelasnya cukup besar. Sampai pada akhirnya, ternyata pacarku, adikku dan sahabat-sahabatku sangat mendukungku. Mereka tahu betul bahwa sampai sekarang aku masih menjaga mimpiku untuk menjadi aktor, dan dengan mengikuti kelas itu paling tidak aku sudah melakukan sesuatu sebagai bentuk keseriusanku akan mimpiku itu. Betul juga, batinku waktu itu. Meskipun pada akhirnya nanti aku tidak akan pernah bisa menjadi aktor, setidaknya aku sudah pernah menerima pembelajaran terkait dunia seni peran dari seseorang yang memang profesional di bidangnya. Paling tidak aku sudah melakukan sesuatu. Paling tidak aku sudah bergerak. Walaupun saat itu ada kekecewaan karena orang tua tidak mendukung keputusanku mengikuti kelas Acting, aku tidak berkecil hati dan tetap melanjutkan tekadku.
Lalu, drama kembali muncul. Kelas Acting Tingkat I yang hanya membuka untuk 20 peserta tersebut sudah penuh. Aku terlambat. Sedih, kecewa dan marah pada diri sendiri tentu saja. Aku coba menghubungi Komunitas Salihara dan Mas Rossa lewat pesan Instagram, berharap diberi info kalau saja ada peserta yang mengundurkan diri sehingga aku bisa menggantikan posisinya. Harap-harap cemas, tapi belajar berdamai dengan keadaan. Berharap masih ada kesempatan di tahun-tahun berikutnya. Lalu pada tanggal 8 Agustus aku mendapat pesan Instagram dari Komunitas Salihara yang menanyakan apakah aku masih berminat untuk mengikuti Kelas Acting Tingkat I. Deg degan, tentu saja aku jawab masih berminat. Aku segera mendaftar, kali ini tidak mau melewatkan kesempatan lagi. Aku tanyakan apakah ada yang mengundurkan diri sehingga aku ditawarkan kembali untuk mendaftar. Jawabannya betul ada yang mengundurkan diri karena mengalami kecelakaan. Bingung antara harus bersyukur atau bersedih di atas penderitaan orang lain yang pada akhirnya memberikan kesempatan untukku. Aku hanya bisa mendoakan kesembuhan orang yang tidak aku kenal itu, dan berjanji akan melakukan yang terbaik ketika berada di kelas nantinya.
Hari Sabtu pertama di bulan September, hari pertama aku datang ke kelas dan bertemu dengan orang-orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Wajah-wajah asing penuh percaya diri. Beberapa wajah pernah aku lihat dari balik layar televisi. Ada perasaan takut dan bergairah di saat yang bersamaan. Takut tidak bisa beradaptasi, takut tersisihkan karena aku bukan tipe orang yang mudah bergaul dan membangun komunikasi, takut merasa kecil di antara orang yang hebat-hebat, tetapi sangat bersemangat untuk menerima pembelajaran di bidang yang aku sukai. Diajar oleh Mas Rossa tentunya.
Ketika sesi memperkenalkan diri masing-masing, aku mengetahui bahwa kami para peserta datang dari latar belakang yang cukup beranekaragam. Sebagian besar mereka adalah aktor, sisanya adalah dosen, karyawan swasta, penulis naskah dan mahasiswi. Nyaliku semakin menciut. Merasa bukan apa apa, bukan siapa siapa, takut dipandang sebelah mata dan pikiran pikiran negatif lainnya yang menahan diriku untuk melangkah dan bertumbuh.
Seiring berjalannya waktu, ternyata kelas kami menjadi ruang yang sangat aman dan nyaman juga sehat untuk berproses. Mas Rossa selalu membiarkan kami menjadi diri kami sendiri, membebaskan ketakutan-ketakutan kami dan tidak pernah menghakimi kami atas ketidaksempurnaan dan ketidaktahuan kami akan apa yang kami lakukan. Kami bebas menjadi diri sendiri, kami bebas memiliki dan menyalurkan emosi kami, kami bebas menggerakkan tubuh kami. Meskipun tidak jarang aku sangat gugup, penuh ragu dan tidak percaya diri atas apa yang aku lakukan di kelas, tidak pernah sekalipun aku mendapat ejekan baik dari beliau maupun dari teman-teman di kelas. Kami semua adalah sekumpulan orang yang sama-sama mau belajar akan satu minat yang sama. Tidak ada yang merasa lebih sendiri, semuanya rendah hati dan berfokus akan proses pembelajaran diri sendiri. Aku pikir, kami semua mungkin saja seperti itu karena guru kami adalah orang yang sangat amat rendah hati dan sederhana. Energi positifnya menular.
Banyak hal baru yang aku lakukan selama berada di kelas dan banyak hal yang selama ini tertahan di dalam diri pada akhirnya bisa aku lepaskan dan ekspresikan. Tentu saja tidak mudah menuju ke proses itu. Aku harus mengalahkan diriku sendiri dan ketakutan-ketakutan yang terpenjara di dalam pikiranku. Selama proses itu, aku semakin mengenali diriku. Aku semakin memahami apa yang aku inginkan, apa yang aku butuhkan, apa yang bisa aku lakukan dan apa yang sebaiknya tidak aku lakukan. Di kelas, kami menerima pembelajaran olah tubuh dan suara, pelatihan otak dan emosi, pendekatan acting melalui imajinasi, silent acting, kehadiran penuh di panggung dan banyak pelajaran seru lainnya.
Meskipun sudah berminggu-minggu terlibat dalam proses bersama, tetap saja ada kalanya muncul perasaan rendah diri dari dalam diriku. Perasaan bahwa aku tidak dibutuhkan dalam pembicaraan, perasaan bahwa aku tidak pantas bergabung di dalam kelompok. Perasaan-perasaan itu menyiksa dan muncul di kepalaku, membuatku terlihat seolah menjaga jarak dan membatasi diri. Padahal masalahnya hanya di kepalaku dan kesulitan dalam berkomunikasi. Memangnya kenapa kalau cuman jadi pengamat dan pendengar? Kenapa harus menyalahkan diri sendiri bila nyamannya memang jadi begini? Hufttt.
Kelas Acting Tingkat I Salihara ditutup dengan pementasan kami di Teater Salihara pada hari Jumat, 25 November 2022. Kurang lebih selama satu bulan, kami berlatih dan bekerja keras mempersiapkan diri untuk pementasan. Menuju ke pementasan, aku semakin bisa mendekatkan diri dengan teman-teman peserta yang lain. Meskipun masih belum banyak berbicara dan lebih sering jadi pendengar, aku sudah semakin nyaman dan rindu bertemu teman-teman di kelas.
Pada akhirnya, pementasan kami berjalan sukses. Setidaknya begitu menurut pendapat teman-teman yang hadir menonton. Banyak yang mencucurkan air mata. Penampilan yang kami persembahkan dengan sepenuh hati, berhasil sampai menyentuh hati penonton yang menyaksikan. Terharu sekali rasanya. Ada perasaan lega, bangga, dan perasaan kehilangan yang bersamaan karena proses ini semua akan segera berakhir. Kami akan merindukan hari-hari yang kami rayakan dan tertawakan bersama selama tiga bulan ini.
Aku bersyukur sekali bisa mengenal dan berproses bersama Mas Rossa, kak Irna, dan teman-teman di kelas. Terima kasih banyak untuk energi baik dan positifnya selama ini. Terima kasih untuk semangatnya, untuk banyak hal baru yang bisa aku alami dan rasakan, untuk pandangan-pandangan dan lingkungan baru yang aku dapatkan. Meskipun kita akan berakhir menjadi sekadar penonton ig story, setidaknya aku pernah menjadi bagian dari diri kalian dan kalian pernah menjadi bagian dari diriku. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan dan kewarasan dalam bertahan dan melanjutkan hidup. Semoga semangat untuk berjuang terus menyala di dalam diri kita. Semoga setelah ini banyak pintu dibukakan untuk kita. Sampai bertemu lagi <3
2 notes · View notes
moviereviews101web · 5 months
Text
13 Bombs (2023) Movie Review
13 Bombs – Movie Review Director: Angga Dwimas Sasongko (Ben and Jody) Writer: Angga Dwimas Sasongko, Mohammad Irfan Ramly (Screenplay) Cast Ardhito Pramono (One Day We’ll Talk About Today) Lutesha (The Big Four) Chicco Kurniawan (Primbon) Rio Dewanto (The Antique Shop) Ganindra Bimo (Headshot) Rukman Rosadi (The Womb) Plot: An organization races against time to uncover the mastermind…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 2 years
Text
TURISIAN.com - Dinas Pariwisata Jabar (Jawa Barat) mengapresiasi hadirnya film horo “Pamali” karaya sineas Bobby Prasetyo. Lewat film ini masyarakat bisa lebih mengenal (budaya) dan keindahan alam Jawa Barat. Ini karena film tersebut bercerita sekaligus  mengangkat budaya dan pariwisata Jawa Barat. “Ada banyak cara dan media yang bisa digunakan untuk mengenalkan budaya serta pariwisata Jawa Barat, salah satunya melalui film ini,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Chandrawulan dalam talkshow Film "Pamali" di Gedung Sate, Kota Bandung, Minggu 9 Oktober 2022. BACA JUGA: Ampun Da, Geopark Ciletuh Banyak Pungli, Ini Kata Tokoh Pariwisata Jabar Film "Pamali" menceritakan tentang "pamali" atau tabu yang sudah ada di masyarakat Sunda sejak lama. Pamali merupakan aturan tidak tertulis yang tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar maka akan ada petaka atau kesialan yang terjadi. Pada masyarakat Sunda tempo dulu pamali kerap dipakai sebagai benteng untuk menyelamatkan alam, nilai- nilai, atau tatatan sosial, namun pada masyarakat modern saat ini pamali kerap diabaikan. "Diharapkan lewat film ini masyarakat bisa lebih mengenal (budaya) dan keindahan alam Jawa Barat," kata Chandrawulan. BACA JUGA: Bertandang ke Rumah Para Penyu di Tanah Lot-nya Warga Jabar, Batu Hiu Pangandaran Setting Cerita dari Kabupaten Garut Chandrawulan mengatakan, untuk lebih mengenalkan filmnya dan budaya Sunda, film "Pamali" bisa dipromosikan melalui komunitas-komunitas sehingga semakin terbesar luas. "Salah satunya lewat komunitas-komunitas yang ada agar cepat tersosialisasikan ke berbagai kalangan. Lewat film ini, giliran Kabupaten Garut yang kita promosikan karena setting ceritanya di Garut, dalam kesempatan lain tentu daerah lain juga," katanya. Sementara itu dalam kesempatan yang sama, sutradara film "Pamali" Bobby Prasetyo mengungkapkan ketertarikannya mengangkat film yang diadaptasi dari game dengan judul yang sama itu karena muatan budayanya. BACA JUGA: Pameran Keris Terbesar Indonesia MAS 2022 Dapat Antusiasme Pengunjung "Terutama karena muatan budaya pamali itu yang sudah mulai pudar dipahami oleh masyarakat Sunda sendiri terutama kalangan milenial. Untuk itu saya merasa perlu menyampaikannya kembali melalui media film," katanya. Film "Pamali" bercerita tentang pasangan suami istri muda yang kembali ke kampung halaman dan menjual aset rumah peninggalan orang tuanya. Banyak 'kepamalian' yang dilanggar yang akhirnya membawa petaka. Film "Pamali" dibintangi aktor Marthino Lio, Putri Ayudya, Taskya Namya, Unique Priscilla, dan Rukman Rosadi. *** Sumber: Antaranews
0 notes
adeirwansyah · 4 years
Text
Review Film Ziarah
Tumblr media
ZIARAH (2016), SEBUAH ULASAN PENDEK
Berkat TVRI, akhirnya kesampaian nonton Ziarah (2016, sutr. BW Purbanegara) setelah melewatkannya waktu diputar di festival-festival dan sebentar di bioskop. Ternyata ini memang film istimewa. Sebuah road movie yang tak biasa.
Bila umumnya road movie menyajikan dua protagonisnya pergi bersama dari titik A ke titik B di sebuah kendaraan, biasanya mobil, seperti kita saksikan lewat Tiga Hari untuk Selamanya atau Le Grand Voyage, Ziarah berbeda. Film ini berkisah tentang perjalanan Mbah Sri (Ponco Sutiyem) mencari makam suaminya, Prawiro. Di ujung usianya, wanita renta ini ingin dimakamkan di sebelah sang suami.
Masalahnya, makam Prawiro tak tentu rimbanya. Prawiro meninggal saat Agresi Militer Belanda ke-2 di masa perang kemerdekaan. Ia ingat Prawiro pamit untuk berjuang, namun tak pernah kembali. Mengingat usianya yang renta, Prapto (Rukman Rosadi), kerabat yang sehari-hari mengurusnya, khawatir, dan menyusul mencari Mbah Sri.
Dari sini kita bertemu cerita berlainan tentang Prawiro dan bagaimana ia tewas. Kita bisa memaknai berbagai kisah yang ditemukan Mbah Sri dan Prapto sepanjang perjalanan sebagai pembongkaran mitos heroisme perjuangan. Pun sebuah kritik pada militer ketika jadi alat kekuasaan, merampas tanah rakyat dijadikan waduk.
Ketika edar dulu, saya ingat, akting Ponco Sutiyem, 90 tahun, sebagai Mbah Sri amat mencuri perhatian. Hanya melihatnya berjalan dengan tubuh telah membungkuk di makan usia atau menatap dengan tatapan kosong pada hamparan waduk membuat kita terenyuh. Pencarian makam suami yang dilakukan Mbah Sri adalah sebentuk kisah cinta tak biasa di jagat sinema kita.
Namun, bagi saya, kekuatan film ini juga terletak pada Rukman. Pada dia saya iba. Prapto perjaka tua yang hendak menikah dan punya persoalan ekonomi pribadi. Di saat yang sama, ia tak bisa melepaskan Mbah Sri sendirian. Akting Rukman memperlihatkan dengan baik ironi seorang anak/cucu/kerabat yang harus merawat orangtua renta. Sebuah road movie yang punya banyak hal untuk dibicarakan dalam durasi 87 menit dan disajikan dengan baik membuat Ziarah istimewa. * Ade Irwansyah
@kemdikbud.ri @budayasaya @pusbangfilm
#ziarah #ulasfilmkemdikbud
0 notes
mnoviyanto · 7 years
Text
Ziarah "Belajar Tekun, Sabar dan Berhati Besar dari Si Mbah"
Ziarah “Belajar Tekun, Sabar dan Berhati Besar dari Si Mbah”
ZIARAH 4/5 Stars “Belajar Tekun, Sabar, dan Berhati Besar dari Si Mbah”
Dengan badan bungkuk dan langkah pelan, Mbah Sri (Ponco Sutiyem) tak kenal lelah menyusuri jalanan antar desa. Jika berjarak lebih jauh, ia naik bis kota sendirian. Tujuannya sederhana: mencari makam sang suami yang telah meninggalkannya saat berperang puluhan tahun silam. Ia hanya ingin dimakamkan dekat kuburan sang suami…
View On WordPress
0 notes
talkofnothing · 7 years
Quote
Jogja mengajarkan saya supaya bisa bahagia dengan cara sederhana.
Rukman Rosadi
1 note · View note
may8chan · 2 years
Photo
Tumblr media
Inang - Fajar Nugros 2022
20 notes · View notes
moviesandmania · 5 months
Text
KULTUS IBLIS Indonesian horror - trailer and behind-the-scenes
Kultus Iblis is a 2023 Indonesian horror film about twins who return to a remote village to discover the cause of their father’s death. However, the pair end up trapped in a dangerous place of terror. Bobby Prasetyo (Pamali: The Tied Corpse; Kuasa Gelap; Pamali; Eyang Putri) directed the movie from a screenplay written by Ilya Aktop and Ami Murti based on a story by Aktop.  It was produced by Rio…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
movienized-com · 5 months
Text
Srimulat: Hidup Memang Komedi
Srimulat: Hidup Memang Komedi (2023) #FajarNugros #JuanBioneSubiantoro #ElangElGibran #ErikaCarlina #DimasAnggara #MorganOey Mehr auf:
Jahr: 2023 (November) Genre: Biografie / Comedy / Drama Regie: Fajar Nugros Hauptrollen: Juan Bione Subiantoro, Elang El Gibran, Erika Carlina, Dimas Anggara, Morgan Oey, Zulfa Maharani, Ibnu Jamil, Erick Estrada, Naimma Aljufri, T. Rifnu Wikana, Rukman Rosadi, Indah Permatasari, Rano Karno … Filmbeschreibung: Es zeigt die Zeit, als Srimulatov Karriere so steil anstieg, dass sie die erste…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
risalahnurestetika · 7 years
Text
FILM ZIARAH ; TENTANG SEBUAH PERJALANAN DAN MEMAHAMI HAKIKAT IKHLAS
Tumblr media
Saya nonton film ini sekitar dua minggu lalu dengan suami, like always. 😁 Waktu itu, ketika film berakhir, Seluruh penonton yang memenuhi Studio 2 XXI TIM, tempat kami nonton, bengong menatap layar. Seolah masih enggan beranjak. Perasaan jadi campur aduk. Penonton mendadak dipaksa untuk ikhlas secara berjamaah. Menangis? Jiwa terlalu terguncang bahkan untuk mengeluarkan air mata. Gila! 
 Beberapa saat setelah keluar dari studio, setelah sebelumnya sama-sama diam, entah bagaimana, kami berdua tiba-tiba cekikikan dalam waktu yang hampir bersamaan. 
“Usil banget tuh yang bikin film.“kata suami. Hahaha.
“Idenya anti mainstream!“saya berseru. 
Lalu dalam perjalanan pulang ke rumah, kami tak henti-henti membahasnya. Karena ternyata semakin dibahas ada banyak hal yang bisa digali dari film ini.
 Kisah ini diawali dari keinginan seorang Mbah Sri, nenek tua berusia 90an tahun, yang ingin menemukan makam suaminya, Pawiro Sahid, yang dikabarkan tewas ketika tengah menjadi pejuang di Agresi Militer Belanda II tahun 1949. Mbah Sri ingin sekali saat kelak dirinya meninggal, bisa dimakamkan di samping makam suami tercintanya. Keinginan ini sederhana, tapi sekaligus ruwet! Dari Bantul hingga Gunung Kidul Mbah Sri melakukan perjalanan seorang diri. Pada akhirnya, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain berdamai dengan hidup. 
 KISAH INI FIKTIF
 Cerita Mbah Sri di film ini fiktif. Tapi, kegilaan BW Purba Negara sebagai penulis skenario merangkap sutradara seolah meyakinkan kita bahwa kisah ini nyata. Hal ini juga didukung oleh akting dari para aktor nya yang sangat otentik. Mulai dari Mbah Ponco Sutiyem yang menjadi tokoh utama sebagai Mbah Sri, Rukman Rosadi yang berperan sebagai Prapto cucu Mbah Sri, bahkan sampai para pemeran figurannya pun bermain apik!
Fyi, Mbah Ponco yang memerankan tokoh utama bukanlah seorang aktris profesional, film Ziarah adalah debutnya dalam berakting yang sekaligus mengantarkannya meraih penghargaan sebagai aktris terbaik di Asean International Film Festival and Awards (AIFFA). Keren!
Film ini menunjukkan bahwa sebuah film yang bagus tidak melulu soal nama besar para aktor yang terlibat di dalamnya. 
 A LOT OF HUMOR 
Sudah nonton trailer nya dan merasa film ini terlalu gelap dan serius? Salah besar. Justru ada banyak humor di film ini. Humor yang sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari, dan sangat natural. Apalagi buat yang orang Jawa atau setidaknya familiar dengan bahasa jawa. percayalah humor yang ada di film ini akan terasa berkali kali lipat menggelikannya. Selera humor yang dimunculkan di film ini menunjukkan bahwa si penulis adalah seorang pengamat yang baik, dan kehidupan pergaulannya dekat dengan berbagai kalangan. Menurutku, Orang yang pergaulannya terlalu ‘ke-priyayi-priyayi-an’ (is it even a word? 😅) akan kesulitan untuk mendapatkan ‘feel’ dari obrolan natural di warung kopi pinggiran, dan memahami karakter serta sisi psikologis masyarakat pedesaan seperti yang berhasil ditampilkan di film ini.
 TENTANG SEJARAH 
Sedikit out of topic, Kebetulan sekali sebelum nonton Ziarah, saya baca artikel di salah satu media online. Mereka menerbitkan sebuah artikel dengan judul yang cukup bisa membuat gaduh. Isinya tentang bagaimana Tjokroaminoto yang mereka sebut dengan penuh intrik dan kontroversi telah berhasil memimpin dan membesarkan Sarekat Islam (SI) setelah sebelumnya, dalam istilah mereka, ‘melucuti tanpa ampun’ tahta ketua dari tangan petahana, Samanhoedi. Cukup berbeda dari kisah Tjokroaminoto yang selama ini kita tahu. Dan benar saja, kolom komentar ramai. Beberapa menuduh media online tersebut terlalu ‘kekiri kirian’. Bahkan ada sebuah akun yang mengaku keturunan Tjokroaminoto turut berkomentar juga mengatakan bahwa itu fitnah dan keluarga besar merasa tidak terima. 
Sama hal nya dengan Mbah Sri. Dalam perjalanan mencari makam suaminya, mbah Sri bertemu dengan beberapa orang berbeda yang pernah mengenal Pawiro Sahid. Dan mereka menceritakan kisah tentang suaminya itu dalam versi masing-masing yang berbeda-beda. “Ada banyak sekali cerita. Aku bingung.“curhat Mbah Sri pada seorang wanita buta yang ditemuinya di sebuah desa bernama Kalinongko. 
Pada akhirnya, sejarah sedikit banyak adalah persoalan persepsi. Bisa jadi sangat subjektif. Tergantung siapa yang menceritakan. Bahkan bisa jadi tergantung kepentingan apa yang ingin dicapai. 
 ISU SOSIAL DAN BUDAYA 
Pulung Gantung 
 Gara-gara film ini untuk pertama kalinya saya mendengar istilah Pulung Gantung. Dengan bantuan Google, saya mendapatkan banyak info tentang Pulung Gantung yang ternyata mistis dan cukup menyeramkan. Pulung Gantung merupakan fenomena yang sampai saat ini ada di daerah Gunung Kidul, istilah untuk bola api terbang berekor yang bergentayangan di malam hari. Pulung Gantung dipercaya sebagai isyarat akan ada orang yang mati dengan cara bunuh diri, kebanyakan dengan gantung diri, di rumah warga yang kejatuhan Pulung Gantung ini. Secara ilmiah hal ini tidak bisa di jelaskan. Namun saya menemukan banyak data yang menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri dengan cara gantung diri di desa-desa di Gunung Kidul memang tinggi. Dan jumlahnya cenderung tidak berubah setiap tahun. Selalu ada korban. 
 Di film Ziarah ini, adegan tentang Pulung Gantung itu memang tidak lama. Singkat namun berhasil membuat penonton penasaran ingin tahu lebih banyak. Ini menarik mengingat bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota besar, hal semacam ini terdengar seperti bualan. Namun nyatanya masih terjadi di daerah.  
Tentang Orang-Orang yang Terusir dari Tanahnya 
 Dari Bantul hingga Gunung Kidul, Mbah Sri bertemu dengan banyak sekali orang. Beberapa diantaranya adalah orang-orang yang terusir dari tanahnya. Melalui obrolan di pinggir waduk dan di warung kopi, kita mendapatkan cerita. Jangan kira orang-orang itu menceritakan tentang desanya yang ditenggelamkan paksa oleh pemerintah dengan penuh tangis, justru mereka bisa menceritakan masa lalunya dengan ringan, seolah tanpa beban. Masa lalu mereka tidak menyenangkan. 
Air bah menenggelamkan sawah-sawah, memasuki rumah-rumah mereka saat sebagian besar dari mereka tengah tidur pulas. Mereka diperlakukan tidak adil, disingkirkan dengan sewenang-wenang oleh penguasa, hak mereka dirampas, dan harga diri mereka diinjak injak. Tapi orang-orang ini adalah mereka yang sudah dengan ikhlas berdamai dengan masa lalu. 
 Di film ini tidak dijelaskan dimana lokasi orang orang yang terusir dari tanahnya itu, entah apa mungkin disebutkan tapi terlewatkan oleh saya. Yang jelas kisah orang-orang itu mengingatkan saya pada kasus Kedung Ombo. Proyek pembangunan waduk besar di Jawa Tengah pada tahun 1985-1989 yang menenggelamkan secara paksa area persawahan dan ribuan rumah warga di Jawa Tengah. Keterikatan mereka secara emosional dengan tanah kelahiran, ditambah lagi uang ganti rugi yang jumlahnya sangat tidak sebanding membuat banyak warga memilih untuk bertahan di rumah masing-masing. 
Kebetulan saya pernah tinggal di sebuah desa agraris di Jawa Timur, Mbah Kakung dan Mbah Putri saya adalah petani. Bagi masyarakat pedesaan, sawah dan tanah tempat tinggal mereka bukan hanya sepetak ruang tempat mencari nafkah, tapi lebih dari itu, sawah adalah hidup mereka, dan tanah adalah warisan nenek moyang yang ingin sekali mereka jaga. Kalau mau, mungkin sudah banyak dari mereka yang pindah ke kota ikut anak-anak mereka yang sudah sukses secara materi. Tak perlu bersusah-susah menggarap sawah. Tapi itu tak pernah mereka lakukan. Berhenti menggarap sawah sama halnya berhenti hidup. Mereka bisa mati bosan tinggal di kota.
 Apalagi mereka yang diusir secara paksa dari tanahnya dengan ganti rugi yang sangat tidak sepadan. Itu benar-benar seperti mimpi yang terburuk. 
 Salut ada film yang mengangkat hal ini! 
Melalui film panjang pertamanya ini, BW Purba Negara berhasil memberikan alternatif tontonan yang menarik, humanis, berisi namun sangat bisa dinikmati, dan mengangkat tema yang tidak mainstream di jagad perfilman Indonesia. Intinya, saya sangat merekomendasikan film ini! Dan juga saya sungguh menantikan karya-karya BW selanjutnya!
Ngomong-ngomong, sebelum mengakhiri ini saya ingin kasih sedikit tips untuk yang mau nonton, jangan lewatkan adegan dan dialog apapun dalam film ini. Di akhir film, jika mungkin butuh sedikit alasan untuk sekadar menghibur diri, bisa mengingat ulang adegan awal-awal ketika Mbah Sri bertemu dengan orang pertama yang mengatakan bahwa sebenarnya jenasah suami Mbah Sri bukanlah berada di taman makam pahlawan yang selama ini dia kira. 
Klik disini untuk nonton trailer nya : https://youtu.be/bSeDYN-zFgY
1 note · View note
kepoinus · 5 years
Text
My Films Synopsis: SOEGIJA
My Films Synopsis: SOEGIJA
[ad_1]
Genre : drama komedi
Sutradara : Garin Nugroho
Pemeran : Nirwan Dewanto, Annisa Hertami, Wouter Zweers, Wouter Braaf, Nobuyuki Suzuki, Olga Lydia, Margono, Butet Kartaredjasa, Hengky Solaiman, Andrea Reva, Rukman Rosadi, Eko Balung, Andriano Fidelis
Musik : Djaduk Ferianto
Tanggal rilis :   7 Juni 2012
Durasi : 115 menit
Walaupun judul film yang diangkat dari kisah nyata ini…
View On WordPress
0 notes
akuaktor · 4 years
Text
Aktor Adalah Observer Seumur Hidup (FT. Rukman Rosadi)
Aktor Adalah Observer Seumur Hidup (FT. Rukman Rosadi)
         
View On WordPress
0 notes
may8chan · 2 years
Photo
Tumblr media
Inang - Fajar Nugros 2022
15 notes · View notes